JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL. 6, NO. 2, 2005: 61 - 118 RESPON SISWA SLTP KHODIJAH SURABAYA TERHADAP KEGIATAN UJICOBA PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU Elok Sudibyo* Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA Terpadu SLTP dan mendeskripsikan respon siswa yang belajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran tersebut. Dengan Four-D Model, yaitu: define, design, develop dan disseminate. Dari 45 siswa di SLTP Khodijah Surabaya; Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dapat digunakan dengan baik dan siswa menikmati suasana pembelajaran. Mayoritas siswa (58%) merasa senang dengan pembelajaran IPA Terpadu, dan sisanya (42%) merasa biasa-biasa saja. Hal-hal yang membuat IPA Terpadu tersebut menyenangkan antara lain: banyak kegiatan praktik, siswa mendapat kesempatan kerja kelompok, diberi kesempatan mengeluarkan pendapat/bertanya/diskusi, memperoleh hal-hal baru dalam belajar, semakin mengerti kaitan IPA dengan kehidupan sehari-hari, serta siswa merasa IPA semakin mudah dipahami. Abstract: This research is designed to develop learning material of Integrated Science for SLTP and to describe the students’ response. This is a development research applying For-D models consisting of 4 steps: define, design, develop and disseminate appli3ed to 45 students of SLTP Khodijah Surabaya. The result shows that the response was positive from most students (58%) and moderate from the rest (42%). Furthermore, ISL creates fun because students can practise a lot, work in group, share ideas, get new information, understand how science and real life are related. Kata kunci: respon siswa, perangkat pembelajaran IPA terpadu Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) adalah kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran IPA tersebut. Banyak siswa yang merasa tidak memerlukan IPA karena mereka beranggapan bahwa pelajaran itu tidak bermanfaat dalam kehidupannya. Bagi kebanyakan siswa, IPA merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Hal ini disebabkan oleh pola guru dalam pembelajaran IPA yang masih hanya memberikan ceramah tentang IPA kepada siswa, yang dapat dikatakan sebagai metode “tutur dan kapur.” Rendahnya minat siswa terhadap IPA menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dari tahun ke tahun juga masih belum pernah dapat dikatakan memuaskan. Memang sangat sulit rasanya bagi siswa untuk mencapai hasil yang tinggi pada mata pelajaran yang tidak mereka minati. Studi tentang pembelajaran IPA di Indonesia yang dilakukan oleh Blazely, dkk. (1997) menemukan bahwa pembelajaran IPA di SLTP berjalan sangat abstrak, text book oriented dan seakan tidak terkait dengan lingkungan tempat tinggal siswa. Pembelajaran yang sangat teoritis akan menyebabkan siswa sulit memahami materi ajar secara komprehensif. Akhirnya siswa cenderung menghafal dan mengerjakan soal/tugas secara mekanistik, tanpa memahami konsep dasarnya. Akibatnya, skema pemikiran siswa menjadi fragmented, dan tidak terjadi pemahaman secara utuh. * Dosen Jurusan Orkesrek, FIK Universitas Negeri Surabaya 88 Sudibyo, Respon Siswa SLTP Khodijah….. Kesulitan memahami pelajaran pada gilirannya menyebabkan motivasi belajar siswa menurun, karena merasa tidak mampu mengikutinya. Pada hal keyakinan diri untuk dapat memahami suatu pelajaran merupakan modal penumbuhan motivasi belajar yang berperan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Kline (1990) menyatakan bahwa motivasi belajar akan meningkatkan intensitas belajar, dan pada gilirannya intensitas belajar berinteraksi dengan kemampuan dasar akan menentukan prestasi belajar seseorang. Berdasarkan kajian secara mendalam juga ditemukan bahwa salah satu penyebab rendahnya minat siswa terhadap pelajaran IPA adalah adanya