(nama Samaran) yang berasal dari Kabupaten

advertisement
STRATEGI INTERVENSI PSIKOLOGI SOSIAL UNTUK
MENINGKATKAN DAMPAK INTERVENSI PERILAKU
*Fattah Hanurawan
. *) Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang. Alamat e-mail:
[email protected]
Abstrak: Untuk mengatasi masalah-masalah sosial maka dapat
dilakukan penanganan perilaku sosial melalui intervensi psikologi sosial.
Intervensi psikologi sosial adalah intervensi dengan menggunakan teoriteori, konsep-konsep, dan hasil-hasil penelitian psikologi sosial yang
diterapkan untuk memecahkan perilaku sosial yang relevan. Empat
strategi anteseden terdiri dari teknik-teknik: pendidikan dan pelatihan,
pemberian tanda, pemodelan, dan komitmen perilaku. Strategi
konsekuensi untuk intervensi perilaku sosial meliputi teknik: pemberian
hukuman, pemberian hadiah, dan pemberian umpan balik. Dalam
konteks implementasi praktis, serangkaian strategi dan teknik itu dapat
dikombinasikan dalam satu program intervensi psikologi sosial.
Kata-kata kunci: strategi intervensi psikologi sosial, dampak intervensi
perilaku.
Dalam kehidupan sosial nyata, banyak
masalah-masalah sosial yang disebabkan oleh perilaku sosial manusia.
Masalah-masalah social yang disebabkan oleh perilaku sosial manusia itu di
antaranya adalah masalah HIV,
masalah obesitas, masalah kekerasan
dalam rumah tangga atau masalah
kekerasan di lingkungan sekolah
(Hanurawan, 2008), masalah perilaku
agresi penonton sepak bola,
dan
masalah prasangka yang ada dalam
hubungan antar kelompok etnis di
Indonesia.
Berdasar asumsi bahwa masalahmasalah sosial tersebut
terjadi
disebabkan oleh perilaku sosial maka
potensi solusi untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut juga dapat
dilakukan penanganan perilaku sosial
melalui intervensi psikologi sosial.
Intervensi psikologi sosial adalah
intervensi dengan menggunakan teoriteori, konsep-konsep, dan hasil-hasil
penelitian psikologi sosial yang
diterapkan untuk memecahkan masa
lah-masalah perilaku sosial yang
relevan. Solusi intervensi perilaku
sosial itu pada kesempatan selanjutnya
akan mampu memberi sumbangan
yang bersifat signifikan terhadap
peningkatan
kesejahteraan
hidup
manusia (Hanurawan & Diponegoro,
2005), baik dalam skala individu,
komunitas,
masyarakat,
maupun
negara (Dalton dkk., 2007).
35
36 | Jurnal Sains Psikologi, Jilid 2, Nomor 1, November 2012, hlm. 35-44
Pada artikel ini diuraikan strategistrategi intervensi dalam psikologi
sosial untuk meningkatkan dampak
intervensi perilaku terfokus terkait
masalah-masalah sosial. Strategistrategi intervensi untuk meningkatkan
dampak intervensi perilaku terfokus
terkait
masalah-masalah
sosial
terutama memanfaatkan pendekatan
analisis perilaku (behaviour analysis
approach) terhadap rancangan dan
evaluasi intervensi perilaku sosial.
STRATEGI INTERVENSI
PSIKOLOGI SOSIAL UNTUK
MENINGKATKAN DAMPAK
INTERVENSI PERILAKU
Pendekatan
Analisis
terhadap
Intervensi
Sosial
Perilaku
Perilaku
Pendekatan
analisis
perilaku
terapan
dikembangkan
berdasar
filsafat ilmu salah satu tokoh aliran
psikologi behavioristik, yaitu B.F.
Skinner. Seperti umumnya para tokoh
psikologi
behavioristik,
Skinner
memiliki keyakinan filsafat ilmu yang
menjelaskan bahwa psikologi memiliki
objek
perilaku
yang
teramati
(observable behaviour) ketimbang
perilaku tidak teramati (covert
behaviour).
