Studi Kelayakan Teknis Penempatan Pembangkit Listrik

advertisement
1
Studi Kelayakan Teknis Penempatan Pembangkit Listrik
Tenaga Gelombang Laut-Sistem Bandulan (PLTGL-SB)
di Kepulauan Riau
Fivin Erfianti, Mukhtasor, dan Rudi Walujo Prastianto
Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
Abstrak— Energi gelombang laut merupakan salah satu energi
alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi
ketergantungan manusia terhadap sumber energi. Gelombang
laut merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan di daerah kepulauan seperti
Kepulauan Riau. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang_LautSistem Bandulan (PLTGL-SB) merupakan salah satu alat
konversi gelombang menjadi listrik. Pada tugas akhir ini,
dilakukan studi kelayakan teknis untuk penempatan Pembangkit
Listrik Tenaga Gelombang Laut-Sistem Bandulan (PLTGL-SB)
di Kepulauan Riau. Dari hasil analisa dapat dihitung potensi
energi gelombang di lima titik lokasi yang sudah dipilih. Hasil
perhitungan potensi energi gelombang untuk masing-masing titik
yaitu, titik 1 (Bintan) = 4.01 kW/m, titik 2 (Bintan) = 5.87 kW/m,
titik 3 = 7.13 kW/m, titik 4 = 6.06 KW/m dan titik 5 = 9.87 kW/m.
Berdasarkan analisa kelayakan lokasi dengan kosep desain,
daerah yang paling cocok ditempatkan untuk PLTGL-SB adalah
titik 5 yang berada di wilayah Natuna, dengan PLTGL-SB
ponton segi delapan dan PLTGL-SB produksi Neptune.
Kata Kunci—Energi, gelombang, listrik, PLTGL-SB.
D
I. PENDAHULUAN
engan
pertumbuhan
jumlah
penduduk
dan
perkembangan teknologi yang semakin meningkat
membuat manusia menjadi semakin tergantung pada sumber
energi. Hal ini yang menyebabkan terjadinya krisis energi di
dunia dan membuat para ahli berfikir untuk menemukan energi
terbarukan agar tidak tergantung lagi dengan energi fosil.
Selain persediaannya yang semakin menipis dan tidak ramah
lingkungan, energi fosil juga memerlukan waktu yang lama
untuk bisa menghasilkan energi tersebut kembali.
Gelombang laut merupakan salah satu energi alternatif yang
dapat digunakan untuk mengurangi ketergantungan manusia
terhadap sumber energi fosil yang kian hari semakin berkurang
jumlahnya karena memerlukan waktu yang lama untuk bisa
menghasilkan energi tersebut. Energi gelombang laut
merupakan energi alternatif yang cukup menjanjikan
dibandingkan dengan sumber daya energi alternatif lain seperti
angin dan panas matahari (solar). [1]
Teknologi pembangkit listrik tenaga gelombang laut di
Indonesia pertama kali dikembangkan pada tahun 2002 oleh
Zamrisyaf (Staf Puslitbang PLN), menggunakan sistem bandul,
atau dikenal dengan istilah Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang Laut Sistem Bandul (PLTGL-SB). PLTGL-SB
sebelumnya didesain berbentuk ponton dan di dalamnya
terdapat sejumlah peralatan utama, seperti bandul, pemindah
gerak bandul menjadi gerak putar, transmisi putaran, roda gila
(fly wheel) dan dinamo. Setelah melakukan beberapa kali
percobaan dan perubahan desain akhirnya PLTGL-SB didesain
dengan bentuk segi delapan. Selain PLTGL-SB ponton segi
delapan ada juga PLTGL-SB produksi Neptune dan Wello
Penguin.
. Sedangkan untuk PLTGL-SB produksi Neptune alat ini
memerlukan gelombang 1 m sampa 1,5 m untuk beroperasi.
