1 I. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dewasa ini sangat diminati untuk dikelola atau ditanam, baik oleh pihak BUMN, perkebunan swasta nasional dan asing, maupun petani (perkebunan rakyat). Daya tarik penanaman kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agro industri. Tanaman kelapa sawit sekarang banyak dilirik oleh pengusaha untuk dibudidayakan karena nilai manfaatnya yang begitu banyak seperti bahan pangan (minyak goreng, margarin, lemak kue, dll), bahan bukan makanan (Oleochemical), bahan kosmetik dan farmasi. Semakin melambungnya harga Crude Palm Oil (CPO) juga menjadi alasan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di perkebunan kelapa sawit. Tidak hanya pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang gencar memperluas areal perkebunan kelapa sawit, beberapa perusahaan swasta juga terus mengembangkan usahanya di bidang kelapa sawit.Kebun rakyat juga turut menyumbang produksi kelapa sawit bagi Indonesia sehingga nilai devisa yang diperoleh negara melambung tinggi (Maruli Pardamean, 2012). Kebutuhan atau konsumsi minyak sawit atau CPO dunia terus meningkat selaras dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk. Minyak sawit dikonsumsi hampir di sebagian besar negara di dunia. Negara pengimpor minyak sawit diantaranya China, Uni Eropa, Pakistan, India, Mesir dan Myanmar. Konsumsi minyak kelapa sawit dunia pada dasa warsa 1983 – 1992 sebesar 87,7 2 juta ton. Sementara pada tahun 2005, konsumsinya melambung hingga 25 juta ton per tahun (Putranto Adi, 2013). Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus- menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Kegiatan pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu, pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut (dikonversi) melalui produk yang dihasilkan (TBS) serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan dan mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit (Maruli Pardamean, 2012). Tanaman yang tidak dipupuk satu kali dapat berakibat penurunan produksi tanaman hingga beberapa tahun. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemupukan dapat meningkatkan produksi. Beragamnya pengaruh pemupukan terhadap produktivitas tanaman diakibatkan oleh beragamnya jenis tanah, umur tanaman, kondisi iklim dan tingkat pengelolaan kultur teknis yang diterapkan oleh pekebunan (Ziddu, 2012). 3 Berdasarkan hal tersebut, penulis telah membuat laporan tugas akhir dengan judul “Teknik Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan(TM) di PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1 Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. “ 1.2 Tujuan Pelaksanaan Adapun tujuan dari laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Memahami teknik pemupukan tanaman Kelapa Sawit sesuai dengan kondisi lingkungan. 2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pemupukan serta standar prestasi kerja di lapangan. 1.3 Manfaat Adapun manfaat kegiatan yang diperoleh dari laporan tugas akhir adalah sebagai berikut : 1. Memperluas pola pikir mahasiswa untuk berpikir kreatif dan inovatif. 2. Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang teknik budidaya kelapa sawit khususnya teknik pemupukan. 3. Melatih komunikasi dan sosialisasi dengan masyarakat perkebunan. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit Lubis dan Agus Widarnarko (2011) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plentae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Palmales Famili : Palmae Sub – Famili : Cocoidae Spesies : Elaeis guineensis Jacq (Kelapa sawit Afrika) Nama Elaeisguineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon–pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata Guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea ( Pahan, 2008). 2.2. Syarat tumbuh tanaman 2.2.1.Iklim Faktor - faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas penyinaran dan angin. sama Faktor-faktor ini tampak berbeda jelas satu lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi (Setyamidjaja, 1991). 5 a. Curah hujan Curah hujan merupakan komponen iklim terpenting terhadap kriteria kesesuaian iklim. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar 12o C Lintang Utara-Selatan pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.300 - 1.500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun (Setyamidjaja, 1991). b. Temperatur Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29 s/d/30º C, terendah 180 C dan tertinggi 32º C. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80 s/d 90 %. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Jika penyinaran matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain– lain(Setyamidjaja, 1991). Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0-400 meter. Pada ketinggian yang lebih dari 400 meter akan terhambat pertumbuhan tanaman dan produksi lebih rendah (Setyamidjaja, 1991). c. Intensitas penyinaran Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5-7 jam penyinaran per hari sepanjang tahun. Di samping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya (Setyamidjaja, 1991). 6 d. Angin Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman akan doyong atau miring (Fauzi, Yustina E.W, Iman S. dan Rudi H. 2008). e. Tinggi tempat dan topografi Kelapa sawit akan tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-400 meter dari permukaan laut, tetapi yang terbaik pada ketinggian 0-200 meter dengan kemiringan 0-12º (21 %), Sedangkan pada kemiringan 130-150(46 %) kurang baik dan pada kemiringan lebih dari 25º tidak dianjurkan (PTPN. III, 2003). 2.2.2. Tanah Menurut Lubis (1992) tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Regosol, Andosol, Organosol, Inceptisol dan Aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah : 1. Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga penyerapan hara tanaman akan lebih baik. 2. Tekstur ringan, memiliki pasir 20 s/d 60 %, debu 10 s/d 40 %, liat 20 s/d 50 %. 3. Perkembangan struktur baik, kosistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. 4. pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah pH 56. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut. 7 2.3. Tanah gambut Tanah gambut adalah jenis tanah yang sebagian besar terdiri dari pasir silikat dan sebagaian lagi terdiri atas bahan-bahan organik asal tumbuhan yang sedang danatau sudah melalui proses dekomposisi. Jenis tanah ini sebagian besar terdiri atas bahan organik yang tidak dirombak atau dirombak sedikit, terkumpul dalam keadaan air berlebihan (melimpah ruah). Gambut terjadi pada hutan-hutan yang pohonnya tumbang dan tenggelam dalam lumpur yang hanya mengandung sedikit oksigen, sehingga jasad renik tanah sebagai pelaku pembusukan tidak mampu melakukan tugasnya secara baik. Akhirnya bahan-bahan organik dari pepohonan yang telah mati dan tumbang tertumpuk dan lambat laun berubah menjadi gambut yang tebalnya bisa mencapai 20 m. Dalam melakukan budidaya tanaman kelapa sawit pada lahan gambut perlu dipertimbangkan dan memastikan lahan gambut sesuai atau tidak untuk kelapa sawit dan yang paling penting adalah memastikan bahwa lokasi yang akan dipergunakanan tidak bertentangan dengan peraturan, dan layak untuk dilaksanakan usaha.Keberhasilan dalam budidaya pada lahan gambut juga sangat tergantung pada faktor-faktor pembatas diantaranya adalah: kematangan gambut, kedalaman gambut, kedalaman lapisan pirit, frekuensi dan lama genangan. 8 2.4. Jenis-jenis kelapa sawit Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan tebal tipisnya cangkang dan daging buah tanaman kelapa sawit, yang dijelaskan sebagai berikut: A. Dura Jenis dura memiliki ciri-ciri yaitu: tebal cangkangnya sekitar 2-8 mm, kemudian tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang. Pada daging buah relatif tipis, daging biji besar dengan kandungan minyak rendah, banyak digunakan sebagai induk betina dalam program pemuliaan. B. Pisifera Jenis pisifera memiliki ciri-ciri yaitu: tebal cangkangnya sangat tipis (bahkan hampir tidak ada), kemudian daging buah lebih tebal dari pada daging buah jenis Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain, dengan persilangan diperoleh jenis Tenera. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan untuk tanaman komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan. C. Tenera Jenis tenera ciri-ciri antara lain: tebal cangkangnya tipis 0,5-4 mm, terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung, daging buah ini sangat tebal, tandan buah lebih banyak (tetapi ukurannya lebih kecil), merupakan hasil persilangan Dura dengan Pisifera. Jenis tenera merupakan yang paling banyak ditanam dalam perkebunan dengan skala besar di sekitar. Umumnya jenis ini menghasilkan lebih banyak tandan buah. 9 2.5. Pengertian dan Tujuan Pemupukan Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan berpengaruh terhadap meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang merugikan (Fauzi Y, Yustina EW, Iman S, Rudi H, 2012). Dalam pengertian sehari-hari istilah pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sedang pemupukan adalah penambahan bahan tertentu kedalam tanah agar tanah tersebut menjadi subur. Oleh karena itu pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan zat hara suatu media tertentu untuk dipergunakan pada organisme tertentu dalam pertumbuhannya. Dalam arti luas pemupukan sebenarnya adalah penambahan bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah (Ziddu, 2012). Dalam arti luas yang dimaksud pupuk ialah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian pembenah tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut disebut pemupukan. Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea disebut pupuk. Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu 10 atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang disebutkan di atas hanya urea yang dianggap pupuk karena bahan tersebut yang mengandung hara tanaman yaitu nitrogen (Ziddu, 2012). Pemupukan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan produktivitas tanaman. Ketersediaan pupuk secara tepat dosis dan tepat waktu sering menjadi masalah bagi pekebun kelapa sawit. Dalam hal ini pemakaian pupuk majemuk merupakan salah satu alternatif untuk menjamin penyediaan seluruh hara secara tepat waktu dan seimbang di dalam tanah (Ziddu, 2012). Kelapa sawit memerlukan pemupukan baik pada tahap pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM), maupun tanaman menghasilkan (TM). Tanaman kelapa sawit memerlukan pupuk dalam jumlah yang tinggi, mengingat bahwa 1 ton TBS yang dihasilkan setara dengan 6,3 kg Urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg MOP, dan 4,9 kg Kiserit (Ziddu, 2012). Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman (putranto adi, 2013). Pemupukan mampu menyuplai kebutuhan unsur hara yang tidak diperoleh dari tanah berdasarkan hasil analisis tanah dan analisis daun. Biaya pupuk dapat mencapai 50% dari total biaya pemeliharaan. Karena itu, untuk mengupayakan efisiensi pemupukan perlu diterapkan empat tepat, yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah (dosis) (Sunarko, 2012). 11 2.6. Jenis pupuk 2.6.1. Pupuk Organik pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani di lapangan. Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bahan penyusunnya. dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk kandang dan pupuk kompos. Adapun jenis-jenis pupuk organik adalah sebagai berikut: a. Pupuk hijau Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, baik tanaman sisa panen maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil hijauannya. Tanaman yang biasa digunakan untuk pupuk hijau diantaranya dari jenis leguminosa (kacang-kacangan) dan tanaman air (azola). Jenis tanaman ini dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen, yang tinggi serta cepat terurai dalam tanah. b. pupuk kandang Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti unggas, sapi, kerbau dan kambing. Secara umum pupuk kandang dibedakan berdasarkan kotoran hewan yang kencing dan tidak kencing. Contoh hewan yang kencing adalah sapi, kambing dan kerbau. Hewan yang tidak kencing kebanyakan dari jenis unggas seperti ayam, itik dan bebek. 12 c. Pupuk kompos Pupuk kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahan organik melalui proses biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Mikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri, jamur atau kapang. Sedangkan makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah cacing tanah. Dilihat dari proses pembuatannya, ada dua metode membuat pupuk kompos yaitu proses aerob (melibatkan udara) dan proses anaerob (tidak melibatkan udara). 2.6.2. pupuk Anorganik Pupuk anorganik (sintetis) adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia aktif, merupakan hasil dari proses pembuatan dan rekayasa kimia, melalu proses rekayasa kimiawi, fisik ataupun biologis. Pupuk ini, banyak diproduksi oleh pabrik-pabrik kimia dan banyak beredar dipasaran. Pupuk anorganik terdiri dari dua jenis yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. A. Pupuk Tunggal Seperti namanya pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat secara kimia atau juga sering disebut dengan pupuk buatan. Pupuk kimia bisa dibedakan menjadi pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya memiliki satu macam hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara lengkap. Pupuk kimia yang sering digunakan antara lain Urea dan ZA untuk hara N; pupuk TSP, dan SP-36 untuk hara P, KCL atau MOP untuk hara K (Ziddu, 2012). 13 Keuntungan penggunaan pupuk tunggal sintetis adalah mudah didapat dan harga lebih murah, kepastian dosis bisa lebih tepat sesuai rekomendasi yang dibutuhkan dan kelarutan dalam tanah sangat cepat dan cepat diserap tanaman. Sedangkan kelemahannya adalah pupuk secara kelarutan cepat sehingga tingkat lossis ataupun kehilangan pupuk sangat tinggi contohnya tercuci, menguap (urea). Kondisi ini dipengaruhi terhadap aplikasi pemberian pupuk (4 T) tepat waktu, tepat cara, tepat dosis dan tepat tempat. Sehingga kehilangan dapat diperkecil dan pupuk tunggal juga dapat memperburuk sifat tanah seperti menimbulkan pengerasan ataupun peningkatan atom H dalam tanah (tetapi ini bisa dianulir dengan applikasi lain seperti tanam kacangan ataupun pemakaian organik suplement (Ziddu, 2012). B. Pupuk Majemuk Pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk-pupuk tunggal. Komposisi haranya bermacam-macam, tergantung produsen dan komoditasnya. Pada tanaman kelapa sawit, pupuk majemuk umumnya digunakan pada tahapan pembibitan dan tanaman belum menghasilkan. Pupuk majemuk yang digunakan di pembibitan adalah pupuk majemuk NPKMg dengan komposisi 15 15 6 4 dan 12 12 17 2 (Nitrogen N 12%, kandungan fosfor P 12%, kandungan kalium K 17% dan kandungan magnesium Mg 2%. ) Pupuk majemuk biasa digunakan pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Pada usia TBM, sistem pertumbuhannya belum sempurna sehingga akan lebih baik jika diberikan pupuk dengan kandungan nutrisi yang komplit. Pupuk majemuk biasa digunakan pada tanah marginal seperti tanah berpasir karena pupuk majemuk mempunyai 14 kelarutan yang lambat dan tidak menguap oleh panas. Selain itu pupuk majemuk mempunyai efisiensi pemupukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk tunggal. Pada berbagai jenis tanah efisiensi pupuk majemuk ini tidak jauh berbeda. Keuntungan penggunaan pupuk majemuk (semi sintetis) adalah pupuk ini bersifat slow release (tidak terurai secara keseluruhan terurai sebab komposisi pupuk dengan bahan lainnya tidak sama). Sedangkan kelemahan dari pupuk majemuk (semi sintetis) adalah harga pupuk yang sangat mahal, ketepatan dosis tidak bisa tercapai sebab setiap unsur senyawa hara terdapat dalam perbandingan yang berbeda dan kebutuhan pupuk tidak sama setiap unsurnya (Ziddu, 2012). 2.7. Aspek yang Berkaitan dengan Pemupukan Upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan adalah dengan melakukan uji kualitas (Quality control), yang memadai terhadap pupuk yang akan diaplikasikan di lapangan. Perlu diperiksa apakah pupuk telah memenuhi syarat dan dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Prosedur dalam uji kualitas pupuk menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) meliputi empat tahapan : 1. Pemilihan jenis pupuk berdasarkan kebutuhan tanaman dan kondisi lingkungan. 2. Pemilihan merk dagang pupuk berdasarkan Standar Nasional Indonesia dan hasil uji efikasi yang telah dilakukan. 3. Pengambilan sampel pupuk, dan 15 4. Uji pupuk di laboratorium untuk menilai kelayakan mutu pupuk sebelum diaplikasikan di lapangan. Pengusaha yang kurang berpengalaman menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) dapat menempuh beberapa cara untuk mengetahui tingkat keragaan (kondisi) kebunnya dengan empat cara sebagai berikut : 1. Cara yang pertama dengan melakukan perbandingan secara intern. Bila blok- blok pertanaman kebunnya menunjukkan keragaan yang terlalu berbeda-beda, dapat diasumsikan bahwa pada blok- blok yang kurang baik (misalnya produktivitas rendah) terdapat kekeliruan atau kekurangan dan perlu diperbaiki. Seperti dikemukakan di atas, bahan pembanding ini tidak tersedia bila seluruh areal tanamannya berada pada kondisi suboptimal. 2. Cara yang kedua adalah memperbandingkan keragaan kebunnya dengan perkebunan lain yang bersebelahan atau berdekatan. Cara kedua ini baik untuk dilaksanakan tanpa melihat tersedia atau tidaknya bahan pembanding intern. Bila keragaan kebun sendiri kalah jauh dibandingkan dengan kebun orang lain, padahal kondisi tanah dan iklim maupun varietas bahan tanam serupa, dapat diasumsikan adanya kekeliruan atau kekurangan dalam pengelolaan kebun sendiri. Tetapi seperti halnya dengan perbandingan intern, pembandingan dengan kebun- kebun lainpun tidak akan bermakna bila secara kebetulan pengolahan kebunkebun lain juga kurang baik. 3. Cara yang ketiga adalah membandingkan keragaan kebun dalam hal ini terutama produktivitasnya dengan profil produksi yang disusun lembagalembaga penelitian. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Medan) dapat diminta 16 untuk menyusun profil yang berlaku bagi suatu wilayah perkebunan kelapa sawit. Cara ketiga ini sebaiknya ditempuh walaupun cara pertama dan kedua sudah dilaksanakan. 4. Cara keempat adalah meminta pakar dari lembaga-lembaga penelitian atau biro konsultan yang berwenang untuk meninjau dan menilai kondisi kebun, mendeteksi sekurang- kurangnya dan menyusun rekomendasi perbaikan. Cara ini sebaiknya dilakukan secara berkala, misalnya setahun sekali. Cara yang keempat ini mengandung konsekuensi biaya, tetapi berharga untuk ditempuh, karena manfaat yang dapat diraih jauh lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan. Biaya ini relatif kecil karena areal tanaman kelapa sawit umumnya berskala besar, dan pekerjaan di atas dapatdigabungkan dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang juga memerlukan pakar. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang telah dikemukakan di atas yang berkaitan dengan pupuk dan pemupukan, mudah dimengerti bahwa pada usaha tani kelapa sawit tidak terdapat formula pemupukan yang bersifat universal. Jenis tanah, tingkat kesuburan, sifat- sifat kimia maupun fisikanya, faktor iklim dan lain- lain, selalu bervariasi antara lokasi tanaman yang satu dengan yang lain, sehingga formula pupuknya akan berbeda- beda dan bersifat spesifik untuk tiap lokasi. Selanjutnya potensi genetik, umur tanaman dan cara kultur teknik yang diterapkan juga turut mempengaruhi jenis dan dosis pupuk untuk suatu periode tertentu (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). 17 2.8. Gejala Defisiensi Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit Unsur yang dibutuhkan tanaman terdiri atas 16 jenis, tiga diantaranya diperoleh dari udara dan air yaitu unsur C, H dan O. Unsur mineral essensial lainnya diperoleh tanaman dari dalam tanah dan secara umum digolongkan sebagai unsur hara. Unsur hara terbagi menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar yang kandungan nilai kritisnya 2 – 30 g/kg berat kering tanaman. Unsur hara mikro diantaranya Fe, Mn, Zn, Cu, Cl dan B (Fauzi et.al. 2012). Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejala- gejala yang tampak pada tanaman. Defisiensi unsur hara yang berlebihan dapat menurunkan produktivitas tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian (Fauzi et. al. 2012). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Gejala defisiensi pada tanaman kelapa sawit. 18 Defisiensi Nitrogen (N) Gejala pada Tanaman Warna daun menjadi kuning pucat Pada kondisi buruk, jaringan daun menjadi kering dan mati Helaian daun menjadi pendek dan keras Pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil Fosfor (P) Warna daun hijau tua dan permukaannya terlihat mengkilap kemerah- merahan dan daun berbentuk pendek- pendek Bagian tepi daun, cabang, dan batang mengecil dan bewarna merah keunguan dan lambat laun berubah menjadi kuning Tanaman lambat berbuah Kualitas biji dan buah jelek, kecil, dan cepat masak Besi (Fe) Warna di sekitar tulang daun kuning terang serta klorosis terutama pada daun muda, tetapi tulang daun tetap hijau Tanaman lambat pertumbuhan dan perkembangannya Bagian pucuk akan banyak daun yang gugur dan mati Kalium (K) Daun tua akan mengerut atau keriting Timbul bercak kuning transparan pada daun dan berubah merah kecoklatan serta mengering seperti hangus terbakar Rentan terhadap penyakit Ukuran buah kecil- kecil dan cepat rusak atau membusuk Defisiensi Gejala pada Tanaman 19 Kalsium (Ca) Tepi daun banyak timbul gejala klorosis dan menjalar ke tulang daun Kuncup daun yang masih muda sering mengalami kematian Kondisi yang berat, jaringan daun akan kering dan mati Magnesium (Mg) Pembentukan perakaran kurang sempurna Timbul klorosis pada tepi daun yang sudah tua Daun kecoklat- coklatan dan merah keungu- unguan Pada kondisi yang berat, daun tua akan menguning secara merata tetapi tulang daun bewarna hijau Sering terjadi jaringan mati pada sisi pinggir helaian daun sampai ke masing- masing anak daun Sulfur (S) Pertumbuhan terhambat, pendek, kurus dan kerdil Daun muda berwarna kuning dan terkadang tidak merata Secara umum gejalanya menyerupai defisiensi nitrogen Mangan (Mn) Tanaman kerdil dan daun hijau kekuningkuningan bahkan kemerah- merahan, tetapi tulang daun tetap hijau Tembaga (Cu) Pada kondisi berat, jaringan daun mati Pembentukan biji tidak sempurna Daun menjadi klorosis dan bagian ujungnya berwarna putih Defisiensi Pada keadaan parah, tanaman menjadi layu Gejala pada Tanaman 20 Seng (Zn) Daun kekuning- kuningan bahkan kemerahmerahan terutama pada daun yang agak tua kondisi parah, daun dan pelepah mengering sehingga dapat menyebabkan kematian Boron (B) Pertumbuhan tajuk mengeriting atau membelok Ujung pelepah melingkar dan membuka Daun yang baru muncul bentuknya kerdil dan berkerut Kuncup daun muda sulit membuka dan pelayuannya cepat. Sumber : Fauzi, 2012 2.9. Penentuan Rekomendasi Pemupukan 2.9.1. Analisa tanah Analisa tanah umumnya diterapkan dengan konsep “ketersediaan” hara yang sederhana dan tidak begitu mahal. Masalah utama dalam analisis tanah ini terletak pada pemilihan metode ekstraksi dan metode kalibrasi yang sesuai. Hal ini disebabkan karena ketersediaan unsur hara berdasarkan metode ekstaksi yang sama dapat berbeda- beda pada tipe dan subtipe tanah yang berbeda. Pemilihan metode ekstraksi yang sesuai sebaiknya dikalibrasi : 1. Dengan percobaan dilapangan, dimana produksi tanaman dengan dan tanpa pemupukan dikorelasikan dengan data ekstraksi unsur hara dari tanah yang dipupuk tersebut (koefisien korelasinya r2 paling tidak 60% dan lebih disukai bila > 70%). 2. Dengan analisis jaringan tanaman, yaitu dengan mengkorelasikan kandungan hara di dalam tanaman (umumnya daun ke- 17) dengan data analisi tanah, atau 21 3. Dengan melihat gejala defisiensi, yaitu dengan membandingkan data ekstraksi unsur hara dari tanah yang tanamannya tidak mengalami defisiensi dengan tanah yang tanamannya mengalami defisiensi (terutama berguna untuk kasus unsur hara mikro). 2.9.2. Pengambilan contoh daun (KCD) Pengambilan contoh daun dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM). Pengambilan contoh daun dinyatakan dalam kesatuan contoh daun (KCD), yaitu luasan areal tertentu yang digunakan sebagai tempat pengambilan contoh daun. Misalnya, dalam luasan satu blok yang memiliki keseragaman tahun tanam, kondisi tanah dan bentuk topografi areal dapat digunakan sebagai 1 unit KCD. Lokasi areal yang ditentukan sebagai tempat KCD serta tanaman yang digunakan sebagai pohon contoh tidak boleh diubah sepanjang masa hingga tanaman tersebut tidak bisa dimanfaatkan lagi. Untuk areal seluas 1 Ha, pohon contoh yang diambil sebanyak 4%, untuk areal seluas 5 Ha sebanyak 3%, untuk areal 10 Ha sebanyak 2%, dan untuk areal seluas 25 – 100 Ha sebanyak 1 % (Fauzi et. al. 2012). Untuk areal yang digunakan sistem blok, pohon contoh pertama diambil dari sebelah utara blok, yaitu pohon ke- 3 dari pinggir parit baik dari sisi jalan utama serta jalan koleksi. Pohon kedua dan seterusnya diambil interval 10 baris tanaman menuju arah selatan sejajar dengan barisan tanaman atau pasar pikul hingga berakhir pada posisi tiga pohon dari ujung batas blok. Lalu dari pohon terakhir tersebut dibelokkan ke arah barat dengan interval 10 tanaman, kemudian kembali lagi ke arah utara dengan interval yang sama. Sementara itu, 22 untuk areal yang menggunakan sistem grup, pengambilan contoh dilakukan dengan metode tersebar/ acak (Fauzi et. al. 2012). Adapun persyaratan pohon contoh adalah sebagai berikut : a) Sehat, tidak terserang hama dan penyakit, serta bukan pohon bekas sisipan. Jika pohon yang jatuh pada titik interval sebagai pohon contoh tidak memenuhi syarat maka pohon contoh dapat digeser ke pohon di dekatnya yang dianggap sehat. Interval selanjutnya dapat dimulai dari pohon tersebut. b) Hindari pohon yang tumbuh di puncak bukit, sebagai gantinya gunakanlah pohon lain yang seragam dan dapat mewakili kondisi areal. Hindari juga memilih tanaman pinggir. c) Pohon contoh harus berada di antara pohon yang masih hidup. d) Umur tanaman harus seragam, kecuali jika luas areal kurang dari 5 Ha, boleh terdapat perbedaan, tetapi hanya 1- 2 tahun saja. e) Kondisi tanah dan topografi dalam satu blok/grup relatif sama. f) Jika pohon contoh sakit atau mati, maka dapat digantikan sesuai dengan ketentuan di atas. g) Seluruh pohon contoh dicat dengan warna biru langit pada batangnya secara melingkar. Khusus pohon pertama diberikan tanda bulat berwarna biru tua dan ditulis angka (nomor urut KCD dan pohon contoh dalam KCD tersebut) berwarna putih. Pengambilan contoh daun dilakukan setahun sekali, yaitu dua bulan setelah pemupukan berakhir (biasanya bulan oktober). Pengambilan harus saat cerah, antara pukul 07.00 – 12.00. Jika saat pengambilan turun hujan maka 23 dapat ditunda hingga daun kembali kering atau keesokan harinya (Fauzi et. al. 2012). 2.10. Standar Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Jenis dan cara pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) sama saja dengan tanaman belum menghasilkan (TBM). Hanya saja; sebaran, dosis, waktu aplikasi dan rotasinya berbeda. Adapun pupuk yang digunakan bisa menggunakan pupuk tunggal atau majemuk. Standar dosis pupuk TBM dan TM yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Tabel 2. Dosis pupuk tunggal untuk tanaman kelapa sawit. Kelompok Umur (Tahun) Status/ Kategori Tanaman 1 Dosis Pupuk Tunggal (Kg/Btg/Thn) Urea (46%) TSP (45%) MOP (60%) Kieserite (26%) TBM 1 1,25 0,60 1,00 0,75 2 TBM 2 1,50 0,60 1,50 1,00 3 TBM 3 1,50 0,60 1,75 1,00 3–5 TM 1 – 3 2,00 1,20 2,00 1,25 6–8 TM 4 – 6 2,00 1,20 2,00 1,25 9 – 13 TM 7 – 11 2,75 1,80 2,50 1,50 14 – 20 TM 12 – 18 2,50 1,60 2,00 1,25 21 – 25 TM 19 – 23 1,75 1,00 1,50 1,00 Tabel 3. Dosis pupuk majemuk untuk tanaman kelapa sawit. Kelompok Umur Status/ Kategori Dosis Pupuk Tunggal (Kg/Btg/Thn) N 13 - P 8 - K 27 – Mg 4 – B 0,5 – Cu Zn 0,02 – 24 (Tahun) Tanaman 0,04 (Kg) 1 TBM 1 3,00 2 TBM 2 3,75 3 TBM 3 4,50 3–5 TM 1 – 3 6,00 6–8 TM 4 – 6 6,00 9 – 13 TM 7 – 11 7,50 14 – 20 TM 12 – 18 6,00 21 – 25 TM 19 – 23 4,50 Saat ini perkebunan besar dan menengah lebih banyak menggunakan pupuk majemuk NPK karena penggunaan pupuk majemuk relatif lebih efektif dan efisien. Beberapa keunggulan dari penggunaan pupuk majemuk, adalah sebagai berikut : a) Pupuk majemuk hanya memerlukan tiga kali aplikasi per tahun, sedangkan dengan pupuk tunggal dapat mencapai delapan kali aplikasi per tahun. b) Dengan menggunakan pupuk majemuk, hanya tersita waktu sekitar 3 – 4 bulan dalam setahun untuk pemupukan, sedangkan sisa waktu 8 – 9 bulan lagi bisa difokuskan untuk produksi dan perawatan tanaman. c) Dengan sekali aplikasi pemupukan menggunakan pupuk majemuk, tanaman akan mendapatkan sekaligus beberapa unsur hara sehingga tidak terdapat faktor pembatas. d) Dengan menggunakan pupuk tunggal, aplikasi satu jenis pupuk dengan jenis pupuk lainnya sering terlalu lama intervalnya sehingga tidak sinergis. 