DISTRIBUSI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DALAM DAGING IKAN SAPU-SAPU (Pterygoplichthys pardalis) DI SUNGAI CILIWUNG NITRA FADHILLAH ALFISYAHRIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Distribusi Logam Berat Timbal (Pb) dalam Daging Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2013 Nitra Fadhillah Alfisyahrin NRP C24080079 ABSTRAK NITRA FADHILLAH ALFISYAHRIN. Distribusi Logam Berat Timbal (Pb) dalam Daging Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung. Dibimbing oleh M. MUKHLIS KAMAL dan YUNIZAR ERNAWATI. Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) merupakan ikan introduksi yang sudah ditemukan di berbagai perairan umum termasuk sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung banyak menerima beban pencemaran, termasuk logam berat, sehingga diduga ikan-ikan yang ada di dalamnya sudah terkontaminasi logam berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan timbal (Pb) dalam tubuh ikan sapu-sapu, serta memberikan rekomendasi pengelolaan di Sungai Ciliwung. Ikan sapu-sapu ditangkap dari tiga lokasi yaitu Bogor (hulu), Depok (tengah), dan Jakarta (hilir). Logam Pb dianalisa dari daging ikan sapu-sapu dengan metode AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Pb pada ikan di stasiun Bogor, Depok dan Jakarta yaitu sebesar 2.63 ± 1.43, 3.45 ± 2.42, dan 2.64 ± 1.88 mg/kg. Sementara kandungan logam dalam sedimen menunjukkan nilai yang meningkat dari hulu ke hilir yaitu sebesar 7.23, 7.97, dan 8.90 mg/kg. Data monitoring BPLHD Jakarta (2011), kandungan logam Pb di perairan adalah <0.023 mg/l. Kandungan Pb dalam daging ikan telah melewati baku mutu, sehingga sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Sumber potensi pencemaran logam Pb di lokasi adalah sampah dan kendaraan yang berbahan bakar timbal, sehingga pengawasan terhadap sumber tersebut harus ditingkatkan. Kata kunci : Sungai Ciliwung, ikan sapu-sapu, pencemaran timbal. ABSTRACT NITRA FADHILLAH ALFISYAHRIN. Spatial Analysis Lead Metal (Pb) in Suckermouth Catfish (Pterygoplichthys pardalis) in Ciliwung River. Supervised by M. MUKHLIS KAMAL and YUNIZAR ERNAWATI. Suckermouth catfish (Pterygoplichthys pardalis) is an introducted fish that found in a variety of inland waters including Ciliwung River. Ciliwung river also receives pollution loads, including heavy metals, therefore it is suggested that fish in the river has been contaminated by heavy metal. The objective of this study is to determine the concentration of lead in suckermouth and provide recommendation on river management. The fish were collected from Bogor, Depok, and Jakarta, representing upstream, middle, and downstream of the river. Lead concentration in flesh with AAS instrumental. The results showed that the content of Pb in fish at Bogor, Depok and Jakarta are 2.63 ± 1.43, 3.45 ± 2.42, and 2.64 ± 1.88 mg/kg. In addition the content of metal in sediment showed higher values from upstream to downstream, they are 7.23, 7.97 and 8.90 mg/kg. Monitoring data from BPLHD Jakarta (2011), Pb metal content in the water is <0.023 mg/l. Lead content in fish flesh passed quality standard, so it is not suitable for consumption. Potential source of lead pollution at the site is garbage and vehicles, so that source control should be improved. Keywords : Ciliwung River, Suckermouth Catfish, lead contamination. DISTRIBUSI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DALAM DAGING IKAN SAPU-SAPU (Pterygoplichthys pardalis) DI SUNGAI CILIWUNG NITRA FADHILLAH ALFISYAHRIN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Judul Skripsi : Distribusi Logam Berat Timbal (Pb) dalam Daging Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung Nama : Nitra Fadhillah Alfisyahrin NRP : C24080079 Disetujui oleh Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc Pembimbing I Dr Ir Yunizar Ernawati, MS Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus: 24 April 2013 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Distribusi Logam Berat Timbal (Pb) dalam Daging Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung; disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada September 2012 sampai Desember 2012, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak membantu dalam memberikan fasilitas, dana, masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa juga kepada semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materi demi terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu Anna, Mbak Farila, Bang Aris, dan segala pihak yang telah membantu. Terima kasih kepada Puspa, Lodi, Hardi, Anggresia, Ria, Sakina, Alfa, dan teman-teman MSP angkatan 45 yang selalu memberikan semangat. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 2013 Nitra Fadhillah Alfisyahrin DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 METODOLOGI PENELITIAN 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Metode di Lapangan 2 Analisis Sampel Ikan di Laboratorium 3 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Kondisi Stasiun Pengamatan 5 Konsentrasi Logam Berat Pb dalam Daging Ikan Sapu-sapu 6 Konsentrasi Logam Pb di sungai Ciliwung 9 Analisa Resiko dan Pengelolaan KESIMPULAN DAN SARAN 10 11 Kesimpulan 11 Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 12 LAMPIRAN 15 RIWAYAT HIDUP 20 DAFTAR TABEL 1 Kategori sumber dan tipe limbah 2 Matrik korelasi antara panjang total (cm), bobot (g), dan faktor kondisi (K) terhadap konsentrasi logam Pb dalam daging ikan sapu-sapu 7 8 DAFTAR GAMBAR 1 Lokasi penelitian ikan sapu-sapu di sungai Ciliwung daerah hulu (Kota Bogor), tengah (Kota Depok), hilir (Jakarta) 2 Rata-rata kandungan logam berat Pb dalam daging ikan sapu-sapu selama penelitian. 