Kedalanman air untuk penyebaran 50-75 m Wello Penguin
PLTGL-SB yang mempunyai ukuran yang besar dan bisa
mengasilkan listrik 500kW/m. Tinggi gelombang yang
dibutuhkan untuk beroperasi minimal 1,5 m dan dengan
kedalaman minimal 30m untuk perairan yg memiliki iklim
gelombang ringan
Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak
tahun 1987, terlihat bahwa banyak daerah-daerah pantai yang
berpotensi sebagai pembangkit listrik bertenaga ombak.
Ombak yang bisa dianggap potensial untuk membangkitkan
energi listrik adalah gelombang ini tidak pecah hingga sampai
di pantai. [2].
Potensi tingkat teknologi saat ini diperkirakan bisa
mengonversi per meter panjang pantai menjadi daya listrik
sebesar 20-35 kW (panjang pantai Indonesia sekitar 80.000
km, yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau, dan sekitar 9.000
pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau arus listrik nasional,
dan penduduknya hidup dari hasil laut). Dengan perkiraan
potensi semacam itu, seluruh pantai di Indonesia dapat
menghasilkan lebih dari 2~3 Terra Watt Ekuivalensi listrik,
bahkan tidak lebih dari 1% panjang pantai Indonesia (~800
km) dapat memasok minimal ~16 GW atau sama dengan
pasokan seluruh listrik di Indonesia tahun ini [3].
Kepulauan Riau merupakan salah satu daerah yang sebagian
besar wilayahnya adalah lautan dan kondisi gelombangnya
berpotensi untuk dijadikan listrik. Selain itu, sebagian besar
2
penduduk yang tinggal di wilayah pesisir, masih banyak
daerah di Kepulauan Riau yang listriknya belum mencukupi
kebutuhan penduduknya
Berikut merupakan tabel perbandingan data gelombang
BMKG dengan data gelombang di lapangan.
Tabel 1. Perbandingan Tinggi gelombang signifikan antara
gelombang dari data BMKG dengan data lapangan kondisi
Hs
Hs Pengukuran
Jam
BMKG
Tanggal
(m)
(WIB)
(m)
22/11/2012
17.00
0,512
0,15
22/11/2012
18.00
0,512
0,249
22/11/2012
19.00
0,512
0,248
22/11/2012
20.00
0,512
0,248
22/11/2012
21.00
0,504
0,248
22/11/2012
22.00
0,504
0,246
22/11/2012
23.00
0,496
0,249
23/11/2012
00.00
0,496
0,105
23/11/2012
01.00
0,488
0,138
23/11/2012
02.00
0,488
0,168
23/11/2012
03.00
0,496
0,157
23/11/2012
04.00
0,496
0,106
23/11/2012
05.00
0,496
0,206
23/11/2012
06.00
0,496
0,199
23/11/2012
07.00
0,496
0,205
23/11/2012
08.00
0,496
0,17
23/11/2012
09.00
0,488
0,166
II. URAIAN PENELITIAN
A. Studi Literatur
Tahap pertama dari pengerjaan penelitian ini adalah studi
literatur dan teori-teori mengenai energi gelombang laut. Studi
literatur dilakukan dengan mengumpulkan berbagai bahan
acuan dari jurnal, buku, tugas akhir dan website.
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data-data untuk pengerjaan penelitian ini
meliputi data penduduk, batimetri, elektrifikasi dan data
gelombang dari BMKG dari tahun 2004 sampai 2012. Pada
penelitian ini dipilih lima titik lokasi untuk perhitungan potensi
energi gelombang. Lima titik lokasi ini terletak di Bintan (Titik
1 dan Titik 2), Tanjung Pinang (Titik 3 dan Titik 4) dan
Natuna (Titik 5).
Dari hasil perbandingan pengukuran gelombang di lapangan
dengan data gelombang dari BMKG hasilnya tidak sesuai.
Untuk nilai mana yang benar masih belum diketahui. Oleh
karena itu, untuk memastikan penyebab ketidaksesuaian masih
diperlukan data yang lebih komprehensif yang menunjukkan
beberapa kondisi gelombang di lapangan. Oleh karena data
BMKG sudah banyak dipakai oleh para ahli, maka untuk
perhitungan potensi energi gelombang pada Tugas Akhir ini
diasumsikan memakai data gelombang BMKG.
