ANALISIS PERILAKU INSTRUKSIONAL GURU DALAM

advertisement
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
ANALISIS PERILAKU INSTRUKSIONAL GURU DALAM
MENGELOLA PEMBELAJARAN DI KELAS AWAL
SEKOLAH DASAR
( Ditinjau Dari Teori Perkembangan Kognitif Piaget)
I G. A. Pt. Sri Darmawati, Nyoman Dantes, A.A.I.N Marhaeni
Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], nyoman
[email protected], ngurah [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku instruksional guru ditinjau dari
teori perkembangan kognitif Piaget tahap operasional konkret di kelas awal SD.
Penelitian ini menggunakan desain dalam bentuk ex-post facto. Sebanyak 24 guru kelas
awal SD di gugus III Kecamatan Sukasada dipilih menjadi sampel penelitian dengan
teknik pengambilan sampel sensus. Data dianalisis secara induktif yakni dengan
mengkaji melalui proses berlangsung dari fakta ke teori dan deskriptif dengan
memaparkan, membahas, dan menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
pemahaman guru terhadap pembelajaran operasional konkret di kelas awal SD dilihat
dari dimensi implementasi teori Piaget terhadap perumusan tujuan pembelajaran,
pemilihan bahan ajar, pemilihan metode, dan penggunaan alat peraga adalah sebesar
55,32% yang berada pada kategori cukup. (2) Perilaku instruksional guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari teori perkembangan kognitif
Piaget tahap operasional konkret pada fase perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran masing-masing adalah sebesar 66,7%, 29,2%, dan 37,5%.
Kata kunci: perilaku instruksional guru, tahap operasinal konkret, perencanaan
pembelajaran , pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
Abstract
The objective of this research is to find out teacher’s instructional attitude seen
from Piaget’s cognitive development theory of concrete operational phase in the early
elementary classes. This research used ex-post facto design. 24 early elementary
teachers of cluster III at Sukasada Subdistrict were selected to be the samples of
research with census sampling technique. The data were analyzed inductively through
factual process to theory and descriptive by explaining, investigating, and concluding.
The results of this research show that: 1) teacher’s comprehension about operational
concrete learning in the early elementary classes toward learning purpose formulation,
choosing learning materials, choosing method, and using visual aid is in poor category
(55,32%), 2) teacher’s instructional attitude to manage the early elementary classes
learning looks from Piaget’s cognitive development theory of concrete operational phase
in learning preparation, action, and learning asessment is in 66,7%, 29,2%, and 37,5%
teaching respectively.
Keywords:
teacher’s instructional attitude, concrete operational phase, teacing learning
preparation, teaching learning process, and learning aesessment
1
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
PENDAHULUAN
Rendahnya mutu pendidikan di
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
berdampak pada pencitraan negara luar
terhadap berbagai masalah yang ada di
Negara kita. Untuk menghadapi berbagai
masalah pendidikan, berbagai upaya
dilakukan oleh pemerintah diantaranya
adalah penyempurnaan dan pembaharuan
di bidang pendidikan diarahkan untuk
menjawab tantangan pendidikan yang
dihadapi. Seiring dengan berbagai masalah
dan tantangan yang dihadapi, kita harus
memposisikan diri sebagai agen perubahan
(agen of change). Departemen Pendidikan
Nasional-pun
melakukan
berbagai
penyempurnaan dan perubahan kebijakan
tentang pelaksanaan pendidikan dengan
mengacu pada pemberlakuan UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah
Daerah
dan
Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 yang
mengatur
pembagian
kewenangan
berbagai bidang pemerintahan, yang
membawa implikasi dalam kebijakan
pengelolaan pendidikan dari yang bersifat
sentralistik menjadi desentralistik (Suharjo,
2006;73).Demikian pula dengan perubahan.
kurikulum.
Pemberlakuan
Kurikulum
Berbasis Kompetensi 2004 ternyata masih
bersifat sentralistik.
Selanjutnya dewasa ini Pemerintah
Republik Indonesia telah melaksanakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang berbasis kompetensi bagi
penyelenggaraan program pendidikan di
semua jenis dan jenjang pendidikan
persekolahan dari jenjang sekolah dasar
hingga
SMA/SMK
(BNSP,
2006).