Berdasar
keyakinan
filosofis ini maka pendekatan analisis
perilaku terhadap intervensi secara
konsekuen mengukur hasil intervensi
perilaku pada objek sasaran perilaku
yang teramati atau pada hasil perilaku
(behavioral outcomes) (Lehman &
Geller, 2008).
Dalam dunia kita yang cenderung
menuntut ukuran-ukuran yang materiallistic dan positivistic nampaknya
pendekatan analisis perilaku terhadap
intervensi perilaku sosial cukup
mendapat tempat. Hal ini terjadi
karena banyak bagian dari masyarakat
kita menuntut hasil nyata atau terukur
sebagai bukti empiris dari suatu
intervensi perilaku. Pendekatan ini
cukup sesuai diterapkan oleh para
praktisi sosial yang dalam proyek
mereka mencoba menghadirkan rancangan dan hasil yang bersifat terukur
atau bersifat empiris dalam penanganan masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Selain filosofi keilmuan yang
berbasis pada pengukuran perilaku
teramati, karakteristik kedua pende
katan analisis perilaku adalah pada
konsep Skinner tentang “seleksi
konsekuensi”. Dalam hal ini seseorang
melakukan suatu perilaku karena
seseorang tersebut menseleksi konsekuensi-konsekuensi positif yang
mengikuti dari suatu perilaku dan
menghindari konsekuensi-konsekuensi
negatif.
Konsekuensi-konsekuensi
positif yang paling memotivasi terjadinya perilaku tersebut dipilih berdasar
kriteria “kesegeraan” dan kriteria
“kepastian”.
Sebagai contoh, konsep “seleksi
konsekuensi” terkait kriteria“ kesege
raan” dan kriteria “kepastian” ini dapat
diterapkan dalam menjelaskan alasanalasan yang memotivasi orang tetap
melakukan perilaku merokok. Dalam
hal ini perokok melihat konsekuensi
yang segera dan pasti (perasaan
nyaman) lebih memotivasi terjadinya
Hanurawan, Strategi Intervensi Psikologi Sosial Untuk Meningkatkan Dampak Intervensi
Perilaku | 37
perilaku merokok ketimbang melihat
konsekuensi yang “jauh” dan “tidak
pasti”
(kanker
paru).
Ukuran
kemenonjolan konsekuensi negatif
menderita penyakit kanker paru
apabila merokok adalah sesuatu yang
keberadaannya jauh dan tidak pasti
bagi seseorang dalam melakukan
perilaku merokok. Namun, sebaliknya
apabila perokok melihat konsekuensi
merokok dapat membuatnya secara
segera dan memastikan dirinya akan
mengidap penyakit kanker paru maka
ia kemudian akan menghindari
perilaku merokok.
Keberadaan seleksi konsekuensi
sebagai basis bagi seseorang yang
melaksanakan atau tidak melaksana
kan suatu perilaku dapat diterapkan
untuk
pengembangan
intervensi
psikologi sosial terkait perilakuperilaku sosial yang membantu
masyarakat menjadi lebih sejahtera.
Salah satu cara yang efektif untuk
meningkatkan
perilaku
yang
diharapkan oleh masyarakat atau untuk
mereduksi perilaku yang tidak
diharapkan oleh masyarakat adalah
merubah konsekuensi atau kemenonjo
lan konsekuensi yang mengikuti suatu
perilaku. Pendekatan alternatif adalah
melalui
pengubahan
stimulus
lingkungan yang ada sebelum terjadi
perilaku yang ditargetkan. Apabila
konsekuensi mengendalikan perilaku
maka stimulus anteseden akan
mengarahkan perilaku.
Stimulusstimulus dalam lingkungan sering
ditunjukkan
dengan
keberadaan
eksistensi konsekuensi-konsekuensi.
Stimulus-stimulus dalam lingkungan
tersebut dapat diistilahkan dengan
sebutan anteseden atau aktivator
karena mereka mendahului atau
mengarahkan perilaku yang diperlukan
untuk
memperoleh
konsekuensikonsekuensi yang diharapkan. Contoh
keberadaan stimulus anteseden yang
mampu mengarahkan perilaku adalah
orang-orang
yang
mengalami
kegemukan dan melakukan praktek
diet yang menjadi korban stimulus
anteseden.
