PAILKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif

advertisement
PAILKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif,
Efektif dan Menarik)
A. Strategi Pembelajaran PAILKEM
Strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dimaksudkan dengan strategi karena
bidang garapannya tertuju pada bagaimana cara: (1) pengorganisasian materi
pembelajaran, (2) menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, dan (3)
mengelola pembelajaran sebagaimana yang dikehendaki oleh ilmuan pembelajaran
selama ini, seperti Reigeluth dan Merill yang telah meletakkan dasar-dasar
instruksional yang mengoptimalkan proses pembelajaran. PAILKEM merupakan
sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan
Menarik.
B. Pembelajaran yang Aktif
Salah satu strategi yang dibuat dalam pembelajaran PAILKEM ini adalah
bagaimana menjadikan pembelajaran berlangsung secara aktif. Beberapa ciri dari
pembelajaran yang aktif sebagaimana dikemukakan dalam panduan pembelajaran
model ALIS (Active Learning in School, 2009) adalah sebagai berikut: (1)
pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata,
(3) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi, (4) pembelajaran
melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, (5) pembelajaran mendorong anak
untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), (6) pembelajaran menggunakan
lingkungan sebagai media atau sumber belajar, (7) pembelajaran berpusat pada anak,
(8) penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar, (9) guru memantau proses belajar siswa, dan (10) guru memberikan umpan
balik terhadap hasil kerja anak. (Uno dan Mohamad, 2011: 75-76).
Aktif dalam strategi pembelajaran ini yaitu memposisikan guru sebagai orang
yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilisator dalam
belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif. Dengan strategi
pembelajaran yang aktif ini diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi
yang mereka miliki sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar
mereka. (Uno dan Mohamad, 2011: 10).
1
2
C. Pembelajaran yang Inovatif
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang
dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran semacam ini akan membuat anak
kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang
berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa serta tidak bermakna pengetahuan yang
diperoleh siswa. Di samping itu, pengetahuan yang diperoleh siswa di dalam kelas
cenderung artifisial (buatan atau tidak alami) dan seolah-oleh terpisah dari
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dialami siswa. (Uno dan Mohamad,
2011: 106).
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar
belajar. Pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran dimana seorang guru
harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif
bertanya, mempertanyakan, dan juga mengemukakan gagasannya. Di samping aktif,
pembelajaran juga harus menyenangkan. (Uno dan Mohamad, 2011: 106).
Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan erat dengan suasana belajar yang
menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajarnya. Keadaan yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup, jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh para
siswa, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai. Untuk
mencapai tujuan dan menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa, maka ada
beberapa model pembelajaran inovatif dan pendekatannya, yang dapat diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu: (1) Model Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD; (2) Model Pembelajaran Group Investigation (GI); (3) Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (PBM); (3) Model Pembelajaran Cooperatif Integratedreading
and Composition (CIRC); (4) Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read,
Recite, Review); (Uno dan Mohamad, 2011: 106-107).
Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong
aktivitas belajar. Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu
terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga
oleh siswa yang sedang belajar. Dalam strategi pembelajaran yang inovatif ini, guru
bahan ajar modifikasi dari kelompok paikem dan pailkem oleh dosen pembina mata kuliah
daspros matematika lingkup universitas sembilanbelas november kolaka 2015,
3
tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat
mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan
dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui aktivitas
belajar yang dibangun melalui aktivitas belajar yang dibangun melalui strategi ini,
siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang
dia pelajari. (Uno dan Mohamad, 2011: 10).
Pembelajaran yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan
temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu merupakan
temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas atau sejumlah
pengalaman yang telah ditemukan selama menjadi guru. Melalui pembelajaran yang
inovatif ini, siswa tidak akan buta tentang teknologi dan mereka bisa mengikuti
perkembangan teknologi yang ada saat ini. Dengan demikian pembelajaran diwarnai
hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika
pembelajaran inovatif ini berjalan baik di sekolah, maka dapat dipastikan bahwa
semboyan sekolah sebagai pusat pengembangan kebudayaan benar-benar terwujud.
(Uno dan Mohamad, 2011: 10).
D. Pembelajaran yang Menggunakan Lingkungan
Lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif dan efisien serta tidak
membutuhkan biaya yang besar dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik
(Uno dan Mohamad, 2011: 137). Gredler (1986) (Uno dan Mohamad, 2011: 144)
menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkah laku itu pada dasarnya
berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali
bergantung pada situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu, lingkungan belajar yang
mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar dapat berlangsung secara optimal.
Konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan memberikan peluang
yang sangat besar kepada peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya, dan
secara umum konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan dapat
meningkatkan motivasi belajar dari peserta didik. (Uno dan Mohamad, 2011: 148).
Strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi
yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang dalam buku
pegangan guru. Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan
bahan ajar modifikasi dari kelompok paikem dan pailkem oleh dosen pembina mata kuliah
daspros matematika lingkup universitas sembilanbelas november kolaka 2015,
4
lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa
adalah apa yang ada pada lingkungannya. Misalnya siswa yang sekolahnya berada di
kompleks perkotaan, maka bagaimana memanfaatkan hal-hal yang ada di kota itu
menjadi sumber belajar siswa. Demikian pula siswa yang sekolahnya dekat laut,
bagaimana menggunakan laut dan sekitarnya sebagai sumber belajar siswa. Dengan
mengetahui lingkungan yang ada disekitarnya, maka kelak siswa setelah selesai
belajar, dia akan berusaha memanfaatkan lingkungan ini sebagai sumber daya yang
akan dikelolanya sebagai sumber yang dapat memberikan nilai tambah baginya.
(Uno dan Mohamad, 2011: 12).
E. Pembelajaran yang Kreatif
Dinamika lingkungan kehidupan yang berkembang dinamis dalam semua aspek
menjadi tantangan bagi guru sebagai agen pembelajar sekaligus agen perubahan
karena seorang guru harus profesional, yaitu bagaimana guru memerankan
kedudukan dan fungsi profesionalnya untuk meningkatkan layanan pendidikan
(dalam Saputra, 2014). Tuntutan masyarakat terhadap layanan pendidikan yang
bermutu semakin mendorong guru untuk kreatif menciptakan layanan pembelajaran
yang inovatif, berpusat pada siswa dan dilandasi nilai-nilai religi dan kearifan lokal.
Nilai-nilai religi dan kearifan lokal harus menjadi “ruh” dan pendukung kekuatan
(support power) bagi guru untuk lebih memerankan kedudukan dan fungsi
profesionalnya serta meningkatkan layanan pendidikan yang berkualitas, terjangkau
dan berkeadilan. (Uno dan Mohamad, 2011: 152-153).
Pembelajaran yang kreatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran kreatif
ini pada dasarnya mengembangkan belahan otak kanan anak yang dalam teori
Hemosfir disebutkan bahwa belahan otak anak terdiri dari belahan kiri dan belahan
kanan. Belahan kiri sifatnya konvergen dengan ciri utamanya berpikir linier dan
teratur, sementara belahan otak kanan sifatnya difergen dengan ciri utamanya
berpikir konstruktif, kreatif, dan holistik. (Uno dan Mohamad, 2011: 12).
Hasil penelitian para pakar psikologi pendidikan dan ahli-ahli instruksional
menemukan bahwa belahan otak kanan anak belum banyak dilibatkan dalam proses
pembelajaran. Kurikulum pendidikan di Indonesia belum menyentuh bagaimana
bahan ajar modifikasi dari kelompok paikem dan pailkem oleh dosen pembina mata kuliah
daspros matematika lingkup universitas sembilanbelas november kolaka 2015,
5
menggali potensi siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran banyak bersifat
konstruktif dengan menekankan pada garapan domain kognitif. Hal ini bisa terlihat
dari sistem pendidikan kita yang masih banyak mengandalkan hafalan dan ukuran
keberhasilan siswa ditentukan oleh bagaimana kemampuan siswa menuliskan
jawaban atau memilih pilihan jawaban secara objektif dari masalah yang dihadapkan
kepada siswa. Sementara domain menciptakan sesuatu setelah belajar belum
mencapai tujuan pembelajaran kita. Akibatnya lulusan sekolah kita masih kaya
dengan teori, sementara pasar kerja menghendaki sumber daya yang mampu
melahirkan sesuatu sebagai bagaian dari penguasaan pendidikan. (Uno dan
Mohamad, 2011: 12).
F. Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran yang efektif adalah salah satu pembelajaran yang diterapkan guru
dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
pembelajaran ini menghendaki agar siswa yang belajar dimana dia telah membawa
sejumlah potensi lalu dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan, dan
dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas.
(Uno dan Mohamad, 2011: 13-14).
Penerapan strategi ini tentu tujuan yang akan disusun dalam kompetensi dasar,
indikator, dan tujuan perlu mempertimbangkan karakteristik siswa. Untuk itu
sebelum strategi ini digunakan, terlebih dahulu siswa dilakukan analisis
karakteristiknya berupa analisis minat, bakat, kemampuan awal, atau motivasi belajar
siswa hingga gaya belajar mereka. Hasil analisis ini digunakan sebagai dasar
menetapkan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran. Dengan strategi ini akan
terjadi proses pembelajaran yang kondusif karena guru ketika memberikan
pembelajaran telah terbekali dengan karakteristik siswa yang menjadi dasar
penerapan metode dan penggunaan media pembelajaran. Dengan kata lain, strategi
pembelajaran yang efektif adalah strategi pembelajaran yang mempertimbangkan
karakteristik siswa, bagaimana kemampuannya, metode apa yang cocok digunakan,
media apa yang pas diterapkan serta evaluasi pembelajaran pun didasarkan pada
kemampuan siswa. (Uno dan Mohamad, 2011: 14).