Berdasarkan
kurikumlum
ini,
tujuan
pembelajaran
di
sekolah
adalah
memberdayakan
subjek
didik
agar
menguasai kompetensi secara utuh baik
yang menyangkut domain kognisi, afeksi,
maupun psikomotor. Intraksional guru yang
dilakukan agar bisa mengoptimalkan aspek
kognisi menurut Bloom mengarah pada
penekanan enam subranah meliputi
(knowledge, comperhension, application ,
analysa,
synthesis, dan
evaluation),
sedangkan intruksional domain afektif yang
dilakukan guru meliputi lima subranah yaitu
(perception,responding,
valuing,organization, dan characterization
by a value or value complex ) sedangkan
domain psikomotor intruksional guru yang
dikembangkan mengarah pada tujuh
subranah yakni (perception, set, guided
respon, mechanism, complex over respons,
adaptation, dan origination)
Namun
demikian,
penguasaan
kompetensi secara kognisi yang akan
membantu subjek didik mengembangkan
kompetensi intelektual dan akademis
sangat urgen dikembangkan oleh guru
dalam praktik pembelajaran di kelas.
Perkembangan kompetensi kognisi juga
sangat penting bagi anak tidak saja untuk
mengembangkan perilaku yang rasional,
tetapi juga penting dalam integrasinya
dengan aspek-aspek: feeling dan emosi,
sikap, minat, nilai-nilai, dan dalam
mengembangkan kemampuan motorik dan
sosial.
Potensi kognisi anak, menurut
Piaget, mengalami perkembangan secara
gradual dan semakin kompleks dalam
empat fase: dari fase sensori motorik ke
fase praoperasional, dan kemudian ke fase
yang lebih tinggi, yakni berpikir operasional
konkret hingga berpikir operasional formal
(Gredler, 1992). Tugas guru dalam
pembelajaran
untuk
mengembangkan
kemampuan berpikir anak adalah dengan
memfasilitasi dan memberdayakan anak
untuk berkembang. Guru tidak harus
memberikan pengetahuan yang sudah jadi
kepada anak dalam tugas belajarnya.
Tugas guru adalah memfasilitasi anak
dengan
berbagai
masalah
untuk
dipecahkan sendiri berdasarkan tingkat
perkembangan anak sebelumnya (Suparno,
1997;72). Dalam realitanya, guru-guru di
sekolah dasar terutama guru-guru kelas
awal di kelas I sampai kelas III memang
sudah sangat tampak memperhatikan tahap
2
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
perkembangan berpikir anak dalam proses
belajar dan pembelajaran. Hal ini terutama
tampak dari cara atau pendekatan
berbahasa guru.
Sayangnya, dalam banyak hal guru
tampaknya kurang mengenali fase-fase
perkembangan kognisi anak, kurang
mengenali kemampuan apa saja yang
dimiliki
anak
pada
setiap
fase
perkembangan kognisi, dan apa saja
konsekuensinya dalam kegiatan belajar
siswa dan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Begitu pula dalam proses
pembelajaran, guru cenderung berpikir
bahwa struktur kemampuan berpikir anakanak bisa di tingkatkan ke level yang lebih
tinggi atau lebih kompleks dengan
memberikan pengetahuan yang sudah jadi
yang bisa dihafalkan dan dimengerti oleh
murid sesuai tahap perkembangan secara
umum.
Pemahaman dan keyakinan guru
seperti tersebut tentu dapat menimbulkan
masalah dalam pencapaian hakikat tujuantujuan pembelajaran. Pembelajaran yang
didasari oleh perilaku instruksional yang
terbatas di kelas, secara kognisi akan lebih
berorientasi pada kemampuan siswa
menguasai sebanyak mungkin konten
pelajaran dari pada memberdayakan dan
mengoptimalkan
kemampuan
struktur
kognisi anak untuk kepentingan beradaptasi
dengan lingkungan. Akibatnya, siswa
mungkin banyak memiliki pengetahuanpengetahuan yang terpisah-pisah, tetapi
pengetahuan tersebut kurang bersistem
dan kurang poweful.
Berdasarkan batasan masalah di
atas, maka masalah-masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Bagaimanakah
pemahaman
guru
tentang karakteristik pembelajaran di
kelas awal SD ditinjau dari
teori
perkembangan kognitif Piaget?
2) Bagaimanakah prilaku instruksional
guru dalam mengelola pembelajaran di
kelas awal SD ditinjau dari teori
perkembangan kognitif Piaget tahap
operasional
konkret
pada
fase
perencanaan pembelajaran di kelas
tinggi semester satu di gugus III
Kecamatan Sukasada tahun ajaran
2013/2014?
3) Bagaimanakah prilaku instruksional
guru dalam mengelola pembelajaran di
kelas awal SD ditinjau dari teori
perkembangan kognitif Piaget tahap
operasional
konkret
pada
fase
pelaksanaan pembelajaran di kelas
awal semester satu di gugus III
Kecamatan Sukasada tahun ajaran
2013/2014?
4) Bagaimanakah prilaku instruksional
guru dalam mengelola pembelajaran di
kelas awal SD ditinjau dari teori
perkembangan kognitif Piaget tahap
operasional konkret pada fase penilaian
pembelajaran di kelas awal semester
satu di gugus III Kecamatan Sukasada
tahun ajaran 2013/2014?
