Pengembangan Strategi Service Learning dalam Sebuah Diklat

advertisement
Pengembangan Strategi Service Learning
dalam Sebuah Diklat
Sebuah Kajian untuk Mengembangkan Pembelajaran dalam Diklat
Irene Nusanti
Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta
Jl. Kaliurang Km 12.5, Klidon, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta
e-mail: [email protected]
Abstrak:
Ketidakbahagiaan, tawuran adalah hal yang mengindikasikan bahwa pendidikan perlu
ditingkatkan, salah satunya dengan meningkatkan kualitas guru melalui diklat. Untuk itu,
kajian ini dibuat dengan tujuan: 1) Mengkaji penerapan strategi service learning dalam diklat
untuk mengenalkan konsep melayani, 2) Mengkaji penerapan strategi service learning dalam
diklat untuk mempraktekkan konsep melayani. Pengkajian terhadap pengembangan strategi
service learning dalam sebuah diklat dilakukan dengan studi literatur terhadap berbagai
referensi, terkait dengan teori belajar dan proses yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
Kajian terhadap teori belajar menyatakan bahwa belajar harus memunculkan indikasi
perubahan ke arah positif. Kajian terhadap proses kegiatan pembelajaran mengemukakan
bahwa profil peserta didik ditentukan oleh apa yang dilakukan setiap harinya selama proses
belajar. Ketika yang ditekankan dalam proses belajar adalah melayani orang lain, maka
peserta didik akan terbentuk menjadi pribadi yang melayani. Kajian terhadap konsep service
learning menyatakan bahwa melayani membuat seseorang menjadi unggul. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kajian pengembangan strategi service learning dalam diklat
diharapkan dapat untuk mengenalkan konsep melayani dan sekaligus mempraktekkannya
dalam rangka meningkatkan kualitas diklat dan pada akhirnya kualitas pendidikan.
Kata Kunci: service learning, kegiatan pembelajaran, perubahan positif.
Pendahuluan
Salah satu kunci keberhasilan seseorang dapat dilihat dari apakah yang bersangkutan bahagia
atau tidak. Kebahagiaan itu sendiri tidak dapat tercermin dari materi yang dimiliki, sekalipun
materi dapat menjadi salah satu yang menunjang kebahagiaan seseorang. Jika memiliki
materi banyak tetapi tidak tenang atau tidak ada damai berarti belum ada kebahagiaan. Salah
satu kunci yang dapat membawa orang bahagia adalah ketika hidup tidak hanya dipusatkan
untuk diri sendiri melainkan juga untuk memperhatikan orang lain atau melayani orang lain.
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
untuk hidup berhasil. Dengan melihat pada penjelasan di atas, maka konsep melayani bisa
dijadikan salah satu konsep yang harus dikembangkan dalam dunia pendidikan. Supaya tidak
sekedar memasukkan konsep melayani secara teori, maka konsep ini harus dijabarkan dalam
bentuk kegiatan-kegiatan nyata, baik yang dilakukan oleh guru selaku pendidik maupun oleh
1
peserta didik. PPPPTK Seni dan Budaya selaku lembaga yang berkecimpung di bidang
pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan menawarkan konsep ini melalui diklatdiklat yang diselenggarakan, salah satunya adalah diklat bahasa Inggris bagi guru-guru
bahasa Inggris. Melalui aplikasi konsep melayani atau yang dikenal dengan istilah service
learning, diharapkan masalah-masalah yang ada di masyarakat dapat ikut terselesaikan. Pada
artikel ini, service learning akan lebih diarahkan untuk menjawab permasalahan tawuran.
Tawuran merupakan cerminan bahwa yang bersangkutan mengalami ketidakbahagiaan.