pemilahan IPA di SLTP menjadi fisika dan biologi, termasuk juga ada materi kimia, yang kemudian diikuti dengan pola pembelajaran yang terlalu menekankan kepada pendekatan keilmuan (scientific approach). Kegiatan belajar mengajar berlangsung tanpa memperhatikan tingkat perkembangan kognitif siswa, kebutuhan siswa, dan pra-konsepsi siswa yang diperoleh dari lingkungannya. Akibatnya, pembentukan konsep secara bertahap sebagaimana dijelaskan Skemp (1982) sulit terjadi karena tidak ada kesinambungan pengalaman empirik (sebagai wahana pembentukan pra-konsepsi) dengan konsep baru yang harus dikonstruk oleh siswa. Berdasarkan kajian literatur dan penelitian mutakhir yang relevan ditemukan bahwa pada umumnya tingkat perkembangan kognitif siswa SLTP masih dalam taraf operasional konkret dan belum sampai taraf berpikir formal sebagaimana tahapan yang disebutkan oleh Piaget (Supriyadi, 1994; Santosa, 1998). Studi literatur juga menemukan bahwa perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh pendidikan dan rangsangan dari lingkungan anak (Baillergeon, 1983; Byrness, 1988, dan Overton, 1994 di dalam Slavin, 1994; serta Griffith, 1982 dan Miller, 1983 di dalam Wolfolk, 1995). Diduga lingkungan anak Indonesia kurang merangsang terhadap perkembangan kognitif, sehingga perkembangan kognitif anak Indonesia lebih lambat dibanding anak-anak di Eropa yang ditemukan oleh Piaget. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, dapat disusun beberapa permasalahan atau pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah karakteristik perangkat pembelajaran IPA Terpadu SLTP yang dapat merangsang minat siswa untuk belajar ? (2) Bagaimanakah respon siswa yang belajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran IPA Terpadu? Tujuan penelitian ini adalah (1) mengembangkan perangkat pembelajaran IPA Terpadu SLTP yang terdiri dari rencana pelajaran, buku siswa, lembar kegiatan siswa, panduan lembar kegiatan siswa, lembar penilaian, panduan lembar penilaian, serta media pembelajaran. Dengan adanya kelengkapan perangkat pembelajaran itu diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar IPA; (2) mendeskripsikan respon siswa yang belajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran IPA Terpadu. Metode Pada dasarnya jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, yaitu pengembangan perangkat pembelajaran IPA Terpadu SLTP. Secara prinsip pengembangan perangkat pembelajaran ini menerapkan empat tahap pengembangan yang disebut Model 4-D atau Four-D Model (Thiagarajan, dkk., 1974), yaitu tahap pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan pendesiminasian (disseminate). Penelitian ini juga menerapkan ideide penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Tahap define diawali dengan melakukan analisis kurikulum SLTP untuk menyusun tematema pembelajaran. Tahap ini berakhir setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, sebagai penunjuk arah yang harus dicapai dalam proses pembelajaran yang akan dirancang dan dijalankan. Tahap design adalah tahap merancang prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini dimulai setelah tujuan pembelajaran ditetapkan. Kegiatan pada tahap ini dimulai dengan merancang pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa guna menguasai kompetensi yang dituntut oleh tujuan pembelajaran. Skenario agar siswa memperoleh pengalaman belajar itu disebut Rencana Pelajaran (RP). Berdasarkan RP tersebut, selanjutnya dikembangkan Buku Siswa (BS) sebagai bahan tertulis yang perlu dibaca siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk memberikan fasilitas 89 JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL. 6, NO. 2, 2005: 61 - 118 bagi siswa dalam mengerjakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya telah ada di dalam buku