1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah inflasi di

advertisement
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah inflasi di Indonesia ternyata bukan saja merupakan fenomena jangka
pendek, tetapi juga merupakan fenomena jangka panjang. Dalam arti, bahwa
inflasi di Indonesia bukan semata-mata hanya disebabkan oleh gagalnya
pelaksanaan kebijaksanaan di sektor moneter oleh pemerintah, yang seringkali
dilakukan untuk tujuan menstabilkan fluktuasi tingkat harga umum dalam
jangka pendek, tetapi juga mengindikasikan masih adanya hambatan-hambatan
struktural dalam perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya dapat
diatasi.
Krisis moneter yang melanda Indonesia diawali dengan terdepresiasinya
secaratajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (terutama dolar
Amerika) sejak bulan juli 1997, akibatadanya domino effect dari
terdepresiasinya mata uang Thailand (bath), salahsatunya telah mengakibatkan
terjadinya lonjakan harga barang-barang yangdiimpor Indonesia dari luar
negeri. Lonjakan harga barang-barang impor ini,menyebabkan harga hampir
semua barang yang dijual di dalam negeri meningkatbaik secara langsung
maupun secara tidak langsung, terutama pada barang yangmemiliki kandungan
2
barang impor yang tinggi.Jatuhnya Rupiah mengakibatkan memanasnya
perekonomian Indonesia.Hal ini dapat dilihat dari naiknya tingkat inflasi.
Perhatian terhadap inflasi begitu besar sejak Indonesia mengadopsi inflation
targeting pada tahun 2000. Inflation targeting merupakan sebuah kerangka
kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada publik
mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan.
Secara eksplisit dinyatakan bahwa inflasi yang rendah dan stabil merupakan
tujuan utama dari kebijakan moneter. Sesuai definisi di atas, sejak berlakunya
UU No. 23/1999 Indonesia sebenarnya dapat dikategorikan sebagai "Inflation
Targeting lite countries" kemudian undang-undang tersebut telah
diamandemen dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 pada pasal 7
menyatakan bahwa Indonesia telah menganut kebijakan moneter dengan tujuan
tunggal yakni mencapai dan memelihara kesetabilan nilai rupiah. Stabilitas
nilai rupiah terhadap barang dan jasa dapat tercermin pada perkembangan laju
inflasi dan stabilitas nilai rupiah terhadap mata uang negara lain tercermin pada
perkembangan nilai tukar rupiah.
Pada Inflation Targeting Framework, inflasi digunakan sebagai sasaran utama
kebijakan moneter. Pada tahap awal, Bank Indonesiaakan menentukan besaran
inflasi yang akan dijadikan target kemudian dalam prakteknya Bank Indonesia
akan mengarahkan berbagai kebijakan moneternya untuk menjaga inflasi agar
sesuai dengan target inflasi tersebut. Salah satu kebijakan moneter yang
3
dilakukan Bank Indonesia untuk menjaga tingkat inflasi adalah pengendalian
tingkat suku bunga menggunakan BI Rate.
Perubahan BI Rate akan mempengaruhi beberapa variabel makroekonomi yang
kemudian diteruskan kepada inflasi. Perubahan berupa peningkatan level BI
Rate bertujuan untuk mengurangi laju aktifitas ekonomi yang mampu memicu
inflasi. Pada saat level BI Rate naik maka suku bunga kredit dan deposito pun
akan mengalami kenaikan. Ketika suku bunga deposito naik, masyarakat akan
cenderung menyimpan uangnya di bank dan jumlah uang yang beredar
berkurang. Pada suku bunga kredit, kenaikan suku bunga akan merangsang
para pelaku usaha untuk mengurangi investasinya karena biaya modal semakin
tinggi. Hal demikianlah yang meredam aktivitas ekonomi dan pada akhirnya
mengurangi tekanan inflasi.
Sebaliknya pada saat level BI Rate turun maka suku bunga kredit dan deposito
pun akan mengalami penurunan. Ketika suku bunga deposito turun, keinginan
masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank akan menurun. Kondisi ini
memicu peningkatan jumlah uang beredar yang selanjutnya akan meningkatkan
transaksi masyarakat. Pada suku bunga kredit, penurunan suku bunga akan
merangsang peningkatan permintaan kredit dari pelaku usaha karena murahnya
biaya modal. Pada kondisi ini maka keadaan ekonomi yang lesu akan segera
meningkat. Adanya tambahan likuiditas yang ada di masyarakat untuk
bertransaksi akan diimbangi oleh peningkatan produksi di sisi pelaku usaha
maka pada akhirnya akan meningkatkan kegiatan ekonomi.