25 e) Aplikasi pemupukan yang terlalu lama akan berpotensi semakin banyak pupuk yang hilang akibat pencurian karena lemahnya pengawasan. f) Penguapan dan pencucian pupuk tunggal setelah diaplikasi sangatlah besar, dapat mencapai 20 – 30 %, sedangkan pupuk majemuk sudah dilengkapi dengan coating agent (bahan pengikat) untuk meminimalisir kehilangan unsur hara dalam pupuk. g) Untuk topografi areal yang sulit, menggunakan pupuk tunggal akan menyebabkan seluruh biaya aplikasi pemupukan menjadi lebih banyak. h) Unsur mikro (tress elements) yang terkandung dalam pupuk majemuk, tidak terdapat dalam pupuk tunggal. Di samping penggunaan pupuk anorganik, tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang sudah atau belum dikomposkan juga sekarang banyak diaplikasikan ke piringan tanaman kelapa sawit sebagai penambah bahan organik tanah (Fauzi et. al. 2012). 2.11. Pelaksanaan Pemupukan Untuk areal TBM pada umur satu bulan pupuk ZA diberikan dengan penaburan secara merata sampai sekitar 3 40 cm dari pangkal batang. Untuk bulan- bulan selanjutnya pupuk ZA, RP, MOP dan Kieserite, ditaburkan secara merata sampai sejauh lebar tajuk. Sedangkan pupuk borat (HGF Borate) diberikan dengan penauran merata pada ketiak pelepah daun pada lingkar kesatu dan kedua sesudah daun tombak (daun teratas). Jika umur TBM hanya berlangsung 30 bulan, pemupukan bulan ke – 32 tidak dilaksanakan, dan berlaku pedoman pemupukan untuk areal TM (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). 26 Untuk areal TM yang berumur kurang dari 8 tahun, pupuk urea dan ZA ditabur merata mulai sejauh 0 cm dari pangkal batang sampai pinggir piringan. Pupuk lainnya (MOP, Kieserite dan RP) ditabur merata mulai dari jari – jari 1 m sampai dengan 2,50 m dari pangkal batang (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Untuk tanaman yang berumur 8 tahun atau lebih, pupuk ZA, MOP dan Kieserit ditabur merata mulai dari jari – jari 1 m sampai 2,5 m dari pangkal batang.Pupuk RP-nya disebar di gawangan. Pada tanaman umur 8 tahun atau lebih pupuk MOP dapat diganti dengan abu janjangan dengan dosis 1,5 – 2 kali lipat MOP, penyebaran serupa dengan MOP (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Pada areal berbukit, yang penanamannya dilaksanakan dengan sistem teras, jenis dan dosis pemupukan sama dengan yang telah duraikan diatas, hanya cara pemberiannya berbeda. Dua pertiga dari dosis pupuk dibenam di daerah piringan sebelah dalam dari teras, dan sepertiga sisanya dibenam di sebelah luar atau pinggir. Dengan cara ini di harapkan kehilangan pupuk oleh aliran air bila turun hujan akan ditekan sekecil mungkin (Maruli Pardamean, 2012) Mengingat mahalnya harga pupuk dan pada umumnya kelapa sawit ditanam di daerah yang bercurah hujan tinggi, sebagian pupuk larut dan terbwa air dan atau menguap, maka dianjurkan agar pupuk dibenamkan dalam tanah (pocket system) (Maruli Pardamean, 2012) Cara pemupukan yang perlu juga diperhatikan dalam memupuk tanaman adalah sebagai berikut : 27 a. Bersihkan terlebih dahulu piringan dari rumput, alang- alang, dan kotoran lain. b. Pada areal datar semua pupuk ditabur merta mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggiran piringan. Pada areal yang berteras, pupuk disebar pada piringan kurang lebih 2/3 dari dosis di bagian dalam teras dekat dinding bukit, sisanya (1/3 bagian) diberikan pada bagian luar teras (Maruli Pardamean, 2012). 2.12. Organisasi Pemupukan A. Pengaturan tenaga Setiap regu pemupukan terdiri atas mandor, tukang pikul, dan tukang memupuk yang biasanya wanita. Mandor bertugas mengatur dan merencanakan pemupukan harian dan mengawasi pelaksanaan pemupukan blok demi blok. Tukang pikul bertugas mengecer pupuk pada terminal I (Suplai besar, ke terminal II (Suplai kecil), dan membagi – bagi pupuk pada regu pemupuk. Regu pemupuk membenamkan atau menaburkan pupuk ke pohon dengan takaran yang tepat dan merata. Apabila pupuk dibenamkan ke dalam tanah, tenaga ditambah dengan regu pembuat lubang/ mengoak tanah. Tanah yang dikoak sebanyak 8 lubang, dengan tenaga 138 pohon/ HOK. Goni bekas pupuk yang telah kosong dikumpulkan dan dihitung jumlahnya, yang harus cocok jumlahnya dengan goni sebelum diecer (Suwanto, 2005). B. Pengaturan suplai (terminal) besar/kecil (supply point). 28 Setiap lima baris tanaman dibuat satu suplai besar sesuai dengan keinginan jumlah pohon dikalikan dosis pupuk menurut rekomendasi pemupukan. Selanjutnya dibuat rencana pengeceran pupuk per suplai besar dan kemudian ditentukan suplai kecil, sehingga regu pemupuk tidak terlalu jauh mengambil pupuk itu (Suwanto, 2005). C. Peralatan pemupukan Bakul atau ember plastik ukuran 10 kg, takaran pupuk 0,5 kg biasanya mangkok lateks atau mangkok bekas sabun pasta. Kain gendong dari belacu dan alat pikulan lengkap dengan talinya. Sepatu bot plastik dan cangkul untuk membuat lubang tempat pupuk (Suwanto, 2005). 2.13. Pengawasan Pemupukan Perencanaan pemupukan tanaman kelapa sawit harus dilakukan dengan cermat, mulai dari analisis tanah, analisis daun, dan harus mengacu pada rekomendasi pemupukan, pemberian pupuk dan peralatannya. Perencanaan ini dilakukan satu tahun sebelumnya. Beberapa hal yang perlu diawasi adalah : a) Pelaksanaan pemupukan harus tepat dosis, tepat waktu, tepat cara (tebar, dibenam atau ditanam, placement) dan tepat jenis. b) Dosis pupuk di pembibitan diberikan berdasarkan tingkat umur bibit. c) Dosis pupuk di TBM ditentukan berdasarkan perbedaan keadaan tanah dan ada atau tidaknya penutup tanah kacangan. d) Dosis pupuk di TM berdasarkan ketentuan rekomendasi pemupukan. e) Daerah sebar/ benam pupuk harus sesuai dengan unsur pupuk dan umur tanamannya. 29 f) Waktu dan frekuensi pemupukan harus mengacu pada rekomendasi pemupukan. g) Realisasi pemupukan setiap harinya dilaporkan dan digambar pada peta blok, sehingga diketahui dengan pasti rumus pemupukan berikutnya. h) Areal tepi blok, lahan berjurang, tepi parit atau sungai perlu mendapatkan perhatian khusus. i) Dalam aspek ekonomi, perlu dihitung nilai harga per satuan unsur dan kebutuhan pupuk per satuan luas (Suwanto, 2005). 30 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Tempat dan waktu Tugas AkhirTeknik Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan dilaksanakandi PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1 Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, dimulai dari tanggal 19 Maret sampai dengan 13 Juni 2015. 3.2. Metode pelaksanaan a) Bekerja Setiap kegiatan yang telah disepakati dengan pembimbing lapang dilakukan dengan cara ikut bekerjaoleh masing-masing mahasiswa serta ditentukan prestasi kerjanya. pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan bergabung bersama karyawan setempat atau tersendiri sesuai dengan kondisi perusahaan serta atas persetujuan / perintah pembimbing lapang. b) Pengamatan Kegiatan pengamatan dilakukan apabila sesuai dengan kondisi dan pertimbangan pembimbing lapang suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa mengingat faktor keselamatan, ketersediaan alat dan sebagainya. c) Diskusi Kegiatan diskusi dilakukan khusus untuk kegiatan-kegiatan yang tidak dilakukan perusahaan tersebut pada saat pelaksanaan Tugas Akhir atau kegiatan yang dianggap pembimbing lapang perlu untuk didiskusikan. 31 IV. 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT. Incasi Raya Group Sodetan 1 Estate merupakan kebun kelapa sawit salah satu cabang dari PT. Incasi Raya yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Kebun ini dibuka pada tahun 2000.Pembukaan lahan dilaksanakan selama 2 tahun, kebun mulai ditanam pada tahun 2002 dan 2003 dan 2004. 