siswa, serta Media Belajar (MB), yaitu alat bantu untuk memudahkan siswa memahami materi ajar dan guru membantu mereka. Untuk mengecek apakah tujuan pembelajaran telah dicapai atau belum oleh siswa, maka dikembangkan pula Lembar Penilaian (LP). Di samping RP, BS, LKS, MB dan LP, khusus diperuntukkan bagi guru, dikembangkan pula Panduan LKS dan Panduan LP. Pada tahap develop gagasan tentang RP, BS, LKS, Panduan LKS, LP, Panduan LP, dan MB itu ditulis dan dibuat, sehingga menghasilkan Buram I. Buram I itu selanjutnya direviu oleh ahli Bidang Studi (Fisika dan Biologi) dan ahli Pendidikan Bidang Studi (Pendidikan Fisika dan Pendidikan Biologi) dalam suatu nominal group process. Sebagai pereviu bidang studi diambil dari dosen (Unesa), yaitu: fisika (Dr. Budi Jatmiko), biologi (Prof. Dr. Suparman Kardi) dan pereviu pendidikan bidang studi diambil dari guru IPA (SLTP) yang telah berpengalaman, antara lain: Drs. Abdul Majid, Dra. Nurul Khatimah, Dra. Azizah, Drs. Lukman Hakim, dan Dra. Titin Astuti. Berdasarkan hasil reviu tersebut, dilakukan penyempurnaan terhadap perangkat pembelajaran. Hasil penyempurnaan itu disebut Buram II, yang kemudian diujicoba secara terbatas. Ujicoba terbatas dilakukan pada Semester I Tahun Pelajaran 2003/2004 di SLTP Khodijah Surabaya. Untuk mengujicobakan tema “Contoh Teknologi di Sekitar Kita” yang dikembangkan ini diperlukan waktu selama delapan jam pelajaran. Pelaksanaan ujicoba tersebut memerlukan waktu selama dua minggu, yaitu Minggu I dan II bulan September 2003. Adapun jumlah siswa yang terlibat dalam kegiatan ujicoba ini adalah sebanyak 45 siswa (satu kelas sampel saja, yaitu Kelas IID). Pemilihan SLTP Khodijah Surabaya sebagai tempat ujicoba karena dilandasi dua alasan, (1) pimpinan sekolah dan guru berpikiran sangat terbuka terhadap gagasan IPA Terpadu, (2) kondisi sekolah maupun siswa mirip dengan SLTP pada umumnya, artinya tidak terlalu bagus tetapi juga tidak terlalu kurang. Dengan kata lain, kondisi SLTP Khodijah merupakan gambaran SLTP pada umumnya. Pada kegiatan ujicoba ini ingin diketahui apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta ingin diketahui pula tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran. Tahap disseminate dalam penelitian ini belum sempat dilakukan. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan biaya yang diperlukan selama kegiatan tahap ini. Penelitian ini baru menekankan aspek proses dan belum sampai pada aspek produk. Tujuan-tujuan dalam penelitian ini merupakan aspek proses. Sedangkan aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Namun Johnson (2002) mengingatkan bahwa proses harus dipastikan bagus lebih dahulu, sebelum melihat hasilnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang dikaji baru aspek proses. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran dari aspek produk, yaitu apakah siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang dituntut RP, maka perlu dilakukan disseminate dengan menggunakan metode randomized control group post test only. Pemilihan metode tersebut dilandasi bahwa metode randomized control group post test only dapat memastikan apakah hasil belajar merupakan dampak dari perlakuan yang diberikan. Dengan kata lain, dengan metode tersebut validitas internal studi dapat teruji. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama: perangkat pembelajaran IPA Terpadu, kedua: respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran IPA Terpadu. Deskripsi Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Perangkat pembelajaran IPA Terpadu yang dideskripsikan di sini adalah khusus untuk tema “Contoh Teknologi di Sekitar Kita.” Pada dasarnya, semua tema dalam perangkat pembelajaran IPA Terpadu yang dikembangkan terdiri dari tujuh (7) komponen. Ketujuh 90 Sudibyo, Respon Siswa SLTP Khodijah….. komponen tersebut, adalah: 1) Rencana Pelajaran (RP), 2) Buku Siswa (BS), 3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS), 4) Panduan LKS, 5) Lembar Penilaian (LP), 6) Panduan LP, dan 7) Media Belajar (MB). Rencana Pelajaran (RP) Rencana Pelajaran (RP) merupakan salah satu komponen perangkat pembelajaran yang berfungsi sebagai skenario guru dalam pembelajaran. RP ini disusun untuk setiap pertemuan (tatap muka). Dalam setiap RP berisi komponen-komponen seperti berikut ini. * Tujuan pembelajaran umum * Tujuan pembelajaran khusus * Model pengajaran * Sumber pembelajaran * Alat dan bahan * Kegiatan belajar mengajar Berikut ini adalah contoh-contoh RP yang telah dikembangkan, yaitu yang berkaitan dengan pembelajaran tema “Contoh Teknologi di Sekitar Kita,” khususnya Bab Penjernihan Air. Untuk pembelajaran bab ini, diperlukan empat RP (4 pertemuan) termasuk alokasi waktu untuk penilaiannya. Tiap-tiap RP dalam tema “Contoh Teknologi di Sekitar Kita” digunakan alokasi waktu selama dua (2) jam pelajaran. Dengan demikian, untuk pembelajaran bab Penjernihan Air diperlukan waktu selama delapan jam pelajaran, termasuk penilaiannya. Berikut ini dideskripsikan tiap-tiap RP untuk bab Penjernihan Air, khususnya deskripsi tentang model pembelajaran yang digunakan. * RP 01: Contoh RP 01 ini mengacu pada model pengajaran; pengajaran langsung (DI) dan pembelajaran kooperatif (CL) yang di dalamnya juga terdapat diskusi. RP ini membahas tentang bagaimana cara menjernihkan air, dengan dicontohkan dulu oleh guru. * RP 02: Contoh RP 02 ini mengacu pada model pengajaran; pengajaran berdasarkan masalah (PBI) dan CL, dengan menekankan pada kegiatan diskusi antar siswa. RP ini masih mendiskusikan tentang bagaimana cara menjernihkan air, namun siswa diberi kebebasan untuk menemukan bahan-bahan yang efektif untuk digunakan sebagai penjernih air. * RP 03: Contoh RP 03 ini mengacu pada model pengajaran; CL dan DI, yang juga menerapkan strategi-strategi belajar (LS). RP ini membahas tentang bahwa air yang jernih belum tentu bersih. Di dalam RP ini siswa juga dilatih bagaimana cara menemukan ide-ide penting dalam bacaan dengan menggarisbawahi kalimat-kalimat penting dalam bacaan itu. * RP 04: Contoh RP 04 ini berisi pelaksanaan penilaian khusus untuk tema “Contoh Teknologi di Sekitar Kita,” terutama tentang Penjernihan Air. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa RP yang telah diskenariokan ternyata di kelas yang sesungguhnya tidak berjalan dengan “mulus.” Guru akhirnya melakukan improvisasi untuk mengantisipasi kondisi kelas yang tidak sesuai dengan asumsi saat penyusunan RP. Jika RP menskenariokan pembelajaran berdasarkan masalah, tetapi tidak berjalan dengan baik karena banyak siswa yang belum memahami konsep dasar yang harus digunakan, maka guru harus melakukan langkah-langkah tertentu. Misalnya memberikan pertanyaan pancingan (probing) untuk mengarahkan. Demikian pula, jika RP menskenariokan pengajaran langsung, tetapi ternyata sebagian besar siswa sudah mengerti prosedur kerja yang harus dipelajari, maka guru perlu melakukan improvisasi agar siswa tidak bosan. Jika guru tidak melakukan improvisasi justru akan terjadi kesulitan bagi anak dalam melakukan asimilasi atau asosiasi skema berpikir, akibat belum adanya pengetahuan awal sebagai bekal memperoleh pengetahuan baru (Byrnes, 2001) atau sebaliknya siswa menjadi bosan akibat harus belajar sesuatu yang sudah diketahui. Buku Siswa (BS) Buku Siswa “Contoh Teknologi di Sekitar Kita” ini terdiri dari empat bab, yaitu Bab 1 Penjernihan Air, Bab 2 Pemurnian Air, Bab 3 Pembuatan Yogurt, dan Bab 4 Pembuatan Keju. Namun buku siswa yang dideskripsikan di sini hanya untuk bab Penjernihan Air. Hal ini berkaitan dengan kegiatan ujicoba, yaitu bab yang sudah diujicobakan adalah