4
Kestabilan inflasi merupakan hal terpenting bagi Bank Indonesia. Apabila
inflasi tidak dalam basis yang ditentukan maka Bank Indonesia akan
mengintervensi melalui suku bunga kebijakan. Suku bunga nominal dinaikan
pada saat inflasi meningkat yang akan mendorong masyarakat untuk
melakukan investasi ke sektor produktif agar dapat memenuhi permintaan yang
terjadi di pasar.
Berbagai perubahan mendasar yang terjadi dalam perekonomian Indonesia
telah menyebabkan efektivitas kebijakan moneter yang selama ini ditempuh
menjadi kurang efektif (Sarwono dan Warjiyo, 1998).Sehubungan dengan hal
tersebut, paradigma lama yang menyatakan bahwa otoritas moneter dapat
mempengaruhi permintaan aggregat melalui pengendalian uang beredar (M1
dan M2) sebagai sasaran antara dan uang primer (M0) sebagai sasaran
operasional perlu dikaji ulang (Boediono, 1994).Dalam kondisi tersebut,
peranan suku bunga menjadi semakin penting dalam mekanisme transmisi
kebijakan moneter.
Kebijakan moneter yang mempengaruhi suku bunga nominal jangka pendek
akan mengubah ekspektasi masyarakat terhadap laju inflasi atau suku bunga riil
jangka panjang (Boediono, 1998). Faktor penyebab tarjadinya inflasi di
Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh ekspektasi inflasi (backwardlooking dan forward-looking), output gap, depresiasi nilai tukar, dan
pertumbuhan uang beredar. Analisis terhadap sampel bulanan mulai dari awal
tahun 1980 sampai dengan akhir tahun 2008 menunjukkan bahwa
5
pembentukan ekspektasi inflasi di Indonesia masih didominasi oleh ekspektasi
inflasi ke belakang (backward-looking) dengan porsi sekitar 0.7, sementara
porsi ekspektasi inflasi ke depan (forward-looking) sekitar 0.2. Dalam
analisisnya dia juga menemukan bahwa dampak nilai tukar lebih besar
dibandingkan dengan dampak pertumbuhan uang beredar (M1).Analisis
tersebut mengasumsikan bahwa dampak kedua variabel tersebut adalah linear,
dalam arti dampaknya adalah konstan untuk setiap tingkat depresiasi nilai tukar
dan pertumbuhan uang beredar (Wimanda, 2010).
20,00
18,00
16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
Jan-13
Agust…
Okt-11
Mar-12
Mei-11
Des-10
Jul-10
Feb-10
Sep-09
Apr-09
Jun-08
Nop-08
Jan-08
Agust…
Okt-06
Mar-07
Des-05
Mei-06
Jul-05
inflasi %
Gambar 1. Tingkat Inflasi di Indonesia
Sumber: Data Queri Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI, Data diolah
Gambar tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat inflasi yang
berfluktuasi.Terlihat dari pergerakan grafik yang berubah-ubah setiap
bulannya. Inflasi tertinggi terjadi di Indonesia, yaitu mencapai sebesar 18,38%
pada bulan November 2005. Selain karena kebijakan pengurangan subsidi
minyak juga karena peningkatan harga minyak yang sangat tinggi,
melonjaknya laju inflasi di Indonesia diantaranya dipicu pula oleh penyesuaian
6
harga administered barang-barang lainnya. Peningkatan inflasi tersebut terjadi
hingga bulan September 2006 mencapai 14,55% dan kemudian turun pada
Oktober 2006 sebesar 6,29% karena telah terjadi kestabilan harga. Namun juga
sempat naik kembali pada bulan September 2008 sebesar 12,14% diakibatkan
oleh naiknya harga BBM yang memicu kenaikan harga pangan.
Kestabilan inflasi merupakan hal terpenting bagi Bank Indonesia. Apabila
inflasi tidak dalam basis yang ditentukan maka Bank Indonesia akan
mengintervensi melalui suku bunga kebijakan. Suku bunga nominal dinaikan
pada saat inflasi meningkat yang akan mendorong masyarakat untuk
melakukan investasi ke sektor produktif agar dapat memenuhi permintaan yang
terjadi di pasar.
Seperti telah dikemukakan di atas, penentuan sasaran inflasi yang berakhirnya
penentuan suku bunga nominal jangka pendek dilakukan dengan
memperhatikan prospek ekonomi makro, dan karenanya didasarkan pada
perkembangan dan proyeksi arah pergerakan ekonomi kedepan.Kebijakan
moneter diarahkan untuk mengendalikan tekanan-tekanan inflasi dari sisi
permintaan dan penawaran, sehingga penentuan BI rate itu berdasarkan
perkiraan inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Sasaran BI dalam melaksanakan kebijakan moneter selain inflasi adalah
pertumbuhan ekonomi. Jika inflasi berada pada target yang ditentukan maka BI
akan mengalihkan ke sasaran berikutnya yaitu pertumbuhan ekonomi.
