SIKAP POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP

advertisement
SIKAP POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)
DALAM SUKSESI KEPEMIMPINAN NEGARA PADA PEMILU 2014
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syari’ah (S.sy)
Disusun Oleh :
ADE HIKMATUL FAUZIAH
NIM. 1110045200006
KONSENTRASI KETATANEGAARAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ABSTRAK
Ade Hikmatul Fauziah, 1110045200006. Sikap Politik Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014.
Konsentrasi Ketatanegaraan Islam Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1435 H/2015 M. 1x
76 Halaman + 15 Lampiran.
Skripsi ini berjudul Sikap Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dalam
Suksesi Kepemimpinan Pada Tahun 2014, ini merupakan hasil penelitian yang
menggambarkan arah sikap politik Partai PPP dalam suksesi kepemimpinan pada pemilu
2014. Metode pedekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
deskriptif –kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang partai
Persatuan Pembangunan (PPP) dalam pemilu 2014, sikap politik partai PPP serta konflik
yang terjadi di internal partai. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor dalam
Moleong (2000;3) yang menyatakan “metodelogi kualitatif” sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian kualitatis karena merupakan
penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang partai PPP dalam pemilu 2014,
Sikap PPP dalam suksesi kepemimpinan pada pemilu 2014, serta konflik internal partai
yang ada pada saat karya tulis ini dibuat.
Dalam hal ini berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan,
bahwa dalam pemilu 2014 perolehan suara PPP naik dibandingkan dengan pemilu 2009 .
pada pemilu 2014 semua anggota Partai PPP resmi mendukung koalisi merah putih yang
dipimpin oleh Prabowo saat itu, bagi PPP suksesi kepemimpinan pada pemilu 2014 sudah
berjalan dengan lancar dan dijadikannya pembelajaran untuk masa yang akan datang.
Sebelum adanya konflik internal PPP, suara PPP bersatu untuk memilih koalisi merah
putih namun setelah pelantikan presiden terpilih Jokowi-JK maka sebagian anggota PPP
memilih untuk mendukung pemerintahan.
Kata kunci
: Sikap Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014.
Pembimbing
: 1. Masyrofah, M.Si.
2. Atep Abdurofiq, M.Si
Daftar Pustaka
: Tahun 1976 s.d Tahun 2014
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT penulis panjatkan atas
segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW,
Rasul yang berjasa besar kepada kita semua dalam membuka gerbang ilmu
pengetahuan.
Setulus hati penulis sadari bahwa tidak akan sanggup menghadapi dan
mengatasi berbagai macam hambatan dan rintangan yang mengganggu lancarnya
penulisan skripsi ini, tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan yang berharga ini perkenankan penulis untuk
menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Phil. Asep Saepuddin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua Program Studi Jinayah Siyasah, Dra. Hj. Maskufa, MA., dan
Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah Ibu Rosdiana, MA., yang
telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan
skripsi ini.
3. Prof. Dr. Zaitunah Subhan, sebagai Pembimbing Akademik yang juga
senantiasa mengingatkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga
penulis menyelesaikan skripsi ini.
ii
4. Kepada Ibu Masyrofah, M.Si, dan Bapak Atep Abdurofiq, M.Si.,
selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan
perhatiannya kepada penulis dalam memberikan pengarahannya
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Bapak / Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuannya kepada penulis selama duduk dibangku perkuliahan.
6. Segenap jajaran karyawan akademik Perpustakaan Syariah dan Hukum
dan Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam
pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
7. Kepada semua jajaran pengurus DPP PPP Bapak Akhmad Gozali
Harahap S.Ag, M.Si dan Bapak Nur Salam AS, S.IP yang telah
bersedia untuk penulis wawancarai, Saya ucapkan terimakasih untuk
beliau semua, karena tanpa bantuan beliau-beliau skripsi ini tidak akan
mungkin terselesaikan.
8. Kepada Ayahanda dan Ibunda penulis, Bpk. H. Nawin Hs. Dan Ibu Hj.
Aminah Hs. yang telah membesarkan dan membimbing penulis dari
kecil hingga saat ini dengan penuh kesabaran dan pengertian. Serta
tiada henti memberikan doa dan dukungan kepada penulis baik secara
moril maupun materil.
9. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan teruntuk kakak Muniroh
H.N, S.Ag dan Abang Bastari yang sudah penulis anggap sebagai
orangtua, terima kasih mereka telah sampai membawaku hingga pada
iii
jenjang Strata Satu, penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih atas
segalanya yang telah mereka berikan, semoga Allah senantiasa
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka..
10. Kepada Ibu mertua Djariah H.S dan Bapak mertua H. Saman H.R, D1
Meteo, terimakasih telah memberikan doa dan semangatnya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
11. Teruntuk Suami tercinta Jamaludin A.Md, terimakasih karena atas
dorongan dan semangat yang tak kenal henti dari mu, skripsi ini dapat
terselesaikan dalam waktu yang telah kita harapkan.
12. Terimakasih penulis sampaikan kepada kakak-kakak ku Naiyam
Khairul Umma H.N, Muniroh H.N. S.Ag, Eni Rustini H.N, Imron
Rosyadi H.N. S.Ag, Nur Jannah H.N.S.Pd M.Pd, Ridwan H.N,
Raudhatul Jannah H.N. A.Mk, Ahmad Fauzan H.N. S.E, Tety Syafitri
H.S. S.Ak dan adik ipar ku yang ganteng-ganteng Zaenal Arifin H.S.
S.I, Rizky Ferdiansyah H.S. yang telah senantiasa dan tak henti untuk
memberikan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
13. Kepada sahabat-sahabat terbaikku, Eli Rinawati S.Sy, Rifanny Fathia
Caesa Putri S.Sy, Ihda Raudhotul Ihsaniah, Luluk Husnawati, Siti
Nurhilaliyah S.Sy, Hafidz, M. Arifin Saleh, Siti Nurlaela,Wardah
Susanti, Cicih Susanti yang telah membantu penulis dalam berjalannya
skripsi ini, selalu mengingatkan akan kesabaran dan mendengarkan
keluhan penulis hingga memberikan solusi dalam pembuatan skripsi.
iv
14. Kepada sahabat seperjuangan SS Angkatan 2010 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terimakasih atas kebaikan kalian, yang selalu
memberikan semangat, motivasi, dan do’anya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
15. Kepada sahabat-sahabat KKN BERDIKARI 2013 dan sahabat-sahabat
seperjuangan dari Alumni MAN 4 Jakarta 2009 terutama yang berada
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan motivasi,
selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang
berlipat ganda. Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan
mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda pula. Penulis berharap skripsi ini
dapat memberkan manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada
umumnya.
Ciputat, 01 April 2015
Ade Hikmatul Fauziah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ...................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 9
E. Metode Penelitian ..................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 14
BAB II
PARTAI POLITIK ISLAM DALAM SUKSESI
KEPEMIMPINAN NEGARA
A. Pengertian Suksesi dan Kepemimpinan ................................. 16
B. Jenis – jenis Kepemimpinan ................................................... 18
C. Sekilas Mengenai Partai Politik Islam di Indonesia
1. Partai Politik Islam Pada Era Orde Lama (1945 – 1965) ... 20
2. Partai Politik Islam Pada Era Orde Baru (1967 – 1998) .... 23
3. Partai Politik Islam Pada Era Reformasi (1999 – 2014) .... 31
BAB III PROFIL PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)
A. Sejarah Berdirinya Partai Persatuan Pembangunan ............... 41
vi
B. Visi dan Misi PPP ................................................................... 46
C. Ideologi Politik PPP ............................................................... 51
BAB IV
ANALISIS DATA DAN TEMUAN
A. Partai Persatuan Pembangunan Dalam Pemilu 2014 ............. 54
B. Sikap Politik PPP Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara ..... 57
C. Konflik Internal dan Kelompok Kepentingan ........................ 61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran – Saran .......................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73
LAMPIRAN – LAMPIRAN .......................................................................... 76
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lengsernya Soeharto sebagai ‘icon’ Orde Baru menandai lahirnya Era
Reformasi, hal ini telah melambungkan harapan masyarakat bahwa bangsa
Indonesia
akan
segera
meninggalkan
kekelaman
politik
yang
berkepanjangan dan memasuki era baru yang dilandasi oleh semangat
demokratisasi.1 Hal ini dapat membuka kesempatan bagi berlangsungnya
reformasi demokratis di Indonesia. Untuk memenuhi aspirasi rakyat yang
digemakan oleh gerakan reformasi, perubahan–perubahan mendasar harus
ditegakkan, termasuk perubahan menyeluruh pada semua pranata politik,
sosial, ekonomi, dan perubahan pada basis hubungan antara rakyat dan
negara.
Perubahan-perubahan semacam ini hanya dapat diwujudkan melalui
penyusunan satu agenda reformasi yang menyeluruh, sebagai hasil dari
proses dialog yang terbuka, inklusif dan partisipatif. Keruntuhan rezim Orde
Baru pada pertengahan tahun 1998 merupakan babak baru dalam kehidupan
perpolitikan di Indonesia yaitu berakhirnya era otoriter dan lahirnya era
demokratisasi.2
1
Zainal Abidin Amir, Peta Islam Politik: Pasca Soeharto (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2003),
Hal. 282
2
Dede Rosyada, Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia
Dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media, 2003), Hal. 13
1
2
Peluang semakin besar di Era Reformasi khususnya di bidang politik,
yang diwujudkan dengan lahirnya banyak partai politik Islam. Sebelumnya
dizaman Orde Baru partai Islam telah habis setelah Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) menetapkan asas pancasila dan menghilangkan asas
Islam dalam muktamarnya yang pertama tahun 1984.3
Secara resmi PPP didirikan pada 5 Januari 1973, menurut undangundang ditetapkan pada tahun 1975 partai ini mempunyai dua tujuan yakni
mewujudkan cita-cita bangsa seperti dimaksud dalam UUD 1945 dan Islam,
menciptakan masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah berdasarkan
pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pada mulanya partai ini mempunyai tiga asas, yaitu ; Pancasila,
UUD 1945, dan Islam dan penggunaan Ka’bah sebagai lambang partai.
Sesuai dengan asas, tujuan dan usaha diatas salah satu diantara program
utama PPP digariskan pada tahun 1973 untuk memelihara persatuan umat
Islam untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dalam
segala kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan.4
Dengan sosok seperti itu, PPP mempunyai kejelasan basis pendukung
dari kalangan Islam. Dalam menggunakan
ukuran hasil pemilu 1955,
dukungan yang bisa diperoleh PPP sebenarnya berkisar 43,5%. Sebagian
besar dari jumlah itu berasal dari Masyumi dan NU sebagai dua sumber
konstituen politik Islam terbesar. Akan tetapi, pada kenyataannya dengan
3
Sudirman, Tebba.,Islam Orde Baru : Perubahan Politik Dan Keagamaan. (Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya, 1993), Cet.1, Hal. ii
4
M. Rusli Karim., Negara Dan Peminggiran Islam Politik, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 1999) Cet.1, Hal. 144
3
diberlakukannya sistem dan praktik politik yang hegemoni dan tidak
kompetitif, pemerintah berhasil menggembosi suara PPP, antara lain karena
sejak kelahirannya PPP hanya mampu meraih peralihan suara dibawah 28%.
Dalam hal perolehan suara ini, guncangan hebat dialami PPP ketika partai
ini memperoleh suara 15% lebih sedikit pada tahun 1987.
Secara umum dapat dikatakan bahwa konfigurasi perolehan suara
sudah pasti akan berubah, dengan munculnya banyak partai dan secara
teoretis hal itu akan memekarkan pola distribusi pemberian suara. Jelas
dalam hal ini partai-partai lama akan mengalami perubahan besar, dan
cenderung mengarah pada penurunan perolehan suara. Demikian hal dengan
PPP seperti telah diisyaratkan, partai ini menjadi korban pemerintah lama
dalam suasana kemarahan yang sangat mencolok terhadap kehidupan politik
lama.5
Meskipun bertahun-tahun menjadi penurut terhadap rezim Orde Baru,
partai PPP berhasil mempertahankan hidup hingga kemasa reformasi
dengan keluarnya sebagai partai yang memiliki suara terbanyak keempat
dan jumlah kursi ketiga terbesar pada pemilu 1999. Keuntungan PPP adalah
namanya yang sudah dikenal dengan pemilih yang terbiasa memilih PPP,
sebuah organisasi nasional, dan legitimasi reformasi karena posisinya
sebagai partai oposisi paling dinamis di akhir zaman Orde Baru.6
Dalam bahan-bahan kampanye pemilu 1999, PPP menekankan sifat
moderatnya. Mereka mengatakan mendukung reformasi, namun ketua partai
5
Bahtiar Effendy, (RE)Politisasi Islam, (Bandung: Penerbit Mizan, 2000), Cet. 1, Hal. 255
6
Panduan Parlemen Indonesia (Jakarta: Yayasan API, 2001), Hal. 128
4
Hamzah Haz pada saat itu menyakinkan, ia tidaklah fanatik dalam
pendekatan kepada Islam. Contoh, ia tidak mendukung implementasi hukum
syari’ah Islam, namun dengan prinsip-prinsip Islam.
Seiringan dengan berjalannya waktu pemilu 2014 telah berlangsung.
Sebelumnya partai-partai politik telah mempersiapkan diri untuk bersaing.
Survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia tentang nasib dan masa
depan partai Islam menarik untuk dicermati. Popularitas dan elektabilitas
mereka berada dibawah partai politik yang berhaluan Nasionalis. Hasil
survei tersebut menjadi peringatan bagi partai Islam untuk berbenah,
survei-survei yang dilansir belakangan ini masih menempatkan partai-partai
Islam dibawah partai Nasionalis. Sebagaimana diketahui, survei LSI itu
dilakukan pada 1-8 Oktober 2012, melibatkan 1.200 responden di 33
provinsi, dengan tingkat kesalahan sekitar 2,9 persen. Dari bukti-bukti
empiris, memang menjadi trend penurunan perolehan suara partai Islam.
Pada pemilu pertama tahun 1955 partai Islam menjadi kampium di
Indonesia dengan perolehan suara sebesar 43,7 persen, kemudian menurun
pada pemilu tahun 1999 menjadi 35,95 persen, naik sedikit menjadi 37,74
persen pada pemilu tahun 2004, pemilu 2009 kembali menurun menjadi
28,62 persen, dan pemilu 2014 partai Islam kembali meraih suara 31,41
persen.7
Dalam sistem demokratis, pergantian kekuasaan suksesi ditentukan
melalui cara yang demokratis, berupa pemilihan umum. Pelaksanaan pemilu
7
Muhammad Ridwan, Elektabilitas Partai Dan Kompatibilitas Demokrasi. 2013. Diakses
Tanggal 26 Agustus 2014 Dari Http://M.Kompasiana.Com/Post/Read/529097/2/ElektabilitasPartai-Islam-Dan-Kompatibilitas-Demokrasi.Html
5
sendiri
merupakan
ajang
pertarungan
bagi
parpol-parpol
dalam
menempatkan kader-kader yang terbaik untuk dapat menempati kursi di
lembaga legislasi. Hal ini tentunya dapat terealisasi apabila masyarakat
percaya ikut memberikan suaranya untuk memberi mandat kepada kader
partai yang akan duduk di lembaga perwakilan tersebut.8
Adanya pergantian kepemimpinan dalam suatu negara, maka kita
mengenal
istilah
suksesi.
Singkatnya
suksesi
adalah
penggantian
kepemimpinan dari suatu negara, suksesi menjadi hal yang mutlak dalam
sebuah organisasi, dewasa ini suksesi hanyalah dimaknai sebagai ajang
perebutan kekuasaan saja. Akan tetapi, dibalik itu tersirat makna akan
kehadiran setitik sinar yang dapat membawa pada benderangnya lautan
gulita. Langkah dan sikap yang bijak diperlukan dengan tujuan
mengkonstruk
organisasi
yang
lebih
baik.
Egoisitas
hendaknya
dikesampingkan demi kepentingan bersama, terkhusus dalam setiap suksesi
di sebuah organisasi dan lembaga manapun agar terciptanya kebersamaan,
dan kedamaian yang dinantikan oleh khalayak dalam kelompok atau
organisasi tersebut.9
Suksesi presiden tahun 2014 menjadi sangat penting ketika bangsa ini
memasuki era baru. Indonesia terus menjalani proses konsolidasi demokrasi,
yaitu membangun demokrasi yang kokoh dan menyelesaikan sejumlah
masalah dalam beragam bidang kehidupan. Suksesi menjadi sangat penting
8
Ahmad Budiman, Eksistensi Parpol Islam Dalam Pemilu 2004, Dalam Sali, Ed., Susiana,
Pemilu 2004 : Analisis Politik, Hukum Dan Ekonomi (Jakarta: Tiga Putera Utama, 2003), Hal. 57
9
Artikel Diakses Pada Tanggal 16 Mei 2014 Pukul 23.00
Http://Andreysubiantoro.Viviti.Com/Entries/Rekiblik/Suksesi-Kepemimpinan
Wib
Dari
6
karena transisional dari era lama (era baru hingga reformasi) menuju era
yang benar-benar baru dengan generasi yang terlepas dari beban masa lalu.
Sebagai salah satu lembaga yang berfungsi menciptakan kader pemimpin
nasional, menjadi tugas partai politik mencari pemimpin baru yang bisa
mempin Indonesia di era baru.10
Kepemimpinan adalah tingkah manusia yang mengadung unsur
kemampuan, melebihi kemampuan orang lain dalam suatu lingkungan kerja
sama, guna untuk mempengaruhi orang lain untuk bekerja sesuai dengan
rencana, demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.11
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi kelompok menuju
tercapainya tujuan dalam suatu organisasi.12
Dari
penjelasan
latar
belakang
tersebut,
penulis
bermaksud
mengadakan penelitian ilmiah dan akan dibahas dalam skripsi dengan judul:
“Sikap Politik Partai Persatuan Pembanguan (PPP) dalam Suksesi
Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014.”
10
Artikel Diakses Pada Tanggal 12 Mei 2014 Pukul 16.15 Wib
Http://Nasional_Kompas_Com/Read/2013/08/26/0833212/Pentingnya_Suksesi_2014
Dari
11
Alex Gunur, Manajemen; Kerangka-Kerangka Pokok (Jakarta: Bhratara Karya Aksara,
1982), Cet. 4, Hal. 55
12
Stephen P.Robbins, Marry Coulter, Manajemen (Jakarta: PT Indeks Gramedia Grup,
2005), Jilid 2, Cet. 7, Hal. 128
7
B.
Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Studi tentang Partai Persatuan Pembangunan berangkat dari sebuah
kenyatan politik, berupa sebagai Partai Politik yang ikut mewarnai dinamika
demokrasi di Indonesia keterlibatan PPP dalam dinamika demokrasi
tersebut, dapat dilihat dengan keikutsertaan menjadi kontestan dan
berkompetisi dalam pemilu di era reformasi yang dianggap sebagai pemilu
yang demokratis. Dalam hal ini, PPP telah ikut berpartisipasi dalam
mewujudkan demokrasi dipentas politik nasional bersama partai-partai
lainnya. Disisi lain, reformasi dianggap sebagai masa pencarian jati diri
setelah terbebas dari tekanan Orde Baru selama hampir 32 Tahun.
Berdasarkan acuan tersebut, agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu
melebar dan terjebak pada kurang terfokusnya pembahasan serta
kesimpulan, maka penulis membatasi permasalah pada aktifitas politik
Partai Persatuan Pembangunan yang dilakukan mulai pada saat pemilu 1999
sampai pada tahun 2014. Dalam hal itu, Partai Persatuan Pembangunan ikut
berpartisipasi aktif dalam pemerintahan sebagai bentuk aktifitas bagian dari
gerakan politik Islam di Indonesia yang begitu aktual dan menghegemoni.
Beberapa pertanyaan
yang dirumuskan dan
permasalahan dalam skripsi sebagai berikut :
menjadi
fokus
8
1. Bagaimanakah sikap politik PPP dalam pemilu 2014 ?
2. Bagaimanakah suksesi kepemimpinan Negara pada Pemilu 2014
menurut PPP?
3. Bagaimanakah strategi PPP dalam menyikapi konflik internal dan
kelompok kepentingan yang terjadi pada PPP ?
C.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pasti untuk mencapai suatu
tujuan, maksud dan manfaatnya. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1) Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisa sikap politik
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam pemilu 2014
2) Untuk menambah wacana perpolitikan nasional.
3) Untuk mengetahui strategi yang dijalankan dalam menyikapi konflik
yang terjadi pada PPP
4) Untuk mengetahui suksesi kepemimpinan Negara pada pemilu 2014
menurut PPP.
2. Manfaat Penelitian
Salah satu hal terpenting di dalam kegiatan penelitian ini adalah
mengenai manfaat dari penelitian tersebut, adapun manfaat tersebut
diantaranya :
9
1) Menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam suksesi kepemimpinan
Negara
2) Agar dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak umum terutama
civitas
akademika
bahwa
terdapat
beberapa
jenis
mengenai
kepemimpinan.
3) Karya ilmiah ini diharapkan menjadi motivasi bagi masyarakat
Indonesia mengenai bagaimana sikap politik PPP dalam suksesi
kepemimpinan Negara pada pemilu 2014.
D.
Tinjauan Pustaka
Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang suksesi kepemimpinan
yang mengarah pada upaya formalisasi syari’at Islam telah dilakukan, baik
yang mengkaji secara spesifik topik tersebut maupun yang bersinggungan
secara umum dengan bahasan penelitian. Berikut ini merupakan paparan
atas sebagian karya karya penelitian tersebut.
Untuk melihat pembahasan yang mendekati dengan kajian skripsi,
maka diperlukan kajian atau studi terdahulu, seperti skripsi M. Septiadi
Fadli dengan judul Muhammadiyyah dan Suksesi Kepemimpinan Nasional.
Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa konsep suksesi kepemimpinan yang
telah lama pada masa Soeharto akan menimbulkan penyimpanganpenyimpangan kedudukan dan tidak jalannya sistem demokrasi untuk
regenerasi pemimpin selanjutnya.
10
Penelitian juga dilakukan oleh, disertasi milik Sihabudin Noor yang
berjudul: “Politik Islam Studi Tentang Artikulasi Politik PPP1973-2004”.
Dalam
penelitiannya
menyimpulkan
bahwa
artikulasi
politik PPP
disepanjang menyangkut kepentingan penyelenggaraan Islam, hampir selalu
diakomodir oleh rezim. Sedangkan menyangkut kepentingan status
kekuasaan, sebagaimana dimasa Orde Baru upaya yang ditempuh PPP harus
dilalui jalan panjang.
Buku pertama disunting dalam bentuk tesis yang pernah ditulis oleh
Imam Ibnu Hajar (1999) yang berjudul :“Suksesi Dalam Pemerintahan
Islam: Telaah Historis Atas Sistem Peralihan Kekuasaan Pada Masa AlKhula’ Al-Rasyidun”. Tesis rotasi kepemimpinan yang bukan atas dasar
hubungan darah yang memungkin suksesi mendapatkan pilihan terbaik dari
para calon, serta terwadahinya pilihan bebas umat dalam bai’at, kiranya
menjadi benang merah yang menjadi titik temu dari cara-cara peralihan
kekuasaan pada masa khalifah.Sehingga kaum muslimin dapat menerima
cara-cara itu semua dengan lapang dada, dan tentu implikasi langsungnya
adalah bahwa mereka semua dapat diterima oleh umat dengan suara bulat.
Buku kedua disunting dari penjelasan sederhana oleh Kartini
Kartono
(2006).Dalam
Kepemimpinan”,
yang
bukunya
yang
menjelaskan
berjudul
tentang
“Pemimpin
pentingnya
Dan
ketertiban.
Menurutnya dalam kompleksitas masyarakat, manusia harus hidup bersama
dan bekerja sama dalam sauna yang tertib dan terbimbing oleh seorang
pemimpin, dan tidak hidup menyendiri. Demi efisiensi kerja dalam upaya
11
mencapai tujuan bersama, dan untuk mempertahankan hidup bersama,
diperlukan kerja kooperatif yang perlu dipandu oleh seorang pemimpin.
Selain ketertiban, kata kunci lain yang perlu diperhatikan adalah panutan,
suatu komunitas memerlukan panutan, yakni sosok yang dianggap mampu
mengayomi dan melindungi mereka, serta bisa diandalkan untuk
berdiplomasi dengan komunitas lain.
Buku ketiga disunting oleh M. Alfan Alfian (2009), dalam bukunya
yang berjudul “Menjadi Pemimpin Politik (Perbincangan Kepemimpinan
dan Kekuasaan)” ia menyimpulkan definisi dari beberapa pendapat para
ahli kepemimpinan, yang menjelaskan bahwa kepemimpinan : (1)
Kepemimpinan itu proses leadership is a process, (2) dalam kepemimpinan
ada pengaruh leadership involves influences, (3) konteks konteks
kepemimpinan adalah kelompok leadership occurs within a group context,
(4) ada unsur pencapaian tujuan leadership involves goal attainment. Dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang
punya pengaruh dalam satu kelompok (organisasi) untuk menggerakkan
individu lain untuk dapat meraih tujuan bersama. Dengan demikian,
pemimpin bukan saja orang yang memiliki sifat utama kepemimpinan
(potensial), tetapi juga mampu mengaktualisasikannya.
Dari judul di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa suksesi
presiden tahun 2014 menjadi sangat penting ketika bangsa ini memasuki era
baru, Indonesia terus menjalani proses konsolidasi demokrasi dengan
12
membangun demokrasi yang kokoh dan menyelesaikan sejumlah masalah
dalam beragam bidang kehidupan.
Maka dalam hal ini penulis menambahkan bagaimana partai PPP
dalam pemilu 2014, dengan adanya arah sikap partai PPP dalam suksesi
kepemimpinan Negara pada pemilu 2014, serta akan mengkaitkan adanya
konflik internal partai PPP yang ada pada saat karya tulis ini dibuat.
E.
Metode Penelitian
Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan secara rinci tentang halhal yang terkait dengan metode penelitian dari proposal skripsi ini, yaitu :
1. Jenis Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode yang
bersikap deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan
memberikan gambaran terhadap keadaan seseorang, lembaga, atau
masyarakat sekarang ini. Berdasarkan faktor-faktor dan latar belakang
pendidikan yang nampak dalam situasi yang diselidiki. Penelitian ini
terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana keadaan, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta.13
2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah sikap politik PPP
dalam suksesi kepemimpinan negara pada pemilu 2014.
13
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.Gramedia Pusaka
Utama, 1992, Hal.10
13
3. Tahapan Penelitian
a. Sumber Data
 Data Primer
Teknik pengumpulan data primer yaitu berupa wawancara
secara langsung untuk mendapatkan informasi yang actual kepada
objek yang akan dijadikan permasalaha dalam pembahasan ini.
Adapun yang dimaksud wawancara adalah percakapan antara
penulis dengan seseorang yang berharap mendapat informasi dari
seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi langsung dari
sumbernya. Misalnya antara penulis dengan tokoh yang ada pada
Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
 Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder yaitu berupa studi
dokumentasi, yang artinya pengumpulan data tersebut sering
digunakan dalam berbagai pengumpulan data. Dokumentasi dapat
terbentuk dokumen publik atau dokumen privat melalui bukubuku, makalah-makalah dan rekaman yang berhubungan dengan
judul yang peneliti angkat.14
b. Analisis Data
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya
dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat
pengumpulan data dilapangan secara berkesinambungan. Diawali
14
Esti Ismawati, Metode Penelitian, (Surakarta:Pustaka Cakra, 2003), Hal.7
14
dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi dilapangan
dengan langkah abstraksi-abstraksi teoritis terhadap informasi
lapangan, dengan menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat
memungkinkan dianggap mendasar dan universal.15
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekretariat pusat PPP yang bertempat
di Jl. Diponegoro No. 60, Jakarta Pusat. Waktu penelitian dimulai sejak
bulan September 2014.
5. Teknik Penulisan
Adapun metode penulisan dalam skripsi ini, penulis mengacu
pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012, dengan menggunakan ejaan
yang disempurnakan.
F.
Sistematika Penulisan
Adapun penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Masing-masing
bab berisi sub-sub bab, secara sistematis, bab-bab tersebut adalah sebagai
berikut :
Tulisan didahulukan dengan Bab I, yaitu merupakan bab
pendahuluan yang berfungsi sebagai acuan pembahasan dalam bab-bab
selanjutnya, sekaligus mencerminkan isi skripsi ini secara global. Bab ini
mencakup latar belakang masalah, batasan dan rumusan pokok masalah,
15
Burhan Bagin, Metode Penelitian KualitaTif (Akutualisasi Metodologis Ke Arah Ragam
Farian Kontemporer), (Jakarta: PT. Grafindo, 2004), Cet. 3, Hal.101
15
metode penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
Dilanjutkan Bab II, bab ini berisi tentang penjelasan suksesi
kepemimpinan. Pada bab ini, penulis akan coba menjelaskan perjalanan
partai politik Islam di Indonesia pada saat dan sebelum era reformasi.berupa
perjalanan PPP dalam pemilu pada masa era reformasi yang mengalami
penurunan suara akan dikaji lebih jauh. Dan kepemimpinan terbagi menjadi
tiga bagian juga akan penulis kaji dalam bab ini.
Sedangkan Bab III, akan membahas gambaran umum tentang profil
dari Partai Persatuan Pembangunan(PPP), sejarah berdirinya Partai
Persatuan Pembangunan, visi dan misi Partai Persatuan Pembangunan
(PPP). Serta Ideologi politik PPP sebagai salah satu indikator dari
demokrasi akan dibahas juga dalam bab tiga ini.
Sementara Bab IV, adalah fokus dari pembahasan penulis. Fokus
dari penelitian dan pembahasan dalam bab ini adalah bagaimana perjalanan
Partai Persatuan Pembangunan dalam pemilu 2014, sikap politik PPP dalam
suksesi kepemimpinan negara pada pemilu 2014. Dalam pembahasan ini,
penulis akan mengeksplorasi lebih jauh bagaimana strategi PPP dalam
menyikapi konflik internal dan kelompok kepentingan yang terjadi di dalam
partai PPP pada saat karya tulis ini dibuat.
Penulisan ini diakhiri Bab V, dalam bab penutup ini berisikan
kesimpulan dan sara dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
BAB II
PARTAI POLITIK ISLAM DALAM SUKSESI KEPEMIMPINAN
NEGARA
A.
Pengertian Suksesi dan Kepemimpinan
Adanya pergantian kepemimpinan dalam suatu negara, maka
terdapat istilah mengenai suksesi, yang biasa diartikan sebagai suatu proses
perubahan yang berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi didalam
suatu negara dalam jangka waktu tertentu sehingga terbentuk negara baru
yang berbeda dengan negara semula. Singkatnya, suksesi ialah penggantian
kepemimpinan dari suatu negara. Sedangkan seorang pemimpin adalah
seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain, dalam
pekerjaan untuk mencapai tujuan sebuah organisasi memerlukan bantuan
orang lain.
Istilah suksesi diambil dari kata bahasa Inggris succession atau
bahasa latin succieo, yang berarti penggantian, urutan dan pewarisan.
Suksesi yang diartikan sebagai suatu proses perubahan yang berlangsung
satu arah secara teratur terjadi didalam suatu negara dalam jangka waktu
tertentu sehingga terbentuk negara baru yang berbeda dengan negara
semula.1
1
Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), Hal. 553
16
17
Kepemimpinan berasal dari kata dasar “Pimpin” yang berarti
dibimbing atau dituntun.2 Kepemimpinan mendapatkan awalan “ke” dan
sisipan “em” serta akhiran “an”. Menurut tata bahasa awalan ke- dan ke-an
berfungsi sebagai pembentuk, kata benda abstrak yang mengandung arti
menjadi atau peristiwa. Sedangkan sisipan “em” pada kata pemimpin
berfungsi membentuk kata baru yang artinya tidak berbeda dengan kata
dasar. Arti sisipan “em” disini mengandung sifat, jika pemimpin berasal dari
kata “pimpin” yang dapat awalan “pe” mempunyai arti orang yang
melakukan. Jadi, pemimpin adalah orang yang memimpin.3
Dalam Negara Indonesia masalah suksesi ini sering disebut sebagai
masalah estafet kepemimpinan. Yang berarti penyerahan kepemimpinan dari
generasi tua kepada generasi muda. masalah suksesi pada dasarnya ialah
masalah memilih pemimpin yang diperkirakan akan mampu membawa
suatu dinasti suatu negara, suatu organisasi politik atau suatu perusahaan
mengarungi kehidupan yang terbentang dimasa kini dan dimasa depan
masalah ini pada umumnya timbul pada waktu seorang pemimpin atau
sekelompok pemimpin kelihatan menua dan menurun kemampuannya untuk
menyelesaikan
dengan
baik
persoalan-persoalan
yang
dihadapi
organisasinya, dan menurun pula kemampuannya untuk menangkap
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam zamannya. Masalah suksesi mulai
2
WJS.Pooerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982).
Cet.4, Hal.754
3
Abdullah Ambari, Intisari Tata Bahasa Indonesia, (Bandung: Djatnika), Hal.70
18
menjadi pembicaraan, apabila orang mulai meragukan kemampuan suatu
pimpinan untuk mengemudikan jalan bahtera organisasi yang dipimpinnya.4
Setiap tipe kepemimpinan efektif yang mampu bertahan, merupakan
hasil dari ikhtiar budaya yang dilakukan oleh suatu masyarakat atau bangsa.
Negara melahirkan kepemimpinan politik yang terdiri dari tokoh-tokoh
politik, para pemimpin partai. Kepemimpinan politik di Indonesia lahir dari
sejarah, budaya, dan harapan-harapan masyarakat.Kepemimpinan politik
sesudah proklamasi cenderung bersifat ideologis pada zaman orde lama,
bergerak menuju kepemimpinan yang bersifat pragmatis pada Orde Baru
disebabkan oleh perubahan harapan masyarakat.
Kepemimpinan politik bergeser dari politik ideologi menuju
pragmatism bersifat karismatik. Sudah saatnya untuk kita meninggalkan
kepemimpinan karismatis menuju kepemimpinan legal-rasional karena
kepemimpinan politik karismatik tidak baik untuk dalam jangka panjang,
sedangkan kepemimpinan rasional berdasarkan hukum dan bukan
berdasarkan wibawa perorangan.
B.
Jenis - jenis Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Partisipatif dan Pendelegasian
Kepemimpinan partisipatif adalah suatu kepemimpinan yang
memberikan seperangkat aturan untuk menentukan ragam dan
banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi-situasi
4
Muchtar Buchori, Suksesi Dan Masalah Masalah Demokrasi (Jakarta: Ikip
Muhammadiyah), 1994. Hal.147
19
yang berlainan. Pemimpin meminta dan mempergunakan saran-saran
dari bawahan, tetapi masih membuat keputusan. Kebanyakan studi
dalam organisasi industri manufaktur, terdapat bahwa dalam tugas-tugas
yang tidak rutin, seperti karyawan lebih puas dibawah pimpinan yang
pertisipatif
daripada
kepemimpinan
yang
non
partisipatif.
Kepemimpinan partisipatif memberikan suatu perangkat urutan aturan
yang seharusnya diikuti untuk menentukan ragam dan banyaknya
partisipasi yang diinginkan dalam pengambilan keputusan, sebagaimana
ditentukan oleh jenis situasi yang berlainan.
2. Kepemimpinan karismatik
Kepemimpinan karismatik merupakan perpanjangan dari teori
atribusi. Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat
atribusi dari kemampuan kepemimpinan yang luar biasa bila mereka
mengamati prilaku-prilaku tertentu.
3. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah tipe kepemimpinan yang
memadu atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang
ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Pemimpin
jenis ini yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual
yang di individualkan, dan yang memiliki karisma. Pemimpin
transformasional
mencurahkan
perhatian
pada
keprihatinan
dan
kebutuhan pengembangan dari pengikut individual, mereka mengubah
kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu
20
mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru dan mereka
mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para pengikut
untuk mengeluarkan upaya ekstra untuk mencapai tujuan kelompok.5
C.