Akhir-akhir ini banyak sekali berita yang memuat tawuran pelajar, apapun alasan yang
melatarbelakanginya. Tawuran juga mengindikasikan adanya pikiran yang dipenuhi dengan
hal-hal negatif, misalnya: balas dendam. Jika pikiran pelajar dipenuhi dengan rancangan
bagaimana caranya membalas dendam, maka pendidikan yang ditempuh di sekolah menjadi
berkurang artinya. Masa belajar seharusnya diisi dengan pikiran-pikiran positif sebagai akibat
dari pembelajaran di sekolah. Diharapkan dengan service learning pendidik dan peserta didik
belajar bagaimana melayani orang lain melalui pembelajaran yang dilakukan setiap harinya
di sekolah. Agar lebih berhasil, service learning juga bisa dilakukan di luar jam sekolah,
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Untuk dapat membuat
pembelajaran seperti dimaksud, diperlukan diklat bagi para guru yang mengaplikasikan
konsep service learning. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: 1) Bagaimana kajian kegiatan diklat dikembangkan dengan menggunakan strategi
service learning untuk mengenalkan konsep melayani? dan 2) Bagaimana kajian kegiatan
diklat dikembangkan dengan menggunakan strategi service learning untuk mempraktekkan
konsep melayani? Dengan guru mampu memperkenalkan konsep service learning, pikiranpikiran peserta didik yang dipengaruhi oleh unsur balas dendam dapat terkurangi karena
mereka diarahkan untuk lebih memfokuskan pada melayani orang lain. Dengan melihat pada
latar belakang di atas, maka konsep service learning ini dikaji dengan tujuan: 1) Mengkaji
penerapan strategi service learning dalam diklat untuk mengenalkan konsep melayani, 2)
Mengkaji penerapan strategi service learning dalam diklat untuk mempraktekkan konsep
melayani.
Kajian Literatur dan Pembahasan
Teori Belajar
Pendidik mengharapkan peserta didik untuk berhasil dalam belajarnya. Tetapi keberhasilan
ini tidak bisa hanya diukur dengan nilai 8 atau 9 yang diberikan karena peserta didik mampu
mengerjakan soal dengan baik. Berhasil dalam belajar berarti berhasil dalam ketiga domain,
2
yaitu: pengetahuan, keterampilan. Sebagai contoh, jika seorang pendidik bahasa Inggris
mengharapkan peserta didik berhasil dalam bahasa Inggris, maka hal ini berarti bahwa
peserta didik dapat mengerjakan soal dengan baik, setelah itu ketika guru mengajak bicara
dalam bahasa Inggris, peserta didik juga dapat menggunakan kemampuan berkomunikasinya
dalam bahasa Inggris untuk memberi tanggapan dengan baik. Pada akhirnya, ketika di
masyarakat peserta didik menjumpai wisatawan asing yang mengalami kesulitan menemukan
suatu tempat dan berusaha bertanya tetapi secara kebetulan yang ditanya tidak dapat
berbahasa Inggris, maka peserta didik dapat memberikan bantuannya dengan mempraktekkan
bahasa Inggris dan sekaligus memberitahu arah dari tempat yang dimaksud, atau kalau
peserta didik itu sendiri kebetulan tidak tahu, ia berusaha untuk mencari tahu terlebih dahulu
dan setelah itu diberitahukan kepada wisatawan tersebut. Dengan demikian, peserta didik
menunjukkan adanya keberhasilan dalam pelajaran bahasa Inggris, sekalipun baru dalam
tingkat yang kecil. Dalam hal ini, peserta didik tidak hanya berhasil di kelas, tetapi juga di
luar kelas. Disamping itu, peserta didik ini juga berhasil tidak hanya untuk dirinya sendiri,
tetapi bahwa apa yang dimilikinya juga digunakan untuk melayani orang lain yang
membutuhkan, yaitu membantu wisatawan asing yang sedang kebingungan mencari tempat.
