Jurnal Kommas

advertisement
POLA KOMUNIKASI PELATIH DENGAN ATLET BASKET
(Studi Kasus Komunikasi Interpersonal Pelatih dengan Atlet Basket dalam
Memicu Prestasi di Sritex Dragons Solo)
JURNAL
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
JENNIE RAHARJO
D0208008
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
POLA KOMUNIKASI PELATIH DENGAN ATLET BASKET
(Studi Kasus Komunikasi Interpersonal Pelatih dengan Atlet Basket dalam
Memicu Prestasi di Sritex Dragons Solo)
Jennie Raharjo
Drs. Dwi Tiyanto S.U
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
This research has a purpose in general to describe and analyze patterns of
interpersonal communication trainer in improving the athlete's performance in
Sritex Dragons basketball Solo; and specifically for the purpose of describing and
analyzing the messages communicated to the athlete coaches in basketball
athletes improve performance; as well as the receipt of messages received from
coaches athletes in basketball athletes improve performance.
The method used in this study is a qualitative research with the case
method. Data collection techniques used were interviews. Informants is a
basketball coach and athlete in Sritex Dragons Solo.
The results showed that: 1) the pattern of interpersonal communication
between the coach and the player progresses in training and outside training.
Communication during the training using face-to-face methods, while
communication takes place in an after hours of exercise using the approach in
athletes. 2) In a message to athletes, coaches can understand the characteristics
of the athlete, communicate both formal and informal, that then coach use a
personal approach with subtle language, motivate and give confidence to the
athletes that athletes have the ability to achieve so that the message delivered by
trainer acceptable to the athlete with good interpersonal and communication run
is successful. 3) Athletes may receive a message that is conveyed by the coach as
you wish trainer. Athletes can correctly interpret the content of the message as
defined by the coach. This is consistent with the results of interviews with athletes
that in conveying the message, the coach does not use a tone that is too high, so
as not to cause the atmosphere became tense and ultimately the athlete can
receive messages or opinion properly by the athlete.
Keywords: interpersonal communication patterns, coaches, athletes, basketball,
Sritex Dragons Solo.
1
Pendahuluan
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
komunikasi karena komunikasi merupakan bagian penting dari sistem dan tatanan
kehidupan sosial manusia dan atau masyarakat. Komunikasi sudah menjadi bagian
dari kegiatan seseorang sehari-hari. Jarang disadari bahwa prinsipnya tidak
seorangpun dapat melepaskan dirinya dari aktivitas komunikasi. Oleh karena itu
komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan
pembentukan masyarakat.
Komunikasi terdiri atas dua macam komunikasi satu arah, yakni
komunikasi yang terjadi hanya dari komunikator ke komunikan tanpa adanya
feedback. Yang kedua adalah komuniukasi dua arah yaitu komunikasi yang terjadi
antara komunikator ke komunikan yang menimbulkan feedback terhadap
komunikator. Secara garis besar pola komunikasi antara pelatih dan atlet basket
Sritex Dragons Solo menggunakan komunikasi dua arah. Terjadi timbal balik
informasi antara komunikator dan komunikan, dalam hal ini pelatih ke atlet dan
begitu pula sebaliknya.
“...Interpersonal communication is referred to as a systemic,
unique and a continuous process of interaction between individuals and by
individuals who make reflections and build personal knowledge of each
other while creating and sharing meanings and forming relationships...”
(Komunikasi interpersonal disebut sebagai sistemik, unik dan proses yang
berkesinambungan interaksi antara individu dan oleh individu yang
membuat refleksi dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain
sekaligus menciptakan dan berbagi makna dan membentuk hubungan
(Trenholm dan Jensen, 1992; Fisher dan Adams, 1994; Wood, 2002 dalam
jurnalnya Maubane dan van Outdshoorn, 2011: 298).