Sekilas Mengenai Partai Politik Islam Di Indonesia
1. Partai Politik Islam Pada Era Orde Lama (1945-1965)
Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,
kelahiran partai politik di Indonesia diawali dengan keluarnya Maklumat
pemerintah pada tanggal 3 November 1945, yang memuat “Pemerintah
menyukai timbulnya partai-partai politik karena dengan adanya partaipartai itulah dapat di pimpin ke jalan teratur segala aliran paham yang
ada dalam masyarakat. Pemerintah berharap supaya partai-partai itu
telah tersusun, sebelumnya dilangsungkan pemilihan anggota badanbadan perwakilam rakyat pada bulan Januari 1946”.6
Sejak dikeluarkan Maklumat pemerintah, setiap kelompok dan
organisasi dalam masyarakat mempunyai kesempatan yang luas dalam
membentuk partai politik. Partai politik yang pertama terbentuk adalah
Partai Nasional Indonesia (PNI), kemudian diikuti dengan Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan
partai-partai kecil lainnya.
5
Kuntowijoyo, Identitas Politik Islam, Penerbit Mizan (Anggota IKAPI) Bekerjasama
Dengan Majalah UMMAT, (Bandung: 40124), Cet. 1, Hal. 186
6
Wilopo, Zaman Pemerintahan Parai-Partai Dan Kelemahan-Kelamahannya, (Jakarta:
Yayasan Idayu, 1976), Hal.8
21
Sejalan dengan pembentukan partai-partai politik terjadi
perubahan fungsi komite nasional Indonesia pusat (KNIP). KNIP yang
sebelumnya berfungsi sebagai dewan penasihat pemerintah berubah
menjadi dewan yang mempunyai kekuasaan legislatif. Selanjutnya
melalui badan pekerja KNIP diajukan usul kepada Presiden agar
mempertimbangkan
perubahan
sistem
pemerintahan
Presidential
menurut UUD 1945 menjadi sistem pertanggungjawaban Menteri
kepada Badan Perwakilan Rakyat (pada waktu itu adalah Badan Pekerja
KNIP). Melalui Maklumat pemerintahan tanggal 14 November 1945,
Presiden menyatakan persetujuannya atas usul tersebut, sambil
mengumumkan susunan kabinet Syahrir yang pertama.7
Kelahiran partai yang didorong oleh kebutuhan pemerintah untuk
menjaga kedaulatan negara, membuat proses terbentuknya partai tidak
melalui tahap-tahap tertentu yang dapat mematangkan dirinya. Hal ini
akan berimplikasi pada kualitas pemimpin partai dalam wawasan
politiknya, yang mungkin lebih berorientasi pada nilai primordial
daripada ideologi nasional. Keadaan politik seperti yang disebutkan
diatas, dapat ditemui pada partai Masyumi. Sekalipun Masyumi
berlandaskan pada ideologi Islam bahkan dapat dikatakan sudah
menghimpun seluruh aspirasi kelompok Islam di Indonesia.8
7
A. Dahlan Ranuwihardjo, Pergerakan Pemuda Setelah Proklamasi Beberapa Catatan,
(Jakarta: Yayasan Idayu, 1979), Hal.17
8
Satu-Satunya Partai Politik Islam Yang Berada Di Luar Masyumi Adalah Perti Yang
Didirikan Pada Tanggal 30 November 1945, Karena Ia Lahir Dan Berkembang Di Sumatera Barat,
22
Pemilu yang diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955
tersebut,
kelompok
Islam
mampu
memenangkan
kompetisi
dibandingkan aliran politik lainnya dengan klasifikasi suara aliran Islam
sebesar 45,2%, aliran Nasionalis 27,6%, aliran sosialis 17,2% serta
sisanya dibagi antara golongan Kristen dan partai-partai kecil lainnya
yang beraliran Nasionalis maupun Marxis. Secara lebih spesifik, pemilu
1955 mengantarkan Masyumi menduduki urutan kedua setelah PNI
dengan memperoleh 57 kursi di parlemen sedangkan NU memperoleh
45 kursi di parlemen.
Dengan pembagian suara tersebut, pemilu 1955 menghasilkan
Masyumi sebagai kekuatan Islam yang dominan di Majelis Konstituante
mendapatkan 112 kursi dengan perolehan suara sebesar 7.903.886 suara
atau 20,9%, sedangkan partai Islam lainnya NU mendapatkan 91 kursi
dengan perolehan suara sebesar 6.955.141 suara atau 18,4%, PSII 16
kursi dan Perti 7 kursi. 14 kursi lainnya diperoleh oleh partai Islam
kecil.9
Dapat dilihat dari pemilu 1955 memberikan suara sebagai
berikut: aliran Islam 45,2% (116 dari 217 kursi dalam DPR hasil
pemilu), aliran Nasionalis 27,6% (71 dari 257 kursi), sedang Sosialis
Maka Pengaruhnya Tidak Begitu Besar. Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam : PokokPokok Pikiran Tentang Islam Dan Umatnya, (Bandung: Perpustakaan Salman ITB, 1983), H.221
9
Ahmad Budiman, Eksistensi Parpol Islam Dalam Pemilu 2004, Dalam Sali Susiana. Ed.,
Pemilu 2004: Analisis Politik, Hukum Dan Ekonomi, Hal.59
23
Kanan 2% (5 dari 257 kursi), aliran Sosialis Kiri (Komunis) 15,2% (39
dari 257 kursi), golongan Kristen Katolik 4,6% (14 dari 257 kursi).10
Keutuhan Masyumi sebagai partai politik umat Islam tidak
berlangsung lama, perbedaan kultur dan tahap perkembangan masingmasing
unsur
pendukungnya
jauh
lebih
berperan
daripada
memperjuangkan kepentingan partai. Masyumi akhirnya mengalami
keretakan karena terjadi perebutan kekuasaan di dalam partai. Dengan
alasannya sendiri, pemimpin unsur membawa pengikutnya keluar untuk
membangun partai baru atau mengubah sifat organisasinya menjadi
politik tersendiri. PSII keluar karena ajakan Amir Syarifuddin untuk
membentuk kabinet diluar Masyumi. NU megubah dirinya menjadi
partai politik, setelah mengenal kursi Menteri Agama.11
2. Partai Politik Islam Pada Era Orde Baru (1967-1998)
Ketika Orde Baru berkuasa, Indonesia telah menyelenggarakan
pemilu sebanyak 6 (enam) kali, yaitu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997. Meskipun demikian, pelaksanaan pemilu dibawah Orde Baru
memiliki karakter yang berbeda dengan pemilu yang dikenal negaranegara demokrasi pada umumnya. Jika dinegara demokrasi karakter
pemilu dibangun atas prinsip free and fair baik dalam struktur dan
proses pemilu sebaiknya, Orde Baru menghindari penerapan prinsip
tersebut. Yang terjadi kemudian adalah ketidakseimbangan kontestasi
10
Sumarno, Megawati Dan Aspirasi Politik Islam, Dalam Rusdi Muhtar et.all, Megawati
Soekarno Putri : Presiden Republik Indonesia (Jakarta: Rumpun Dian Nugraha, 2002) Hal.64
11
Herbert Feith, The Decline Of Constitutional Democracy In Indonesia.
24
antar peserta pemilu dan hasil pemilu tidak mencerminkan aspirasi dan
kedaulatan rakyat.Pelaksanaan pemilu diatur melalui cara-cara tertentu
untuk kelanggengan kekuasaan Orde Baru itu sendiri. Kenyataan ini
disebabkan beberapa faktor utama , yakni :
1) Banyak anggota parlemen yang diangkat, dari 460 orang anggota
DPR hanya 360 kursi yang dipilih melalui pemilu, 75 kursi lainnya
diangkat
dari unsur
ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia), dan 25 lainnya dari Golkar (Golongan Karya).
2) Kontrol Rezim terhadap partai dilakukan lewat upaya :
a) Fusi (paksaan bergabung) partai-partai berasaskan Islam (NU,
Parmusi, PSII, dan Perti) menjadi PPP (Parai persatuan
pembangunan) pada 5 Januari 1973 dan partai-partai Nasionalis
(PNI, IPKI, Murba, Parkindo, dan Partai Katolik) menjadi PDI
(Partai demokrasi Indonesia) pada 10 Januari 1973. Fusi diatur
dalam UU No. 3/1975 Tentang Partai Politik dan Golongan
Karya dalam satu konsideran.
b) Meminimalkan citra parpol dengan cara mewajibkan seluruh
organisasi kemasyarakatan dan parpol menerapkan pancasila
sebagai satu-satunya asas pada tahun 1985, melalui UU No.
3/1985 Tentang Perubahan atas UU No. 3 Tahun 1975 Tentang
partai politik dan Golongan Karya, diundangkan tanggal 19
Februari 1985. Ketentuan pasal 2 diganti dengan ketentuan pasal
1 ayat (2) yang berbunyi: “(1) Partai Politik dan Golongan Karya
25
berasaskan pancasila sebagai satu-satunya asas, (2) asas
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah asas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.”Kewajiban
tersebut dirasa berat oleh parpol yang memiliki basis dikalangan
agama seperti PPP.Sehingga mengakibatkan perolehan suara
PPP dari pemilu ke pemilu semakin merosot.
Sistem kepartaian dizaman Orde Baru tersebut dinamakan sistem
kepartaian yang hegemonic, yaitu dimana sistem kepartaian yang mana
tingkat kompetensi antara parpol dibuat seminimal mungkin oleh parpol.
Daniel Dhakidae menyebutnya sebagian sistem partai tunggal (Golkar)
dengan dua partai satelit (PPP dan PDI), sebagai rekayasa rezim
Soeharto tentu saja menjauhkan pemilu sebagai sarana bagi rakyat untuk
memastikan politisi yang terpilih dapat bertindak atas nama dan berdasar
preferensi serta mewakili rakyat. Akibatnya : 1). Lemahnya parpol
sebagai representasi politik rakyat terutama karena partai dibuat
tergantung dan tunduk pada kekuasaan, kelemahan terjadi tidak saja
pada partai PDI dan PPP, tetapi juga Golkar. 2). Hilangnya ikatan
ideologis yang membawa banyak orang pada pragmatisme dalam
berpolitik. 3). Dalam kerangka hubungan antara rakyat dengan
wakilnya, menjadikan pemilu bukan lagi sebagai sarana yang efektif
bagi rakyat untuk menyatakan keinginannya, apalagi sebagai ekspresi
kedaulatan rakyat.
26
Pelaksanaan pemilu yang tidak demokratis tersebut, bukan tanpa
alasan. Orde Baru menginginkan adanya pemenang tunggal yang
menyokong dalam segala kebijakan yang telah mereka buat.Hal ini
berangkat dari pengalaman era demokrasi liberal, pluralitas kekuatan
politik menjadikan pemerintah tidak dapat berjalan efektif. Paradigma
Orde Baru “ekonomi sebagai panglima” atau juga dikenal dengan
ideologi pembangunanisme menuntut stabilitas politik yang dalam
rancang pembangunan Orde Baru, hanya bisa dilakukan apabila ada
kekuatan politik dominan dan menjauhkan rakyat dari aktivitas dan isuisu politik penting. Dengan demikian pemilu bagi Ode Baru adalah
bukan merupakan suatu alat atau saran untuk mengubah pemerintahan
atau negara, dan keterlibatan masyarakat didalam pemilu lebih
merupakan kewajiban daripada hak warganya.12
Pemilu pertama pada masa Orde Baru diadakan pada tahun 1971,
selama kampanye pemilu, para pemimpin Islam tetap mengingatkan
sesama muslim bahwa suatu kewajiban secara agama untuk memberikan
suara kepada partai Islam. Usaha itu tidak berlangsung secara efektif
ketika diadakan pemungutan suara partai Islam hanya mampu
memperoleh 20,44% suara atau 94 kursi dari 460 kursi yang
diperebutkan di DPR.
Partai Islam terdiri dari Perti, NU, Permusi, dan lainnya
sebagainya menyatakan berfusi menjadi satu partai yang diberi nama
12
Fernita Darwis, Pemilihan Spekulatif Mengungkap Fakta Seputar Pemilu 2009,
(Bandung: Alfabeta Cv, 2011), Cet. 1, Hal.15
27
dengan Partai Persatuan Pembangunan pada bulan Januari tahun 1973,
dengan menggunakan Islam sebagai asas dan Ka’bah sebagai
lambangnya. Dengan harapan bahwa partai ini terdapat dihati pemilih
Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Setelah pemilu 1971 secara berkala pemerintahan Orde Baru
berhasil mempertahankan kalender lima tahun penyelenggaraan pemilu,
walaupun pemilu kedua terjadi keterlambatan selama satu tahun yaitu
pada 2 Mei 1977, akibat keterlambatan pelantikan anggota MPR hasil
pemilu 1971 baru dilantik 1 oktober 1972. Pada pemilu tahun 1977
partai Islam hanya mampu mampu memperoleh 21,52% atau 99 kursi
dari 460 kursi di parlemen, serta pemilu tahun 1982 hanya mampu
memperoleh 20,44% dari jumlah suara atau kursi 94 kursi13.
Tabel.1.1
Hasil Pemilu 1977.
No
1
2
3
Partai
Politik
Perolehan
Suara
Golkar
PPP
PDI
Jumlah
39.750.096
18.743.491
5.504.757
63.998.344
Kursi
DPR
232
99
29
360
Sumber : Biro Humas KPU
Pemilu 1982 dilaksanakan pada 4 Mei 1982 untuk memilih
anggota DPR yang berjumlah 360 orang. Pemilu tahun 1982 dengan
landasan hukumnya adalah UU No. 2/1980 Tentang Pemilu.
Sebagaimana dalam UU sebelumnya, sistem pemilu yang digunakan
13
Bahtiar Effendy, Islam Politik Pasca Soeharto Di Indonesia, Refleksi: Jurnal Kajian
Agama Dan Filsafat III, No. 5 (Agustus 2003), Hal. 17
28
yaitu dengan sistem pemilihan proporsional. Pada pemilu saat itu jumlah
penduduk Indonesia adalah 146.532.407 jiwa, dan jumlah pemilih
82.134.195 orang atau 56.05% dan suara sah 75.126.306 orang atau
91.47%, hasil pemilu tahun 1982 ini adalah
Tabel.1.2
Hasil Pemilu 1982
No
1
2
3
Partai
Politik
Perolehan
Suara
Golkar
PPP
PDI
Jumlah
48.334.724
20.871.800
5.919.702
75.126.306
Kursi
DPR
242
94
24
360
Sumber : Biro Humas KPU
Pemilu 1987, yaitu ketika PPP tidak lagi memakai asas Islam dan
diubahnya lambang dari Ka’bah kepada Bintang dan terjadinya
penggembosan oleh tokoh-tokoh unsur NU, terutama Jawa Timur, dan
Jawa Tengah, sehingga terjadinya penurunan suara PPP yang
mencerminkan sebagai partai Islam. Akibat berbagai kebijakan yang
tidak mengakui hak-hak dan etika dalam berdemokrasi, khususnya
ketika kepartaian, kekuatan politik umat Islam terbesar pada masa Orde
Lama, yaitu dengan hilangnya Masyumi dari peredaran politik. Namun
pada waktu pertengahan tahun 80-an sebetulnya ada keinginan dari
tokoh-tokoh Masyumi untuk kembali mendirikan sebuah partai.
Keinginan mereka itu bisa terlaksana mengingat iklim demokrasi yang
29
tidak mendukung untuk itu keinginan mereka baru terealisir pada era
reformasi.14
Kebijakan politik yang menghapus legal formal Islam adalah
politik dan lebih menekankan dimensi substansif Islam menandai telah
tertutupya partai Islam untuk hidup dan bersaing dalam dinamika
demokrasi di Indonesia serta partai Islam tidak bisa lagi untuk
berkompetisi dalam pemilu, sehingga dalam pemilu 1987 PPP hanya
mampu memperoleh 12,20% atau 61 kursi dari 500 kursi.
Pemilu 1992 dilaksanakan pada 9 Juni 1992, pemilu ini
dilakukan dengan landasan hukum yaitu UU No. 1/1985 Tentang
Pemilu. Pada pemilu 1992 jumlah penduduk Indonesia mencapai
177.489.747 jiwa, sementara pemilih terdaftar adalah 107.565.569 jiwa
atau 60,60%. Pemilu pada saat itu adalah untuk memilih 400 anggota
DPR, suara sah nasional pada saat itu ialah 97.789.534 suara atau
90.91%. Hasil pemilu saat itu adalah Golkar memperoleh 66.599.331
suara dan mendapat 282 kursi DPR, PPP memperoleh 16.624.647 suara
dan mendapat 62 kursi DPR, PDI memperoleh 14.565.556 suara dan
mendapat 56 kursi DPR, dengan hasil keseluruhan 97.789.534 jumlah
suara, dan 400 kursi DPR.
14
Arsekal Salim, Partai-Partai Islam Dan Relasi Agama Negara, (Jakarta: Puslit IAIN,
1999), Hal.12
30
Tabel 1.3.
Hasil Pemilu 1992.
No
1
2
3
Partai
Politik
Perolehan
Suara
Golkar
PPP
PDI
Jumlah
66.599.331
16.624.647
14.565.556
97.789.534
Kursi
DPR
242
62
56
400
Sumber : Biro Humas KPU
Pemilu 1997 diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1997. Dengan
landasan hukum seperti sebelumnya, yaitu UU No. 1/1985 Tentang
Pemilu. Sistem pemilu yang digunakan adalah sistem proporsional untuk
pemilu ini anggota DPR yang dipilih berjumlah 425 orang atau
bertambah 25 orang. Hal ini karena pemerintah mengubah UU No.
16/1969 Tentang Susunan dan Kedudukan dengan UU No. 5/1995
Tentang Susunan dan Kedudukan. Pelaksanaan pemilu diatur melalui
cara-cara tertentu untuk kelanggengan kekuasaan Orde Baru, misalnya
penunjukan pimpinan parpol, seperti tertengarai dengan jelas dalam
konflik internal antara PDI Soerjadi dengan PDI Megawati Soekarno
Putri yang memuncak, peristiwa pengambil alihan kantor PDI Jalan
Diponegoro tanggal 27 Juli 1997. Ketika pemilu diselenggarakan
penduduk Indonesia berjumlah 196.286.613 jiwa, sedangkan yang
terdaftar sebagai pemilih 124.740.987 jiwa atau 63,55%. Suara yang sah
tercatat pada pemilu saat itu adalah 112.991.150 atau 90,58%, dan hasil
pemilu 1997 adalah Golkar mendapatkan 84.187.907 suara dan 325
kursi DPR, PPP mendapatkan 25.340.018 dan 89 kursi DPR, PDI
31
mendapatkan 3.463.225 dan mendapat 11 kursi DPR. Dengan jumlah
keseluruhan 112.991.150 suara dan 425 kursi DPR.