Gambar 1. Peta Titik-Titik lokasi penelitian
D. Perhitungan Potensi Energi Gelombang Laut
Untuk perhitungan potensi energi gelombang pada titik 1
sampai titik 5 dipakai rumus dari rujukan [4].
[1]
P = 0.42 * Hs² * Tp
H 1/10 = 1.27 H
C. Melakukan pengukuran gelombang di lapangan dan
pengolahan data
Pengolahan data mencakup data gelombang, data batimetri,
data listrik, data penduduk. Data gelombang dibuat menjadi
waverose agar terlihat daerah mana yang lebih banyak terjadi
gelombang tinggi. Sedangkan pengukuran gelombang di
lakukan di desa Tanjung Semokol, Kabupaten Karimun
dengan menggunakan alat ADCP Nortek AWAC.
Pengukuran gelombang di lapangan dilakukan di desa
Tanjung Semokol di kecamatan Moro kabupten Karimun.
Pengukuran gelombang dilakukan selama 24 jam. Tetapi, dari
hasil pengukuran tinggi gelombang secara langsung hasilnya
sangat jauh berbeda dengan data gelombang dari BMKG.
Tp
= 2 m2
S
m4
[2]
[3]
Untuk mendapatkan parameter tinggi gelombang dan periode
umumnya digunakan momen spektral yang diberikan pada
urutan ke-n dengan :
mn
=


n
S ( )d
[4]
0
S ( ) 
  3.11 
0.0081 g 2
 exp 2 4 
5
 H S  
[5]
3
Dimana,
Hs = tinggi gelombang signifikan (m)
Tp = periode puncak (s)
mn
Tabel 3.Potensi energi gelombang laut setiap bulan pada tahun 2004 sampai
2012 di Titik 2 (Bintan)
= momen spectra ke n
S(ω) = densitas spektra
ω = frekuensi gelombang (rad/s)
2004
Januari
february
E. Mencari Lokasi yang cocok untuk Penempatan PLTGL-SB
Setelah didapat potensi energi gelombang lalu dicari lokasi
yang cocok berdasarkan kondisi gelombang, kondisi listrik,
dan data batimetri.
F. Mencocokkan Lokasi yang sudah dipilih dengan konsep
desain PLTGL-SB
Setelah di dapat lokasi yang berpotensi lalu mencocokkan
lokasi dengan konsep desain PLTGL-SB dengan analisa
kelayakan sebelumnya.
G. Penarikan Kesimpulan Dari Hasil Analisis
Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat serta saran
untuk pengembangan di masa depan.
III. HASIL ANALISIS DAN DISKUSI
A. Hasil Perhitungan Potensi Energi Gelombang Laut
Untuk perhitungan potensi energi gelombang laut
menggunakan data gelombang dari BMKG dari Mei 2004
sampai September 2012. Hasil perhitungan untuk tiap-tiap
Titik lokasi sebagai berikut:
Tabel 2. Potensi energi gelombang laut setiap bulan pada tahun 2004 sampai
2012 di Titik 1 (Bintan)
P
(KW/m)
Bulan
2004
Januari
february
Maret
April
Mei
Juni
Juli
0.30
0.61
0.80
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
5.37
5.96
5.73
4.65
6.99
4.12
3.34
4.83
1.93
3.31
3.39
4.80
2.43
2.01
3.32
2.44
2.64
1.15
1.10
3.07
1.03
3.62
3.29
2.36
0.73
0.36
0.91
0.34
0.80
3.19
3.30
0.66
0.32
0.23
0.39
0.33
