BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pepino Pepino dikenal dengan banyak nama seperti pepino melon, melumber, melon pear, tree melon, melon shrub, mellow fruit, atau melosa. Di Indonesia, pepino juga dikenal dengan nama buah husada dewa dan buah melodi ungu. Nama pepino sendiri berasal dari bahasa Spanyol, yaitu pepino dulce yang artinya mentimun manis karena rasanya yang mirip kombinasi antara mentimun dan melon. Klasifikasi pepino yaitu sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum muricatum Aiton (Almatsier, 2010). Buah pepino memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, ada yang berbentuk seperti tetesan air mata, bulat telur, oval, atau panjang menyerupai terung. Beratnya bisa mencapai 1/4 kg dengan panjang ± 15 cm. Daging buahnya beraroma khas, bertekstur lembut, dan berair, dengan biji yang bisa dimakan. Buah pepino banyak dibudidayakan di daerah yang dingin, misalnya di dataran tinggi Dieng Jawa Tengah dan Pujon Jawa Timur. Pepino juga dapat Universitas Sumatera Utara tumbuh dengan subur di dataran tinggi Karo, seperti Berastagi dan Kabanjahe (Almatsier, 2010). 2.2 Manfaat Buah Pepino Buah pepino bisa disajikan dalam bentuk segar dengan cara dimakan langsung atau dijadikan pilihan untuk membuat jus segar. Kandungan dan komposisi gizi buah pepino per 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 : Kandungan dan komposisi gizi buah pepino per 100 gram bahan Komposisi Gizi Banyaknya (Jumlah) Asam (mg/100 g) 79,339 Beta Karoten (mg/100 g) 26,608 Lemak (%) 0.0171 Protein (%) 0,6473 Serat (%) 0,0779 Vitamin C (mg/100 g) 26,119 Alkohol 0 Gula Reduksi (%) 3,3075 Pati (%) 0,9553 Air (%) 95,028 Almatsier, (2010). Pepino mengandung vitamin C dengan kadar yang cukup tinggi, dimana dapat mengobati sariawan, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan tekanan darah, memperlambat proses penuaan, menurunkan risiko penyakit jantung, mencegah kanker, dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak (Anonim, 2011). Universitas Sumatera Utara Buah yang masih satu keluarga dengan tomat ini juga kaya akan betakaroten. Betakaroten merupakan provitamin A, yang dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A yang sangat berguna dalam proses penglihatan, reproduksi, metabolisme, antioksidan pencegah kanker, dan dapat memberikan perlindungan lebih optimal terhadap munculnya kanker (Almatsier, 2010). Pepino dapat mencegah sembelit, wasir, gangguan pencernaan dan tekanan darah tinggi karena kandungan seratnya. Serat sangat dibutuhkan tubuh untuk menurunkan kadar kolesterol. Di dalam saluran pencernaan, serat akan mengikat kolesterol dan kemudian mengeluarkannya dari dalam tubuh. Serat juga berperan mengikat karsinogen pemicu kanker pada saluran pencernaan. Selain itu, serat pepino juga bermanfaat bagi penderita diabetes karena berperan mengendalikan laju gula dalam darah (Almatsier, 2010). Perbandingan kadar vitamin C per 100 g bahan pangan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Kadar Vitamin C per 100 gram Bahan Pangan Bahan Pangan Kadar Vitamin C (mg/100 g) Jambu biji 87 Pepaya 78 Rambutan 58 Jeruk 49 Belimbing 35 Mangga 30 Kedondong 30 Pisang 10 Apel 5 (Budiati, 2003) Universitas Sumatera Utara 2.3 Penyimpanan Buah Dalam Lemari Pendingin (5oC) Pengendalian suhu di dalam ruang penyimpanan merupakan hal yang sangat penting. Terjadinya perubahan-perubahan dari kondisi yang dikehendaki dari buah dapat menurunkan kualitas buah tersebut. Tujuan dari penyimpanan buah pada lemari pendingin (5oC) dimaksudkan untuk memperlambat aktivitas metabolisme buah, sehingga buah dapat disimpan lebih lama. Selain itu penggunaan lemari pendingin juga dapat menghambat aktivitas mikroorganisme pembusuk (Kosman, 2007). Buah memiliki masa simpan yang relatif singkat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas masa simpan buah. Daya simpan buah sangat erat kaitannya dengan proses respirasi dan transpirasi selama penanganan dan penyimpanan. Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, serta menurunkan suhu udara (Tranggono dan Sutardi, 1990). 