Pemilu 1997 merupakan pemilu terakhir dari masa pemerintahan
Orde Baru pemilu ini dilasanakan pemerintah yang sebenarnya
direncanakan untuk memilih anggota DPR, MPR dan DPRD periode
1997-2002.
Tabel 1.4.
Hasil Pemilu 1997
Partai
Politik
No
1
2
3
Golkar
PPP
PDI
Jumlah
Perolehan
Suara
Kursi
DPR
84.187.907
25.340.018
3.463.225
112.991.150
325
89
11
452
Sumber : Biro Humas KPU
3. Partai Islam Pada Era Reformasi (1998-2014)
Tabel1.5.
Perbandingan Perolehan Suara Partai Islam Era Reformasi
Pemilu 1999
Pemilu 2004
Pemilu 2009
Pemilu 2014
35,95%
37,74%
28,62%
31,41%
PPP
12,60%
PKB
10,70%
PAN
7,12%
PBB
1,94%
PK
1,36%
PNU
0,64%
PP
0,52%
Masyumi 0,43%
PSII
0,36%
PKU
0,28%
PKB
PPP
PKS
PAN
PBB
PBR
10,61%
8,16%
7,34%
6,41%
2,62%
2,60%
PKS
PAN
PPP
PKB
PBB
PKNU
PBR
7,88%
6,01%
5,32%
4,94%
1,79%
1,47%
1,21%
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
PKB
PAN
PKS
PPP
PBB
9,04%
7,59%
6,79%
6,53%
1,46%
32
Jangka waktu adalah zaman Orde Reformasi yang sangat
semarak dalam pelaksanaan demokrasi. Pada masa ini telah terjadi
pergantian kekuasaan yang cepat yaitu telah terjadi pergantian
kekuasaan yang cepat yaitu dari Presiden Soeharto ke B.J.Habibie tahun
1998, selanjutnya dari Presiden B.J.Habibie ke Abdurrahman Wahid
tahun 1999. Dari Presiden Abdurrahmah Wahid ke Megawati Soekarno
Putri tahun 2001, dan dari Presiden Megawati Soekarno Putri ke Susilo
Bambang Yudhoyono tahun 2004-2014 (2 periode). Selain itu, di Era
Reformasi telah terjadi perubahan secara mendasar tentang sistem
ketatanegaraan Indonesia.
Dimasa Presiden Soeharto, Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 sebagai dasar sakral dan tidak boleh dirubah, maka berdasarkan
tuntutan gerakan reformasi, MPR sesuai tugasnya yaitu merubah
Undang-Undang
Dasar
1945
telah
melakukan
perubahan
atau
amandemen Undang-Undang Dasar. Salah satu bagian yang paling
mendasar yang dirubah ialah pemilihan Presiden dan wakil Presiden
yang semula dipilih oleh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), kini dipilih langsung oleh rakyat, yang untuk pertama
dilaksanakan pada 5 Juli 2004. Selain itu rakyat telah memilih calon
anggota parlemen (DPR), calon anggota DPRD Provinsi, DPRD
33
Kabupaten/kota, serta calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
sebanyak empat orang yang mewakili 32 provinsi di Indonesia.15
Perubahan besar arus politik dan sektor kehidupan lainnya yang
diusung dalam bingkai reformasi membawa dampak positif bagi
kehidupan politik yang selama rezim Orde Baru berkuasa hampir 32
tahun. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul untuk menyampaikan
pendapat baik secara lisan maupun tulisan yang telah dijamin dalam
konstitusi sesuai dengan amanat reformasi mulai dijalankan.
Undang-undang kepartaian baru pun digodok dan UU nomor 05
tahun 1985 Tentang Azaz Tunggal pun dicabut yang membawa angin
segar bagi aktifis Islam untuk menghidupkan kembali partai Islam,
apalagi dalam menyongsong pemilu 1999. Menjelang pemilu tersebut
tidak kurang dari 141 partai baru didaftarkan dan sebanyak 48 darinya
adalah partai Islam, jumlah tersebut secara kuantitas melebih partai
Islam dalam pemilu 1955. Dari 48, namun dari jumlah tersebut hanya 33
partai yang dinyatakan memenuhi syarat untuk mengikuti verifikasi oleh
Departemen Kehakiman dan sisanya tereliminasi dan dari 33 partai
tersebut hanya 18 partai yang lolos verifikasi untuk ikut serta dalam
pemilihan umum tanggal 7 Juli 1999.16
Dari 18 partai tersebut, hanya 9 partai Islam yang memperoleh
satu kursi atau lebih diparlemen. Partai yang mendapatkan jatah kursi di
15
Musni Umar, Islam Dan Demokrasi Di Indonesia Kemenangan Abangan Dan Sekuler,
(Jakarta: Insed Bersama Lembaga Pencegah Korupsi, 2004) Cet. 1, Hal. 69
16
Arsekal Salim, Partai-Partai Islam Dan Relasi Agama-Negara (Jakarta: Puslit IAIN
Jakarta, 1999), Hal.12
34
DPR tersebut adalah PPP (58 Kursi), PKB (51 Kursi), PBB (13 Kursi),
PKS (7 Kursi), PNU (5 kursi), PP (1 Kursi), PSII (1 Kursi), Masyumi (1
kursi), dan PKU (1 kursi).17
Pemilu 1999 merupakan pemilu yang dipercepat dari jadwal
yang ditetapkan yaitu tahun 2002. Pemilu ini diselenggarakan pada masa
pemerintahan Presiden B.J. Habibie yang menjabat sebagai Presiden
pengganti Presiden Soeharto setelah berhenti secara sepihak pada 21
Mei 1998. Percepatan pemilu ini adalah hasil tekanan rakyat pada
pemerintahan Habibi karena Ia dipandang tidak memiliki legitimasi
untuk memegang tampuk kekuasaan. Pemilu 1999 tidak lagi
diselenggarakan pemerintah, tetapi dilaksanakan oleh komisi pemilihan
umum (KPU). Dalam UU No. 3/1999 Tentang Pemilu disebutkan
sebelum KPU terbentuk, lembaga pemilihan umum melakasanakan
tugas KPU paling lama tiga puluh hari setelah UU disahkan.18
Dari 8 partai Islam itu hanya tiga yang memperoleh suara yang
cukup signifikan, yakni PPP, PKB, dan PBB. Partai Amanat Nasional
juga meraih suara yang lumayan, tetapi tidak dikategorikan sebagai
partai Islam, Karena tidak memenuhi kriteria partai Islam, walaupun
partai ini sangat dekat dengan kalangan Islam, karena pada saat itu ketua
umum Partai Amanat Nasional (PAN) Prof Dr M. Amien Rais adalah
sebagai mantan ketua pimpinan pusat Muhammadiyah.
17
Bahtiar Effendy, Islam Politik Pasca Soeharto Di Indonesia, Refleksi: Jurnal Kajian
Agama Dan Filsafat III, No. 5 (Agustus 2003), Hal. 45
18
Fernita Darwis Pemilihan Spekulatif Mengungkap Fakta Seputar Pemilu 2009,
(Bandung: Alfabeta Cv, 2011), Cet. 1 Hal.16
35
Meleburnya partai-partai Islam menjadi satu partai politik
kelihatannya tidak mungkin terjadi. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan partai-partai
Islam tidak mungkin menjadi satu.
Diantaranya ialah tidak semua orang yang menjadi pimpinan partai
Islam memiliki komitmen terhadap kemajuan Islam dan kaum muslimin.
Faktor lain yang menyulitkan penyatuan partai Islam adalah
bahwa basis Islam saling berbeda dan tersebar ke dalam berbagai
organisasi keagamaan, seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah,
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Musllim seIndonesia (ICMI), dan lain-lain. Masing-masing organisasi itu memiliki
basis dan strategi perjuangan yang berbeda. Mereka memiliki wawasan
keagamaan yang berbeda. Seperti NU berpegang teguh kepada paham
Ahlussunnah wal Jamaah, khususnya mazhab Syafi’i di bidang hukum
dan mazhab Asy’ariyah dibidang teologi. Sedang Muhammadiyah
memiliki slogan “kembali kepada Al-qur’an dan Hadits” ini berarti
Muhammadiyah tidak terikat pada salah satu mazhab, khususnya yang
tergolong dalam kelompok Ahlussunnah wal Jamaah.
Karena itu kalau partai-partai Islam bisa disatukan mungkin
umurnya tidak akan panjang, karena perbedaan kepentingan dan aspirasi
masing-masing kelompok mereka bisa bertikai dan kemudian bubar
sebagai partai politik. Dengan demikian partai-partai Islam kelihatannya
tidak perlu dijadikan satu. Yang penting ialah mereka memiliki
36
komitmen yang sama dalam memperjuangkan kepentingan dan aspirasi
kaum muslimin.
Secara kelembagaan partai Islam terbagi menjadi beberapa
bagian partai, tetapi dalam memperjuangkan aspirasi umat mereka
bersatu. Hal ini telah dibuktikan dengan membentuk forum silahturahmi
partai-partai Islam yang kemudian melahirkan poros tengah. Poros
tengah yang lalu menggalang kekuatan bersama Golkar untuk
memperjuangkan Abdurrahman Wahid menjadi Presiden setelah B.J.
Habibie megundurkan diri dari pencalonan Presiden dalam sidang umum
MPR 1999. Perjuangan poros tengah ternyata berhasil, yang dibuktikan
dengan terpilihnya Abdurrahman Wahid sebagai Presiden Indonesia
yang keempat.
Dengan begitu penyatuan partai Islam bukanlah satu-satunya
cara untuk memperjuangkan aspirasi umat. Tampaknya inilah strategi
yang tepat bagi partai-partai Islam dalam menghadapi pemilu 2004
dengan menjalin kerja sama dalam memperjuangkan aspirasi umat.19
Pemilu 2004 merupakan pemilu kedua setelah Soeharto jatuh
meskipun demikian, pada pemilu kedua ini memiliki perbedaan yang
sangat jauh dalam banyak hal pada pemilu 1999. Pemilu 2004
merupakan pemilu pertama setelah amandemen ke-4 UUD 1945.
Melalui amandemen struktur politik Indonesia diubah sedemikian rupa
sehingga mempengaruhi proses rekrutmen elit politik.
19
Sudirman Tebba, Islam Pasca Orde Baru, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001),
Cet.1, Hal. 17
37
Menurut konstitusi 1945 hasil amandemen ke-4, pemilihan
pasangan Presiden dan wakil Presiden tidak lagi dipilih melalui Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Konstitusi mengamanatkan pemilihan
Presiden dan wakil Presiden dilakukan oleh rakyat secara langsung
melalui mekanisme pemilu.20 Indonesia adalah negara muslim terbesar
didunia, akan tetapi sepanjang sejarah pemilihan umum di Indonesia
sejak pemilu 1955 sampai dengan Era Reformasi 1999-2014, belum
pernah partai-partai politik Islam berhasil memenangkan pemilu
legislatif.
Dalam pemilu tahun 2004, PPP merupakan salah satu partai
politik Islam terkemuka di Indonesia dengan membuat kejutan yang
mengajukan ketua umum H.Hamzah Haz sebagai calon Presiden RI
periode 2004-2009. Akan tetapi, hasilnya sangat menyedihkan karena
berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilu Presiden/wakil
Presiden 5 Juli 2004, yang diumumkan komisi pemilihan umum (KPU)
26 Juli 2004, Hamzah Haz yang berpasangan dengan Jend.(Purn.) Agum
Gumelar hanya memperoleh dukungan suara sebesar 3.09% atau
3.569.861, sebelumnya partai PPP berhasil memperoleh dukungan suara
sebesar 8,15 % atau 9.248.764.21
20
Fernita Darwis Pemilihan Spekulatif Mengungkap Fakta Seputar Pemilu 2009,
(Bandung: Alfabeta Cv, 2011), Cet. 1 Hal.18
21
Musni Umar, Islam Dan Demokrasi Di Indonesia Kemenangan Abangan Dan Sekuler,
(Jakarta: Insed Bersama Lembaga Pencegah Korupsi, 2004) Cet. 1, Hal. ii
38
Pada pemilu demokratis pertama di Era Reformasi pada tahun
1999, gabungan partai lebih tajam terjadi antara partai Islam dengan
partai Nasionalis. Partai Islam meraih suara sebesar 35,95%, partai
Nasionalis mendapat suara sebesar 64,05%. Pada pemilu 2004, partai
Islam mendapat perolehan suara sebesar 37,74%, sementara partai
Nasionalis mendapatkan suara sebesar 62,26%.22
Pada pemilu 2009 terjadi banyak perubahan, diantaranya adanya
dua threshold. Pertama, Electoral Threshold (ET) yaitu syarat untuk
dapat ikut serta dalam pemilu sebelumnya sebesar 3% suara. Kedua,
diadakan Parliamentary Threshold (PT) yaitu syarat partai untuk dapat
diikut sertakan dalam penghitungan fungsi yaitu sebesar 2,5%. Partaipartai yang diperoleh suaranya tidak mencapai 2,5% tidak dapat
menempatkan wakilnya di DPR.
Pemilihan umum Presiden dan wakil Presiden tahun 2009
diselenggarakan untuk memillih Presiden dan wakil residen Indonesia
periode 2009-2014. Pemungutan suara diselenggarakan pada 8 Juli
2009. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono berhasil menjadi
pemenang dalam satu putaran langsung dengan memperoleh suara
60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarno Putri-Prabowo
Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto. Pasangan calon terpilih
adalah pasangan yang memperoleh suara lebih dari 50% dari jumlah
22
Fernita Darwis Pemilihan Spekulatif Mengungkap Fakta Seputar Pemilu 2009, (Bandung:
Alfabeta Cv, 2011), Cet. 1 Hal. 36
39
suara dengan sedikitnya 20% suara disetiap propinsi yang tersebar
dilebih dari 50% jumlah propinsi di Indonesia.
Pada pemilu 2009, gabungan partai Islam mengalami penurunan,
tingkat keterpilihan gabungan partai Islam sebesar 28,62%. Sedangkan
gabungan elektabilitas partai Nasionalis mencapai 71,38%.Pemilu 2009
seolah menjadi kuburan bagi partai yang berideologi Islam. Dari enam
partai yang berideologi Islam yang ikut serta dalam pemilu (PKS, PPP,
PBB, PKNU, PBR, dan PMB), hanya 2 partai yang lolos aturan
parliamentary threshold 2,5%, yakni PKS dan PPP.
Pada hasil pemilu tahun 2009 menempatkan dua poros koalisi
Megawati dan Prabowo, sementara Susilo Bambang Yudhoyono akan
menjadi pengikut karena partai yang dipimpinnya hanya meraih 9,42%
perolehan suara mengalami penurunan dari perolehan pada pemilu 2009
yang mencapai 20,81%. Satu poros koalisi lainnya adalah partai Golkar
Aburizal Bakrie alias ARB menjadi calon Presiden.
Dengan fenomena politik seperti itu, tiga pemimpin partai
Nasionalis (Megawati, Prabowo, Aburizal Bakrie) masing-masing akan
memimpin poros koalisi. Adapun partai-partai Islam, kecuali mereka
bersatu hanya akan menjadi pengikut.23
Hal ini terlihat lebih jelas pada pilpres 2014 yang baru saja
berlangsung.Prabowo yang didukung oleh partai-partai Islam (PPP,
PKS, dan PBB) dan bahkan ormas-ormas Islam ternyata mesti menelan
23
Artikel Diakses Pada Tanggal 1 November 2012, Pukul 20.40 Wib Dari
Http://Id.M.Wikipedia.Org/Wiki/Pemilihan_Umum_Presiden_Indonesia_2009
40
kekalahan. Jokowi yang “diboikot” oleh kalangan formalis Islam dengan
beragam kampanye hitam sertahingga isu “perang badar” dan fatwa
haram justru menang telak. Dalam pandangan Azyumardi Azra,
fenomena ini menunjukkan bahwa simbolisme Islam tidak lagi efektif,
sehingga teori “jebakan demokrasi” tidak berlaku di Indonesia.
Menurut teori ini, demokrasi yang terbuka di dalam negara
berpenduduk mayoritas Muslim hanya akan menghasilkan kekuasaan
partai Islam. Namun, kemerosotan perolehan suara partai-partai Islam di
Indonesia memperlihatkan gagalnya teori “jebakan demokrasi”.24
24
Artikel Diakses Pada Tanggal 30 Oktober 2014, Pukul 19.30 Wib Dari
Http://M.Detik.Com/News/Read/2013/05/27/113913/2256501/103/2/Menerawang-Nasib-PartaiIslam-Di-Pemilu-2014 .
BAB III
PROFIL PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)
A.
Sejarah Berdirinya Partai
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berdiri dan dideklarasikan di
Jakarta, pada 5Januari 1973, sebagai fusi dari partai-partai politik yang
berasaskan Islam. Terdiri dari : Partai Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin
Indonesia, Partai Syarikat Islam Indonesia dan PERTI. Dengan demikian
PPP merupakan wadah perjuangan umat Islam untuk menegakkan
demokrasi serta mewujudkan keadilan sosial dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.1 Adanya latar belakang perjuangan yang mendorong
terjadinya fusi, salah satu faktor di antaranya adalah : dua dari partai Islam
yaitu NU dan PSII pernah berada satu wadah dalam Masyumi, partai Islam
yang lahir pada tanggal 7 November 1945. Hanya saja dua tahun kemudian
tahun 1947 SI keluar dari Masyumi, dan NU mengikuti jejak SI pada tahun
1952. 2
Namun setelah pemilu 1955, Masyumi, NU, PSII, dan PERTI
kembali melakukan kerjasama strategis, kerjasama itu terjadi didalam
Konstituante, ketika sama-sama mendukung Islam sebagai dasar negara.
Kerjasama itu (minus Masyumi) terjadi pada pembahasan GBHN dalam
1
Tim Litbang Kompas, Partai Partai Politik Indonesia. ( Jakarta: Pt. Kompas Media
Nusantara, 1999), Hal. 161
2
Partai Masyumi Dengan Resmi Dibubarkan Oleh Presiden Soekarno Tahun 1960, Setelah
Orde Baru Tampil, Para Tokoh Itu Ingin Merehabilitasinya, Tetapi Ditolak Pemerintah, Yang Di
Izinkan Pemerintah Hanya Lahirnya Parmusi Untuk Menyalurkan Aspirasi Pendukung Masyumi
Dulu.