0.22
3.51
3.25
0.43
0.48
0.68
0.42
0.96
0.27
0.57
0.64
0.43
0.33
0.57
3.47
3.47
3.25
3.22
1.75
1.65
4.54
1.53
5.32
4.82
3.62
1.07
0.53
1.33
0.51
1.16
4.67
4.80
0.97
Mei
0.45
0.57
0.40
0.45
0.56
0.33
5.07
4.79
0.69
Juni
0.96
0.86
0.77
0.49
0.61
0.55
5.07
4.74
1.10
Juli
1.42
1.19
1.71
0.99
1.12
0.99
5.02
4.71
1.62
Agustus
1.71
1.24
2.05
1.51
1.17
0.92
5.01
4.67
1.62
September
1.18
1.23
1.31
0.96
0.89
0.75
4.96
4.67
1.69
Oktober
2.05
1.12
1.22
0.90
0.62
0.57
4.97
4.64
November
3.43
3.32
1.68
2.97
2.64
3.60
4.92
4.62
Desember
6.18
5.64
9.24
5.97
5.95
3.82
4.91
4.59
-
Tabel 4. Potensi energi gelombang laut setiap bulan pada tahun 2004 sampai
2012 di Titik 3 (Tanjung Pinang)
P
(KW/m)
Bulan
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
-
9.63
7.46
10.35
8.25
13.55
7.44
5.88
8.69
february
-
3.59
6.06
6.38
9.04
4.71
3.62
5.82
4.35
Maret
-
4.62
2.15
1.99
5.39
1.39
6.31
5.82
4.40
April
-
1.28
0.64
1.59
0.62
1.33
5.54
5.79
1.18
Mei
0.67
0.76
0.51
0.59
0.71
0.38
6.06
5.77
0.85
Juni
1.36
1.10
1.00
0.61
0.76
0.67
6.00
5.77
1.35
Juli
1.91
1.48
2.17
1.24
1.45
1.19
6.00
5.72
2.00
Agustus
2.21
1.57
2.67
1.62
1.50
1.11
6.00
5.71
1.79
September
1.59
1.51
1.59
1.14
1.08
0.94
5.94
5.71
1.21
Oktober
2.45
1.36
1.53
1.08
0.75
0.67
5.95
5.65
-
November
4.17
4.01
2.10
3.53
3.21
4.09
5.89
5.65
-
Desember
7.39
6.87
10.90
7.08
8.42
4.43
5.88
5.61
-
Tabel 5. Potensi energi gelombang laut setiap bulan pada tahun 2004 sampai
2012 di Titik 4 (Tanjung Pinang)
P
(KW/m)
Bulan
2012
7.34
february
-
3.20
5.33
5.76
7.94
4.24
3.15
4.96
3.76
Maret
-
4.04
1.94
1.77
4.65
1.63
5.36
4.96
3.87
April
-
1.12
0.58
1.40
0.56
1.22
4.71
4.91
1.02
Mei
0.74
0.74
0.49
0.58
0.66
0.33
5.08
4.90
0.76
Juni
1.29
1.08
1.00
0.57
0.72
0.63
5.07
4.90
1.22
-
Juli
1.87
1.40
2.05
1.18
1.39
1.06
5.07
4.87
1.79
-
Agustus
2.07
1.50
2.56
1.87
1.44
1.00
5.06
4.85
1.66
September
1.56
1.41
1.65
1.15
1.00
0.88
5.01
4.85
1.09
Oktober
2.11
1.22
1.42
0.96
0.63
0.57
5.01
4.82
-
November
3.66
3.55
1.90
3.11
2.78
3.34
5.00
4.82
-
Desember
6.39
6.03
9.21
6.00
6.07
3.70
4.99
4.80
-
0.67
0.97
3.42
3.17
0.58
Oktober
1.43
0.74
0.76
0.58
0.39
0.37
3.39
3.17
3.13
3.60
3.84
4.99
0.43
3.35
7.26
4.85
2011
0.51
2.64
4.87
3.01
6.35
0.54
3.94
6.23
3.81
2010
0.74
4.00
10.79
7.39
2009
0.71
6.27
6.99
5.17
11.50
0.66
3.99
8.63
4.99
6.96
September
4.20
6.21
2.93
2008
0.84
Desember
7.72
9.01
3.20
3.13
2012
2007
3.43
3.38
2011
6.51
0.53
2.46
2010
2006
0.65
1.79
2009
8.36
0.85
1.96
-
2008
2005
1.15
1.11
-
2007
-
0.68
2.22
April
-
2006
2004
0.80
2.28
Maret
-
2005
Januari
Agustus
November
P
(KW/m
)
Bulan
-
4
Tabel 6. Potensi energi gelombang laut setiap bulan pada tahun 2004 sampai
