- Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

advertisement
1
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dewasa ini sangat
diminati untuk dikelola atau ditanam, baik oleh pihak BUMN, perkebunan swasta
nasional dan asing, maupun petani (perkebunan rakyat). Daya tarik penanaman
kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit
masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agro industri.
Tanaman kelapa sawit sekarang banyak dilirik oleh pengusaha untuk
dibudidayakan karena nilai manfaatnya yang begitu banyak seperti bahan
pangan (minyak goreng, margarin, lemak kue, dll), bahan bukan makanan
(Oleochemical), bahan kosmetik dan farmasi. Semakin melambungnya harga
Crude Palm Oil (CPO) juga menjadi alasan bagi para investor untuk menanamkan
modalnya di perkebunan kelapa sawit. Tidak hanya pemerintah melalui Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang gencar memperluas areal perkebunan kelapa
sawit, beberapa perusahaan swasta juga terus mengembangkan usahanya di
bidang kelapa sawit.Kebun rakyat juga turut menyumbang produksi kelapa sawit
bagi Indonesia sehingga nilai devisa yang diperoleh negara melambung tinggi
(Maruli Pardamean, 2012).
Kebutuhan atau konsumsi minyak sawit atau CPO dunia terus meningkat
selaras
dengan
bertambah
banyaknya
jumlah
penduduk.
Minyak
sawit
dikonsumsi hampir di sebagian besar negara di dunia. Negara pengimpor minyak
sawit diantaranya China, Uni Eropa, Pakistan, India, Mesir dan Myanmar.
Konsumsi minyak kelapa sawit dunia pada dasa warsa 1983 – 1992 sebesar 87,7
2
juta ton. Sementara pada tahun 2005, konsumsinya melambung hingga 25 juta
ton per tahun (Putranto Adi, 2013).
Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus- menerus
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur
panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan
hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan.
Kegiatan pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam
meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek
pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang
menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak
menguntungkan.
Selain itu, pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan
unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada
akhirnya
tercapai
daya
hasil
(produksi)
yang
maksimal.
Pupuk
juga
menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut
(dikonversi) melalui produk yang dihasilkan (TBS) serta memperbaiki kondisi
yang tidak menguntungkan dan mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit (Maruli Pardamean, 2012).
Tanaman yang tidak dipupuk satu kali dapat berakibat penurunan
produksi tanaman hingga beberapa tahun. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa pemupukan dapat meningkatkan produksi. Beragamnya pengaruh
pemupukan terhadap produktivitas tanaman diakibatkan oleh beragamnya jenis
tanah, umur tanaman, kondisi iklim dan tingkat pengelolaan kultur teknis yang
diterapkan oleh pekebunan (Ziddu, 2012).
3
Berdasarkan hal tersebut, penulis telah membuat laporan tugas akhir
dengan judul
“Teknik Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Tanaman Menghasilkan(TM) di PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1 Kabupaten
Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. “
1.2
Tujuan Pelaksanaan
Adapun tujuan dari laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1.
Memahami teknik pemupukan tanaman Kelapa Sawit sesuai dengan
kondisi lingkungan.
2.
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan
pemupukan serta standar prestasi kerja di lapangan.
1.3
Manfaat
Adapun manfaat kegiatan yang diperoleh dari laporan tugas akhir adalah
sebagai berikut :
1.
Memperluas pola pikir mahasiswa untuk berpikir kreatif dan inovatif.
2.
Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang teknik budidaya kelapa
sawit khususnya teknik pemupukan.
3.
Melatih komunikasi dan sosialisasi dengan masyarakat perkebunan.
4
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
Lubis dan Agus Widarnarko (2011) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit
(palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom
: Plentae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Palmales
Famili
: Palmae
Sub – Famili
: Cocoidae
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq (Kelapa sawit Afrika)
Nama Elaeisguineensis
diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763
berdasarkan pengamatan pohon–pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique,
kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak,
sedangkan kata Guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa
sawit berasal dari Guinea ( Pahan, 2008).
2.2. Syarat tumbuh tanaman
2.2.1.Iklim
Faktor - faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur),
intensitas penyinaran dan angin.
sama
Faktor-faktor ini tampak berbeda jelas satu
lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi
(Setyamidjaja, 1991).
5
a. Curah hujan
Curah hujan merupakan komponen iklim terpenting terhadap kriteria
kesesuaian iklim. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika
basah di sekitar 12o C Lintang Utara-Selatan pada ketinggian 0-500 m di atas
permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.300 - 1.500 mm/tahun,
tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun (Setyamidjaja,
1991).
b. Temperatur
Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29 s/d/30º C,
terendah 180 C dan tertinggi 32º C. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80
s/d 90 %. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Jika penyinaran
matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi,
gangguan penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain–
lain(Setyamidjaja, 1991).
Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan
penyakit.
Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0-400 meter.
Pada ketinggian yang lebih dari 400 meter akan terhambat pertumbuhan
tanaman dan produksi lebih rendah (Setyamidjaja, 1991).
c. Intensitas penyinaran
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena
merupakan salah satu syarat mutlak bagi proses fotosintesis.
Untuk
pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5-7 jam
penyinaran per hari sepanjang tahun. Di samping lama penyinaran, aspek
penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya (Setyamidjaja, 1991).
6
d. Angin
Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses
penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman akan
doyong atau miring (Fauzi, Yustina E.W, Iman S. dan Rudi H. 2008).
e. Tinggi tempat dan topografi
Kelapa sawit akan tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-400
meter dari permukaan laut, tetapi yang terbaik pada ketinggian 0-200 meter
dengan kemiringan 0-12º (21 %), Sedangkan pada kemiringan 130-150(46 %)
kurang baik dan pada kemiringan lebih dari 25º tidak dianjurkan (PTPN. III,
2003).
2.2.2. Tanah
Menurut Lubis (1992) tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai
jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Regosol, Andosol, Organosol, Inceptisol dan
Aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :
1. Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi
perkembangan akar sehingga penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
2. Tekstur ringan, memiliki pasir 20 s/d 60 %, debu 10 s/d 40 %, liat 20 s/d 50
%.
3. Perkembangan struktur baik, kosistensi gembur sampai agak teguh dan
permeabilitas sedang.
4. pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah pH 56. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran,
namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya
dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
7
2.3.
Tanah gambut
Tanah gambut adalah jenis tanah yang sebagian besar terdiri dari pasir
silikat dan sebagaian lagi terdiri atas bahan-bahan organik asal tumbuhan yang
sedang danatau sudah melalui proses dekomposisi. Jenis tanah ini sebagian
besar terdiri atas bahan organik yang tidak dirombak atau dirombak sedikit,
terkumpul dalam keadaan air berlebihan (melimpah ruah).
Gambut terjadi pada hutan-hutan yang pohonnya tumbang dan
tenggelam dalam lumpur yang hanya mengandung sedikit oksigen, sehingga
jasad renik tanah sebagai pelaku pembusukan tidak mampu melakukan tugasnya
secara baik. Akhirnya bahan-bahan organik dari pepohonan yang telah mati dan
tumbang tertumpuk dan lambat laun berubah menjadi gambut yang tebalnya
bisa mencapai 20 m.
Dalam melakukan budidaya tanaman kelapa sawit pada lahan gambut
perlu dipertimbangkan dan memastikan lahan gambut sesuai atau tidak untuk
kelapa sawit dan yang paling penting adalah memastikan bahwa lokasi yang
akan dipergunakanan tidak bertentangan dengan peraturan, dan layak untuk
dilaksanakan usaha.Keberhasilan dalam budidaya pada lahan gambut juga
sangat tergantung pada faktor-faktor pembatas diantaranya adalah: kematangan
gambut, kedalaman gambut, kedalaman lapisan pirit, frekuensi dan lama
genangan.
8
2.4.
Jenis-jenis kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan tebal
tipisnya cangkang dan daging buah tanaman kelapa sawit, yang dijelaskan
sebagai berikut:
A.
Dura
Jenis dura memiliki ciri-ciri yaitu: tebal cangkangnya sekitar 2-8 mm,
kemudian tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang. Pada
daging buah relatif tipis, daging biji besar dengan kandungan minyak rendah,
banyak digunakan sebagai induk betina dalam program pemuliaan.
B.
Pisifera
Jenis pisifera memiliki ciri-ciri yaitu: tebal cangkangnya sangat tipis
(bahkan hampir tidak ada), kemudian daging buah lebih tebal dari pada daging
buah jenis Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa
menyilangkan dengan jenis lain, dengan persilangan diperoleh jenis Tenera.
Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan untuk tanaman komersial, tetapi
digunakan sebagai induk jantan.
C.
Tenera
Jenis tenera ciri-ciri antara lain: tebal cangkangnya tipis 0,5-4 mm,
terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung, daging buah ini sangat tebal,
tandan buah lebih banyak (tetapi ukurannya lebih kecil), merupakan hasil
persilangan Dura dengan Pisifera. Jenis tenera merupakan yang paling banyak
ditanam dalam perkebunan dengan skala besar di sekitar. Umumnya jenis ini
menghasilkan lebih banyak tandan buah.
9
2.5.
Pengertian dan Tujuan Pemupukan
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan
berpengaruh terhadap meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan
tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang merugikan (Fauzi
Y, Yustina EW, Iman S, Rudi H, 2012).
Dalam pengertian sehari-hari istilah pupuk adalah suatu bahan yang
digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sedang pemupukan adalah
penambahan bahan tertentu kedalam tanah agar tanah tersebut menjadi subur.
Oleh karena itu pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan zat
hara suatu media tertentu untuk dipergunakan pada organisme tertentu dalam
pertumbuhannya. Dalam arti luas pemupukan sebenarnya adalah penambahan
bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah (Ziddu, 2012).
Dalam arti luas yang dimaksud pupuk ialah suatu bahan yang digunakan
untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik
bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian
bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam,
pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian
pembenah tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian
pula pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N
dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut disebut pemupukan. Dengan
demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea disebut pupuk.
Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu
10
atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang disebutkan
di atas hanya urea yang dianggap pupuk karena bahan tersebut yang
mengandung hara tanaman yaitu nitrogen (Ziddu, 2012).
Pemupukan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
produktivitas tanaman. Ketersediaan pupuk secara tepat dosis dan tepat waktu
sering menjadi masalah bagi pekebun kelapa sawit. Dalam hal ini pemakaian
pupuk majemuk merupakan salah satu alternatif untuk menjamin penyediaan
seluruh hara secara tepat waktu dan seimbang di dalam tanah (Ziddu, 2012).
Kelapa sawit memerlukan pemupukan baik pada tahap pembibitan,
tanaman belum menghasilkan (TBM), maupun tanaman menghasilkan (TM).
Tanaman kelapa sawit memerlukan pupuk dalam jumlah yang tinggi, mengingat
bahwa 1 ton TBS yang dihasilkan setara dengan 6,3 kg Urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg
MOP, dan 4,9 kg Kiserit (Ziddu, 2012).
Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di
dalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan
kebutuhan. Dengan pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman
(putranto adi, 2013).
Pemupukan mampu menyuplai kebutuhan unsur hara yang tidak
diperoleh dari tanah berdasarkan hasil analisis tanah dan analisis daun. Biaya
pupuk dapat mencapai 50% dari total biaya pemeliharaan. Karena itu, untuk
mengupayakan efisiensi pemupukan perlu diterapkan empat tepat, yaitu tepat
jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah (dosis) (Sunarko, 2012).
11
2.6.
Jenis pupuk
2.6.1. Pupuk Organik
pupuk
organik
didefinisikan
sebagai
pupuk
yang
sebagian
atau
seluruhnya berasal dari dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses
rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan
organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani di
lapangan.
Secara
umum
pupuk
organik
dibedakan
berdasarkan
bahan
penyusunnya. dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk
kandang dan pupuk kompos.
Adapun jenis-jenis pupuk organik adalah sebagai berikut:
a. Pupuk hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, baik
tanaman sisa panen maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil
hijauannya. Tanaman yang biasa digunakan untuk pupuk hijau diantaranya dari
jenis leguminosa (kacang-kacangan) dan tanaman air (azola). Jenis tanaman ini
dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen, yang tinggi serta
cepat terurai dalam tanah.
b. pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti
unggas, sapi, kerbau dan kambing. Secara umum pupuk kandang dibedakan
berdasarkan kotoran hewan yang kencing dan tidak kencing. Contoh hewan yang
kencing adalah sapi, kambing dan kerbau. Hewan yang tidak kencing
kebanyakan dari jenis unggas seperti ayam, itik dan bebek.
12
c. Pupuk kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahan
organik melalui proses biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme
pengurai
atau
dekomposer
bisa
berupa
mikroorganisme
ataupun
makroorganisme. Mikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri, jamur atau
kapang. Sedangkan makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah
cacing tanah. Dilihat dari proses pembuatannya, ada dua metode membuat
pupuk kompos yaitu proses aerob (melibatkan udara) dan proses anaerob (tidak
melibatkan udara).
2.6.2. pupuk Anorganik
Pupuk anorganik (sintetis) adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan
kimia aktif, merupakan hasil dari proses pembuatan dan rekayasa kimia, melalu
proses rekayasa kimiawi, fisik ataupun biologis. Pupuk ini, banyak diproduksi oleh
pabrik-pabrik kimia dan banyak beredar dipasaran. Pupuk anorganik terdiri dari
dua jenis yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
A. Pupuk Tunggal
Seperti namanya pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat secara kimia
atau juga sering disebut dengan pupuk buatan. Pupuk kimia bisa dibedakan
menjadi pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal
hanya memiliki satu macam hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki
kandungan hara lengkap. Pupuk kimia yang sering digunakan antara lain Urea
dan ZA untuk hara N; pupuk TSP, dan SP-36 untuk hara P, KCL atau MOP untuk
hara K (Ziddu, 2012).
13
Keuntungan penggunaan pupuk tunggal sintetis adalah mudah didapat
dan harga lebih murah, kepastian dosis bisa lebih tepat sesuai rekomendasi yang
dibutuhkan dan kelarutan dalam tanah sangat cepat dan cepat diserap tanaman.
Sedangkan kelemahannya adalah pupuk secara kelarutan cepat sehingga tingkat
lossis ataupun kehilangan pupuk sangat tinggi contohnya tercuci, menguap
(urea). Kondisi ini dipengaruhi terhadap aplikasi pemberian pupuk (4 T) tepat
waktu, tepat cara, tepat dosis dan tepat tempat. Sehingga kehilangan dapat
diperkecil dan pupuk tunggal juga dapat memperburuk sifat tanah seperti
menimbulkan pengerasan ataupun peningkatan atom H dalam tanah (tetapi ini
bisa dianulir dengan applikasi lain seperti tanam kacangan ataupun pemakaian
organik suplement (Ziddu, 2012).
B. Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk-pupuk
tunggal. Komposisi haranya bermacam-macam, tergantung produsen dan
komoditasnya.
Pada tanaman kelapa sawit, pupuk majemuk umumnya digunakan pada
tahapan pembibitan dan tanaman belum menghasilkan. Pupuk majemuk yang
digunakan di pembibitan adalah pupuk majemuk NPKMg dengan komposisi 15 15
6 4 dan 12 12 17 2 (Nitrogen N 12%, kandungan fosfor P 12%, kandungan
kalium K 17% dan kandungan magnesium Mg 2%. ) Pupuk majemuk biasa
digunakan pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Pada usia TBM, sistem
pertumbuhannya belum sempurna sehingga akan lebih baik jika diberikan pupuk
dengan kandungan nutrisi yang komplit. Pupuk majemuk biasa digunakan pada
tanah marginal seperti tanah berpasir karena pupuk majemuk mempunyai
14
kelarutan yang lambat dan tidak menguap oleh panas. Selain itu pupuk majemuk
mempunyai efisiensi pemupukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk
tunggal. Pada berbagai jenis tanah efisiensi pupuk majemuk ini tidak jauh
berbeda.
Keuntungan penggunaan pupuk majemuk (semi sintetis) adalah pupuk ini
bersifat slow release (tidak terurai secara keseluruhan terurai sebab komposisi
pupuk
dengan bahan lainnya tidak sama). Sedangkan kelemahan dari pupuk
majemuk (semi sintetis) adalah harga pupuk yang sangat mahal, ketepatan dosis
tidak bisa tercapai sebab setiap unsur senyawa hara terdapat dalam
perbandingan yang berbeda dan kebutuhan pupuk tidak sama setiap unsurnya
(Ziddu, 2012).
2.7.
Aspek yang Berkaitan dengan Pemupukan
Upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan adalah dengan
melakukan uji kualitas (Quality control), yang memadai terhadap pupuk yang
akan diaplikasikan di lapangan. Perlu diperiksa apakah pupuk telah memenuhi
syarat dan dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan dan
produksi kelapa sawit.
Prosedur dalam uji kualitas pupuk menurut Mangoensoekarjo dan
Semangun (2005) meliputi empat tahapan :
1.
Pemilihan jenis pupuk berdasarkan kebutuhan tanaman dan kondisi
lingkungan.
2.
Pemilihan merk dagang pupuk berdasarkan Standar Nasional Indonesia
dan hasil uji efikasi yang telah dilakukan.
3.
Pengambilan sampel pupuk, dan
15
4.
Uji pupuk di laboratorium untuk menilai kelayakan mutu pupuk sebelum
diaplikasikan di lapangan.
Pengusaha yang kurang berpengalaman menurut Mangoensoekarjo dan
Semangun (2005) dapat menempuh beberapa cara untuk mengetahui tingkat
keragaan (kondisi) kebunnya dengan empat cara sebagai berikut :
1.
Cara yang pertama dengan melakukan perbandingan secara intern. Bila
blok- blok pertanaman kebunnya menunjukkan keragaan yang terlalu
berbeda-beda, dapat diasumsikan bahwa pada blok- blok yang kurang
baik (misalnya produktivitas rendah) terdapat kekeliruan atau kekurangan
dan perlu diperbaiki. Seperti dikemukakan di atas, bahan pembanding ini
tidak tersedia bila seluruh areal tanamannya berada pada kondisi suboptimal.
2.
Cara yang kedua adalah memperbandingkan keragaan kebunnya dengan
perkebunan lain yang bersebelahan atau berdekatan. Cara kedua ini baik
untuk dilaksanakan tanpa melihat tersedia atau tidaknya
bahan
pembanding intern. Bila keragaan kebun sendiri kalah jauh dibandingkan
dengan kebun orang lain, padahal kondisi tanah dan iklim maupun
varietas bahan tanam serupa, dapat diasumsikan adanya kekeliruan atau
kekurangan dalam pengelolaan kebun sendiri. Tetapi seperti halnya
dengan perbandingan intern, pembandingan dengan kebun- kebun
lainpun tidak akan bermakna bila secara kebetulan pengolahan kebunkebun lain juga kurang baik.
3.
Cara yang ketiga adalah membandingkan keragaan kebun dalam hal ini
terutama produktivitasnya dengan profil produksi yang disusun lembagalembaga penelitian. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Medan) dapat diminta
16
untuk menyusun profil yang berlaku bagi suatu wilayah perkebunan
kelapa sawit. Cara ketiga ini sebaiknya ditempuh walaupun cara pertama
dan kedua sudah dilaksanakan.
4.
Cara keempat adalah meminta pakar dari lembaga-lembaga penelitian
atau biro konsultan yang berwenang untuk meninjau dan menilai kondisi
kebun, mendeteksi sekurang- kurangnya dan menyusun rekomendasi
perbaikan. Cara ini sebaiknya dilakukan secara berkala, misalnya setahun
sekali. Cara yang keempat ini mengandung konsekuensi biaya, tetapi
berharga untuk ditempuh, karena manfaat yang dapat diraih jauh lebih
besar daripada biaya yang harus dikeluarkan. Biaya ini relatif kecil karena
areal tanaman kelapa sawit umumnya berskala besar, dan pekerjaan di
atas dapatdigabungkan dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang juga
memerlukan pakar.
Dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang telah dikemukakan di
atas yang berkaitan dengan pupuk dan pemupukan, mudah dimengerti bahwa
pada usaha tani kelapa sawit tidak terdapat formula pemupukan yang bersifat
universal. Jenis tanah, tingkat kesuburan, sifat- sifat kimia maupun fisikanya,
faktor iklim dan lain- lain, selalu bervariasi antara lokasi tanaman yang satu
dengan yang lain, sehingga formula pupuknya akan berbeda- beda dan bersifat
spesifik untuk tiap lokasi. Selanjutnya potensi genetik, umur tanaman dan cara
kultur teknik yang diterapkan juga turut mempengaruhi jenis dan dosis pupuk
untuk suatu periode tertentu (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
17
2.8. Gejala Defisiensi Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit
Unsur yang dibutuhkan tanaman terdiri atas 16 jenis, tiga diantaranya
diperoleh dari udara dan air yaitu unsur C, H dan O. Unsur mineral essensial
lainnya diperoleh tanaman dari dalam tanah dan secara umum digolongkan
sebagai unsur hara. Unsur hara terbagi menjadi unsur hara makro dan mikro.
Unsur hara makro adalah unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah
besar yang kandungan nilai kritisnya 2 – 30 g/kg berat kering tanaman. Unsur
hara mikro diantaranya Fe, Mn, Zn, Cu, Cl dan B (Fauzi et.al. 2012).
Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari
gejala- gejala yang tampak pada tanaman. Defisiensi unsur hara yang berlebihan
dapat menurunkan produktivitas tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian
(Fauzi et. al. 2012). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Gejala defisiensi pada tanaman kelapa sawit.
18
Defisiensi
Nitrogen (N)
Gejala pada Tanaman