Bab 1 Penjernihan Air. Bab 91 JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL. 6, NO. 2, 2005: 61 - 118 Penjernihan Air ini terdiri dari empat subbab. Susunan subbab buku tersebut adalah sebagai berikut. * Apakah Air Jernih Selalu Bersih? * Hewan-hewan Kecil! * Mesin Kehidupan * Pengelolaan Air Minum Untuk membantu agar siswa mudah menangkap konsep-konsep penting atau kegiatan yang harus dilakukan, pada buku siswa dibuat catatan khusus pada margin samping. Dari ujicoba terungkap bahwa catatan seperti itu sangat membantu siswa. Catatan tersebut membantu siswa dapat dengan mudah mengetahui apa konsep esensial yang akan dipelajari dan apa kegiatan yang harus dilakukan serta peralatan yang diperlukan. Pada umumnya buku siswa dapat dipahami oleh siswa, meskipun ada beberapa pertanyaan tentang istilah yang dimuat dalam buku siswa dan belum dikenal siswa, tetapi tidak banyak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa, termasuk kalimat yang digunakan dalam buku siswa telah sesuai dengan tingkat kemampuan siswa SLTP. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Sejumlah LKS telah dikembangkan dalam rangka memberi kemudahan guru untuk menerapkan prinsip-prinsip IPA. Salah satu prinsip IPA yaitu, pembelajaran IPA merupakan proses aktif dan IPA untuk semua siswa. LKS tersebut dikembangkan juga dalam rangka memberikan fasilitas bagi siswa untuk mengerjakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya telah ada di dalam buku siswa. Rincian selengkapnya dari LKS tersebut adalah sebagai berikut. * LKS 01: Mari Kita Menjernihkan Air * LKS 02: Tidak Sejernih yang Kamu Lihat * LKS 03: Bagaimana Kamu Dapat Memisahkan Air dan Garam? Pelaksanaan LKS ini banyak mengalami perubahan ketika di kelas, terutama penyederhanaan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam LKS. Penyederhanaan kegiatan tersebut terutama dikaitkan dengan keberadaan peralatan di sekolah. Oleh karena itu LKS diarahkan pada pengembangan konsep berpikir dan belum sampai pada kegiatan yang sifatnya eksperimen dengan ketelitian tinggi. Panduan LKS Panduan LKS ini sama dengan isi di dalam LKS, namun pada Panduan LKS tersebut dilengkapi dengan kunci jawaban atau penyelesaian semua kegiatan yang terdapat di dalam LKS. Panduan LKS ini hanya diperuntukkan bagi guru. Panduan LKS ini dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi guru dalam membimbing siswa selama mengerjakan LKS. Data hasil ujicoba tentang Panduan LKS ini tidak diperoleh secara khusus. Namun, berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru bahwa Panduan LKS tersebut sangat membantu bagi mereka. Dengan adanya panduan tersebut guru mempunyai “percaya diri” selama membimbing siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam LKS. Lembar Penilaian (LP) Di dalam lembar penilaian ini berisi soal-soal dan pertanyaan-pertanyaan, serta kegiatankegiatan yang harus dikerjakan oleh siswa berkaitan dengan bab Penjernihan Air. Lembar Penilaian ini dimaksudkan untuk mengecek pemahaman serta ketuntasan siswa dalam pembelajaran bab tersebut. Karena pada kegiatan ujicoba ini baru penekanan pada aspek proses, maka data tentang lembar penilaian ini belum diperoleh dalam penelitian ini. Namun demikian lembar penilaian ini sudah divalidasi sebelumnya oleh para pakar pada saat kegiatan reviu perangkat pembelajaran. Validasi terhadap lembar penilaian tersebut dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara butirbutir tes dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara isi butir-butir tes yang dikembangkan tersebut dinyatakan valid oleh penelaah, meskipun harus ada revisi. Revisi tersebut misalnya, penggunaan bahasa yang terlalu “tinggi” dikhawatirkan tidak dimengerti oleh siswa, gambar-gambar yang kurang jelas perlu diganti, dan termasuk aturan dalam