MAKALAH KOMPONEN PENDIDIKAN KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga Kami dapat memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa untuk membuat sebuah makalah dengan judul “Komponen Pendidikan”. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Sadiman, M.Pd. sebagai dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) program studi Pendidikan Teknik Mesin (PTM), ucapan terima kasih juga Kami sampaikan kepada pihak-pihak terkait yang ikut serta dalam pembuatan makalah ini, khususnya rekan-rekan program studi PTM . Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, tentunya tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari rekanrekan pembaca sangat dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membantu rekan-rekan pembaca untuk mengetahui dan lebih memahami lagi mengenai komponen-komponen di dalam pendidikan. Surakarta, 02 September 2014 Penulis ILMU PENDIDIKAN 1 DAFTAR ISI 1. Kata Pengantar......................................................... 1 2. Daftar Isi................................................................... 2 3. Bab I (Pendahuluan) a. Latar Belakang.................................................... 3 b. Rumusan Masalah............................................... 3 c. Tujuan penulisan................................................. 3 4. Bab II (Pembahasan) a. Pengertian Komponen Pendidikan...................... 3 b. Komponen Pendidikan........................................ 4 a). Anak Didik..................................................... 4 b). Pendidik......................................................... 19 c). Tujuan Pendidikan......................................... 27 d). Alat Pendidikan............................................. 33 e). Lingkungan Pendidikan................................. 35 f). Pendidikan sebagai Sistem............................. 38 5. Bab III (Penutup) a. Kesimpulan......................................................... 42 6. Daftar Pustaka.......................................................... 42 ILMU PENDIDIKAN 2 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Masalah pendidikan sebenarnya sudah banyak dibicarakan oleh banyak para ahli pendidikan. Mereka menyadari, bahwa masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan itu menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak cukup hanya tumbuh dan berkembang dengan dorongan instingnya saja, melainkan perlu bimbingan dan pengarahan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Jadi pendidikan itu memang perlu bagi manusia dan hanya manusialah yang memerlukan pendidikan. II. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pengertian dari komponen pendidikan? 2. Apa saja komponen-komponen pendidikan? III. TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui pengertian komponen pendidikan. 2. Mengetahui komponen-komponen pendidikan. BAB II PEMBAHASAN I. PENGERTIAN KOMPONEN PENDIDIKAN Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. ILMU PENDIDIKAN 3 Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut. II. KOMPONEN PENDIDIKAN A. ANAK DIDIK 1. Pengertian Peserta Didik Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melelui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang kearah kedewasaan. Selalu mengalami perkembangan dari sejak lahir sampai meninggal dengan perubahan – perubahan yang terjadi secara wajar (Sutari Imam Barnadib, 1995). 2. Peserta Didik sebagai Persona Pandangan modern tentang pendidikan dewasa ini melihat peserta didik adalah subyek atau persona, yakni makhluk yang mempribadi tidak lagi sebagai obyek yang non-pribadi sebagaimana pandangan para ahli pada abad pertengahan. Peserta didik adalah subyek yang otonom dengan sifat-sifat manusiawinya. Memiliki keinginan mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus agar bisa memecahkan masalah-masalah dalam hidup. Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik sebagaimana dijelaskan oleh Umar Tirta Rahardja dan La Sulo (1994) adalah bahwa peserta didik merupakan : a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang berbeda dengan individu lain yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan. Sehingga masing-masing individu memiliki keunikan tersendiri. b) Individu yang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri peserta didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun kearah penyesuaian lingkungan. ILMU PENDIDIKAN 4 c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Maksudnya adalah walaupun ia adalah makhluk yang berkembang punya potensial fisik dan psikis untuk bisa mandiri, namun karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan bimbingan dari pihak lain sesuai kodrat kemanusiaannya. d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Karena setiap individu memiliki kecenderungan untuk memerdekakan diri, sehingga mewajibkan bagi pendidik dan orang tua untuk setapak demi setapak memberikan kebebasan pada anak dan pada akhirnya pendidik mengundurkan diri. Keempat ciri di atas merupakan justifikasi indikasi keunikan peserta didik sebagai persona yang multidimensional. Aneka dimensi bisa menjelma pada diri peseta didik dalam interaksinya dengan lingkungan alam natural dan lingkungan sosiokultural. Dimensi-dimensi itu yakni dimensi individualitas, sosialitas, religiusitas, dan dimensi historisitas. 3. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik Proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan dengan tahapan. Masingmasing tahap merupakan masa peka peserta didik terhadap kebutuhan tertentu yang membutuhkan perlakuan sesuai dari pendidik. Mengenai masa peka ini dikemukakan pertama kali oleh Maria Montessori (E.M. Standing, 1988) dengan istilah “sensitive periods”. Tugas pendidik adalah kewajiban mengenali masa peka yang ada pada diri peserta didik yang kemudian memberikan pelayanan dan perlakuan yang tepat. Dalam buku Crow and crow (Sutari Imam Barnadib,1995) dijelaskan usia perkembangan, diantaranya adalah : a. usia kronologis d. usia kejiwaan b. usia kejasmanian e. usia pengalaman c. usia anatomis ILMU PENDIDIKAN 5 Usia perkembangan peserta didik berproses secara berbeda dipengaruhi oleh lingkungan dan kenyataan hidup yang dialami. Perkembanagn peserta didik menurut Charlotte Buhler melalui beberapa tahap, yakni : a. tahap permulaan b. masa penanjakan sampai kira-kira umur 25 tahun c. masa puncak masa hidup, pada umur 25 sampai 50 tahun d. masa penurunan dan menarik diri dari kehidupan masyarakat, dan terakhir e. masa akhir kehidupan. Ada beberapa teori dengan orientasi beragam tentangperkembangan peserta didik. a. Nativisme Teori nativisme dipelopori oleh Schopenhauer (1788-1860) yang berpendapat bahwa bayi manusia sejak lahir sudah dikaruniai bekal baik dari potensi baik dan buruk. Dari potensi inilah yang akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan manusia tersebut. Nativisme berasal dari kata native yang berarti adalah terlahir. Teori nativisme merupakan teori yang menganggap bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh factor pembawaannya yaitu aneka potensi. b. Empirisme Teori empirisme bertolak dari tradisi Lockean yang lebih mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembnagan manusia termasuk dalam proses pendidikan. Teori yang dipelopori oleh John Locke