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan mixed
methods.
Mixed methods merupakan
sebuah pendekatan dalam penelitian yang
mengkombinasikan atau menghubungkan
antara metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif untuk digunakan secara bersamasama dalam suatu kegiatan penelitian
sehingga diperoleh data yang lebih
komprehensif, valid, reliabel, dan obyektif,
sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono
(2012:404). Melalui kombinasi dua metode,
maka data yang diperoleh dari penelitian
akan lebih valid, karena data yang
kebenarannya tidak dapat divalidasi dengan
metode kuantitatif akan divalidasi dengan
metode kualitatif dan sebaliknya.
Populasi dalam penelitian ini adalah
24 orang guru SD kelas awal di gugus III
Kecamatan Sukasada .
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini meliputi: (1) Pemahaman guru
tentang karakteristik pembelajaran dikelas
awal SD ditinjau dari teori perkembangan
kognitif Piaget; dan (2) Penerapan teori
perkembangan kognitif Piaget dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran di kelas awal. Data (1)
dikumpulkan
menggunakan
lembar
panduan wawancara, sedangkan data (2)
diperoleh dengan menggunakan lembar
observasi beserta rubrik berskala likert.
Data yang didapatkan bersifat ordinal.
3
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
Selanjutnya data yang diperoleh akan
dianalisis secara induktif yakni data
tersebut akan dikaji melalui proses
berlangsung dari fakta (data) ke tori dan
deskriptif
dengan
memaparkan
dan
membahas kemudian menarik kesimpulan.
PEMBAHASAN
1. Pemahaman guru tentang karakteristik
pembelajaran di kelas awal SD ditinjau dari
teori perkembangan kognitif Piaget.
Stelah
dilakukan
identifikasi
keseluruhan responden, maka masa kerja
responden dapat digolongkan ke dalam 7
kelompok masa kerja, masing-masing
responden yang memiliki masa kerja
kurang dari atau sama dengan 5 tahun, 6
sampai 10 tahun, 11 sampai 15 tahun, 16
sampai 20 tahun, 21-25 tahun, 26-30 tahun,
dan 31-35 tahun. Masing-masing masa
kerja tersebut dipetakan lagi ke dalam
persentase untuk dimensi wawancara
mengenai implementasi teori Piaget
terhadap perumusan tujuan, pemilihan
bahan ajar, pemilihan metode, dan media
pembelajaran
yang
dipakai,
serta
penggunaan alat peraga oleh masingmasing guru dalam kelompok masa
kerjanya.
a. Jika dilihat dari implementasi teori
kurang dari atau sampai 5 tahun
sampai dengan yang memiliki masa
kerja 31 sampai dengan 35 tahun
secara berturut-turut masing-masing
25%, 4,16%, dan 4,16%, 0%, 4,16%,
8,33%, dan 20,83%. Kesesuaian
jawaban responden terhadap dimensi
pemilihan bahan ajar jika dihubungkan
dengan
pembelajaran
operasional
konkret yang dilakukan secara total
adalah sebesar 67% yang berada pada
katagori baik, namun masih ada
beberapa guru yang perlu diperbaiki..
c. Pada dimensi implementasi teori
piaget terhadap pemilihan metode,
maka persentase kesesuaian jawaban
responden yang mendukung teori
perkembangan kognitif Piaget tahap
operasional konkret yang diterapkan
guru mulai dari kelompok guru dengan
masa kerja kurang dari atau sampai 5
tahun sampai dengan yang memiliki
masa kerja 31 sampai dengan 35 tahun
secara berturut-turut adalah 16,6%,
4.16%, 0%, dan 8,33%, 4,16, 4,16, dan
8,33%. Kesesuaian jawaban responden
terhadap dimensi cara belajar jika
dihubungkan dengan pembelajaran
operasional konkret yang dilakukan
secara total adalah sebesar 46%, yang
berada pada kategori baik. Pada
dimensi ini, masih banyak yang harus
diperbaiki terutama tentang pemilihan
metode yang sesuai dengan siswa
kelas awal.