3 Konsentrasi logam Pb dalam sedimen pada bulan Oktober 3 7 10 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 Foto lokasi penelitian Bogor, Depok dan Jakarta Perhitungan selang kelas (penentuan ukuran kecil, sedang dan besar) Contoh perhitungan kandungan logam berat Pb Contoh perhitungan batas aman konsumsi Data konsentrasi logam Pb selama penelitian di tiga lokasi Perhitungan ANOVA dengan Software spss 18.00 Uji lanjut Beda nyata terkecil menggunakan software spss 18.00 Contoh perhitungan faktor kondisi 15 16 16 16 17 18 19 19 PENDAHULUAN Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang mengalir dari bagian hulu Tugu Puncak, Kabupaten Bogor hingga Teluk Jakarta dengan panjang aliran sekitar 117 km dengan luas daerah aliran sungai mencapai 387 km2 (Hendrayanto 2008). Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai memanfaatkan air sungai sebagai kebutuhan rumah tangga. Pemanfaatan lainnya adalah untuk kegiatan pertanian dan industri. Sumber pencemaran di sungai Ciliwung berasal dari limbah rumah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limbah peternakan (Kusmana 2003). Sungai Ciliwung memiliki baku mutu air kelas IV bagian hulu dan tengahnya, namun pada bagian hilir sudah tidak masuk kedalam baku mutu yang ditetapkan oleh PP No.82 Tahun 2001 (Moersidik dan Widhiasari 2011). Baku mutu air kelas IV diperuntukan mengairi pertamanan dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (PP 2001). Salah satu pencemaran yang terjadi di sungai Ciliwung adalah pencemaran logam berat timbal (Pb). Pencemaran Pb di kolom air sungai Ciliwung khususnya di Jakarta tidak melebihi batas baku mutu yang ditetapkan (BPLHD DKI Jakarta 2011), namun di sedimen sungai Ciliwung dari hulu hingga hilir mengandung logam berat timbal (Pb) dengan kisaran nilai 3.8 – 49 mg/kg (KLH 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Hadiaty (2011) menyatakan bahwa diversitas ikan di sungai Ciliwung terdapat 20 spesies yang termasuk ke dalam 13 famili. Salah satu ikan yang dapat bertahan hidup adalah ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis). Ikan sapu-sapu atau suckermouth catfish merupakan ikan introduksi dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Pound et al. 2010) yang dibawa oleh para hobiis, kemudian masuk ke dalam perairan umum secara di sengaja maupun tidak disengaja (Ploeg 2008). Suckermouth catfish memiliki organ pernafasan tambahan (Fernandes-Castillo et al. 2007) dan memiliki sisik yang sangat keras. Selain itu, Suckermouth catfish ini berpotensi terkontaminasi logam berat akibat dari pencemaran yang terjadi di Ciliwung. Hal ini sebagaimana dibuktikan oleh Ratmini (2009) yang menyatakan dalam hasil penelitiannya pada tahun 2006 bahwa ikan sapu-sapu yang ditangkap di sungai Ciliwung mengandung logam Pb meskipun kadarnya tidak melebihi standar yang ditetapkan. Sebagian orang memanfaatkan ikan tersebut sebagai bahan pangan. Beberapa contoh produk yang menggunakan daging ikan sapu-sapu adalah siomay, bakso (Aziz 2010), otak-otak (Mahdiah 2002), dan keripik (Nurmala et al. 2007). Makanan yang mengandung logam berat khususnya timbal (Pb) dapat menyebabkan penyakit yang bersifat akut maupun kronis. Efek akut dari Pb adalah sakit kepala, mudah marah dan sakit perut sedangkan efek kronisnya adalah sakit perut, sembelit, anemia, pucat, terganggunya reproduksi, terganggunya perkembangan saraf janin dan mengurangi kapasitas belajar anak (Jorhem 2003). Efek dari keracunan Pb tergolong berbahaya, sehingga diperlukan penelitian tentang kandungan Pb pada daging ikan sapu-sapu yang berasal dari Sungai Ciliwung. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi logam berat Pb pada daging ikan sapu-sapu di sungai Ciliwung. Konsentrasi logam tersebut dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah serta mengkaji efek biologis 2 dari pencemaran. Hasil penelitian ini pun diharapkan dapat menilai apakah daging ikan sapu-sapu masih layak untuk dikonsumsi, serta merekomendasikan pengelolaan khususnya untuk mengurangi kandungan logam Pb di sungai Ciliwung. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan contoh ikan sapu-sapu dilakukan di tiga lokasi berbeda pada aliran sungai Ciliwung yaitu Bogor, Depok, dan Jakarta. Penangkapan ikan sapusapu dilaksanakan satu bulan sekali mulai bulan September 2012 hingga Desember 2012, namun pada bulan November terjadi peningkatan curah hujan yang menyebabkan banjir di sungai Ciliwung sehingga sulit untuk menangkap ikan sapu-sapu di Jakarta sehingga penangkapan ikan sapu-sapu diundur pada bulan Desember. Pengambilan sedimen sungai Ciliwung hanya dilaksanakan pada bulan Oktober 2012. Pembedahan dan pengambilan daging ikan sapu-sapu dilakukan di Laboratorium Biologi Makro I (BIMA) dan analisis sampel kandungan logam berat pada bulan pertama dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan FPIK – IPB dan Lab FMIPA Terpadu. Analisis sampel kandungan logam berat pada bulan kedua dan ketiga dilakukan di Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB – Bogor. Metode di Lapangan Penentuan stasiun terdapat di tiga tempat yakni mewakili bagian hulu (Bogor), tengah (Depok), dan hilir (Jakarta) (Gambar 1). Lokasi Bogor adalah Kebun Raya Bogor (KRB) yang berada pada koordinat T 106º48’5.41’’ dan S 6º36’3.86"; Depok lokasinya di Jl. Ir. H. Juanda, T 106º50’19.5” dan S 6º22’33.27”; Jakarta lokasinya berada di Jl. Gunuk, Pasar Minggu, T 106º51’0.77” dan S 6º17’33.15”. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa tingkat pencemaran yang berbeda dari hulu ke hilir. Untuk memperluas fakta di lapangan maka dilakukan wawancara dengan penduduk sekitar lokasi. Ikan sapu-sapu ditangkap dengan jala lempar bermata jaring 2 inch dengan bantuan nelayan setempat. Ikan yang ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik (trashbag) atau karung untuk dibawa ke laboratorium BIMA 1 untuk analisis. Ikan contoh yang tidak sempat dianalisis dimasukkan ke dalam freezer, sehingga pada saat pengambilan daging masih dalam kondisi yang segar. Sedimen sungai yang diambil adalah sedimen yang menjadi daerah atau habitat ikan biasa ditangkap. Sedimen diambil dengan cara manual dimasukkan ke dalam kantong plastik dan ditandai dengan kertas label kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis logam berat. Selain aktivitas di lapangan dan laboratorium, dilakukan pula mencari dan mengunduh beberapa hasil monitoring di sungai Ciliwung dari instansi pemerintah dan jurnal sebagai data sekunder. 3 Gambar 1. Lokasi penelitian ikan sapu-sapu di sungai Ciliwung daerah hulu (Kota Bogor), tengah (Kota Depok), dan hilir (Jakarta) Analisis Sampel Ikan di Laboratorium Ikan sapu-sapu yang telah diawetkan di dalam freezer diencerkan dahulu dengan air agar tidak terlalu beku dalam pengukuran panjang dan beratnya. Panjang ikan yang diamati adalah panjang total yang diukur dengan penggaris berketelitian 1 mm. Berat ikan yang diamati adalah berat total ikan yang diukur dengan timbangan merk Nagako dengan ketelitian 10 g. Untuk analisis kandungan Pb, daging ikan diambil dengan menggunakan gunting dan pinset sebanyak 5-10 g, kemudian daging tersebut dimasukkan ke dalam plastik yang diberi label, dan dimasukkan ke dalam freezer agar daging ikan tidak rusak. Sebelum dianalisis di laboratorium, sampel daging ikan yang dianalisa Pbnya untuk setiap lokasi, waktu pengambilan, dan ukuran masingmasing sebanyak 3 ekor. Analisa logam berat Pb memerlukan beberapa tahapan, yaitu tahap destruksi, pembuatan larutan blanko, pengukuran, dan penghitungan Pb dalam sampel yang dianalisis menggunakan AAS. Analisa Pb mengikuti SNI 2354.5 (2011) pada Lab Produktivitas dan Lingkungan Perairan – MSP dan Lab FMIPA Terpadu pada bulan September, dan metode APHA ed. 21th 3111 B (2005) pada Lab Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB pada bulan Oktober dan Desember. 4 Analisis Data Pengukuran panjang dilakukan untuk mengetahui sebaran kelas ukuran ikan dengan menggunakan sebaran frekuensi panjang. Sebaran frekuensi panjang dapat dinyatakan dalam rumus. Lebar kelas = - Lebar kelas digunakan sebagai penentu selang panjang dan memasukkan frekuensi dari masing-masing ukuran kelas, yang terdiri dari tiga yaitu kecil, sedang dan besar. Panjang dan berat ikan dapat menggambarkan ukuran besarnya ikan, sehingga dapat diketahui apakah adanya hubungan antara ukuran ikan dengan besarnya konsentrasi logam. Ukuran atau umur ikan dapat mempengaruhi akumulasi logam Pb pada seluruh tubuh atau salah satu jaringan pada ikan. Hubungan panjang dan berat ikan dan konsentrasi logam perlu dilakukan analisis korelasi Pearson. Nilai korelasi disebut dengan nilai r, intrepretasi nilai r menunjukkan tingkat rendah atau tingginya nilai korelasi antara dua variabel yaitu hubungan panjang ikan dan konsentrasi logam dalam daging. Perhitungan nilai r dilakukan dengan software Ms. Excel 2007. Adapun interpretasinya menurut Usman dan Akbar (2008) yaitu r = 0 (tidak memiliki korelasi), r = 0.01-0.20 (sangat rendah), r = 0.21-0.40 (rendah), r = 0.41-0.60 (agak rendah), r = 0.61-0.80 (cukup), r = 0.810.99 (tinggi), dan r = 1 (sangat tinggi). Perhitungan faktor kondisi dilakukan untuk mengetahui efek biologis dari pencemaran logam. Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokan ikan dengan angka. Nilai faktor kondisi dapat dihitung dengan rumus Fulton (Authman 2008). ⁄ Ket : W= Berat tubuh (gram) ; L = Panjang total (cm) Hasil analisa logam berat pada Sungai Ciliwung untuk melihat pencemaran logam berat PB dibandingkan dengan Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam makanan menurut SNI (2009) untuk ikan dan hasil olahannya adalah 0.3 mg/kg. Standar baku mutu US-EPA (US Enviromental Protection Agency) untuk sedimen yaitu 5 mg/kg. Spektrofotometrik Serapan Atom (AAS) yang didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yaitu banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus dengan kadar zat. Konsentrasi logam berat yang sebenarnya digunakan rumus : Keterangan : D E Fp V W : konsentrasi contoh μg/l dari hasil pembacaan AAS. : konsentrasi blanko contoh μg/l dari hasil pembacaan AAS. : faktor pengenceran. : volume akhir larutan contoh yang disiapkan (ml). : berat contoh (g). 5 Perhitungan batas aman konsumsi digunakan untuk mengurangi dampak yang akan ditimbulkan oleh keracunan Pb. Menurut WHO, batas aman konsumsi ini dapat dihitung sebagai berikut. PTWI (Provisional Tolerable Weekly Intake/Asupan yang ditoleransi untuk seminggu) untuk Pb adalah sebesar 0.025 mg/kg BB (SNI 2009). Data rata-rata logam Pb dari Bogor, Depok dan Jakarta dianalisis statistik menggunakan metode ANOVA dua arah dengan faktor pertama yaitu waktu pengamatan dan faktor kedua yaitu lokasi pengamatan, dengan uji Beda Nyata Terkecil sebagai uji lanjut. Analisis statistik menggunakan bantuan software SPSS 18.00. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Stasiun Pengamatan Bogor Pengambilan ikan sapu-sapu di Bogor dilakukan di sungai Ciliwung di Kebun Raya Bogor (KRB). Titik lokasi sampling tersebut telah melewati daerah padat pemukiman penduduk sebelum memasuki KRB. Selain itu air sungai di lokasi sampling tergolong dangkal dan air sungai masih terlihat jernih. Banyak aktifitas manusia yang terjadi baik di badan sungai maupun pada daratannya. Aktifitas manusia di badan sungai biasanya adalah aktifitas memancing. Tingginya pemukiman penduduk yang berada di sekitar lokasi sungai dapat mencemari air sungai dengan limbah domestik dan sampah, selain itu terdapat jalan raya yang sering dilalui oleh kendaraan yang juga dapat menimbulkan pencemaran. Air sungai Ciliwung di KRB didominasi oleh bebatuan yang besar maupun kecil di badan sungai dan bantaran sungainya pun sudah disemen. Di badan sungai terdapat kumpulan sampah yang terkumpul di sekitar pinggiran sungai. Menurut penduduk setempat, ikan sapu-sapu ditangkap apabila hanya ada pemesan saja. Jumlah ikan sapu-sapu yang ditangkap sebanyak 23 – 54 ekor ikan. Ukuran ikan yang tertangkap di Bogor berkisar 32 – 54 cm. Depok Pengambilan ikan sapu-sapu di Depok dilakukan di Sungai Ciliwung di Ir. H. Juanda. Titik lokasi sampling tersebut berada di daerah padat pemukiman dan di sekitarnya banyak jalan-jalan besar yang biasa dipadati oleh kendaraan. Berbeda dengan stasiun pengamatan yang berada di Bogor bantaran sungai tidak disemen sehingga dapat memungkinkan adanya tanah yang ikut terbawa air sungai sehingga air pun menjadi berwarna kecoklatan. Sedimen sungai didominasi oleh lumpur dan beberapa batuan besar, bantaran sungai masih dikelilingi oleh pohon-pohon yang rindang. Disekitar lokasi pengamatan terdapat limbah rumah tangga yaitu sampah di bantaran sungai maupun yang tersangkut di bebatuan. 6 Pada bagian pinggir sungai memiliki arus yang pelan namun di tengah sungai memiliki arus yang cukup deras dari pengamatan secara langsung. Menurut penduduk setempat pada sekitar lokasi stasiun terdapat nelayan yang sering melakukan penangkapan ikan sapu-sapu yang dijual sudah dalam bentuk fillet daging. Jumlah ikan sapu-sapu yang ditangkap sebanyak 17 – 35 ekor ikan. Ukuran ikan yang tertangkap di Depok berkisar 26 – 41.5 cm. Jakarta Pengambilan ikan sapu-sapu di Jakarta dilakukan di Sungai Ciliwung di Jl. Gunuk, Pasar Minggu. Titik lokasi sampling tersebut berada pada daerah padat pemukiman. Air sungai yang melewati stasiun ini sudah berwarna kecoklatan. Arus air pun tidak terlalu cepat pada saat pengamatan. Sedimen sungai didominasi oleh lumpur dan sampah. Stasiun pengamatan ini berada di daerah padat pemukiman. Berdasarkan hasil wawancara terhadap penduduk setempat bahwa dilokasi ini sering dilakukan penangkapan ikan sapu-sapu. Penangkapan ikan sapu-sapu dilakukan oleh nelayan dari penduduk setempat itu sendiri maupun orang luar yang bukan berasal dari daerah setempat yang melakukan penangkapan ikan sapusapu selama 2 kali dalam 1 bulan, dalam usaha penangkapan ikan tersebut nelayan dari luar selalu menggunakan getek (perahu rakitan) yang kemudian menyusuri sungai hingga ke daerah Depok. Jumlah ikan sapu-sapu yang ditangkap sebanyak 18 – 42 ekor ikan. Ukuran ikan yang tertangkap di Jakarta berkisar 10.8 – 38.5 cm Potensi Pencemaran di Lokasi Stasiun Ketiga lokasi stasiun pengamatan dapat dikatakan bahwa yang paling berpotensi menjadi pencemaran adalah limbah domestik dan sampah yang berada di bantaran sungai maupun di badan sungai Ciliwung. Proses dekomposisi sampah menghasilkan air lindi dan gas (Pohland dan Harper 1985). Air lindi dapat mengandung bahan organik maupun anorganik yang mengandung berbagai mineral dan logam seperti timbal (Sudarwin 2008). Tipe limbah utama yang berada di daerah tiga lokasi stasiun dapat menghasilkan air lindi (Tabel 1). Kuantitas dan kualitas air lindi dipengaruhi oleh iklim. Infiltrasi air hujan dapat membawa kontaminan dari tumpukan sampah dan memberikan kelembaban yang dibutuhkan bagi proses penguraian (Pohland dan Harper 1985). Selain itu banyaknya kendaraan yang melewati suatu perairan juga menjadi sumber pencemaran logam Pb, area dengan lalu lintas yang padat sekitar 15 000 kendaraan perhari dapat meningkatkan kandungan Pb sebanyak 92% dibandingkan dengan area dengan lalu lintas < 50 kendaraan perharinya (Sorensen 1991). Konsentrasi Logam Berat Pb dalam Daging Ikan Sapu-sapu Analisis kandungan logam Pb dalam daging ikan sapu-sapu dilakukan selama tiga bulan yaitu September, Oktober dan November. Nilai kandungan Pb diukur berdasarkan ukuran ikan yaitu kecil (10.8 – 27.7 cm), sedang (27.8 – 44.7 cm) dan besar (44.8 – 61.7 cm). Konsentrasi logam Pb selama penelitian yaitu <0.03 – 7.90 mg/kg.. Kandungan Pb selama penelitian di stasiun pengamatan 7 Bogor, Depok dan Jakarta masing-masing memiliki nilai rata-rata 2.63 ± 1.43, 3.45 ± 2.42, dan 2.64 ± 1.68 mg/kg, sehingga rata-rata keseluruhan yaitu sebesar 2.88 ± 1.93 mg/kg. Rata-rata kandungan logam berat Pb tersebut sudah melewati baku yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu 0.30 mg/kg (Gambar 2). Perbedaan stasiun pengamatan dan interaksi terhadap perbedaan stasiun pengamatan dengan perbedaan bulan penangkapan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap konsentrasi kandungan logam Pb dalam daging ikan (p > 0.05). Perbedaan bulan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap konsentrasi logam Pb (p > 0.05). Perbedaan yang signifikan terjadi pada bulan September berdasarkan uji BNT (p > 0.01). Tabel 1. Kategori sumber dan tipe limbah Sumber Limbah yang dihasilkan Limbah Perumahan Produk kertas, plastik, gelas, abu, limbah makanan. Pertanian Limbah hasil panen, limbah makanan, sampah, kimia Komersial Produk kertas, limbah makanan, rongsokan, reruntuhan konstruksi, abu Kota Produk kertas, abu, limbah makanan, sludge selokan Industri Sludge biologis dan kimia, produk kertas, abu, reruntuhan konstruksi Sumber : Pohland dan Harper (1985) 8 7 Konsentrasi (mg/kg) SNI M2 M2 M2 6 5 M2 M2 M2 4 3 M1 M1 2 M1 1 S O N R S O N R S O D R Bogor Depok Stasiun Jakarta 0 Ket : S = September O = Oktober N = November D = Desember M1 = Metode SNI SNI 2354.5 M2 = Metode APHA ed. 21th 3111 B R = Rata-rata selama 3 bulan Gambar 2. Rata-rata kandungan logam berat Pb dalam daging ikan sapu-sapu selama penelitian 8 Tabel 2. Matrik korelasi antara panjang total (cm), bobot (g), dan faktor kondisi (K) terhadap konsentrasi logam Pb dalam daging ikan