19 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode yang paling populer dan banyak dilakukan oleh guru, selain mudah penyajian juga tidak banyak memerlukan media (Sumantri M dkk, 2000:136). Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan menganggap bahwa metode ceramah itu mudah dalam penggunaannya dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas. Karena dianggap metode yang popular dan banyak dilakukan oleh guru, maka kecenderungan untuk menganggap metode tersebut mudah diterapkan di kelas semakin bertambah juga. Fakta bahwa metode ceramah itu sangat dipengaruhi oleh pribadi guru yang bersangkutan tidak bisa disingkirkan begitu saja. Seorang guru harus memiliki keterampilan yang cukup untuk menggunakan metode ceramah dalam proses belajar di kelas. Hal senada diungkapkan oleh Dimyati dkk (1999:28) bahwa metode ceramah itu sangat dipengaruhi oleh personalitas guru yaitu suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, keteraturan guru dalam memberikan penejelasan yang idak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru. Sumantri M dkk (2000:136) mendefinisikan metode ceramah sebagai penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Sedangkan Winarno Surakhmad (1980:98) mengartikan metode ceramah sebagai sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang terhadap sekelompok pendengar. Alat utama perhubungan dengan kelompok pendengar adalah bahasa lisan. Sementara itu Dimyati dkk (1991:29) menungkapkan bahwa metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik. Sekanjutnya, metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan ajar atau cara 20 mengajar melalui penjelasan atau penuturan secara lisan oleh guru kepada peserta didik (PS Widi Rahardjo, 2002: 52). Menurut M Basyiruddin Usman (2002), metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikan oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan. Muhibbin Syah (2000), metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang dimaksud metode ceramah adalah cara belajar mengajar yang menekankan pada pemberitaan satu arah dari pengajar kepada pelajar (pengajar aktif, pelajar pasif). Dari beberapa pendapat para ahli diatas peneliti memberi kesimpulan bahwa metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran atau informasi dengan penuturan lisan kepada siswa. 2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah 2.1.2.1 Kelabihan Metode Ceramah a. Suasana kelas berjalan dengan tenang karena melakukan aktivitas yang sama, sehingga dapat mengawasi murid sekaligus secara komfrehensif. b. Tidak membutuhkan tanaga yang banyak dan waktu yang lama dengan waktu yang singkat dan murid dapat menerima pelajaran pelajaran sekaligus secara bersamaan. c. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak. d. Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengaran dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat. e. Dapat memberi motivasi dan dorongan kepada siswa dalam belajar. 21 f. Lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan ajar, jika bahan ajar banyak sedangkan waktu terbatas maka dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahan saja, sedangkan bila waktu masih panjang dapat dijelaskan lebih mendetail. 2.1.2.2 Kekurangan Metode Ceramah a. Interaksi cenderung bersifat centered (berpusat pada guru) b. Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah. c. Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru d. Siswa kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramah berisi istilah-istilah yang kurang dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah kepada verbalisme. e. Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah karena siswa hanya diarahkan untuk mengikuti pikiran guru f. Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat. g. Guru lebih aktif sedangkan murid bersikap pasif Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran atau informasi dengan penuturan lisan kepada siswa. 2.2 Media Pembelajaran Menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. National Education Association (1969) media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. 22 Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin (1980) media pembelajaran adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Gagne (1970) media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Mc. Luhan dalam Arif S. Sadiman (1984) media pembelajaran adalah sarana yang juga disebut chennel, karena pada hakekatnya media memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengarkan, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu yang hampir tak terbatas lagi. Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan media pembelajaran adalah alat peraga yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan sebuah materi agar tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik dan dapat membuat anak menjadi aktif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2.2.1 Fungsi Media Pembelajaran Menurut Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarika dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sifat siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang menggungkapkan bahwa lambang visual atau gambar mempelancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 23 Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Menurut Kemp & Dayton (1985), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi. Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. 2.2.2 Jenis-jenis media Pembelajaran Mengelompokkan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels & Glasgow (1990:181-183) dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi muktahir. Contoh jenis-jenis media: 1. Pilihan Media Tradisional a. Visual diam yang diproyeksikan - Proyeksi opaque (tak-tembus pandang) - Proyeksi overhead - Slide - Filmstrips b. Visual yang tak diproyeksikan - Gambar, poster - Foto - Charts, grafik, diagram - Pameran, papan info 24 c. Audio - Rekaman piringan - Pita kaset. Reel, cartridge d. Penyajian Multimedia - Slide plus suara (tape) - Multi-image e. Visual dinamis yang diproyeksikan - Film - Televisi - Video f. Cetak - Buku teks - Modul, teks terprogram - Workbook - Majalah ilmiah, berkala - Lembaran lepas (hand out) g. Permainan - Teka-teki - Simulasi h. Realia - Model - Specimen (contoh) - Manipulatif (peta, boneka) 2. Pilihan Media Teknologi Mutakhir a. Media berbasis telekomunikasi - Telekonferen - Kuliah jarak jauh b. Media berbasis mikroposesor 25 - Computer-assisted instruction - Permainan komputer - Sistem tutor intelejen - Interaktif - Hypermedia - Compact (video) disc 2.3 Media Realia Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999) menyatakan “media realia merupakan benda yang sebenarnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar sisiwa”. Ibrahim dan Nana Syahodih (1992) mengatakan bahwa “media realia termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan”. Jerome Bruner dalam Trianto (2007) bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolik representation). Hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Charles F. Haban (2008), mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak. Latuheru, (1988) Media realia merupakan media yang ditampilkan merupakan benda nyatanya. Pengguanaan media realia lebih mendekatkan peserta didik (penerima pesan) dengan benda nyatanya sehingga akan semakin mudah memahaminya. ”Akan tetapi sebenarnya suatu benda asli merupakan benda yang paling tepat guna, dibandingkan tiruannya”. Sudjana dan Rival (1990) Media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi nyata atau merupakan benda nyata akan memberikan pengalaman tersendiri 26 bagi peserta didik yang tidak akan mudah dilupakan. Dengan melihat sendiri benda nyatanya maka diharapkan peserta didik akan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata dan bukan hanya secara teori yang dipahaminya, namun benda sendiri hanya dilihat melalui gambar. James W. Brown (1977) media nyata yaitu media pembelajaran yang alami dan tidak mengalami perubahan persis ketika media tersebut diambil. Media tersebut dapat merupakan benda mati atau mahkluk hidup. Dari pendapat diatas peneliti menarik kesimpulan Penggunaan media realia merupakan alat peraga yang paling tepat karena peserta didik dapat langsung mengamati benda aslinya/nyatanya dalam sebuah materi pelajaran yang sedang berlangsung di dalam kelas. kelebihan-kelebihan media realia adalah sebagai berikut: a. Siswa mendapatkan pengalaman belajaran langsung. b. Dengan menggunakan media realia siswa dapat menggunakan berbagai indera untuk mempelajrai suatu objek. c. Siswa dapat melihat, meraba, mencium, bahkan dapat merasakan objek yang tengah dipelajari. Keterbatasan-keterbatasan penggunaan media realia, yaitu: a. Kemungkinan siswa mempunyai interprestasi yang berbeda terhadap objek yang sedang dipelajari. b. Tidak selalu memberikan gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajaran harus didukung dengan media lain. 2.3.1 Langkah Pemanfaatan Benda Realia Agar proses pembelajaran dengan memanfaatkan benda asli/nyata tersebut dapat berlangsung dan berhasil dengan baik, maka perlu menempuh beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut menurut J. Steven Soulier (1981) meliputi: 1. Menetapkan tujuan secara jelas. 