penulisan butir tes. Berdasarkan masukan tersebut selanjutnya dilakukan penyempurnaan untuk menyederhanakan bahasa, termasuk mengupayakan agar kalimat yang terlalu panjang dipotong menjadi kalimat- 92 Sudibyo, Respon Siswa SLTP Khodijah….. kalimat yang pendek dan sederhana. Sedangkan gambar-gambar yang kurang jelas diganti dengan gambar lain yang lebih jelas, termasuk aturan penulisan butir tes direvisi sesuai catatan para penelaah. Panduan LP Panduan LP ini sama seperti LP, namun di dalam Panduan LP tersebut dilengkapi dengan kunci jawaban atau penyelesaian LP. Panduan LP hanya diperuntukkan bagi guru. Panduan LP dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi guru dalam menilai siswa. Sama halnya dengan lembar penilaian, data ujicoba tentang Panduan LP juga belum diperoleh. Namun demikian, pada dasarnya guru-guru menyambut positif (gembira) dengan adanya panduan tersebut. Media Belajar Sejumlah media telah disiapkan untuk mendukung implementasi perangkat pembelajaran IPA Terpadu dengan tema “Contoh Teknologi di Sekitar Kita,” khususnya bab Penjernihan Air ini. Media tersebut dapat berupa alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Berikut ini adalah jenis media yang telah disiapkan. * Alat: sendok, gelas ukur, stopwatch, pipet tetes, spidol, dan lup/mikroskop. * Bahan: air aquarium, air kolam (tidak ada ikan), cairan fertilizer, plastik pembungkus bening, botol plastik, kain katun tipis, karet gelang, pasir, kerikil, toples plastik, tanah, ranting, daundaun, air, gelas plastik bening. Pada kegiatan ujicoba, media belajar dapat berfungsi dengan baik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa senang mencoba-coba peralatan/media belajar dan sangat senang ketika berhasil membuat simpulan dari hasil kegiatan yang dilakukan. Namun, kelemahan pokok dari media belajar yang dikembangkan itu adalah kesan “sekali pakai,” artinya setiap akan memulai pembelajaran, guru harus membuat lagi atau paling tidak memperbaiki lagi. Oleh karena itu perlu penyempurnaan agar media belajar dapat dibuat secara lebih “permanen,” artinya siap atau mudah disiapkan ketika guru akan memulai pembelajaran. Sebagai contoh, untuk membuat alat penjernih air, guru tidak perlu harus memotong botol minum air mineral, namun dapat menggunakan yang lebih permanen seperti alat penyaring (filter) pada aquarium. Kesulitan dalam menyiapkan media belajar dikhawatirkan menyebabkan guru malas dan pada akhirnya tidak menggunakannya (Sadiman dkk., 1996). Respon Siswa Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dijaring melalui Angket 1, yaitu Pendapat Siswa Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar. Angket tersebut diberikan kepada siswa pada akhir kegiatan ujicoba perangkat pembelajaran IPA Terpadu, dengan tema “Contoh Teknologi di Sekitar Kita.” Ujicoba perangkat pembelajaran dengan tema itu berlangsung selama dua minggu. Siswa diminta menjawab angket tersebut sejujur-jujurnya dan tidak diperbolehkan menuliskan nama atau identitas apa pun pada angket tersebut. Persentase respon siswa (jumlah siswa 45 orang) terhadap KBM IPA Terpadu ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel tersebut menunjukkan bahwa mayoritas siswa (58%) menyatakan senang mengikuti pelajaran IPA Terpadu selama dua minggu tersebut. Menurut mereka hal-hal yang membuat pelajaran IPA Terpadu tersebut menyenangkan adalah banyak praktiknya (80%), menambah ilmu pengetahuan (64%), mengerti kaitan pelajaran IPA Terpadu di sekolah dengan praktik atau kehidupan sehari-hari (56%), dan yang juga penting menurut mereka adalah banyak memperoleh kesempatan berbicara, mengeluarkan pendapat, atau bertanya kepada guru atau teman (52%). Mereka juga ada yang mengatakan secara tertulis bahwa pelajaran fisika yang dulu rumusnya panjang-panjang dan sulit untuk