Keberhasilan besar berasal dari keberhasilan kecil. Oleh karena itu, untuk membuat supaya
keberhasilan yang kecil ini bisa menjadi keberhasilan besar, proses belajar yang terdiri dari:
teori dan praktek, belajar di kelas dan di masyarakat harus dilakukan berulang-ulang setiap
hari. Kegiatan mengerjakan seperti ini menjadi hal penting dalam proses belajar dan
mengajar (Moriyon, 2001). Tanpa mengerjakan apa yang dijelaskan oleh guru peserta didik
sebetulnya belum sungguh-sungguh belajar. Sebaliknya, dengan mempraktikkan apa yang
diajarkan, mereka benar-benar belajar tentang nilai-nilai, dalam hal ini nilai melayani.
Jika pembelajaran di dalam kelas dapat dimaksimalkan, maka ketika mempraktikkan di luar
kelas diharapkan peserta didik dapat lebih siap. Untuk membuat peserta didik lebih siap lagi,
seorang guru juga harus mengetahui bahwa pembelajaran di dalam kelas dan di dunia nyata
tidak sama. Pembelajaran di sekolah cenderung terpusat pada kinerja individu karena mereka
akan dinilai. Sedangkan pembelajaran di dunia yang sesungguhnya cenderung terpusat pada
kinerja yang dibangun secara bersama-sama (Resnick dalam Tuckman, 2011, 13). Untuk
mendekatkan kedua dunia ini, maka perlu juga dikembangkan pembelajaran yang bersifat
kolaboratif.
3
Jika perubahan dalam pembelajaran di sekolah menjadi perhatian, maka dalam suatu diklat
perubahan juga harus menjadi tolok ukur. Untuk itu, setiap mata diklat yang ada dalam suatu
diklat mestinya harus mencoba untuk menjadikan perubahan sebagai center of interest.
Perubahan seperti apa yang diharapkan dapat terjadi dalam diri peserta diklat setelah
mengikuti mata diklat tertentu atau setelah mengikuti suatu diklat.
Kegiatan Pembelajaran
Peserta didik akan menunjukkan kinerja lebih baik apabila ia benar-benar belajar (Tee,
2005a). Dengan kata lain, ketika ada suatu sekolah dimana pelajarnya sering terlebat tawuran
maka hal ini berarti bahwa peserta didik yang belajar di sekolah tersebut tidak benar-benar
belajar atau tidak benar-benar mengikuti proses belajar dengan baik atau proses belajar
kurang diisi dengan hal yang semestinya juga diberikan. Ketika seorang peserta didik benarbenar belajar, maka perubahan ke arah positif pasti akan tercermin, bisa jadi perubahannya
lambat tapi pasti. Jadi pembelajaran yang sesungguhnya terjadi ketika peserta didik
mengindikasikan adanya perubahan positif akibat dari apa yang dipelajarinya. Jika sudah
hampir tiga tahun belajar di sekolah tertentu tetapi tidak menunjukkan adanya kematangan,
baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun sikap maka selama tiga tahun tersebut
peserta didik kurang benar-benar belajar. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa belajar
seharusnya menimbulkan suatu perubahan dan perubahan yang terjadi akan mengakibatkan
adanya pembelajaran berikutnya. Dengan demikian, kematangan akibat pembelajaran
semakin hari akan semakin meningkat. Kematangan ini tidak dapat diperoleh dengan
sendirinya, perlu adanya usaha sadar menuju ke sana. Salah satu usaha sadar yang harus
dilakukan oleh guru dan kemudian diikuti oleh peserta didik adalah membuat perubahan itu
sendiri menjadi main of interest tidak hanya melalui setiap mata pelajaran, tetapi bahkan
melalui setiap tatap muka di kelas. Hal ini harus tercermin pada setiap rencana pembelajaran
yang dibuat, sekalipun satu rencana pembelajaran bisa digunakan untuk beberapa kali
pertemuan. Dengan memiliki rencana pembelajaran yang seperti ini akan berdampak pada
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung, termasuk pada tugas-tugas yang diberikan.