Berdasarkan dari tujuan komunikasi, maka komunikasi yang terjalin bisa
terjadi karena adanya dorongan tertentu. Seperti misalnya dalam komunikasi yang
dilakukan antara pelatih dan atlet
terkait dengan adanya dorongan ataupun
keinginan dari dua belah pihak untuk saling memberikan dan mendapatkan
informasi. Adanya keterbukaan dalam komunikasi memudahkan komunikan
memahami maksud dari pesan yang disampaikan oleh komunikator dan dapat
mempengaruhi komunikan untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan
3
harapan komunikator (Gunawati, 2006: 25). Dorongan inilah yang kemudian
disebut sebagai motivasi dalam berkomunikasi.
Pola komunikasi yang dilakukan pelatih dalam meningkatkan prestasi
atletnya adalah dengan menggunakan pola komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal adalah model komunikasi yang dianggap paling efektif dalam
berinteraksi dengan atlet basket karena sifatnya adalah dilakukan secara spontan,
perilaku kebiasaan dan dilakukan dengan sadar. Hal ini dilakukan oleh pelatih
karena mengharapkan adanya hubungan timbal balik antara pelatih dan atlet, atlet
dan pelatih sehingga nantinya akan menimbulkan komunikasi dua arah yang
berkualitas.
Fokus penelitian ini adalah pada pola komunikasi interpersonal antara
pelatih dan atlet Basket Sritex Dragons Solo dalam meningkatkan prestasi atlet.
Komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet adalah komunikasi dua arah,
khususnya antara atlet dan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang
terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dan atletnya adalah timbulnya
salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil,
sehingga tidak mau bersikap terbuka pada pelatih. Untuk menghindari terjadinya
hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan cara berkomunikasi dengan
para atlet dan memperhatikan karakteristik atlet.
Di lingkungan Sritex Dragons Solo, komunikasi yang efektif antara pelatih
dan atlet tentunya akan menghasilkan kualitas pemain profesional yang lebih baik
yang salah satunya ditandainya dengan peningkatan prestasi para atlet.
Sebaliknya, komunikasi yang kurang efektif antara pelatih dan atlet justru akan
berdampak terhadap menurunnya prestasi atlet
tersebut. Hal terpenting yang
harus diperhatikan untuk mengukur keberhasilan proses komunikasi pada atlet
berupa keberhasilan prestasi pada saat mengikuti kompetisi.
Terjalinnya komunikasi yang baik yang dilakukan oleh pelatih kepada
atlet dan sikap terbuka dapat memberikan semangat bagi atlet. Pembinaan secara
langsung dan keterbukaan pelatih pada atlet memberikan dampak yang positif
terhadap prestasi atlet. Pelatih basket adalah profesi yang sangat penting,
terutama ketika pelatih harus membantu atlet untuk
4
dapat menguasai
keterampilan baru, bersaing dengan orang lain, dan merasa lebih baik tentang
pribadi mereka. Pelatih yang sukses tidak hanya harus memiliki teknik yang
tepat, pengetahuan atau keterampilan mereka dalam bidang olahraga, tetapi
mereka juga harus tahu bagaimana mengajar keterampilan tersebut bagi atletnya.
Keberhasilan dan kinerja tim pelatih tergantung pada kemampuannya untuk
berkomunikasi secara efektif dengan para atlet. Pelatih basket sebagai pemimpin
dari sekelompok orang, dapat mengkodekan dan mengirim pesan kepada atlet
untuk mempengaruhi perilaku mereka.