ini berpendapat bahwa perkembangan anak tergantung dari pengalamannya, sedangkan pembawaannya tidak penting. John Loce merintis aliran baru yang dikenal dengan teori “Abula Rasa” yang beranggapan babhwa anak terlahir ke dunia ini bagaikan kertas putih. ILMU PENDIDIKAN 6 Istilah lain dari empirisme adalah environmentalisme, sebab aliran ini menekankan pengalaman empiris yang berupa rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan (environment). c. Naturalisme Teori ini hampir sama dengan aliran nativisme di atas, karena keduanya sama-sama berasumsi bahwa anak terlahir sudah memiliki pembawaan. Teori naturalisme dipelopori oleh J.J. Rousseau (1712-1778) yang berpendapat bahwa anak sejak lahir sudah membawa potensi baik. Adapun akhirnya ia menjadi jahat disebabkan oleh pengaruh-pengaruh negative dari masyarakat yang memang sudah rusak atau jahat. d. Konvergensi Teori ini mencoba untuk mensintesiskan teori-teori yang telah disebut di atas. Teori yang dipelopori oleh William Stern(1871-1939) ini beranggapan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu disamping dipengaruhi oleh factor-faktor internal yaitu potensi yang dibawa sejak lahir juga dipengaruhi oleh pengalaman. 4. TEORI PERKEMBANGAN FISIK PESERTA DIDIK Perkembangan fisik mencakup berat badan, tinggi badan, termasuk perkembangan motorik. Dalam pendidikan, pengembangan fisik anak mencakup pengembangan: kekuatan(strength), ketahanan (endurance), kecepatan (speed), kecekatan(agility), dan keseimbangan(balace). Menurut Gasell dan Ames serta Illingsworth, perkembangan peserta didik pada anak usia dini meliputi delapan pola umu sebagai berikut: a) Continuity (keberlanjutan) b) Uniform sequence (kesamaan tahapan) ILMU PENDIDIKAN 7 c) Maturnity (kematangan) d) From general to specific process (proses dari umum ke khusus) e) Dari gerak refleks bawaan ke arah terkoordinasi f) Chepalo-caudal direction g) Proximo-distal h) From bilateral to crosslateral coordinate 5. TEORI PERKEMBANGAN BIOLOGIS PESERTA DIDIK Teori perkembangan biologis peserta didik yang dikemukakan oleh Aristoteles dan kretschmer lebih melihat perkembangan peserta didik pada tahaptahap perkembangan fisik, tetapi Sigmund Freud lebih melihat pengaruh perkembangan fisik terhadap tahap-tahap perubahan perilaku libido seksual (psikoseksual). Pada tahun 1905 Sigmund Freud mengemukakan teori perkembangan psikoseksual (Theory of Psychosexual Development) yang mengatakan bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa pada masa balita pun anak-anak mengalami ketertarikan dan kebutuhan seksual. Perkembangan peserta didik menurut Sigmund Freud secara lebih jelas dapat dicermati lebih lengkap sebagai berikut: Umur Fase (tahun) perkembangan 0,0 – 1,0 Masa oral Perubahan perilaku Mulut merupakan daerah pokok aktifitas dinamik 1,0 – 3,0 Masa anal Dorongan dan tahanan berpusat pada fungsi pembuangan kotoran ILMU PENDIDIKAN 8 3,0 – 5,0 Masa felis Alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting 5,0 – 13,0 Masa laten Impuls-impuls atau dorongan-dorongan cenderung terdesak dan mengendap ke dalam bawah sadar 13,0 – 20,0 Masa pubertas Impuls-impuls mulai menonjol dan muncul kembali. Apabila bisa dipindahkan dan disublimasikan oleh das ich dengan baik, maka ia bisa sampai pada masa kematangan 20,0 ke atas Masa genital Individu yang sudah mencapai fase ini telah menjadi manusia dewasa dan siap terjun dalam kehidupan masyarakat luas 6. TEORI PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PESERTA DIDIK Piaget adalah salah satu tokoh penting dalam bidang psikologi perkembangan. Teori-teorinya yang mengutamakan unsur kesadaran(kognitif) masih dianut banyak orang sampai sekarang. Ketertarikannya menyelidiki peran genetik dan perkembangan anak, akhirnya menghasilkan teori perkembangan kognitif ( Theory of Cognitive Development) atau teori perkembangan intelektual (Theory of Intellectusl Development). Dalam teori perkembangan intelektual, dikemukakan bahwa tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berfikir formal. Dan setiap tahap perkembangan dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang didapat peserta didik akan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi dan akomodasi. ILMU PENDIDIKAN 9 Proses asimilasi adalah proses yang dilakukan peserta didik dengan cara menyerap informasi baru dalam pikirannya. Sedangkan, proses akomodasi adalah proses yang dilakukan peserta didik dengan cara menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat dalam struktur pikiran. Pengertian lain akomodasi adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsang baru/memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsang itu. Perkembangan peserta didik berlangsung dalam empat tahap, yaitu : Umur Fase Perubahan (tahun) Perkembangan Perilaku 0,0 – 2,0 Tahap sensori motor Kemampuan berpikir peserta didik baru melalui gerakan Perkembangan atau panca perbuatan. indera sangat berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah menangis. Memberi pengetahuan pada mereka pada usia ini tidak dapat hanya dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak. 2,0 – 7,0 Tahap pra operasional Kemampuan skema kognitif masih terbatas. Suka meniru perilaku orang lain, terutama meniru perilaku orang tua dan ILMU PENDIDIKAN 10 guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon terhadap perilaku orang lain, jika keadaan dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Mulai kemampuan menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif. 7,0– 11,0 Tahap kongkret operasional Peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan kemampuan jumlah; mempunyai memahami cara mengkombianasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Sudah mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang kongkret. 11,0 14,0 – tahap formal operasional Memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif, secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan menggunakan hipotesis prisip-prinsip dan abstrak. Dengan kapasitas merumuskan hipotesis peserta didik mampu berfikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Sedang dengan kapasitas menggunakan prinsip-prnsip abstrak, peserta didik akan mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti agama, matematika dan ILMU PENDIDIKAN 11 lainnya. Tiga dalil pokok Piager dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual antara lain 1. perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan sama. 2. tahap-tahap perkembangan didefinisikan sebagai suatu duster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis, dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual. 3. gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration) proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif ysng timbul (akomodasi). 7.TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK Erik Homburger Erikson adalah tokoh terkenal dengan tulisan-tulisannya di bidang psikologi anak. Erikson mengembangkan teori dari Freud dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Kemudian teori ini disebut teori perkembangan psikososial (Theory of Psychosocial Development) dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan antara lain Umur Fase (tahun) Perkembangan Perilaku 0,0 - 1,0 Trust vs Mistrust ILMU PENDIDIKAN Perubahan Tahap pertama, tahap pengembangan rasa percaya diri kepada orang lain. Fokus terletak pada panca indera, sehingga sentuhan dan pelukan dangat diperlukan. 