4.1.2. Luas areal yang dikelola Luas areal PT. incasi Raya Group Sodetan 1 Estate yang dikelola adalah 2.473,250 Ha, yang terdiri dari dua divisi yaitu divisi I dengan 4 afdeling terdiri dari afdeling B, afdeling C, afdeling D, afdeling E. Dan divisi II dengan 4 afdeling terdiri dari afdeling A, afdeling F, afdeling G, afdeling H dan masing- masing memiliki luasan yang berbeda-beda. Adapun batas-batas wilayah PT. Incasi Raya Group Sodetan I Estate ini adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan PT. Incasi Raya Group Sodetan II Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai dan Lahan Masyarakat Sebelah Timur berbatasan dengan PT. Incasi Raya Group Muara Sakai Estate Sebelah Barat berbatasan dengan PT. Incasi Raya Group Sumbar Andalas Kencana Estate 32 4.1.3. Topografi dan ketinggian tempat PT. Incasi Raya Group Sodetan 1 Estate ini memiliki topografi datar, dengan ketinggian tempat 0-2 m dpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson kebun ini termasuk kedalam tipe iklim A yaitu beriklim basah. Kebun ini terletak pada12 LU dengan curah hujan yang banyak dan merata setiap tahunnya. Curah hujan rata-rata berkisar antara 2000 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 10 hari/bulan. Tingkat penyinaran matahari berkisar 20 hari dengan temperatur 19-22 C dan kelembaban 60-85%. Jenis tanah kebun ini yaitu tanah gambut hemik dan saprik. Usaha konservasi tanah yang dilakukan terutama pada areal gambut dengan membuat saluran drainase dimulai dari dalam blok dan water gate. 4.2. Hasil 4.2.1. Penentuan rekomendasi pemupukan Dalam menentukan rekomendasi pemupukan perlu dilakukan analisa tanah dan daun. Kebun PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 telah melakukan analisa tanah diawal pembukaan lahan dan analisa daun pada Tanaman Menghasilkan / TM (4 tahun) untuk menentukan rekomendasi pemupukan. A. Analisa tanah Informasi mengenai potensi tanah sangat diperlukan untuk membantu penetapan rekomendasi pemupukan karena sifat tanah berbeda antara satu tempat (jenis) dengan tempat lainnya. Dengan melakukan analisis tanah sesuai standar, status hara pada tiap jenis tersebut dapat diketahui.Sehingga dianjurkan untuk perkebunan melakukan analisis tanah. 33 Dalam hal ini perusahaan hanya melakukan kegiatan pengambilan sampel tanah untuk di analisis dilaoratorium. Sedangkan kegiatan analisis tanah dilakukan oleh pihak yang bertugas di bagian rekomendasi pemupukan yang bertugas di kantor pusat PT. Incasi Raya yang berada di Padang. Dalam kegiatan pengambilan sampel tanah harus dilakukan dengan baik dan teliti. Hal pertama yang dilakukan dalam kegiatan analisa tanah ini adalah penentuan titik pengambilan sampel tanah yaitu dengan cara diagonal atau dengan cara acak.kemudian titik pengambilan sampel tanah dibersihkan dari rumput dan segala jenis serasah yang ada di sekitar titik pengambilan sampel tanah.Contoh tanah individu diambil menggunakan bor tanah atau cangkul dan sekop. Contoh tanah diambil pada titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam 1 m.Contoh- contoh tanah tersebut dicampur dan diaduk merata dalam ember plastik, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan teraduk rata, diambil contoh seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam kantong plastik. Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat pengiriman, kantong plastik yang digunakan rangkap dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus dengan plastik dan dimasukkan diantara plastikpembungkus supaya tulisan tidak kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan plastik. Pada label diberi keterangan mengenai kode pengambilan, asal dari (nama kebun, no blok), tanggal pengambilan. 34 B. Analisa daun Analisa daun dilakukan untuk menentukkan kecukupan unsur hara yang terkandung pada tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit pada TBM 0 – 3 tahun tidak dilakukan analisa daun karena unsur hara yang terkandung pada tanaman tersebut masih dianggap cukup dan pemupukan mengacu pada dosis yang telah baku.sedangkan pada tanaman TM perlu dilakukan analisa daun untuk melihat kandungan hara yang terdapat pada tanaman agar diperoleh gambaran jumlah pupuk yang pelu ditambahkan untuk keperluan tanaman berproduksi. Pemupukan pada TM dilaksanakan menurut rekomendasi berdasarkan analisis unsur hara pada daun. Analisis hara daun berdasarkan pengambilan sampel daun dari Kesatuan Contoh Daun (KCD) atau Leaf Sampling Unit (LSU). KCD yang dilakukan di Kebun PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1, pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan atau berumur 4 tahun setelah tanam. Daun pelepah yang diambil adalah berdasarkan kedudukan daun,yaitu daun ke- 17. Aktivitas fotosintesis pada daun ke- 17 lebih tinggi dibandingkan daun ke- 9. Menurut Pahan, (2011). Pelaksanaan kegiatan KCD di lapangan: 1. Dalam pengambilan KCD hal pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan sampel tanaman yang akan diambil daunnya,dengan melihat kondisi tanaman ataupun persyaratan tanaman yang dapat di analisa (tanaman asli bukan sisipan, sehat, dikelilingi pohon hidup, tidak berada dekat dengan jalan, bangunan ataupun hutan, dan cukup umur). 35 2. Dalam 1 blok yang diambil maksimal 5 % dari jumlah Populasi tanaman dan pohon ke 3 dari pinggir (tepi). 3. Pembuatan jalur sensus dibuat blok/blok dengan membuat tanda/cat berwarna biru pada setiap 1 pokok dalam baris tanaman dengan jarak setiap 20 pokok. 4. Pengambilan dilakukan setahun sekali pada semester II yaitu 2 bulan setelah pemupukan terakhir. 5. Setelah semuanya memenuhi syarat maka dilakukan analisa, yaitu masingmasing 3 daun pada bagian tengah pelepah ke- 17 bagian kanan dan kiri.Anak daun pelepah tersebut dipotong menjadi 3 bagian kemudian daun pada bagian tengah diambil sepanjang 20 cm, dibersihkan daridebu atau kotoran yang menempel pada daun dengan kapas serta aquades (usahakan daun tersebut benar- benar steril). 6. Kemudian, daun tersebut di panaskan dalam oven untuk sterilisasi dan mengeringkan daun setelah daun keringdimasukkan kedalam amplop. Setelah itu, daun tersebut dapat dikirim untuk diuji kandungan unsur hara. Pengambilan KCD dan analisis daun dilakukan oleh pihak Agronomi PT. Incasi Raya Group kebun Sumber Andalas kencana. 36 X X X X J a l a n X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Jarak 20 pokok kedalam blok Dimulai dari pohon ke 3 dari jalan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Jarak 20 pokok kedalam blok X X X X X X X X X P r o d u k s i X X X X X X X X X X X X Jalan Poros / Produksi Gambar 1. Penentuan Sampel KCD pada lahan kelapa sawit. X X X X X X X 37 Dari hasil analisa tanah dan analisa daun dilapangan dapat diberi kisaran dosis pemupukan yang optimal bagi kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM). Hasil pengamatan dan analisis per LSU akan dicatat dalam bentuk Clip boardyang akan dinilai dan dianalisis untuk menentukan dosis pupuk per blok. Oleh karena banyaknya faktor – faktor yang harus dipertimbangkan, penentuan dosis pupuk tidak dapat di samakan pada semua blok dan waktu. Dalam pelaksanaan pembuatan rekomendasi pemupukan diperlukan disiplin yang ketat karena adanya batas waktu yang singkat antara periode pengambilan sampel daun, analisis di laboratorium dan saat dimulainya pemupukan di lapangan. 4.2.2. Standar dan penetapan jenis dan dosis pupuk Jenis pupuk yang digunakan pada tanaman menghasilkan di PT. Incasi Raya kebun Sodetan1 adalah pupuk majemuk NPK PEAT Kay-Bio, Urea, KCL dan NPK Hi-Kay . Sedangkan dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan hasil analisis tanah dan analisis daun yang dilakukan sekali dalam satu tahun 4.2.3. Efisiensi dan efektivitas pemupukan Dalam melakukan pemupukan diperlukan efisiensi dan efektifitas dalam pemupukan agar diperoleh Cost (biaya) yang rendah namun hasil yang diperoleh baik serta dapat mewujudkan produktivitas yang setinggi- tingginya. Efisiensi dan efektivitas pemupukan ditentukan oleh beberapa faktor : a. Tanaman 1. Luas daunmenentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. 2. Massa perakaran aktif menentukan laju dan jumlah hara dan air terserap. 38 b. Cuaca 1. Lama dan intensitas penyinaran menentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. 2. Suhu udara menentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. c. Tanah 1. Kandungan hara tanah menentukan jumlah hara yang bisa tersedia. 2. Kelembaban tanah menentukan kelarutan pupuk dan ketersediaan hara. 3. Keasaman tanah menentukan ketersediaan hara. 4. Mikroorganisme dan bahan organik tanah menentukan ketersediaan hara. d. Pengaplikasian pupuk (mengikuti sistem 6 T) 1. Tepat waktu Waktu yang baik dalam pemupukan adalah pada saat akhir musim kemarau atau diawal musim hujan serta harus mengikuti rekomendasi pemupukan yang telah ditetapkan pada setiap semesternya. 2. Tepat Jenis Pupuk yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman tersebut. Karena apabila jenis pupuk yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan, hal itu akan mengakibatkan defisensi (kekurangan) satu unsur hara atau juga dapat menyebabkan kelebihan satu unsur hara yang menjadikan tanaman tersebut mengalami keracunan. 39 3. Tepat Dosis Pupuk yang diberikan selain jenisnya yang tepat, namun juga dosis yang diberikan harus sesuai. Tidak boleh ada tanaman yang mengalami kelebihan atau mengalami kekurangan unsur hara. 4. Tepat Sasaran Pemupukan harus sesuai dengan sasaran. Pupuk harus ditaburkan secara merata pada tanaman kelapa sawit di sekitar piringan tanaman tersebut. 5. Tepat Cara Pemupukan harus sesuai dengan cara- cara pemupukan, misalnya ; dengan cara di tebar, benam ataupun ditanam). 6. Tepat Monitoring Perlunya dilakukan Monitoring ataupun pengawasan dalam melaksanakan pemupukan agar semua pekerjaan yang ada dalam pemupukan dapat terkontrol dengan baik. 4.2.4. Alat dan bahan pemupukan Dalam melakukan pemupukan diperlukan alat, bahan serta sarana ataupun prasarana yang memadai. Alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan pemupukan dapat dilihat pada Tabel 4. 40 Tabel 4. Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan pemupukan. No NAMA ALAT DAN BAHAN FUNGSI KETERANGAN 1 Traktor atau truk Berfungsi untuk Pengeceran pupuk - 2 Ember Berfungsi sebagai tempat 1 ember = ± 15 Kg (wadah) pupuk untuk pupuk. dibawa ke pokok tanaman. 3 Mangkok Berfungsi sebagai takaran 1 mangkok = 500 gr pupuk dan sebagai alat untuk mempermudah penyebaran pupuk. 