41
42
sidang istimewa (SI) MPR 1967.3 Begitu pula dalam menghadapi pemilu
1971,
sesuai
dengan
TAP
MPRS
No.
XXII/MPRS/1966
yang
mengamanatkan perlu penyederhanaan orsospol, maka Presiden Soeharto
pada tanggal
17 Februari 1970 menganjurkan agar dalam menghadapi
pemilu 1971, orsospol yang ada melakukan pengelompokkan. Pada tanggal
27 Februari 1970 Presiden mengadakan konsultasi dengan pimpinan
orsospol mengenai penyederhanaan dan pengelompokkan tersebut. Dalam
konsultasi tersebut, Presiden Soeharto menyarankan bahwa disamping
Pancasila dan UUD 1945 sebagai asas bersama yang didasari pada
persamaan tekanan pada aspek pembangunan, sehingga terwujudlah tiga
kelompok yaitu ; “Kelompok Spiritual Material” dan “Kelompok Material
Spiritual” dan “Spiritual Material” (Kelompok Karya).4
Setelah pemilu 1971, kegiatan untuk memfusikan partai-partai terus
berlangsung. Soeharto sendiri berkali-kali mengundang pimpinan partai
untuk membicarakan perlunya fusi empat partai Islam itu menjadi partai
baru bernafaskan spiritual dan material. Dari kalangan Islam sendiri,
prakarsa kearah fusi kemudian dilakukan oleh ketua umum PARMUSI,
H.M.S Mintaredja, SH.5 Bulan Desember 1972, HMS Mintaredja
mengundang pimpinan partai ke Departemen Sosisal (Menteri Sosial) saat
itu untuk merealisasikan pengangkatan kelompok persatuan pembangunan
yang bersifat federatif kearah yang lebih kokoh. Dalam pertemuan itu, PSII
3
Pemi Apriyanto, Kader Nasional PPP Dari Masa Ke Masa, Hal.2
4
H.M Dja’far Siddiq, PPP Menggagas Reformasi Membangun Indonesia Baru, Jakarta.
5
Pemi Apriyanto, Kader Nasional PPP Dari Masa Ke Masa, Hal.4
2003
43
menolak dengan keras adanya fusi, lain halnya dengan PARMUSI dan
PERTI mendukung fusi KH. Idham Chalid pada prinsipnya setuju
peningkatan kerjasama walau belum bersedia meningkatkannya kearah fusi.
Setelah lama tertunda, rapat dilakukan bertempat dikediaman KH.
Idham Chalid rapat itu dipicu oleh lahirnya DPP PSII tandingan (terhadap
kepemimpinan PSII M. CH. Ibrahim) yang setuju fusi, yakni tanggal 5
Januari 1973 atau bertepatan dengan tanggal 30 Dzulqaidah 1392 Hijriyah.
Isi rapat tersebut adalah sebagai berikut :
“Deklarasi hasil rapat presidium badan pekerja dan pimpinan fraksi
kelompok Partai Persatuan Pembangunan. Keempat partai Islam : NU,
PARMUSI, PSII, dan PERTI yang sampai sekarang ini tergabung dalam
bentuk konfederasi kelompok Partai Persatuan Pembangunan, dalam Rapat
Presidium Badan Pekerja dan Pimpinan Fraksi tanggal 5 Januari 1973, telah
seia sekata untuk memfusikan politiknya dalam satu partai politik bernasa
Partai Persatuan Pembangunan.
Segala kegiatan yang bukan kegiatan politik, tetap dikerjakan organisasi
maisng-masing sebagaimana sediakala, bahkan lebih ditingkatkan sesuai
dengan partisipasi kita dalam pembangunan spiritual dan materii. Untuk
merealisasi kesepakatan ini telah dibentuk team untuk mempersiapkan
segala sesuatunya yang diperlukan oleh partai pesatuan pembangunan, baik
organisator maupun politis.
Kemudian hasil dari pekerjaan team dilaporkan presidium untuk selanjutnya
disampaikan kepada dan disahkan oleh suatu musyawarah yang lebih
44
representatif yang insya Allah akan diadakan selambat-lambatnya
awal
Februari 1973. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan taufiq dan
hidayahnya. Amin”.6
Partai persatuan pembangunan (PPP) merupakan hasil fusi politik
dari partai Nadhlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI),
Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah
Islamiyah (PERTI), yang dideklarasikan pada tanggal 5 Januari 1973
bertepatan dengan 30 Dzulqa’dah 1392 Hijriyah. PPP merupakan partai
politik penerus estafet empat partai Islam dan wadah penyelamat aspirasi
umat Islam, serta cermin kesadaran dan tanggung jawab tokoh-tokoh umat
Islam, bahu-membahu membina masyarakat agar lebih meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui
perjuangan politik.
Ketua umum DPP PPP yang pertama adalah H. Mohammad Syafaat
Mintaredja, SH. yang menjabat sejak tanggal 5 Januari 1973 sampai tahun
1978. Ketua umum yang kedua adalah H. Jailani Naro, SH. yang menjabat
dua periode tahun 1978 ketika H. Mohammad Syafaat Mintaredja
mengundurkan diri sampai diselenggarakannya Muktamar I PPP tahun
1984. Dalam muktamar I, Naro terpilih kembali menjadi ketua umum DPP
PPP. Kemudian ketua umum DPP PPP yang ketiiga adalah H. Ismail Hasan
6
Ketetapan Muktamar VI Partai Persatuan Pembangunan, Tentang Khittah Dan Program
Perjuangan Partai Persatuan Pembangunan, Jakarta, 2007, Hal.6
45
Matareum, SH, yang menjabat sejak terpilih dalam muktamar II PPP tahun
1989 dan kemudian terpilih kembali dalam muktamar III tahun 1994. 7
Sejak berdirinya PPP terus berjuang untuk membawa aspirasi dan
kepentingan umat dan bangsa, terutama dalam menjaga agar produk-produk
peraturan perundang-undangan tetap berada dalam nafas dan tidak
bertentangan dengan asas Islam.
Sebelum mendaftar pada lembaga pemilihan umum sebagai peserta
pemilu 1999, PPP dalam perjalannya telah melakukan muktamar sebanyak 4
kali dan pernah melakukan perubahan lambang partai dari gambar Ka’bah
(pemilu 1977-1982) menjadi gambar Bintang (1987-1997) karena mengacu
pada UU No. 3/1987, yang mensyaratkan bagi peserta pemilu harus
berasaskan Pancasila. Setelah melasanakan muktamar IV di Jakarta pada 29
November–Desember 1998, Muktamar mengamanatkan PPP kembali ke
asas Islam, maka lambang partai pun menggunakan gambar Ka’bah. Hasil
muktamar lainnya, adalah terbentuknya kepengurusan Dewan Pimpinan
Pusat yang terdiri : Dr. Hamzah Haz (ketua) dan H. Alimarwan Hanan, S.H.
sebagai Sekretaris Jendral.
Karena berasaskan Islam, maka kelompok masyarakat pendukung
utama partai adalah warga Republik Indonesia yang beragama Islam. Serta
terbuka untuk semua profesi dan status sosial ekonomi. Basis pendukung
PPP meliputi wilayah : Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Untuk memenangkan pemilu PPP memiliki strategi mengedepankan isu,
7
Artikel Diakses Pada Tanggal 31 Maret 2015, Pukul 20.30 Wib Dari
http://asal-usul-motivasi-.blogspot.com/2014/02/asal-usul-sejarah-partai-persatuan.html?m=1
46
bahwasannya PPP telah kembali ke fitrahnya dan berjuang untuk mengisi
kehidupan
bangsa
dengan
nilai-nilai
akhlakul
karimah,
serta
memperjuangkan kehidupan bangsa yang demokratis.8
Ketua umum DPP PPP yang kelima adalah H.Suryadharma Ali yang
terpilih dalam Muktamar VI tahun 2007 dan H.Irgan Chairul Mahfiz sebagai
Sekretaris Jendral. H.Suryadharma Ali kemudian terpilih kembali menjad
ketua umum untuk masa bakti 2011-2015 melalui Muktamar VII PPP tahun
2011.
Proses reformasi memberikan kesempatan kepada kader-kader partai
untuk duduk dalam pemerintahan, meskipun belum maksimal seperti yang
diharapkan terutama karena perolehan suara PPP selalu menurun. Dalam
pemilihan umum 2009, bagi PPP merupakan pemilu ke-delapan yang diikuti
sejak PPP lahir dipentas politik nasional.PPP meraih 5,5 juta suara atau
5,33%. Dari sisi perolehan kursi, PPP memperoleh 38 kursi dari 550 kursi
yang diperebutkan. PPP mengalami penurunan suara 3% dibandingkan
pemilihan umum 2004, PPP memperoleh 8,15% dengan perolehan 58 kursi
DPR, dan pada pemilu 2014 PPP kembali meraih suara 6, 53% dengan
perolehan 39 kursi DPR.
8
Tim Litbang Kompas, Partai Partai Politik Indonesia, ( Jakarta: Pt. Kompas Media
Nusantara, 1999), H. 162
47
Tabel 1.5.9
Perbandingan Perolehan Suara PPP pada Pemilu Era Reformasi
No
1.
B.
Pemilu 1999
Pemilu 2004
Pemilu 2009
Pemilu 2014
11.329.905
9.248.764
5.533.214
8.157.488
58 Kursi
58 Kursi
38 Kursi
39 Kursi
(12,60%)
(8,15%)
(5,33%)
(6,53%)
Visi dan Misi PPP
Visi PPP adalah “terwujudnya masyarakat yang bertaqwa kepada
Allah SWT dan Negara Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, bermoral,
demokratis, tegaknya supermasi hukum, penghormatan terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM), serta menjunjung tinggi harkat – martabat kemanusiaan
dan keadilan sosial yang berlandaskan kepada nilai-nilai keIslaman.”10
Di dalam bidang agama, platform PPP menegaskan tentang; 1)
perlunya penataan kehidupan masyarakat yang Islami dan berahlakul
karimah dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar; 2) pentingnya peran
agama (Islam) sebagai panduan moral dan sumber inspirasi dalam
kehidupan kenegaraan; 3) paradigma hubungan antara Islam dan negara
yang bersifat simbiotik, sinergis serta saling membutuhkan dan memelihara,
9
Pemilihan Umum Presiden Indonesia Era Reformasi, Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia
Bebas,
Http://Id.M.Wikipedia.Org/Wiki/Pemilihan_Umum_Presiden_Indonesia_Era_Reformasi, Diakses
Pada Tanggal 02/12/2014
10
Ketetapan Muktamar VII PPP, Tentang Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga,
Jakarta, Hal.12
48
yang berpegang pada prinsip harmoni antara universalitas dan lokalitas
keindonesiaan; dan 4) komitmen pada prinsip dan sikap toleransi antar umat
beragama. Sementara itu dibidang politik, PPP berkomitmen untuk
meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia, terutama pada
aspek penguatan kelembagaan, mekanisme dan budaya politik yang
demokrasi di Indonesia dan berakhlakul karimah. PPP menjunjung tinggi
Hak
Asasi
Manusia
(HAM),
menghargai
kebebasan
berekspresi,
berpendapat dan berorganisasi, terwujudnya good and clean government,
dan upaya mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Platform ekonomi PPP mempertegas keberpihakannya pada konsep
dan sistem ekonomi kerakyatan, terwujudnya keadilan ekonomi, penyediaan
lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, penguasaan negara terhadap
cabang-cabang
maksimalisasi
ekonomi
BUMN
yang
dan
menguasai
BUMD,
dan
hidup
orang
mendorong
banyak,
peningkatan
kesewadayaan nasional (unit usaha keluarga/individual, usaha swasta badan
usaha negara dan koperasi) demi terwujudnya kemandirian ekonomi
masyarakat dan bangsa Indonesia.
PPP berkomitmen pada upaya tegaknya supermasi hukum,
penegakkan HAM, terwujudnya tradisi kepatuhan hukum dan tradisi
berkonstitusi, pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme, pembaruan
hukum nasional, terciptanya tertib sipil dan rasa aman masyarakat,
49
penguatan institusi dan instrument penegak hukum, serta penguatan
moralitas penegak hukum.
PPP berjuang demi terwujudnya kehidupan sosial yang religius dan
bermoral, toleran dan menjunjung tinggi persatuan, taat hukum dan tertib,
kritis dan kreatif, mandiri, menghilangkan budaya kekerasan dan
kolonilisasi budaya lokal baik atas nama agama maupun modernitas dan
pembangunan, mengembangkan nilia-nilai sosial budaya yang bersumber
pada ajaran etik, moral dan spiritual agama, serta mengembangkan seni
budaya tradisional dan daerah memperkaya seni budaya nasional yang
didalamnya dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan.
PPP berkomitmen pada terwujudnya manusia yang berkualitas yang
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai serta kualitas
kesehatan yang baik. Program pembangunan kesejahteraan hendaknya
diarahkan pada peningkatan, kesehatan dan jumlah sosial yang adil dan
merata serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat. PPP bertekad
menjadikan
bidang
pendidikan
sebagai
prioritas
dan
titik
tolak
pembangunan kesejahteraan, yang darinya diharapkan lahir manusia
Indonesia yang cerdas, terampil, mandiri dan berdaya saing tinggi.
Visi
politik
luar
negeri
PPP
diorientasikan
pada
upaya
mengembangkan politik luar negeri yang bebas dan aktif, dalam arti bahwa
Indonesia ikut aktif memajukan perdamaian dunia dan menentang segala
bentuk penjajahan, menolak ketergantungan terhadap pihak luar maupun
yang dapat mengurangi kedaulatan Indonesia dengan negara-negara lain atas
50
dasar saling menghormati dan kerjasama menuju terwujudnya perdamaian
dunia yang adil, beradab, dan dengan prinsip keseimbangan.
Misi PP ( Khidmat Perjuangan) :
1. PPP berkhidmat untuk berjuang dalam mewujudkan dan membina
manusia dan masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT, meningkatkan mutu kehidupan beragama mengembangkan
ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim). Dengan demikian
PPP
mencegah
berkembangnya
faham-faham
atheisme,
komunisme/marxisme/leninisme, serta sekularisme, dan pandangan
agama dalam kehidupan bangsa Indonesia.
2. PPP berkhidmat untuk memperjuangkan hak-hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia sesuai harkat dan martabatnya dengan
memperhatikan nilai-nilai agama terutama nilai-nilai ajaran agama
Islam, dengan mengembangkan
ukhuwah basyariyah (persaudaraan
sesama manusia) dengan demikian PPP mencegah dan menentang
berkembangnya
neofeodalisme,
faham-faham
yang
melecehkan
martabat manusia, proses dehunismsasi, diskriminasi, dan budaya
kekerasan.
3. PPP
berkhidmat
untuk
berjuang
memelihara
rasa
aman,
mempertahankan dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa
dengan mengembangkan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa).
Dengan demikian PPP mencegah dan menentang proses disintegrasi dan
51
konflik sosial yang membahayakan keutuhan bangsa Indonesia yang
berbhineka tunggal ika.
4. PPP berkhidmat untuk berjuang melaksanakan dan mengembangkan
kehidupan politik yang mencerminkan kehidupan politik demokrasi dan
kedaulatan rakyat yang sejati dengan prinsip-prinsip musyawarah untuk
mencapai mufakat. Dengan demikian PPP mencegah dan menentang
setiap bentuk ororitarisme, fasisme, kediktatoran, hegemoni, serta
kesewenang-wenangan mendzalimi rakyat.
5. PPP berkhidmat untuk memperjuangkan berbagai upaya dalam rangka
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh Allah
SWT, baldatun thayyibatunwa rabbun ghofur. Dengan demikian PPP
mencegah berbagai bentuk kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi,
kesenjangan budaya, pola kehidupan yang konsumeritis, matrealistis,
permisif dan hedonistis, ditengah-tengah kehidupan rakyat banyak yang
masih hidup dibawah garis kemiskinan.11
C.
Ideologi PPP
PPP berpendapat bahwa Islam sebagai syari’at terakhir yang
diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada umat manusia di muka bumi
adalah suatu kebenaran mutlak yang mengandung tuntunan kebajikan yang
bersifat universal serta meliputi seluruh aspek kehidupan dan berlaku
sepanjang masa Islam sebagai agama mengandung nilai kebenaran absolut
11
Ketetapan Muktamar VI Partai Persatuan Pembangunan, Tentang Anggaran Dasar Dan
Anggaran Rumah Tangga, Jakarta, 2007, Hal.14
52
karena ajarannya diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada umat
manusia untuk memualiakan martabat kemanusiaan pada derajat yang
paling sempurna diantara ciptaan-Nya.
Islam sebagai ideologi dimaksudkan bahwa seluruh pemikiran, sikap
dan kebijakan partai dan kader-kadernya harus bersumber dari ajaran Islam.
Ideologi adalah penuntun, pedoman dan arah untuk mencapai tujuan politik.
Keyakinan terhadap universal Islam harus disikapi dengan menjadikan nilai
ajaran Islam sebagai tolak ukur dan pembuat kriteria untuk menilai segala
sesuatu.
Lambang PPP adalah gambar Ka’bah. Ka’bah adalah simbol
pemersatu Umat Islam. Ka’bah bagi PPP merupakan simbol kesatuan arah
perjuangan umat Islam Indonesia dalam rangka beribadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala serta merupakan sumber inspirasi dan untuk
menegakkan ajaran Islam dalam segala bidang kehidupan. Lambang PPP
adalah Ka’bah yang dipandang dari arah depan pintu masuk bertirai warna
kuning emas dan tampak disisi kiri Hajar Aswad tepat disudut dinding,
dibawah gambar Ka’bah bertuliskan PPP berwarna kuning emas yaitu
singkatan nama Partai Persatuan Pembangunan diatas warna dasar hijau
dalam bingkai segi 4 (empat) sama sisi berwarna kuning emas.12
12
Ketetapan Muktamar Partai Persatuan Pembangunan, Hal.80
BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN
Reformasi 1998 pada hakikatnya adalah upaya bangsa Indonesia untuk
melakukan perubahan menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis,
transparan, dan memiliki akuntabilitas tinggi serta terwujudnya good government
dan adanya jaminan kebebasan berpendapat. Upaya ini dilakukan sebagai koreksi
terhadap penyelenggaraan negara dalam era Orde Baru.1
Perkembangan partai-partai Islam tidak bisa dianggap membanggakan
dalam perolehan suara.Bahkan presentase suaranya terus menurun, kepercayaan
masyarakat terhadap partai politik Islam termasuk PPP sungguh sangat
mengecewakan. Bagaimana mungkin demokrasi akan sehat dan bermartabat
apabila partai politiknya tidak kuat, dan tidak dipercaya lagi oleh masyarakat.2
Beberapa evaluasi telah dilakukan PPP, ada beberapa hal terkait dalam
sistem organisasi yang cukup tertinggal karena pola pikir organisasi yang ada
pada kalangan tua,menyebabkan PPP kurang diminati oleh anak muda.3
Karena itu, sudah waktunya PPP merevitalisasi, menyegarkan kembali
komitmen dirinya terhadap Islam sebagai ideologi partai. Ditengah arus dengan
pragmatisme politik yang sangat deras memang tidak mudah melakukan tugas dan
menjawab panggilan untuk itu.Akan tetapi, dengan bertumpu pada parameter1
Prof.Dr.Eko Prasojo, “Reformasi Kedua”, Salemba Humanika, Jakarta, 2009.