Pentingnya peran seorang pelatih berdasarkan tujuan komunikasi dilihat
dari aspek komunikasi maka yang akan dilihat adalah proses komunikasi antara
pelatih dan atlet. Karena penyampaian pesan ada di komunikator harus diterima
komunikan sebagaimana yang diinginkan oleh komunikator, sehingga komunikasi
bisa berjalan dengan lancar. Penelitian ini merupakan studi kasus, yang ingin
melihat bagaimana atlet di Sritex Dragons Solo dengan alasan atlet Sritex
Dragons Solo merupakan atlet basket yang memiliki prestasi yang sangat
membanggakan. Mengingat pentingnya komunikasi interpersonal antara pelatih
dan atlet dalam sebuah tim dalam memicu prestasi atlet, berdasarkan aspek
komunikasi interpersonal maka peneliti tertarik untuk mengkaji: “Pola
Komunikasi Pelatih dengan Atlet Basket (Studi Kasus Komunikasi Interpersonal
Pelatih dengan Atlet Basket dalam memicu Prestasi di Sritex Dragons Solo).
Perumusan Masalah
1. Secara Umum
Bagaimanakah pola komunikasi interpersonal yang digunakan pelatih dalam
memicu prestasi atlet?;
2. Secara Khusus
a. Bagaimana pesan-pesan yang disampaikan pelatih kepada atlet dalam
usaha meningkatkan prestasi?;
b. Bagaimana atlet menerima pesan-pesan dari pelatih.
5
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola komunikasi interpersonal
pelatih dalam meningkatkan prestasi atlet basket di Sritex Dragons Solo.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pesan-pesan yang disampaikan
pelatih kepada atlet dalam meningkatkan prestasi atlet basket;
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerimaan pesan-pesan yang
diterima atlet dari pelatih dalam meningkatkan prestasi atlet basket.
Tinjauan Pustaka
A. Komunikasi
Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara
si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Arni,
2005: 4). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan komunikasi adalah
proses pemindahan atau penyampaian pengertian, informasi, pikiran, atau
perasaan oleh seseorang kepada orang lain sehingga memperoleh pengertian
yang sama. Proses komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari
pengirim kepada penerima.
Sejalan dengan pendapat Lasswell yang dikutip oleh Effendy (2004: 5)
ada lima unsur yang harus dipenuhi dalam komunikasi, yaitu:
a. Sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi
(encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau
originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi.
b. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima.
c. Media atau saluran (media, channel), yaitu alat atau wahana yang
digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.
d. Penerima (communicant, receiver, recipient, audience), yaitu penerima
pesan dari sumber.
6
e. Efek (effect, impact, influence), apa yang terjadi pada penerima setelah ia
menerima pesan.
Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu. Dengan perkataan lain, pesan
(message) yang disampaikan komunikator kepada komunikan terdiri atas isi
(the content) dan lambang (symbol).
B. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan pesertanya menangkap eaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2010:
81). Interpersonal communication as a process which begins as impersonal
and becomes more and more personal as the interactions increase in
frequency and intimacy (Komunikasi interpersonal sebagai suatu proses yang
dimulai sebagai impersonal dan menjadi lebih dan lebih personal sebagai
interaksi peningkatan frekuensi dan keintiman) (DeVito, 2001: 4).
1. Proses Komunikasi Interpersonal
Setiap definisi komunikasi interpersonal diatas, menunjukkan
adanya suatu proses dalam komunikasi. Adapun proses komunikasi
merupakan tahapan-tahapan penyampaian pesan dari pengirim pesan
kepada penerima pesan. Kotler dalam Effendy (2006: 18) mengatakan
bahwa mengacu pada paradigma Harold Lasswell, terdapat unsur-unsur
komunikasi dalam proses komunikasi, yaitu:
a. Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada
seseorang atau sejumlah orang;
b. Encoding (penyandian) adalah proses pengalihan pikiran ke dalam
bentuk lambang;
c. Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang
bermakna yang disampaikan oleh komunikator;
7
d. Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan;
e. Decoding adalah proses dimana komunikan menetakan makna
lambang yang disampaikan komunikator kepadanya;
f. Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator;
g. Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi komunikan setelah
diterima pesan;
h. Feedback adalah umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila
pesan tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator;
i. Noise adalah gangguan yang tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan
yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator
kepadanya.