d. Pada dimensi penggunaan alat
peraga digunakan oleh guru sesuai
dengan
pembelajaran
operasional
konkret yang dilakukan oleh guru mulai
dari kelompok guru dengan masa kerja
sesuai dengan pembagian kelompok
masa kerja di atas masing-masing
teridentifikasi sebagai berikut: 4,16%,
4,16%, dan 0%, 4,16, 8,33, 4,16, dan
Piaget terhadap perumusan tujuan,
maka persentase kesesuaian jawaban
responden yang mendukung teori
perkembangan kognitif Piaget tahap
operasional konkret yang diterapkan
guru mulai dari kelompok guru dengan
masa kerja 5 tahun kebawah sampai
dengan yang memiliki masa kerja 6
tahun hingga 35 tahun secara berturutturut adalah 20,83%, 4,16%, 14,16%,
8,33%, %, 8,33%, 8,33% dan 25%
Kesesuaian
jawaban
responden
terhadap dimensi implementasi teori
piaget terhadap perumusan tujuan
pembelajaran jika dihubungkan dengan
pembelajaran oprasional konkret yang
dilakukan secara total adalah sebesar
79,14%, termasuk dalam katagori baik.
b. Dari segi implementasi teori Piaget
terhadap pemilihan bahan ajar yang
dilakukan oleh guru mulai dari
kelompok guru dengan masa kerja
4
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
4,16. Kesesuaian jawaban responden
terhadap dimensi penggunaan alat
peraga
dihubungkan
dengan
pembelajaran oprasional konkret yang
dilakukan dengan secara total adalah
sebesar 29,13% yang berada pada
katagori kurang. Dengan demikian,
persentase
keseluruhan
dari
pemahaman
guru
terhadap
pembelajaran konkret di sekolah dasar
pada siswa kelas awal dilihat dari
dimensi implementasi teori Piaget
terhadap
perumusan
tujuan
pembelajaran, pemilihan bahan ajar,
pemilihan metode dan penggunaan alat
peraga adalah sebesar 55,32% yang
berada pada kategori kurang.
2. Perilaku instruksional guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas awal SD
ditinjau dari teori perkembangan kognitif
Piaget tahap operasional konkret pada fase
perencanaan pembelajaran di kelas awal
semester satu di gugus III Kecamatan
Sukasada tahun ajaran 2013/2014 adalah
sebesar 66,7% yang masuk pada kategori
baik. Dimensi perencanaan pembelajaran
mencakup:
(1) kemampuan guru memformulasikan
tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai
dengan
kurikulum/silabus
dan
memperhatikan
karakteristik
pada
operasional konkret. (2) kemampuan guru
menyusun bahan ajar secara runut, logis,
kontekstual,dan nyata, (3) kemampuan
guru merancang kegiatan pembelajaran
operasional konkret yg efektif, dan (4)
kemampuan
guru
memilih
sumber
belajar/media pembelajaran yang nyata
sesuai dengan tahap perkembangan
operasional
konkret.
Ketercapaian
keempat
indikator
tersebut
adalah
sebesar 66,7%. Itu artinya perencanaan
pembelajaran operasional konkret yang
dirancang oleh guru sudah memuaskan
namun masih ada beberapa guru yang
harus meninggalkan kebiasaan yang
kurang
bagus
seperti
membuat
perencanaan yaitu RPP yang hanya
mengkopy paste dari internet, yang mana
tentunya RPP dari internet kurang sesuai
dengan satuan pendidikan tempat guru
tersebut
mengajar.
Disamping
itu
ditemukan juga guru yang kurang
memahami
cara
memilih
tema
pembelajaran yang sesuai dengan tahap
oprasional konkret kelas awal, yang
bersifat menyenangkan, dan ada di sekitar
lingkungan dekat siswa. Yang perlu
ditekankan
dalam
perencanaan
pembelajaran berdasarkan hasil temuan
dilapangan adalah masih kurangnya
motivasi guru untuk merancang alat
peraga sederhana serta kurangnya
penggunaan metode yang efektif sesuai
dengan
perkembangan
oprasional
konkret.
3. Perilaku instruksional guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas awal
SD ditinjau dari teori perkembangan
kognitif Piaget tahap operasional
konkret
pada
fase
pelaksanaan
pembelajaran di kelas awal semester
satu di gugus III Kecamatan Sukasada
tahun
ajaran
2013/2014
adalah
sebesar 29,2% yang masuk pada
kecendrungan kategori baik dan cukup.
Dimensi pelaksanaan pembelajaran
mencakup:
(1) kemampuan guru
mendorong murid untuk menemukan
konsep dan prinsip, (2) kemampuan guru
melakukan aktivitas yang melibatkan guru
dan siswa dalam tugas operasional, (3)
kemampuan guru menggunakan alat bantu
berup benda nyata dalam pembelajaran,
dan (4) kemampuan guru memberikan
penguatan. Kondisi yang tidak mendukung
teori dalam fase ini adalah guru yang
belum memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyimpulkan sendiri serta
guru
belum
sepenuhnya
memberi
penguatan-penguatan di setiap akhir
pembelajaran
sebagai
tanda
guru
membenarkan apa yang sudah dikonstruk
siswa sendiri selama
pembelajaran
berlangsung.