4 Sepatu . boot Berfungsi sebagai pelindung kaki alat 5 Sarung Tangan Berfungsi sebagai pelindung tangan alat Agar tidak kontak langsung dengan kulit tangan. 6 Kain Berfungsi untuk Kain yang menggendong ember yang harus kuat berisi pupuk 7 Pupuk Berfungsi sebagai Penambah unsur hara bagi tanaman - digunakan Diberikan pada tanaman sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. 4.2.5. Sistem pemupukan Teknik pemupukandi perusahaan perkebunan PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1 dilakukan dengan dua sistem yaitu dengan sistem HK (10 karung/HK) dan sistem borongan (Rp.5.000/karung). Apabila pemupuk tidak dapat mencapai target maka upah yang akan diterima akan dikurangi sebesar Rp.5.000,-/karung, sedangkan bagi karyawan yang dapat menyelesaikan kegiatan pemupukan lebih dari yang ditargetkan akan menerima gaji tambahan sebesar Rp.5.000,-/karung. 41 4.2.6. Prosedur kerja pemupukan Dalam melakukan pemupukan, perlu diikuti prosedur kerja yang baik dan benar, sistem efisiensi serta efektivitas dalam perusahaan perkebunan dapat terwujud. Sistem pemupukan dalam kebun PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 dengan cara sistem ancak giring dengan tujuan untuk memudahkan melakukan pengawasan dalam pemupukan. Adapun prosedur kerja pemupukan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Sebelum memulai kegiatan pemupukan, terlebih dahulu siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Mandor atau assisten memberikan arahan / bimbingan serta pembagian lokasi tiap pekerja agar tidak terjadi kesalahan sewaktu memupuk. 3. Muat pupuk kedalam traktor sesuai jenis dan kebutuhan pupuk yang diperlukan. 4. Seluruh pekerja pupuk berangkat ke lokasi pemupukan. 5. Setelah sampai di batas blok pupuk di ecer di sepanjang jalan sesuai dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan perbarisan tanaman.Kemudian pekerja melakukan pemupukan dengan memberikan pupuk sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. 6. Kegiatan pemupukan dimulai dari bagian tengah barisan tanaman (parit cacing) mengarah ke jalan. 7. Setiap pekerja menggunakan ember dalam mengangkut pupuk dalam setiap terasan. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar pada gawangan mati. 8. Setelah selesai kegiatan pemupukan karung pupuk dikumpulkan kembali dan dibawa kegudang dan dihitung sesuai jumlah pupuk yang ditaburkan. 42 4.2.7. Aspek Ekonomi serta Pembiayaan Aspek ekonomi serta pembiayaan dalam melakukan pemupukan sangat penting. Beberapa jenis pupuk yang digunakan untuk tanam,an menghasilkan di PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 antara lain sebagai berikut: 1. Urea Rp. 236.360,00 2. KCl Rp. 150.000,00 3. NPK PEAT-Kay Bio Rp. 223,360,00 4. NPK Hi-Kay 13/6/27/2 Rp. 220.650,00 Dari beberapa jenis pupuk serta harga yang digunakan pada PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1, kita dapat menentukan berapa besar biaya yang dikeluarkan per tahun dalam melakukan pemupukan. Jika cost ditekan akan terjadi penghematan biaya atau efisensi biaya. Penghematan biaya pemupukan dapat terjadi jika limbah kelapa sawit digunakan secara efisien misalnya tandan kosong kelapa sawit. Dengan menggunakan limbah tandan kosong kelapa sawit secara efisien dapat menghemat pengeluaran biaya, dimana menurut Edhi Sarwono (2008) didalam janjang kosong terkandung unsur: N 1,5 % P 0,5 % K Mg 7,3 % 0,9 % Perhitungan efisiensi pemupukan jika diterapkan limbah tandan kosong kelapa sawit : Pupuk yang akan digunakan adalah pupuk Urea yang akan diaplikasikan pada tanaman TM dan dosis 1.000 gr per tanaman dengan harga pupuk Rp. 150.000,- per sak. 43 Kebutuhan Pupuk organik/tanaman : 60 7,3 X 1.000 gr : 8,21x 1.000 gr : 8210 gr (8,21 kg) Keterangan : Berat 1 sak pupuk adalah 50 kg (50.000 gram). Dari perhitungan di atas dapat dilihat, 8,21 kg janjang kosong dapat menggantikan 1 kg pupuk KCl. Dari perhitungan diatas, penerapan limbah tandan kosong kelapa sawit dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan perkebunan. Selain itu, Wahyono Iyan (2014) juga mengatakan bahwa janjang kosong merupakan bahan organik yang mengandung sejumlah unsur hara terutama kalium. Volume 1 ton janjang kosong segar mengandung hara ynag setara dengan 5 kg urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP, dan 14 kg Kieserit. 4.2.8. Sistem pengupahan Sistem pengupahan pemupukan yang ada pada PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1diberikan kepada tenaga kerja pemupukan dengan Sistem Harian dan sistem borongan. Untuk pekerja sistem harian diberi target menabur pupuk sebanyak 12 karung per hari (50 kg/karung) dan 1 HK diberi upah sebesar Rp 64.000/hari. Sedangkan untuk sistem borongan di beri upah sebesar Rp 5.000/karung. 4.2.9. Manajemen pemupukan Manajemen dalam arti umum adalah pengelolaan yaitu suatu proses yang memiliki ciri khas dalam setiap organisasi. Keberhasilan suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah manajemen 44 perusahaan. Manajemen perusahaan inilah yang berperan sebagai pengendali dalam proses usaha yang dilakukan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Perusahaan pada umumnya harus mencapaioutput serendah mungkin daninput setinggi mungkin, tetapi hal ini sulit dicapai. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan manajemen yang tinggi. A. Unsur-unsur dalam manajemen 1. Perencanaan Sebelum melakukan pemupukan dalam setiap blok, Assisten pemupukan dan mandor pupuk terlebih dahulu merencanakan blok yang akan dipupuk, jenis pupuk serta kebutuhan pupuk yang akan diangkut ke lapangan. Adapun penentuan jenis dan kebutuhan pupuk yang akan diaplikasikan pada blok- blok yang sudah ada berdasarkan pada program kerja pemupukan yang telah ditetapkan. Contoh penentuan blok, jenis dan kebutuhan pupuk : Afdeling :A Blok : A1 (Tahun tanam 2003 = 24,230 ha = 3.586 pokok) Pupuk : Urea dengan dosis 1.500 gram per pokok. Jumlah pupuk : 3.586 pokok x 1.500 gram per pokok = 5.379.000 gram atau 5.379 kg. Jumlah karung :Berat bersih pupuk per karung adalah 50 kg. Jika kebutuhan pupuk Urea pada Blok A1 sebanyak 5.379 kg maka jumlah karung pupuk yang akan diangkut sebanyak 107,58 karung. 45 2. Organisasi pemupukan Pada PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1, dilakukan pengorganisasiandalam setiap melakukan pemupukan. Setiap regu pemupukan terdiri dari Assisten, mandor,operator, tukang muat,dan tenaga pemupuk yang biasanya adalah wanita. Mandor bertugas mengatur dan merencanakan pemupukan harian dan mengawasi pelaksanaan pemupukan blok demi blok. Operator bertugas melangsir pupuk dari gudang ke lokasi pemupukan. Tukang muat bertugas memuat pupuk ke traktor/truk di gudang serta mengecer pupuk pada setiap regu pemupuk di lapangan. Regu pemupuk bertugas untuk menaburkan pupuk ke tanaman dengan takaran yang tepat dan merata. Karung bekas pupuk yang telah kosong dikumpulkan dan di hitung jumlahnya, dan harus cocok jumlahnya dengan karung pupuk sebelum diecer. Untuk menghindari adanya kekeliruan dalam aplikasi pupuk di lapangan maka di tiap afdeling setiap harinya hanya dibenarkan menaburkan satu jenis pupuk pada setiap bloknya. Peralatan yang digunakan untuk pemupukan oleh setiap regu tenaga pemupuk adalah berupa ember plastik dengan ukuran 15 kg dan takaran pupuk 500 gram. Kain gendong digunakan untuk menggendong ember yang berisi pupuk Sistem pemupukan di kebun PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 adalah dengan cara sistem ancak giring yaitu setiap pekerja digiring menuju blok- blok yang akan dipupuk dengan tujuan untuk memudahkan melakukan pengawasan dalam pemupukan dan kegiatan pemupukan lebih cepat selesai. 46 B. Pelaksanaan pemupukan 1. Persiapan pupuk Jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan harus tersedia di gudang kebun pada waktunya. Oleh sebab itu, permintaan pupuk dari kebun ke bagian pembelian harus dilakukan minimum 1 bulan sebelum aplikasi pemupukan dilakukan. Sehingga tidak terjadi kendala pemupukan akibat stok pupuk kosong. 2. Persiapan pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan Kendaraan pengangkut pupuk dari gudang ke lapangan, sehari sebelum pemupukan, harus sudah dipastikan kesiapannya.Pada pukul 07.00, kendaraan harus sudah mulai memuat pupuk pupuk dari gudang untuk di ecer di lokasi pemupukan dilapangan. Sehingga pada pukul 08.00kegiatan pemupukan sudah bisa di mulai dilapangan. 3. Pengeceranpupuk ke dalam barisan tanaman Ketentuan yang ditetapkan oleh perkebunan pelaksanaan pengeceran pupuk dilakukan oleh tenaga kerja yang melakukan pemupukan. Pengeceran pupuk dilakukan dengan membawa pupuk menggunakan alat angkut seperti ember yang dibawa oleh setiap tenaga pemupuk. Pengeceran dilakukan sesuai dengan rencana pada peta detail sesuai dengan rencana pada peta blok dan dimulai dari batas/ rintis tengah atau batas alam seperti sungai, parit, dan lain- lain menuju jalan koleksi(collection road.) 47 4. Persiapan keamanan Pupuk yang diecer di lapangan harus terjamin dari pencurian, pembuangan, atau disembunyikan di gawangan/parit. Oleh sebab itu, perlu dipersiapkan petugas yang bertanggung jawab terhadap keamanan pupuk ini (dapat dirangkap oleh mandor). Pupuk yang telah diecer di lapangan harus diusahakan selesai ditabur seluruhnya pada hari itu juga. Apabila pupuk tidak selesai ditabur karena hujan atau lainnya maka sisa pupuk tersebut harus dibawa kembali kegudang. 