12 2,0 - 3,0 Autonomy vs Shame Dapat dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa ‘nakal’nya. Kenakalannya tidak dapat dicegah begitu sja karena anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat motorik dan mental. 4,0 – 5,0 Inisiative vs Guilt Mereka banyak bertanya dalam segala hal dan juga mengalami pengembangan inisiatif atau ide. Perkembangan lain yang harus tercipata adalah identitas diri terutama yang berhubungan dengan jenis kelaminnya. 6,0 11,0 – Industry vs Inferiority 12,0 18/20 – Ego-identity vs Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun berkecenderungan untuk kurang berhati-hati dan menuntut perhatian. Manusia ingin mencari identitas dirinya. Anak yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di Role on fusion masyarakat. Namun belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda. 18/19 – Intimacy Manusia sudah mulai siap menjalin hubungan yang 30 intim dengan orang lain, membangun bahtera vs rumah tangga bersama calon pilihannya. Isolation 31 – 60 Generativity Vs ILMU PENDIDIKAN Munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia dewasa. 13 Stagnation 60 atas ke Ego integrity Vs Masa ini dimulai pada usia 60-an, dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya. Putus asa 8. TEORI PERKEMBANGAN MENTAL PESERTA DIDIK Lev Vygotsky salah satu pencetus teori perkembangan peserta didik ia berpendapat siswa dapat membentuk pengetahuan yaitu apa yang diketaui siswa bukanlah hasil kopi dari apa yang mereka temukan didalam lingkunan, tetapi sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Sumbangan terpenting Vygotsky adalah konsep zone of prokximal development (ZPD) dan scaffolding. Ia yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menagani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada pada zone of proximal development (ZPD). ZPD adalah tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan sesorang saat ini, dan Vygotsky lebih yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dengan kerjasama atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap ke dalam individu tersebut. Konsep scaffolding berarti memberikan kepada siswa sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan keadaan anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, perlunya tatana kelas dan bentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-msing ZPD ILMU PENDIDIKAN 14 mereka. Kedua, pendekatan vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding, yakni dengan semakin lama siswa belajar akan semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri. Singkatnya siswa perlu belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi dengan lainnya disertai adanya bantuan guru terhadap para siswa tersebut dalam kegiatan pembelajaran. 9. Teori Perkembangan Moral Peserta Didik Istilah moral berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, akhlak, ajaran tentang kesusilaan, dan tata cara dalam kehidupan. John Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tingkatan yaitu : 1. Tahap ‘premoral’ atau ‘preconventional’ tingkah laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial. 2. Tahap ‘conventional’ Seseorang bisa menerima nilai dengan sedikit kritis berdasarkan kepada kriteria kelompoknya. 3. Tahap ‘autonomous’ Seseorang sudah mulai bisa berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan akal pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri. Sedangkan Jean Pigaet, juga melakukan pengamatan dan wawancara (Windmiller,1976). Hingga pada kesimpulan bahwa perkembangan kemampuan kognitif pada anak-anak mempengaruhi pertimbangan moral mereka. Menurutnya ketidakmatangan moral anak dikarenakan dua hal yaitu : 1. Keterbatasan moral anak (egosentris dan realistik) 2. Rasa hormat pada orang tua atau orang dewasa yang heterogen Pigaet membagi perkembangan moral ke dalam tiga tahap yaitu: ILMU PENDIDIKAN 15 Umur Fase Perubahan Perilaku (tahun) Perkembangan 0,0 – Non-Morality Anak belum memiliki atau mengenal moral. – Heteronomous Anak sudah mulai menerima dan memiliki aturan begitu 3,0 4,0 8,0 saja dari orang lain yang dipandang tidak bisa diubah. Pada tahap ini disebut sebagai masa realisme (stage of moral realism) atau moralitas berkendala (constraint morality). Tugas dan kewajiban dipandangnya sebagai wujud suatu kepatuhan. 9,0- Autonomous 12,0 Moral dipandang sebagai persetujuan bersama timbal balik, dapat dipelihara dan diubah sesuai kebutuhan kolektif. Merupakan moralitas bekerjasama (collaborate morality). Tugas dan kewajiban dipandang sebagai kesesuaian dengan harapan dan kesejahteraan bersama. Selain mereka, Lawrence Kohlberg (1977) juga berpendapat bahwa anak mengalami tingkat-tingkat perkembangan moral yang dimulai dari konsekuensi yang sederhana, yang berupa pengaruh kurang menyenangkan dari luar atas tingkah laku, sampai pada penghayatan dan kesadaran tentang nilai-nilai kemanusiaan universal. 10. Kecerdasan Ganda Pada Peserta Didik Menurut Gardner, kecerdasan adalah kapasitas yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah dan membuat cara penyelesaiannya dengan cara yang wajar. Selama ini skala kecerdasan hanya dilihat dari skala kecerdasan tunggal. Padahal, skala ini kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang bersifat jamak atau ganda yang meliputi unsur-unsur sebagi berikut: ILMU PENDIDIKAN 16 a. Kecerdasan matematik Kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan angka-angka secara efektif dan berpikir secara nalar. Mencakup kepekaan terhadap polo-pola logis dan hubungannya, penyataan, proporsi dan abstrak-abstrak yang berkaitan. Kecerdasan matematik memuat kemampuan berfikir secara induktif dan deduktif menurut aturan logika, memahami dan menganalis pola angka-angka, serta berpikir secara nalar. Peserta didik dengan kecerdasan matematika yang tinggi cenderung menyukai kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyukai berpikir secara konseptual, aktivitas berhitung dan memilki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika dan menyukai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif. Jika kurang memahami mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawabannya. b. Kecerdasan lingual Kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan kata-kata secara efektif baik lisan maupun tulisan. Mencakup kemampuan untuk memanipulasi sintak atau struktur bahasa, fonologi, semantika dan pengertian dari bahasa serta dimensi dan kegunaan praktis suatu bahasa. Pesera didik seperti ini ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa, juga cenderung mempunyai daya ingat yang kuat, lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. c. Kecerdasan musikal Kemampuan peserta didik untuk mempersepsikan, mendiskriminasikan, mengubah, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Mencakup kepekaan terhadap ritme, melodi, warna suara dari suatu musik. Peserta didik ini lebih peka terhadap sura-suara non verbal disekitarnya. Mereka cenderung senang mendengar nada dan irama yang merdu, juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila berkaitan dengan musik. ILMU PENDIDIKAN 17 d. Kecerdasan visual-spasial Kemampuan peserta didik