2
Chozin Chumaidy, Merebut Kembali Kepercayaan Umat, Jakarta. DPP PPP, Cet.1 Tahun
2013, Hal. 73
3
Wawancara Penulis Dengan Bapak Nur Salam AS, S.IP, Jabatan sebagai staff ahli dari
Bpk. Amir Uskara M.Kes. dari pihak Romahurmuziy, Jakarta. 20 Februari 2014
53
54
parameter ideologis yang wajar, dengan memperlihatkan dimensi realitas,
idealisme, dan fleksibilitas, PPP bakal mampu melakukan hal itu.4
A.
Partai Persatuan Pembangunan Dalam Pemilu Tahun 2014
Demikian halnya dengan PPP yang masih cukup diperhitungan
dalam kancah politik tanah air. Meski tidak terlalu menggembirakan namun
prestasi PPP dalam pemilu 2014 patut diapresiasi, karena sebelumnya
beberapa lembaga survei telah memperkirakan tentang posisi partai Islam
yang diprediksikan akan tutup buku dalam pemilu 2014. Namun pada saat
banyak pengamat pesimistis PPP mampu menunjukkan eksistensinya
kembali.
Sebagaimana telah dijelaskan dari hasil wawancara penulis.
Faktanya sebelum pemilu suara PPP menurun, paska pemilu dibuktikan
hasilnya menurun tetapi adanya kekeliruan dari hasil survei tersebut.
Banyak yang menduga hasil survei PPP tidak akan lolos Parliamentary
Threshold (PT) artinya tidak lagi ikut menjadi peserta pemilu, namun
nyatanyapada pemilu 2014 PPP mendapat 6,53% berbeda dengan hasil
survei. Secara umum suara partai Islam memang mengalami adanya
penurunan.5
Pernyataan tersebut sudah muncul 2 tahun yang lalu menjelang
pemilu 2014, bahkan ada yang menyatakan prediksinya bahwa partai Islam
4
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, PPP Dan Politik Identitas (Pergulatan Islam&
Politik Di Indonesia), Jakarta, Tahun 2011, Hal.123.
5
Wawancara Penulis Dengan Bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si, Jabatan sebagai wakil
Sekretaris Jenderal masa bakti 2011-2015 dari pihak Suryadharma Ali, Jakarta. 17 Februari 2014.
55
khususnya PPP itu akan tenggelam, karena pada tahun 2004-2009 PPP
sangat drastis penurunan suara dan kursi DPR, akan tetapi PPP
membuktikan pada pemilu 2014 adanya perbaikan, perbaikan yang telah
dilakukan mengalami peningkatan lebih dibanding pemilu tahun 20042009”.6
Dalam pemilu 2014 perolehan suara PPP naik dibandingkan dengan
pemilu 2009. Pada Pemilu 2014, PPP memperoleh 8.157.488 suara atau
6,53% yang setara dengan 39 kursi DPR. Namun dengan adanya perdebatan
dalam hal kedudukan kursi pimpinan, hingga terjadi adanya perbedaan
pendapat yang menyebabkan PPP tidak menempati kursi DPR.
Ada beberapa hal yang menyebabkan PPP tidak menempati kursi
pimpinan DPR diantaranya. Pertama, karena munculnya Partai Demokrat
dengan membawa kekuatan suara yang lebih banyak dibandingkan dengan
PPP. Kedua, adanya konflik internal PPP yang sedang berjalan. Ketiga, PPP
memiliki hak akan kursi pimpinan DPR namun PPP menyerahkan kursi
DPR kepada Partai Demokrat karena itu merupakan posisi aman pada saat
PPP sedang tidak solid.7
Lain halnya dengan hasil yang dapat penulis simpulkan dari
wawancara pihak Romahurmuziy. Bahwa saat karya tulis ini dibuat, posisi
PPP dalam kursi pimpinan DPR belum final terkait adanya konflik internal
partai, karena adanya beberapa komisi yang sampai saat ini masih
6
Wawancara Penulis Dengan Bapak Nur Salam AS, S.IP, Jabatan sebagai staff ahli dari
Bpk. Amir Uskara M.Kes. dari pihak Romahurmuziy, Jakarta. 20 Februari 2014
7
Wawancara Penulis Dengan Bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si, Jabatan sebagai wakil
Sekretaris Jenderal masa bakti 2011-2015 dari pihak Suryadharma Ali, Jakarta. 17 Februari 2014.
56
bernegosisasi untuk mendapatkan kursi pimpinan DPR, sehingga PPP
optimis untuk mendapatkan hak kursi pimpinan DPR. Kecuali bagi komisi
yang sudah resmi diputuskan dan dilantik untuk menduduki kursi
pimpinannya.8
Pemilu diselenggarakan untuk memenuhi amanat rakyat dan
merupakan bagian penting dari pembangunan demokrasi, yang tidak ikut
pemilu hingga menolak sama halnya dengan menolak pembangunan dan
anti demokrasi.
Seiringan dengan perjalanan Era Reformasi, golongan putih (golput)
dalam arti penolakan dan pengingkaran terhadap pelaksanaan pemilu secara
formal sebagai gerakan memang tidak ada atau setidaknya tidak tampak.
Akan tetapi jika mengamati pelaksanaan tiga kali pemilu pada masa
reformasi ada kecenderungan tingkat pertisipasi masyarakat menurun dalam
partai Islam, yaitu pemilu 1999 (35,95%), 2004 (37,74%), 2009 (28,62%)
dan 2014 (31,41%). Dengan kata lain secara substansial golput sebetulnya
tetap ada dan nyata.9
Sebagaimana kesimpulan dari hasil wawancara penulis bersama
Bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si. Bahwa banyak masyarakat yang
belum menyampaikan aspirasi suaranya meskipun itu bagian dari hak
konstistusional mereka sebagai masyarakat, tetapi partisipasi menunjukkan
dari kesadaran terhadap proses berlangsungnya demokrasi, karena
8
Wawancara Penulis Dengan Bapak Nur Salam AS, S.IP, Jabatan sebagai staff ahli dari
Bpk. Amir Uskara M.Kes. dari pihak Romahurmuziy, Jakarta. 20 Februari 2014
9
Chozin Chumaidy, Merebut Kembali Kepercayaan Umat, Jakarta. DPP PPP, Cet.1 Tahun
2013, Hal. 58
57
masyarakat menganggap bahwa memilih atau tidak, tidak akan dapat
merubah kehidupannya. Itu sebagai anggapan bagi masyarakat yang tidak
memilih.
Oleh karenanya bagi yang sudah memiliki hak suara untuk memilih,
harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk mengurangi golput dalam
setiap pemilu yang berlangsung. Dengan demikian akan dapat memberikan
harapan dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat untuk kembali
mempergunakan hak pilihnya secara sadar, dan penuh tanggungjawab.
Begitupun potensi untuk menumbuhkan kembali kepercayaan
masyarakat kepada PPP masih ada dan sangat besar, karena kehadiran PPP
dikalangan masyarakat Islam Indonesia tidak mudah untuk dihilangkan
sejak kelahirannya pada tahun 1973. Kepercayaan yang merupakan kunci
bagi keberhasilan perjuangan politik, kunci bagi keberadaan dan peranan
PPP dalam memperjuangkan ‘izzul Islam wal muslimin, menegakkan amar
ma’ruf nahi mungkar, membangun masyarakat Indonesia yang marhamah,
serta NKRI sebagai baldatun wa rabbun ghafur,10
B.
Sikap Politik PPP Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara
Bagi PPP yang telah mengikuti pemilu delapan kali sejak 1977,
maka pemilu 2014 memiliki makna yang lebih strategis tidak hanya sekadar
untuk memenuhi persyaratan demokrasi yang telah menjadi pilihan
pemerintahan yang kita tegakkan, akan tetapi pemilu 2014 mengandung
10
Chozin Chumaidy, Merebut Kembali Kepercayaan Umat, Jakarta. DPP PPP, Cet.1 Tahun
2013, Hal.74
58
nilai perspektif bagi peran PPP dalam menegakkan kepemimpinan bangsa,
menuju terwujudnya nilai-nilai syariat Islam dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasar Pancasila.11 Sebagaimana kesimpulan dari hasil wawancara
penulis. Akan sikap politik PPP yang sesungguhnya berdasarkan pada garis
besarnya amar ma’ruf nahi mungkar”12
Pemilihan umum 2014 ini diikuti oleh dua calon Presiden dan wakil
Presiden yaitu Prabowo Subianto berpasangan dengan Hatta Rajasa dari
Koalisi merah Putih.Serta Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf
Kalla dari Koalisi Indonesia Hebat.
Pada saat Koalisi terbentuk, Partai Persatuan Pembangunan
mempunyai masalah dalam hal krisis kepemimpinan didalam internal partai
berlambang Ka’bah tersebut. Polemik di dalam Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) berawal dari kedatangan Ketua Umum Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali dalam kampanye akbar Partai
Gerindra di Gelora Bung Karno, Senayan pada tanggal 23 Maret 2014.
Menurut kubu Romahurmuziy, kehadiran Suryadharma Ali untuk
mendukung Prabowo adalah keputusan sepihak tanpa melalui prosedur
parpol, sehingga menimbulkan polemik di lapisan bahwa kader PPP di
mana Prabowo tidak masuk dalam satu di antara delapan bakal capres yang
11
Chozin Chumaidy, Merebut Kembali Kepercayaan Umat, Jakarta. DPP PPP, Cet.1 Tahun
2013, Hal. 24
12
Wawancara Penulis Dengan Bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si, Jabatan sebagai wakil
Sekretaris Jenderal masa bakti 2011-2015 dari pihak Suryadharma Ali, Jakarta. 17 Februari 2014.
59
ditetapkan dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II PPP di
Bandung.
Pada tanggal 12 Mei 2014, Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
melaksanakan rapat pimpinan nasional yang akhirnya resmi memutuskan
arah koalisinya ke Prabowo Subianto. Keputusan koalisi PPP ke Prabowo
dilakukan secara musyarawah mufakat yang melibatkan 33 Dewan
Pimpinan Wilayah PPP seluruh Indonesia.13
Sebagaimana penjelasan yang telah disimpulkan dari hasil
wawancara penulis bersama bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si selaku
pihak Suryadharma Alimengatakan, bahwa partai PPP melihat Prabowo
yang paling tepat untuk memimpin, karena Prabowo terdapat jiwa
pemimpin, dan dinilai memiliki sikap kepemimpinan yang kuat dalam
memimpin negara. Kini Indonesia membutuhkan pemimpin tersebut, dari
kepemimpinan yang dibandingkan dengan Joko Widodo saat itu.
Berdasarkan penjelasan dari pihak Romahurmuziy bersama Bapak
Nur Salam AS, S.IP, dari hasil wawancara dapat penulis simpulkan bahwa
pada pemilu 2014 secara resmi organisasi PPP mengambil sikap untuk
memilih Prabowo Hatta pada nomor urut satu. Namun setelah pelantikan
Presiden terpilih Jokowi Widodo dengan wakil presiden Jusuf Kalla maka
PPP mendukung pemerintahan terpilih.
Dalam sebuah kepemimpinan terdapat suatu keadaan yang
dinamakan periode yaitu masa atau waktu kepemimpinan tersebut
13
Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2014-Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia
Bebas, Http://Id.M.Wikipedia.Org/Wiki/Pemilihan_Umum_Presiden_Indonesia_2014 , Diakses
Pada Tanggal 02/12/2014
60
menjalankan kekuasaannya. Setelah berakhir periode dalam suatu
kekuasaan, maka akan dimulainya sebuah suksesi kepemimpinan yang
diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam kepemimpinan.
Adanya pergantian kepemimpinan dalam suatu negara, maka
terdapat istilah mengenai suksesi, yang biasa diartikan sebagai suatu proses
perubahan yang berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi didalam
suatu negara dalam jangka waktu tertentu sehingga terbentuk negara baru
yang berbeda dengan negara semula. Singkatnya, suksesi ialah penggantian
kepemimpinan dari suatu negara.14
Pemilu 2014 secara prosedural sudah berjalan secara demokrasi akan
tetapi substansi dari tujuan demokrasi yang sesungguhnya belum maksimal,
karena masih banyak terjadi adanya pelanggaran hukum.15 Bagi PPP
kepemimpinan pada pemilu 2014 menjadi sebuah pembelajaran yang
berharga bagi Bangsa Indonesia.Secara keseluruhan berjalan dengan lancar,
cukup kondusif, dan berhasil membuka dinamika baru di dunia perpolitikan
yang ditandai dengan hadirnya dua pasangan caleg yang memiliki
perpaduan politik. Namun pada saat yang bersamaan terjadi adanya
kekurangan, tetapi pada dasarnya hal tersebut dikatakan sebagai jalan akan
adanya perbaikan dimasa yang akan datang”.16
14
Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), Hal. 553
15
Wawancara Penulis Dengan Bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si, Jabatan sebagai wakil
Sekretaris Jenderal masa bakti 2011-2015 dari pihak Suryadharma Ali, Jakarta. 17 Februari 2014.
16
Wawancara Penulis Dengan Bapak Nur Salam AS, S.IP, Jabatan sebagai staff ahli dari
Bpk. Amir Uskara M.Kes. dari pihak Romahurmuziy, Jakarta. 20 Februari 2014
61
Maka dalam demokrasi, siapapun yang mendapat kepercayaan dan
dipilih oleh rakyat, harus senantiasa mempertanggungjawabkan apa yang
dilakukannya. Jika ruang pertanggungjawaban itu tidak ada maka bisa
dikatakan tidak ada
demokrasi
dan pemerintahannya pun bukan
pemerintahan yang demokratis.
Di dalam demokrasi, pemilu merupakan suatu keniscayaan sebagai
perwujudan dari kedaulatan rakyat. Setiap warga berhak mengikuti pemilu,
memiliki hak untuk memilih dan dipilih secara bebas, rahasia, dan
pelaksanaannya pun dilakukan secara jujur dan adil.17
C.
Konflik internal dan kelompok kepentingan
Pada saat karya tulis dibuat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
sedang dilanda konflik internal.Aksi saling pecat yang terjadi bisa menjadi
bumerang yang kontra produktif bagi keberlangsungan partai berlambang
ka’bah tersebut. Bukan tak mungkin PPP akan ditinggal pemilihnya bila
konflik antar elitenya itu berlarut-larut.
Pada
masa
kampanye
pemilihan
presiden
2014,
komisi
pemberantasan korupsi menetapkan Menteri Agama Suryadharma Ali
sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait penyelenggaran haji di
kementerian Agama tahun anggaran 2012-2013. Sebelumnya, bakal calon
presiden
dari
partai
gerinda
Prabowo
Subianto,
memuji
kinerja
Suryadharma Ali sebagai menteri agama.Prabowo menilai, penyelenggaraan
17
Chozin Chumaidy, Merebut Kembali Kepercayaan Umat, Jakarta. DPP PPP, Cet.1 Tahun
2013, Hal.23
62
ibadah haji yang dilakukan oleh Kementerian Agama setiap tahunnya sudah
sangat baik. Penetapan Suryadharma Ali sebagai tersangka dalam masa
kampanye menambah sentimen negatif terhadap Koalisi Merah Putih.
Pada saat karya tulis ini dibuat, konflik kembali menyeruak di
internal. Rapat pengurus harian (RPH) DPP PPP pada Rabu (10/9/2014)
memutuskan memecat Suryadharma Ali dari Jabatan ketua umum.
Pemecatan itu dilakukan karena Suryadharma Ali tidak segera mundur
meski menjadi tersangka kasus dugaan korupsi haji.18
Didalam AD ART PPP ketua umum dapat diberhentikan pada saat
muktamar berlangsung, melainkan bukan disaat rapat-rapat harian dan
dengan tanpa adanya paksaan.19
Dinilai telah meruntuhkan citra partai, Suryadharma Ali pun “diusir”
paksa dari kursinya. Tidak terima, Suryadharma Ali bermanuver balik
dengan memecat tiga pengurus PPP, yakni Sekretaris Jenderal DPP PPP M.
Romahurmuziy, Wakil Ketua Umum DPP PPP Suharso Monoarfa dan
Emron Pangkapi.
PPP terlahir atas prinsip bahwa amar ma’ruf nahi mungkar sebagai
semangat perjuangan PPP. Prinsip perjuangan itu harus bercermin, dan
menjunjung tinggi nilai kebenaran dengan melawan hal yang mungkar.
18
Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2014-Wikipedia Bahaa Indonesia, Ensiklopedia
Bebas, Http://Id.M.Wikipedia.Org/Wiki/Pemilihan_Umum_Presiden_Indonesia_2014 , Diakses
Pada Tanggal 02/12/2014
19
Wawancara Penulis Dengan Bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si, Jabatan sebagai wakil
Sekretaris Jenderal masa bakti 2011-2015 dari pihak Suryadharma Ali, Jakarta. 17 Februari 2014.
63
Pemimpin dari sebuah negara harus memiliki kreadibilitas, harus jujur, dan
bersih demi kepentingan rakyat bersama”20
Saat karya tulis ini dibuat, Partai Persatuan Pembangunan terbagi
menjadi dua kubu yang mendukung keputusan Suryadharma Ali untuk
menjalin koalisi dengan Prabowo dan kubu Romahurmuziy yang menjalin
koalisi dengan Jokowi. Internal PPP menganggap bahwa Suryadharma Ali
telah bertindak otoriter dengan memecat kader tanpa melalui proses yang
jelas dan membuat arah koalisi tanpa melalui proses rapimnas. Wakil ketua
umum PPP Emron Pangkapi menjelaskan sebuah partai yang memiliki
aturan dan konstitusinya sendiri. Menurutnya, tidak ada seorang pun di
dalam partai yang bisa menempatkan dirinya di atas aturan dan konstitusi
tersebut.