5. Cara penaburan pupuk Penaburan pupuk pada masing- masing pokok harus dimulai dari batas/ rintis tengah blok (batas alam) menuju collection road sesuai arah barisan tanaman. Takaran yang dibawa harus dipastikan sesuai dengan dosis yang akan digunakan dan sesuai dengan jumlah penabur. Semua staf kebun dan personil lapangan harus menghayati bahwa satusatunya cara yang praktis dan efektif untuk meminimumkan pencucian hara (di samping pemupukan tepat waktu) adalah dengan memperhatikan dan melaksanakan prinsip cara aplikasi pupuk. Apabila terdapat kelebihan pupuk pada saat penaburan terakhir maka pupuk yang berlebih tersebut tidak boleh ditaburkan pada pokok terakhir. 48 6. Pengumpulan karungbekas pupuk karung bekas pupuk dikumpulkan oleh tim pengecer dan disusun di pelabuhan gudang. Selanjutnya, karung tersebut digulung setiap sepuluh lembar untuk memudahkan pengontrolan kembali jumlah pupuk yang dibawa ke lapangan sekaligus mengecek apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada yang hilang.karung bekas pupuk yang terkumpul dibawa kembali oleh karyawan/ pekerja di bawah pengawasan mandor dan dikembalikan ke gudang kebun. 7. Pemeriksaan atau pengawasan pemupukan Pemeriksaan serta pengawasan dalam melakukan kegiatan pemupukan harus cermat serta teliti. Beberapa hal yang perlu diperiksa atau diawasi : 1. Pelaksanaan pemupukan harus mengacu pada 6 T ( tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran dan tepat monitoring. 2. Dosis pupuk diberikan berdasarkan rekomendasi pepupukan setelah hasil analisis tanah dan analisis daun. 3. Waktu serta frekuensi pemupukan harus mengacu pada rekomendasi pemupukan. 4. Realisasi pemupukan setiap harinya dilaporkan dan digambar pada peta blok, sehingga diketahui pasti rumus pemupukan berikutnya. 5. Areal tepi blok, lahan berjurang atau sungai perlu diperhatikan khusus. 6. Hitungkebutuhan pupuk persatuan luas. 4.3. Pembahasan 49 Pupuk yang digunakankebanyakan jenis Pupuk Anorganik yang merupakan Pupuk Majemukyaitu pupuk NPK. Penggunaan pupuk majemuk dalam suatu perusahaan lebih efisien dibanding dengan penggunaan pupuk tunggal. Menurut Fauzi, Yustina, Imam dan Rudi (2012) dengan menggunakan pupuk majemuk, memerlukan waktu sekitar3–4 bulan dalam setahun untuk pemupukan, sedangkan sisa waktu 8 – 9 bulan lagi bisa difokuskan untuk produksi dan perawatan tanaman. Dengan menggunakan pupuk tunggal, aplikasi satu jenis pupuk dengan jenis pupuk lainnya sering terlalu lama intervalnya sehingga tidak sinergis. Aplikasi pemupukan yang terlalu lama akan berpotensi semakin banyak pupuk yang hilang akibat pencurian karena lemahnya pengawasan. Untuk topografi areal yang sulit, menggunakan pupuk tunggal akan menyebabkan seluruh biaya aplikasi pemupukan menjadi lebih banyak. Dari beberapa alasan tersebut, PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1memilih untuk lebih banyak menggunakan pupuk majemuk. Penggunaan pupuk majemuk dapat menjadi alternatif yang baik dan sangat efisien dalam pemupukan di perusahaan- perusahaan perkebunan. Jadi, untuk mendapatkan hasil yang tinggi dengan biaya atau cost yang rendah dalam suatu budidaya kelapa sawit bukanlah menjadi hal tidak mungkin lagi. Sistem pemupukan di perusahaan perkebunan di PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 dilakukan dengan sistem ancak giring. Alasan perusahaan melakukan pemupukan menggunakan sistem ancak giring adalah untuk memudahkan melakukan pengawasan dan pekerjaan dapat lebih cepat selesai. Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipupuk, tenaga pemupuk dapat pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor pupuk. 50 Menurut Adi (2013), sistem pemupukan ancak giring adalah sistem pemupukan yang dilakukan secara bersama-sama memupuk di 1 blok dengan pembagian wilayah kerja per gawangan. Setelah selesai pemanen pindah ke gawangan lain. Cara perpindahan pemanen dari satu gawangan ke gawangan lain : · Pemupuk gawangan 1 pindah ke gawangan yang belum dipupuk. · Pemupuk gawangan 2 pindah di samping Pemupuk gawangan 1. · Pemupukan dilanjutkan sampai seluruh blok selesai dikerjakan. Selain itu, perusahaan perkebunan di PT. Incasi Raya Kebun Sodetan1dalam pengaplikasiannya,dilakukan dengan cara disebar di gawangan mati, dimana akar yang aktif untuk menyerap unsur hara pada tanaman kelapa sawit adalah akar tersier.Akar tersier banyak ditemui pada tanah yang memiliki kelembaban tinggi yaitu pada gawangan mati. Dengan demikian pengaplikasian pupuk pada perusahaan ini dilakukan pada gawangan mati (Adi, 2013). Teknik pemupukan secara disebar dianggap lebih efisien dibandingkan dengan metode pemupukan lainnya seperti cara di benam.Penggunaan cara benam akan menghasilkan jumlah Harian Kerja (HK) yang cukup besar yaitu : penggunaan Harian Kerja (HK) untuk membuat lubang tempat peletakan pupuk dan penggunaan HK untuk memberi pupuk dalam setiap lubang. Hal itu, akan menjadikan biaya relatif lebih tinggi (Adi, 2013). Pada PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 tenaga kerja dalam kegiatan pemupukan sangat terbatas sehingga tidak memadai dalam kegiatan pemupukan dengan cara benam. Demikian jugadengan cara melingkar, pupuk yang diberikan 51 harus melingkar dan merata pada piringan tanaman kelapa sawit sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak bila dibandingkan dengan cara disebar. Selain keterbatasan tenaga kerja, pemupuikan dengan cara sebar akan juga menekan biaya yang dikeluarkan. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan pemupukan cara sebar di gawangan mati membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan cara benam dan cara tebar melingkar piringan. Berdasarkan hal tersebut, PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 mengaplikasikan pemberian puspuk dengan cara disebar. Cara ini, dilakukan dengan menebar pupuk pada bagian kiri atau kanan tanaman kelapa sawit atau juga menebar pupuk dengan bentuk T. Cara yang dilakukan perusahaan tersebut telah dianggap baik dan memenuhi prinsip efektif dan efisien serta dapat menghasilkan produksi yang baik. Jenis pupuk yang di gunakan di perusahaan ini 4 macam yaitu pupuk urea, Kcl, NPK PEAT-Kay Bio, NPK Hi-Kay dan tandan kosong. Dosis yang digunakan antar blok tidak sama dimana dalam penentuan dosis pupuk peraplikasi ditentukan berdasarkan hasil analisa tanah dan analisa sampel daun yhang dilakukan setiap tahun. Pupuk Urea adalah pupuk kimia mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan rumus kimia NH2 CONH2 merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100kg mengandung 46 Kg Nitrogen, 52 Moisture 0,5%, Kadar Biuret 1%, ukuran 1-3,35MM 90% Min serta berbentuk Prill. Nitrogen keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Tanaman mengandung cukup N akan menunjukkan warna daun hijau tua yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi. Sebaliknya apabila tanaman kekurangan atau defisiensi N maka daun akan menguning (klorosis) karena kukarangan klorofil. Pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi kerdil juga bisa disebabkan oleh kekurangan N(Ziddu, 2012). Pupuk KCl meprupakan pupuk yang sangat berguna untuk meningkatkan hasil tanaman melalui fungsinya yang mampu membantu pertumbuhan organorgan generatif seperti biji, buah, dan bunga. Fungsi pupuk KCl tersebut diperoleh dari senyawa K2O yang terkandung di dalamnya. Berikut ini kami paparkan mengenai kandungan, manfaat, dan fungsi pupuk KCl bagi tanaman(Ziddu, 2012). Kandungan pupuk KCl terdiri dari 2 zat yaitu zat hara dan zat pembawa. Karena pupuk KCl dapat ditemukan dengan banyak jenis, maka perbandingan antara zat hara dan zat pembawanya pun berbeda-beda. Namun secara umum, saat ini yang ramai ditemui adalah zat hara sebesar 60% dan zat pembawa sebesar 40%. Hal ini berarti dalam 100 kg KCl terdapat 60 kg zat hara dan 40 kg jat pembawa (Ziddu, 2012). Hara yang terkandung dalam pupuk KCl adalah hara kalium yang dapat diserap tanaman dalam bentuk senyawa K2O. Sebelum dapat diserap, pupuk KCl pada tanah akan terlebih dahulu terurai menjadi senyawa K2O dan ion Cl++. K2O bermanfaat untuk pertumbuhan dan penguat daya tahan tanaman terhadap 53 penyakit, sedangkan ion Cl++ justru merugikan tanaman jika diberikan dalam jumlah berlebih(Ziddu, 2012). Menurut Ziddu (2012), Campuran bahan anorganik dan bio-organik merupakan nilai tambah pupuk NPK Compound Hi-Kay Bio, yang akan melengkapi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sawit. Pupuk ini akan membantu peningkatan kesuburan tanah, mengembalikan keseimbangan mikroorganisme dalam tanah dan membantu pelepasan unsur hara yang terikat di koloid tanah. NPK Hi-Kay Bio ini mengandung unsur N 13 %, P 6%, K 27% MG 2%. NPK Hi-kay Bio dapat mengembalikan seluruh nutrisi yang terpakai kelapa sawit secara lengkap dan berimbang (melalui pupuk NPK 13-6-27-4+B) dan merestorasi dan mempertahankan kesuburan tanah.Manfaat lain yang diperoleh dari Hi-Kay Bio, walaupun kandungan organik di dalam Hi-Kay Bio prosentasenya relatif kecil, tetapi karena aplikasi dilakukan dengan cara ditebar dan masif sehingga berpeluang meningkatkan kandungan organik di dalam tanah. Kondisi bahan organik seperti inilah yang membantu peningkatkan aktivitas mikroba tanah, seperti mycorrhiza, organisme pelarut posfat atau penambat N yang bersimbiosa secara mutualisme dengan tanaman kelapa sawit. Peat-Kay Plus merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur Nitrogen (N) 7% + Phosphate (P2O5) 6% +Kalium (K2O) 34% +B+CU+ZN. Sehingga pupuk ini telah mengandung unsur nutrien makro dan mikro yang sangat dibutuhkan tanaman sawit di lahan gambut(Ziddu, 2012). 