4. Perilaku instruksional guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas awal SD
ditinjau dari teori perkembangan kognitif
Piaget tahap operasional konkret pada
fase penilaian pembelajaran di kelas awal
semester satu di gugus III Kecamatan
5
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
Sukasada tahun ajaran 2013/2014 adalah
sebesar 37,5% yang berada pada kategori
baik. Dimensi perencanaan pembelajaran
mencakup:
(1)
kemampuan
guru
merancang alat tes yang mengacu pda
indikator untuk mengukur kemajuan belajar
peserta didik dari aspek kognitif, (2)
menggunakan berbagai strategi dan
metode
penilaian
untuk
memantau
kemajuan dan hasil belajar peserta didik
dalam mencapai kompetensi tertentu
sebagaimana yang tertulis dalam RPP, dan
(3) kemampuan guru memanfatkan
berbagai hasil penilaian untuk memberikan
umpan balik bagi peserta didik tentang
kemajuan
belajarnya
dan
bahan
penyusunan rancangan pembelajaran
selanjutnya. Penilaian adalah pertalian
akhir dari perencanaan dan pelaksanaan.
Apa yang direncanakan dan dilaksanakan
itulah yang nantinya dievaluasi. Dimensi ini
menduduki kategori terkecil dari dimensi
yang lain tidak terlepas dari kurang
optimalnya perencanaan dan pelaksanaan
yang ada. Guru tidak akan mampu
menggunakan alat tes yang bervariasi jika
dalam pelaksanaan pembelajaran hanya
didominasi oleh metode ceramah dan
penugasan.
Ketika
guru
mampu
mengkolaborasikan metode demonstrasi
dan penugasan misalnya, guru akan
mampu menggunakan alat tes yang
bervariasi, misalnya tes tulis untuk
mengukur konsep, dan portofolio untuk
mengukur keaktifan dalam kelompok, dll
untuk memantau dan mengukur kemajuan
belajar
peserta
didik.
Selain
itu,
kemampuan guru untuk melakukan analisis
penilaian dan menggunakan hasil penilaian
untuk memberikan umpan balik bagi
peserta didik tentang kemajuan belajarnya
dan
menjadi
bahan
penyusunan
rancangan
pembelajaran
selanjutnya
masih
kurang dan masih harus lebih
ditingkatkan lagi agar lebih baik., sehingga
penilaian yang dilakukan masih belum
mencerminkan
pengukuran
dari
keseluruhan
pembelajaran
dan
pemanfaatan hasil analisis penilaian untuk
tindak lanjut dan refleksi untuk perbaikan
pembelajaran kedepannya.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Berdasarkan atas analisis data yang
telah
dipaparkan
pada
rangkuman
penelitian di atas, diperoleh temuan
sebagai berikut :
1) Pemahaman guru terhadap
pembelajaran konkret di sekolah dasar
dilihat dari dimensi implementasi teori
Piaget dalam perumusan tujuan, pemilihan
bahan ajar, pemilihan metode dan
penggunaan alat peraga yang digunakan
adalah sebesar 55,32% yang berada pada
kategori cukup.
2) Perilaku instruksional guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas awal SD
ditinjau dari teori perkembangan kognitif
Piaget tahap operasional konkret pada fase
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan penilaian pembelajaran
di kelas awal semester satu di gugus III
Kecamatan
Sukasada
tahun
ajaran
2013/2014 adalah sebesar 66,24% yang
berada pada kategori cukup.
SARAN
Sebagai tindak lanjut dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahawa
pembelajaran operasional konkret di
sekolah dasar sudah tergolong baik, namun
masih terdapat beberapa dimensi yang
tergolong cukup dan beberapa indikator
pada kategori kurang serta sangat kurang,
maka beberapa pihak perlu melakukan halhal sebagai berikut.
1. Guru
Guru perlu memahami bahwa pembelajaran
yang diterapkan pada siswa sekolah dasar
adalah tahap operasional konkret. Dalam
tahap ini siswa dengan optimal mampu
mengkonstruk pengetahuannya dengan
cara melihat langsung, mengamati dan
berinteraksi
dengan
objek
yang
dipelajarinya.
Dengan
demikian,
pembelajaran akan benar-benar bermakna,
melekat dan tertanam pada pemahaman
siswa, bukan hanya sekedar informasi
verbal yang sama sekali tidak cocok dan
tidak mampu dicerna oleh siswa kelas awal
yang masih pada usia yang belia.. Secara
spesifik akan diuraikan sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan Pembelajaran
1) Guru hendaknya merancang
6
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
pembelajaran pada RPP dengan
memperhatikan karakteristik siswa
kelas awal pada tahap operasional
konkret, yang belum bisa membedabedakan pelajaran per bidang studi
melainkan
dalam
bentuk
kombinasi/kolaborasi atau terpadu dan
tema menjadi sentral pembelajaran.