sapu-sapu Panjang Total Bobot ikan K 0.0241 0.1790 0.3445 Bogor 0.1268 0.0663 -0.0037 Depok 0.2558 0.0911 -0.4000 Jakarta Rata – rata tertinggi konsentrasi logam Pb dalam daging ikan berada di lokasi Depok, tingginya konsentrasi tersebut dapat berasal dari banyaknya masukan pencemaran yang berada di lokasi. Lokasi stasiun tersebut dekat dengan jalan raya dengan jumlah kendaraan yang padat setiap harinya. Menurut Ling et al. (2012) musim hujan dapat meningkatkan kandungan logam berat di air dan peningkatan Pb dapat dipengaruhi oleh banyaknya kendaraan yang melewati lokasi perairan dalam satu hari (Sorensen 1991). Kecilnya nilai konsentrasi logam Pb pada bulan September adalah rendahnya intensitas hujan yang dapat mempengaruhi masukan beban pencemaran logam Pb yang berada di sungai yang berasal dari sampah maupun dari asap kendaraan. Menurut Olojo et al. (2012) terjadi peningkatan kandungan Pb dalam ikan pada musim hujan. Beberapa konsentrasi logam dalam ikan lebih tinggi atau dapat ditemukan dalam musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau (Chavez et al. 2006). Nilai koefisien korelasi antara panjang ikan dan konsentrasi logam tergolong rendah, begitu pula dengan berat ikan dan konsentrasi namun nilai tersebut tergolong sebagai korelasi yang positif (Tabel 2). Vinikour et al. 1980 in Sorensen 1991, menyatakan bahwa konsentrasi logam Pb di seluruh tubuh ikan tidak berkorelasi dengan ukuran ikan pada beberapa ikan di Sungai Fox, Illinois, Amerika. Namun berbeda dengan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dilakukan oleh Authman 2008, bahwa hubungan panjang, berat, dan umur memiliki korelasi positif dan sangat erat kaitannya dengan konsentrasi logam dalam daging ikan. Faktor kondisi sendiri sangat bervariasi dengan perbedaan habitat ikan, nilai K di Bogor memiliki nilai yang positif sedangkan Depok dan Jakarta memiliki korelasi yang negatif (Tabel 2). Faktor kondisi ikan di Bogor, Depok dan Jakarta masing-masing berkisar antara 0.3506 – 1.0737, 0.5588 – 1.0717, dan 0.5119 – 1.1413, dengan rata-rata 0.8582, 0.7849, dan 0.7599. Korelasi yang negatif terhadap faktor kondisi dan konsentrasi logam berat dapat didasarkan oleh ukuran ikan yang mengandung logam berat. Ukuran ikan yang masih kecil hanya memiliki jumlah kadar lemak yang sedikit dalam jaringannya (Authman 2008). Kadar logam berat yang terdapat dalam tubuh organisme perairan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar logam berat yang terdapat dalam lingkungan hidupnya (Bryan 1976), namun kandungan logam pada sedimen lebih tinggi daripada dalam air dan ikan (Demirak et al. 2006), pada data pemantauan kualitas air memiliki nilai yang lebih rendah dari konsentrasi logam pada daging dan lebih kecil dari konsentrasi logam yang berada pada sedimen. Penyerapan toksikan bagi biota ada tiga cara yaitu pernafasan (insang), penyerapan dari air ke dalam permukaan tubuh dan dari makanan, partikel atau air yang dicerna melalui sistem pencernaan. Kecepatan penyerapan dipengaruhi oleh perubahan dalam 9 faktor fisika-kimia (misal : suhu, pH, dan kadar garam) dan ciri-ciri fisiologi dan perilaku makhluk hidup tersebut (Connel dan Miller 1995). Konsentrasi Logam Pb di sungai Ciliwung Kandungan logam berat Pb pada sungai Ciliwung bukan hanya berasal secara alamiah saja, namun juga tidak terlepas dari aktivitas manusia yang tinggal di DAS Ciliwung. Tinggi rendahnya konsentrasi logam berat disebabkan oleh jumlah masukan limbah logam berat ke perairan. Semakin besar limbah yang masuk ke dalam perairan, semakin besar konsentrasi di perairan. Sungai Ciliwung memiliki sumber pencemaran yang berasal dari limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limbah peternakan (Kusmana 2003). Ketiga lokasi stasiun memiliki sumber pencemaran yang merupakan dari limbah domestik. Logam berat yang masuk ke dalam perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan (Hutagalung 1984). Konsentrasi logam Pb yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya kandungan logam Pb yang berada di sedimen sungai dan biota sungai Ciliwung yaitu ikan sapu-sapu. Hasil yang diperoleh dapat menunjukkan kondisi lingkungan di sungai Ciliwung. Konsentrasi Pb dalam Air dan Sedimen Timbal (Pb) pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi, kelarutan timbal pun cukup rendah sehingga kadar timbal dalam air relatif sedikit. Perairan tawar alami memiliki kadar timbal sekitar 0.025 mg/L. (Effendi 2003). Data konsentrasi logam Pb di sungai Ciliwung didapatkan dari BPLHD DKI Jakarta tahun 2011. Nilai konsentrasi Pb relatif stabil selama bulan Juli, September, Oktober, dan Desember pada tahun 2011 di sungai Ciliwung pada daerah Jakarta yaitu sebesar <0.023 mg/L. Hasil pengamatan kandungan logam berat Pb dalam sedimen pada bulan Oktober di sungai Ciliwung di bagian hulu (Bogor), tengah (Depok), dan hilir (Jakarta) diperoleh nilai sebesar 7.23 mg/kg pada bagian hulu, pada bagian tengah diperoleh nilai sebesar 7.97 mg/kg, dan bagian hilir diperoleh nilai sebesar 8.90 mg/kg (Gambar 3). Menurut KLH (2011) kandungan logam Pb di Sungai Ciliwung dari hulu hingga hilir memiliki nilai yang sangat bervariatif dengan kisaran 3.8 – 49 mg/kg. Data tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi Pb di kolom air sungai Ciliwung sangat kecil. Menurut Darmono (2006) bahwa konsentrasi logam toksik seperti Cd, Pb, Hg, dan As dalam lingkungan perairan secara alamiah biasanya sangat kecil. Nilai Pb secara alamiah di air sungai sebesar 0.003 mg/L (Waldichuk 1974) dan nilai baku mutu Pb di air sungai menurut SK Gubernur DKI Jakarta No 582 th 1995 sebesar 0.1 mg/L. Nilai kandungan logam berat di air sungai dapat dipengaruhi secara positif oleh Ca, DO, NH3, COD, Sulfat, NO2 dan NO3, dan secara negatif