Dengan adanya kesembilan unsur diatas, diharapkan adanya suatu
peningkatan hubungan interpersonal yang baik antara pelatih dan atlet
yang dapat terjadi melalui sebuah pembicaraan.
2. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Ada 6 tujuan komunikasi interpersonal menurut Riswandi (2009:
87), berikut tujuan tersebut:
a. Mengenal diri sendiri dan orang lain.
b. Mengetahui dunia luar.
c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi lebih bermakna.
d. Mengubah sikap dan perilaku.
e. Bermain dan mencari hiburan.
f. Membantu.
Adapun tujuan komunikasi interpersonal menurut De Vito adalah:
a. To Learn
Komunikasi
interpersonal
memungkinkan
orang
untuk
dapat
memahami dunia luar, memahami orang lain dan dirinya sendiri.
Dengan membicarakandiri sendiri dengan orang lain, seseorang dapat
8
mempelajari dirinya sendirimelalui feedback yang diberikan tentang
perasaannya, pemikiran, dan perilakunya. Seseorang juga dapat
mengerti dari feedback yang diberikan, bagaimanakah penilaian orang
terhadap dirinya.
b.
To Relate
Salah satu kebutuhan Manusia adalah untuk dicintai dan disukai
berinteraksi dan membangun relasi yang baik dengan yang lainnya,
begitu pula sebaliknya, oleh sebab itu manusia harus membangun
relasi yang baik dengan sesamanya, dan saling berinteraksi, salah satu
caranya adalah dengan melakukan komunikasi interpersonal.
c.
To Influence
Pengaruh sikap dan perilaku dari seseorang kepada orang lainnya
dapat melalui komunikasi interpersonal, misalnya orang tersebut ingin
mempersuasi orang lain untuk melakukan voting terhadap dirinya,
membeli buku baru, atau mencoba diet baru. Banyak waktu yang
digunakan oleh seseorang untuk melakukan komunikasi interpersonal
yang bersifat persuasif. Berdasarkan penelitian yang ada, para peneliti
menyimpulkan bahwa setiap komunikasi bersifat persuasif dan setiap
tujuan dari berkomunikasi mencari hasil yang bersifat persuasi,
contohnya:
1) Self presentation, seseorang merepresentasikan dirinya kepada
orang lain, mengenai bagaimana orang itu ingin memiliki image
diri di mata orang tersebut.
2) Relationship Goals, seseorang berkomunikasi untuk membentuk
suatu relasi yang sesuai kebutuhannya.
3) Instrumental Goals, seserang berkomunikasi kepada orang lainnya
dengan tujuan orang tersebut melakukan suatu hal yang sesuai
keinginannya.
d. To Play
Seseorang memerlukan waktu sejenak untuk break dari kejenuhan.
Salah satunya dengan melakukan komunikasi interpersonal seperti
9
berbicara dengan teman mengenai akivitas akhir minggu, berdiskusi
mengenai olahraga atau kencan, bercerita tentang suatu kisah atau
lelucon, dan berbicara secara umum untuk menghabiskan waktu.
e. To Help
Dalam kegiatan sehari-hari komunikasi interpersonal dapat digunakan
seseorang untuk menolong orang lain, seperti memberikan saran,
masukan, nasihat, dan sebagainya. Dan hal ini juga dapat terjadi
dengan menggunakan media tertentu, seperti email, dan lainnya.
Keberhasilan dari fungsi komunikasi interpersonal ini untuk menolong
tergantung dari skill dan pengetahuan dari komunikasi interpersonal
orang yang melakukannya (De Vito, 2007: 7).
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah,
khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam
hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan
atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet
merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka
terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet
terhadap pelatih. Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi,
pelatih perlu menyesuaikan teknik-teknik komunikasi dengan para atlet
seraya memperhatikan asas individual. Keterbukaan pelatih dalam hal
pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan
dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian
tentang tujuan program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan
mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang
dikenakan jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat
tersebut. Jadi, menghindari keberlakukan suatu sanksi yang belum pernah
diberitahukan sebelumnya (Singgih, 2004).