27 Langkah awal yang perlu dilakukan dalam pemanfaatan benda asli/nyata yakni penetapan tujuan secara jelas. Tujuan pembelajaran ini sifatnya masih umum, namun dapat menggambarkan bentuk kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah proses pembelajaran. 2. Merumuskan tujuan perilaku khusus secara tepat Setelah menetapkan tujuan umum kemudian guru merumuskan tujuan yang sifatnya lebih khusus. Tujuan khusus ini rumusannya jelas menggambarkan tentang kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses pembelajaran. Bentuk perilaku sebagai tujuan, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga domain yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Memilih alat pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya, dan mengetahui karakteristik siswa secara tepat. Benda asli/nyata yang akan dimanfaatkan terlebih dahulu harus dipilih secara cermat sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, mungkin ada sejumlah alternatif yang dianggap cocok untuk tujuan-tujuan itu sedapat mungkin pilihlah yang paling cocok. Kecocokan banyak ditentukan oleh kesesuaian karakteristik tujuan yang akan dicapai dengan karakteristik benda asli yang akan digunakan. Disamping itu perlu disesuaikan juga dengan karakteristik peserta didik, seperti dalam hal kemampuan/taraf berpikir, pengalaman, jumlah peserta didiknya dan gaya belajarnya. 4. Menyusun perencanaan pelajaran Langkah keempat pembelajaran dari pemanfaatan benda asli/nyata dalam kegiatan yaitu menyusun perencanaan pelajaran. Dengan disusunnya perencanaan pembelajaran, maka diharapkan pembelajarannya dapat berlangsung secara lancar. 5. Melaksanakan penyajian pembelajaran yang berpusat pada keterlibatan siswa dan dikombinasikan dengan media. 28 Setelah rencana pelajaran disusun dengan baik, maka langkah berikutnya yaitu melaksanakan penyajian materi pelajaran. Dalam penyajian/pembahasan materi dengan memanfaatkan benda asli, siswa perlu dilibatkan secara aktif. 6. Melakukan kegiatan tindak lanjut Setelah penyajian materi dengan memanfaatkan benda asli selesai, kemudian perlu dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat berupa diskusi, penyusunan laporan, pemberian latihan, dan eksperimen. 7. Melaksanakan Evaluasi Untuk mengukur keberhasilan pencapaian terhadap tujuan yang telah dirumuskan pada awal kegiatan pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan bukan hanya untuk menentukan angka keberhasilan, namun sebagai feedback bagi guru dan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan benda asli/nyata. Ketujuh langkah tersebut di atas sangat perlu untuk diperhatikan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan benda asli/nyata, sehingga pembelajaran yang dilakukannya dapat berlangsung secara efektif. 2.3.2 Syntax Media Realia Dalam Pembelajaran Penggunaan media realia dalam penelitian ini di SDN Kutowinangun 07 Kota Salatiga yang diterapkan pada mata pelajaran IPA dengan materi Cahaya dan Sifatsifatnya. Sebelum pembelajaran dilaksanakan diadakan dulu pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa, setelah diadakan pre-tes baru dilakukan pembelajaran dengan media realia yaitu dilakukan dengan cara mengajak siswa mengamati dan melihat langsung sumber-sumber cahaya seperti cahaya yang berasal dari matahari, cahaya yang berasal dari lampu, cahaya yang berasal dari senter. Kemudian siswa diajak untuk mempelajari sifat-sifat cahaya dengan cara mengamati, melihat dan praktek langsung dengan benda seperti : a. Untuk mengetahui bukti cahaya dapat merambat lurus dengan cara siswa diajak mengamati dan melihat cahaya lilin pada 3 karton yang dilubangi. 29 b. Menunjukkan contoh benda yang dapat memantulkan cahaya yaitu cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung beserta manfaatnya masing-masing cermin. Dan kemudian guru mengajak siswa untuk mengamati hasil pemantulan cahaya dari masing-masing cermin tersebut. c. Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya yaitu dengan pensil yang dimasukkan dalam gelas bening yang berisi air terlihat patah. Setelah semua materi selesai diajarkan guru bersama siswa menarik kesimpulan hasil pembelajaran kemudian siswa mengerjakan soal post test untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diajar dengan menggunakan media realia. 2.4 Pengertian Belajar Slameto (2003: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Trianto (2010: 17) belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaaan lama menjadi kebiasaan baru, serta manfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri Menurut S. Nasution M.A. (1982) Belajar adalah sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar”. Dari beberapa pendapat diatas peneliti menarik kesimpulan pengertian belajar adalah semua aktivitas mental atau spikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. 