Sehingga penentuan BI rate dari sisi permintaan direpresentasikan oleh
variabel pertumbuhan ekonomi, yaitu peningkatan jumlah barang dan jasa yang
diproduksi oleh kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu.PDB harga konstan
7
(riil) digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
Pengalaman buruk dibidang moneter terjadi yaitu saat krisis ekonomi dan
moneter menimpa kawasan Asia termasuk Indonesia pada tahun 19971998.Pada periode bulan Juli-Agustus 1997 pemerintah menerapkan kebijakan
empat kali menaikkan tingkat suku bunga Bank Indonesia. Pergerakkan suku
bunga Bank Indonesia menjadi tolak ukur bagi tingkat suku bunga lainnya
hingga kenaikan suku bunga Bank Indonesia ini dengan sendirinya mendorong
suku bunga dana antar bank dan suku bunga deposito.
Kenaikan suku bunga Bank Indonesia sebagai dampak dari kemungkinan
kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Suku bunga
Bank Indonesia saat ini masih cukup tinggi dibandingkan suku bunga di
Amerika Serikat dan negara lain sehingga masih cukup kompetitif untuk
menarik investasi. Saat ini, tingkat suku bunga dalam negeri yang berkisar 5,75
% masih lebih tinggi dari Thailand yang berada dikisaran 3.0 %, Korea sekitar
2,75 %, Jepang sekitar minus 1,07 %, Taiwan hanya sekitar minus 0,34 % dan
Singapura 0,10 % yang tingkat bunganya menyaingi Indonesia hanyalah RRC
yang 6,00 %.
8
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
BI rate (%)
4,00
2,00
Jan-13
Jul-12
Jan-12
Jul-11
Jan-11
Jul-10
Jan-10
Jul-09
Jan-09
Jul-08
Jan-08
Jul-07
Jan-07
Jul-06
Jan-06
Jul-05
0,00
Gambar 2. Tingkat Suku Bunga Kebijakan Indonesia
Sumber: Data Queri Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI, Data diolah
Bulan Juli 2005 Indonesia mematok suku bunganya tetap pada kisaran 8,50%.
Hal tersebut masih sejalan dengan tingkat inflasi Indonesia, namun pada bulanbulan berikutnya Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan tersebut
mencapai 125 bps pada bulan November 2005 yaitu 12,75% yang pada bulan
Oktober 2005 sebesar 11.00% akibat dari kenaikan inflasi yang tajam,
sedangkan AS mematok suku bunganya sebesar 3.26% pada bulan Juli 2005
berfluktuasi naik pada setiap bulannya hingga mencapai 5.26% pada bulan Juli
2007 dan turun secara perlahan mencapai 0.97% pada bulan Oktober 2008
akibat krisis yang dialaminya hingga sekarang Bank Sentral AS tetap
mempertahankan suku bunga tersebut karena merupakan titik puncak terendah
selama periode-periode sebelumnya dan tidak memungkinkan untuk
menurunkan suku bunga kebijakannya yang dapat menyebabkan makin
melemahnya perekonomian, khususnya di sektor keuangan.
9
Nilai suku bunga domestik di Indonesia sangat terkait dengan suku bunga
internasional.Hal ini disebabkan oleh akses pasar keuangan domestik terhadap
pasar keuangan internasional dan kebijakan nilai tukar yang fleksibel.Untuk
mengatasi hal tersebut Bank Sentral melakukan intervensi atau campur tangan
dengan menaikkan suku bunga dalam negeri agar tidak terjadi pelarian modal
keluar negeri (capital flight) karena suku bunga dalam negeri terlalu kecil.
Nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
inflasi. Apabila nilai tukar terdepresiasi maka akan meningkatkan jumlah uang
beredar, karena masyarakat akan menukarkan uangnya ke dalam dolar.
Kestabilan nilai rupiah sangat penting untuk mendorong pembangunan
berkelanjutan.Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, perkembangan
nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
perekonomian secara umum.Pengaruh nilai tukar terhadap suku bunga nominal
dapat terjadi secara langsung (direct exchange rate pass-through) maupun
secara tidak langsung (indirect exchange rate pass-through).
Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara umum cukup
stabil.Naik atau turunnya nilai tukar dikarenakan ketidakstabilan faktor
eksternal dan internal.Melemahnya nilai tukar biasanya disebabkan oleh
adanya permasalahan yang bersifat makro-fundamental dan mikro-struktural di
pasar valuta asing yang bermuara pada ketidaksinambungan pasokan dan
permintaan valas.Nilai tukar rupiah bergerak dengan kecenderungan menguat,
terutama pasca kenaikan BI Rate dan membaiknya indeks risiko.Selain itu,
penguatan rupiah juga disumbang oleh peningkatan investasi portofolio oleh
10
investor asing. Kestabilan nilai tukar juga didorong oleh efektivitas
pengelolaan likuiditas di pasar rupiah yang mengalami kondisi yang cukup
ketat.
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
Kurs
4.000
2.000
Jan-13
Jul-12
Jan-12
Jul-11
Jan-11
Jul-10
Jan-10
Jul-09
Jan-09
Jul-08
Jan-08
Jul-07
Jan-07
Jul-06
Jan-06
Jul-05
-
Gambar 3 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
Sumber: Data Queri Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI, Data diolah
Perkembangan tersebut mampu mengurangi dampak kecenderungan
pelemahan mata uang regional terhadap USD sejalan dengan berlanjutnya
siklus pengetatan moneter AS. Bank Indonesia melalui suku bunga
kebijakannya perlu dilakukan apabila terjadi penekanan terhadap nilai tukar
rupiah agar dapat memasok ketersedian valas yang terjadi di pasar sehingga
dapat menstabilkan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi akibat permintaan
valas yang terlalu banyak.
Memburuknya perekonomian global juga dapat berpengaruh, terlihat dengan
pelemahan ekonomi global dan turunnya harga-harga komoditi telah menekan
11
ekspor Indonesia yang pada gilirannya berdampak pada menurunnya kinerja
neraca pembayaran dan nilai tukar.Neraca pembayaran adalah catatan dari
semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan
dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri
selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai
laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara.
Jika melihat lonjakan angka inflasi di Indonesiaterhadap perekonomian
nasional, maka dirasa perluuntuk memberikan perhatian ekstra terhadap
masalah inflasi ini dengan caramencermati kembali teori-teori yang membahas
tentang inflasi; faktor-faktor yangmenjadi sumber penyebab timbulnya inflasi
di Indonesia; serta langkah-langkahapakah yang sebaiknya diambil untuk dapat
keluar dari perangkap inflasi ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan kebijakan moneter di Indonesia yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada perkembangan laju
inflasi dan kestabilan nilai tukar rupiah dengan kerangka strategis penargetan
inflasi (inflation targeting). Bank Sentral akan melakukan intervensi dengan
menaikkan atau menurunkan suku bunga kebijakan agar sejalan denga tujuan
awal kebijakan moneter. Dengan adanya krisis dunia yang belum menentu
penyelesaiannya di beberapa Negara membuat Bank sentral Indonesia lebih
menjaga stabilitas perekonomian melalui suku bunga.
12
Pergerakan inflasi di pengaruhi oleh beberapa variabel-variabel makro yaitu
pergerakan nilai tukar, kebijakan suku bunga bank Indonesia, dan kesenjangan
output Variabel makro tersebut diperkirakan dapat menentukan bagaimana
Bank Indonesia dapat mencapai ITF yaitu dengan kestabilan nilai tukar rupiah
dantujuan kebijakan suku bunga. Atas uraian tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh nilai tukar terhadap perilaku inflasi?
2. Bagaimana pengaruh BI Rate terhadap perilaku inflasi?
3. Bagaimana pengaruh kesenjangan output terhadap inflasi?
4. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap variabel makro nilai tukar, BI rate,
dan kesenjangan output?
C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap perilaku inflasi.
2. Mengetahui pengaruh BI Rate terhadap perilaku inflasi
3. Mengetahui pengaruh kesenjangan output terhadap inflasi.
4. Mengetahui pengaruh inflasi terhadap nilai tukar, BI rate, dan kesenjangan
output.
D. Kerangka Pemikiran
Kestabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang
terjadi.Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga barang-barang secara
umum.Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi 2
13
macam, yaitu tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan dari sisi
penawaran.Dalam hal ini, BI hanya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan
tekanan inflasi dari sisi penawaran (bencana alam, musim kemarau, distribusi
tidak lancar, dll) sepenuhnya berada diluar pengendalian BI.
