BAB II METODE HAFALAN DAN PRESTASI BELAJAR A. Metode

advertisement
BAB II
METODE HAFALAN DAN PRESTASI BELAJAR
A. Metode Hafalan
1. Pengertian Metode Hafalan
Metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris yang berarti
cara. Metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.
Selain itu Zuhairi juga mengungkapkan bahwa metode berasal dari bahasa
Yunani (Greeka) yaitu dari kata “metha” dan “hodos”. Metha berarti
melalui atau melewati, sedangkan kata hodos berarti jalan atau cara yang
harus dilalui atau dilewati untuk mencapai tujuan tertentu.
Kata menghafal juga berasal dari kata ‫ حفظا – يحفظ – حفظ‬yang berarti
menjaga, memelihara dan melindungi. Dalam kamus Bahasa Indonesia
kata menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam
ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa
melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi
menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar
selalu ingat. Kata menghafal dapat disebut juga sebagai memori. Dimana
apabila mempelajarinya maka membawa seseorang pada psikologi
kognitif, terutama bagi manusia sebagai pengolah informasi. Secara
singkat memori melewati tiga proses yaitu perekaman, penyimpanan dan
pemanggilan.1
1
Masalah Remaja. “Metode Menghafal”. http://makalah-lin.blogspot.com/2013/11/metodemenghafal.html. (22 November 2013). Diakses, 10 Januari 2015.
26
27
Metode hafalan atau metode mahfudhot adalah cara menyajikan
materi pelajaran dengan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat
berupa ayat-ayat Al-Qur‟an, hadits, syair, cerita, kata-kata hikmah dan
lain-lain yang menarik hati.2
Bangsa Arab sebelum Islam datang pada umumnya tidak pandai
membaca dan menulis, andalan mereka adalah menghafal. Dalam
mempelajari syairpun mereka menggunakan metode menghafal, sehingga
mereka terkenal dengan ingatannya yang kuat. Setelah Islam datang,
metode menghafal tetap dilestarikan bahkan dianggap efektif untuk
pengajaran anak.3
Al-Qabisi mengatakan bahwa ada tiga asasi dalam mengingat yaitu
menghafal, mengerti, dan mengulang kembali tanpa ragu. Dari sini penting
diadakan tes hafalan anak, sebagaimana Allah SWT mengutus malaikat
Jibril melakukan tes hafalan Al-Qur‟an kepada Rasulullah SAW.4
2. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Hafalan
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan metode hafalan,
antara lain:
a. Pendahuluan, guru menceritakan asbabunnuzul sebagai apersepsi yang
dapat membantu peserta didik memahami pelajaran yang akan
2
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1997), Ed. Pertama, Cet. Kedua, hlm. 205.
3
M. Athiyah al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bulan
Bintang, 1970), hlm. 199.
4
Ahmad Syarifudin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an
(Jakarta:Gema Insani Press, 2004), hlm. 82.
28
dipelajari, atau mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
ke pola fikir mereka untuk menerima pelajaran baru.
b. Ayat- ayat yang akan diajarkan dapat diambil dari subyek-subyek yang
telah dicantumkan dal buku wajib (kitab al-wuzara) terbitan
Departeman Pendidikan atau menulis sekelompok ayat pada papan tulis
yang telah dipersiapkan dan dapat pula ditulis pada kartu atau potongan
kertas yang dapat dibagi-bagikan kepada peserta didik.
c. Guru membacakan ayat-ayat tersebut sebagai contoh bacaan dengan
baik sesuai dengan ketentuan hukum tajwid.
d. Guru menyuruh peserta didik membaca ayat itu dengan bacaan yang
baik dan benar.
e. Mengadakan diskusi dengan peserta didik seperti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terhadap arti kata-kata agak sulit dimengerti.
f. Mengklasifikasikan ayat-ayat yang akan diajarkan kedalam kesatuankesatuan yang utuh dari segi arti dan pokok pikiran yang ada.
g. Menerangkan arti kata-kata dan kalimat-kalimat yang sukar, menambah
atau memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam unit
pelajaran atau dalam buku pegangan peserta didik apabila terdapat katakata dan kalimat-kalimat yang sukar tersebut.
h. Mendiskusikan pengertian ayat secara umum terhadap kesatuan yang
telah dikelompokkan tadi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
serta memperhatikan hal-hal berikut:
29
1) Peserta didik akan dapat menarik sendiri kesimpulan umum ayat
yang dipelajarinya.