untuk menangkap dunia ruang visual secara akurat dan melakukan perubahan-perubahan terhadap persepsi tersebut. Mencakup kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, wujud, ruang dan hubungan yang ada antara unsur ini. Mereka memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, membayangkan bentuk nyata dan memecahkan berbagai masalahnya. Mereka akan unggul dalam pencarian jejak. e. Kecerdasan kinestetik Kemampuan peserta didik dalam menggunakan seluruh tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan atau menggunakan kedua tangan untuk menghasilkan dan mentransformasikan sesuatu. Mencakup keahlian-keahlian fisik khusus seperti koordinasi, keimbangan, ketangkasan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. f. Kecerdasan interpersonal Kemampuan peserta didik untuk mempersepsikan dan menangkap perbedaanperbedaan mood, tujuan, perasaan-perasaan orang lain. Mencakup kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gestur dan kemampuan membedakan berbagai tanda interpersonal. Intinya adalah peka terhadap orang lain, mudah bersosialisasi, menjalin persahabatan yang akrab, memimpin lelompok, mengorganisir, menangani perselisihan, memperoleh simpati dari orang lain. Kecerdasan ini sering disebut kecerdasan sosial (social intelligence). g. Kecerdasan intrapersonal Kemampuan menyadari diri dan mewujudkan keseimbangan mentalemosional dalam diri peserta didik untuk bisa beradaptasi sesuai dengan dasar pengetahuan yang dimiliki. Mencakup kemampuan menggambarkan diri sendiri ILMU PENDIDIKAN 18 secara baik, peka terhadap perasaan dirinya, mampu mengenali kekuatan dan kelemahan dirinya, senang instropeksi dan mencoba memperbaikinya. h. Kecerdasan natural Kemampuan peserta didik untuk peka terhadap lingkungan alam. Mereka cenderung suka mengobservasi lingkungan alam, menyukai alam bebas, binatang, petualangan alam. Melalui konsepnya tentang multiple intelligences ini Gardner mengoreksi keterbatasan cara berfikir yang konvensional mengenai kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdsan intelektual yang diukur melalui tes intelegensi atau sekadar melihat prestasi hasil ujian saja. Tetapi, kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang seni, olahraga, spasial, komunikasi, dan cinta alam lingkungan. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Daniel Goleman (1995) melalui bukunya, Emotional Intelligence. Goleman memberi tekanan pada aspek kecerdasan interpersonal. Inti kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan hasrat keinginan orang lain. Namun Gardner lebih menekankan pada aspek kognisi atau pemahaman, sementara faktor emosi atau perasaan kurang diperhatikan. Menurut Goleman faktor emosi ini sangat penting dan memberikan suatu warna kaya dalam kecerdasan antar pribadi ini. Ada lima wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosi, yaitu: kemampuan mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. B. PENDIDIK 1. Pengertian Pendidik adalah orang yang dengan sengaja memengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, ILMU PENDIDIKAN 19 pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta didik ke arah kedewasaan. Pendapat ahli lain mengatakan bahwa pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik (Umar Tirta Raharja dan La Sulo 1994). Pendidik adalah orang yang dengan sengaja membantu orang lain untuk mencapai kedewasaan (Langeveld). Jadi pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran , menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan , serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada pendidikan tinggi. Penyebutan pendidik di berbagai tempat memiliki sebutan yang berbeda. Pendidik di lingkungan keluarga adalah Orang Tua , di lingkungan masjid adalah Ustadz/ Kyai dan di lingkungan sekolah adalah Guru. 2. Kompetensi sebagai persyaratan pendidik 1) Syarat seorang pendidik menurut Dirto Hadi Susanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo (1995) antara lain: a. Mempunyai perasaan terpanggil sebagai tugas suci b. Mencintai dan mengasih-sayangi adik c. Mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh akan tugasnya a) Syarat seorang pendidik menurut Winarno Surachmad, antara lain: a. Pendidik harus mengenal peserta didik yang dipercayakan kepadanya b. Memiliki kecakapan memberi bimbingan c. Memiliki dasar pengetahuan yang jelas tentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahaptahap pembangunan d. Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap pembangunan. ILMU PENDIDIKAN 20 b) Syarat seorang pendidik menurut M Mukhlis Fahrudin, antara lain: a. Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan (job quality) b. Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan c. Keinginan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui karya profesionalnya. c) Syarat seorang pendidik menurut Prof. Dr. Zakariah Daradjat dkk (1992:41), antara lain: a. Takwa kepada Allah b. Berilmu c. Sehat jasmani d. Berkelakuan baik. d) Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru menurut Dirto Hadisusanto adalah : a. Kompetensi profesional. Guru harus memiliki pengetahuan yang luas dan dalam mengenai bidang studi yang diajarkan pada muridnya dan metodologinya, pengetahuan pendidikan yang fundamental, keterampilan yang vital baginya untuk memilih dan menggunakan strategi yang tepat dalam pembelajaran. b. Kompetensi personal. Guru harus memiliki kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumber identifikasi bagi peserta didik dan sesama manusia. c. Kompetensi sosial. Guru bisa menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap peserta didik sesama guru, pemimpinnya dan masyarakat luas. ILMU PENDIDIKAN 21 e) Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru menurut UU No 14 Th 2005 Tentang Guru dan Dosen ( pasal 10) adalah : a. Kompetensi pedagogik kemampuan mengelola pembelajaran yang mencakup pemahaman dan pengembangan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, sistem evaluasi pembelajaran dan menguasai ilmu pendidikan. Kompetensi ini diukur melalui performance test dalam ppl dan case based test secara tertulis b. Kompetensi kepribadian kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, kedewasaan dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini diukur dengan portofolio guru dan tes kepribadian c. Kompetensi profesional yang luas dan dalam mencakup penguasaan materi keilmuan, kurikulum, silabus, metode, wawasan etika dan pengembangan profesi. Kompetensi ini diukur dengan tes tertulis(multiple choice atau essay) d. Kompetensi Sosial secara efektif dan efisien dengan tadik, sesama guru, wali tadik, dan masyarakat. Kompetensi ini diukur dengan portofolio kegiatan, prestasi dan keterlibatan dalam berbagai aktifitas. f) Kedudukan Pendidik Dalam konteks pendidikan formal di sekolah kedudukan pendidik sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan PAUD, dan keprofesionalnya dapat diukur secara objektif melalui serifikasi (Dwi S swoyo, dkk dalam Ilmu Pendidikan. 2007:123). Arif Rohman (Pendidikan Komparatif. 