Warna daun menjadi kuning pucat

Pada kondisi buruk, jaringan daun menjadi
kering dan mati

Helaian daun menjadi pendek dan keras

Pertumbuhan
tanaman
terhambat
dan
kerdil
Fosfor (P)

Warna daun hijau tua dan permukaannya
terlihat mengkilap kemerah- merahan dan
daun berbentuk pendek- pendek

Bagian tepi daun, cabang, dan batang
mengecil dan bewarna merah keunguan
dan lambat laun berubah menjadi kuning

Tanaman lambat berbuah

Kualitas biji dan buah jelek, kecil, dan cepat
masak
Besi (Fe)

Warna di sekitar tulang daun kuning terang
serta klorosis terutama pada daun muda,
tetapi tulang daun tetap hijau

Tanaman
lambat
pertumbuhan
dan
perkembangannya

Bagian pucuk akan banyak daun yang
gugur dan mati
Kalium (K)

Daun tua akan mengerut atau keriting

Timbul bercak kuning transparan pada daun
dan
berubah
merah
kecoklatan
serta
mengering seperti hangus terbakar

Rentan terhadap penyakit

Ukuran buah kecil- kecil dan cepat rusak
atau membusuk
Defisiensi
Gejala pada Tanaman
19
Kalsium (Ca)

Tepi daun banyak timbul gejala klorosis dan
menjalar ke tulang daun

Kuncup daun yang masih muda sering
mengalami kematian

Kondisi yang berat, jaringan daun akan
kering dan mati
Magnesium (Mg)

Pembentukan perakaran kurang sempurna

Timbul klorosis pada tepi daun yang sudah
tua

Daun
kecoklat-
coklatan
dan
merah
keungu- unguan

Pada kondisi yang berat, daun tua akan
menguning secara merata tetapi tulang
daun bewarna hijau

Sering terjadi jaringan mati pada sisi pinggir
helaian daun sampai ke masing- masing
anak daun
Sulfur (S)

Pertumbuhan terhambat, pendek, kurus
dan kerdil

Daun muda berwarna kuning dan terkadang
tidak merata

Secara
umum
gejalanya
menyerupai
defisiensi nitrogen
Mangan (Mn)

Tanaman kerdil dan daun hijau kekuningkuningan bahkan kemerah- merahan, tetapi
tulang daun tetap hijau
Tembaga (Cu)

Pada kondisi berat, jaringan daun mati

Pembentukan biji tidak sempurna

Daun menjadi klorosis dan bagian ujungnya
berwarna putih

Defisiensi
Pada keadaan parah, tanaman menjadi layu
Gejala pada Tanaman
20
Seng (Zn)

Daun kekuning- kuningan bahkan kemerahmerahan terutama pada daun yang agak
tua kondisi parah, daun dan pelepah
mengering sehingga dapat menyebabkan
kematian
Boron (B)