Inflasi berarti kenaikan harga barang secara umum.Pengaruh inflasi terhadap
suku bunga nominal dalam hal ini BI rate terjadi melalui perubahan dalam
tingkat permintaan dan penawaran agregat.Perubahan dalam tingkat
permintaan agregat terjadi karena inflasi dipertimbangkan dalam menentukan
besarnya permintaan konsumsi dan investasi di masyarakat atas kebutuhan
masyarakat itu sendiri.Sedangkan perubahan dalam tingkat penawaran agregat
terjadi karena inflasi mempengaruhi pola pembentukan harga oleh
produsen/perusahaan.Pada saat permintaan barang konsumsi meningkat maka
harga barang akan meningkat dikarenakan biaya produksi akan barang tersebut
mahal sehingga perlu banyak modal utuk dapat memenuhi permintaan
konsumen. Untuk menjaga kestabilan perekonomian BI akan menaikkan suku
bunga kebijakan agar dapat menarik para investor untuk dapat mengalihkan
dananya ke sektor produktif.
Berdasarkan beberapa sumber, peneliti memutuskan untuk menggunakan
variabel-variabel makro tersebut, yaitu nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS,
tungkat suku bunga BI rate, dan kesenjangan output.Fluktuasi kurs dollar
terutama pada periode krisis moneter merupakan masalah serius bagi
pemerintah karena menyebabkan tingkat inflasi yang melambung tinggi.Nilai
tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi.
14
Nilai Tukar
BI Rate
Inflasi
Output Gap
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik yang diadakan setiap bulan dan diimplementasikan pada operasi
moneter yang dilakukan melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk
mencapaisasaran operasional kebijakan moneter.Penelitian ini ditujukan untuk
mengidentifikasi sejumlah indikator atau variabel yang memiliki kandungan
informasi terhadap suku bunga Bank Indonesia.
Secara umum variabel-variabel informasi merupakan sebuah set variabel
indikator yang mempunyai kandungan informasi untuk memprediksi BI rate
yang akan datang.Perubahan BI rate di sebabkan oleh inflasi begitu pula
perubahan tingkat inflasi menyebabkan BI rate berubah.Disamping itu kondisi
15
inflasi riil yang belum sesuai dengan target menunjukan adanya kinerja
kebijakan moneter yang belum maksimal oleh karenanya perlu dilakukan
kajian yang lebih mendalam mengenai hubungan antara BI Rate dan inflasi.
Output gap merupakan faktor penentu inflasi dan siklus moneter, Kesenjangan
output didefinisikan sebagai presentase selisih antaraoutput aktual dengan
output potensial dimana output potensial adalah tingkat output yang
konsistendengan stabilitas inflasi.Output gap mempengaruhi laju inflasi,
pergerakan suku bunga dan kegiatan ekonomi karena output gap mengukur
tekanan terhadap sumber daya, tenaga kerja dan modal pada suatu periode.Hal
ini cenderung mengakibatkan penurunan harga barang dan inflasi gaji karena
tenaga kerja bersaing mendapatkan pekerjaan dan perusahaan berusaha
memanfaatkan kapasitas ekstra yang dimilikinya dengan menawarkan barang
produksinya dengan harga yang lebih kompetitif.
Pengaruh nilai tukar terhadap suku bunga Bank Indonesia dapat terjadi secara
langsung (direct exchange rate pass-through) melalui pola pembentukan harga
perusahaan dan ekspektasi inflasi di masyarakat maupun secara tidak langsung
(indirect exchange rate pass-through) melalui perubahan permintaan agregat.
Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan menjaga ketersediaan valas,
Bank Indonesia menintervensinya melalui suku bunga kebijakan yang dinaikan
agar dapat menarik investor asing sehingga ketersediaan akan valuta asing
dapat tercukupi.
Suku bunga domestik di Indonesia cenderung terkait dengan suku bunga luar
negeri.Perbedaan tingkat suku bunga dalam negeri dan luar negeri dapat
16
memperlambat arus modal masuk maupun keluar.Terdapat selisih antara
tingkat suku bunga di Indonesia dengan tingkat suku bunga (Fed Funds Rate)
di Amerika.Semakin besar selisihnya, maka semakin menarik pula negara
Indonesia menjadi negara tujuan investasi. Dengan kata lain, apabila
pemerintah AS menaikkan tingkat suku bunga sementara suku bunga Indonesia
masih tetap, maka hal tersebut akan mengurangi daya tarik Indonesia sebagai
negara tujuan investasi.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga nilai tukar rupiah terhadap dollar US berpengaruh negatif terhadap
inflasi.
2. Diduga tingkat suku bunga Bank Indonesia berpengaruh positif terhadap
inflasi.
3. Diduga kesenjangan output berpengaruh positif terhadap inflasi.
4. Diduga inflasi berpengaruh positif terhadap nilai tukar, BI rate, dan
kesenjangan output.
Download