BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan menuntut karyawannya untuk dapat bekerja dengan maksimal sesuai dengan tujuan perusahaan. Tuntutan tersebut selayaknya diimbangi dengan kesukarelaan dan motivasi dari pribadi masing-masing karyawan. Oleh karena itu, kinerja organisasi dan manajemen di belakangnya turut berkontribusi dalam memotivasi semangat karyawan. Di samping itu, penghargaan, reward dan hubungan antara atasan dan bawahan serta korelasi antar sesama karyawan menjadi faktor yang memberikan kepuasan bagi karyawan dan tentu berdampak pada daya juang mereka. Seperti yang kita ketahui, aset yang paling berharga dalam mendukung kelangsungan sebuah perusahaan adalah sumber daya manusia di dalamnya. Berkaitan dengan hal tersebut, keberhasilan organisasi perusahaan dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari peran penting sumber daya manusia yang terlibat secara utuh dan mendalam. Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menambahkan bahwa “karyawan merupakan kekuatan utama suatu perusahaan, karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang ingin dicapai.”(Hasibuan; 2008:12) 1 Sikapnya terhadap pekerjaan ini akan menimbulkan komitmen yang akan memotivasi mereka menjadi orang yang paling tinggi dalam memberikan usahausaha yang lebih besar secara sukarela bagi kemajuan perusahaan. Karyawan yang benar-benar menunjukkan komitmennya pada tujuan-tujuan dan nilai-nilai perusahaan, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berpartisipasi demi kemajuan perusahaan. Adanya komitmen karyawan pada perusahaan membuat karyawan merasa mempunyai tanggung jawab besar dengan bersedia memberikan segala kemampuannya sehingga timbulnya rasa memiliki organisasi. Adanya rasa memiliki yang kuat ini akan membuat karyawan bekerja lebih giat dan menghindari perilaku yang kurang produktif. Oleh sebab itu, untuk menciptakan komitmen dan tanggung jawab yang besar dari karyawan, diperlukan motivasi sebagai fondasi yang kokoh. Motivasi kerja menjadi masalah yang menarik dan cukup penting karena terbukti mempengaruhi kondisi dan iklim perusahaan. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa definisi dan pengertian motivasi oleh beberapa ahli. Seperti yang dikatakan oleh Mr Donald (1950), motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik; 1992:173). Selaras dengan hal tersebut, Mangkunegara (2005 : 61) menyimpulkan bahwa motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental 2 karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal. Semangat karyawan menjadi pemacu produktivitas serta daya juang yang tinggi. Hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja disiplin karyawan. Disiplin serta kinerja karyawan akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan dalam upaya mewujudkan sasaran perusahaan. Hasil akhir dari kinerja disiplin tersebut akan berpengaruh terhadap iklim perusahaan, atau bahkan menjadi iklim perusahaan yang baru. Lussier (2005:486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relative dirasakan oleh anggota organisasi yang kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya. Hal ini akan menjadi kepribadian masing-masing organisasi yang mengarah pada persepsi masingmasing anggota dalam memandang organisasi (Davis dan Newstrom; 2001:25). Sebaliknya, karyawan pun mampu menciptakan iklim yang baik jika terdorong oleh organisasi yang menaunginya. Sebagai hasilnya, sebuah organisasi yang terdiri dari beberapa kelompok individu yang bekerja sama dan berinteraksi satu sama lain akan membentuk sebuah kebiasaan yang lambat laun akan membentuk budaya organisasi dalam sistem organisasi tersebut. Jika ditilik lebih dalam, budaya organisasi mencakup para karyawan itu sendiri, yakni semangat, kerja dan tingkat produktivitasnya. Selain itu budaya juga mencakup simbol berupa tindakan, rutinitas, percakapan, dan lain sebagainya. Makna tersebut dicapai melalui interaksi atau sosialisasi yang terjadi antar pegawai atau karyawan tersebut dengan pihak manajemen 3 perusahaan. Sudah barang tentu, budaya organisasi di setiap perusahaan memiliki perbedaan tergantung dari perusahaan itu sendiri. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor seperti, lingkungan usaha, nilai atau konsep dasar keyakinan suatu perusahaan, jaringan yang dimiliki perusahaan serta acara rutin yang diselenggarakan perusahaan dalam rangka memberikan reward kepada karyawan. Reward yang diberikan kepada karyawan memiliki beberapa bentuk, seperti pembekalan seminar, tunjangan hari libur atau fasilitas dan event gathering yang diadakan setiap tahun. Keberadaan kegiatan tersebut sangat jelas berkaitan dengan komunikasi organisasi. Secara khusus, event gathering merupakan suatu kegiatan yang biasanya dilaksanakan satu atau dua kali dalam suatu perusahaan atau organisasi. Menurut Silvia dan Widodo (2009:58), event gathering adalah salah satu cara untuk menjalin hubungan yang lebih baik antara pimpinan dengan karyawan. Tujuan acara ini adalah agar karyawan termotivasi untuk lebih loyal kepada perusahaan, menciptakan rasa kepemilikkan dan diharapkan dapat memudahkan komunikasi kedua belah pihak di kemudian hari. Tentunya memacu semangat karyawan untuk berperan besar terhadap kemajuan perusahaan membutuhkan saluran. Karyawan dapat bekerja dengan baik apabila di dalam organisasinya terdapat bentuk hubungan dan komunikasi yang baik antara perusahaan yang diwakili oleh pihak manajemen dan karyawan sebagai bawahannya. Saluran Informasi akan kebutuhan karyawan yang memacu motivasi dan berperan sebagai media penghubung tersebut dapat dipenuhi melalui komunikasi. Komunikasi selain memungkinkan pertukaran informasi, juga membantu menghubungkan berbagai orang yang ada di dalam organisasi. Selain 4 itu, komunikasi dapat meminimalisir ketimpangan informasi, kesalahpahaman dan memudahkan penggabungan ide. Konteks organisasi sebagai suatu sistem yang terbuka dan dinamis menjadi tantangan tersendiri dalam berkomunikasi karena melibatkan semua bagian, seperti pimpinan dan karyawan. Proses komunikasi pimpinan dan bawahan merupakan faktor penting dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari hubungan karyawan yang memuaskan yang dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana organisasi yang positif, di samping pengaruh pimpinan yang peduli dengan segala kebutuhan karyawan. Merangkum dari berbagai pernyataan di atas, dibutuhkan sebuah wadah yang dapat menjadi penyalur komunikasi antara manajemen dan karyawan di samping mengetahui apa yang menjadi kebutuhan mereka. Menurut Widjaja (2008:71) khalayak dalam hubungan masyarakat terbagi atas dua macam, yakni hubungan masyarakat ke dalam (internal public) dan khalayak luar (eksternal publik). Dalam hubungan masyarakat ke dalam, terdapat hubungan dengan para karyawan (employee relations). Employee Relations menurut seorang ahli hubungan masyarakat Archibald William yang dikutip oleh Effendy (2007 : 135) merupakan suatu kekuatan yang hidup dan dinamis, yang dibina dan diabadikan dalam bentuk hubungan dengan perseorangan sehari-hari di belakang bangku kerja tukang kayu, di belakang mesin atau di belakang meja tulis. Tujuan utama dari employee relations adalah menciptakan bentuk hubungan atau komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen dengan para karyawan dalam rangka membina kerja sama dan keharmonisan. Dapat dikatakan bahwa employee relations bertujuan untuk mencapai saling pengertian, kerjasama 5 serta loyalitas di antara pihak manajemen dengan para karyawannya ataupun sebaliknya. Berbagai kegiatan yang terkandung di dalamnya ditujukan untuk mengakomodasi kegiatan karyawan sehingga diharapkan dapat memacu motivasi karyawan. Penulis melihat kecenderungan bahwa untuk dapat menciptakan kepuasan karyawan yang diamalkan dalam bentuk tugas dan tanggung jawabnya terhadap perusahaan, diperlukan inisiatif manajemen untuk mendukung karyawan dalam berbagai situasi. Employee Relations memperhatikan bahwa di luar segala tunjangan dan fasilitas, sebuah komunikasi sangat signifikan dalam menyingkapi hal tersebut. Dalam praktik kerja seringkali terjadi ketidakefektifan di lingkungan kerja dikarenakan kurangnya perhatian pimpinan terhadap kebutuhan karyawan atas dasar status