Also important to note is that interpersonal communication and
communication skills form a pivotal basis for the personal and
professional identity and growth of individual professionals and that it
10
might be seen as a foundation for building relationships amongst people
(penting untuk dicatat adalah bahwa komunikasi interpersonal dan
keterampilan komunikasi membentuk dasar penting bagi pribadi dan
identitas profesional serta pertumbuhan individu profesional dan itu bisa
dipandang sebagai sebuah organisasi untuk membangun hubungan antara
orang-orang (Wood, 2002: 11 dalam jurnalnya Maubane dan vanOudtshoorn 2011: p. 297
C. Pola Komunikasi Interpersonal
Pola adalah suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan komunikasi itu sendiri adalah suatu penyampaian suatu
pernyataan kepada orang lain. Jadi dalam suatu komunikasi perlu adanya pola
untuk bagaimana cara atau usaha untuk menyampaikannya. Agar suatu
komunikasi dapat tersampaikan, sesuai tujuan dan kebutuhan.Pola komunikasi
dapat bernilai positif dan negatif sesuai penyampaian dan isi yang
disampaikan (Herdianto, 2011: 9).
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan dengan cara yang
tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004: 1).
Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi
pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai arah
hubungan yang berlainan (Sunarto, 2006: 1).
Lebih lanjut Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau
hubungan tersebut dapat dicirikan oleh komplementaris atau simetris. Dalam
hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan
mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh
mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu dengan
dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan (Tubbs, Moss, 2001: 26). Disini
dapat dilihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur sistem.
Bagaimana orang merespon satu sama lain dapat menentukan jenis hubungan
yang mereka miliki.
11
Berdasarkan pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah
bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses
pengiriman dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu
gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas
dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
Dalam proses pola komunikasi interpersonal terdapat unsur-unsur
komunikasi yaitu:
1. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam
sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan
seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber
dalam sebuah hubungan. Seorang komunikator tidak hanya berperan
dalam menyampaikan pesan kepada penerima, namun juga memberikan
respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang
disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses
komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak
langsung Wiryanto, 2000: 63).
2. Komunikan
Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Komunikan bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok. Komunikan biasa disebut dengan berbagai macam istilah,
seperti khalayak, sasaran, penerima pesan, atau dalam bahasa Inggris
disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami
bahwa keberadaan komunikan adalah akibat karena adanya sumber. Tidak
adanya komunikan jika tidak ada komunikator atau sumber. Komunikan
adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang
menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh
penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali
menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
12
D. Prestasi Atlit
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu ”Presesatie” yang
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”Prestasi” yang berarti hasil usaha.
Sedangkan menurut Qohar (1983: 56) berpendapat prestasi adalah apa yang
telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan
keuletan kerja. Sementara itu Widodo (2000: 594) berpendapat, bahwa
prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Pada umumnya prestasi ini digunakan
untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu
tujuan atau bukti suatu keberhasilan.
Prestasi sendiri memiliki beberapa pengertian diantaranya hasil yang
telah dicapai, dilakukan dan dikerjakan. Karena itu, berbagai gelar atau
predikat diberikan sebagai suatu bentuk penghargaan atas prestasi yang
diperoleh seseorang. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003),
prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dikerjakan.
Sedangkan menurut Djamarah (2002) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, dan diciptakan, baik secara individual maupun
kelompok.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa suatu prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang
telah dikerjakan dan diciptakan bagaimanapun keadaannya dan didapatkan
dengan adanya usaha terlebih dahulu baik secara individu maupun kelompok.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Menurut Chaplin (dalam Arisanti & Wirawan, 2010), prestasi adalah
pencapaian yang dicapai oleh seseorang atau suatu tingkatan khusus dari
kesuksesan karena telah mempelajari tugas-tugas yang ada dalam satu bidang.