2012 di Titik 5 (Natuna)
P
(KW/m)
Bulan
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
-
14.15
10.44
15.92
11.54
21.22
12.14
6.44
11.60
february
-
5.28
8.28
9.65
15.65
6.95
5.47
6.31
6.76
Maret
-
7.98
3.07
3.53
8.66
3.00
8.90
6.18
6.55
April
-
2.17
1.05
2.74
1.12
2.54
7.24
6.04
1.58
Mei
0.58
0.56
0.50
0.65
1.83
1.39
7.68
5.90
0.98
Juni
2.41
0.58
0.29
0.71
1.34
1.03
7.46
5.76
2.38
Juli
1.61
1.50
2.37
1.71
1.25
2.64
7.33
5.69
2.34
Agustus
3.02
1.95
3.43
2.04
0.86
3.25
7.15
5.53
1.92
September
0.64
1.68
2.60
1.58
2.47
2.77
7.00
5.40
1.54
Oktober
4.03
2.47
3.27
3.84
1.77
2.13
6.93
5.27
-
November
6.81
6.99
3.75
6.65
5.79
7.60
6.73
5.14
-
Desember
11.01
11.69
17.17
10.82
10.75
7.17
6.58
5.02
-
B. Analisa Kelayakan
a. Kelistrikan
Kondisi Kelistrikan di Kabupaten Bintan dan Natuna (lokasi
titik1, titik 2 dan titik 5) memang belum mengalami defisit
listrik tapi berada dalam kondisi siaga, kondisi siaga berarti
kebutuhan listrik memadai namun masih memerlukan listrik
tambahan. Sedangakan di Tanjung Pinang (lokasi titik 2 dan 3)
kondisi listriknya adalah defisit, yang berarti kebutuhan listrik
tidak memadai dan masih membutuhkan listrik tambahan. Jadi
Berdasarkan dari data peta batimetri dapat diketahui lokasi
Titik 1, Titik 2 dan Titik 3 memiliki kedalaman 20 m
sedangkan kedalaman Titik 4 sekitar 30 m. Kedalaman Titik 5
menggunakan data primer, yaitu 60 m.
c. Kondisi gelombang
Untuk melihat tinggi gelombang dominan yang terjadi dari
tahun 2004 sampai 2012. Data tinggi gelombang di olah
menjadi waverose dengan menggunakan WRPLOT. Berikut
merupakan hasil dari pengolahan data menggunakan
WRPLOT.
Gambar 3. Waverose tinggi gelombang di Titik 1
lima titik lokasi ini
masih memerlukan energi listrik tambahan.
melihat dari kondisi kelistrikan, di
Lokasi
Bintan
Tanjung
Pinang
Natuna
Tabel 2.
Kondisi Kelistrikan di Lokasi Penelitian
Kapasitas
Daya
Beban
Terpasang
Mampu
Puncak
Status
(MW)
(MW)
(MW)
5.46
4.35
4.05
Siaga
45.76
31.3
35.6
Defisit
4.57
2.95
2.77
Siaga
b. Batimetri
Gambar 2. Peta Batimetri Bintan dan Tanjung Pinang
Gambar 4. Waverose tinggi gelombang di Titik 2
5
Gambar 5. Waverose tinggi gelombang di Titik 3
Tabel 9.
Penyesuaian lokasi dengan konsep desain pada PLTGL-SB
ponton segidelapan
Lokasi
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Titik 5
Gambar 6. Waverose tinggi gelombang di Titik 4
b. PLTGL-SB produksi Neptune
PLTGL-SB produksi Neptune bisa bekerja denga tinggi
gelombang minimal 1 m. PLTGL-SB ini bisa menghasilkan
listrik sebesar 25kW/m sampai 75kW/m per ponton. PLTGLSB. Kedalaman yang dibutuhkan untuk penyebran adalah 50 m
sampai 75 m.