2010:253) menyebutkan posisi guru di sekolah utamanya adalah sosok guru profesional yang ILMU PENDIDIKAN 22 bertugas dijenjang pendidikan prasekolah, dasar, dan menengah yang menentukan pengaturan, pengendalian, dan penilaian siswa. g) Hakikat Tugas dan Tanggung Jawab Guru Menurut Raka Joni (cony R. Semiawan dan Soedijarto, 1991 dalam Ilmu Pendidikan karya Dwi Siswoyo, dkk, 2007:123), hakikat tugas guru umumnya berhubungan dengan pengembangan SDM yang menentukan kelestarian dan kejayaan bangsa, atau tugas guru membangun dasar-dasar corak kehidupan manusia dimasa datang. Dalam proses pendidikan, guru bertugas mendidik dan mengajar. Suatu tugas pokok guru adalah membuat tadik mengetahui dan melakukan hal-hal dalam suatu cara yang formal. Dalam UU No 14 th 2005, tentang Guru dan Dosen pasal 20, tugas guru adalah: a. Merencanakan, melaksanakan, dan menilai/menevaluasi pembelajaran b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi dan kompetensi yang berkelanjutan sesuai perkembangan IPTEK c. Bertindak objektif dan tidak deskriminatif dengan melihat berbagai hal dalam pembelajaran d. Menjunjung tinggi perpu, hukum, kode etik, nilai agama dan etika e. Memelihara dan memupuk kesatuan dan persatuan bangsa. Selain itu, guru juga mempunyai tanggung jawab moral mengejawantahkan nilai-nilai yang dijunjung masyarakat, bangsa dan berkaitan dengan negara dalam dirinya. Dan tanggung jawab ilmiah transformasi pengetahuan dan keterampilan. Menurut Roestiyah N. K (dalam Hartanto), tugas pendidik adalah: ILMU PENDIDIKAN 23 a. Menyerahkan kebudayaan pada tadik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman- pengalaman b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar Negara c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai UU d. Sebagai perantara alam belajar e. Sebagai pembimbing yang membawa kearah kedewasaan f. Sebagai penghubung sekolah dengan ,masyarakat g. Sebagai penegak disiplin, dan contoh dalam segala hal h. sebagai administrator dan menejer i. sebagai perencana kurikulum j. sebagai pemimpin k. sebagai sponsor dalam kegiatan anak. Dan Tanggung jawab pendidik adalah bertanggung jawab mencerdaskan tadik, membentuk tadik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Menurut M. Mukhlis F, peran pendidik dalam arti sempit sebagai pengajar, dan dalam arti luas yaitu: sebagai ukuran kognitif, sebagai agen moral, sebagai inovator dan kooperatif. Ditambahkan pula peran pendidik alam proses pengajaran di kelas, yaitu: pendidik sebagai model, perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk jalankearah pusat-pusat belajar. Menambahkan hal itu, Djamharah menuliskan peran pendidik adalah: Korektor, Inspirator, Informator, Organisasi, Motivator, Inisiator, Fasilitator, Pembimbing, Demonstrator, Pengelola kelas, Mediator, Supervisor, dan Evaluator. Mukhlis menambahkan pula tanggung jawab pendidik sebagai tenaga profesional antara lain: a) tanggung jawab moral, ILMU PENDIDIKAN 24 b) tanggung jawab dalam biadang pendidikan, c) tanggung jawab kemasyarakatan,dan d)tanggung jawab dibidang keilmuan. h) Profesionalime dan Prinsip-prinsipnya 1. Profesonalisme Berasal dari kata profesi. Mc Cully (Sunaryo Kartadinata dan Nyoman dalam suatuàDantes, 1997), profesi adalah “a vocation in wich…….” pekerjaan profesional selalu digunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang sengaja harus dipelajari dan secara langsung dapat diabdikan bagi kemaslahatan orang lain. Edgar H. Schein dan Diana W. Kommers (Sunaryo Kartadinata dan Nyoman profesiàDantes, 1997), “the professsion are a set of occupation………” adalah seperangkat keterampilan yang dikembangkan secara khusus melalui seperangkat norma yang dianggap cocok untuk tugas-tugas khusus dimasyarakat. 2. Prinsip-prinsipnya Profesionalisme guru memiliki prinsip-prinsip: a. Merupakan profesi yang berdasar bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism b. Menuntut komitmen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan, imtaq dan akhlak mulia c. Adanya kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang relevan d. Memiliki kompetensi yang relevan dengan tugasnya di sekolah e. Menuntut tanggung jawab tinggi atas tugas profesinya demi kemajuan bangsa. ILMU PENDIDIKAN 25 i) Organisasi Profesi dan Kode Etik Guru Organisasi bagi guru berfungsi sebagai protektor, dinamisator, dan motivator dalam rangka pengembangan diri abgi anggota-anggotanya. Beberapa organisaasi yang mewadahi guru yaitu: PGRI, dan PGII. Fungsi Organisasi guru lebih luas yaitu: 1. Mempersatukan seluruh kekuatan dalam satu wadah 2. Mengupayakan adanya satu kesatuan langkah dan tindakan 3. Melindungi kepentingan anggotanya 4. Melakukan pengawasan pada anggoatanya dan memotivasi para anggota agar selalu mengembangkan kemampuan profesionalnya 5. Menyusun dan melaksanakan program peningkatan kemampuan profesionalnya 6. Melengkapi upaya pembinaan anggotanya 7. Menetapkan sanksi bagi anggotanya yang melanggar kode etik secara administrasi maupun psikologis 8. Melibatkan diri dalam uji kompetensi untuk menentukan kelayakan anggotanya Kode Etik Guru 1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-pancasila 2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing 3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik 4. Guru menciptakan suasana kehidupan suasana sekolah dan memelihara hubungan denga orang tua murid sebaik-baiknya untuk kepentingan murid ILMU PENDIDIKAN 26 5. Guru memelihara hubungan baik denga masyarakat sekitar sekolah maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan 6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya 7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik berdasar lingkungan kerja maupun didalam keseluruhan 8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatksn mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya 9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan C. TUJUAN PENDIDIKAN A. PENGERTIAN TUJUAN PENDIDIKAN Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan ialah seperangkat sasaran ke mana pendidikan itu diarahkan (Dirto Hadisusanto,Suryati Sidharto,dan Dwi siswoyo, 1995). Sasaran yang ingin dicapai melalui pendidikan memiliki ruang lingkup sama dengan fungsi pendidikan.Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan bisa dimaknakan sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan, baik dijalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Dalam rumusan Undang-Undang RI nomor 2 tahun 1989 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusiaindonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab ILMU PENDIDIKAN 27 kemasyarakatan dan kebangsaan”. Sedangkan menurut Undang-Undang terbaru yakni Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “Pendidikan Nasional berupaya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulai, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demrokatis serta bertanggung jawab. B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI TUJUAN PENDIDIKAN Tujuan pendidikan bersifat, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, akan tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan perserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik (Umar Tirta Rahardja dan La Sulo, 1994). Tujuan pendidikan juga bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak, tidak keliatan panca indera tetapi bisa dihayati dan dipahami oleh pemiliknya. Dalam kegiatan pendidikan tujuan memiliki kedudukan yang amat penting. Lebih-lebih bila dibandingkan diantara aneka komponen lain dalam penyelenggaraan pendidikan .Tujuan pendidikan merupakan komponen yang amat vital. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua diadakan seluruh kegiatan pendidikan diupayakan, semuanya semata-mata hanyalah tertuju kepada pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karenanya, semua hal dan semua kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang menyimpang dari pencapaian tujuan pendidikan, dianggap sebagai praktik pendidikan yang menyimpang juga. Pada bagian lain tujuan pendidikan memiliki fungsi yang amat penting pula selain penting dalam kedudukannya. Fungsi tujuan pendidikan adalah mengarahkan, memberikan orientasi, dan memberikan pedoman ke arah mana pendidikan diselenggarakan sebaik-baiknya. Oleh karena tujuan pendidikan memiliki fungsi yang amat penting tersebut, maka tujuan pendidikan harus ILMU PENDIDIKAN 28 terumuskan dan dirumuskan secara mantap oleh semua pelaku pendidikan disemua jenjang. Dengan adanya rumusan tujuan pendidikan yang mantap diharapkan pelaksanaan pendidikan yang dilakukan tidak akan menyimpang C. MACAM-MACAM TUJUAN PENDIDIKAN Menurut MJ.Langeveld (Sutari Imam Barnadib, 1995), tujuan pendidikan dibedakan menjadi enam macam, yaitu 1. Tujuan umum pendidikan adalah tujuan yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik terhadap peserta didik. Tujuan umum pendidikan sering disebut juga dengan istilah tujuan akhir pendidikan atau tujuan total ataupun tujuan lengkap. Mengenai tujuan umum pendidikan ini dapat kita cermati pada tujuan pendidikan nasional dalam undang-undang sistem pendidikan nasional 2. Tujuan khusus pendidikan adalah tujuan yang merupakan pengkhususan dari tujuan umum pendidikan. Untuk mencapai tujuan umum pendidikan tersebut diatas, tiap-tiap peserta didik tentu mempunyai cara dan kiat sendiri-sendiri, sehingga berbeda satu sama lain. Hal itu tergantung dari bebarapa hal, yaitu 1. Tergantung dari sifat atau bakat masing-masing peserta didik 2. Tergantung dari aneka kemungkinan yang ada dalam lingkungan dimana peserta didik memperoleh pengalaman pendidikan (misalnya sekolah, keluarga, atau masyarakat) 3. Tergantung dari tujuan kemasyarakatan peserta didik 4. Tergantung dari sejumlah kesanggupan yang dimiliki oleh peserta didik 5. Tergantung dari tugas lembaga pendidikan 3. Tujuan seketika atau insendetal adalah tujuan pendidikan yang bersifat seketika sesuai dengan momen tertentu. Misalnya memberi tahu cara bertelepon, cara makan ditempat umum, dan lain-lain. ILMU PENDIDIKAN 29 4. Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya berlaku sementar saja, sehingga kalau sudah tercapai tujuan yang diinginkan maka tujuan sementara ini kemungkinnan ditinggalkan.tujuan sementar ini seolah-olah merupakan tempat berhenti atau tempat beristirahat didalam perjalanan menujuke tempat umum. Misalnya :belajar berbicara, belajar berjalan, merupakan tujuan sementara untuk menuju pada tujuan perkembangan anak yang lebih tinggi yaitu Kedewasaan. 5. Tujuan Tidak lengkap adalah tujuan yang mempunyai hubungan dengan aspek kepribadian manusia, sebagai fungsi kerokhanian pada bidang etika, keagamaan, estetika, dan sikap sosial dari orang tua. Dalam rumusan yang lebih sederhana dari Dirto hadisusnto, Suryati sidharto, dan Dwi Siswoyo (1995) disebutkan bahwa tujuan tak lengkap adalah tujuan yang hanya meliputi sebagian kehidupan manusia, misalnya segi psikologis, biologis, atau sosiologis saja. 6. Tujuan perantara atau intermedier adalah tujuan yang hampir sama dengan tujuan sementara, akan tetapi khusus mengenai pelaksanaan teknis dari tugas-tugas belajar. Misalnya belajar membaca, belajar menulis yang seolah-olah terlepas dari tujuan akhir, sehingga seakan-akan cara belajar mengeja tidak terikat kepada pandangan hidup tertentu. Padahal sebetulnya hubungannya sangat erat dengan tujuan akhir. D. BEBERAPA RUMUSAN TUJUAN PENDIDIKAN OLEH PARA AHLI Para ahli memiliki rumusan tujuan pendidikan yang berbeda satu sama lain. Masing-masing menekankan pada orientasi tertentu dalam perumusan tujuan pendidikan. Berikut orientasi penekanan menurut para ahli . Crow and Crow lebih menekankan agar anak didik bisa berpikir secara efektif,jernih dan obyektif. MJ. Langeveld menekankan pada terwujudnya kedewasaan peserta didik. Socrates menekankan upaya pengenalan diri supaya dapat hidup dengan jiwa yang sehat, susila, dan bahagia. Plato ILMU PENDIDIKAN 30 menekankan pada ketercapaian keadilan didalam negara dengan pimpinan seorang raja yang bijaksana. Kohnstammm menekankan pada terwujudnya kedamaian batin dan kemandirian. Jonas Cohn menekankan pada terwujudnya individu mandiri. Sedangkan John dewey menekankan pada tercapainya sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Adapun dua ahli pendidikan indonesia menekankan yang berbeda. Ki Hadjar dewantara menekankan pada tercapainya kesempurnaan hidup. Sikun pribadi menekankan pada terbentuknya psycho-hygiene dan tanggung jawab. Notonagoro menekankan ketercapaian kebahagiaan sempurna yang kekal abadi. Dengan demikian,tujuan pendidikan hasil rumusan para ahli meliputi beberapa poin penting yang mencangkup pengembangan tiga hal yakni pengembangan individu, masyarakat, dan untuk tujuan lanjutan. E. TUJUAN SETIAP JENJANG PENDIDIKAN FORMAL Dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, masing-masing jenjang pendidikan formal diarahkan bisa mencapai tujuan tertentu. Jenjang pendidikan formal mulai dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi memiliki tujuan yang berbeda. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah disebutkan bahwa tujuan pendidikan prasekolah adalah “Membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya” Tujuan pendidikan jenjang pendidikan dasar sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar disebutkan bahwatujuan pendidikan dasar adalah “Untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya ILMU PENDIDIKAN sebagai pribadi,anggota masyarakat,warga negara,dan 31 anggota umat manusia,serta mempersiapkan persrta didik untuk mengikuti pendidikan menengah” Tujuan pendidikan jenjang pendidikan menengah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah disebutkan bahwa tujuan pendidikan menengah adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan serta mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmupengetahuan teknologi dan keagamaan. 2. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya. Pada bagian lain dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1990 juga disebutkan bahwa pendidikan menengah mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan menegah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangka sikap profesional. Pendidikan menengah keagamaann mengutamakan penyiapan siswa dalam penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Sedangkan pendidikan menengah kedinasan mengutamakan peningkatan kemampuan pegawai negeri dalam pelaksanaan tugas kedinasan. Tujuan pendidikan jenjang pendidikan tinggi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi disebutkan bahwa tujuan pendidikan tinggi adalah : 1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keseniaan. ILMU PENDIDIKAN 32 2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian serta mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. F. ALAT PENDIDIKAN 1. Pengertian Alat Pendidikan Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi yang membantu pencapaian tujuan pendidikan. 