Seringnya konflik internal yang melanda PPP ini terjadi karena tidak
adanya tokoh sentral yang dapat diterima oleh seluruh anggota partai. Hal
ini berbeda dengan partai lain yang memiliki tokoh sentral, seperti Partai
Demokrat yang memiliki Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PDIP
mempunyai Megawati Soekarnoputri, di Partai Gerindra ada Prabowo
Subianto, ataupun di PKS ada Hilmi Aminuddin. Masing-masing tokoh
sentral tersebut mampu mengeliminasi potensi konflik yang muncul.
Suryadharma Ali yang sebenarnya sudah cukup lama memimpin PPP dinilai
belum menjadi tokoh sentral yang kuat.Apalagi posisinya saat ini melemah
dengan status barunya sebagai tersangka kasus korupsi.
20
Wawancara Penulis Dengan Bapak Nur Salam AS, S.IP, Jabatan sebagai staff ahli dari
Bpk. Amir Uskara M.Kes. dari pihak Romahurmuziy, Jakarta. 20 Februari 2014
64
Kini dengan terbentuknya tokoh sentral dalam Majelis Syariah PPP
yang diketuai oleh KH. Maimun Zubair, beliau mengusulkan adanya
Muktamar VIII PPP dipercepat dan berujung islah untuk mengatasi konflik
internal partai berlambang Ka’bah. Maimun menyebutkan salah satu
solusinya adalah islah, namun islah hanya bisa dilakukan jika kedua belah
pihak tidak membahas apa penyebabnya. Sebab masing-masing pihak akan
merasa dirinya benar. Sebagaimana kesimpulan dari hasil wawancara
penulis dengan kubu Suryadharma Ali.
Tokoh-tokoh senior PPP yang didalamnya terdapat Majelis
Pertimbangan Partai, Majelis Pakar Partai, Mahkamah Partai, dan Majelis
Syariah terdapat para ulama PPP. Sesungguhnya semua itu sudah maksimal
dalam mengupayakan untuk adanya islah pada kedua kubu. Ulama besar
KH. Maimun Zubair sudah sangat menginginkan untuk PPP bersatu
kembali.21
Berdasarkan penjelasan pihak kubu Romahurmuziy dapat penulis
simpulkan. Bahwasannya tokoh senior dan ulama PPP sangat andil dalam
mengupayakan agar konflik segera berakhir, dan kembali membawa nama
besar partai Islam. Namun karena konflik telahmasukdiranah hukum dan
sebagai masyarakat yang taat akan hukum, maka kita harus menghargai
proses hukum yang telah berjalan.22
21
Wawancara Penulis Dengan Bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si, Jabatan sebagai wakil
Sekretaris Jenderal masa bakti 2011-2015 dari pihak Suryadharma Ali, Jakarta. 17 Februari 2014.
22
Wawancara Penulis Dengan Bapak Nur Salam AS, S.IP, Jabatan sebagai staff ahli dari
Bpk. Amir Uskara M.Kes. dari pihak Romahurmuziy, Jakarta. 20 Februari 2014
65
Dalam partai politik PPP telah membentuk suatu Mahkamah Partai.
Mahkamah Partai sebagai salah satu institusi PPP tingkat nasional yang
dibentuk pada muktamar PPP VII/2011 di Bandung untuk melaksanakan
amanah UU No. 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik. Di dalam pasal 32
UU No.2/2011 dengan tegas dinyatakan bahwa perselisihan internal partai
politik dilakukan oleh suatu Mahkamah Partai politik atau sebutan lain yang
dibentuk oleh partai politik.
Putusan Mahkamah Partai DPP PPP bersifat final dan mengikat
(pasal 20 Ayat 6 AD PPP jo Pasal 32 Ayat 5 UU No. 2/2011)23. Sejak
Mahkamah Partai dibentuk telah masuk permohonan penyelesaian
peselisihan internal partai.Seperti perselisihan diantara kedua kubu yang
saling memperebutkan kursi pimpinan PPP.Maka sebelum memasuki sidang
Mahkamah Partai senantiasa dilakukan mediasi untuk mencapai islah.24
Sebagaimana penjelasan yang disampaikan oleh pihak Suryadharma
Ali dalam hasil wawancara penulis dapat simpulkan. Peran Mahkamah
Partai sudah berjalan maksimal, saat itu juga Mahkamah Partai bersidang
berhari hari kemudian memutuskan sejumlah keputusan. Pertama, kedua
kubu untuk melakukan islah. Kedua, kepemimpinan PPP tetap dipegang
oleh Suryadharma Ali dengan Sekjen Romahurmuziy, dan ketiga,
23
Putusan Mahkamah Partai PPP Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (4) Bersifat Final
Dan Mengkat
24
Chozin Chumaidy, Merebut Kembali Kepercayaan Umat, Jakarta. DPP PPP, Cet.1 Tahun
2013, Hal.121
66
Mahkamah Partai memberikan waktu satu minggu pada kedua kubu untuk
islah25
Mahkamah Partai, dan Majelis Syariah sesungguhnya mempunyai
peran penting dalam posisi keberadaannya di dalam partai. Salah satunya
adanya konflik seperti ini yang perlu diselesaikan didalam partai, dengan
memberikan masukan, bantuan untuk penyelesaian masalah, memberi
arahan, saran-saran, akan tetapi bukan memberi instruksi.26
Pada Selasa, 23 September 2014 lalu, Mahkamah PPP menggelar
rapat internal di kantor DPP PPP, Menteng, Jakarta. Rapat yang di pimpin
oleh ketua Mahkamah Partai Chozin Chumaidy itu untuk menyikapi
perpecahan kedua kubu diinternal PPP. Mahkamah Partai telah memutuskan
untuk memberikan waktu satu minggu untuk keduanya melakukan islah.
Dan menyatakan bahwa pemberhentian oleh masing-masing pihak tidak sah,
dan meminta Suryadharma Ali serta Romahurmuziy menentukan waktu dan
tempat Muktamar VIII.
Namun hal itu tidak tercapai, karena pihak Romahurmuziy
menggelar Muktamar VIII di Surabaya pada tanggal 15-18 Oktober 2014,
sebelum habis masa islah yang telah ditentukan oleh Mahkamah Partai.
Muktamar
ini
menghasilkan
kepengurusan
dengan
ketua
umum
Romahurmuziy. Pada tanggal 28 Oktober 2014 Kementerian Hukum dan
25
Wawancara Penulis Dengan Bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si, Jabatan sebagai wakil
Sekretaris Jenderal masa bakti 2011-2015 dari pihak Suryadharma Ali, Jakarta. 17 Februari 2014.
26
Wawancara Penulis Dengan Bapak Nur Salam AS, S.IP, Jabatan sebagai staff ahli dari
Bpk. Amir Uskara M.Kes. dari pihak Romahurmuziy, Jakarta. 20 Februari 2014
67
HAM
mengesahkan
kepengurusan
PPP
yang
diajukan
pihak
Romahurmuziy.
Pada 30 Oktober - 2 November 2014 kubu Suryadharma Ali
menggelar Muktamar VIII di Jakarta atas usulan dari Ketua Majelis Syariah
DPP PPP KH. Maimun Zubair untuk mengatasi konflik internal partai
berlambang Ka’bah. Dan hasilnya Djan Faridz terpilih menjadi ketua
umum. PPP kubu Djan faridz mengajukan gugatan pada Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) atas keputusan Menkum HAM yang mengesahkan
kepengurusan Romahurmuziy. Hasilnya pada November 2014 PTUN
mengeluarkan putusan sela yang meminta pelaksanaan SK Menkumham RI
Nomor M.HH 07.AH.11.01 Tahun 2014 Tentang Pengesahan Perubahan
Kepengurusan DPP PPP pada tanggal 28 Oktober 2014, memutuskan
Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly agar menunda pengesahan
kepengurusan DPP PPP, setelah PPP versi Muktamar Jakarta mengajukan
gugatan
pada
PTUN
karena
Menkum
HAM
telah
mengesahkan
kepengurusan versi muktamar surabaya di tengah kisruh internal partai
berlambang Ka’bah ini.
Melalui wawancara dengan pihak Romahurmuziy dapat penulis
simpulkan. Bahwa suatu cobaan dalam sebuah partai PPP, upaya islah
sebenarnya sudah dilakukan namun nampaknya kedua pihak lebih merasa
nyaman apabila menyesaikan secara hukum, proses hukum sudah berjalan
dan arus kita hormati, karena hukumyang memberikan jalan keputusan final,
hingga akhir ini diserahkan pada hukum.
68
Keluarnya putusan sela atas permohonan pihak Suradharma Ali oleh
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta dinilai sebagai momentum
tepat untuk melakukan upaya islah bagi dua kubu di PPP yang tengah
berseteru terkait keabsahan kepengurusan DPP PPP pihak Romahurmuziy.
Berdasarkan wawancara dari pihak Suryadharma Ali dapat penulis
simpulkan. Akan adanya harapan bagaimana PPP untuk tetap bersatu dalam
proses pengadilan sudah berjalan. Hingga tim islah sudah terbentuk, namun
tim islah belum bisa menyatukan PPP, maka proses hukum yang akan
menentukannya siapa yg benar dan yg salah.27
Rabu pada tanggal 25 Februari 2015, Majelis Hakim Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN) yang diketuai Teguh Satya Bhakti
mengabulkan gugatan mantan ketua umum Partai Persatuan Pembangunan
(PPP). Majelis Hakim menilai gugatan yang diajukan pihak Suryadharma
Ali adalah dampak dari intervensi pihak tergugat, yaitu Menkumham yang
dianggap ikut campur dalam konflik internal partai politik. Majelis Hakim
kemudian mengabulkan seluruhnya gugatan Suryadharma Ali atau pihak
penggugat, dan membatalkan Surat Keputusan Menteri Hukum Dan HAM
No. M.HH-07.AH.11.01 Tahun 2014 Tentang Pengesahan Perubahan
Kepengurusan DPP PPP pada tanggal 28 Oktober 2014.
Dengan mengabulkan gugatan Suryadharma Ali terkait pengesahan
Menkumham terhadap kepengurusan PPP pihak Romahurmuziy. PPP pihak
Romahurmuziy resmi mengajukan banding pada Pengadilan Tinggi Tata
27
Wawancara Penulis Dengan Bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si, Jabatan sebagai wakil
Sekretaris Jenderal masa bakti 2011-2015 dari pihak Suryadharma Ali, Jakarta. 17 Februari 2014.
69
Usaha Negara (PT TUN) pada tanggal 2 Maret 2015. Serta Menkumham
Yasonna H. Laoly akan mengajukan banding atas putusan tersebut. Yasonna
menganggap bahwa banding adalah upaya pemerintah mengintervensi
kepengurusan partai politik.Anggapan tersebut muncul karena pihak
Romahurmuziy mendukung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla
sementara Djan Faridz memilih untuk oposisi.28
Pengabulan
gugatan
pemohon
atas
Surat
Keputusan
(SK)
Menkumham terkait pengesahan pengurus PPP versi muktamar Surabaya
berimplikasi pada penundaan pelaksaan SK Menkumham.
Demi kelancaran tugas akhir kuliah, penulis membatasi penelitian
sampai dengan adanya keputusan dari PT TUN yang mengabulkan gugatan
dari pihak Suryadharma Ali dalam konflik internal PPP pada tanggal 25
Februari 2015. Namun sampai karya tulis ini dibuat, keputusan itu belum
final dan masih berjalan dalam proses hukum karena adanya pengajuan
banding dari pihak Romahurmuziy serta Menkumham Yasonna H. Laoly.
28
Artikel Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2015 Pukul 19.30 Wib Dari
Http://news.detik.com/read/2015/02/25/153338/2842857/10/suryadharma-menang-di-ptunromi-akan-banding-ke-pt-tun
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dalam pemilu tahun 2014 partai PPP mengalami kenaikan dalam
perolehan suara dengan memperoleh suara 6,53%, dibandingkan dengan
pemilu pada tahun 2009 partai PPP hanya memperoleh suara 5,33%.
Pada saat pemilu tahun
2014 semua anggota partai PPP resmi
mendukung koalisi merah putih yang dipimpin oleh Prabowo Subianto
saat itu, namun setelah pelantikan Presiden terpilih Joko Widodo dengan
wakil Presiden Jusuf Kalla, maka sebagian anggota partai PPP
mendukung pemerintahan terpilih.
2. Menurut partai PPP suksesi kepemimpinan pada pemilu 2014 secara
prosedural sudah berjalan secara demokrasi akan tetapi substansi dari
tujuan demokrasi yang sesungguhnya belum maksimal, karena masih
banyak terjadi adanya pelanggaran hukum. Hal tersebut dijadikan
sebuah pembelajaran yang berharga bagi Bangsa Indonesia. Agar
bagaimana mekanisme yang dilalui oleh proses suksesi itu dapat
berjalan dengan baik, yakni dengan mempersiapkan diri dalam
menghadapi dan menjalani suksesi itu sendiri tanpa adanya golput.
70
71
3. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kedua belah pihak terkait
konflik internal partai PPP, sampai saat karya tulis ini dibuat belum
menemukan titik akhir dari konflik yang terjadi sejak tahun 2014,
hingga munculnya pengajuan banding yang diajukan oleh pihak
Romahurmuziy terkait putusan PT TUN yang mengabulkan permohonan
dari pihak Suryadharma Ali atas keputusan Menkum HAM yang
mengesahkan Surat Kepengurusan Romahurmuziy.
B.
Saran saran.
1. Saatnya sekarang PPP merebut kembali kepercayaan umat. Menyapa,
mendengar dan merangkul umat dengan amal nyata. Karena PPP tampil
betul-betul sebagai rumah besar umat Islam, semua orang akan merasa
nyaman dan aman tinggal di rumah besar itu. Sikap politik PPP harus
lebih tegas dan jelas membela kepentinnan Islam. Sikap politik
PPPsenantiasa dalam sighah nilai-nilai syariat Islam. Sehingga PPP
nampak jati dirinya sebagai partai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
2. Kepada masyarakat diharapkan agar turut berperan aktif dalam setiap
proses suksesi kepemimpinan yang sejati melalui sistem pemilu yang
demokratis. Karena tentu masyarakat berharap ke depannya bangsa ini
akan menjadi bangsa yang demokratis.
72
DAFTAR PUSTAKA
Ambari, Abdullah, Intisari Tata Bahasa Indonesia, Bandung: Djatnika
Amir, Zainal Abidin, Peta Islam Politik: Pasca Soeharto Jakarta: Pustaka LP3ES
2003
Apriyanto, Pemi, Kader Nasional PPP Dari Masa Ke Masa
Artikel
diakses pada tanggal 16 Mei 2014 pukul 23.00 wib dari
http://andreysubiantoro.viviti.com/entries/rekiblik/suksesi-kepemimpinan
Artikel
diakses pada tanggal 12 Mei 2014 pukul 16.15 wib dari
http://id.m.nasional.kompas.com/read/2013/08/26/0833212/pentingnya.su
ksesi.2014
Artikel
diakses Pada Tanggal 1 November 2012, pukul 20.40
wib.Http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_282_Presiden_Indonesia_2
009
Artikel
diakses Pada Tanggal 30 Oktober 2014, Pukul 19.30
wib.Http://m.detik.com/news/read/2013/05/27/113913/2256501/103/2/me
nerawang-nasib-partai-Islam-di-pemilu-2014
Artikel diakses Pada Tanggal 31 Maret 2015, Pukul 20.30 wib. Http://asal-usulmotivasi-.blogspot.com/2014/02/asal-usul-sejarah-partaipersatuan.html?m=1
Bagin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif (Akutualisasi Metodologis keArah
Ragam Farian Kontemporer), Jakarta: PT. Grafindo, 2004, Cet. 3
Budiman, Ahmad, Eksistensi Parpol Islam dalam Pemilu 2004, dalam Sali
Susiana. Ed., Pemilu 2004: Analisis Politik Hukum dan Ekonomi
Buchori, Muchtar, Suksesi Dan Masalah-Masalah Demokrasi, Jakarta: Ikip
Muhammadiyah, 1994
Chumaidy, Chozin, Merebut Kembali Kepercayaan Umat, Jakarta. DPP PPP,
2013 Cet.1
73
Darwis, Fernita, Pemilihan Spekulatif Mengungkap Fakta Seputar Pemilu 2009,
Bandung: AlfabetaCv, 2011, Cet. 1
Effendy, Bahtiar, Islam Politik Pasca Soeharto di Indonesia, Refleksi: Jurnal
Kajian Agama dan Filsafat III, No. 5Agustus 2003
Feith, Herbert, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, PPP dan Politik Identitas (Pergulatan
Islam&Politik Di Indonesia), Jakarta, Tahun 2011
Gunur, Alex, Manajemen; Kerangka-Kerangka Pokok, Jakarta: Bhratara Karya
Aksara, 1982, Cet. 4
Hamzah, Andi, Kamus Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986
Ismawati, Esti, Metode Penelitian, Surakarta:Pustaka Cakra, 2003
Karim, M. Rusli., Negara dan Peminggiran Islam Politik,Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1999 Cet.1
Ketetapan Muktamar VII Partai Persatuan Pembangunan, Tentang Khittah Dan
Program Perjuangan Partai Persatuan Pembangunan, Jakarta, 2007
Kuntowijoyo, Identitas Politik Islam, Penerbit Mizan (anggota IKAPI)
bekerjasama dengan majalah UMMAT, Bandung: 40124, Cet. 1
Metode penelitian Sosial, Terapan dan Kebijaksanaan, Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah,
2000
Muhammad, Elektabilitas Partai dan Kompatibilitas Demokrasi. 2013. Diakses
tanggal
26
Agustus
2014 dari
http://m.kompasiana.com/post/read/529097/2/elektabilitas-partai-Islamdan-kompatibilitas-demokrasi.html#
P. Robbins, Stephen, Marry Coulter, Manajemen Jakarta: PT Indeks Gramedia
Grup, 2005, Jilid 2, Cet. 7
Panduan Parlemen Indonesia Jakarta: Yayasan API, 2001
74
Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2014, Wikipedia bahasa Indonesia,
Ensiklopedia
bebas,
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Presiden_Indonesia_201
4 , diakses pada tanggal 02/12/2014
Pemilihan Umum Presiden Indonesia Era Reformasi, Wikipedia bahasa Indonesia,
Ensiklopedi bebas,
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Presiden_Indonesia_Era
_Reformasi, diakses pada tanggal 02/12/2014
Prasojo, Eko, “ReformasiKedua”, Salemba Humanika, Jakarta, 2009.Putusan
Mahkamah Partai PPP sebagaimana dimaksud padaayat (4) bersifat
final dan mengkat
Ranuwihardjo, A. Dahlan, Pergerakan Pemuda Setelah Proklamasi Beberapa
catatan, Jakarta: Yayasan Idayu, 1979
Rosyada, Dede, Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: Prenada Media, 2003
Salim, Arsekal, Partai-partai Islam dan Relasi Agama Negara, Jakarta: Puslit
IAIN, 1999
Siddiq, M Dja’far, PPP Menggagas Reformasi Membangun Indonesia Baru,
Jakarta. 2003
Sudirman, Tebba, Islam Orde Baru : Perubahan Politik Dan Keagamaan.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993, Cet.1
Sumarno, Megawati dan Aspirasi Politik Islam, dalam Rusdi Muhtar et.all,
Megawati Soekarno Putri : Presiden Republik Indonesia, Jakarta:
Rumpun Dian Nugraha, 2002
Tebba, Sudirman, Islam PascaOrde Baru, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
2001, Cet.1
Tim Litbang Kompas, Partai- Partai Politik Indonesia, Jakarta: Pt. Kompas
Media Nusantara, 1999
75
Umar, Musni, Islam Dan Demokrasi Di Indonesia Kemenangan Abangan Dan
Sekuler, Jakarta: Insed Bersama Lembaga Pencegah Korupsi, 2004 Cet. 1
Wasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Gramedia
Pusaka Utama, 1992
Wilopo, Zaman Pemerintahan Parai-Partai dan Kelemahan-kelamahannya,
Jakarta: Yayasan Idayu, 1976
WJS. Pooerwadinata, Kamus umum bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1982 Cet.4
Wawancara pribadi dengan Bapak Akhmad Gozali Harahap M.Si, Jabatan sebagai
wakil Sekretaris Jenderal masa bakti 2011-2015 dari pihak Suryadharma
Ali, Jakarta. 17 Februari 2014.