Prestasi seorang atlet dapat diukur melalui seberapa sering ia
bertanding dan memperoleh kemenangan dalam setiap pertandingan.
Adisasmito (2007) menyatakan bahwa prestasi atlet merupakan kumpulan dari
hasil-hasil yang dicapai oleh atlet dalam melaksanakan tugas yang
diberikannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah
sesuatu hal yang dicapai berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh individu.
13
Adisasmito (2007) menambahkan bahwa atlet dengan motivasi
berprestasi yang tinggi cenderung memiliki aktivitas yang menantang, serta
menghindari tugas yang terlalu mudah karena atlet tersebut tidak mendapatkan
kepuasan dari tugas yang terlalu mudah itu. Tantangan bagi seorang atlet yang
memiliki rasa motivasi berprestasi yang tinggi merupakan sebuah motivator
untuk mereka. Selain itu, atlet dengan motivasi berprestasi yang tinggi selalu
melakukan evaluasi dari setiap performa mereka, dalam hal ini adalah
pertandingan. Mereka tidak sungkan untuk meminta feedback dari pelatih
mereka mengenai performa mereka selama pertandingan.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi atlet, yaitu
faktor fisik, teknis dan psikologis. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan
dalam memunculkan prestasi yang optimal. Ketiga faktor tersebut merupakan
modal untuk seorang atlet menjadi atlet unggul dan mencapai prestasi puncak
dalam bidangnya. Menurut Adisasmito (2007), apabila ada salah satu faktor
yang tidak optimal, maka prestasi yang dicapai juga tidak optimal.
Adisasmito menjelaskan bahwa faktor fisik merupakan faktor yang
berhubungan dengan bentuk tubuh dan kemampuan atlet. Bentuk tubuh yang
ideal berpengaruh terhadap prestasi atlet. Faktor fisik bukan hanya bentuk
tubuh, melainkan kondisi fisik yang prima, daya tahan (endurance),
fleksibilitas, koordinasi gerak, dan kekuatan, baik untuk latihan maupun untuk
pertandingan.
Teknik berhubungan dengan keterampilan khusus yang dimiliki atlet
dan latihan yang dilakukan atlet. Dengan latihan yang teratur dan intensif
maka
keterampilan
yang
telah
dimiliki
dapat
dikembangkan
atau
dioptimalkan. Teknik sendiri dapat mempengaruhi prestasi atlet, dengan
menguasai teknik bermain yang baik maka prestasi yang dicapai oleh atlet
dapat maksimal.
Metode Penelitian
Metode penelitian dalam suatu penelitian bertujuan untuk mandapatkan
data yang valid. Tanpa menggunakan suatu metode, maka seorang peneliti akan
14
kesulitan untuk menentukan, merumuskan, dan memecahkan suatu permasalahan
dalam mengungkapkan kebenaran.
Penelitian mengenai pola komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet
ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus merupakan
metode riset yang menggunakan sumber data sebanyak mungkjin yang dapat
digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komperehensif
dalam berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organiasi, atau
peristiwa secara sistematis (Kriyantono, 2008: 65).
Secara epistimologi (cara memperoleh realitas) peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini faktor-faktor yang
membentuk pola komunikasi interpersonal ini terbentuk bukan dari satu faktor
saja, akan tetapi dari banyak faktor-faktor pembentuk (majemuk) sehingga
dikatakan penelitian kualitatif yang menggambarkan mengenai peningkatan
prestasi atlet melalui komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet.
Penelitian ini dilakukan di Sritex Dragons Solo, Jawa Tengah. Peneliti
mengambil nara sumber dari 1 pelatih dan 12 pemain basket pada klub Sritex
Dragons Solo. Lokasi ini diambil oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa Sritex
Dragons Solo merupakan salah satu klub basket besar di Indonesia yaitu peringkat
3 besar di WNBL (Woman Nasional Basketball Leaugue), dan kebetulan letaknya
di Solo, sehingga memudahkan Peneliti untuk mengakses data dan melakukan
interview.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
interview dan studi pustaka. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara Peneliti
menggunakan interview guide yang dilakukan terhadap pelatih dan atlet di Sritex
Dragons Solo yang disusun berdasarkan perumusan masalah.