Pertumbuhan
tajuk
mengeriting
atau
membelok

Ujung pelepah melingkar dan membuka

Daun yang baru muncul bentuknya kerdil
dan berkerut

Kuncup daun muda sulit membuka dan
pelayuannya cepat.
Sumber : Fauzi, 2012
2.9. Penentuan Rekomendasi Pemupukan
2.9.1. Analisa tanah
Analisa tanah umumnya diterapkan dengan konsep “ketersediaan” hara
yang sederhana dan tidak begitu mahal. Masalah utama dalam analisis tanah ini
terletak pada pemilihan metode ekstraksi dan metode kalibrasi yang sesuai. Hal
ini disebabkan karena ketersediaan unsur hara berdasarkan metode ekstaksi
yang sama dapat berbeda- beda pada tipe dan subtipe tanah yang berbeda.
Pemilihan metode ekstraksi yang sesuai sebaiknya dikalibrasi :
1. Dengan percobaan dilapangan, dimana produksi tanaman dengan dan
tanpa pemupukan dikorelasikan dengan data ekstraksi unsur hara dari
tanah yang dipupuk tersebut (koefisien korelasinya r2 paling tidak 60%
dan lebih disukai bila > 70%).
2. Dengan analisis jaringan tanaman, yaitu dengan mengkorelasikan
kandungan hara di dalam tanaman (umumnya daun ke- 17) dengan data
analisi tanah, atau
21
3. Dengan melihat gejala defisiensi, yaitu dengan membandingkan data
ekstraksi unsur hara dari tanah yang tanamannya tidak mengalami
defisiensi
dengan
tanah
yang
tanamannya
mengalami
defisiensi
(terutama berguna untuk kasus unsur hara mikro).
2.9.2. Pengambilan contoh daun (KCD)
Pengambilan contoh daun dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi
pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM).
Pengambilan contoh daun dinyatakan dalam kesatuan contoh daun (KCD), yaitu
luasan areal tertentu yang digunakan sebagai tempat pengambilan contoh daun.
Misalnya, dalam luasan satu blok yang memiliki keseragaman tahun tanam,
kondisi tanah dan bentuk topografi areal dapat digunakan sebagai 1 unit KCD.
Lokasi areal yang ditentukan sebagai tempat KCD serta tanaman yang digunakan
sebagai pohon contoh tidak boleh diubah sepanjang masa hingga tanaman
tersebut tidak bisa dimanfaatkan lagi. Untuk areal seluas 1 Ha, pohon contoh
yang diambil sebanyak 4%, untuk areal seluas 5 Ha sebanyak 3%, untuk areal
10 Ha sebanyak 2%, dan untuk areal seluas 25 – 100 Ha sebanyak 1 % (Fauzi
et. al. 2012).
Untuk areal yang digunakan sistem blok, pohon contoh pertama diambil
dari sebelah utara blok, yaitu pohon ke- 3 dari pinggir parit baik dari sisi jalan
utama serta jalan koleksi. Pohon kedua dan seterusnya diambil interval 10 baris
tanaman menuju arah selatan sejajar dengan barisan tanaman atau pasar pikul
hingga berakhir pada posisi tiga pohon dari ujung batas blok. Lalu dari pohon
terakhir tersebut dibelokkan ke arah barat dengan interval 10 tanaman,
kemudian kembali lagi ke arah utara dengan interval yang sama. Sementara itu,
22
untuk areal yang menggunakan sistem grup, pengambilan contoh dilakukan
dengan metode tersebar/ acak (Fauzi et. al. 2012).
Adapun persyaratan pohon contoh adalah sebagai berikut :
a)
Sehat, tidak terserang hama dan penyakit, serta bukan pohon bekas sisipan.
Jika pohon yang jatuh pada titik interval sebagai pohon contoh tidak
memenuhi syarat maka pohon contoh dapat digeser ke pohon di dekatnya
yang dianggap sehat. Interval selanjutnya dapat dimulai dari pohon tersebut.
b) Hindari pohon yang tumbuh di puncak bukit, sebagai gantinya gunakanlah
pohon lain yang seragam dan dapat mewakili kondisi areal. Hindari juga
memilih tanaman pinggir.
c)
Pohon contoh harus berada di antara pohon yang masih hidup.
d) Umur tanaman harus seragam, kecuali jika luas areal kurang dari 5 Ha,
boleh terdapat perbedaan, tetapi hanya 1- 2 tahun saja.
e)
Kondisi tanah dan topografi dalam satu blok/grup relatif sama.
f)
Jika pohon contoh sakit atau mati, maka dapat digantikan sesuai dengan
ketentuan di atas.
g) Seluruh pohon contoh dicat dengan warna biru langit pada batangnya secara
melingkar. Khusus pohon pertama diberikan tanda bulat berwarna biru tua
dan ditulis angka (nomor urut KCD dan pohon contoh dalam KCD tersebut)
berwarna putih.
Pengambilan contoh daun dilakukan setahun sekali, yaitu dua bulan
setelah pemupukan berakhir (biasanya bulan oktober). Pengambilan harus saat
cerah, antara pukul 07.00 – 12.00. Jika saat pengambilan turun hujan maka
23
dapat ditunda hingga daun kembali kering atau keesokan harinya (Fauzi et. al.
2012).
2.10. Standar Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit
Jenis dan cara pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) sama saja
dengan tanaman belum menghasilkan (TBM). Hanya saja; sebaran, dosis, waktu
aplikasi
dan
rotasinya
berbeda.
Adapun
pupuk
yang
digunakan
bisa
menggunakan pupuk tunggal atau majemuk. Standar dosis pupuk TBM dan TM
yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Dosis pupuk tunggal untuk tanaman kelapa sawit.
Kelompok
Umur
(Tahun)
Status/
Kategori
Tanaman
1
Dosis Pupuk Tunggal (Kg/Btg/Thn)
Urea
(46%)
TSP
(45%)
MOP
(60%)
Kieserite
(26%)
TBM 1
1,25
0,60
1,00
0,75
2
TBM 2
1,50
0,60
1,50
1,00
3
TBM 3
1,50
0,60
1,75
1,00
3–5
TM 1 – 3
2,00
1,20
2,00
1,25
6–8
TM 4 – 6
2,00
1,20
2,00
1,25
9 – 13
TM 7 – 11
2,75
1,80
2,50
1,50
14 – 20
TM 12 – 18
2,50
1,60
2,00
1,25
21 – 25
TM 19 – 23
1,75
1,00
1,50
1,00
Tabel 3. Dosis pupuk majemuk untuk tanaman kelapa sawit.
Kelompok
Umur
Status/
Kategori
Dosis Pupuk Tunggal (Kg/Btg/Thn)
N 13 - P 8 - K 27 – Mg 4 – B 0,5 – Cu Zn 0,02 –
24
(Tahun)
Tanaman
0,04
(Kg)
1
TBM 1
3,00
2
TBM 2
3,75
3
TBM 3
4,50
3–5
TM 1 – 3
6,00
6–8
TM 4 – 6
6,00
9 – 13
TM 7 – 11
7,50
14 – 20
TM 12 – 18
6,00
21 – 25
TM 19 – 23
4,50
Saat ini perkebunan besar dan menengah lebih banyak menggunakan pupuk
majemuk NPK karena penggunaan pupuk majemuk relatif lebih efektif dan
efisien.
Beberapa keunggulan dari penggunaan pupuk majemuk, adalah sebagai
berikut :
a)
Pupuk majemuk hanya memerlukan tiga kali aplikasi per tahun, sedangkan
dengan pupuk tunggal dapat mencapai delapan kali aplikasi per tahun.
b) Dengan menggunakan pupuk majemuk, hanya tersita waktu sekitar 3 – 4
bulan dalam setahun untuk pemupukan, sedangkan sisa waktu 8 – 9 bulan
lagi bisa difokuskan untuk produksi dan perawatan tanaman.
c)
Dengan sekali aplikasi pemupukan menggunakan pupuk majemuk, tanaman
akan mendapatkan sekaligus beberapa unsur hara sehingga tidak terdapat
faktor pembatas.
d) Dengan menggunakan pupuk tunggal, aplikasi satu jenis pupuk dengan jenis
pupuk lainnya sering terlalu lama intervalnya sehingga tidak sinergis.
25
e)
Aplikasi pemupukan yang terlalu lama akan berpotensi semakin banyak
pupuk yang hilang akibat pencurian karena lemahnya pengawasan.
f)
Penguapan dan pencucian pupuk tunggal setelah diaplikasi sangatlah besar,
dapat mencapai 20 – 30 %, sedangkan pupuk majemuk sudah dilengkapi
dengan coating agent (bahan pengikat) untuk meminimalisir kehilangan
unsur hara dalam pupuk.
g) Untuk topografi areal yang sulit, menggunakan pupuk tunggal akan
menyebabkan seluruh biaya aplikasi pemupukan menjadi lebih banyak.
h) Unsur mikro (tress elements) yang terkandung dalam pupuk majemuk, tidak
terdapat dalam pupuk tunggal.
Di samping penggunaan pupuk anorganik, tandan kosong kelapa sawit
(TKKS) yang sudah atau belum dikomposkan juga sekarang banyak diaplikasikan
ke piringan tanaman kelapa sawit sebagai penambah bahan organik tanah (Fauzi
et. al. 2012).
2.11. Pelaksanaan Pemupukan
Untuk areal TBM pada umur satu bulan pupuk ZA diberikan dengan
penaburan secara merata sampai sekitar 3 40 cm dari pangkal batang. Untuk
bulan- bulan selanjutnya pupuk ZA, RP, MOP dan Kieserite, ditaburkan secara
merata sampai sejauh lebar tajuk. Sedangkan pupuk borat (HGF Borate)
diberikan dengan penauran merata pada ketiak pelepah daun pada lingkar
kesatu dan kedua sesudah daun tombak (daun teratas). Jika umur TBM hanya
berlangsung 30 bulan, pemupukan bulan ke – 32 tidak dilaksanakan, dan berlaku
pedoman pemupukan untuk areal TM (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
26
Untuk areal TM yang berumur kurang dari 8 tahun, pupuk urea dan ZA
ditabur merata mulai sejauh 0 cm dari pangkal batang sampai pinggir piringan.
Pupuk lainnya (MOP, Kieserite dan RP) ditabur merata mulai dari jari – jari 1 m
sampai dengan 2,50 m dari pangkal batang (Mangoensoekarjo dan Semangun,
2005).
Untuk tanaman yang berumur 8 tahun atau lebih, pupuk ZA, MOP dan
Kieserit ditabur merata mulai dari jari – jari 1 m sampai 2,5 m dari pangkal
batang.Pupuk RP-nya disebar di gawangan. Pada tanaman umur 8 tahun atau
lebih pupuk MOP dapat diganti dengan abu janjangan dengan dosis 1,5 – 2 kali
lipat MOP, penyebaran serupa dengan MOP (Mangoensoekarjo dan Semangun,
2005).
Pada areal berbukit, yang penanamannya dilaksanakan dengan sistem
teras, jenis dan dosis pemupukan sama dengan yang telah duraikan diatas,
hanya cara pemberiannya berbeda. Dua pertiga dari dosis pupuk dibenam di
daerah piringan sebelah dalam dari teras, dan sepertiga sisanya dibenam di
sebelah luar atau pinggir. Dengan cara ini di harapkan kehilangan pupuk oleh
aliran air bila turun hujan akan ditekan sekecil mungkin (Maruli Pardamean,
2012)
Mengingat mahalnya harga pupuk dan pada umumnya kelapa sawit
ditanam di daerah yang bercurah hujan tinggi, sebagian pupuk larut dan terbwa
air dan atau menguap, maka dianjurkan agar pupuk dibenamkan dalam tanah
(pocket system) (Maruli Pardamean, 2012)
Cara pemupukan yang perlu juga diperhatikan dalam memupuk tanaman