30 2.4.1. Teori Belajar Dalam teori belajar terdapat beberapa teori yang dikemukakan, beberapa teori belajar diantaranya adalah sebagai berikut : a. Teori Conditioning Teori Conditioning adalah teori yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi. Yang terpenting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang kontinyu. (dalam Purwanto, 1999). b. Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget Bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. c. Teori Belajar Gestalt Teori belajar Gestalt yaitu teori yang menyatakan bahwa dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama, yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insigt. (Slameto, 2003: 9). Berdasarkan teori-teori di atas, teori yang paling tepat dapat digunakan dalam penelitian ini adalah teori belajar kognitif menurut piaget karena dalam teori ini dijelaskan bahwa peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Dari teori tersebut dapat 31 dilihat bahwa fasilitas dalam belajar sangat diperlukan agar hasil dari pembelajaran yang dilakukan dapat tercapai secara optimal. 2.4.2 Hasil Belajar Muhibbin Syah (1997) Hasil belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Winkel, (1996) Hasil belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya. Sudjana, (2004) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Bloom (1976) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan ketrampilan. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Cece Rahmat, (2001) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain adalah sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). 32 Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu yang menghasilkan perubahan pengetahuan. 2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini. a. Faktor Intern Faktor intern yang ada dalam diri siswa. Faktor intern dapat dikelompokkan, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. a) Faktor jasmaniah Faktor jasmaniah meliput faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses kegiatan seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, kesehatan badanya harus tetap terjamin. Keadaan cacat tubuh mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. b) Faktor psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa. Siswa yang intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi. Sebaliknya siswa yang kurang cerdas menunjukkan cirri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, 33 membutuhkan waktu yang lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi (Hamalik, 2001). Faktor Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 1992). Adanya perhatian siswa terhadap pelajaran yang dihadapi, sangat penting untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik. Bahan pelajaran yang tidak menarik perhatian siswa, akan membosankan. Karena bosan siswa tidak ingin belajar dan sebagai akibat, hasil belajarnya menjadi rendah atau menurun. Untuk menimbulkan perhatian diperlukan dorongan atau moivasi. Dalam hal ini orang tua di rumah, sangat diharapkan peranannya. Jika kebosanan terjadi di sekolah, maka guru dapat mengarahkan siswa untuk memperhatikan pelajaran. c) Faktor kelelahan Kelelahan mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar. b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. a. Faktor Keluarga Salah satu faktor penentu dalam keluarga adalah orang tua. Orang tua harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana anak berkembang dalam suasana ramah tamah, kejujuran dan kerjasama yang diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari. Faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar anak dalam keluarga, meliputi cara mendidik, hubungan orang tua dengan anak dan ekonomi keluarga. b. Faktor Sekolah Sekolah sebagai tempat dimana siswa menuntut ilmu juga ikut menentukan hasil belajar siswa. Hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa dengan siswa 34 lain, kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan prasarana yang tersedia dan lain-lain. Masalah-masalah yang ada di sekolah dan kurang menarik bagi siswa akan mengurangi minat belajar siswa di sekolah. Dan hasil belajar yang diperoleh tidak akan maksimal. c. Faktor Masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jika masyarakat di sekitar siswa melakukan kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek pada siswa yang ada di lingkungan itu. Akibatnya belajarnya terganggu bahkan siswa kehilangan semangat