Orang-orang
tersebut
menjadi korban stimulus anteseden
berupa rambu penunjuk jalan masuk di
depan sebuah rumah makan cepat saji
yang mengarahkan mobil mereka
masuk ke dalam tempat parkir rumah
makan itu, berjalan masuk ke dalam
rumah makan, dan mengambil uang
dari dompet dalam upaya memperoleh
konsekuensi segera atau konsekuensi
langsung burger berukuran besar dan
kentang
goreng
super
seperti
diiklankan oleh rambu penunjuk jalan.
Hubungan sekuensial entitas:
anteseden perilaku  konsekuensi;
disebut dengan istilah kontingensitiga-term. Kontingensi-tiga-term menjadi dasar teoritis bagi keberadaan
intervensi-perubahan perilaku yang
dikembangkan dan dievaluasi oleh
para analisis perilaku terapan (applied
behaviouranalyst). Dalam pengembangan intervensi itu, dalam upaya
untuk merubah perilaku sosial ke arah
yang diinginkan, analis perilaku secara
cermat melakukan:
 Pembuatan
definisi
atau
batasan tentang suatu perilaku
bermasalah;
 Pembuatan identifikasi tehadap
anteseden-anteseden yang men
38 | Jurnal Sains Psikologi, Jilid 2, Nomor 1, November 2012, hlm. 35-44

dahului timbulnya perilaku
tersebut.
Pembuatan identifikasi terha
dap konsekuensi-konsekuensi
yang
mengikuti
perilaku
tersebut.
Analisis
terhadap
perilaku
bermasalah
dilakukan
melalui
observasi langsung, survai, dan
wawancara untuk memberi identifikasi
secara tepat anteseden-anteseden dan
konsekuensi-konsekuensi suatu peri
laku bermasalah. Apabila antesedenanteseden dan konsekuensi-konse
kuensi suatu perilaku bermasalah telah
teridentifikasi,
seorang
analisis
perilaku mencoba merubah suatu
perilaku bermasalah dengan merubah
kontingensi yang ada, misalnya
dengan
menambah
antesedenanteseden yang baru dan konsekuensikonsekuensi yang baru (Lehman &
Geller, 2008).
Strategi Intervensi Perilaku
Strategi intervensi perilaku dapat
diklasifikasi menjadi empat strategi
anteseden dan tiga strategi konsekuen
yang selama ini oleh para analis
perilaku telah diterapkan dalam
perubahan perilaku sosial yang
bermasalah.
1. Strategi Anteseden
Empat strategi anteseden terdiri
dari teknik-teknik: pendidikan dan
pelatihan,pemberian tanda, pemodelan,
dan komitmen perilaku.
a.Pendidikan dan Pelatihan
Sebelum melakukan perubahan
perilaku maka para analis perilaku
perlu memberikan rasional terkait
tuntutan perubahan perilaku bermasalah. Rasional ini membantu kelompok
sasaran menjadi memahami atau lebih
memahami konsekuensi-konsekuensi
keberadaan perilaku bermasalah dalam
diri mereka (misalnya adalah dalam
perilaku non pro-lingkungan hidup).
Deskripsi tentang rasional untuk
terjadinya perubahan perilaku sosial
dapat dilakukan melalui instrumen
pendidikan. Contoh rasional semacam
ini adalah dalam intervensi untuk meningkatkan perilaku membuang sampah pada tempat sampah perlu terdapat
deskripsi informasi tentang : konsekuensi negatif membuang sampah
tidak pada tempat sampah (lingkungan
menjadi kotor; potensi penularan
penyakit; suasana hati negatif); konsekuensi positif membuang sampah pada
tempat sampah (lingkungan menjadi
bersih dan indah; terhindar dari
penularan penyakit; suasana hati
positif).