Wawancara pribadi dengan Bapak Nur Salam AS, S.IP, Jabatan sebagai Staff Ahli
dari Bpk. Amir Uskara M.Kes. dari pihak Romahurmuziy, Jakarta. 20
Februari 2014
76
LAMPIRAN – LAMPIRAN
77
78
79
80
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Bapak. Akhmad Gozali Harahap, S.Ag, M.Si
Jabatan
: Sekretaris Jenderal DPP PPP Masa Bakti 2011-2015
Hari
: Selasa, 17 Februari 2014
Pihak
: Suryadharma Ali
1. Bagaimana menurut PPP mengenai Suksesi Kepemimpinan pada pemilu
2014?
Jawab: Pemilu 2014 secara procedural itu sudah berjalan secara demokrasi tetapi
substansi dari yang diinginkan oleh tujuan dari demokrasi sendiri sesungguhnya
belum maksimal. Kenapa? Karena masih banyak terjadi pelanggaran hukum, dan
masih banyak kecurangan yang terjadi saat itu.
2. Bagaimana sikap PPP dalam pemilu 2014?
Jawab: Kita melihat Prabowo itu yang paling tepat, kenapa? Karena Prabowo itu
memiliki jiwa pemimpin yang kuat, dalam artian kepemimpinan yang kuat disini
mampu untuk bersikap tegas dalam menyelesaikan masalah yang terjadi didalam
pemerintahan, kini Indonesia membutuhkan akan pemimpin yang kuat seperti itu
dibandingkan dengan Joko Widodo waktu itu.
3. Apa yang menyebabkan PPP tidak mendapati kursi pimpinan DPR?
Jawab: Mengenai kursi pimpinan DPR memang hak PPP itu ada, tetapi kenapa
tidak mendapati kursi tersebut, pertama tiba-tiba Partai Demokrat masuk karena
sebelumnya demokrat tidak masuk didalam Koalisi Merah Putih (KMP), karena
81
Partai Demokrat mempunyai kekuatan besar hingga akhirnya bisa ikut masuk
dalam kursi DPR. Sesungguh ya itu hak PPP, tetapi faktor yang kedua karena
internal PPP itu ada konflik yang sedang tidak solid, karena disisi lain ada yang
ingin di posisi KIH dan yang lain tetap di posisi KMP. Ditengah kekisruhan
politik, dan proses hukum tetap berjalan maka teman-teman KMP akhirnya
menetapkan Partai Demokrat di DPR, kenapa? Karena suara dari partao Demokrat
itu lebih banyak. Dari PPP pihak Suryadharma Ali menyerahkan kepada partai
Demokrat karena itu posisi aman saat itu, karena PPP sedang tidak solid, karena
kalau Demokrat tidak masuk maka kursi akan diambil oleh pihak Koalisi
Indonesia Hebat (KIH). ketiga, disini KMP mengambil posisi aman dan dipastikan
menang kalau partai Demokrat masuk, kalo PPP sedang pecah dan tidak
bergabung itu masih yaa gapapalah..tetapi kalo partai Demokrat masuk itu pasti
menang.
4. Bagaimana pendapat PPP mengenai beberapa survei yang mengatakan
bahwa elektabilitas partai islam saat ini merosot jauh dibawah partai
nasionalis?
Jawab : Oh ya memang itu faktanya bukan survei lagi karena, sebelum pemilu
suara memang kita merosot, paska pemilu itu dibuktikan hasilnya merosot tetapi
kekeliruan dari hasil survei tersebut tidak serta merta penilaian mereka terhadap
Islam itu benar, kenapa saya bilang tidak serta merta? Misalnya PPP menurut
survei perolehan suaranya pada 2014 kemaren itu 1,3 milyar persen, banyak yang
menduga dari hasil survei itu PPP tidak akan lolos PT artinya tidak lagi ikut
82
menjadi peserta pemilu, tetapi nyatanya atau hasilnya PPP mendapat 6,53% suara
berbeda dari hasil survei dengan fakta, kalau sesuai secara umum partai Islam
memang turun merosot, iya. Tetapi perhitungan realnya itu ada kesalahan seperti
yang tadi saya sebutkan.
5. Sejauhmana sikap PPP dalam menghadapi perbedaan kelompok kepentingan
Jawab : Harapan kita hanya bagaimana untuk tetap bersatu, kalau tidak bias islah
ini kan proses sudah berjalan dalam artian disini, proses pengadilan yang sudah
berjalan itu dinamakan PT TUN karena kita yang mengajukannya dan Insya Allah
kita optimis akan memenangkannya pada hari rabu tanggal 25 Februari itu akan
adanya keputusan. Kalo mereka kalah, mereka harus bergabung dengan kita kalau
tidak mau maka kami akan pecat mereka. Kalo kita yang kalah ya gak ada
masalah. Sikap kami tetap menginginkan PPP tetap bersatu hingga sudah
membentuk tim islah, yang sampai sekarang belum bias menyatukan maka sikap
pengadilanlah yang akan menentukannya siapa yang benar dan yang salah.
6. Sejauhmana tokoh senior PPP berperan dalam penyelesaian konflik internal
PPP?
Jawab : Para ulama dan tokoh-tokoh senior PPP sesungguhnya itu sudah
maksimal dalam mengupayakan untuk adanya islah pada kedua pihak, mengapa
saya katakana seperti itu, karena tokoh senior ada yang bergabung dalam Majelis
Pertimbangan Partai, Majelis Pakar Partai kalau para ulama itu Majelis Syariah
serta Mahkamah Partai. Semua itu sudah menginginkan untuk islah agar PPP
menjadi satu, dan terakhir kita sudah bentuk tim islah dengan tokoh senior dan
83
ulama. Ulama besar kita yang kita kagumi KH. Maimun Zubair sudah sangat
menginginkan untuk kita bersatu. Bahkan di kepengurusan PPP kubu Djan Farid
ketua Majelis Syariahnya kembali mbah maimun.
7. Bagaimana konsep kepemimpinan yang bersih menurut PPP?
Jawab : Politik PPP secara umum amar ma’ruf nahi mungkar, tentu salah satunya
PPP menginginkan untuk Indonesia bersih dari korupsi, pemerintah harus
mempunyai keberanian untuk memberantas seluruh potensi korupsi itu sendiri,
tapi memang tidak segampang itu karena budaya korupsi di Indonesia itu sangat
kental, karena kita juga sudah tidak bias menunjukan lagi mana yang bersih dan
mana yang kotor dalam artian korupsi, baik tingkat RT sampai Presiden karena
budaya yang susah dihilngkan.
8. Bagaimana peran Mahkamah Partai PPP dalam menyelesaikan konflik?
Jawab : Peran Mahkamah Partai itu sebetulnya sudah maksimal, karena mereka
itu kan berdasarkan perintah dirjen AHU waktu itu, karena begitu Romy memecat
SDA, SDA juga langsung memecat Romy serta kelompok-kelompoknya,nah
setelah terjadi pecat memecat kedua kubu ini langsung mengajukan pengesahan
keMenkum HAM minta disahkan, oleh Menkum HAM menolak kedua-duanya,
menurutnya agar persoalan internal diselesaikan lewat Mahkamah Partai, karena
keputusan Mahkamah Partai itu kan sifatnya final dan mengikat, saat itu juga
Mahkamah Partai bersidang berhari hari kemudian memutuskan ada sejumlah
keputusan, pertama kedua pihak untuk islah, kedua kepemimpinan PPP tetap di
pegang oleh Suryadharma Ali dengan sekjen Romahurmuziy, ya... ketiga kalau
84
tidak bisa islah Mahkamah Partai memberikan waktu 1 minggu, kalau tidak maka
akan diserahkan ke Majelis Syariah artinya yang lebih tinggi marwah dari PPP,tapi
ternyata pihak Romy langsung mengadakan muktamardi Surabaya pada tanggal
15-18 Oktober 2014 tepat dimasa islah berjalan terpilih Romy sebagai ketua
umum. Dan pendapat Mahkamah Partai muktamar Surabaya itu tidak sah, dan
muktamar Jakarta yang sah begitu pun juga dengan Majelis Syariah.
9. Bagaimana strategi yang dilakukan PPP dalam memperjuangkan Syariat
Islam yang merupakan dari cermin sikap politik PPP?
Jawab : Beberapa evaluasi telah dilakukan oleh PPP,terkait dengan adanya system
organisasi yang cukup tertinggal karena pola piker organisasi yang ada pada
kalangan tua, sehingga menyebabkan PPP kurang diminati oleh anak muda. yaa..
PPP menyadari betul sebagai partai islam, dan jelas akan tetap dan selalu berjuang
dalam parlemen apa yg menjadi keinginan umat islam semisal infrastruktur dan
apa yang menjadi keinginan partaii slam, kita akan tetap berjuang di parlemen
karena itu adalah salah satu tujuan dari PPP. Dan tetap pada sikap politik PPP
yang sesungguhnya garis besarnya itu amar ma’ruf nahi mungkar,
85
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Bapak. Nur Salam AS, S.IP
Jabatan
: Staff Ahli Anggota DPR RI Bapak Amir Uskara, M.Kes.
Hari
: Selasa, 20 Februari 2014
Pihak
: Romahurmuziy
1. Bagaimana menurut PPP mengenai Suksesi Kepemimpinan pada pemilu
2014?
Jawab : Bagi PPP kepemimpinan pada pemilu 2014 itu, menjadi
sebuah
pembelajaran yang amat berharga bagi bangsa Indonesia. Secara keseluruhan
pemilu berjalan dengan lancar, cukup kondusif, kemudian berhasil membuka
dinamika baru di dunia perpolitikan yang ditandai dengan hadirnya dua pasangan
caleg yang di dalam melakukan, ya katakanlah perpaduan politik itu. PPP
menganggap itu berjalan cukup feerr dan kemudian pada saat bersamaan, ada juga
kekurangan tetap iya pada dasarnya itu bisa dikatakan nantinya harus ada
perbaikan dimasa yang akan dating.
2. Bagaimana sikap PPP dalam pemilu 2014?
Jawab : PPP pada pemilu 2014 secara organisasi PPP mengambil sikap memilih
Prabowo Hatta jadi dukunganya itu secara bulat, secara partai resmi mendukung
memilih pasangan nomor urut satu dan itu sudah diputuskan bersama-sama saat
itu, tapi setelah pelantikan presiden terpilih Jokowi-JK maka PPP mendukung
pemerintahan terpilih dan tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat.
86
3. Apa yang menyebabkan PPP tidak menempati kursi pimpinan DPR?
Jawab : Mengenai kursi DPR, kalau sampai hari ini posisi PPP dalam pimpinan
DPR RI itu kan belum final, jadi masih ada beberapa komisi yang belum final
karena adanya konflik internal yang sampai sekarang kita masih bernegosisasi
untuk mendapatkan kursi pimpinan DPR, sampai sekarang juga kami masih
optimis untuk mendapatkan kursi, kecuali ya.. bagi komisi yang sudah resmi
diputuskan dan dilantik menduduki kursi pimpinannya. Tapi masih ada beberapa
yang belum ditetapkan juga
4. Bagaimana pendapat PPP mengenai beberapa survey yang mengatakan
bahwa elektabilitas partai islam saat ini merosot jauh dibawah partai
nasionalis?
Jawab : yaa.. sebenarnya sudah muncul 2 tahun yang lalu menjelang pemilu 2014,
bahkan ada yang menyatakan prediksinya bahwa partai Islam khususnya PPP itu
akan tenggelam, namun pada tahun 2004-2009 itu PPP sangat-sangat drastic
penurunan suara dan kursi DPR, akan tetapi kami membuktikan pada pemilu 2014
PPP mengalami perbaikan, perbaikan yang telah kita lakukan itu mengalami
peningkatan lebih dibanding pemilu tahun 2004-2009
5. Sejauhmana sikap PPP dalam menghadapi perbedaan kelompok kepentingan
Jawab : hemm... ini juga suatu cobaan didalam sebuah partai PPP, perbedaan itu
tidak bisa kita hindari dan musti kita hadapi, dan PPP akan mendukung
kepentingan yang pasti mengutamakan rakyat dan kepentingan PPP. Apalagi
dengan adanya konflik internal sekarang kita lihat, untuk menuju islah sebenarnya
87
sudah dilakukan dan sudah dibangun komunikasi kedua pihak untuk menuju
keislah, namun nampaknya memang kedua pihak lebih merasa nyaman kalo
menyesaikan secara hukum, proses hokum sudah berjalan maka ya kita harus
nantikan bagaimana keputusan akhir. Harus kita hormati, dan nampaknya sejauh
ini proses hukumlah yang memberikan jalan keputusan final, hingga akhir ini
diserahkan pada hukum. Karena kami versi pihak Romi sampai saat ini menunggu
bagaimana hasilnya, tetapi pihak sana juga menghargai proses hukum Karena kan
yang mengajukan kepihak hokum itu dari pihak sana dan karena itu sudah terlanjur
masuk keranah hukum jadi ya positifnya harus menunggu hasil putusan.dari
kejelasan siapa yang pada akhirnya paling tepat dan berhak disebut sah diantara
kedua ini, Dan setelah itu, tentu selanjuatnya adalah islah ini berlanjut dalam artian
siapapun yang menang tidak dan munafikan yang kalah tetapi merangkul dan
partai ini berjalan kembali bersama dengan menyongsong agenda-agenda
selanjutnya di dalam negara.
6. Sejauhmana tokoh senior PPP berperan dalam penyelesaian konflik internal
PPP?
Jawab : Tokoh senior ulama PPP sangat andil dalam mengupayakan agar konflik
ini segera berakhir, bias dikatakan tokoh PPP sangat aktif dalam mendorong
adanya islah, agar bias membawa kembali nama besar partai Islam ini. Ada banyak
pihak yang mengupayakan islah tetap berjalan dan itu termasuk tokoh senior,
namun karena ini telah bergulir keranah hukum maka kita termasuk juga tokoh
88
senior PPP semua harus menghargai
proses hukum yang telah berjalan, yaa
seperti itu kiranya.
7. Bagaimana konsep kepemimpinan yang bersih menurut PPP?
Jawab : Jelas sekali PPP telah tertera lahir dari dasar bahwa semangat perjuangan
PPP itu adalah amar ma’ruf nahi mungkar, jadi prinsip perjuangannya itu harus
bercermin, menjunjung tinggi nilai kebenaran harus melawan hal yang mungkar,
jadi yang benar itu benar, salah itu ya salah. Pemimpin dari sebuah negara harus
memiliki kreadibilitas harus jujur dan harus bersih demi kepentingan rakyat
bersama.
8. Bagaimana pendapat Mahkamah Partai PPP dalam menyelesaikan konflik?
Jawab : Mahkamah Partai, dan Majelis Syariah itukan sebenarnya punya peran
pentingya., posisi keberadaannya di dalam partai itu ya salah satunya kalo ada halhal seperti itu, perlu diselesaikan di dalam internal partai, perannya untuk
memberikan masukan, bantuan untuk penyelesaian masalah, memberi arahan,
saran-saran, tetapi bukan memberi instruksi.
9. Bagaimana strategi yang dilakukan PPP dalam memperjuangkan Syariat
Islam yang merupakan dari cermin sikap politikPPP?
Jawab : Jadi strategi yang ditempuh oleh PPP, tentu pertama itu ya membesarkan
partai ini dengan bagaimana sehingga partai ini mendapatkan dukungan banyak
dari masayarakat, mendapat kepercayaan dari masayarakat, apalagi kita Indonesia
mayoritas Islam, mustahillah PPP ini kalau tidak bias berbuat banyak dalam
rangka kebijakan syariat Islam, kalau dukungan terhadap partai ini kecil dan itu
89
berdampak kecilnya kursi dpr sehingga tidak dapat posisi strategis dan penentu di
Parlemen, tentu di dalam melakukan perjuangan-perjuangan termasuk bagaimana
mengawal dari strategi syariat itu berjalan dengan baik, bagaimana PPP
mmbesarkan ini, sehingga orang jatuh cinta dengan partai ini, dan dapat
memberikan kepercayaan pada partai PPP ini,
90
Download