EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DALAM KETUNTASAN BELAJAR EKONOMI MAKALAH Dibuat sebagai hasil dari Seminar Ekonomi yang bertemakan Efektifitas Pembelajaran Ekonomi Program Pascasarjana Pendidikan Ekonomi OLEH: Nelly Yuniaty Sitorus (117925011) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN EKONOMI 2012 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii DAFTAR ISI ……….............................................................................. iii A. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 B. PEMBAHASAN .............................................................................. 3 1) Teori Efektivitas Pembelajaran ……………………………… 3 2) Teori Belajar Vygostky ……………………………………….. 4 3) Konsep Scaffolding ……………………………………………. 6 4) Efektivitas Pembelajaran Scaffolding dalam Ekonomi …….. 7 C. PENUTUP Kesimpulan ................................................................................. DAFTAR PUSTAKA 9 EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DALAM KETUNTASAN BELAJAR EKONOMI A. PENDAHULUAN Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai dan demokratis. Oleh karena itu pembaharuan dan inovasi harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan suatu bangsa dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dan perubahan masyarakat yang dinamis, perlu disiapkan individu yang mampu bersaing dan memiliki ketangguhan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak berdasarkan pemahaman terhadap berbagai bidang. Proses belajar mengajar merupakan sistem yang didalamnya terdapat sejumlah komponen yang saling mempengaruhi. Komponen tersebut antara lain kurikulum, tenaga pengajar, perumusan tujuan, pemilihan dan penyusunan materi, penggunaan strategi pembelajaran yang efektif, penggunaan media yang tepat, dan pelaksanaan evaluasi yang benar. Kegiatan evaluasi dilaksanakan untuk mengukur dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar, khususnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi disebabkan oleh berbagai faktor. Proses pembelajaran di kelas selama ini masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan metode ceramah menjadi pilihan utama guru dalam menyampaikan materi. Penggunaan metode bervariasi dalam pembelajaran cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang tidak maksimal dan membosankan. Disamping strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, pelajaran yang disampaikan cenderung teoritis dan jarang di kaitkan dengan dunia nyata. Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekonomi, sebab disamping untuk pencapaian tujuan juga harus mempertimbangkan karakteristik dan setting pembelajaran ekonomi tersebut. Pembelajaran ekonomi selama ini yang digunakan oleh guru ekonomi di SMA adalah pembelajaran dengan model ceramah dan penugasan. Proses belajar mengajar sekarang ini menuntut guru tidak lagi hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi siswa sendiri yang harus membangun pengetahuannya. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Sesuai dengan konstruktivisme, siswa dibiasakan untuk memunculkan ide-ide baru, memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan scaffolding. Pendekatan ini perlu digunakan sebagai upaya peningkatan proses belajar mengajar, sehingga siswa memiliki kemampuan dalam memahami konsep materi, sikap positif juga keterampilan. Menurut Vygotsky (2000) bahwa dalam konsep scaffolding seharusnya diberikan tugas-tugas yang kompleks, sulit dan realistik, kemudian diberikan bantuan yang secukupnya untuk menyelesaikan tugastugas tersebut. Namun siswa bukan diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen materi pembelajaran, tetapi diberikan suatu tugas yang kompleks hingga pada suatu hari diharapkan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut. Pendapat Linda (2002) yang mengemukakan bahwa ”scaffolding is process as providing support to student learning and then retreating that support so that the student becomes self reliant.” Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan scaffolding, maka siswa belajar bukan dengan menghafal. Semua kegiatan pembelajaran harus bermakna bagi siswa, berorientasi pada pemecahan masalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri jawaban tentang suatu permasalahandengan intensitas bantuan yang semakin lama semakin berkurang. Dengan penerapan pendekatan scaffolding diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam pelajaran ekonomi. B. PEMBAHASAN 1) Teori Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif, yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna, ada efeknya, pengaruhnya, akibatnya, atau kesannya. Efektivitas pembelajaran banyak bergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri, baik yang dilakukan secara mandiri maupun kelompok. Dalam hal ini, Mulyasa (2003) menekankan pentingnya upaya pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di dalam proses pembelajaran. Mulyasa (2003) menyatakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya, yaitu: a. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut, b. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah, c. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya, d. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter; e. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Sebelum membicarakan arti efektivitas pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diketahui terlebih dahulu, adalah beberapa hal yang mempengaruhi keefektifan suatu pembelajaran yaitu : a. aktivitas siswa b. kemampuan guru dalam mengelolah kelas c. kemampuan guru dalam menyampaikan materi ajar. Effective teachers know how to make good formal plans. They also know how to make adjustment when plans prove in be in ap propriate or ineffective”. Yang artinya, guru yang efektif tahu cara membuat perencanaan yang baik. Mereka juga tahu cara menyesuaikan ketika perencanaan tidak sesuai atau tidak efektif. Menurut Mulyasa (2003), suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila seluruh siswa dilibatkan secara aktif baik mental, fisik, maupun sosial. Jika menurut Slavin, indikator suatu pembelajaran dikatakan efektif dapat terlihat dari: a. Kualitas pembelajaran (Quality of instruction). Kualitas pembelajaran dapat terlihat dari ketercapaian tujuan instruksional pembelajaran yang terdapat pada indikator pembelajaran dan kemampuan anak setelah penerapan pembelajaran. b. Kesesuaian tingkat pembelajaran (Aproprite levels of instruction). Hal ini terlihat pada indikator ketercapaian yang terdapat pada silabus atau program tahuan atau program semester yang telah direncanakan oleh guru. c. Motivasi dalam pembelajaran (Incentive of instruction). Cara guru memberikan motivasi yang dapat terlihat dari respon dan minat siswa saat berlangsungnya pembelajaran. d. Waktu (time). Keefisienan waktu dan pengaturan waktu yang telah dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. 