2.4 Penyimpanan Buah Pada Suhu Ruang (+ 25oC) Penyimpanan buah pada suhu ruang dilakukan pada ruangan terbuka dalam udara mengalir dengan suhu + 25oC. Buah yang disimpan pada suhu ruang tanpa perlakuan apapun maka respirasi dan transpirasi akan berjalan dengan normal sehingga buah-buahan tidak dapat bertahan lama. Namun apabila dibiarkan terlalu lama, buah akan mengalami kematian (nekrosa). Selain itu, buah akan mudah diserang oleh mikroba pembusuk karena tekstur dagingnya yang lunak (Kosman, 2007). Universitas Sumatera Utara 2.5 Vitamin Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitaminvitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi (Winarno, 1991). Vitamin dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu vitamin yang dapat larut dalam air dan vitamin yang dapat larut dalam lemak. Jenis vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin yang dapat larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, K. Bahan makanan yang kaya akan vitamin adalah sayur-sayuran dan buah-buahan (Sudarmadji, 1989). 2.5.1 Vitamin C Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-1920C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C mudah larut dalam air (1 g dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 g larut dalam 50 ml alkohol atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam benzen, eter, kloroform, dan minyak. Vitamin C tidak stabil dalam bentuk larutan, terutama jika terdapat udara, logam-logam dan cahaya (Andarwulan dan Koswara, 1992). Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada Gambar 1. Universitas Sumatera Utara O C HO C HO C H O O C H C H CH2OH Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C (Ditjen POM, 1995) Vitamin C disebut juga asam askorbat yaitu vitamin yang sangat mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi (Andarwulan dan Koswara, 1992). Reaksi perubahan vitamin C dapat dilihat pada gambar 2. O C O C COOH HO C O C C O C O O O HO C O C H C H C CHOH COOH 3 COOH CHOH CHOH CHOH CH2OH CH2OH CH2OH Asam askorbat Asam Dehidro Asam diketogulonat Askorbat Asam Oksalat Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C (Silalahi, 2006). Universitas Sumatera Utara Vitamin C dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan terutama sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Oleh karena itu sering disebut Fresh Food Vitamin (Budiyanto, 2004). 2.5.2 Fungsi Vitamin C Salah satu fungsi utama dari vitamin C adalah berperan dalam pembentukan kolagen. Vitamin C bertindak sebagai ko-enzim atau ko-faktor pada proses hidroksilasi, baik secara aktif maupun sebagai zat reduktor. Bila sintesa kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh sehingga dapat mengakibatkan pendarahan (Tjokronegoro, 1985). Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak terlalu menunjukkan efek samping yang jelas. Tetapi pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat. Efek samping penggunaan vitamin C sebelum makan adalah rasa nyeri pada epigastrum. Defisiensi vitamin C mengakibatkan timbulnya penyakit yang disebut skorbut, penuaan, serta penurunan daya tahan tubuh (Gilman dan Hardman, 2006). Vitamin C berfungsi sebagai antiskorbut, karena vitamin C dapat mengobati sariawan atau skorbut. Bila terjadi pada anak (6-12 bulan), gejalagejala penyakit skorbut adalah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan demam. Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejalanya adalah pembengkakan dan pendarahan pada gusi, gingivalis, luka lambat sembuh sehingga mudah berdarah dan mengalami infeksi berulang (Winarno, 1991). Universitas Sumatera Utara Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih. Oleh karena itu bila seseorang mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar, sebagian besar akan dibuang keluar (Winarno, 1991). Kebutuhan harian vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg, untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg, namun karena banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap-asap kendaraan bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan hingga dua kali lipatnya yaitu 120 mg (Silalahi, 2006). Vitamin C dapat mencegah kanker melalui berbagai mekanisme, selain melalui inhibisi oksidasi DNA (Deoxyribose Nucleic Acid), suatu mekanisme yang penting adalah kemoproteksi terhadap senyawa mutagenik seperti nitrosamin (terbentuk melalui reaksi antara nitrit atau nitrat). Vitamin C juga dapat mencegah kanker dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus (Silalahi, 2006). 