Sajian dan Analisis Data
A. Gambaran Komunikasi Interpersonal Pelatih dan Atlet
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka, karena
itu kemungkinan umpan balik besar sekali. Dalam komunikasi tersebut, atlet
15
dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik. Dengan
demikian, diantara pelatih dan atlet terjadi interaksi yang satu mempengaruhi
yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi serta
menerima dampak. Komunikasi yang lancar ditandai dengan hubungan
interpersonal atau hubungan emosional yang baik. Disini dapat dilihat bahwa
hubungan kedekatan atau relasi yang baik antara pelatih dan atlet harus selalu
dijaga karena dengan demikian atlet akan merasa dekat secara emosional dan
dengan sendirinya atlet akan percaya dan membuka diri kepada pelatihnya.
Bentuk komunikasi interpersonal yang dilakukan pelatih terhadap atletnya
sebagaimana yang dipaparkan Coach Bayu sebagaimana hasil wawancara
adalah pelatih mengajak atletnya untuk berbicara secara empat mata, pelatih
memanggil setiap atlet yang ingin diajak berkomunikasi. Pelatih selalu
memberikan nasihat dan dukungan yang sangat dibutuhkan seorang atlet
untuk membangun semangat. Atlet juga sangat membutuhkan motivasi dari
pelatih hal ini akan membangun mental seorang atlet agar dapat bermain baik
dalam pertandingan nantinya.
B. Pesan-Pesan yang Disampaikan Pelatih kepada Atlet dalam Usaha
Meningkatkan Prestasi Atlet
Dalam menyampaikan pesan maupun pendapatnya, pelatih dapat
terlebih dulu memahami karakteristik atlet, skill, watak, sikap dan perilaku
atlet, mengajak berkomunikasi secara halus dan memahami perasaan atletnya
serta penekanan peningkatan prestasi atlet dengan cara mensupport atlet
bahwa atlet memiliki keunggulan. Pada saat atlet melakukan kegagalan dalam
bertanding maka yang dilakukan pelatih adalah melakukan pendekatan secara
personal, di sana pelatih selalu menjelaskan dan memberikan arahan mengenai
letak kekurangan atlet pada saat berlatih maupun pada saat bertanding Untuk
dapat mengerti keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau
mengenal hal-hal penting yang ada pada diri atlet yang bersangkutan.
Pengetahuan sekadarnya saja tidak cukup bagi pelatih untuk mengetahui
keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan
16
psikologi atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki
sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan
dengan pengembangan potensinya. Menurut yang disampaikan informan dapat
diketahui bahwa pelatih sangat peduli dengan atletnya, memahami keadaan
atlet serta mementingkan perasaan atletnya. Sehingga hubungan antara pelatih
dan atlet selalu terjaga dengan baik.
C. Penerimaan Pesan-Pesan yang Diterima Atlet dari Pelatih dalam
Meningkatkan Prestasi Atlet
Alet dapat mengerti dan selanjutnya dapat menerima pesan dan
pendapat dari pelatih, jika pesan yang disampaikan pelatih menggunakan
bahasa dan cara yang lebih halus tanpa merusak suasana menjadi tegang.
Selanjutnya suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara baik oleh atlet sehingga
atlet memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pelatih.
Berdasarkan hasil wawancara dengan atlet maka dapat diketahui bahwa atlet
dapat menerima pesan yang disampaikan oleh pelatih, sehingga pola
komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet Sritex Dragons Solo berjalan
dengan baik sesuai dengan yang diinginkan pelatih yang pada akhirnya atlet
dapat meningkatkan prestasinya di bidang oleh raga basket.