Selain pendidikan, pelatihan dapat
dilakukan untuk melakukan pemberian
intervensi anteseden. Pemberian intervensi anteseden adalah melalui
serangkaian teknik spesifik (bermain
peran; drill atau pengulangan perilaku;
umpan balik) sehingga peserta pelatihan dapat melakukan perilaku tertentu
yang sudah ditargetkan oleh perancang
pelatihan.
Informasi dalam pendidikan dan
pelatihan disampaikan melalui media
cetak atau media elektronik dan secara
personal atau secara kelompok.
Hanurawan, Strategi Intervensi Psikologi Sosial Untuk Meningkatkan Dampak Intervensi
Perilaku | 39
Informasi yang disampaikan secara
interpersonal lebih efektif apabila
dilakukan dalam kelompok kecil dan
dilakukan dengan melibatkan secara
aktif partisipan dalam aktivitasaktivitas dan demonstrasi-demonstrasi
yang relevan.
b. Tanda
Tanda (prompt) adalah tanda
verbal atau tertulis yang disampaikan
secara strategis di suatu tempat di
mana suatu perilaku yang ditargetkan
diperkirakan akan terjadi. Pesan dalam
tanda memiliki kedudukan sebagai
anteseden pengingat agar perilaku
yang ditargetkan dilakukan oleh orang
atau kelompok sasaran. Lehman &
Geller (2008) menjelaskan beberapa
kondisi yang membantu efektifitas
pemberian tanda, yaitu:
 Target perilaku didefinisikan
secara akurat dalam tanda.
 Target perilaku relatif mudah
dilaksanakan.
 Pesan disampaikan apabila
target perilaku relatif dapat
dilaksanakan.
 Pesan disampaikan secara
sopan.
Pemberlakuan tanda cukup
populer karena beberapa alasan, yaitu:
 Penerapannya yang bersifat
sederhana.
 Relatif berbiaya rendah.
 Relatif
memiliki
dampak
signifikan apabila diimplemen
tasikan secara cermat pada
skala besar.
c. Pemodelan
Apabila tanda cukup sesuai untuk
perilaku yang sederhana maka untuk
perilaku yang kompleks diterapkan
pemodelan (modelling). Pelaksanaan
pemodelan mencakup demonstrasi
perilaku spesifik kepada audiens
sasaran. Pemodelan menjadi lebih
efektif apabila model ditampilkan
dengan konsekuensi ganjaran segera
setelah target perilaku dilakukan.
Pemodelan dapat ditampil kan melalui
demonstrasi secara langsung namun
untuk audiens yang lebih luas
demonstrasi dilakukan melalui media
elektronik.
Penelitian Winnet dkk. tahun 1985
dkk. (dalam Lehman & Geller, 2008)
yang melakukan suatu intervensi
berskala besar terkait peningkatan
perilaku konservasi menghasilkan
temuan tentang signifikansi peran
pemodelan dalam pembentukan peri
laku koservasi. Dalam penelitian ini,
subjek yang menyaksikan video
presentasi tentang perilaku konservasi
menunjukkan penurunan penggunaan
energi rumah tangga setelah periode
waktu sembilan minggu dibanding
kelompok kontrol (kelompok yang
tidak menyaksikan video presentasi
tentang perilaku konservasi).
d. Komitmen Perilaku
Komitmen perilaku adalah intervensi perilaku dengan meminta
individu –individu untuk secara formal
menyetujui merubah perilaku mereka
dengan membuat komitmen perilaku.
Dalam hal ini apabila individu menandatangani kartu perjanjian untuk me-
40 | Jurnal Sains Psikologi, Jilid 2, Nomor 1, November 2012, hlm. 35-44
ningkatkan suatu target perilaku
(membuang sampah pada tempat pembuangan sampah) atau menghentikan
perilaku yang tidak diinginkan
(membuang sampah tidak pada tempat
pembuangan sampah) maka mereka
akan merasa berkewajiban menghormati komitmen itu dan mereka akan
melaksanakan janji tersebut.