Untuk mempercepat tercapainya tujuan sebagaimana dimaksud di sini, maka latihan-latihan
harian yang diberikan harus berbasis perubahan, dihubungkan dengan permasalahan
sesungguhnya yang dihadapi dan disesuaikan dengan topic yang sedang dipelajari pada
pertemuan tertentu. Kontribusi dari latihan-latihan yang dilakukan setiap hari akan sangat
besar bagi kesuksesan peserta didik dalam belajar, dan pada akhirnya dalam kehidupannya.
Maxwell (2009) mengatakan bahwa keberhasilan seseorang ditentukan oleh agenda kegiatan
4
setiap harinya. Jika agenda yang dilakukan setiap hari oleh peserta didik dipenuhi dengan
latihan-latihan yang bersifat melayani, maka latihan melayani inilah yang akan membentuk
mereka. Peserta didik yang sungguh-sungguh belajar secara umum menunjukkan beberapa
kualitas berikut: a) Memiliki kerelaan; b) Memiliki suka cita; c) Selalu mau belajar dari orang
lain, d) Selalu melakukan refleksi diri; e) Tidak membela diri; dan f) Jujur pada diri sendiri
(Tee, 2005b). Dengan demikian, proses pembelajaran yang dapat membuat peserta didik
mengalami perubahan yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan sikap belajar yang benar
dan dipraktikkan untuk melayani orang lain. Hal yang sama harus diterapkan dalam diklat
juga, yaitu bahwa peserta diklat tidak hanya menerima mata diklat teori kemudian diakhiri
dengan post test. Melalui mata diklat yang ada, harus ada tugas-tugas yang membawa mereka
pada praktek melayani yang nyata. Dengan demikian, peserta diklat juga memiliki
pengalaman nyata yang nantinya ketika mengajar dapat dibagikan kepada peserta didik.
Untuk lebih menghayati, peserta diklat diberi tugas untuk melakukan praktek melayani lagi
yang akan dimonitor perkembangan dan ketercapaiannnya.
Kajian dan Penelitian yang Relevan
Billig (2000) dalam penelitiannya terhadap sekolah di Amerika yang berbasis service
learning menyimpulkan bahwa ada peningkatan tanggung jawab social dan pribadi di antara
peserta didik tingkat SMP dan SMA dengan program service learning
Irene (2014) dalam kajiannya tentang service learning untuk mengembangkan kegiatan
pembelajaran di sekolah menyimpulkan bahwa kajian terhadap strategi service learning dapat
untuk menanamkan ‘jiwa melayani’ dan mempraktekkan jiwa melayani tersebut dalam
kegiatan pembelajaran yang dikembangkan melalui strategi dimaksud.
Karena menurut Billig dan Irene service learning dapat menghasilkan dampak positif, maka
kajian ini mencoba untuk mengangkat service learning kembali sebagai salah satu strategi
untuk mengembangkan sebuah diklat bagi para guru. Dengan mengaplikasikan strategi ini
diharapkan peserta diklat dapat mengenal konsep melayani dan nantinya mengenalkan
konsep tersebut kepada peserta didik dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
Service Learning
Martin Luther King, Jr (dalam OHSD, 2002) mengatakan bahwa setiap orang dapat menjadi
orang besar karena setiap orang pada dasarnya bisa melayani. Permasalahan orang akhirnya
5
tidak menjadi besar adalah karena tidak mau melayani, terlebih ketika sudah menjadi
pemimpin. Jika mengacu pada pandangan ini, maka seseorang tidak akan menjadi pemimpin
besar ketika maunya justru dilayani, bukan melayani. Demikian juga dengan guru, seorang
guru tidak akan menjadi guru yang hebat ketika tidak mengembangkan jiwa melayani. Di sini
letak pentingnya strategi service learning, yaitu untuk meningkatkan kualitas seorang
pendidik. Peningkatan yang diharapkan untuk terjadi pada diri guru adalah adanya perubahan
dari ‘self-centered’ menjadi ‘serving others’. Dengan melayani orang lain atau mendahulukan
orang lain, seseorang akan menjadi bertumbuh. Jika seseorang terus menerus bertumbuh,
maka kesuksesan akan segera dapat dicapai. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan
Maxwell (2014: 134), yaitu kesuksesan diukur dengan berapa banyak orang yang dapat
dilayani, bukan berapa banyak orang yang melayani kita. Mengingat betapa besar peran
kegiatan melayani bagi kesuksesan seseorang, termasuk kesuksesan pendidik, maka dalam
suatu diklat sudah semestinya dikembangkan konsep service learning dalam berbagai bentuk
dan modifikasi sesuai dengan jenis diklat yang dilakukan dan kebutuhan melayani seperti apa
yang akan diberikan.