oleh suhu, pH, silicon dan PO4 (Toufeek 2011) 10 10 9 8 (mg/kg) 7 6 US EPA 5 4 3 2 1 0 Bogor Depok Jakarta Gambar 3. Konsentrasi logam Pb dalam sedimen pada bulan Oktober Sudarwin (2008) menyatakan bahwa sedimen yang jaraknya mendekati tumpukan sampah yang dapat menghasilkan air lindi memiliki nilai kandungan timbal (Pb) yang lebih tinggi dibandingkan yang jaraknya jauh dari tumpukan sampah dan sebelum tumpukan sampah pada sedimen sungainya. Selain itu, kecepatan arus dan lama sedimentasi pun juga mempengaruhi nilai konsentrasi logam di sedimen (Demirak et al 2006). Nilai konsentrasi logam Pb di sedimen yang diperoleh dapat dilihat bahwa pada bagian hulu, tengah, dan hilir memiliki nilai kandungan logam berat Pb yang semakin tinggi ke arah hilir. Berdasarkan nilai konsentrasi logam Pb di sedimen pada setiap stasiun maka telah melebihi standar EPA (United States Enviromental Protection Agency) yaitu 5 mg/kg. Hal ini pun sesuai dengan pernyataan Sjafri (1988) bahwa umumnya kandungan logam berat mengalami kenaikan pada daerah lokasi tengah dan hilir sungai. Hal ini dapat terjadi karena pada bagian hilir dapat terjadi kenaikan kandungan logam berat yang disebabkan oleh aliran sungai yang menuju ke daerah hilir membawa sedimen-sedimen yang sudah membawa logam berat dari hulu. Analisa Resiko dan Pengelolaan Penelitian logam berat Pb pada daging ikan sapu-sapu dan sedimen di sungai Ciliwung yang dilakukan selama bulan September sampai Desember menunjukkan adanya pencemaran logam berat khususnya Pb pada daging ikan sapu-sapu bahkan nilai kandungan konsentrasi logam Pb sudah melewati baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam SNI. Terkontaminasinya daging ikan sapu-sapu dan sedimen di sungai Ciliwung juga membuktikan bahwa air yang mengalir di sungai Ciliwung sudah tercemar berat dan sungai Ciliwung sendiri pun sudah masuk ke dalam baku mutu kelas IV pada bagian hulu dan tengah dan sudah tidak memasuki baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pada hilir sungai (Moersidik dan Widhiasari 2011). Tercemarnya sungai Ciliwung 11 dapat memberikan efek yang negatif terhadap lingkungan dan biota yang berada di dalamnya. Berdasarkan Badan Standardisasi Nasional (SNI 7387:2009) tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pagan, bahwa ambang batas maksimum kadar logam berat Pb sebesar 0.3 mg/kg untuk ikan dan hasil olahannya. Maka logam Pb yang terkandung dalam daging ikan sapu-sapu dari sungai Ciliwung yaitu sebesar 2.88 ± 1.93 mg/kg telah melebihi ambang batas yang diperbolehkan dalam makanan. Nilai PTWI logam Pb sebesar 0.025 mg/kg berat badan dalam satu minggu, sehingga batas maksimum yang diperoleh untuk mengkonsumsi daging ikan sapu-sapu sebesar 8.68 g/kg berat badan dalam satu minggu. Namun kandungan logam Pb tersebut sudah melewati baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah, bahkan hampir 10 kali lipat dari baku mutu yang ditetapkan, sehingga mengkonsumsi daging ikan sapu-sapu sudah tidak diperbolehkan. Strategi pengawasan yang dapat dilakukan pada sungai Ciliwung adalah pengawasan sasaran. Pengawasan sasaran itu sendiri melingkupi pengaruh pencemar pada ekosistem alamiah dan biota yang berhubungan pada ekosistem tersebut. Pengawasan ini meliputi pengukuran kimiawi dan fisika dalam berbagai lokasi atau situasi, sebagai contoh, proses produksi, emisi ke lingkungan keberadaan dalam lingkungan, pada permukaan suatu sasaran dan di dalam suatu makhluk hidup (Connel dan Miller 1995). Monitoring sudah dilakukan oleh lembaga resmi pemerintah daerah dalam hal ini Badan Pengawasan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta. Upaya yang dapat dilakukan adalah pengelolaan sumber limbah yang berasal dari rumah tangga yaitu sampah dan mengurangi penggunaan bahan bakar bertimbal. Hal ini harus didukung oleh semua pihak yang terlibat yaitu pemerintah, institusi dan masyarakat itu sendiri. Karena pengawasan yang dapat dilakukan secara langsung dapat dilakukan oleh masyarakat, agar tidak membuang sampah ke sungai yang menjadi sumber utama pencemaran logam Pb dan melakukan memilah sampah yang dapat dijadikan peluang usaha pupuk kompos. Hal ini sudah dilakukan di Kampung Melayu, Jakarta Timur yang mengambil sampah organik yang berasal dari sungai Ciliwung menjadi kompos dari 50-80 kg sampah ditambah bahan pengurai bakteri dapat menghasilkan 100 kg kompos dalam waktu 1 hari dengan harga Rp 5 000 /kg kompos (Santosa et al. 2009). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Konsentrasi logam Pb pada daging ikan sapu-sapu di sungai Ciliwung stasiun Bogor, Depok dan Jakarta telah melewati baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 0.30 mg/kg, sehingga dapat dikatakan ikan sapu-sapu yang berasal dari sungai Ciliwung dapat dikatakan sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Selain itu nilai korelasi faktor kondisi dengan konsentrasi logam bervariasi terhadap ukuran ikan. 12 Saran Pengawasan terhadap sampah di sungai Ciliwung harus di tingkatkan, terutama oleh pemerintah dan masyarakat di sekitar bantaran sungai Ciliwung yang memiliki peranan penting terhadap pengelolaan sampah. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek biologis dari kontaminasi logam Pb terhadap ikan sapu-sapu dan stasiun yang digunakan disesuaikan dengan stasiun yang di monitoring oleh pemerintah. DAFTAR PUSTAKA [APHA] American Public Health Association. 2005. Standard method for the examination of water & wastewater ed 21 th 3111B. Eaton AD, Franson MAH, editor. APHA. Authman MMN. 2008. Oreochromis niloticus as a biomonitor of heavy metal pollution with emphasis on potential risk and relation to some biological aspects. Global Veter. [Internet]. [diunduh 2012 Mei 03]; 2 (3): 104-109. Tersedia pada : http://idosi.org/gv/gv2(3)08/3.pdf Aziz SA. 2010. Awas! Siomay dan Bakso Berbahan Baku Ikan Sapu-sapu. Kompas. [Internet]. [2012 Mei 07]. Tersedia pada : http://kesehatan.kompasiana.com /makanan/2010/07/16/awas-siomay-danbakso-berbahan-baku-‘-sapu- p ”/ .html [BPLHD DKI Jakarta] Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jakarta. 