2) Guru harus menjaga hubungan antara satu kesatuan dengan kesatuan
yang lain dalam pengelompokkan di atas secara utuh.
3) Mengaplikasikan ayat-ayat yang berhubungan dengan realita
kehidupan sehari-hari.
i. Menyuruh murid-murid membaca kembali ayat-ayat di atas, sehingga
bacaan mereka benar dan baik. Bacaan yang berulang-ulang ini sangat
menolong mereka untuk mudah menghafalnya.
j. Menarik kesimpulan dari ayat-ayat yang telah dipelajari dan
menuliskannya di papan tulis dalam kalimat yang pendek. Dalam
pengambilan kesimpulan ini perlu diperhatikan:
1) Menyempurnakan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang telah diajukan dengan bimbingan guru.
2) Murid-murid sendirilah yang menarik kesimpulan dari ayat-ayat
tersebut.
k. Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam lagi
terhadap cakupan ayat yang dibandingkan dengan pertanyaan/diskusi
yang telah lalu.5
Selanjutnya guru hendaknya memperhatikan bahwa:
a. Pengajaran Al-Qur‟an Al-Karim harus mendapat alokasi waktu
seimbang dengan pelajaran yang lain.
5
Chabib Thoha, dkk., Metodologi Pengajaran Agama (Kerjasama Fakultas IAIN Walisongo
dengan Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 37-41.
30
b. Hendaknya guru mengontrol hafalan siswanya terhadap ayat-ayat yang
telah diajarkan dengan menyuruh mereka menghafal kembali, demikian
pula hafalan-hafalan tahunan mereka sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
c. Guru harus menciptakan situasi kelas yang penuh ketenangan, khusuk
dan khikmad pelajaran Al-Qur‟an.6
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hafalan
Penerapan metode menghafal pada kegiatan belajar mengajar tentu
tidak lepas dari aspek kelebihan dan kekurangan dari metode tersebut.
Namun, kedua aspek tersebut dapat diperhitungkan sejak awal oleh guru.
Jika dilihat dari sifat maupun bentuknya, metode menghafal bisa
dikategorikan sebagai pekerjaan rumah yang sering disebut sebagai
metode resitasi, hal ini berdasarkan waktu pelaksanaan menghafal ini
dimana siswa menghafalkan di luar jam pengajaran di kelas ataupun di
dalam kelas.
Metode menghafal mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan dari
metode menghafal adalah:
a. Menumbuhkan minat baca siswa dan lebih giat dalam belajar.
b. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak akan mudah hilang karena
sudah dihafalnya.
c. Siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan keberanian,
bertanggung jawab serta mandiri.
6
Ibid., hlm. 41-43.
31
d. Membangkitkan rasa percaya diri.
e. Belajar dengan cara menghafal adalah sederhana dan mudah.
f. Sebagai solusi ketika terjadi kecemasan atau perasaan tidak mampu
menguasai dalam memahami materi pelajaran, dapat mencoba dikuasai
dengan menghafalkannya.
Selain memiliki kelebihan, metode menghafal juga mempunyai
beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut yaitu:
a. Pola pikir seseorang cenderung statis karena hanya mengetahui apa
yang dihafalnya saja.
b. Tidak dapat berargumen menurut pemahamannya sendiri. Karena
argumen yang ia sampaikan di sekolahnya hanya dari hasil menghafal
materi pelajaran.
c. Kesulitan menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya. karena tidak
terbiasa.
d. Terkadang menghafal hanya bersifat sementara di otak. Karena
biasanya ingatannya hanya digunakan dan diperlukan ketika akan
menghadapi ulangan saja. Setelah itu terabaikan.
e. Menghafal materi yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental.
f. Kurang tepat diberikan kepada siswa yang mempunyai latar belakang
berbeda-beda dan membutuhkan perhatian yang lebih.
Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi
kelemahan atau kekurangan dalam menerapkan metode menghafal, yaitu:
32
a. Apa saja yang akan dihafalkan oleh siswa sebaiknya terlebih dahulu
dijelaskan dan diterangkan oleh guru sehingga siswa benar-benar
memahami materi pelajarannya. Jangan sampai siswa hanya menghafal
sedangkan ia belum paham.
b. Menghafal harus diberi latar belakang dan penjelasan yang cukup.
Dengan demikian bahan tersebut akan lebih mudah dihafal dan mudah
diingat.
c. Memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya menghafal,
karena untuk menghafal sesuatu dibutuhkan perhatian dan keinginan
untuk mengingat sesuatu.
d. Menentukan teknik yang lebih efektif, menghafalkan keseluruhan atau
bagian-bagian yang penting saja (mind map).7
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang
atau dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.8 Menurut Tulus Tu‟u
“Prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
7
Masalah Remaja. “Metode Menghafal”. http://makalah-lin.blogspot.com/2013/11/metodemenghafal.html. (22 November 2013). Diakses, 10 Januari 2015.
8
Pusat Bahana Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai pustaka, 2007), hlm. 591.
33
nilai tes angka nilai yang diberikan oleh guru”.9 Sedangkan menurut
Nana Syaodih Sukmadinata “Prestasi atau hasil belajar ( achievement)
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan
potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.10
b. Pengertian Belajar
Sebelum menguraikan tentang pengetahuan prestasi belajar,
terlebih dahulu penulis akan memaparkan pengertian belajar yang
dikemukakan oleh beberapa pakar pendidikan, antara lain:
1) M. Ngalim Purwanto, belajar adalah perubahan tingkah laku.11
2) Elizabeth B. Hurlock, belajar adalah perkembangan yang berasal
dari latihan dan usaha pada pihak individu.12
3) Nana Sudjana, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri individu.13
Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan di atas terdapat
beberapa perumusan yang berbeda satu sama lain. Tetapi secara
umum disimpulkan, bahwa belajar adalah “Suatu proses perubahan
tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sengaja yaitu usaha
melalui latihan dan pengalaman, sehingga tinbullah kecakapan baru
sebagai pola tingkah laku manusia itu sendiri dari berbagai aspek yaitu
9
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta: Grasindo, 2004),
hlm. 75.
10
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 102.
11
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 85.
12
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Pendekatan tentang Kehidupan ,
Terjemahan Istiwwidayanti dan Soedjarwo (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 5.
13
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru algensindo,
2000), hlm. 28.
34
meliputi pengetahuan, pengertian, sikap, ketrampilan, kebiasaan
emosi, budi pekeri dan apresiasi”.
Berikut ini adalah pengertian prestasi belajar yang dikemukakan
oleh para ahli:
Menurut Anas Sudjiono, prestasi belajar adalah pencapaian
peserta didik terhadap materi yang telah mereka terima di dalam
proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.14
Mochtar Bukhari menerangkan bahwa prestasi belajar adalah
hasil yang telah dicapai atau ditunjukkan oleh peserta didik sebagai
hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf atau tindakan yang
mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam
periode tertentu.15
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan tolak ukur dari keberhasilan proses belajar mengajar yang
sudah berjalan. Dan prestasi belajar harus selalu diusahakan baik itu
oleh guru maupun peserta didik itu sendiri. Sebab keberhasilan itu
tidak datang dengan sendirinya.
2. Prinsip-prinsip Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil yang baik dalam
14
15
Anas Sudjiono, Teknik Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta: UD-Rama, 1993), hlm. 30.
Mochtar Bukhari, Teknik Evaluasi dalam Pendidikan (Bandung: Jer Mars, 1980), hlm. 178.
35
belajar maka seorang peserta didik harus memegang beberapa prinsip
dalam belajar.16
Menurut Mustaqim dalam bukunya “Psikologi Pendidikan” prinsipprinsip belajar yaitu:
a. Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu.
b. Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan dan ulangan.
c. Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.
d. Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktifitas
belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidup.
e. Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari difahami,
bukan sekedar menghafal fakta.
f. Dalam proses belajar memerluakan bantuan dan bimbingan orang lain.
g. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam si pelajar.
h. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh
pemahaman.17
Sedangkan dalam buku Metode Belajar dan Kesulitan Belajar
karangan Oemar Hamalik, disebutkan beberapa prinsip umum belajar
diantaranya adalah:
a. Belajar harus memiliki tujuan yang jelas dan terarah.
b. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk
mencapai tujuan dan hasil yang maksimal.