Jadi, guru sedapat mungkin merancang
agar kegiatan pembelajaran nantinya
dapat dikonkretkan.
2) Jika pembelajaran telah mampu
direncanakan dengan berfokus pada
tema, maka guru harus menyusun
bahan
ajar,
memilih
sumber
belajar/media
pembelajaran
yang
nyata dan menciptakan pembelajaran
operasional konkret yang efektif dan
optimal.
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
1) Ketika perencanaan operasional
konkret telah disusun, pada tahap
pelaksanaan guru harus mampu
mengusahakan dan menggunakan
bahan ajar atau media pembelajaran
yang dekat dengan lingkungan siswa
agar siswa menemukan sendiri konsep
pembelajaran saat itu dengan mudah.
2) Agar siswa mampu menemukan
sendiri konsep pembelajaran yang
diinginkan, guru harus menciptakan
aktivitas yang melibatkan guru dan
siswa dalam tugas operasional.
3) Ketika siswa telah menemukan
konsep
pembelajaran
yang
direncanakan, guru harus memberikan
penguatan kepada siswa untuk
membantu pembentukan rasa percaya
diri pada siswa.
c. Tahap Penilaian Pembelajaran
1) Guru harus mampu merancang
alat tes yang mengacu pada indikator
untuk mengukur kemajuan belajar
peserta didik dari aspek kognitif
2) Guru harus mampu menggunakan
berbagai strategi dan metode penilaian
yang
efektif
untuk
memantau
kemajuan dan hasil belajar peserta
didik.
3) Guru menggunakan berbagai hasil
penilaian untuk memberikan umpan
balik bagi peserta didik tentang
kemajuan belajarnya dan bahan
penyusunan rancangan pembelajaran
selanjutnya
2. Kepala sekolah
1) Kepala sekolah sebagai
perpanjangan
tangan
pemerintah
dengan pelaksana pendidikan di sekolah
( guru) hendaknya mengakomudir segala
kebutuhan pendidikan baik itu fasilitas
pendidikan melalui pemanfaatan dana
BOS, maupun masalah-masalah yang
sedang dihadapi guru melalui KKG.
2) Hendaknya segala program
perbaikan yang dilakukan oleh kepala
sekolah ditindak lanjuti dengan evaluasi
secara kontinyu dan langkah tindak
lanjut berikutnya.
3. Pengawas sekolah
1) Pengawas sekolah harus mampu
merancang sebuah kegiatan yang
teratur untuk mengadakan sosialisasi
dan penguatan kepada guru-guru SD
agar
melakukan
pembelajaran
operasional konkret beserta tahapan
yang ditempuh baik dari cara penyajian
di RPP, pelaksanaan, dan penilaian
yang perlu dilakukan.
2) Secara regular pengawas harus
mengaudit dokumen administrasi guru
dan pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan memberi
evaluasi kepada masing-masing guru
sebagai masukan dari pembelajaran
yang mereka lakukan.
4. Pemerintah
1) Pemerintah harus
memaksimalkan bacaan-bacaan praktis
untuk
menunjang
pembelajaran
operasional konkret di SD agar lebih
tepat.
2) Pemerintah harus
menganggarkan
dalam
bidang
pendidikan untuk mengadakan kegiatan
sosialisasi dan pelatihan pembelajaran
operasional konkret di SD, dilengkapi
dengan contoh pembelajaran nyata
yang ideal ditepakan menggunakan
konsep dan prinsip operasional konkret.
3) Pemerintah daerah harus
memberdayakan potensi-potensi dari
guru-guru
muda
agar
mampu
mensosialisasikan
pembelajaran
operasional konkret yang tepat untuk
7
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
guru-guru yang ada disatu kabupaten
dan mengoptimalkannya.
DAFTAR RUJUKAN
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: BSNP.
Creswell, J.W. (1998). Qualitative
Inquiry and Research Design:
Choosing among Five Traditions.
New Delhi: SAGE Publications.
Dantes, Nyoman. 2011. Metodologi
Penelitian. Singaraja: Program
Pascasarjana Undiksha.
Depdiknas.
(2006).
Panduan
Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan
Jenjang
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah.
Jakarta:
Badan
Standar Nasional Pendiidkan.
Gredler, M. E. 1992. Learning and
Instruction: Theory into Practice.
Secong Edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan
Pembelajaran. Bandung: Bumi
Aksara.
Harjanto.
2006.
Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Koyan, Wayan. 2012. Telaah Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
Jenjang
Pendidikan
Sekolah
Dasar.
Singaraja:
Program Pascasarjana Undiksha.