Kesimpulan
Pola komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet Basket Sritex
Dragons Solo berlangsung pada saat latihan dan diluar latihan. Komunikasi pada
saat latihan menggunakan metode tatap muka, sedangkan komunikasi yang
berlangsung pada diluar jam latihan menggunakan metode pendekatan pada atlet
dan rasa emphati pelatih terhadap atlet sangat penting dilakukan. Adanya
keterbukaan antara pelatih dan atlet sehingga terjalin hubungan interpersonal yang
baik antara pelatih dan atlet. Secara lebih rinci pola komunikasi interpersonal
antara pelatih dan atlet Sritex Drogons Solo dalam penelitian ini, maka peneliti
dapat menyimpulkan:
17
1.
Dalam menyampaikan pesan kepada atlet, pelatih dapat memahami
karakteristik atlet, berkomunikasi baik secara formal dan informal,
menekankan pada peningkatan terlebih dahulu, yang kemudian pelatih
menggunakan pendekatan secara personal dengan bahasa yang halus,
memotivasi dan memberikan kepercayaan kepada atlet bahwa atlet memiliki
kemampuan untuk mencapai prestasi sehingga pesan yang disampaikan oleh
pelatih dapat diterima oleh atlet dengan baik dan komunikasi interpersonal
yang dijalankan bisa dikatakan berhasil.
2.
Atlet dapat menerima pesan yang disampaikan oleh pelatih sesuai keinginan
pelatih. Suatu pesan yang disampaikan pelatih harus mudah dimengerti dan
tersimpan di dalam benak pikiran atlet. Selanjutnya suatu pesan baru dapat
ditafsirkan secara benar bila atlet telah memahami isi pesan sebagaimana
yang dimaksud oleh pelatih. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
atlet bahwa dalam menyampaikan pesan, pelatih tidak menggunakan nada
yang terlalu tinggi, sehingga tidak menimbulkan suasana menjadi tegang
yang pada akhirnya atlet dapat menerima pesan atau pendapat dengan baik
oleh atlet.
Saran
Merujuk pada hasil kesimpulan berdasarkan dari analisa data mengenai
pola komunikasi interpersonal pelatih dan atlet, maka saran yang mungkin bisa
dijadikan sebagai bahan perbaikan dan peningkatan hubungan secara personal
antara pelatih dan atlet, adalah pelatih hendaknya dapat meningkatkan kompetensi
berkomunikasi secara personal dalam menghadapi atlet. Sehingga atlet jadi lebih
terbuka kepada pelatih dan pelatih dapat mengetahui apa keinginan atletnya.
Disamping itu atlet dapat mengetahui apa kekurangan dan kelebihannya. Agar
dapat tercipta suasana yang bersahabat sehingga dapat meraih tujuan yang
diinginkan bersama.
18
Daftar Pustaka
Buku:
Adisasmito, L.S. 2007. Mental Juara Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Arisanti, P.K. & Wirawan, H. E. 2010. Gambaran Motivasi Berprestasi pada
Atlet Bulu Tangkis Berusia Remaja. Jurnal.
Chaplin, J.P. 1995. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia Kuliah Dasar. Jakarta:
Professional Books.
DeVito, Joseph A. 2001. The Interpersonal Communication Book: Ninth Edition.
Longman: New York San Fransisko Boston.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Gunarso, Singgih D. 2004. Psikologi Olahraga Prestasi. PT. BPK Gunung Mulia:
Jakarta.
Mulyana, Dedy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pederson, M. & Laucella. 2007. Strategic Sport Communication. United States:
Human Kinetics.
Qohar, Mas’ud Hasan Abdul. 1983. Kamus Ilmu Populer. Jakarta: Bintang
Pelajar.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. 2001. Human Communication. Edisi ke-2.
New York: Random House.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suprapto, T. 2009. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Widodo. 2000. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut.
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT.Grasindo.
19
Download