16
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 163.
17
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 42.
36
c. Belajar ada kalanya mendapat rintangan dan hambatan, karena itu
seorang peserta didik harus bisa mengatasinya secara tepat.
d. Belajar adalah suatu proses aktif, dimana terjadi hubungan saling
mempengaruhi secara dinamis antara siswa dan lingkungannya.
e. Belajar yang paling efektif apabila didasari dengan dorongan dan
motivasi yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri.
f. Jenis belajar yang paling utama adalah belajar untuk berfikir kritis.
g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan
masalah melalui kerja kelompok.
h. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar materi yang telah
dipelajari dapat dikuasai.
i. Belajar dapat dikatakan berhasil apabila pelajar telah sanggup
mentransfer atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.18
Menurut Dimyati (2005:30), prinsip-prinsip belajar adalah:
a. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan
belajar. Apabila bahan pelajaran tersebut dirasa penting, akan
membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi berkaitan
erat dengan minat. Siswa yang mempunyai minat akan cenderung
perhatian dan timbul motivasinya untuk mempelajari bidang tertentu.
b. Keaktifan
18
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar (Bandung: Tarsito, 1983), hlm. 28.
37
Keaktifan anak akan mendorong untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan dan aspirasi sendiri. Belajar hanya mungkin terjadi apabila
anak aktif mengalami sendiri.
c. Keterlibatan langsung atau berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman, siswa tidak hanya mengamati tetapi
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan tanggung jawab
terhadap hasilnya.
d. Pengulangan
Prinsip belajar menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi
daya. Menurut teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
mengkhayal,
merasakan
dan
sebagainya.
Dengan
mengadakan
pengulangan maka daya yang dilatih akan menjadi sempurna.
e. Tantangan
Dalam belajar, siswa menghadapi hambatan untuk mencapai tujuan
belajar. Agar timbul motif pada anak untuk mengatasi hambatan
tersebut, bahan pelajaran haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi
membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
f. Balikan dan penguatan
Siswa
akan
belajar
lebih
semangat
apabila
mengetahui
dan
mendapatkan hasil yang baik. Dengan hasil yang baik merupakan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik untuk usaha belajar
38
selanjutnya. Balikan yang diterima melalui penggunaan metode akan
mendorong siswa untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
g. Perbedaan individu
Siswa merupakan individu yang unik. Tipe siswa mempunyai
perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan individu ini berpengaruh
pada cara dan hasil belajar siswa.19
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya
“Psikologi Belajar”, prestasi belajar yang dicapai seorang individu
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor
eksternal)
individu.
Pengenalan
terhadap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka
membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Yang tergolong faktor internal adalah:
a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh.
Yang
termasuk
faktor
ini
misalnya
penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
yang terdiri atas:
1) Faktor intelektif yang meliputi:
19
Naufa
el
hakim.
“Pengertian
Belajar
Menurut
Para
Ahli”.
http://www.krumpuls.net/2013/10/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html/. (27 Oktober 2013).
Diakses, 10 Desember 2014.
39
 Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
 Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian
diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Yang tergolong faktor eksternal, ialah:
a. Faktor sosial yang terdiri atas:
1)
Lingkungan keluarga
2)
Lingkungan sekolah
3)
Lingkungan masyarakat
4)
Lingkungan kelompok
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.20
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), terdiri dari:
1) Aspek fisiologis (keadaan jasmani siswa) meliputi: tingkat
kesehatan, indra penglihatan, indra pendengaran, kondisi organ
tubuh.
20
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991),
hlm. 130.
40
2) Aspek psikologis
(keadaan rohani
siswa)
meliputi: tingkat
kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa,
dan motivasi siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
1)
Lingkungan sosial, meliputi:
 Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, staf karyawan, teman.
 Lingkungan masyarakat dan tetangga.
 Lingkungan sosial keluarga dan orang tua.