-----
2008. Manajemen
Bandung: Alfabeta
Miles, M.B. dan Huberman, A. M.
(1992). Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber tentang Metodemetode Baru. Tjetjep Rohendi
Rohidi (Penerjemah). Jakarta: UI
Press.
Harjanto.
2006.
Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Koyan, Wayan. 2012. Telaah Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
Jenjang
Pendidikan
Sekolah
Dasar.
Singaraja:
Program Pascasarjana Undiksha.
-----
2008. Manajemen
Bandung: Alfabeta
Pendidikan.
----- 2011. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran.
Singaraja:
Program Pascasarjana Undiksha.
Miles, M.B. dan Huberman, A. M.
(1992). Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber tentang Metodemetode Baru. Tjetjep Rohendi
Rohidi (Penerjemah). Jakarta: UI
Press.
Modgil,
Sohan.
1973.
Piagetian
Research A Handbook of Recent
Studies.USA: NFER Publishing
Company Ltd.
Munandar,
Utami.
1992.
Mengembangkan Bakat dan
Kreatifitas
Anak
Sekolah.
Jakarta:
PT.
Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Pendidikan.
----- 2011. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran.
Singaraja:
Program Pascasarjana Undiksha.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
8
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
NCSS. (2000). National Standards for
Social Studies Teachers, Volume
1. Washington, DC: National
Council for the Social Studies.
Nurkanca.
Wayan.
2001.
Perkembangan Jasmani dan
Kejiwaan.
Surabaya.
Usaha
Nasional.
Sadia, I W. (1996). Pengembangan
Model
Belajar
Konstruktivis
dalam Pembelajaran IPA di
Sekolah Menengah Pertama
(SMP):
Suatu
Studi
Pembelajaran
IPA
dalam
Pandangan
Paradigma
Konstruktivisme di SMP Negeri di
Singaraja.
Disertasi
(Tidak
dipublikasikan).
Bandung:
Program
Pascasarjana
IKIP
Bandung.
Santrock, John W. 2004. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Prenada
Media Group.
Santyasa, I.W. dan Sukadi. 2010.
Pembelajaran Inovatif. Sumber
Materi Pembelajaran Inovatif
dalam Kegiatan PLPG Tahun
2010. Singaraja: Undiksha.
Shaffer, D.R. (1996). Developmental
Psychology:
Childhood
and
Adolescence.
New
York:
Brooks/Cole
Publishing
Company.
Suharjo, 2006, Mengenal Pendidikan
Sekolah Dsar, Bandung : Sinar
Baru Algesindo
Sukadi. 2009. Rekonstruksi Belajar dan
Pembelajaran PKn SD sebagai
Yadnya.
Laporan
Penelitian
Tahun
Pertama.
Singaraja:
Undiksha.
............ 2010. Rekonstruksi Belajar dan
Pembelajaran PKn SD sebagai
Yadnya.
Laporan
Penelitian
Tahun
Kedua.
Singaraja:
Undiksha.
............. 2011. Rekonstruksi Belajar dan
Pembelajaran PKn SD sebagai
Yadnya.
Laporan
Penelitian
Tahun
Ketiga.
Singaraja:
Undiksha.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997.
Pengembangan Kurikulum Teori
dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suparno,
P.
(1996).
Filsafat
Konstruktivisme
dalam
Pendidikan.Yogyakarta: Kanisius.
Suparno,
P.
(1997).
Filsafat
Konstruktivisme
dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Suparno,
P.
(2001).
Teori
Perkembangan Kognitif Jean
Piaget. Yogyakarta: Kanisius
Somantri, M. N. (2001). Menggagas
Pembaharuan Pendidikan IPS.
Bandung:
PT
Remaja
Posdakarya.
Tilaar,H.A.R, 2002. Paradigma Baru
Pendidikan Nasional, Jakarta :
PT Rineka Cipta
Stopsky, F. dan Lee, S. (1994). Social
Studies in a Global Society. New
York: Delmar Publishers Inc.
Winataputra, Udin S. dkk. 2007. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.
Universitas Terbuka
9
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
Admin. 2009. “Teori Kognitif Psikologi
Perkembangan Jean Piaget”.
Tersedia
pada:
http://aprilanikartika.blogspot.com/2012/05/implik
asi-teori-kognitif-piaget-dalam.html.
http://www.psikologizone.com/teorikognitif-psikologi-perkembanganjean-piaget/06511234. (diakses 2
(diakses 2 Desember 2012).
Makawimbang, Jerry. 2011. “Teori
Belajar
Piaget”.
Desember 2012).
