18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan mengalami proses tumbuh kembang. Masa bayi merupakan masa emas (golden period) bagi pertumbuhan. Artinya, bayi akan tumbuh sehat dan optimal ketika mampu memaksimalkan masa emas tersebut. Sebaliknya, ketika masa emas kurang mendapat perhatian, maka bisa mengakibatkan potensi yang dimiliki bayi tidak berjalan dengan optimal (Khasanah, 2011). Tumbuh kembang merupakan proses yang berbeda, namun keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain. Pertama, kata tumbuh yang apabila ditambah awalan per- dan akhiran –an, maka akan menjadi pertumbuhan. Adapun yang dimaksud pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur menggunakan satuan panjang, satuan berat, dan ukuran kepala. Kedua, adapun yang dimaksud dengan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, bersifat kualitatif, pengukuran dalam dilakukan menggunakan skrining perkembangan (Khamzah, 2012). Unsur gizi menjadi pengaruh yang dominan dalam pertumbuhan anak terutama pada awal kehidupan sampai dengan umur 12 bulan. Nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dapat dipenuhi dengan memberikan Air Susu Ibu Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 19 (ASI). ASI merupakan makanan terbaik yang dibutuhkan untuk kesehatan bayi. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhinya kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang sakit (Sulistyoningsing, 2011). Banyak ibu yang sudah mengetahui keunggulan dari ASI, namun kecenderungan untuk tidak menyusui bayinya secara eksklusif semakin besar. Hal ini dilihat dari semakin besarnya jumlah ibu yang memberikan susu formula kepada bayinya lebih awal. Berbagai alasan telah dikemukakan oleh ibu-ibu diantaranya yaitu pengaruh iklan/promise pengganti ASI, ibu bekerja, lingkungan social budaya, pendidikan, pengetahuan yang rending serta rendahnya dukungan suami (Depkes RI, 2007). Dukungan dari luar pun muncul salah satunya yaitu makin banyaknya iklan yang menawarkan produk/merk susu formula untuk bayi berusia dibawah 6 bulan di Indonesia. Sebaiknya para orang tua yang memiliki bayi pada usia tersebut seharusnya lebih ekstra hati-hati pada saat akan memutuskan memilih susu formula. Padahal, sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak bahwa satu-satunya makanan terbaik untuk bayi adalah ASI (IDAI, 2006). Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Akibat dari pemberian ASI dan pemberian makanan tambahan yang salah, sekitar 6,7 juta balita atau 27,3 persen dari seluruh Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 20 balita di Indonesia menderita kurang gizi dan sebanyak 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk (Meutia,2008). Kebijakan yang ditempuh dalam program peningkatan pemberian ASI di Indonesia adalah menetapkan 80 persen dari ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif. Namun realitanya, sampai saat ini pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Data menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5 bulan. Keadaan lain yang memprihatinkan adalah 13% dari bayi berumur dibawah 2 bulan telah diberi susu formula dan 15% telah diberi makanan tambahan (SDKI 2002-2003). Pemberian ASI eksklusif di Jawa Tengah hanya sekitar 25,6%, menurun dibandingkan tahun 2011 yaitu 45,18% (Dinkes Provinsi Jateng, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2015 cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 50,4%, bila dibandingkan tahun 2014 cakupan pemberian ASI esksklusif sebesar 20,9%, hal ini meningkat sebesar 29,5% setelah mengalami penurunan sebesar 34,9%. Dari 27 puskesmas yang berada di Kabupaten Banyumas puskesmas yang memiliki angka cakupan pemberian ASI yang rendah adalah Puskesmas Kedungbanteng yaitu sebesar 19,4% dari total bayi 423 bayi (Dinkes Kabupaten Banyumas, 2015). Berdasarkan survey yang dilaksanakan oleh Nutrition and Health Surveillance System (NHSS) yang bekerjasama dengan Balitbangkes serta Helen Keller International pada tahun 2002 di empat kota yang berada di Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 21 Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar dan delapan desa yang berada di Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa pencapaian pemberian ASI eksklusif 4-5 bulan di daerah perkotaan antara 4%-12%, sedangkan di daerah pedesaan 4%-25%. Pencapaian pemberian ASI eksklusif 5-6 bulan di daerah perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di daerah pedesaan 2%-13%. Hasil penelitian Puspitasari (2011), yang meneliti tentang gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Bidan praktek swasta Hj. Renik Suprapti Kelurahan Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas menyimpulkan bahwa faktor-faktor ibu yang memberikan susu formula yaitu ibu yang berpendidikan SMA, bekerja diluar rumah, berpenghasilan Rp 500.000-Rp 1.000.000, dan ibu yang berpengetahuan baik tentang ASI. Banyak alasan yang menjadi faktor penyebab kenapa ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Salah satu alasan yang cukup besar yaitu pekerjaan, terutama bagi ibu-ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Kesibukan kerja yang membutuhkan waktu hingga 8 jam untuk bekerja di luar rumah yang menjadi alasantidak dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi hingga usia 6 bulan. Ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif dengan alasan pada umumnya tempat ibu bekerja tidak menyediakan tempat untuk menyusui dan tempat untuk memompa ASI yang layak dan memenuhi standar kesehatan, sehingga tidak jarang para ibu Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 22 memerah ASInya didalam toilet yang dikhawatirkan akan banyak tercemar oleh kuman-kuman yang bertebaran di toilet sehingga tidak dapat menyimpan ASI tersebut dalam botol untuk diberikan kepada bayi (Siregar, 2008). Sebagai alasan lain yaitu karena kecapekan akibat bekerja adalah produksi ASI yang mulai menurun, mengakibatkan bayi tidak mau lagi disusui dan saluran ASI menjadi tersumbat. Namun ada juga karena keengganan untuk menyusui yang menyebabkan anak harus berhenti merasakan ASI dari ibunya. Alasan yang mengkhawatirkan adalah adanya anggapan yang salah tentang pemberian ASI eksklusif yang biasanya hal ini terjadi pada masyarakat pedesaan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan bahwa apabila anaknya akan kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meskipun tidak ada relevansinya banyak yang beranggapan bahwa hal ini benar. Terkadang anak yang menangis terus dianggap sebagai anak yang tidak kenyang, padahal menangis bukan semata-mata tanda bahwa bayi sedang merasa lapar (Soraya, 2006). Berbagai dampak negative yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain : gangguan saluran pencernaan (muntah, diare), meningkatkan kecerdasan infeksi resiko kognitif, saluran serangan pernafasan asma, meningkatkan (Judarwanto, menurunkan resiko 2007), perkembangan kegemukan (obesitas), meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang tercemar (Roesli, 2008). Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 23 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan januari di wilayah kerja puskesmas kedungbanteng didapatkan hasil bahwa jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 3,52% dari total bayi 965 bayi dari 14 desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kedungbanteng. Berdasarkan hasil uraian diatas serta guna meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan menekan angka pemberian susu formula, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai gambaran hubungan antara pemberian susu formula dan ASI dengan tumbuh kembang bayi di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan oleh WHO tahun 2013, Nutrition & Healt Surveillance System (NSS) tahun 2002, Mautia, data dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang semuanya menggambarkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan masih rendah, serta berdasarkan faktor penyebab pemberian susu formula, dan dampak yang ditimbulkan dari diberikannya susu formula, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut “ Apakah ada hubungan antara pemberian susu dengan tumbuh kembang bayi di wilayah kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas?” Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 24 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian susu dengan tumbuh kembang bayi di Wilayah kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya yaitu : a. Mendeskripsikan hubungan antara pemberian susu dengan pertumbuhan bayi b. Mendeskripsikan hubungan antara pemberian susu dengan perkembangan bayi D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pembaca Bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta gambaran mengenai hubungan antara susu dengan tumbuh kembang bayi. 2. Bagi Ibu Memberikan tambahan pengetahuan kepada para ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif yaitu selama 6 bulan penuh, serta ibu dapat menetahui adanya hubungan antara pemberian susu dengan tumbuh kembang bayi. 3. Bagi Peneliti Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 25 Memberika pengalaman dan pengetahuan yang lebih dalam tentang riset sehingga meningkatkan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Selain itu peneliti dapat mengaplikasikan secara langsung di masyarakat khususnya tentang apa saja pengaruh atau efek dari pemberian susu dibawah usia 6 bulan terhadap tumbuh kembang bayi. 4. Bagi Masyarakat Desa Masyarakat mendapatkan tambahan pengetahuan serta wawasan yang lebih luas tentang pengaruh atau efek pemberian susu terhadap tumbuh kembang bayi dan makanan yang tepat untuk bayi usia 0-6 bulan. 