sosial dan tingkatan jabatan. Akibatnya, komunikasi hanya terjadi secara satu arah atau one way communication di mana kedudukan pimpinan sangat berkuasa terhadap bawahan. Hal ini jelas akan mengganggu kinerja karyawan yang memiliki kebutuhan dan keterbatasan dalam beraktivitas. Di samping kondisi kerja yang buruk, iklim kerja menjadi kurang baik dan berakibat keengganan karyawan untuk dilibatkan dalam kegiatan perusahaan. Bersamaan dengan hal di atas, penulis juga menyadari bahwa dalam kasus ini secara khusus, hotel identik dengan jam kerja yang tidak normal, dalam artian di luar batas jam kantor sebagaimana mestinya. Kadangkala para karyawan diwajibkan masuk pada hari libur yang notabene merupakan waktu beristirahat dan berkumpul bersama keluarga. Hal ini tentu mengganggu salah satu kebutuhan dasar karyawan untuk menyempatkan waktu berada di luar rutinitas kerja. 6 Gangguan ini akan mengakibatkan kebosanan, kondisi tubuh yang cepat lelah, sensitif berlebihan dan kurang maksimalnya tanggung jawab pelayanan karyawan terhadap tamu. Belum lagi dengan fasilitas karyawan yang dirasa tidak semenarik dulu serta suasana panik jika hotel dalam kondisi ramai namun tidak diimbangi dengan kuantitas karyawan. Berbagai kondisi di atas seringkali terjadi di beberapa perusahaan termasuk di Hotel The Sultan Jakarta. Dengan jumlah karyawan yang mencapai + 800 orang di kompleks seluas 13 hektar atau 32 are ini, sangat memungkinkan terjadinya distorsi komunikasi antara atasan dan bawahan, maupun antar sesama karyawan. Apa yang menjadi maksud dan tujuan pimpinan kepada karyawan seringkali tak tersampaikan dengan semestinya, begitu pula sebaliknya. Akibatnya terjadi kesalahpahaman komunikasi dan menimbulkan banyak spekulasi dan persepsi. Selain masalah atasan dan bawahan, masalah antar sesama karyawan juga menjadi sorotan dikarenakan jumlahnya yang sedemikian jamak. Interaksi hanya sebatas rekan satu shift dan mengurangi kadar tali persaudaraan serta kedekatan hubungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh bagian Employee Relations untuk menyingkapi beberapa permasalahan yang menyangkut karyawan untuk selalu mempertahankan motivasinya adalah dengan menyelenggarakan berbagai event bagi karyawan. Dalam penelitian ini penulis memilih Hotel The Sultan Jakarta sebagai objek penelitian. Alasan penulis memilih Hotel The Sultan Jakarta sebagai objek penelitian adalah, karena penulis melihat adanya tingkat turnover karyawan yang cukup tinggi dan hal tersebut tentunya mempengaruhi kondisi 7 perusahaan. Penulis ingin menyeimbangkan teori konsep komunikasi dengan praktik di lapangan, melalui salah satu fenomena hotel yang terjadi. Dengan adanya Family Gathering ini, penulis kiranya dapat mencoba mengetahui adanya pengaruh yang mengurangi tingkat kesukaran karyawan atas perasaan willingness berdasarkan tujuan dari Family Gathering itu sendiri. Salah satu event Employee Relations, kegiatan Family Gathering disinyalir menjadi pengganti semua pengorbanan yang diberikan karyawan atas waktu, ide dan tenaga. Tujuan utamanya selain mempererat tali persaudaraan antar karyawan, silahturahmi dengan seluruh keluarga karyawan, saling mengenal antar karyawan serta pimpinan hotel, juga menjadi ajang bauran semua warga Hotel The Sultan tanpa mengangkat profesi dan jabatan. Apalagi penulis juga berbagian dalam kepanitiaan acara tersebut sehingga merasa perlu untuk melakukan penelitian ini. Dengan jumlah karyawan yang banyak, maka penulis merasa Hotel The Sultan merupakan objek yang bagus untuk penelitian karena selain Hotel The Sultan mempunyai bagian Employee Relations yang berada di bawah departemen HRD tetapi juga belum diketahui apakah kegiatan tersebut sudah maksimal memotivasi karyawan. Pemilihan Hotel Sultan juga berdasarkan pada keunikannya yang mewarisi ramah tamah budaya luhur Jawa yang cukup kental pada suasana interior maupun budaya karyawannya, sesuai dengan visi Hotel The Sultan yakni menjadi hotel yang dinamis, sangat nyaman, mewah, dan menguntungkan, disertai dengan semangat untuk melayani dan menghargai budaya luhur keramahtamahan khas orang Indonesia (sumber: dokumen Hotel The Sultan Jakarta). Hal ini tentu 8 menjadi perbedaan Hotel Sultan dengan hotel lainnya yang saat ini gencar menampilkan konsep kemewahan dan elegansi barat pada hotel bintang 5 bertaraf internasional. Budaya Jawa yang identik dengan sistem kekeluargaan, keramahtamahan dan paguyuban ini semakin menarik minat penulis untuk meneliti budaya dalam perusahaan termasuk komunikasi organisasi yang menjadi dasar pembentukan karakter karyawan. Tentunya hal tersebut juga memudahkan manajemen hotel untuk menyatukan karyawan dalam berbagai event kebersamaan, salah satunya family gathering. Apalagi seperti yang telah disebutkan di atas adalah Bangsa Indonesia, khususnya Jawa cukup kental dalam menggunakan cinta kasih sebagai landasan dasar berhubungan serta menonjolkan adat guyub/kumpul, seperti yang dikatakan oleh Dr. Marzuki, M.Ag. dalam jurnal Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa Dalam Perspektif Islam. Hotel The Sultan memiliki beberapa kegiatan karyawan yang ditangani oleh divisi employee relations, seperti sport activities, music activities, social activities (seperti cleaning campaign, staff party, Donation for flooding victims, Christmas Party, Health Seminar, farewell party for retired staff , family gathering dan lainnya). Kegiatan yang melibatkan seluruh karyawan hingga saat ini adalah family gathering. Acara family gathering merupakan acara yang dilakukan perusahaan dengan cara mengundang karyawan serta beberapa sanak saudara untuk melakukan aktivitas bersama. 9 Banyak sekali acara yang dipersiapkan dalam kegiatan tersebut, mulai dari acara hiburan, perlombaan hingga lucky draw dan doorprize untuk karyawan. Acara yang selalu melibatkan seluruh karyawan ini selalu diadakan setiap tahun, kecuali pada tahun 2010 acara yang diusung adalah staff party di Atlantis, Ancol. Dan acara Family Gathering tahun 2012 diadakan pada tanggal 28-29 November 2012 bertempat di wahana Atlantis, Ancol. Menurut pendapat dari beberapa karyawan, kegiatan family gathering yang selama ini dilaksanakan selalu memberikan pengaruh positif dalam memotivasi kinerja mereka. Selain itu, kegiatan yang diusung oleh divisi Employee Relations ini juga mepererat kekerabatan dan kekompakkan di antara sesama karyawan hingga pimpinan. Mereka menilai bahwa family gathering merupakan media yang tepat untuk menjalin hubungan baik antara sesama karyawan, keluarga karyawan atau atasan dengan bawahan. Berdasarkan fenomena yang telah disebutkan di atas, penulis merasa perlu melakukan penelitian ini dan memberikan jawaban atas fenomena tersebut. Adapun hipotesa dalam penelitian ini yaitu apakah pengaruh antar variabel antar penelitian ini, yaitu special event dalam bentuk family gathering dan motivasi kerja karyawan. Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan pada manajemen perusahaan dalam mendayagunakan secara efektif karyawan yang menjadi tanggung jawabnya, di samping membantu pihak manajemen dalam 10 merancang program employee relations yang lebih baik kelak serta tidak terlepas dari tujuan awal perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; 1. Adakah pengaruh pelaksanaan kegiatan family gathering terhadap motivasi kerja karyawan Hotel The Sultan Jakarta? 2. Seberapa besar pengaruh pelaksanaan kegiatan family gathering terhadap motivasi kerja karyawan Hotel The Sultan Jakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1. Adanya pengaruh pelaksanaan kegiatan family gathering terhadap motivasi kerja karyawan Hotel The Sultan Jakarta. 2. Berapa besar pengaruh pelaksanaan kegiatan family gathering terhadap motivasi kerja karyawan Hotel The Sultan Jakarta. 11 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis dalam pengembangan ilmu komunikasi khususnya bidang studi public relations. 2 Kegunaan praktis Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan juga bahan masukkan bagi perusahaan-perusahaan, terutama bagi yang berminat tentang pengaruh special event terhadap motivasi kerja karyawan. Di samping itu turut memberi masukan kepada Hotel The Sultan Jakarta untuk mengukur kegiatan employee relations yang dilakukan. 12