2) Teori Belajar Vygostky Teori Vygotsky memberikan suatu sumbangan yang sangat berarti dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini memberi penekanan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. (Nur, 2000:4). Teori Vigotsky dalam kegiatan pembelajaran juga dikenal apa yang dikatakan scaffolding (perancahan), dimana perancahan mengacu kepada bantuan yang diberikan teman sebaya atau orang dewasa yang lebih kompeten, yang berarti bahwa memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukannya sendiri (Nur, 1998:32). Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu: a. Menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi – strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing – masing zone of proximal development. b. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep – konsep dan pemecahan masalah. 3) Konsep Scaffolding Scaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli psikologi perkembangan-kognitif masa kini, Jerome Bruner, yakni suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya, melalui tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru atau orang dewasa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh Smith et al. (1998), yaitu: a. Walaupun Vygotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang lebih penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak daripada peran yang diusulkan Piaget, keduanya tidak mendukung pengajaran didaktis diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan, walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui ZPD. b. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak.berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu (individual discovery learning), kerja kelompok secara kooperatif (cooperative groupwork) tampaknya mempercepat perkembangan anak. c. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluasa menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bis adengan mudah melihat kesulitankesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai. d. Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam berbagai cara. Dari perspektif pengikut Vygotsky-Bruner, perintah-perintah di layar komputer merupakan scaffolding (Crook, 1994). Ketika anak menggunakan perangkat lunak (software) pendidikan, komputer memberikan bantuan atau petunjuk secara detail seperti yang diisyaratkan sesuai dengan kedudukan anak yang sedang dalam ZPD. Tak pelak lagi, beberapa anak di kelas lebih terampil dalam menggunakan komputer sehingga bisa berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer, guru bisa dengan bebas mencurahkan perhatinnya kepada individu-individu yang memerlukan bantuan dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing-masing anak. 4) Efektivitas Pembelajaran Scaffolding dalam Ekonomi Upaya untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran ekonomi dapat dilaksanakan dengan menerapkan scaffolding learning. Pemberian tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi serta mengubah sifat pasif siswa pada saat proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan fasilitas pendukung sepeti rencana pembelajaran dengan scaffolding learning, catatan lapangan dan lembar latihan soal. Penerapan pembelajaran scaffolding dalam mata pelajaran ekonomi dapat kita lakukan pada materi konsumsi, tabungan, dan investasi, karena penerapan pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas siswa dikelas. Tidak hanya aktivitas siswa yang meningkat, aktivitas guru juga meningkat dalam pembelajaran Scaffolding. Penerapan scaffolding learning akan mendorong siswa untuk mengasah pemikirannya secara mandiri yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, melatih siswa untuk bekerjasama bertukar pikiran dan berbagi ide sehingga akan diperoleh pengetahuan yang lebih dibandingkan jika belajar sendiri. Penerapan scaffolding learning juga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sambil belajar siswa bisa berinteraksi dengan temannya sehingga dapat menselaraskan antara kecakapan akademik dan kecakapan sosial. Siswa diharapkan bisa lebih termotivasi untuk bersungguh-sungguh dan serius dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui kegiatan penilaian baik secara kooperatif maupun individu. Pembelajaran scaffolding ini sangat cocok untuk diterapkan pada materi dengan karakteristik tertentu yaitu materi-materi yang rumit (berhubungan dengan rumus-rumus) seperti pada materi konsumsi, tabungan, dan investasi ini yang memerlukan penjelasan lebih dan banyak latihan. C. PENUTUP Kesimpulan Scaffolding adalah suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya, dimulai melalui tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar sampai siswa mampu mengerjakan sendiri. Namun siswa bukan diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen materi pembelajaran, tetapi diberikan suatu tugas yang kompleks hingga pada suatu hari diharapkan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut. DAFTAR PUSTAKA Linda. 2002. Scaffolding as a Teaching Strategy. (online), (http://www.google.com, diakses 04 Mei 2012). Mc. Kenzie, J. 2000. Beyond Technology: Questioning Research and The Information Literate School Community, Chapter 19-Scaffolding For Success. (online), (http://www.google.com, diakses 04 Mei 2012) Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja. Nur, M. 1998. Teori-teori Perkembangan. Surabaya : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Nur, M. dan Wikandari P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press. Vygotsky. 2000. Scaffolding for Learning. (Online), (http://www.education .vic.gov.au, diakses 04 Mei 2012) http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2256741-teori-efektivitas pembelajaran/#ixzz1tubHURsb