Pembahasan
Service Learning dalam suatu kegiatan diklat
Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan bahwa PPPPTK Seni dan Budaya selaku
lembaga pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan berusaha untuk meningkatkan
kualitasnya melalui diklat-diklat yang diselenggarakan. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan mencoba menerapkan konsep service learning dalam diklat. Service learning
dipilih sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas diklat adalah karena beberapa
alasan. Alasan-alasan tersebut dapat ditemukan dalam beberapa definisi service learning
berikut. Menurut Maurice (2010), service learning merupakan cara mengajar dan belajar
yang menghubungkan tindakan positif dan bermakna di masyarakat dengan pembelajaran
akademik, perkembangan pribadi dan tanggungjawab sebagai warga masyarakat. Sedangkan
Furco dan Billig (2001) dalam The Essence of the Pedagogy, service learning didefinisikan
sebagai pelayanan kepada masyarakat berbasis kurikulum yang mengintegrasikan
pembelajaran di dalam kelas dengan aktivitas melayani masyarakat. Jacoby (2003) dalam
Building Partnerships for Service Learning mengatakan bahwa service learning adalah suatu
bentuk pendidikan tentang pengalaman di mana peserta didik terlibat dalam kegiatan yang
menyangkut manusia dan kebutuhan masyarakat dengan kesempatan yang sengaja
direncanakan untuk meningkatkan perkembangan dan pembelajaran peserta didik. Bringle
6
(2005) dalam Service Learning: Intercommunity & Interdisciplinary Explorations, service
learning didefinisikan sebagai pengalaman dalam pendidikan berbasis mata pelajaran yang
memiliki kredit di mana peserta didik: a) berpartisipasi dalam kegiatan melayani yang
direncanakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sudah diidentifikasi dan b)
melakukan refleksi sedemikian rupa terhadap kegiatan service learning untuk memperoleh
pengertian yang lebih mendalam terhadap isi mata pelajaran, apresiasi yang lebih luas tentang
disiplin dan rasa tanggungjawab yang meningkat sebagai warga masyarakat.
Disimpulkan bahwa service learning adalah sebuah strategi belajar, mengajar yang mencoba
untuk menghubungkan peserta didik dengan tugas sekolah, untuk melayani masyarakat dan
mengembangkan kemampuan akademis dan sosial peserta didik melalui tugas yang diberikan
pendidik untuk dipraktikkan di masyarakat. Jika diterapkan dalam diklat maka service
learning berarti mencoba untuk menghubungkan antara mata diklat yang diterima dengan
kebutuhan untuk melayani di masyarakat. Dalam hal ini karena maksud dari diklat adalah
untuk meningkatkan kualitas guru agar guru dapat meningkatkan kualitas pendidikan, maka
dengan sendirinya service learning dalam diklat juga diarahkan untuk bagaimana guru dapat
mengajarkan materi tertentu kepada peserta didik melalui strategi ini.