Para analisis perilaku menjelaskan
tendensi untuk mengikuti secara
konsisten pada komitmen perilaku
terjadi karena individu belajar aturanaturan perilaku dan melalui pengalaman belajar bahwa patuh pada aturan
yang diasosiasikan atau dihubungkan
dengan konsekuensi personal positif
dan konsekuensi sosial positif. Selain
itu, individu juga belajar bahwa
melanggar aturan sering kali dikuti
dengan konsekuensi personal negatif
dan konsekuensi sosial negatif. Para
ahli psikologi sosial mengatribusikan
tendensi untuk mengikuti secara
konsisten komitmen perilaku pada
norma sosial yang kuat untuk konsistensi yang menciptakan tekanan untuk
secara internal dan eksternal konsisten.
2. Strategi Konsekuensi
Strategi konsekuensi untuk
intervensi perilaku sosial meliputi
teknik: pemberian hukuman, pemberian hadiah, dan pemberian umpan
balik.
a. Hukuman
Strategi konsekuensi menerap
kan teknik hukuman (penalty) melalui
identifikasi perilaku-perilaku yang
tidak
diinginkan
(undesirable
behaviour) dan memberikan konse
kuensi negatif kepada orang-orang
yang yang melaksanakan perilaku
tersebut. Teknik hukuman ini kurang
diminati oleh para ahli psikologi sosial
karena membutuhkan kewenangan
kekuasaan formal yang besar dan perlu
mengerahkan usaha yang sangat besar
untuk menjadi efektif. Dalam hal ini
cukup sulit dan membutuhkan waktu
yang lama untuk selalu mengawasi
orang yang melakukan pelanggaran
dan memberi hukuman kepada mereka
(mencari serta menangkap pelanggar
pembuang sampah sembarangan dan
memberi denda kepada pelanggar
tersebut). Meskipun membutuhkan
usaha-usaha yang sangat keras namun
para ahli psikologi sosial dapat bekerja
sama dengan pemerintah lokal untuk
menetapkan undang-undang terkait
perilaku yang tidak diinginkan dan
menetapkan aparat keamanan yang
berwenang melaksanakan undangundang itu di lapangan.
Alasan lain terkait kekurangmina
tan para ahli psikologi sosial dalam
penerapan konsekuensi negatif adalah
pengaruhnya terhadap sikap dan
perilaku jangka panjang pada orangorang yang menerima konsekuensi
negatif. Dalam hal ini pertanyaan
yang muncul adalah: Apakah sikap
terhadap membuang sampah pada
tempat sampah dipengaruhi oleh
intervensi pemberian hukuman kepada
orang yang tidak membuang sampah
pada
tempat
sampah?
Dalam
menanggapi pertanyaan ini, terdapat
kecenderungan yang menunjukkan
sebagian besar individu cenderung
memberi reaksi kepada hukuman
dengan menunjukkan sikap negatif dan
Hanurawan, Strategi Intervensi Psikologi Sosial Untuk Meningkatkan Dampak Intervensi
Perilaku | 41
emosi negatif. Dalam situasi ini,
individu tidak melakukan perilaku
yang tidak diinginkan oleh masyarakat
lebih karena sekedar menghindari
konsekuensi negatif ketimbang karena
mengharapkan menerima konsekuensi
positif. Ini berarti dalam bahasa yang
sederhana dapat disimpulkan bahwa
hukuman memiliki makna memberi
motivasi kepada seseorang untuk
melaksanakan suatu perilaku (membuang sampah pada tempat sampah)
namun itu tidak memberi makna
member kebahagiaan kepada seseorang pada saat melaksanakan suatu
perilaku.
Dalam hal ini apabila penindakan
atau pemberian hukuman tidak
konsisten maka perilaku individu akan
cenderung kembali pada perilaku
semula (sebelum intervensi sosial).
Fenomena ini dapat dilihat pada
disiplin penggunaan helm pengaman
bagi pengendara sepeda motor di
Indonesia. Apabila pemberian hukuman berupa tilang oleh polisi kepada
pengendara sepeda motor yang tidak
menggunakan helm pengaman bersifat
tidak konsisten maka banyak pengendara sepeda motor di Indonesia
kemudianmenjaditidakdisiplinmenggu
nakan helm pengaman.
b. Ganjaran
Dalam upaya untuk menghindari efek samping negative pemberlakuan hukuman, para ahli psikologi
behavioristik
member alternative
pengembangan teknik pengembangan
perilaku diinginkan yang diikuti
dengan konsekuensi positif. Konsekuensi positif ini dapat disebut dengan
istilah ganjaran (reward). Ganjaran ini
dapat berbentuk pujian verbal,
keistimewaan, pemberian uang, kenaikan upah, dan promosi (Riggio,
2009).