bahan ajar modifikasi dari kelompok paikem dan pailkem oleh dosen pembina mata kuliah
daspros matematika lingkup universitas sembilanbelas november kolaka 2015,
6
Segala pertimbangan dalam strategi ini menyangkut tujuan yang disusun
berdasarkan kemampuan siswa, pemilihan materi yang benar-benar menunjang
tujuan, penetapan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, penggunaan media
yang pas serta evaluasi yang tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan, pada akhirnya
tetap terpulang pada bagaimana peran seorang guru dalam mengelola proses
pembelajaran. (Uno dan Mohamad, 2011: 14).
Miarso (1993) dalam (Uno dan Mohamad, 2011: 173-174) memandang bahwa
pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar
yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan
prosedur yang tepat. Definisi ini mengandung arti bahwa pembelajaran yang efektif
terdapat dua hal penting, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan
oleh guru untuk membelajarkan siswanya.
Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil baik, jika kegiatan
belajar mengajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Penentuan atau
ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak pada hasilnya. Bagaimana kita dapat
menentukan pembelajaran yang efektif? Tentunya memerlukan indikator untuk
mengukurnya. Menurut Wotruba dan Wright (1985) berdasarkan kajian dan hasil
penelitian, mengidentifikasi 7 (tujuh) indikator
yang
dapat menunjukkan
pembelajaran yang efektif.
1. Pengorganisasian Materi yang Baik
Pengorganisasian adalah bagaimana cara mengurutkan materi yang akan
disampaikan secara logis dan teratur, sehingga dapat terlihat kaitan yang jelas
antara topik satu dengan topik lainnya selama pertemuan berlangsung.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penyajian materi adalah
bagaimana kemampuan daya serap peserta didik. Daya serap tersebut bertalian
erat dengan motivasi dan kesiapan belajar mereka.
Kesiapan belajar individu ditentukan oleh penguasaan pengetahuan yang
telah dipelajari sebelumnya, keterampilan membaca dan mendengar tingkat
pendidikan yang telah dicapai, dan tingkat kesulitan materi. Pengorganisasian
materi juga mencakup faktor penunjang lainnya yang digunakan selama proses
penyajian. Faktor penunjang tersebut antara lain, yaitu penggunaan media, sikap,
gerak-gerik mengajar, dan cepat lambat penyajian.
bahan ajar modifikasi dari kelompok paikem dan pailkem oleh dosen pembina mata kuliah
daspros matematika lingkup universitas sembilanbelas november kolaka 2015,
7
2. Komunikasi yang Efektif
Kecakapan dalam penyajian materi termasuk pemakaian media dan alat
bantu atau teknik lain untuk menarik perhatian siswa, merupakan salah satu
karakteristik pembelajaran yang baik. Komunikasi yang efektif dalam
pembelajaran mencakup penyajian yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi
gagasan abstrak dengan contoh-contoh, kemampuan wicara yang baik (nada,
intonasi, ekspresi), dan kemampuan untuk mendengar.
Kemampuan berkomunikasi tidak hanya diwujudkan melalui penjelasan
secara verbal, tetapi dapat juga berupa makalah yang ditulis, rencana
pembelajaran yang jelas dan mudah dimengerti.
Jenis komunikasi lain yang sangat penting adalah komunikasi interpersonal.
Bagi seorang guru, membangun suasana hangat dengan para siswa dan antara
sesama siswa sangatlah penting. Suasana saling menerima, saling percaya akan
meningkatkan efektivitas komunikasi.
3. Penguasaan dan Antusiasme terhadap Materi Pelajaran
Seorang guru dituntut untuk menguasai materi pelajaran dengan benar, jika
telah menguasainya maka materi dapat diorganisasikan secara sistematis dan
logis. Penguasaan akan materi saja tidak cukup, juga harus diiringi kemauan dan
semangat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para siswa.
4. Sikap Positif terhadap Siswa
Sikap positif dapat ditunjukkan baik dalam kelas kecil maupun kelas besar.
Dalam kelas kecil ditunjukkan dengan cara memberikan perhatian pada orang per
orang, sedangkan dalam kelas besar diberikannya kepada kelompok yang
mengalami kesulitan. Bantuan kepada para siswa diberikan apabila mereka sudah
berusaha sendiri.