adalah sebagai berikut :
27
a.
Bersihkan terlebih dahulu piringan dari rumput, alang- alang, dan kotoran
lain.
b.
Pada areal datar semua pupuk ditabur merta mulai 0,5 m dari pohon
sampai pinggiran piringan.
Pada areal yang berteras, pupuk disebar pada piringan kurang lebih 2/3
dari dosis di bagian dalam teras dekat dinding bukit, sisanya (1/3 bagian)
diberikan pada bagian luar teras (Maruli Pardamean, 2012).
2.12. Organisasi Pemupukan
A.
Pengaturan tenaga
Setiap regu pemupukan terdiri atas mandor, tukang pikul, dan tukang
memupuk yang biasanya wanita. Mandor bertugas mengatur dan merencanakan
pemupukan harian dan mengawasi pelaksanaan pemupukan blok demi blok.
Tukang pikul bertugas mengecer pupuk pada terminal I (Suplai besar, ke
terminal II (Suplai kecil), dan membagi – bagi pupuk pada regu pemupuk. Regu
pemupuk membenamkan atau menaburkan pupuk ke pohon dengan takaran
yang tepat dan merata. Apabila pupuk dibenamkan ke dalam tanah, tenaga
ditambah dengan regu pembuat lubang/ mengoak tanah. Tanah yang dikoak
sebanyak 8 lubang, dengan tenaga 138 pohon/ HOK. Goni bekas pupuk yang
telah kosong dikumpulkan dan dihitung jumlahnya, yang harus cocok jumlahnya
dengan goni sebelum diecer (Suwanto, 2005).
B.
Pengaturan suplai (terminal) besar/kecil (supply point).
28
Setiap lima baris tanaman dibuat satu suplai besar sesuai dengan
keinginan jumlah pohon dikalikan dosis pupuk menurut rekomendasi pemupukan.
Selanjutnya dibuat rencana pengeceran pupuk per suplai besar dan kemudian
ditentukan suplai kecil, sehingga regu pemupuk tidak terlalu jauh mengambil
pupuk itu (Suwanto, 2005).
C.
Peralatan pemupukan
Bakul atau ember plastik ukuran 10 kg, takaran pupuk 0,5 kg biasanya
mangkok lateks atau mangkok bekas sabun pasta. Kain gendong dari belacu dan
alat pikulan lengkap dengan talinya. Sepatu bot plastik dan cangkul untuk
membuat lubang tempat pupuk (Suwanto, 2005).
2.13. Pengawasan Pemupukan
Perencanaan pemupukan tanaman kelapa sawit harus dilakukan dengan
cermat, mulai dari analisis tanah, analisis daun, dan harus mengacu pada
rekomendasi pemupukan, pemberian pupuk dan peralatannya. Perencanaan ini
dilakukan satu tahun sebelumnya. Beberapa hal yang perlu diawasi adalah :
a)
Pelaksanaan pemupukan harus tepat dosis, tepat waktu, tepat cara (tebar,
dibenam atau ditanam, placement) dan tepat jenis.
b) Dosis pupuk di pembibitan diberikan berdasarkan tingkat umur bibit.
c)
Dosis pupuk di TBM ditentukan berdasarkan perbedaan keadaan tanah dan
ada atau tidaknya penutup tanah kacangan.
d) Dosis pupuk di TM berdasarkan ketentuan rekomendasi pemupukan.
e)
Daerah sebar/ benam pupuk harus sesuai dengan unsur pupuk dan umur
tanamannya.
29
f)
Waktu dan frekuensi pemupukan harus mengacu pada rekomendasi
pemupukan.
g) Realisasi pemupukan setiap harinya dilaporkan dan digambar pada peta
blok, sehingga diketahui dengan pasti rumus pemupukan berikutnya.
h) Areal tepi blok, lahan berjurang, tepi parit atau sungai perlu mendapatkan
perhatian khusus.
i)
Dalam aspek ekonomi, perlu dihitung nilai harga per satuan unsur dan
kebutuhan pupuk per satuan luas (Suwanto, 2005).
30
III.
METODE PELAKSANAAN
3.1. Tempat dan waktu
Tugas AkhirTeknik Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Tanaman Menghasilkan dilaksanakandi PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1
Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, dimulai dari tanggal 19
Maret sampai dengan 13 Juni 2015.
3.2. Metode pelaksanaan
a)
Bekerja
Setiap kegiatan yang telah disepakati dengan pembimbing lapang
dilakukan dengan cara ikut bekerjaoleh masing-masing mahasiswa serta
ditentukan prestasi kerjanya. pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat dilakukan
dengan bergabung bersama karyawan setempat atau tersendiri sesuai dengan
kondisi perusahaan serta atas persetujuan / perintah pembimbing lapang.
b)
Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan apabila sesuai dengan kondisi dan
pertimbangan pembimbing lapang suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh
mahasiswa mengingat faktor keselamatan, ketersediaan alat dan sebagainya.
c)
Diskusi
Kegiatan diskusi dilakukan khusus untuk kegiatan-kegiatan yang tidak
dilakukan perusahaan tersebut pada saat pelaksanaan Tugas Akhir atau kegiatan
yang dianggap pembimbing lapang perlu untuk didiskusikan.
31
IV.
4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah singkat perusahaan
PT. Incasi Raya Group Sodetan 1 Estate merupakan kebun kelapa sawit
salah satu cabang dari PT. Incasi Raya yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan,
Provinsi Sumatera Barat. Kebun ini dibuka pada tahun 2000.Pembukaan lahan
dilaksanakan selama 2 tahun, kebun mulai ditanam pada tahun 2002 dan 2003
dan 2004.
4.1.2. Luas areal yang dikelola
Luas areal PT. incasi Raya Group Sodetan 1 Estate yang dikelola adalah
2.473,250 Ha, yang terdiri dari dua divisi yaitu divisi I dengan 4 afdeling terdiri
dari afdeling B, afdeling C, afdeling D, afdeling E. Dan divisi II dengan 4 afdeling
terdiri dari afdeling A, afdeling F, afdeling G, afdeling H dan masing- masing
memiliki luasan yang berbeda-beda.
Adapun batas-batas wilayah PT. Incasi Raya Group Sodetan I Estate ini
adalah :
 Sebelah Utara berbatasan dengan PT. Incasi Raya Group Sodetan II
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai dan Lahan Masyarakat
 Sebelah Timur berbatasan dengan PT. Incasi Raya Group Muara Sakai
Estate
 Sebelah Barat berbatasan dengan PT. Incasi Raya Group Sumbar Andalas
Kencana Estate
32
4.1.3. Topografi dan ketinggian tempat
PT. Incasi Raya Group Sodetan 1 Estate ini memiliki topografi datar,
dengan ketinggian tempat 0-2 m dpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan
Ferguson kebun ini termasuk kedalam tipe iklim A yaitu beriklim basah. Kebun ini
terletak pada12 LU dengan curah hujan yang banyak dan merata setiap
tahunnya.
Curah hujan rata-rata berkisar antara 2000 mm/tahun dengan hari hujan
rata-rata 10 hari/bulan. Tingkat penyinaran matahari berkisar 20 hari dengan
temperatur 19-22 C dan kelembaban 60-85%.
Jenis tanah kebun ini yaitu tanah gambut hemik dan saprik. Usaha
konservasi tanah yang dilakukan terutama pada areal gambut dengan membuat
saluran drainase dimulai dari dalam blok dan water gate.
4.2.
Hasil
4.2.1. Penentuan rekomendasi pemupukan
Dalam menentukan rekomendasi pemupukan perlu dilakukan analisa
tanah dan daun. Kebun PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 telah melakukan
analisa tanah diawal pembukaan lahan dan analisa daun pada
Tanaman
Menghasilkan / TM (4 tahun) untuk menentukan rekomendasi pemupukan.
A.
Analisa tanah
Informasi mengenai potensi tanah sangat diperlukan untuk membantu
penetapan rekomendasi pemupukan karena sifat tanah berbeda antara satu
tempat (jenis) dengan tempat lainnya. Dengan melakukan analisis tanah sesuai
standar, status hara pada tiap jenis tersebut dapat diketahui.Sehingga dianjurkan
untuk perkebunan melakukan analisis tanah.
33
Dalam hal ini perusahaan hanya melakukan kegiatan pengambilan sampel tanah
untuk di analisis dilaoratorium. Sedangkan kegiatan analisis tanah dilakukan oleh
pihak yang bertugas di bagian rekomendasi pemupukan yang bertugas di kantor
pusat PT. Incasi Raya yang berada di Padang.
Dalam kegiatan pengambilan sampel tanah harus dilakukan dengan baik
dan teliti. Hal pertama yang dilakukan dalam kegiatan analisa tanah ini adalah
penentuan titik pengambilan sampel tanah yaitu dengan cara diagonal atau
dengan cara acak.kemudian titik pengambilan sampel tanah dibersihkan dari
rumput dan segala jenis serasah yang ada di sekitar titik pengambilan sampel
tanah.Contoh tanah individu diambil menggunakan bor tanah atau cangkul dan
sekop. Contoh tanah
diambil pada titik pengambilan yang telah ditentukan,
sedalam 1 m.Contoh- contoh tanah tersebut dicampur dan diaduk merata dalam
ember plastik, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan
teraduk rata, diambil contoh seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam
kantong plastik. Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat pengiriman,
kantong plastik yang digunakan rangkap dua.Pemberian label luar dan dalam.
Label dalam harus dibungkus dengan plastik dan dimasukkan diantara
plastikpembungkus supaya tulisan tidak kotor atau basah, sehingga label
tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium tanah. Sedangkan label luar
disatukan pada sat pengikatan plastik. Pada label diberi keterangan mengenai
kode pengambilan, asal dari (nama kebun, no blok), tanggal pengambilan.
34
B.
Analisa daun
Analisa daun dilakukan untuk menentukkan kecukupan unsur hara yang
terkandung pada tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit pada TBM 0 – 3
tahun tidak dilakukan analisa daun karena unsur hara yang terkandung pada
tanaman tersebut masih dianggap cukup dan pemupukan mengacu pada dosis
yang telah baku.sedangkan pada tanaman TM perlu dilakukan analisa daun
untuk melihat kandungan hara yang terdapat pada tanaman agar diperoleh
gambaran jumlah pupuk yang pelu ditambahkan untuk keperluan tanaman
berproduksi.
Pemupukan pada TM dilaksanakan menurut rekomendasi berdasarkan
analisis unsur hara pada daun. Analisis hara daun berdasarkan pengambilan
sampel daun dari Kesatuan Contoh Daun (KCD) atau Leaf Sampling Unit (LSU).