2)
Lingkungan non sosial, meliputi: alat-alat belajar, keadaan cauca,
iklim, gedung sekolah dan letaknya, waktu belajar yang digunakan
siswa
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.21
C. Al-Qur’an Hadits
1. Pengertian Al-Qur’an Hadits
Secara etimologi (bahasa) kata Al-Qur‟an merupakan mashdar yang
maknanya sinonim dengan kata qira’ah (bacaan).22 Sedangkan menurut
Syekh Muhamad Ali Ash-Shabuni Al-Qur‟an ialah Kalam Allah yang
mu‟jiz, diturunkan kepada Nabi dan Rasul penghabisan dengan
perantaraan Malaikat, Jibril yang terpercaya, tertulis dalam mushhaf yang
21
22
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 144.
Sam‟ani Sya‟roni, Tafkirah Ulum Al-Qur’an (Al-Ghotasi Putra, 2011), hlm. 8.
41
dinukilkan kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah,
yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas.23
Kata hadits merupakan isim (kata benda) yang secara bahasa berarti
kisah, cerita, pembicaraan, percakapan, atau komunikasi baik verbal
maupun lewat tulisan. Bentuk jamak dari hadits yang lebih populer di
kalangan ulama muhadditsin adalah ahadits, dibandingkan bemtuk lainnya
yaitu hutsdan atau hitsdan.24
Jadi Al-Qur‟an Hadits yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah
bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah
Tsanawiyah yang memberikan pendidikan kepada siswa supaya dapat
memahami isi Al-Qur‟an dan Hadits dan penerapan nilai-nilai dalam
kehidupannya. Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada murid untuk mempraktekkan nilainilai keagamaan dan akhlaqul karimah. Oleh karenanya tujuan pengajaran
Al-Qur‟an Hadits untuk membantu pemahaman penguasaan ilmu secara
teoritis dan dan lebih luas untuk membentuk sikap, kepribadian, dan
sekaligus mengamalkan isi kandungan dari Al-Qur‟an Hadits sebagai
petunjuk hidup dalam kehidupan sehari-hari.
23
Ibid., hlm. 9.
M. Hasbi Ash-Shiddieqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits (Jakarta: Bulan Bintang,
1991), hlm. 20.
24
42
2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an Hadits
Al-Qur‟an adalah sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang
di
dalamnya
terdapat
petunjuk-petunjuk
bagi
manusia
sekaligus
menerangkan maksud dan tujuan pokok diturunkannya Al-Qur‟an,
diantaranya yaitu:
a. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang
tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan
kepastian adanya hari pembalasan.
b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan
norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia
dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
c. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar
hukum
yang
harus
diikuti
oleh
manusia
dalam
hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Dengan kata lain yang
lebih singkat, “Al-Qur‟an adalah petunjuk bagi seluruh manusia ke
jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia maupun di
akhirat.25
Kedudukan Hadits sebagai sumber ajaran Islam sesudah Al-Qur‟an,
hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur‟an surat Al-Hasyr/59 ayat 7 yang
artinay “...apa yang di berikan rasul kepadamu, maka ambil (terima) lah,
dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah...”(Al-Hasyr/59:7)
25
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, cet. Ke 18 (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 40.
43
Sedangkan Hadits adalah sumber ajaran setelah Al-Qur‟an. Hadits
berfungsi sebagai sumber ajaran Islam sesudah Al-Qur‟an, disebabkan
karena:
a. Hadits berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada dalam
kitabullah.
b. Hadits berfungsi sebagai penafsir atau perinci terhadap hal-hal yang
mutlaq atau pentakhsis terhadap ayat-ayat yang „am (umum).
c. Hadits dapat menerapkan dan membentuk hukum tersendiri yang tidak
disebutkan dalam kitabullah.26
3. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Al-Qur’an Hadits
a. Tujuan Pelajaran Al-Qur‟an hadits
Dalam kurikulum dan hasil belajar Al-Qur‟an Hadits Madrasah
Tsanawiyah disebutkan dengan rinci bahwa tujuan yang hendak dicapai
dari pendidikan Al-Qur‟an Hadits adalah:
1) Agar siswa bersemangat untuk membaca Al-Qur‟an Hadits dengan
benar.