Sebelum intervensi pemberian
ganjaran dilakukan maka intervensi itu
harus didahului dengan pesan anteseden yang menginformasikan kepada
individu atau public tentang keberadaan suatu ganjaran apabila seseorang
melaksanakan suatu perilaku yang
diinginkan.Pesan anteseden ini disebut
dengan istilah insentif.Pesan anteseden
tidak hanya menginformasikan kepada
individu atau publik tentang keberadaan suatu ganjaran apabila seseorang
melaksanakan suatu perilaku diinginkan namun juga menginformasikan
kepada individu atau publik tentang
keberadaan suatu hukuman apabila
seseorang melaksanakan suatu perilaku yang tidak diinginkan (disinsentif).
Berbagai jenis perilaku telah
menjadi sasaran program intervensi
insentif/ganjaran yang berjalan dengan
efektif. Berbagai jenis perilaku telah
menjadi sasaran program intervensi
insentif/ganjaran antara lain adalah
penggunaan sabuk pengaman, kepatuhan pada pengobatan dokter, komitmen pada donasi organ tubuh,
pengurangan penyalahgunaan narkoba,
produktivitas karyawan, dan perilaku
lingkungan hidup (Lehman & Geller,
2008).
Selain kemampuan untuk mem
bantu secara efektif peningkatan
perilaku yang diinginkan, ternyata
terdapat beberapa kelemahan teknik
pemberian
ganjaran.
Kelemahan
42 | Jurnal Sains Psikologi, Jilid 2, Nomor 1, November 2012, hlm. 35-44
pertama adalah implementasi secara
praktis pemberian ganjaran juga
memerlukan biaya yang cukup mahal.
Dalam hal ini ganjaran harus diberikan
segera setelah seseorang melaksanakan
suatu perilaku.
Kelemahan
kedua,
apabila
ganjaran diberikan secara kontingen
maka target perilaku yang diinginkan
muncul akan menurun apabila
ganjaran tidak lagi diberikan. Untuk
mengatasi kelemahan ini maka perlu
diberlakukan pemberian ganjaran
dalam waktu yang tidak terbatas.
Kelemahan ketiga pemberian
ganjaran adalah pemberlakuan pemberian ganjaran akan menghilangkan
keberadaan motivasi intrinsic dalam
diri seseorang. Motivasi intrinsic
adalah dorongan untuk melakukan
suatu perilaku berdasar ganjaran yang
berasal dari dalam diri seseorang
(Riggio, 2009). Dalam hal ini apabila
seseorang melaksanakan suatu perilaku yang diinginkan maka itu lebih
dimotivasi oleh focus dorongan
ganjaran yang berasal dari luar dirinya.
Ini berarti apabila ganjaran tidak ada
maka seseorang tidak memiliki
dorongan internal untuk melaksanakan
suatu perilaku.
c. Umpan Balik
Teknik umpan balik (feedback)
adalah pemberian informasi kepada
para pelaku tentang tingkat atau
konsekuensi dari perilaku mereka.
Data yang berasal dari umpan balik itu
membuat konsekuensi perilaku yang
diinginkan menjadi lebih menonjol.
Contoh data umpan balik adalah
besaran jumlah berat badan sebagai
hasil program intervensi latihan
penurunan berat badan. Umpan balik
ini juga membantu kecenderu ngan
terjadinya perubahan perilaku seiring
dengan keberadaan konse kuensikonsekuensi itu.
Teknik umpan balik ini secara
konsisten cukup berhasil diimplemen
tasikan pada berbagai implementasi
awal intervensi pelestarian lingkungan
hidup terkait perilaku konsumsi hemat
energy rumah tangga, perilaku mengemudi aman, dan perilaku merokok
(Lehman & Geller, 2008).