54 Besarnya potensi luas lahan gambut di Indonesia menjadi suatu tantangan tersendiri bagi perusahaan perkebunan untuk memanfaatkan potensi ini. Namun penanganan dan pengelolaan lahan gambut sangatlah berbeda dibandingkan dengan budidaya kelapa sawit pada tanah mineral. Begitu juga dengan pemilihan pupuk yang tepat bagi lahan gambut. Kelapa sawit yang yang dibudidayakan pada lahan gambut, kebutuhan unsur hara seperti fosfor dan kalium sangatlah dibutuhkan untuk menjaga pertumbuhan tanaman dan optimalisasi produksi buah sawit. Untuk itulah, pelaku usaha wajib mengikuti teori 3T yaitu tepat jenis, tepat waktu dan tepat dosis supaya tidak mengalami kerugian bersifat jangka panjang dan bernilai besar. Susanto Nusalim, Managing Director PT Mest Indonesiy, mengatakan formula yang terdapat dalam pupuk NPK Compound Peat-Kay Plus telah melalui penelitian dan uji coba yang matang sebelum dipasarkan. TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) merupakan hasil sampingan dari pengolahan minyak kelapa sawit yang pemanfaatannya masih terbatas sebagai pupuk, bahan baku pembuatan matras dan media untuk pertumbuhan jamur dan tanaman (Ziddu, 2012). Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah terbesar yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit. Jumlah tandan kosong mencapai 30-35 % dari berat tandan buah segar setiap pemanenan. Namun hingga saat ini, pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit belum digunakan secara optimal (Ziddu, 2012). Pada saat ini, TKKS digunakan sebagai pupuk organik bagi pertanaman kelapa sawit secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan secara langsung ialah dengan menggunakan TKKS sebagai mulsa dan pupuk, sedangkan 55 secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik. Dalam melaksanakan kegiatan pemupukan di perusahaan ini dibentuk sebuah organisasi yang terdiri dari assisten, mandor, operator, tukang muat pupuk serta penabur pupuk. Assisten bertugas untuk memberi penjelasan tentang aturan pemupukan kepada mandor seperti blok kebun yang akan dipupuk, jenis pupuk yang digunakan serta dosis yang dugunakan. Mandor bertugas mengatur dan merencanakan pemupukan harian bersama asissten serta mengawasi pelaksanaan pemupukan dilapangan blok demi blok.Operator bertugas untuk melangsir pupuk dari gudang ke lapangan sebelum jam kerja pemupukan dilapangan dimulai. Sebelum melangsir pupuk tukang langsir memastikan jenis dan jumlah pupuk yang akan diangkut kelapangan melalui mandor maupun assisten.Tukang muat pupuk bertugas untuk memuat pupuk digudang ke truk/mobil serta mengecer pupuk di lapangan. Sedangkan penabur pupuk bertugas untuk menabur pupuk di lapangan sesuai dengan arahan yang telah disampaikan oleh mandor atau assisten. Dalam melaksanakan kegiatan penaburan pemupukan dimulai dari parit cacing (parit yang berada di tengah blok memotong barisan tanaman) mengarah ke jalan koleksi. Apabila terdapat kelebihan pupuk pada saat penaburan terakhir maka pupuk yang berlebih tidak boleh ditaburkan pada pokok terakhir saja. Hal ini bertujuan agar dosis yang diberikan pada setiap tanaman merata. Sehungga pertumbuhan tanaman di setiap bagian blok merata. Di PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1 pemupukan dilakukan dengan dua sistem yaitu dengan sistem borongan dan sistem harian. Menurut Mangoensoekarjo (2005), pekerjaan sistem harianyakni sistem pekerjaan oleh 56 pekerja yang di bayar upahnya secara harian. keuntungan sistemini adalah tidak terlalu di bebani untuk menyediakan pekerjaan sekaligus, namun bisa bertahap/mencicil pekerjaan sesuai dana yang ada. Sedangkan kerugian dari cara ini adalah biasanya berjalan lambatkarena disamping tidak adanya terget penyelesaian proyek secara cepat. Di PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1, kegiatan pemupukan dengan sistem harian dilakukan oleh para karyawan tetap yang sudah bekerja lebih dari 15 tahun di perusahaan dan cenderung berusia tua. Dalam sistem harian ini diberi target dalam menabur pupuk sebanyak 10 karung /HK dan di beri upah sebesar Rp.64.000,-/HK. Apabila pekerja tidak mampu mencapai target maka upah dikurangi sebesar Rp.5.000,-/karung. Sistem borong pekerjaanyakni pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh tukang pemborong dengan sistem di borongkan upah kerjanya saja dengan system ini, pekerjaan biasanya akan selesai lebih cepat dibandingkan dengan system harian, karena dengan lebih cepat selesainya pekerjaan maka si tukang pemborong dapat memperoleh penghasilan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan apabila pekerjaannnya lambat atau ”molor” maka si tukang pemborong bisa “tekor” untuk membayar upah rekan-rekan timnya sesama tukang. Oleh sebab itu si tukang pemborong akan bekerja ekstra dan mensupport penuh rekan-rekan tukang yang di kerahkannya agar lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya (Mangoensoekarjo, 2005) Di PT.incasi Raya Sodetan Estate 1, kegiatan pemupukan dengan sistem borongan dilakukan oleh pekerja yang baru bekerja di perusahaan dan para pekerja cenderung masih berusia muda. Hal ini dilakukan karena para pekerja dinanggap mampu melaksanakan pemupukan lebih dari target para pekerja 57 harian tetap. Dalam pelaksanaan pemupukan sistem borongan ini di beri upah kepada pekerja sebesar Rp.5.000/karung. Rata-rata jumlah pupuk yang ditabur para pekerja pemupukan sistem borongan di perusahaan ini setiap hari mencapai 16 karungb/hari. Selain kegiatan pemupukan, pengawasan pemupukan juga harus dilakukan dengan cermat, mulai dari analisis tanah, analisis daun, dan harus mengacu kepada rekomendasi pemupukan, pemberian pupuk danm peralatannya. Kegiatan pengawasan ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemupukan, dimana dalam kegiatan pengawasan ini dapatdiketahui apakah kegiatan pemupukan yang dilakukan dilapangan ntelah sesuai denga rekomendasi pemupukan ynag telah direncanakan sebelumnya. Baik itu bagian dosis yang diaplikasikan, jenis pupuk yang digunakan, cara pengaplikasian, sasaran pengaplikasian pupuk bahkan hingga biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemupukan. V. 5.1 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah melaksanakan kegiatan selama 12minggu PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 58 1. Teknik pemupukan yang ada di perusahaan perkebunan PT.Incasi Raya Sodetan Estate pengaplikasiannya 1adalah dengan dengan cara sebar sistem di ancak gawangan giring dan mati. Serta pengupahan karyawan dilakukan dengan dua sitem yaitu sistem HK (10 karung/HK) diberi upah Rp. 64.000,- dan sistem borongan (Rp.5.000,/karung). 2. Teknik pemupukandi perusahaan perkebunan PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor tanaman, cuaca, tanah, pekerja serta faktor keungan perusahaan. 5.2 Saran 5.2.1 Saran untuk Perusahaan 1. Pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan ditingkatkan agar tidak terjadi penurunan produktivitas perkebunan khususnya pada teknik pemupukan. 2. Sistem keselamatan tenaga kerja agar diperhatikan, misalnya dengan memperlengkap APD (Alat Pelindung Diri) pada setiap pekerja atau karyawan yang ada di perusahaan. 3. Kesejahteraan para pekerja agar diperhatikan karena akan berdampak terhadap kinerja yang akan mereka lakukan seperti memberikan reward (penghargaan) kepada pekerja dengan kinerja yang baik. 59 DAFTAR PUSTAKA Adi, P. 2013. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Fauzi, Y. Yustina E,W. Imam S. dan Rudi H. 2012. Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Iyan Wahyono. 2014. Ilmupengetahuanpks.blogspot.com/aplikasi-pupuk-organikjanjang-kosong.html. 15 Agustus 2015. Mangoensoekarjo, S dan Haryono, S. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu 60 Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Pardamean, M.2012. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. PT. Incasi Raya Group. 2005. Buku Pedoman Standar Manajemen Kerja Kebun Kelapa Sawit. Padang. Sarwono, E. 2008. Pemanfaatan Janjang Kosong Sebagai Subtitusi Pupuk Tanaman kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Setyamidjaja. 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.jakarta. Sunarko, 2012. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. Sukamto, 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Widanarko. A. 2011. Buku pintar kelapa sawit. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta. 296 hal. Ziddu. 2012. Pemupukan Kelapa Sawit. http://membangunkebunkelapasawit.webs.com. Diakses pada tanggal 5 juni 2015. 61 Lampiran 2.Peta Global Kebun Pesisir Selatan 62 Lampiran Pemupukan 63 Pupuk digudang penyimpanan Pupuk majemuk NPK Mandor mengawasi pemupukanMenabur pupuk di gawangan mati 64 RIWAYATHIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 30 april 1993 di desa Sinar Bintang kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Anak kedua dari empat bersaudara di keluarga Rasiaman Haloho (Ayah) dan Rinse Lina Purba (Ibu). Penulis masuk sekolah dasar di SD. 195162 Impres Manak Raya pada tahun 1999 dan menamatkan pendidikan SD pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis mulai pendidikan di SMP N 1 PURBA dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA di SMA N 1 SONDI RAYA dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yaitu di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh dan meyelesaikan pendidikan pada tahun 2015. 65