2.6 Metode Penetapan Kadar Vitamin C Ada beberapa metode dalam penentuan kadar vitamin C yaitu: a. Metode Titrasi Iodimetri Menurut Andarwulan dan Koswara (1992), metode iodimetri tidak efektif untuk mengukur kandungan vitamin C dalam bahan pangan, karena adanya komponen lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi. Reaksi antara vitamin C dan iodin dapat dilihat pada Gambar 3. Universitas Sumatera Utara O C HO C O HO C H C HO C O C O C O C H C HO C + I2 H O CH2OH Asam askorbat + 2HI H CH2OH Asam dehidroaskorbat Gambar 3. Reaksi antara vitamin C dan Iodin (Rohman, 2007). Iodium akan mengoksidasi asam askorbat menjadi dehidro asam askorbat. Deteksi titik akhir titrasi pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman pada saat tercapainya titik akhir titrasi (Rohman, 2007). b. Metode Titrasi 2,6-diklorofenol indofenol Berdasarkan titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol, dimana terjadi reaksi reduksi 2,6-diklorofenol indofenol dengan adanya vitamin C dalam larutan asam (Sudarmadji, 1989). Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru sedangkan dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi 2,6diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sedikit saja sudah akan terlihat terjadinya warna merah muda (Sudarmadji, 1989). Universitas Sumatera Utara Titrasi vitamin C harus dilakukan dengan cepat karena banyak faktor yang menyebabkan oksidasi vitamin C misalnya pada saat penyiapan sampel atau penggilingan. Oksidasi ini dapat dicegah dengan menggunakan asam metafosfat. Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dalam suasana netral atau basa (Andarwulan dan Koswara, 1992; Counsell dan Hornig, 1981). Metode ini pada saat sekarang merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan. Metode ini lebih baik dibandingkan metode iodimetri karena zat pereduksi lain tidak mengganggu penetapan kadar vitamin C. Reaksinya berjalan kuantitatif dan praktis spesifik untuk larutan asam askorbat pada pH 1-3,5. Untuk perhitungan maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C standar (Andarwulan dan Koswara, 1992). Reaksi asam askorbat dengan 2,6-diklorofenol indofenol dapat dilihat pada Gambar 4. OH O Cl Cl O C HO C Cl Cl O C O C O C H C HO C O O N + HO C N H C HO C H + H CH2OH CH2OH OH OH 2,6-diklorofenol indofenol (biru) H Asam askorbat 2,6-diklorofenol indofenol dehidro asam askorbat (merah muda) Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol (Sudarmadji, 1989). Universitas Sumatera Utara c. Metode Spektrofotometri Ultraviolet Metode ini berdasarkan kemampuan vitamin C yang terlarut dalam air untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang maksimum pada 265 nm dan A1 1 = 556a . Oleh karena vitamin C dalam larutan mudah sekali mengalami kerusakan, maka pengukuran dengan cara ini harus dilakukan secepat mungkin. Untuk memperbaiki hasil pengukuran, sebaiknya ditambahkan senyawa pereduksi yang lebih kuat daripada vitamin C. Hasil terbaik diperoleh dengan menambahkan larutan KCN (sebagai stabilisator) ke dalam larutan vitamin (Andarwulan dan Koswara, 1992). 2.7 Analisis Uji Perolehan Kembali Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004). Kecermatan (Recovery) ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (Spiked – placebo recovery) dan metode penambahan baku (Standard addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar analit sebenarnya). Dalam metode penambahan baku dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004). Universitas Sumatera Utara Rumus perhitungan persen Recovery: B–A % Recovery = X 100 % C Keterangan: A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku vitamin C B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku vitamin C C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan 2.8 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004). Rumus perhitungan persen RSD (Harmita, 2004): % RSD = SD 100% X Keterangan: SD = standar deviasi X = kadar rata-rata sampel Universitas Sumatera Utara