Penerapan Praktis Strategi dan
Teknik Intervensi Psikologi Sosial
Dalam bagian sebelumnya telah
diuraikan strategi intervensi anteseden
(pendidikan dan pelatihan, pemberian
tanda, dan pemodelan) dan strategi
intervensi konsekuensi (komitmen,
hukuman, ganjaran, dan umpan balik)
yang telah diterapkan atau dimplementasikan secara berhasil untuk merubah
perilaku dalam skala yang lebih besar.
Meskipun strategi-strategi dan teknikteknik itu diuraikan secara terpisah,
namun dalam konteks implementasi
praktis, serangkaian strategi dan teknik
itu dapat dikombinasikan dalam satu
program intervensi psikologi sosial.
Kombinasi tersebut berdasar rasional
kebutuhan-kebutuhan ketercapaian tujuan intervensi psikologi sosial untuk
melakukan perubahan perilaku secara
efisien dan efektif.
Dalam hal ini pengembang
program intervensi harus secara
cermat melakukan analisis kebutuhan
dan melakukan pemilihan strategi
Hanurawan, Strategi Intervensi Psikologi Sosial Untuk Meningkatkan Dampak Intervensi
Perilaku | 43
yang sesuai. Pemilihan strategi yang
sesuai menjadi arah bagi pemilihan
teknik-teknik intervensi yang dibutuh
kan.
psikologi sosial untuk melakukan
perubahan perilaku secara efisien dan
efektif.
KESIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Berdasar deskripsi tentang
strategi intervensi psikologi sosial
untukmeningkatkan dampak intervensi
perilakuterkaitmasalahmasalahperilaku sosial maka dapat
diuraikankesimpulankesimpulansebagai berikut:
Pertama, berdasar asumsi bahwa
banyak masalah-masalah social terjadi
disebabkan oleh perilaku sosial maka
potensisolusiuntukmengatasimasalahmasalah tersebut dapat dilakukan
penanganan perilaku sosial melalui
intervensi psikologi sosial.
Kedua, intervensi psikologi sosial
adalah intervensi dengan menggunakan teori-teori, konsep-konsep, dan
hasil-hasil penelitian psikologi sosial
yang diterapkan untuk memecahkan
perilaku social yang relevan.
Ketiga, empat strategi anteseden terdiri
dari teknik-teknik : pendidikan dan
pelatihan, pemberian tanda, pemodelan
, dan komitmen perilaku.
Keempat, strategi konsekuensi untuk
intervensi perilaku sosial meliputi
teknik: pemberian hukuman, pemberian hadiah, dan pemberian umpan
balik.
Kelima, dalam konteks implementasi
praktis, serangkaian strategi dan teknik
itu dapat dikombinasikan dalam satu
program intervensi psikologi sosial
berdasar rasional kebutuhan-kebutu
han ketercapaian tujuan intervensi
Dalton,
J.H.,
Elias,
M.J.
&
Wandersman,
A.
2007.
Community Psychology: Linking
Individuals and Communities.
Belmont
CA:
Thomson
Wadsworth.
Hanurawan, F. & Diponegoro, A.M.
2005. Psikologi Sosial Terapan
dan Masalah-Masalah Sosial.
Yogyakarta: UAD Press.
Hanurawan, F. 2008. Perspektif
Psikologi
Sosial
terhadap
Perilaku Agresi di Lingkungan
Sekolah. Sekolah Dasar. Kajian
Teori dan Praktik Pendidikan,
16 (2):125-135.
Lehman, P.K. & Geller, E.S. 2008.
Applications
of
Social
Psychology to Increase the
Impact of Behaviour-Focused
Intervention. L. Steg, A.P.
Buunk, & T. Rothengatter
(Eds.).
Applied
Social
Psychology. Understanding and
Managing Social Problems (pp.
57-86). Cambridge: Cambridge
University Press.
Riggio, R.E. 2009. Introduction to
Industrial
/
Organizational
Psychology. Prentice Hall: Upper
Saddle River, New Jersey.
Download