Dantes, Nyoman. 2008. “Tinjauan
mengenai
Standar
Proses
Pembelajaran”. Tersedia pada:
http://www.docstoc.com/docs/76896
466/Teori-Belajar-Piaget. (diakses
http://nyomandantes.wordpress.com
/author/profdantes/. (diakses 2
Desember 2012).
Fidesrinur.
2010.
“Analisis
Perkembangan Kognitif Tahap
Sensomotor
Bardasar
Teori
Perkembangan Kognitif Jean
Piaget Pada Anak Usia Dua
Tahu: Studi Pada: Rahil”. Admin.
2009. “Teori Kognitif Psikologi
Perkembangan Jean Piaget”.
Tersedia
pada:
http://www.psikologizone.com/teorikognitif-psikologi-perkembanganjean-piaget/06511234. (diakses 2
Desember 2012).
Tersedia
pada:
http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0
:626559/q/analisis%20perilaku%20i
nstruksional%20guru%20berbasis%
20teori%20perkembangan%20kogni
tif%20piaget/offset/0/limit/15.
(diakses 2 Desember 2012).
Halman, Sri Utami. 2012. “Teori
Perkembangan Kognitif Vygotsky
dan Piaget”. Tersedia pada:
http://utamitamii.blogspot.com/2012/
04/teori-perkembangan-kognitifvygotsky.html.
(diakses
2
Desember 2012).
Hutabarat, Juandi. 2012. “Teori Piaget”.
Tersedia
pada:
http://juandihutabarat2.blogspot.com
/2012/07/vbehaviorurldefaultvmlo.html.
.
(diakses 2 Desember 2012).
Kartika, Aprilani. 2012. “Implikasi Teori
Kognitif
Piaget
Dalam
Pembelajaran”. Tersedia pada:
2 Desember 2012).
Maulina, Melisa. 2013. “Tanggapan Dan
Implementasi Teori Piaget Dalam
Pendidikan
Nasional
Di
Indonesia”.
Tersedia
pada:
http://mmunchanforever.blogspot.co
m/2013/01/tanggapan-danimplementasi-teori-piaget.html.
(diakses 2 Desember 2012).
Rohadi. 2012. “Teori Perkembangan
Kognitif Piaget”. Tersedia pada:
http://rohadiwanasaba.vv.si/2012/12
/toeriteori-perkembangan-kognitifpiaget/. (diakses 2 Desember
2012).
Serbasejarah. 2011. “Implikasi Teori
Kognitif
Piaget
Dalam
Pembelajaran”. Tersedia pada:
http://serbasejarah.blogspot.com/20
11/04/implikasi-teori-kognitif-piagetdalam.html. (diakses 2 Desember
2012).
Setiawan,Danil.
2013.
“Pendidikan
Anak:
Teori
Konstruktivisme
Piaget”.
Tersedia
pada:
Desember 2012). (diakses 2
Desember 2012).
Timbangalan,
Priska.
2012.
“pembelajaran
konvensional”.
Tersedia
pada:
http://phisicandmatch.blogspot.com/
2012/05/pembelajarankonvensional.html.
(diakses
2
Desember 2012).
Wicaksono, Irwan. 2012.
“Analisa
Kasus Teori Vygotsky dan Teori
Piaget dalam proses Belajar
anak”. Tersedia pada: http://irwanwicaksono.blogspot.com/2012/04/an
alisa-kasus-teori-vygotsky-danteori.html. (diakses 2 Desember
2012).
10
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
Wikipedia. 2012. “Teori perkembangan
kognitif”.
Tersedia
pada:
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_per
kembangan_kognitif. (diakses 2
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi
Guru
Desember 2012).
Winarto,
Joko.
2011.
“Teori
Perkembangan Kognitif Jean
Piaget dan Implementasinya
dalam Pendidikan”. Tersedia
pada:
http://edukasi.kompasiana.com/201
1/03/12/teori-perkembangankognitif-jean-piaget-danimplementasinya-dalam-pendidikan346946.html.
(diakses
2
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Suastra, Wayan. 2009. Pembelajaran
Sains Terkini. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha
Desember 2012).
Zainal, Muhamad Habidin. 2010. “Teori
Perkembangan Kognitif Jean
Piaget By Dr Paul Suparno”.
Tersedia
pada:
http://www.masbied.com/search/teor
i-perkembangan-kognitif-jeanpiaget-by-dr-paul-suparno. (diakses
2 Desember 2012).
Zainal, Muhamad Habidin. 2010. “teori
Perkembangan Kognitif Piaget
dan
Implikasinya
dalam
Pembelajaran
Matematika”
Tersedia
pada:
http://www.masbied.com/2010/03/20
/teori-perkembangan-kognitif-piagetdan-implikasi-dalam-pembelajaranmatematika/.
(diakses
2
Desember 2012).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar Dan Menengah
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan
11
Download