dimengerti. Berbeda dengan pelajaran IPA Terpadu ini, banyak praktiknya, dan dalam mengerjakan praktik enak dan mudah dipahami, serta materinya sangat menyenangkan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, ada beberapa saran tertulis dari siswa berkaitan dengan respon positif tersebut. Beberapa tulisan siswa itu, antara lain: waktu/jam pelajaran IPA agar lebih diperpanjang, ulangannya praktik saja, kalau bisa setiap pelajaran fisika 93 JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL. 6, NO. 2, 2005: 61 - 118 diadakan praktik seperti ini (IPA Terpadu). Selain itu menurut siswa juga banyak hal-hal baru yang belum pernah dialami pada pelajaran fisika sebelumnya. No 01 02 03 Tabel 1 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran IPA Terpadu Pertanyaan Selama mengikuti pelajaran IPA Terpadu tersebut bagaimana perasaanmu? a. senang b. tidak senang c. biasa-biasa saja Seandainya kamu merasa senang, hal apa saja yang membuat pelajaran tersebut terasa menyenangkan? (boleh memilih/menjawab lebih dari satu) a. banyak praktiknya, bisa mengetahui alat-alat yang dipakai dalam IPA Terpadu b. menerangkannya jelas, yang belum mengerti menjadi mengerti c. gurunya d. mengajarnya tidak monoton, tidak membosankan e. menambah ilmu pengetahuan f. kesempatan bekerja dalam kelompok g. dapat belajar mandiri h. buku siswa dan LKS yang dibagikan i. suasana kelasnya menyenangkan j. banyak memperoleh kesempatan berbicara, mengeluarkan pendapat, atau bertanya kepada guru atau teman k. mengerti kaitan pelajaran IPA Terpadu di sekolah dengan praktik atau kehidupan sehari-hari dari membaca buku siswa, melakukan praktik, mengerjakan LKS, atau penjelasan guru l. belajar di ruang laboratorium m.banyak hal-hal baru yang belum pernah atau jarang saya alami pada pelajaran fisika/biologi yang pernah saya ikuti Sampaikan pendapat atau harapanmu tentang pelajaran IPA Terpadu tersebut. a. dapat berlanjut pada Semester II b. banyak hal-hal baru yang menyenangkan selama pelajaran c. pelajaran ini sama saja dengan pelajaran fisika/biologi yang pernah saya ikuti dan terasa membosankan. d. waktu pelajaran IPA Terpadu ini terlampau pendek e. waktu pelajaran IPA Terpadu ini terlampau panjang f. pelajaran IPA Terpadu terasa semakin sulit g. pelajaran IPA Terpadu terasa semakin mudah h. buku siswa yang dibagikan sulit dipahami bahasanya i. buku siswa yang dibagikan mudah dipahami bahasanya j. saya suka seandainya pelajaran IPA Terpadu ini kosong k. saya kecewa seandainya pelajaran IPA Terpadu ini kosong Persentase 58% 0% 42% 80% 40% 12% 32% 64% 28% 20% 20% 44% 52% 56% 32% 40% 83% 72% 0% 39% 22% 22% 28% 11% 44% 6% 61% Respon siswa tersebut semakin menguatkan kebenaran prinsip IPA yang diutarakan terdahulu, yaitu pembelajaran IPA merupakan proses aktif. Berbagai kemudahan yang disediakan untuk melakukan berbagai macam kegiatan, baik dalam buku siswa maupun dalam LKS, terbukti 94 Sudibyo, Respon Siswa SLTP Khodijah….. mendapat respon positif dari siswa. Siswa senang dengan segala macam hands-on activities dan minds-on activities, termasuk mendeskripsikan obyek dan kejadian, mengajukan pertanyaan, dan mengkomunikasikan ide-ide mereka kepada teman atau guru mereka. Meskipun persentase siswa yang merasa senang itu tidak maksimal, yaitu hanya 58%, bukan berarti sisanya (42%) merasa tidak senang dengan pelajaran IPA Terpadu tersebut. Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak ada (0%) siswa yang menyatakan tidak senang dengan pelajaran IPA Terpadu ini. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan, karena pada umumnya pelajaran fisika merupakan kelompok pelajaran yang tidak disenangi oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan tertulis dari siswa yang berbunyi: “Saya ingin pelajaran fisika seperti pelajaran IPA Terpadu, praktik, tidak teori saja. Dulu saya benci pelajaran IPA, sekarang saya senang sekali. Penting: banyak memperoleh kesempatan berbicara, mengeluarkan pendapat.” Tabel 1 menunjukkan bahwa 42% dari responden ternyata menjawab biasa-biasa saja. Artinya, mereka tidak menyatakan senang, dan juga tidak menyatakan tidak senang. Meskipun mereka merespon biasa-biasa saja (42%), namun mayoritas dari mereka (83%) ternyata menghendaki agar pelajaran IPA Terpadu ini dapat berlanjut pada Semester II. Mereka juga menyatakan banyak hal-hal baru yang menyenangkan selama pelajaran (72%), serta merasa kecewa seandainya pelajaran IPA Terpadu ini kosong (61%). Namun demikian, ada juga (6%) siswa yang suka seandainya pelajaran IPA Terpadu ini kosong. Respon terhadap buku siswa, 44% siswa menyatakan bahwa buku siswa yang dibagikan mudah dipahami bahasanya, namun 11% siswa itu menyatakan buku siswa yang dibagikan sulit dipahami bahasanya. Munculnya persentase (11%) siswa yang menyatakan bahwa bahasa dalam buku siswa tersebut sulit dipahami disebabkan oleh adanya beberapa istilah dalam buku siswa yang belum dikenal siswa. Namun demikian, hal ini juga merupakan suatu masukan bagi peneliti untuk melakukan revisi buku siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa. Simpulan dan Saran Dengan mencermati hasil kegiatan ujicoba perangkat pembelajaran IPA Terpadu yang telah dilaksanakan di SLTP Khodijah Surabaya, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, yaitu khususnya tema Contoh Teknologi di Sekitar Kita, dapat berjalan dengan baik dan siswa menikmati suasana pembelajaran; (2) Sebagian besar siswa (58%) merasa senang dengan pembelajaran IPA Terpadu, dan sisanya (42%) menyatakan biasabiasa saja, serta tidak ada siswa (0%) yang merasa tidak senang. Kenyataan bahwa siswa menyenangi pembelajaran IPA Terpadu yang dikembangkan itu sangat menggembirakan, mengingat selama ini pelajaran IPA, khususnya fisika merupakan pelajaran yang umumnya ditakuti oleh siswa. Berubahnya fenomena itu, antara lain disebabkan: dalam pembelajaran banyak kegiatan praktik, siswa mendapatkan kesempatan kerja kelompok, diberi kesempatan mengeluarkan pendapat/diskusi, memperoleh hal-hal baru dalam belajar, semakin mengerti kaitan IPA dengan kehidupan sehari-hari, serta mereka merasa IPA semakin mudah dipahami. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, terdapat beberapa saran: (1) Tahap disseminate perlu dilakukan karena pada tahap ini akan dilihat kualitas pembelajaran dari aspek produk, yaitu mengukur peningkatan hasil belajar; (2) Metode penelitian untuk tahap disseminate sebaiknya digunakan randomized control group post test only; (3) Perlu dikembangkan tema-tema lain, sehingga akhirnya diperoleh tema-tema utuh yang mencakup materi dalam kelas I, II dan III SLTP. Daftar Acuan Blazely, Lloyd D., dkk. 1997. Science Study. Jakarta: The Japan Grant Foundation. Byrnes, James P. 2001. Cognitive Development and Learning: In Instructional Context. Second Edition. London: Allyn and Bacon. Kline, Peter. 1990. The Everyday Genius: Restoring Children’s Natural joy of Learning. Virginia: Great Ocean Publishers. 95 JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL. 6, NO. 2, 2005: 61 - 118 Santosa. 1998. Heterogenitas Siswa: Faktor yang Sering Dilupakan Guru. Makalah Disampaikan pada Seminar Pendidikan Masa Depan di Surabaya, 7 Mei 1998. Slavin, Robert E. 1994. Educational Psychology. New York: McGraw Hill, Co. Supriyadi. 1994. Perkembangan Kognitif Siswa di Jawa Timur. Surabaya: Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Thiagarajan, S., Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Source Book. Bloomington: Center for Innovation on Theaching the Handicapped. Wolfolk, Anita E. 1995. Educational Psychology. Needham Height: Allyn and Bacon. 96