KCD yang dilakukan di Kebun PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1, pada
tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan atau berumur 4 tahun setelah
tanam. Daun pelepah yang diambil adalah berdasarkan kedudukan daun,yaitu
daun ke- 17. Aktivitas fotosintesis pada daun ke- 17 lebih tinggi dibandingkan
daun ke- 9. Menurut Pahan, (2011).
Pelaksanaan kegiatan KCD di lapangan:
1.
Dalam pengambilan KCD hal pertama yang perlu dilakukan adalah
menentukan sampel tanaman yang akan diambil daunnya,dengan melihat
kondisi tanaman ataupun persyaratan tanaman yang dapat di analisa
(tanaman asli bukan sisipan, sehat, dikelilingi pohon hidup, tidak berada
dekat dengan jalan, bangunan ataupun hutan, dan cukup umur).
35
2.
Dalam 1 blok yang diambil maksimal 5 % dari jumlah Populasi tanaman dan
pohon ke 3 dari pinggir (tepi).
3.
Pembuatan jalur sensus dibuat blok/blok dengan membuat tanda/cat
berwarna biru pada setiap 1 pokok dalam baris tanaman dengan jarak setiap
20 pokok.
4.
Pengambilan dilakukan setahun sekali pada semester II yaitu 2 bulan setelah
pemupukan terakhir.
5.
Setelah semuanya memenuhi syarat maka dilakukan analisa, yaitu masingmasing 3 daun pada bagian tengah pelepah ke- 17 bagian kanan dan
kiri.Anak daun pelepah tersebut dipotong menjadi 3 bagian kemudian daun
pada bagian tengah diambil sepanjang 20 cm, dibersihkan daridebu atau
kotoran yang menempel pada daun dengan kapas serta aquades (usahakan
daun tersebut benar- benar steril).
6.
Kemudian, daun tersebut di panaskan dalam oven untuk sterilisasi dan
mengeringkan daun setelah daun keringdimasukkan kedalam amplop.
Setelah itu, daun tersebut dapat dikirim untuk diuji kandungan unsur hara.
Pengambilan KCD dan analisis daun dilakukan oleh pihak Agronomi PT.
Incasi Raya Group kebun Sumber Andalas kencana.
36
X
X
X
X
J
a
l
a
n
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Jarak 20 pokok kedalam blok
Dimulai dari pohon ke 3 dari jalan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Jarak 20 pokok kedalam blok
X
X
X
X
X
X
X
X
X
P
r
o
d
u
k
s
i
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Jalan Poros / Produksi
Gambar 1. Penentuan Sampel KCD pada lahan kelapa sawit.
X
X
X
X
X
X
X
37
Dari hasil analisa tanah dan analisa daun dilapangan dapat diberi kisaran
dosis pemupukan yang optimal bagi kelapa sawit yang sudah menghasilkan
(TM). Hasil pengamatan dan analisis per LSU akan dicatat dalam bentuk Clip
boardyang akan dinilai dan dianalisis untuk menentukan dosis pupuk per blok.
Oleh karena banyaknya faktor – faktor yang harus dipertimbangkan, penentuan
dosis pupuk tidak dapat di samakan pada semua blok dan waktu. Dalam
pelaksanaan pembuatan rekomendasi pemupukan diperlukan disiplin yang ketat
karena adanya batas waktu yang singkat antara periode pengambilan sampel
daun, analisis di laboratorium dan saat dimulainya pemupukan di lapangan.
4.2.2. Standar dan penetapan jenis dan dosis pupuk
Jenis pupuk yang digunakan pada tanaman menghasilkan di PT. Incasi
Raya kebun Sodetan1 adalah pupuk majemuk NPK PEAT Kay-Bio, Urea, KCL dan
NPK Hi-Kay . Sedangkan dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan hasil
analisis tanah dan analisis daun yang dilakukan sekali dalam satu tahun
4.2.3. Efisiensi dan efektivitas pemupukan
Dalam melakukan pemupukan diperlukan efisiensi dan efektifitas dalam
pemupukan agar diperoleh Cost (biaya) yang rendah namun hasil yang diperoleh
baik serta dapat mewujudkan produktivitas yang setinggi- tingginya. Efisiensi dan
efektivitas pemupukan ditentukan oleh beberapa faktor :
a.
Tanaman
1. Luas daunmenentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk.
2. Massa perakaran aktif menentukan laju dan jumlah hara dan air terserap.
38
b.
Cuaca
1. Lama dan intensitas penyinaran menentukan laju dan jumlah asimilat
terbentuk.
2. Suhu udara menentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk.
c.
Tanah
1. Kandungan hara tanah menentukan jumlah hara yang bisa tersedia.
2. Kelembaban tanah menentukan kelarutan pupuk dan ketersediaan hara.
3. Keasaman tanah menentukan ketersediaan hara.
4. Mikroorganisme dan bahan organik tanah menentukan ketersediaan hara.
d.
Pengaplikasian pupuk (mengikuti sistem 6 T)
1. Tepat waktu
Waktu yang baik dalam pemupukan adalah pada saat akhir musim
kemarau atau diawal musim hujan serta harus mengikuti rekomendasi
pemupukan yang telah ditetapkan pada setiap semesternya.
2. Tepat Jenis
Pupuk yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan unsur hara yang
diperlukan tanaman tersebut. Karena apabila jenis pupuk yang diberikan
tidak sesuai dengan kebutuhan, hal itu akan mengakibatkan defisensi
(kekurangan) satu unsur hara atau juga dapat menyebabkan kelebihan
satu unsur hara yang menjadikan tanaman tersebut mengalami
keracunan.
39
3. Tepat Dosis
Pupuk yang diberikan selain jenisnya yang tepat, namun juga dosis yang
diberikan harus sesuai. Tidak boleh ada tanaman yang mengalami
kelebihan atau mengalami kekurangan unsur hara.
4. Tepat Sasaran
Pemupukan harus sesuai dengan sasaran. Pupuk harus ditaburkan secara
merata pada tanaman kelapa sawit di sekitar piringan tanaman tersebut.
5. Tepat Cara
Pemupukan harus sesuai dengan cara- cara pemupukan, misalnya ;
dengan cara di tebar, benam ataupun ditanam).
6. Tepat Monitoring
Perlunya dilakukan Monitoring ataupun pengawasan dalam melaksanakan
pemupukan agar semua pekerjaan yang ada dalam pemupukan dapat
terkontrol dengan baik.
4.2.4. Alat dan bahan pemupukan
Dalam melakukan pemupukan diperlukan alat, bahan serta sarana
ataupun prasarana yang memadai. Alat dan bahan yang diperlukan dalam
melakukan pemupukan dapat dilihat pada Tabel 4.
40
Tabel 4. Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan pemupukan.
No
NAMA ALAT
DAN BAHAN
FUNGSI
KETERANGAN
1 Traktor atau
truk
Berfungsi untuk Pengeceran
pupuk
-
2 Ember
Berfungsi sebagai tempat 1 ember = ± 15 Kg
(wadah)
pupuk
untuk pupuk.
dibawa ke pokok tanaman.
3 Mangkok
Berfungsi sebagai takaran 1 mangkok = 500 gr
pupuk dan sebagai alat
untuk
mempermudah
penyebaran pupuk.
4 Sepatu
.
boot
Berfungsi
sebagai
pelindung kaki
alat
5 Sarung
Tangan
Berfungsi
sebagai
pelindung tangan
alat Agar
tidak
kontak
langsung dengan kulit
tangan.
6 Kain
Berfungsi
untuk Kain yang
menggendong ember yang harus kuat
berisi pupuk
7 Pupuk
Berfungsi sebagai
Penambah unsur hara bagi
tanaman
-
digunakan
Diberikan pada tanaman
sesuai
dengan
dosis
yang telah ditetapkan.
4.2.5. Sistem pemupukan
Teknik pemupukandi perusahaan perkebunan PT. Incasi Raya Sodetan
Estate 1 dilakukan dengan dua sistem yaitu dengan sistem HK (10 karung/HK)
dan sistem borongan (Rp.5.000/karung). Apabila pemupuk tidak dapat mencapai
target maka upah yang akan diterima akan dikurangi sebesar Rp.5.000,-/karung,
sedangkan bagi karyawan yang dapat menyelesaikan kegiatan pemupukan lebih
dari yang ditargetkan akan menerima gaji tambahan sebesar Rp.5.000,-/karung.
41
4.2.6. Prosedur kerja pemupukan
Dalam melakukan pemupukan, perlu diikuti prosedur kerja yang baik dan
benar, sistem efisiensi serta efektivitas dalam perusahaan perkebunan dapat
terwujud. Sistem pemupukan dalam kebun PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1
dengan cara sistem ancak giring dengan tujuan untuk memudahkan melakukan
pengawasan dalam pemupukan.
Adapun prosedur kerja pemupukan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Sebelum memulai kegiatan pemupukan, terlebih dahulu siapkan alat dan
bahan yang akan digunakan.
2.
Mandor atau assisten memberikan arahan / bimbingan serta pembagian
lokasi tiap pekerja agar tidak terjadi kesalahan sewaktu memupuk.
3.
Muat pupuk kedalam traktor sesuai jenis dan kebutuhan pupuk yang
diperlukan.
4.
Seluruh pekerja pupuk berangkat ke lokasi pemupukan.
5.
Setelah sampai di batas blok pupuk di ecer di sepanjang jalan sesuai dengan
jumlah pupuk yang dibutuhkan perbarisan tanaman.Kemudian pekerja
melakukan pemupukan dengan memberikan pupuk sesuai dengan dosis
yang telah ditetapkan.
6.
Kegiatan pemupukan dimulai dari bagian tengah barisan tanaman (parit
cacing) mengarah ke jalan.
7.
Setiap pekerja menggunakan ember dalam mengangkut pupuk dalam setiap
terasan. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar pada gawangan
mati.
8.
Setelah selesai kegiatan pemupukan karung pupuk dikumpulkan kembali dan
dibawa kegudang dan dihitung sesuai jumlah pupuk yang ditaburkan.
42
4.2.7. Aspek Ekonomi serta Pembiayaan
Aspek ekonomi serta pembiayaan dalam melakukan pemupukan sangat
penting. Beberapa jenis pupuk yang digunakan untuk tanam,an menghasilkan di
PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 antara lain sebagai berikut:
1. Urea
Rp. 236.360,00
2. KCl
Rp. 150.000,00
3. NPK PEAT-Kay Bio
Rp. 223,360,00
4. NPK Hi-Kay 13/6/27/2
Rp. 220.650,00
Dari beberapa jenis pupuk serta harga yang digunakan pada PT. Incasi
Raya Kebun Sodetan 1, kita dapat menentukan berapa besar biaya yang
dikeluarkan per tahun dalam melakukan pemupukan.
Jika cost ditekan akan
terjadi penghematan biaya atau efisensi biaya. Penghematan biaya pemupukan
dapat terjadi jika limbah kelapa sawit digunakan secara efisien misalnya tandan
kosong kelapa sawit. Dengan menggunakan limbah tandan kosong kelapa sawit
secara efisien dapat menghemat pengeluaran biaya, dimana menurut Edhi
Sarwono (2008) didalam janjang kosong terkandung unsur:

N
1,5 %

P
0,5 %

K

Mg
7,3 %
0,9 %
Perhitungan efisiensi pemupukan jika diterapkan limbah tandan kosong kelapa
sawit :
Pupuk yang akan digunakan adalah pupuk Urea yang akan diaplikasikan
pada tanaman TM dan dosis 1.000 gr per tanaman dengan harga pupuk Rp.
150.000,- per sak.
43
Kebutuhan Pupuk organik/tanaman :
60
7,3
X 1.000 gr
: 8,21x 1.000 gr
: 8210 gr (8,21 kg)
Keterangan : Berat 1 sak pupuk adalah 50 kg (50.000 gram).
Dari perhitungan di atas dapat dilihat, 8,21 kg janjang kosong dapat
menggantikan 1 kg pupuk KCl. Dari perhitungan diatas, penerapan limbah
tandan kosong kelapa sawit dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan perkebunan.
Selain itu, Wahyono Iyan (2014) juga mengatakan bahwa janjang kosong
merupakan bahan organik yang mengandung sejumlah unsur hara terutama
kalium.
Volume 1 ton janjang kosong segar mengandung hara ynag setara
dengan 5 kg urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP, dan 14 kg Kieserit.
4.2.8. Sistem pengupahan
Sistem pengupahan pemupukan yang ada pada PT. Incasi Raya Kebun
Sodetan 1diberikan kepada tenaga kerja pemupukan dengan Sistem Harian dan
sistem borongan. Untuk pekerja sistem harian diberi target menabur pupuk
sebanyak 12 karung per hari (50 kg/karung) dan 1 HK diberi upah sebesar Rp
64.000/hari. Sedangkan untuk sistem borongan di beri upah sebesar Rp
5.000/karung.
4.2.9.
Manajemen pemupukan
Manajemen dalam arti umum adalah pengelolaan yaitu suatu proses yang
memiliki ciri khas dalam setiap organisasi. Keberhasilan suatu perusahaan
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah manajemen
44
perusahaan. Manajemen perusahaan inilah yang berperan sebagai pengendali
dalam proses usaha yang dilakukan guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Perusahaan pada umumnya harus mencapaioutput serendah mungkin
daninput setinggi mungkin, tetapi hal ini sulit dicapai. Untuk mencapai hal
tersebut diperlukan manajemen yang tinggi.
A.
Unsur-unsur dalam manajemen
1.
Perencanaan
Sebelum melakukan pemupukan dalam setiap blok, Assisten pemupukan
dan mandor pupuk terlebih dahulu merencanakan blok yang akan dipupuk, jenis
pupuk serta kebutuhan pupuk yang akan diangkut ke lapangan.
Adapun penentuan jenis dan kebutuhan pupuk yang akan diaplikasikan
pada blok- blok yang sudah ada berdasarkan pada program kerja pemupukan
yang telah ditetapkan.
Contoh penentuan blok, jenis dan kebutuhan pupuk :
Afdeling
:A
Blok
: A1 (Tahun tanam 2003 = 24,230 ha = 3.586 pokok)
Pupuk
: Urea dengan dosis 1.500 gram per pokok.
Jumlah pupuk
: 3.586 pokok x 1.500 gram per pokok = 5.379.000 gram
atau 5.379 kg.
Jumlah karung
:Berat bersih pupuk per karung adalah 50 kg. Jika
kebutuhan pupuk Urea pada Blok A1 sebanyak 5.379 kg
maka jumlah karung pupuk yang akan diangkut sebanyak
107,58 karung.
45
2.
Organisasi pemupukan
Pada PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1, dilakukan pengorganisasiandalam
setiap melakukan pemupukan. Setiap regu pemupukan terdiri dari Assisten,
mandor,operator, tukang muat,dan tenaga pemupuk yang biasanya adalah
wanita. Mandor bertugas mengatur dan merencanakan pemupukan harian dan
mengawasi pelaksanaan pemupukan blok demi blok. Operator bertugas
melangsir pupuk dari gudang ke lokasi pemupukan. Tukang muat bertugas
memuat pupuk ke traktor/truk di gudang serta mengecer pupuk pada setiap regu
pemupuk di lapangan. Regu pemupuk bertugas untuk menaburkan pupuk ke
tanaman dengan takaran yang tepat dan merata. Karung bekas pupuk yang telah
kosong dikumpulkan dan di hitung jumlahnya, dan harus cocok jumlahnya
dengan karung pupuk sebelum diecer.
Untuk menghindari adanya kekeliruan dalam aplikasi pupuk di lapangan
maka di tiap afdeling setiap harinya hanya dibenarkan menaburkan satu jenis
pupuk pada setiap bloknya.
Peralatan yang digunakan untuk pemupukan oleh setiap regu tenaga
pemupuk adalah berupa ember plastik dengan ukuran 15 kg dan takaran pupuk
500 gram. Kain gendong digunakan untuk menggendong ember yang berisi
pupuk
Sistem pemupukan di kebun PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 adalah
dengan cara sistem ancak giring yaitu setiap pekerja digiring menuju blok- blok
yang akan dipupuk dengan tujuan untuk memudahkan melakukan pengawasan
dalam pemupukan dan kegiatan pemupukan lebih cepat selesai.
46
B.
Pelaksanaan pemupukan
1.
Persiapan pupuk
Jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan harus tersedia di gudang kebun
pada waktunya. Oleh sebab itu, permintaan pupuk dari kebun ke bagian
pembelian harus dilakukan minimum 1 bulan sebelum aplikasi pemupukan
dilakukan. Sehingga tidak terjadi kendala pemupukan akibat stok pupuk kosong.
2.
Persiapan pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan
Kendaraan pengangkut pupuk dari gudang ke lapangan, sehari sebelum
pemupukan, harus sudah dipastikan kesiapannya.Pada pukul 07.00, kendaraan
harus sudah mulai memuat pupuk pupuk dari gudang untuk di ecer di lokasi
pemupukan dilapangan. Sehingga pada pukul 08.00kegiatan pemupukan sudah
bisa di mulai dilapangan.
3.
Pengeceranpupuk ke dalam barisan tanaman
Ketentuan yang ditetapkan oleh perkebunan pelaksanaan pengeceran
pupuk dilakukan oleh tenaga kerja yang melakukan pemupukan. Pengeceran
pupuk dilakukan dengan membawa pupuk menggunakan alat angkut seperti
ember yang dibawa oleh setiap tenaga pemupuk.
Pengeceran dilakukan sesuai dengan rencana pada peta detail sesuai
dengan rencana pada peta blok dan dimulai dari batas/ rintis tengah atau batas
alam seperti sungai, parit, dan lain- lain menuju jalan koleksi(collection road.)
47
4.
Persiapan keamanan
Pupuk
yang
diecer
di
lapangan
harus
terjamin
dari
pencurian,
pembuangan, atau disembunyikan di gawangan/parit. Oleh sebab itu, perlu
dipersiapkan petugas yang bertanggung jawab terhadap keamanan pupuk ini
(dapat dirangkap oleh mandor).
Pupuk yang telah diecer di lapangan harus diusahakan selesai ditabur
seluruhnya pada hari itu juga. Apabila pupuk tidak selesai ditabur karena hujan
atau lainnya maka sisa pupuk tersebut harus dibawa kembali kegudang.
5.
Cara penaburan pupuk
Penaburan pupuk pada masing- masing pokok harus dimulai dari batas/
rintis tengah blok (batas alam) menuju collection road
sesuai arah barisan
tanaman. Takaran yang dibawa harus dipastikan sesuai dengan dosis yang akan
digunakan dan sesuai dengan jumlah penabur.
Semua staf kebun dan personil lapangan harus menghayati bahwa satusatunya cara yang praktis dan efektif untuk meminimumkan pencucian hara (di
samping
pemupukan
tepat
waktu)
adalah
dengan
memperhatikan
dan
melaksanakan prinsip cara aplikasi pupuk. Apabila terdapat kelebihan pupuk
pada saat penaburan terakhir maka pupuk yang berlebih tersebut tidak boleh
ditaburkan pada pokok terakhir.
48
6.
Pengumpulan karungbekas pupuk
karung bekas pupuk dikumpulkan oleh tim pengecer dan disusun di
pelabuhan gudang. Selanjutnya, karung tersebut digulung setiap sepuluh lembar
untuk memudahkan pengontrolan kembali jumlah pupuk yang dibawa ke
lapangan sekaligus mengecek apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada
yang hilang.karung bekas pupuk yang terkumpul dibawa kembali oleh karyawan/
pekerja di bawah pengawasan mandor dan dikembalikan ke gudang kebun.
7.
Pemeriksaan atau pengawasan pemupukan
Pemeriksaan serta pengawasan dalam melakukan kegiatan pemupukan
harus cermat serta teliti. Beberapa hal yang perlu diperiksa atau diawasi :
1.
Pelaksanaan pemupukan harus mengacu pada 6 T ( tepat waktu, tepat
jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran dan tepat monitoring.
2.
Dosis pupuk diberikan berdasarkan rekomendasi pepupukan setelah hasil
analisis tanah dan analisis daun.
3.
Waktu serta frekuensi pemupukan harus mengacu pada rekomendasi
pemupukan.
4.
Realisasi pemupukan setiap harinya dilaporkan dan digambar pada peta
blok, sehingga diketahui pasti rumus pemupukan berikutnya.
5.
Areal tepi blok, lahan berjurang atau sungai perlu diperhatikan khusus.
6.
Hitungkebutuhan pupuk persatuan luas.
4.3.
Pembahasan
49
Pupuk
yang
digunakankebanyakan
jenis
Pupuk
Anorganik
yang
merupakan Pupuk Majemukyaitu pupuk NPK. Penggunaan pupuk majemuk dalam
suatu perusahaan lebih efisien dibanding dengan penggunaan pupuk tunggal.
Menurut Fauzi, Yustina, Imam dan Rudi (2012) dengan menggunakan
pupuk majemuk, memerlukan waktu sekitar3–4 bulan dalam setahun untuk
pemupukan, sedangkan sisa waktu 8 – 9 bulan lagi bisa difokuskan untuk
produksi dan perawatan tanaman. Dengan menggunakan pupuk tunggal, aplikasi
satu jenis pupuk dengan jenis pupuk lainnya sering terlalu lama intervalnya
sehingga tidak sinergis. Aplikasi pemupukan yang terlalu lama akan berpotensi
semakin banyak pupuk yang hilang akibat pencurian karena lemahnya
pengawasan. Untuk topografi areal yang sulit, menggunakan pupuk tunggal akan
menyebabkan seluruh biaya aplikasi pemupukan menjadi lebih banyak.
Dari beberapa alasan tersebut, PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1memilih
untuk lebih banyak menggunakan pupuk majemuk. Penggunaan pupuk majemuk
dapat menjadi alternatif yang baik dan sangat efisien dalam pemupukan di
perusahaan- perusahaan perkebunan. Jadi, untuk mendapatkan hasil yang tinggi
dengan biaya atau cost yang rendah dalam suatu budidaya kelapa sawit
bukanlah menjadi hal tidak mungkin lagi.
Sistem pemupukan di perusahaan perkebunan di PT. Incasi Raya Kebun
Sodetan 1 dilakukan dengan sistem ancak giring. Alasan perusahaan melakukan
pemupukan menggunakan sistem ancak giring adalah untuk memudahkan
melakukan pengawasan dan pekerjaan dapat lebih cepat selesai. Pada sistem ini,
apabila suatu ancak telah selesai dipupuk, tenaga pemupuk dapat pindah ke
ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor pupuk.
50
Menurut Adi (2013), sistem pemupukan ancak giring adalah sistem
pemupukan yang dilakukan secara bersama-sama memupuk di 1 blok dengan
pembagian wilayah kerja per gawangan. Setelah selesai pemanen pindah ke
gawangan lain.
Cara perpindahan pemanen dari satu gawangan ke gawangan lain :
·
Pemupuk gawangan 1 pindah ke gawangan yang belum dipupuk.
·
Pemupuk gawangan 2 pindah di samping Pemupuk gawangan 1.
·
Pemupukan dilanjutkan sampai seluruh blok selesai dikerjakan.
Selain
itu,
perusahaan
perkebunan
di
PT.
Incasi
Raya
Kebun
Sodetan1dalam pengaplikasiannya,dilakukan dengan cara disebar di gawangan
mati, dimana akar yang aktif untuk menyerap unsur hara pada tanaman kelapa
sawit adalah akar tersier.Akar tersier banyak ditemui pada tanah yang memiliki
kelembaban tinggi yaitu pada gawangan mati. Dengan demikian pengaplikasian
pupuk pada perusahaan ini dilakukan pada gawangan mati (Adi, 2013).
Teknik pemupukan secara disebar dianggap lebih efisien dibandingkan
dengan metode pemupukan lainnya seperti cara di benam.Penggunaan cara
benam akan menghasilkan jumlah Harian Kerja (HK) yang cukup besar yaitu :
penggunaan Harian Kerja (HK) untuk membuat lubang tempat peletakan pupuk
dan penggunaan HK untuk memberi pupuk dalam setiap lubang. Hal itu, akan
menjadikan biaya relatif lebih tinggi (Adi, 2013).
Pada PT. Incasi Raya Kebun Sodetan 1 tenaga kerja dalam kegiatan
pemupukan sangat terbatas sehingga tidak memadai dalam kegiatan pemupukan
dengan cara benam. Demikian jugadengan cara melingkar, pupuk yang diberikan
51
harus melingkar dan merata pada piringan tanaman kelapa sawit sehingga
membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak bila dibandingkan dengan cara
disebar. Selain keterbatasan tenaga kerja, pemupuikan dengan cara sebar akan
juga menekan biaya yang dikeluarkan. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan
pemupukan cara sebar di gawangan mati membutuhkan tenaga kerja yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan cara benam dan cara tebar melingkar piringan.
Berdasarkan
hal
tersebut,
PT.
Incasi
Raya
Kebun
Sodetan
1
mengaplikasikan pemberian puspuk dengan cara disebar. Cara ini, dilakukan
dengan menebar pupuk pada bagian kiri atau kanan tanaman kelapa sawit atau
juga menebar pupuk dengan bentuk T. Cara yang dilakukan perusahaan tersebut
telah dianggap baik dan memenuhi prinsip efektif dan efisien serta dapat
menghasilkan produksi yang baik.
Jenis pupuk yang di gunakan di perusahaan ini 4 macam yaitu pupuk urea,
Kcl, NPK PEAT-Kay Bio, NPK Hi-Kay dan tandan kosong. Dosis yang digunakan
antar blok tidak sama dimana dalam penentuan dosis pupuk peraplikasi
ditentukan berdasarkan hasil analisa tanah dan analisa sampel daun yhang
dilakukan setiap tahun.
Pupuk Urea adalah pupuk kimia mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi.
Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk
urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan rumus
kimia NH2 CONH2 merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya
sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di
tempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N