5. Pemberian Nilai yang Adil
Keadilan dalam pemberian nilai tercermin dari adanya: (1) kesesuaian soal
test dengan materi yang diajarkan merupakan salah satu tolak ukur keadilan; (2)
sikap konsisten terhadap pencapaian tujuan pembelajaran; (3) usaha yang
dilakukan siswa untuk mencapai tujuan; (4) kejujuran siswa dalam memperoleh
nilai; (5) pemberian umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa.
bahan ajar modifikasi dari kelompok paikem dan pailkem oleh dosen pembina mata kuliah
daspros matematika lingkup universitas sembilanbelas november kolaka 2015,
8
6. Keluwesan dalam Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang luwes dalam pembelajaran dapat tercermin dengan adanya
kesempatan waktu yang berbeda diberikan kepada siswa yang memang
mempunyai kemampuan yang berbeda. Kepada siswa yang mempunyai
kemampuan yang rendah diberikan kesempatan untuk memperoleh tambahan
waktu dalam kegiatan remedial. Sebaliknya kepada siswa yang mempunyai
kemampuan di atas rata-rata diberikan kegiatan pertanyaan. Dengan demikian,
siswa memperoleh pelayanan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
7. Hasil Pembelajaran Siswa yang Baik
Indikator pembelajaran efektif dapat diketahui dari hasil belajar siswa yang
baik. Petunjuk keberhasilan belajar siswa dapat dilihat bahwa siswa tersebut
menguasai materi pelajaran yang diberikan.
Pembelajaran yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang
diterapkan guru dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah
ditetapkan. Strategi pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang
belajar dimana dia telah membawa sejumlah potensi lalu dikembangkan melalui
kompetensi yang telah ditetapkan, dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar
dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas. (Uno dan Mohamad, 2011: 174190).
G. Pembelajaran yang Menarik
Muara dari semua strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah
bagaimana proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa
yang belajar. Pembelajaran yang menarik dalam posisi variabel pembelajaran
sebagaimana yang diungkapkan Reigeluth (1986) dan Merrill (1984) (Uno dan
Mohamad, 2011: 14-15) menempati variabel hasil pembelajaran, selain keefektifan
dan efisiensi pembelajaran.
Pembelajaran yang menarik lebih pada variabel hasil belajar. Ada 3 indikator
yang masuk dalam variabel hasil belajar, yakni: (1) keefektifan yang diukur dengan
presentase yang diperoleh siswa berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, misalnya
80% ketuntasan belajar. Jika kemudian siswa mendapat 75% ketuntasan, maka
pembelajaran sudah dianggap efektif; (2) efisiensi yang diukur dengan keberhasilan
bahan ajar modifikasi dari kelompok paikem dan pailkem oleh dosen pembina mata kuliah
daspros matematika lingkup universitas sembilanbelas november kolaka 2015,
9
yang dicapai tidak terlalu memikirkan waktu dan biaya yang terlalu besar; (3)
menarik yang diukur dengan makin tinggi keefektifan pembelajaran. (Uno dan
Mohamad, 2011: 211).
Merancang teknik mengajar, aktivitas-aktivitas yang dipilih perlu mempunyai
urutan yang baik. Ia perlu diselaraskan dengan isi kemahiran dan objektif
pembelajaran. Penggunaan kaidah dan teknik yang bervariasi akan menjadikan
sesuatu pembelajaran itu menarik dan akan memberi ruang untuk membolehkan
pelajar terlibat secara aktif sepanjang sesi pembelajaran tanpa merasa jemu dan
bosan. Dalam pembelajaran, terdapat beberapa kaidah dan teknik yang berkesan
boleh digunakan oleh guru. Dari segi penggunaan teknik, guru boleh menggunakan
apa saja teknik yang dipikirkan, misalnya teknik menerangkan, teknik mengkaji,
teknik penyelesaian masalah dengan cara yang mudah, dan teknik bercerita. (Uno
dan Mohamad, 2011: 214-215).
Pembelajaran yang menarik adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning
community),
pemodelan
(modeling),
dan
penilaian
sebenarnya
(authentic
assessment). (Uno dan Mohamad, 2011: 218-219).
Muara dari strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah bagaimana
proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang
belajar. Inti dari strategi pembelajaran yang menarik terletak pada bagaimana
memberikan pelayanan kepada siswa sebab posisi siswa jika diibaratkan dalam
sebuah perusahaan, maka siswa merupakan pelanggan yang perlu dilayani dengan
baik (dalam Saputra, 2014).
Referensi :
Saputra, Husain. 2014. Inovasi Belajar dengan Pendekatan Pailkem. Tersedia di
http://www.husainsaputra.wordpress.com/2014/01/05/inovasi-belajar-denganpendekatan-pailkem/ [8 Desember 2015].
Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan
Pembelajaran PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
bahan ajar modifikasi dari kelompok paikem dan pailkem oleh dosen pembina mata kuliah
daspros matematika lingkup universitas sembilanbelas november kolaka 2015,
Download