2011. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2011. Jakarta (ID): BPLHD. Bryan GW. 1976. Heavy metal contamination in the sea. Johnston R. Marine Polution. New York (US): Academic Pr. Chavez HM, Casao EA, Villanueva EP, Paras MP, Guinto MC, Mosqueda MB. 2006. Heavy metal and microbial analysis of janitor fish. J. Environ. Sci. Manag. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 29]; 9(2): 31-40. Tersedia pada : http://journals.uplb.edu.ph/index.php/JESAM/article/download/4/3 Connel WD, Miller GJ. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Koestoer Y, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari : Chemistry and Ecotoxicology of Pollution. Darmono. 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta (ID): UI Pr. Demirak A, Yilmaz F, Tuna AL, Ozdemir N. 2006. Heavy metal in water, sediment and tissues of Leuciscus cephalus from a stream in southwestern Turkey. Chemosphere. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 30]; 63: 1451-1458. Tersedia pada : http://data2.xjlas.ac.cn:81/UploadFiles/sdz/cnki/%E5%A4% 96%E6%96%87/ELSEVIER/evironmental%20risk%20assessment/148.pdf Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Fernandes-Castillo M, Freitas EG, Giaquinto PC, Oliveira CPF, Almeida-Val VM, Val AL. 2007. Behavior and Adaptation of Air-breathing Fishes. Di dalam: 13 Fernandes MN, Rantin FT, Glass ML, Kapoor BG, editor. Fish Respiration and Environment. Science Pub. Enfield (US). Hlm 199-215. Hadiaty RK. 2011. Diversitas dan hilangnya jenis-jenis ikan di sungai Ciliwung dan sungai Cisadane [Study of fish diversity and the lost of fish species of river Ciliwung and river Cisadane]. Berita Biologi. 10(4) :491-504. Hendrayanto. 2008. Transboundary watershed management. A case study of upstream-downstream relationships in Ciliwung watershed. Proceedings of International Workshop on Integrated Watershed Management for Sustainable Water Use in a Humid Tropical Region, JSPS-DGHE Joint Research Project. Tsukuba. Oct 2007. Hutagalung HP. 1984. Logam berat dalam lingkungan laut. Oseana. 9:11-20 Jorhem L. 2003. Heavy Metal. Di dalam: ’M o PF, editor. Food Safety : Contaminants and Toxins. Cromwel Pr. Trowbridge (GB). Hlm. 199-215. [KLH] Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Deputi Bidang Pembinaan Sarana Tehnis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas Kementrian Lingkungan Hidup. 2011. Pemantauan kualitas air daerah aliran sungai Ciliwung 2011. Jakarta (ID): KLH Kusmana C. 2003. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu DAS Ciliwung. Laporan Akhir Rencana Pengelolaan DAS Terpadu [Laporan]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Ling TY, Kho CP, Nyanti L. 2012. Spatial and temporal variations of heavy metals in a tropical river. World Appl. Sci. J. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 18 ]; 16 (4):550-559. Tersedia pada : http://idosi.org/wasj/wasj16(4)12/ 12.pdf Mahdiah E. 2002. Pengaruh penambahan bahan pengikat terhadap karakteristik fisik otak-otak ikan sapu-sapu (Liposarcus pardalis) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Moersidik, Widhiasari R. 2011. Load capacity study of Ciliwung watershed [Internet]. [diunduh 2013 Januari 02]. Tersedia pada : http://konservasidas ciliwung.files.wordpress.com/2012/05/47881535-daya-tampung-bebanpencemaran-das-ciliwung.pdf Nurmala M, Zahiruddin W, Tunjungsari RM. 2007. Pemanfaatan ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) dalam pembuatan keripik ikan. Konferensi Sains Kelautan dan Perikanan Indonesia I [Internet]. 2007 Jul 17-18; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): THP. hlm 113-124; [diunduh 2012 Mei 07]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51892/mala% 20nurimala.pdf?sequence=1 Olojo EAA, Olurin KB, Oluberu SA. 2012. Seasonal variation in the bioaccumulation of heavy metals in the tissues of Oreochromis niloticus and Chrysichthys nigrodigitatus in Lagos Lagoon Southwest Nigeria. Acad. J. Plant Sci. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 18 ]; 5(1): 12-17. Tersedia pada : http://www.idosi.org/ajps/5(1)12/3.pdf Ploeg A. 2008. Invasive species in our industry?. OFI. 58. Pohland FG, Harper SR. 1985. Critical review and summary of leachate and gas production from landfills. Cincinnati (US): US Enviromental Protection Agency Pound KL, Nowlin WH, Huffman DG, Bonner TH. 2010. Trophic ecology of a nonnative population of suckermouth catfish (Hypostomus plecostomus) in a 14 central Texas spring-fed stream. Environ Biol Fish. doi: 10.1007/s10641010-9741-7 [PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta. Ratmini NA. 2009. Kandungan logam berat timbal (Pb), mercuri (Hg), dan cadmium (Cd) pada daging ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) di sungai Ciliwung stasiun Srengseng, Condet dan Manggarai. Vis Vitalis [Internet]. [diunduh 2013 Januari 5] 2(1):1-7. Tersedia pada : http://biologi.unas.ac.id: 8080/publikasi/Logam%20berat%20pada%20ikan.pdf/ Roosmini D, Rachmatiah I, Suharyanto, Soedomo A, Hadisantosa F. 2006. Biomarker as an Indicator of River Water Quality Degradation. Bandung (ID): PROC. ITB Eng. Science. Santosa I, Wahyudi MZ, Napitupulu EL. 2009. Sampah ciliwung sumber rupiah. Kompas. [Internet]. [2013 Jan 07]. Tersedia pada : http://nasional. kompas.com/read/2009/01/30/0830372/sampah.ciliwung.sumber.rupiah Sjafri S. 1988. Distribusi kandungan logam berat di aliran sungai Cakung [Tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia [SNI] Standardisasi Nasional Indonesia. 