belajar. Sebaliknya jika lingkungan siswa adalah orang yang baik-baik, siswa terpengaruh ke hal yang baik. Pengaruh itu dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat, dan hasil belajar yang diperoleh akan baik. 2.5 Pembelajaran IPA di Sekolah Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Permendiknas, 2008) Rusyan, 2007 dalam Nurferi,S. 2010 mengemukakan bahwa IPA adalah cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan, kumpulan pengetahuan yang berupa konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi mengumpulkan fakta-fakta dan bagaimana menguhubungkan fakta-fakta itu. Kameny dalam Nurferi, S. 2010 menyatakan bahwa IPA merupakan aktivitas dalam menemukan hukum-hukum alam dalam bentuk teori-teori berdasarkan faktafakta. Sund dalam Nurferi, S. 2010 mengumukakan bahwa “scine is both a body of knowledge and process”. Dilihat dari pernyataan tersebut, bahwa yang dimaksud dengan IPA adalah kemampuan dari pengetahuan yang bersifat fakta, konsep, prinsip serta bagaimana proses untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. 35 2.5.1 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar seperti yang tersirat dalam (Permendiknas, 2008) yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Untuk dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan IPA seperti halnya di atas, maka tentunya dalam proses pembelajaran tersebut haruslah didukung oleh alat bantupercobaan atau perangkat pembelajaran guna menghadirkan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang nyata bagisiswa dan hasil dari proses pembelajaran dapat lebih bermakna bagi siswa. 2.5.2 Ruang Lingkup Pelajaran IPA di Sekolah Dasar Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD adalah seperti yang tersirat dalam Permendiknas, (2008) meliputi aspek-aspek berikut: 36 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunannya meliputi: gaya, bunti, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 3. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. 2.6 Kajian yang Relevan Ami Sulistyowati, 2010 dalam penelitiannya “Studi Komparatif Tentang Efektivitas Media Pembelajaran Realia Dan Flash Cards Dalam Proses Belajar Mengajar Vocabulary Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Brebes Tahun Pelajaran 2009/2010”. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam penguasaan vocabulary antara siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran realia dengan siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran flash card pada siswa SD N Brebes. Johar Makmun, 2007 dalam penelitiannya “Studi Komparasi Penggunaan Media Realia Dan Media Grafis Bidang Diklat Menggambar Teknik Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif”. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan media realia dengan kelompok siswa yang menggunakan media grafis terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif. Fenty Angita, 2011 dalam penelitiannya “ Pengaruh Media Realia Pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Ngawen Kecamatan Wedug Kabupaten Demak”. Menyimpulkan bahwa terdapat ada pengaruh yang positif dan signifikan antara media realia dengan hasil belajar siswa. 37 2.7 Kerangka Berpikir Metode Ceramah Siswa pasif Hasil belajar rendah Proses Pembelajaran Hasil belajar tinggi Metode Ceramah dengan menggunakan Media Realia Siswa aktif Untuk mengetahui hasil dalam tiap pembelajaran kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan langkah pertama dilakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa, setelah mengetahui hasilnya dari pre-test kemudian dilakukanlah perlakuan dengan menggunakan metode ceramah pada kelas kontol dan media pembelajaran realia pada kelas eksperimen. Dengan adanya perlakuan di kelas kontrol teryata siswanya pasif karena hanya menggunakan metode ceramah dan tidak ada interaksi dengan guru atau pun dengan temannya, sedangkan di kelas eksperimen siswanya aktif karena menggunakan media realia atau benda nyatanya. Dan akhirnya dilakukanlah langkah terakhir yaitu post test di kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui hasil akhirnya, ternyata di kelas kontrol hasil belajar siswa redah dan di kelas eksperimen hasil belajarnya tinggi. 38 2.8. Hipotesis Penelitian 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara penggunaan metode ceramah terhadap peningkatan hasil belajara siswa. 2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara metode ceramah dengan menggunakan media realia terhada peningkatan hasil belajar siswa. 3. Ada perbedaan pengaruh yang positif dan signifikan antara metode ceramah dengan menggunakan media realia terhadap peningkatan hasil belajar siswa