2) Mempelajari, memahami dan meyakini kebenarannya.
3) Mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung di dalamnya
sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.27
b. Fungsi Pelajaran Al-Qur‟an Hadits
Setiap mata pelajaran pasti memiliki fungsi tersendiri, sedangkan
fungsi dari pelajaran Al-Qur‟an Hadits yaitu:
26
27
Mudhafar Mughni, Ushul Fiqh I (Jakarta: Lingkar Studi Islam Publishing, 2003), hlm. 45.
DEPAG, Kurikulum dan Hasil Belajar (Jakarta: Departemen Agama, 2003), hlm. hlm. 3.
44
1) Menumbuh
kembangkan
kemampuan
peserta
didik
dalam
membaca dan menulis Al-Qur‟an Hadits.
2) Mendorong, membimbing dan membina kegemaran dan kemauan
untuk membaca Al-Qur‟an Hadits.
3) Menanamkan
pengertian,
pemahaman,
penghayatan
dan
pengamalan kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an Hadits dalam perilaku
pesetta didik sehari-hari.
4) Memberikan bekal pengetahuan untuk mengikuti pendidikan pada
jenjang yang setingkat lebih tinggi.28
c. Pelaksanaan Metode Hafalan dalam Mata Pelajaran Al-Qur‟an Hadits
Kegiatan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits yang dilaksanakan oleh
guru Al-Qur‟an Hadits di MTs YAPIK Karanganyar sangat
memberikan keleluasaan belajar pada peserta didik dalam kondisi
menyenangkan.
Metode hafalan dalam mata pelajaran Al-Qur‟an
Hadits yang dilaksanakan di MTs YAPIK Karanganyar khususnya
kelas VIII membantu para peserta didik dalam meningkatkan prestasi
belajar mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits. Dengan metode hafalan,
peserta didik akan langsung bisa mengingat, dan akan mudah untuk
mengungkapkan lagi pelajaran yang dipelajari, sehingga daya ingat
mereka semakin kuat, artinya semakin rajin mereka menghafal maka
semakin baik prestasinya.
28
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Al-Qur’an dan Hadits (Jakarta: Direktorat
Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 2.
45
Materi pelaksanaan metode hafalan dalam pelajaran Al-Qur‟an
Hadits adalah tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: MTs YAPIK Karanganyar
Mata Pelajaran
: Al-Qur’an Hadits
Alokasi Waktu
: 2x40 Menit
A. STANDAR KOMPETENSI
3. Memahami hadits tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat
B. KOMPETENSI DASAR
3.1. Menulis hadits tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat
3.2. Menerjemahkan hadits tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat
3.3. Menghafalkan hadits tentang keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat
3.4.Menjelaskan
keterkaitan
isi
kandungan
hadits
dalam
perilaku
keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat dalam fenomena kehidupan
dan akibatnya.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
3.1. Menulis hadits tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat
3.2. Menerjemahkan makna hadits tentang keseimbangan hidup di dunia dan
akhirat
3.3. Menghafalkan hadits tentang keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat
46
3.4.Menjelaskan
keterkaitan
isi
kandungan
hadits
dalam
perilaku
keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat dalam fenomena kehidupan
dan akibatnya.
D. MATERI PEMBELAJARAN
KETERKAITAN
KANDUNGAN
HADIST
TENTANG
KESEIMBANGAN HIDUP DI DUNIA DAN AKHIRAT
 Hadits pertama mengajarkan tentang keseimbangan dalam perhatiannya
terhadap kehidupan dunia dan akhirat. Jadi tidak benar meninggalkan
dunianya demi kepentingan akhiratnya, begitu pula sebaliknya. Islam
melarang kepada pemeluknya menjadi beban orang lain. Ini berarti
mendorong untuk hidup mandiri.
 Hadits kedua mengandung motivasi agar hidup penuh semangat dan untuk
selalu minta pertolongan kepada Allah sehingga akan menjadi orang
mukmin yang kuat. Karena orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih
dicintai oleh Allah SWT
 Hadits ketiga merupakan dorongan yang sangat kuat untuk bekerja keras
dalam rangka memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, apapun
pekerjaannya yang penting halal. Hal ini akan dapat menghindari perilaku
meminta-minta kepada orang lain.