2009. Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. [SNI] Standardisasi Nasional Indonesia. 2011. Cara uji kimia – Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. Sorensen EM. 1991. Metal Poisoning in Fish. Florida (US). CRC Pr. Sudarwin. 2008. Analisis spasial pencemaran logam berat (Pb dan Cd) pada sedimen aliran sungai dari tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Jatibarang Semarang [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Dipenogoro Semarang. Toufeek MEF. 2011. Distribution of cadmium and lead in Aswan reservoir and River Nile water at Aswan. World Appl. Sci. J. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 06]; 13(2): hlm 369-375. Tersedia pada: http://www.idosi.org/wasj /wasj13(2)/28.pdf Usman H, Akbar RPS. 2008. Pengantar Statistika edisi kedua. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Vinikour WS, Goldstein RM, Anderson RV. 1980. Bioconcentration patterns of zinc, copper, cadmium, and lead in selected fish species from the Fox River, Illionis. Bull. Environ. Contam. Toxicol. 24 (1): 727-734. doi: 10.1007/ BF01608180 Waldichuk M. 1974. Some biological concern in heavy metals pollution. Di dalam: Vernberg KJ dan Vernberg WB. Pollution and Physiology of Marine Organism. New York (US): Academic Pr. 15 Lampiran 1. Foto Lokasi Penelitian Bogor, Depok dan Jakarta (Maps.google.co.id dan Dokumentasi Pribadi) Lokasi Bogor Lokasi Depok Lokasi Jakarta 16 Lampiran 2. Perhitungan selang kelas (penentuan ukuran kecil, sedang dan besar) Data dihitung menggunakan data bulan September (pendahuluan) Panjang maksimal ikan = 59 cm Panjang minimal ikan = 10.8 cm Jumlah kelas = 3 (kecil, sedang dan besar) Lebar kelas = Selang Kelas Kecil 10.8-27.7 Sedang 27.8-44.7 Besar 44.8-61.7 - = – = 17 Batas Kelas Nilai Tengah 10.75-27.65 19.2 27.75-44.65 36.2 44.75-61.65 53.2 Lampiran 3. Contoh perhitungan kandungan logam berat Pb D E W = 0.0870 =0 = 10.3 g Fp V =1 = 100 ml = 0.8445 ppm Lampiran 4. Contoh perhitungan batas aman konsumsi Baku mutu yang ditetapkan WHO (PTWI) = 0.025 mg/kg BB/ minggu = 25 μg/kg BB/minggu Kadar Pb dalam daging = 2.88 mg/kg = 2.88 μg/g = 8.68 g/kg BB/ minggu Sehingga anak-anak dengan rata-rata Berat badan 23 kg = 23 x 8.68 = 199.65 g / minggu 17 Lampiran 5. Data konsentrasi logam Pb selama penelitian di tiga lokasi Sampel ke- Bobot ikan (g) Bogor Panjang ikan Konsentrasi (cm) (mg/kg) September 1 625 42 2 425 38 3 525 41 4 1390 54 5 1510 56.5 6 1200 50 Oktober 1 740 41 2 720 41 3 750 44 4 1040 49 5 860 48 6 1490 55 November 1 660 42 2 810 44 3 800 43.5 4 400 48.5 5 790 45 6 730 45 Rata-rata 869.17 ± 336.99 45.97 ± 5.30 Bobot ikan (g) Depok Panjang ikan Konsentrasi (cm) (mg/kg) Bobot ikan (g) Jakarta Panjang ikan Konsentrasi (cm) (mg/kg) 0.88 1.45 2.41 2.42 1.52 1.40 175 175 225 450 454 425 29 31 31.6 35 38 38 0.84 0.44 0.93 1.15 1.31 1.56 99 64 70 340 310 280 24.5 22 20.9 31 32 33 1.22 2.48 2.11 1.82 2.22 2.33 2.05 2.95 1.50 1.70 5.02 4.53 140 160 250 500 230 27 27.5 35.5 36 31.8 5.59 3.91 7.90 4.34 5.53 110 110 105 320 420 260 22 23.5 23 36 38.5 32.8 2.09 2.07 0.19 5.90 3.62 0.77 175 26 3.95 140 27.5 4.03 300 35.5 3.07 325 35 0.03 450 36 4.48 3.89 2.63 ± 1.43 285.88 ± 129.74 32.53 ± 4.11 100 24 80 23 100 23 160 31.5 250 34 120 28.5 3.45 ± 2.42 183.22 ± 112.50 27.96 ± 5.64 3.45 1.43 3.90 5.74 7.10 3.99 2.63 2.73 7.75 0.03 3.49 2.64 ± 1.68 18 Lampiran 6. Perhitungan ANOVA dengan Software spss 18.00 Jumlah Ulangan N Bulan Stasiun November 17 Oktober 17 Sept 18 Bogor 18 Depok 16 Jakarta 18 Dependent Variable:Konsentrasi Source Type III Sum Mean of Squares df Square F a Corrected 80.478 8 10.060 3.927 Model Intercept 452.189 1 452.189 176.514 Bulan 49.606 2 24.803 9.682 Stasiun 10.486 2 5.243 2.047 Bulan * 25.183 4 6.296 2.458 Stasiun Error 110.156 43 2.562 Total 622.865 52 Corrected 190.634 51 Total a. R Squared = ,422 (Adjusted R Squared = ,315) Sig. .001 .000 .000 .142 .060 Perbedaan bulan menunjukkan nilai yang sangat signifikan (sig tabel (0,000) < p (0,01)), sedangkan perbedaan stasiun dan interaksi antara bulan dan stasiun menunjukkan nilai yang tidak signifikan atau tidak nyata (sig tabel > p (0,05)). Maka yang perlu di uji lanjut hanya pada Variabel Bulan saja 19 Lampiran 7. Uji lanjut Beda nyata terkecil menggunakan software spss 18.00 Multiple Comparisons Dependent Variable:Konsentrasi (I) Bulan (J) Bulan 95% Confidence Interval Mean LSD Difference (I-J) .1194 2.0416* -.1194 November Oktober Sept Oktober November Std. Error .54899 .54131 .54899 Sept 1.9222* .54131 * Sept November -2.0416 .54131 * Oktober -1.9222 .54131 Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 2,562. *. The mean difference is significant at the 0,05 level. Ket : * merupakan beda nyata Lampiran 8. Contoh perhitungan faktor kondisi ⁄ Ikan ke -6 Bulan Sept, Bogor W = 1200 g L = 50 cm ⁄ Sig. .829 .000 .829 Lower Bound -.9877 .9500 -1.2265 Upper Bound 1.2265 3.1333 .9877 .001 .000 .001 .8305 -3.1333 -3.0138 3.0138 -.9500 -.8305 20 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1990 dari ayah Zulkifli dan ibu Tjitjih. Penulis adalah putra ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Depok dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Penerapan Komputer pada tahun ajaran 2010/2011 serta pernah menjadi anggota divisi Minat dan Bakat (2010) dan divisi Komunikasi dan Informasi (2011) Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER). Penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Distribus Logam Berat Timbal (Pb) pada Daging Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichtys pardalis) di Sungai Ciliwung” untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.