Tabel 10.
Penyesuaian lokasi dengan konsep desain pada PLTGL-SB
produksi Neptune
Lokasi
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Titik 5
Gambar 7. Waverose tinggi gelombang di Titik 5
Parameter
Tinggi
Batimetri
Gelombang










c. PLTGL-SB Wello Penguin
PLTGL-SB Wello Penguin bisa bekerja dengan tinggi
gelombang minimal 1,5 m. PLTGL-SB ini bisa menghasilkan
listrik sebesar 500kW/m dan mempunya ukuran yang besar.
Kedalaman yang dibutuhkan untuk penyebaran adalah 30 m
untuk daerah yang mempunyai iklim gelombang ringan.
Tabel 4.11 Penyesuaian lokasi dengan konsep desain pada
PLTGL-SB Wello Penguin
Berdasarkan dari pengolahan data gelombang, dominan
gelombang yang terjadi di semua titik adalah gelombang yang
tingginya 1 m sampai 1,5 m.
C. Pencocokan Lokasi Dengan Kosep Desain
Ada tiga konsep desain PLTGL-SB yang akan dicocokkan
dengan tiap-tiap lokasi.
a. PLTGL-SB ponton segidelapan
PLTGL-SB ponton segi delapan bisa bekerja denga tinggi
gelombang minimal 0,5 m. PLTGL-SB ini bisa menghasilkan
listrik sebesar 1kW/m sampai 5kW/m per ponton. PLTGL-SB
ini memiliki ukuran lebar 3 m dan tinggi 2.5 m. Untuk
masalah kedalaman laut, PLTGL-SB ini tidak memiliki nilai
nominal tapi tentunya harus dua kali lebih tinggi dari tinggi
alat tersebut.
Parameter
Tinggi
Batimetri
Gelombang










Lokasi
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Titik 5
Parameter
Tinggi
Batimetri
Gelombang










IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
1.
Potensi energi gelombang laut yang telah dilakukan
berdasarkan data gelombang BMKG di beberapa titik
lokasi, didapat potensi energi gelombang yang dihasilkan
di setiap titik seperti berikut :
a. Titik 1 (Bintan)
: 4.01 kW/m
b. Titik 2 (Bintan)
: 5.87 kW/m
6
2.
c. Titik 3 (Tanjung Pinang) : 7.13 kW/m
d. Titik 4 (Tanjung Pinang) : 6.06 kW/m
e. Titik 5 (Natuna)
: 9.97 kW/m
Dari hasil perhitungan ini dapat diketahui lokasi yang
paling berpotensi adalah Titik 3 dan Titik 5.
3. Berdasarkan pencocokkan lokasi dengan kosep desain,
lokasi yang paling banyak memenuhi kriteria konsep
desain Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang LautSistem Bandulan (PLTGL-SB) adalah titik 5 yang berada
di Natuna.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis F.E ingin menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Ir.
Mukhtasor, M.Sc., Ph.D. dan Bapak Dr. Eng. Rudi Walujo
Prastianto, ST., MT., yang selalu memberikan bimbingan dan
ilmu-ilmu yang bermanfaat selama pengerjaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
Akbar, S., 2012, Studi Optimasi Kemiringan Lambung Ponton PLTGLSB (Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut-Sistem Bandulan)
Akibat Beban Gelombang Laut, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Puspita, Rani Ratna., 2010, Studi Perancangan Sistem Konversi Energi
Laut Tipe OWC di Pantai Pengambengan, Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Sarjono Eko, 2009, “Pembangkit Listrik Tenaga Ombak
Dikembangkan”, http://www.alpensteel.com/article/52-106-energi-lautombak
gelombangarus/537gelombang-laut-dikaji-jadi-energilistrik.html diakses pada tanggal 18 September 2012.
[4]
EPRI, 2009, Wave Energy Forecasting Accuracy as a Function of
Forecast Time Horizon: EPRI-WP-013, October 2009
Download