5. Bagi Pelayanan Kesehatan Dari hasil penelitian ini diharapkan digunakan sebagai bahan evaluasi bagi petugas kesehatan setempat unutk menekan angka penggunaan susu sehingga dapat meningkatkan angka penggunaan ASI secara eksklusif pada usia 0-6 bulan. E. Penelitian Terkait Penelitian tentang hubungan pemberian susu sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu : 1. Hasil penelitian Fitri (2013), dengan judul penelitian “Hubungan pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur 6 bulan di Puskesmas Nanggalo”, dan menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan subyek penelitian yaitu bayi yang Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 26 berumur 6 bulan yang pernah mendapatkan pelayanan imunisasi di Puskesmas Nanggalo kota padang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur 6 bulan di Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang hubungan pemberian ASI dan tumbuh kembang bayi. Perbedaannya yaitu dalam penelitian Dian hanya membahas tentang hubungan pemberian ASI sedangkan dalam penelitian yang akan di lakukan menambahkan dengan dua variable yaitu bayi yang mendapatkan susu formula serta bayi yang mendapatkan susu formula dan ASI. Selain itu perbedaan juga dilihat dari sampel penelitian, pada penelitian Dian sampel yang digunakan yaitu bayi berumur 6 bulan,sedangakn dalam penelitian yang akan dilakukan sampel yang digunakan yaitu bayi yang berumur 6-12 bulan dengan melihat riwayat pemberian susu pada saat bayi tersebut umur 0-6 bulan. 2. Hasil penelitian Puspitasari (2011), dengan judul penelitian “Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Bidan praktek swasta Hj. Renik Suprapti Kelurahan Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas”, dan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dengan subyek penelitian ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang memberikan susu formula. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor ibu yang memberikan susu formula yaitu ibu yang berpendidikan SMA, bekerja diluar rumah, Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 27 berpenghasilan Rp 500.000-Rp 1.000.000, dan ibu yang berpengetahuan baik tentang ASI. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang susu formula. Perbedaannya yaitu dalam penelitian Ririn membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula sedangkan dalam penelitian yang akan saya lakukan yaitu membahas tentang tumbuh kembangnya itu sendiri. 3. Hasil penelitian Yuniati, Sukadi (2010), dengan judul penelitian “Pengaruh pemberian kombinasi ASI dan susu formula yang mengandung probiotik terhadap peningkatan berat badan bayi lahir dengan seksio cesaria di Jalan Pastur No.38 Bandung”, dan menggunakan metode clinical trial phase II dengan pendekatan randomized open label, dengan subyek penelitian bayi yang baru lahir dengan SC sesuai masa kehamilan, lahir tunggal, dan berat badan lahir ≥ 2500 gram. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian kombinasi ASI dan susu formula probiotik tidak memberikan pengaruh secara bermakna (p>0,05) terhadap peningkatan berat badan bayi bila dibandingkan dengan kontrol. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang ASI dan susu formula. Perbedaannya yaitu dalam penelitian Tetty membahas tentang kombinasi ASI dan susu formula yang mengandung probiotik dengan berat badan bayi lahir dengan SC sedangkan dalam penelitian yang akan saya lakukan membahas tentang masing-masing dari susu formula dan ASI bukan tentang kombinasi keduanya. Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 28 4. Hasil penelitian Novita, Gurnida, Garna (2007), dengan judul penelitian “Perbandingan fungsi kognitif bayi usia 6 bulan yang mendapat dan yang tidak mendapat ASI eksklusif”, dan menggunakan desain penelitian kohort, dengan subyek penelitian bayi usia 4 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan non eksklusif yang bertempat tinggal di lingkungan Puskesmas Cigondewah Bandung diikuti sampai usia 6 bulan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari aspek fungsi kognitif pemberian ASI eksklusif memberikan hasil lebih baik dibanding dengan yang tidak mendapat ASI eksklusif. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang ASI. Perbedaannya yaitu dalam penelitian Lony membahas tentang perbandingan fungsi kognitif sedangkan dalam peenelitian yang akan saya lakukan membahas tentang tumbuh kembang bayi. Hubungan Antara Pemberian..., Audina Irna Kartika, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017