Dampak positif keseimbangan Hidup Dunia dan Akhirat :
a. Akan tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
b. Dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri sehingga tidak memintaminta dan menjadi beban orang lain
47
c. Memiliki pribadi yang mandiri
d. Menjadi mukmin yang kuat dalam segala bidang
e. Akan terasa selalu dekat kepada allah SWT. Sehingga hidupnya tenang
f. Dapat memperjuangkan islam dengan kekuatan yang maksimal
g. Menjadi orang yang terhormat sehingga tidak menjadi bahan cemoohan
orang
h. Disegani oleh musuh-musuh islam sehingga tidak senantiasa diganggu
mereka.
E. METODE PEMBELAJARAN
 Metode Ceramah
 Metode Hafalan
 Metode tanya jawab
F. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Pendahuluan
 Guru mengucapkan salam dan berdo‟a sebelum membuka pelajaran
 Guru mengabsensi siswa
 Guru menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari
2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi:
Guru menjelaskan tentang keterkaitan isi kandungan Hadits dalam
perilaku keseimbangan hidup di dunia dan akherat dalam fenomena
kehidupan dan akibatnya
 Elaborasi:
48
 Membiasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna.
 Menyebutkan keterkaitan isi kandungan Hadits dalam perilaku
keseimbangan hidup di dunia dan akherat dalam fenomena kehidupan
dan akibatnya
 Siswa menghafalkan hadits pertama dan kedua tentang keseimbangan
hidup di dunia dan akherat
 Konfirmasi:
 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa
 Guru
bersama
siswa
bertanya
jawab
meluruskan
kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Penutup
 Guru dan siswa mengakhiri pembelajaran dengan hamdallah (do‟a)
 Guru dan siswa memberi salam
G. MEDIA/SUMBER BELAJAR
Buku LKS Al-Qur‟an Hadits kelas VIII
H. PENILAIAN
1.
Teknik Penilaian
 Tes tertulis
 Penugasan
2.
Bentuk Instrumen
Essay
3.
Contoh Instrumen
49
Apa keterkaitan isi kandungan Hadits dalam perilaku keseimbangan
hidup di dunia dan akherat dalam fenomena kehidupan dan akibatnya
Jawaban
KETERKAITAN
KANDUNGAN
HADIST
TENTANG
KESEIMBANGAN HIDUP DI DUNIA DAN AKHIRAT
Hadits pertama mengajarkan tentang keseimbangan dalam perhatiannya
terhadap kehidupan dunia dan akhirat. Jadi tidak benar meninggalkan
dunianya demi kepentingan akhiratnya, begitu pula sebaliknya. Islam
melarang kepada pemeluknya menjadi beban orang lain. Ini berarti
mendorong untuk hidup mandiri.
Hadits kedua mengandung motivasi agar hidup penuh semangat dan untuk
selalu minta pertolongan kepada Allah sehingga akan menjadi orang
mukmin yang kuat. Karena orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih
dicintai oleh Allah SWT
Hadits ketiga merupakan dorongan yang sangat kuat untuk bekerja keras
dalam rangka memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, apapun
pekerjaannya yang penting halal. Hal ini akan dapat menghindari perilaku
meminta-minta kepada orang lain.
Dampak positif keseimbangan Hidup Dunia dan Akhirat :
1.
Akan tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
2.
Dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri sehingga tidak meminta
minta dan menjadi beban orang lain
3.
Memiliki pribadi yang mandiri
4.
Menjadi mukmin yang kuat dalam segala bidang
5.
Akan terasa selalu dekat kepada allah SWT. sehingga hidupnya
tenang
50
6.
Dapat memperjuangkan islam dengan kekuatan yang maksimal
7.
Menjadi orang yang terhormat sehingga tidak menjadi bahan
cemoohan orang
8.
Disegani oleh musuh-musuh islam sehingga tidak senantiasa diganggu
mereka
Skor penilaian :
Essay / uraian :
Skor no. 1 = 50
Skor no. 2 = 50
Skor maximum = 100
Karanganyar,
Juli 2014
Guru Al-Qur‟an Hadits
Khosyiyah, S.Pd.I.
Download