sebesar 46% dengan pengertian setiap 100kg mengandung 46 Kg Nitrogen,
52
Moisture 0,5%, Kadar Biuret 1%, ukuran 1-3,35MM 90% Min serta berbentuk
Prill. Nitrogen keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak.
Tanaman mengandung cukup N akan menunjukkan warna daun hijau tua
yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi. Sebaliknya apabila tanaman
kekurangan atau defisiensi N maka daun akan menguning (klorosis) karena
kukarangan klorofil. Pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi
kerdil juga bisa disebabkan oleh kekurangan N(Ziddu, 2012).
Pupuk KCl meprupakan pupuk yang sangat berguna untuk meningkatkan
hasil tanaman melalui fungsinya yang mampu membantu pertumbuhan organorgan generatif seperti biji, buah, dan bunga. Fungsi pupuk KCl tersebut
diperoleh dari senyawa K2O yang terkandung di dalamnya. Berikut ini kami
paparkan
mengenai
kandungan,
manfaat,
dan
fungsi
pupuk
KCl
bagi
tanaman(Ziddu, 2012).
Kandungan pupuk KCl terdiri dari 2 zat yaitu zat hara dan zat pembawa.
Karena pupuk KCl dapat ditemukan dengan banyak jenis, maka perbandingan
antara zat hara dan zat pembawanya pun berbeda-beda. Namun secara umum,
saat ini yang ramai ditemui adalah zat hara sebesar 60% dan zat pembawa
sebesar 40%. Hal ini berarti dalam 100 kg KCl terdapat 60 kg zat hara dan 40 kg
jat pembawa (Ziddu, 2012).
Hara yang terkandung dalam pupuk KCl adalah hara kalium yang dapat
diserap tanaman dalam bentuk senyawa K2O. Sebelum dapat diserap, pupuk KCl
pada tanah akan terlebih dahulu terurai menjadi senyawa K2O dan ion Cl++. K2O
bermanfaat untuk pertumbuhan dan penguat daya tahan tanaman terhadap
53
penyakit, sedangkan ion Cl++ justru merugikan tanaman jika diberikan dalam
jumlah berlebih(Ziddu, 2012).
Menurut Ziddu (2012), Campuran bahan anorganik dan bio-organik
merupakan nilai tambah pupuk NPK Compound Hi-Kay Bio, yang akan
melengkapi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sawit. Pupuk ini akan
membantu
peningkatan
kesuburan
tanah,
mengembalikan
keseimbangan
mikroorganisme dalam tanah dan membantu pelepasan unsur hara yang terikat
di koloid tanah. NPK Hi-Kay Bio ini mengandung unsur N 13 %, P 6%, K 27% MG
2%.
NPK Hi-kay Bio dapat mengembalikan seluruh nutrisi yang terpakai kelapa
sawit secara lengkap dan berimbang (melalui pupuk NPK 13-6-27-4+B) dan
merestorasi dan mempertahankan kesuburan tanah.Manfaat lain yang diperoleh
dari Hi-Kay Bio, walaupun kandungan organik di dalam Hi-Kay Bio prosentasenya
relatif kecil, tetapi karena aplikasi dilakukan dengan cara ditebar dan masif
sehingga berpeluang meningkatkan kandungan organik di dalam tanah. Kondisi
bahan organik seperti inilah yang membantu peningkatkan aktivitas mikroba
tanah, seperti mycorrhiza, organisme pelarut posfat atau penambat N yang
bersimbiosa secara mutualisme dengan tanaman kelapa sawit.
Peat-Kay Plus merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur
Nitrogen (N) 7% + Phosphate (P2O5) 6% +Kalium (K2O) 34% +B+CU+ZN.
Sehingga pupuk ini telah mengandung unsur nutrien makro dan mikro yang
sangat dibutuhkan tanaman sawit di lahan gambut(Ziddu, 2012).
54
Besarnya potensi luas lahan gambut di Indonesia menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi perusahaan perkebunan untuk memanfaatkan potensi
ini. Namun penanganan dan pengelolaan lahan gambut sangatlah berbeda
dibandingkan dengan budidaya kelapa sawit pada tanah mineral. Begitu juga
dengan pemilihan pupuk yang tepat bagi lahan gambut. Kelapa sawit yang yang
dibudidayakan pada lahan gambut, kebutuhan unsur hara seperti fosfor dan
kalium sangatlah dibutuhkan untuk menjaga pertumbuhan tanaman dan
optimalisasi produksi buah sawit. Untuk itulah, pelaku usaha wajib mengikuti
teori 3T yaitu tepat jenis, tepat waktu dan tepat dosis supaya tidak mengalami
kerugian bersifat jangka panjang dan bernilai besar. Susanto Nusalim, Managing
Director PT Mest Indonesiy, mengatakan formula yang terdapat dalam pupuk
NPK Compound Peat-Kay Plus telah melalui penelitian dan uji coba yang matang
sebelum dipasarkan.
TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) merupakan hasil sampingan dari
pengolahan minyak kelapa sawit yang pemanfaatannya masih terbatas sebagai
pupuk, bahan baku pembuatan matras dan media untuk pertumbuhan jamur dan
tanaman (Ziddu, 2012).
Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah terbesar yang dihasilkan
oleh perkebunan kelapa sawit. Jumlah tandan kosong mencapai 30-35 % dari
berat tandan buah segar setiap pemanenan. Namun hingga saat ini,
pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit belum digunakan secara
optimal
(Ziddu, 2012).
Pada saat ini, TKKS digunakan sebagai pupuk organik bagi pertanaman
kelapa sawit secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan secara
langsung ialah dengan menggunakan TKKS sebagai mulsa dan pupuk, sedangkan
55
secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai pupuk organik.
Dalam melaksanakan kegiatan pemupukan di perusahaan ini dibentuk
sebuah organisasi yang terdiri dari assisten, mandor, operator, tukang muat
pupuk serta penabur pupuk. Assisten bertugas untuk memberi penjelasan
tentang aturan pemupukan kepada mandor seperti blok kebun yang akan
dipupuk, jenis pupuk yang digunakan serta dosis yang dugunakan. Mandor
bertugas mengatur dan merencanakan pemupukan harian bersama asissten
serta mengawasi pelaksanaan pemupukan dilapangan blok demi blok.Operator
bertugas untuk melangsir pupuk dari gudang ke lapangan sebelum jam kerja
pemupukan dilapangan dimulai. Sebelum melangsir pupuk tukang langsir
memastikan jenis dan jumlah pupuk yang akan diangkut kelapangan melalui
mandor maupun assisten.Tukang muat pupuk bertugas untuk memuat pupuk
digudang ke truk/mobil serta mengecer pupuk di lapangan. Sedangkan penabur
pupuk bertugas untuk menabur pupuk di lapangan sesuai dengan arahan yang
telah disampaikan oleh mandor atau assisten.
Dalam melaksanakan kegiatan penaburan pemupukan dimulai dari parit
cacing (parit yang berada di tengah blok memotong barisan tanaman) mengarah
ke jalan koleksi. Apabila terdapat kelebihan pupuk pada saat penaburan terakhir
maka pupuk yang berlebih tidak boleh ditaburkan pada pokok terakhir saja. Hal
ini bertujuan agar dosis yang diberikan pada setiap tanaman merata. Sehungga
pertumbuhan tanaman di setiap bagian blok merata.
Di PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1 pemupukan dilakukan dengan dua
sistem
yaitu
dengan
sistem
borongan
dan
sistem
harian.
Menurut
Mangoensoekarjo (2005), pekerjaan sistem harianyakni sistem pekerjaan oleh
56
pekerja yang di bayar upahnya secara harian. keuntungan sistemini adalah tidak
terlalu di bebani untuk menyediakan pekerjaan sekaligus, namun bisa
bertahap/mencicil pekerjaan sesuai dana yang ada. Sedangkan kerugian dari
cara ini adalah biasanya berjalan lambatkarena disamping tidak adanya terget
penyelesaian proyek secara cepat.
Di PT. Incasi Raya Sodetan Estate 1, kegiatan pemupukan dengan sistem
harian dilakukan oleh para karyawan tetap yang sudah bekerja lebih dari 15
tahun di perusahaan dan cenderung berusia tua. Dalam sistem harian ini diberi
target dalam menabur pupuk sebanyak 10 karung /HK dan di beri upah sebesar
Rp.64.000,-/HK. Apabila pekerja tidak mampu mencapai target maka upah
dikurangi sebesar Rp.5.000,-/karung.
Sistem borong pekerjaanyakni pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh
tukang
pemborong
dengan
sistem
di
borongkan
upah
kerjanya
saja
dengan system ini, pekerjaan biasanya akan selesai lebih cepat dibandingkan
dengan system harian, karena dengan lebih cepat selesainya pekerjaan maka si
tukang pemborong dapat memperoleh penghasilan yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan apabila pekerjaannnya lambat atau ”molor” maka si tukang
pemborong bisa “tekor” untuk membayar upah rekan-rekan timnya sesama
tukang. Oleh sebab itu si tukang pemborong akan bekerja ekstra dan
mensupport penuh rekan-rekan tukang yang di kerahkannya agar lebih cepat
menyelesaikan pekerjaannya (Mangoensoekarjo, 2005)
Di PT.incasi Raya Sodetan Estate 1, kegiatan pemupukan dengan sistem
borongan dilakukan oleh pekerja yang baru bekerja di perusahaan dan para
pekerja cenderung masih berusia muda. Hal ini dilakukan karena para pekerja
dinanggap mampu melaksanakan pemupukan lebih dari target para pekerja
57
harian tetap.
Dalam pelaksanaan pemupukan sistem borongan ini di beri upah
kepada pekerja sebesar Rp.5.000/karung. Rata-rata jumlah pupuk yang ditabur
para pekerja pemupukan sistem borongan di perusahaan ini setiap hari mencapai
16 karungb/hari.
Selain kegiatan pemupukan, pengawasan pemupukan juga harus dilakukan
dengan cermat, mulai dari analisis tanah, analisis daun, dan harus mengacu
kepada rekomendasi pemupukan, pemberian pupuk danm peralatannya.
Kegiatan pengawasan ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemupukan,
dimana dalam kegiatan pengawasan ini dapatdiketahui apakah kegiatan
pemupukan yang dilakukan dilapangan ntelah sesuai denga rekomendasi
pemupukan ynag telah direncanakan sebelumnya. Baik itu bagian dosis yang
diaplikasikan, jenis pupuk yang digunakan, cara pengaplikasian, sasaran
pengaplikasian pupuk bahkan hingga biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
pemupukan.
V.
5.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan selama 12minggu PT. Incasi Raya
Sodetan Estate 1, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
58
1.
Teknik pemupukan yang ada di perusahaan perkebunan PT.Incasi Raya
Sodetan
Estate
pengaplikasiannya
1adalah
dengan
dengan
cara
sebar
sistem
di
ancak
gawangan
giring
dan
mati.
Serta
pengupahan karyawan dilakukan dengan dua sitem yaitu sistem HK (10
karung/HK) diberi upah Rp. 64.000,- dan sistem borongan (Rp.5.000,/karung).
2.
Teknik pemupukandi perusahaan perkebunan PT. Incasi Raya Sodetan
Estate 1dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor tanaman,
cuaca, tanah, pekerja serta faktor keungan perusahaan.
5.2
Saran
5.2.1 Saran untuk Perusahaan
1.
Pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan ditingkatkan agar tidak terjadi
penurunan produktivitas perkebunan khususnya pada teknik pemupukan.
2.
Sistem keselamatan tenaga kerja agar diperhatikan, misalnya dengan
memperlengkap APD (Alat Pelindung Diri) pada setiap pekerja atau
karyawan yang ada di perusahaan.
3.
Kesejahteraan para pekerja agar diperhatikan karena akan berdampak
terhadap kinerja yang akan mereka lakukan seperti memberikan reward
(penghargaan) kepada pekerja dengan kinerja yang baik.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adi, P. 2013. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Fauzi, Y. Yustina E,W. Imam S. dan Rudi H. 2012. Budidaya, Pemanfaatan Hasil
dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Iyan Wahyono. 2014. Ilmupengetahuanpks.blogspot.com/aplikasi-pupuk-organikjanjang-kosong.html. 15 Agustus 2015.
Mangoensoekarjo, S dan Haryono, S. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Gadjah Mada University Press.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu
60
Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pardamean, M.2012. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya. Jakarta.
PT. Incasi Raya Group. 2005. Buku Pedoman Standar Manajemen Kerja Kebun
Kelapa Sawit. Padang.
Sarwono, E. 2008. Pemanfaatan Janjang Kosong Sebagai Subtitusi Pupuk
Tanaman kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyamidjaja. 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.jakarta.
Sunarko, 2012. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Sukamto, 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Widanarko. A. 2011. Buku pintar kelapa sawit. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
296 hal.
Ziddu. 2012. Pemupukan Kelapa Sawit.
http://membangunkebunkelapasawit.webs.com. Diakses pada tanggal
5 juni 2015.
61
Lampiran 2.Peta Global Kebun Pesisir Selatan
62
Lampiran Pemupukan
63
Pupuk digudang penyimpanan Pupuk majemuk NPK
Mandor mengawasi pemupukanMenabur pupuk di gawangan mati
64
RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 april 1993 di desa Sinar Bintang
kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Anak kedua
dari empat bersaudara di keluarga Rasiaman Haloho (Ayah) dan Rinse Lina Purba
(Ibu).
Penulis masuk sekolah dasar di SD. 195162 Impres Manak Raya pada
tahun 1999 dan menamatkan pendidikan SD pada tahun 2005. Pada tahun 2005
penulis mulai pendidikan di SMP N 1 PURBA dan tamat pada tahun 2008. Pada
tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA di SMA N 1 SONDI
RAYA dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2011. Pada tahun 2012
penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yaitu di Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh dan meyelesaikan pendidikan pada tahun 2015.
65
Download