Ophthalmol Ina 2016;42(3):210-211 210 EDITORIAL Grave Ophthalmopathy, Menuju Penatalaksanaan yang Lebih Komperhensif rave ophthalmopathy adalah suatu keadaan inflamasi jaringan lunak orbita yang dihubungkan dengan hipertiroid. Angka kejadiannya dapat mencapai antara 25 sampai 50 % pada penderita hipertiroid. Sejak pertama kali ditemukan kurang lebih dua abad yang lalu oleh Caleb Parry, seorang dokter dan petani asal Inggris dan publikasi pertama pada tahun 1835 oleh Robert J.Graves, hingga kini masalah penatalaksanaan masih tetap menjadi kontroversi. Berbagai variasi penatalaksaan diperkenalkan, baik penatalaksaan medik, radiologik maupun berbagai tindakan bedah, menghasilkan hasil yang beragam. Salah satu hal yang menjadi penyebab adalah masih sedikitnya penelitian khususnya clinical trial yang berhubungan dengan Grave Ophthalmopathy. Pada penilaian untuk melakukan penatalaksaan secara medis, saat ini dikenal berbagai pendekatan berdasarkan klasifikasi yg dikenal saat ini yaitu Nospecs, VISA, EUGOGO (European Group on Grave Orbitopathy). Meskipun klasifikasi tampaknya bervariasi, pada dasarnya klasifikasi tersebut didasarkan atas tingkatan beratnya penyakit (severity) dan aktivitas inflamasi. Steroid masih tetap menjadi pilihan utama pengobatan Graves ophthalmopathy yang masih aktif selain radiasi orbita. Radiasi orbita, meskipun telah digunakan lebih dari 60 tahun untuk Grave yang masih aktif, sesungguhnya masih belum diketahui mekanismenya, dan pada kenyataannya, radiasi orbita hampir selalu digunakan dalam kombinasi dengan steroid. Akhir-akhir ini penggunaan Rituximab, suatu antibody monoclonal dengan target CD20, dilaporkan memberi hasil yang menjanjikan pada kasus Grave yang tidak memberi respons dengan pengobatan steroid, hanya harga yang relative mahal masih menjadi kendala. Hal yang tidak sering tapi bisa menyebabkan kebutaan bisa terjadi pada pasien dengan Grave ophthalmopathy yaitu Optic neuropathy karena kompresi. Pada keadaan ini steroid atau kombinasi steroid dan radio terapi mutlak harus dilakukakan dan terbukti memberikan hasil baik. Intervensi lebih lanjut seperti tindakan bedah diperlukan apabila steroid dan radiasi orbita tidak memberi hasil yang diharapkan. Berbagai pendekatan tindakan dekompresi obita telah dilaporkan seperti transcoronal, transcranial, transantral, endoscopic endonasal, transcanthal dan transconjunctival. Endoscopic endonasal dilaporkan memberi hasil cukup baik dengan lebih sedikit komplikasi. Berkaca pada keadaan diatas, sesungguhnya masih diperlukan perjalanan panjang untuk mencapai pengobatan definitif untuk Grave ophthalmopathy. Sementara untuk saat ini perlu kesepakatan dari berbagai disiplin ilmu seperti oftalmologi, penyakit dalam, radiologi, serta radio terapi untuk mewujudkan satu konsensus penatalaksanaan Grave ophthalmopathy yang komprehensif dan ini dapat menjadi jalan keluar terbaik untuk menatalaksana pasien Grave Ophthalmopathy yang lebih baik, tentunya konsensus yang didasari kedokteran berbasis bukti. Pengetahuan yang bertambah mengenai etiologi, patofisiologi dan G Grave Ophthalmopathy, Menuju Penatalaksanaan yang Lebih Komperhensif 211 pathogenesis terjadinya Grave ophthalmopathy, diharapkan akan memberikan jalan keluar yang lebih baik bagi penatalaksanaan penyakit ini dimasa yang akan datang. M. Sidik