2. Penggunaan Alat Pendidikan Di dalam menggunakan alat pendidikan, seharusnya sudah ditegaskan tujuan apa yang akan dicapai, tetapi juga harus selalu diingat, bagi para pendidik, hendaknya berusaha menghindari tindakan yang bersifat memaksa bagi anak didik. Penggunaan alat mempunyai hubungan yang erat dengan sifat kepribadian pemakai karena merupakan sifat khas dari alat pendidikan. Dalam memilih alatalat pendidikan perlu diperhatikan hal-hal berikut : a. Tujuan apakah yang ingin dicapai dengan alat itu b. Siapakah yang akan menggunakan alat itu c. Terhadap siapakah alat itu akan digunakan d. Alat-alat manakah yang tersedia dan dapat digunakan Selain itu, kita perlu memperhatikan bagaimanakah reaksi anak-anak terhadap penggunaan alat pendidikan itu sehingga dengan penggunaan alat itu anak didik mengalami perubahan yang tidak hanya bersifat mekanisme saja, tetapi benar-benar merupakan pencerminan dari pribadi anak didik. ILMU PENDIDIKAN 33 3. Jenis Alat Pendidikan a. Alat Pendidikan Pendahuluan Alat pendidikan pendahuluan adalah alat pendidikan yang ditetapkan bagi anak didik yang belum mengerti akan arti kewibawaan, dan terdiri dari : a) Keteraturan, berarti berlangsung pada waktu, tempat, dan dengan cara yang tetap. b) Kebersihan, berarti menanamkan kebiasaan agar tetap bersih dan rapi. c) Ketenangan, artinya menanamkan kebiasaan untuk ikut menjaga keharmonisan keluarga, sehingga dapat hidup dengan tenang. d) Pembiasaan, artinya memberi kesempatan kepada anak akan kesibukan dalam lapangan indra dan motorik, kesempatan untuk bergaul dengan sesama. b. Alat Pendidikan yang Sebenarnya a) Memberi perlindungan, tujuan melakukan perlindungan ini , untuk menghalangi anak berbuat sesuatu yang akan merugikan anak didik. Alat pendidikan dalam memberi perlindungan ini dapat berupa : memberi kesempatan untuk mengalami sesuatu, membatasi perbuatannya, melarang atau menganjurkan untuk berbuat sesuatu, membiasakan atau menciptakan keteraturan pada anak didik. b) Verstandhouding= agar mengerti, yang dimaksudkan adalah agar anak dapat mengerti tingkah laku orang tuanya agar dimengerti oleh anak didik apa maksud dari sikap itu, dan agar dapat dicontoh oleh anak didik, baik secara sadar ataupun tidak. c) Kesamaan arah dalam berbuat dan berfikir, dalam hal ini alat pendidikan bercorak meragakan suatu contoh, sehingga anak didik memperoleh penjelasan pemberitahuan, gambaran akan sesuatu keadaan dan selanjutnya kita libatkan anak didik dalam kehidupan orang dewasa dengan memberi ILMU PENDIDIKAN 34 tanggung jawab kepada anak didik, agar mau menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan dan berusaha menepat janji. d) Merasa hidup bersama merasa ada perpaduan, dalam hal merasa hidup bersama ini, timbul rasa saling percaya mempercayai, cinta mencintai, sehingga pendidik menciptakan suatu kesempatan untuk terwujudnya “merasa hidup bersama” itu. e) Pembentukan kemauan, dalam hal ini anak didik memiliki kemauan untuk membentuk diri sendiri. Dengan kata lain, bahwa dengan pembentukan kemauan ini, anak didik mempunyai kesanggupan untuk berbuat kesusilaan atas kemauan dan pertanggungjawaban sendiri. G. LINGKUNGAN PENDIDIKAN Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi terjadinya proses pendidikan. Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 1. LINGKUNGAN KELUARGA Merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian anak, karena sebagian besar kehidupan anak berada ditengah-tengah keluarganya. Untuk itu orang tua harus menciptakan suasana yang edukatif, yakni suasana yang dimana orang tua mampu menciptakan pola hidup dan tata pergaulan dalam keluarga dengan baik sejak anak dalam kandungan. Sehingga nantinya anak mampu mengoptimalkan kemampuan dan kepribadiannya tersebut. Ada 4 tanggung jawab orang tua terhadap anak dalam lingkungan pendidikan keluarga : 1. Memelihara dan membesarkan anak 2. Melindungi dan menjamin kesehatan anak 3. Mendidik dengan berbagai ilmu 4. Membahagiakan kehidupan anak ILMU PENDIDIKAN 35 2. LINGKUNGAN SEKOLAH Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, terencana, sengaja, dan terarah yang dilakukan oleh pendidik yang profesional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada jenjang tertentu, mulai dari tngkat TK (Taman Kanak-kanak), Perguruan Tinggi. Pada dasarnya sekolah hanya meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diperoleh dilingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan informal. Sekolah juga memiiki beberapa tanggung jawab sebagai lingkungan pendidikan bagian anak didiknya, antara lain : A. Tanggung Jawab Formal Yakni tanggung jawab sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang bertugas untuk mencapai tujuan pendidikan berdasarkan undang-undang yang berlaku. B. Tanggung Jawab Keilmuan Yakni tanggung jawab sekolah berdasarkan bentuk isi dan tujuan serta jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat. C. Tanggung Jawab Fungsional Tanggung jawab sekolah yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik yang pelaksanaannya berdasarkan kurikulum. Sekarang ini sekolah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dimana sistem ini terbagi dalam berbagai jenjang pendidikan. Antar lain: A. Taman Kanak-kanak (TK) dan Rahdhatul Athfal (RA) Dijenjang ini pendidikan difokuskan kepada: ILMU PENDIDIKAN 36 1. Pengembangan moral, budi pekerti, dan nilai-nilai agama. 2. Pendidikan social dan emosi 3. Pengembangan kemampuan dasar masing-masing individu B. Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Difokuskan agar peserta didik menjadi lulusan yang memiliki dasar-dasar karakter, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan dasar yang memadai untuk mengembangkan potensi anak didik. C. Sekolah Menengah Sekolah menengah meliputi Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Madrasah Aliyah (MA). Dalam penyelenggaraannya sekolah menengah ditujukan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social, budaya, dan alam sekitar. 3.LINGKUNGAN MASYARAKAT Secara umum masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang bertempat tinggal disuatu tempat dan saling berinteraksi dengan sesama untuk mencapai tujuan tertentu. Namun jika ditinjau dari lingkungan pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan pendidikan non-formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan terencana kepada seluruh anggotanya tanpa memandang status pendidikan, ras, gender, manusia, tetapi tidak sistematis. Masyarakat menerima semua anggota yang beragam untuk diarahkan menjadi anggota yang sejalan dengan tujuan masyarakat itu sendiri yang berorientasi pada pencapaian kesejahteraan social, jasmani, rohani, dan juga mental spiritual. ILMU PENDIDIKAN 37 Secara konsepsional, tanggung jawab pendidikan dibebankan kepada perangkat desa atau tokoh masyarakat. Tanggung jawab yang dibebankan tersebut antara lain: A. Pengawasan Mengawasi jalannya nilai social budaya, aturan social dan aturan agama B. Penyaluran Menyalurkan aspirasi dan keinginan masyarakat untuk mendapat hidup bahagia, aman, dan sejahtera. C. Pembinaan dan Peningkatan Kualitas Membina dan meningkatkan kualitas kehidupan warga dengan mengadakan kegiatan yang dapat menunjang terwujudnya keluarga bahagia dan sejahtera, seperti kegiatan PKK, Karang Taruna, dll. H. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM A. Pengertian sistem Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yang artinya berdiri bersama.Sistem adalah suatu kelompok unsur yang saling berinteraksi, saling terkait atau ketergantungan satu sama lain yang membentuk satu keseluruhan yang kompleks. Dari pengertian-pengertian tersebut maka memunculkan kata keseluruhan (wholeness), kesatuan (unity), dan keterkaitan (correlated). Sistem dalam terminologi para ahli memiliki makna yang berbeda. Beberapa ahli memaknakan sistem dengan kesatuan yang lengkap dan bulat (Sutari Imam Barnadib,1995). Sebagian besar ahli mendefinisikan sistem sebagai rangkaian hubungan keseluruhan antar komponen yang saling terkait dan terikat satu sama lain secara dinamis, sinergis, dan harmonis untuk mencapai tujuan. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diperoleh beberapa point penting : 1. Sistem memiliki bagian atau komponen, yang sering disebut dengan istilah sub sistem 2. Ada interaksi antar komponen atau sub-sistem yang menjadi bagian dari sistem 3. Mekanisme interaksi antar komponen sistem sebaiknya bersifat dinamis, ILMU PENDIDIKAN 38 sinergis, dan harmonis 4. Keberadaan sistem tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh 5. Adanya tujuan atau fungsi yang ingin dicapai oleh sistem B. Telaah Filosofis tentang Sistem Keberadaan sistem sebenarnya merupakan sesuatu yang bersifat alamiah dan bersifat kodrat. Aneka macam kehidupan di muka bumi diciptakan semuanya serba sistem (sistemik), dalam arti semua serba teratur, ada tata mekanisme alamiah yang sinergis dan harmonis. Masing-masing unit kehidupan memiliki perbedaan yang terletak pada ukuran bentuk dan lingkupnya masing-masing. Unit kehidupan sistematik dengan bentuk paling besar dan dengan cakupan yang paling luas disebut makrosistem. Misalnya, unit kehidupan jagat raya yang serba teratur dan terdapat tata mekanisme alamiah yang sinergis dan harmonis. Sebaliknya ada unit kehidupan sistematik dengan bentuk paling kecil dan cakupan paling sempit yang disebut mikrosistem. Misalnya kehidupan virus. Universalitas unit kehidupan sistematik mencakup 4 kategori yang dapat disebutkan dan digambarkan sebagai berikut: 1. Kategori kehidupan 2. Kategori bagian-bagian kehidupan 3. Kategori bagian kecil kehidupan 4. Kategori komponen bagian kecil kehidupan Sistem yang merupakan kesatuan yang lengkap dan bulat dengan komponen-komponen di dalamnya yang saling terkait secara dinamis, sinergis dan harmonis tersebut selalu berupaya menemukan kestabilan. Sistem selalu memilih gerakan-gerakan paling minimal, paling kurang beresiko, dan paling aman agar kemapanan sistem ini tetap terpelihara. Gerak sistem pada umumnya dikesankan bersifat lambat ketika menghadapi perubahan-perubahan baik internal maupun eksternal. Hanya sistem yang mampu melakukan gerakan adaptif terhadap perubahan-perubahan tersebut itulah yang paling tetap bisa menjaga eksistensinya secara berkelanjutan. Untuk itu sistem perlu melakukan tindakan adaptasi agar tetap bisa berkelanjutan eksistensinya. ILMU PENDIDIKAN 39 Sebagaimana dikemukakan Mochtar Buchori (Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo,1995), sistem perlu dilengkapi dengan 3 buah kemampuan yaitu : 1. Mengetahui pola-pola perubahan yang ada 2. Menyusun gambar tentang dampak yang ditimbulkan akibat dari perubahanperubahan yang akan terjadi 3. Menyusun program penyesuaian terhadap pola perubahan dan dampak yang akan terjadi Menuru Klaus Nowak, teori tentang sistem memiliki 3 generasi dalam perkembangannya, yaitu : 1. Generasi pertama Sistem dipahami sebagai sekedar kesuluruhan dan bagian. Teori ini merupakan teori sistem yang paling tua. 2. Generasi kedua Sistem dipahami sekedar kaitan antara sistem itu sendiri dengan lingkungan. Pada generasi kedua ini muncul istilah inside system dan outside system yang keduanya terdapat semacam invisible border. Pada generasi ini mengalami berbagai problem yaitu input problems, process problems dan ouput problems. Input problems terjadi karena sistem harus bekerja keras menyaring banyak informasi dari luar. Process problems terjadi karena kompleksnya faktor yang terlibat dalam diproses dan banyaknya alternatif efisiensi proses. Problem output terjadi karena sulitnya melakukan pengambilan keputusan dalam hal antisipasi peluang dan kebutuhan. 3. Generasi ketiga Sistem dipahami sebagai identity and difference. Teori ini menyatakan bahwa sistem itu tidaklah pasif melainkan pro-aktif pada lingkungan. Sistem harus tahu siapa dirinya, mengapa dirinya ada, bagaimana seharusnya ia ada, dan sebagainya sebagai upaya pengembangan identitas diri suatu sistem. Selanjutnya secara umum menurut Klaus Nowak ada 3 macam tipe sistem yang ada didunia ini, yaitu: ILMU PENDIDIKAN 40 1. Biological System Fungsinya untuk mempertahankan kelangsungan hidup supaya survival 2. Psychological System Fungsinya untuk mencari dan menemukan makna keberadaan sistem dalam arti mencari dan menemukan mengapa sistem ini ada 3. Social system Fungsinya meneguhkan makna akan keberadaan sistem. C. Mekanisme Logik Kerja Suatu Sistem Standar saling hubungan antar bagian sistem untuk mencapai manfaat atau hasil yang diharapkan disebut mekanisme kerja. Mekanisme logik kerja suatu sistem melibatkan semua komponen sistem atau sub-sistem, mulai dari input, proses, output dan outcome. Input adalah masukan bahan mentah berupa barang , informasi, orang atau hal yang akan diproses. Proses adalah kegiatan dalam sistem melalui standar kerja dalam rangka menghasilkan produk tertentu dari sistem. Output adalah hasil dari kegiatan proses. Outcome adalah keluaran yang telah dihasilkan sistem yang telah dipakai oleh pihak pengguna. D. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Sistem penyelenggaraan pendidikan atau lebih singkatnya sistem pendidikan dalam perspektif makro merupakan satu kesatuan organis-dinamis antar bidang kehidupan dalam suatu sistem kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan sistem pendidikan dalam perspektif mikro merupakan suatu rangkaian kesatuan hubungan organis-dinamis antar unsur pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dwi Siswoyo (Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo,1995) menegaskan bahwa proses pendidikan terjadi apabila ada interaksi antar komponen pendidikan yang terjalin secara sistematik. Komponen pendidikan itu adalah tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, isi atau materi pendidikan, alat dan metode, serta lingkungan pendidikan. ILMU PENDIDIKAN 41 BAB III PENUTUP I. KESIMPULAN Komponen pendidikan merupakan bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Komponen-komponen pendidikan meliputi : 2. Anak didik 3. Pendidik 4. Tujuan pendidikan 5. Alat pendidikan 6. Lingkungan pendidikan 7. Pendidikan sebagai sistem Dengan adanya kesinambungan antara komponen pendidikan yang satu dengan yang lainnya maka sistem proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan berhasil. DAFTAR PUSTAKA Rohman, Arif. 2009.Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Lksbang Mediatama. Suwarno,Wiji. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Tim MKDK FKIP UNS, (1993). Pengantar Pendidikan. Surakarta : Sebelas Maret University Press. ILMU PENDIDIKAN 42