Aplikasi Service Learning dalam Kegiatan Diklat
Pendidik tidak bisa hanya memperkenalkan konsep service learning kepada peserta didik dan
setelah itu peserta didik harus mempraktekkannya baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Sebelum pendidik memberikan instruksi kepada peserta didik untuk melakukan berbagai
tugas melayani, pendidik harus terlebih dahulu melakukan hal yang sama. Untuk memberikan
gambaran tentang bagaimana aplikasi service learning, maka dalam diklat yang
diselenggarakan oleh PPPPTK Seni dan Budaya hal ini perlu didemonstrasikan terlebih
dahulu. Meskipun demikian, apa yang dilakukan di PPPPTK Seni dan Budaya adalah hanya
salah satu bentuk service learning. Untuk selanjutnya, peserta diklat dapat mengembangkan
sendiri atau memodifikasi sendiri sesuai dengan referensi yang dimiliki dan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Dalam diklat, service learning yang dicoba untuk ditawarkan
meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan refleksi. Service learning yang
dilakukan dalam diklat harus disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai dari diklat
tersebut. Dengan demikian, peserta diklat akan dapat menemukan relevansinya antara inti
konsep service learning dan kompetensi yang dipelajari. Jika kompetensi yang menjadi focus
untuk dipelajari dalam suatu diklat bahasa Inggris adalah kompetensi yang bersifat substantif,
7
maka aplikasi service learning dapat diintegrasikan dengan topic Entertainment, misalnya.
Jika kompetensi yang difokuskan dalam diklat adalah kompetensi pedagogi, maka service
learning bisa menjadi salah satu materi pedagogi dengan mengambil contoh sesuai dengan
audience dari suatu diklat. Inti dari service learning dalam diklat dapat digambarkan sebagai
berikut. Pada tahap persiapan, peserta diklat membuat rencana melayani sesuai kompetensi
dalam diklat yang akan dipelajari dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat tertentu, jika
memungkinkan diprioritaskan pada kebutuhan yang mendesak. Alternatif lain, jika tidak
mungkin untuk membuat rencana, fasilitator memberikan tugas kepada peserta diklat sebagai
contoh, sesuai dengan materi yang sedang dibahas. Selanjutnya, tugas didiskusikan dalam
kelompok untuk menghasilkan rencana yang meliputi: 1) Bagaimana materi dan nilai-nilai
dalam materi tersebut bisa digunakan untuk melayani orang lain, dan 2) Siapa yang akan
menjadi target audience serta alasan pemilihan audience. Tahap yang kedua adalah tahap
pelaksanaan. Pada tahap ini peserta diklat benar-benar diberi tugas untuk melayani secara
nyata, sesuai rencana yang sudah dibuat pada tahap persiapan. Selama proses pelaksanaan
kegiatan melayani, peserta diklat membuat catatan-catatan penting terkait dengan kegiatan
yang dilakukan.Tahap selanjutnya setelah pelaksanaan adalah tahap refleksi. Kegiatan
refleksi sebaiknya dilakukan dua kali, yaitu refleksi individu dan refleksi kelompok. Setiap
peserta diklat menuliskan refleksi sesuai dengan pengalaman masing-masing selama kegiatan
melayani dan kemudian dikaitkan dengan diklat. Setelah itu, dalam kelompok kecil masingmasing peserta diklat saling berbagi pengalaman dan kemudian membuat sebuah kesimpulan
berdasarkan refleksi dari semua anggota kelompok tersebut. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengembangan diklat
dengan strategi service learning membuat
pembelajaran diklat menjadi lebih nyata, karena ada kegiatan belajar dan bertindak.
Simpulan
Suatu diklat akan berhasil jika peserta diklat menunjukkan adanya perubahan dalam mengajar
setelah mendapatkan diklat tertentu. Untuk membuat suatu diklat yang berdampak, salah
satunya adalah dengan menerapkan strategi service learning yang menekankan pada
memberikan pelayanan kepada orang lain sesuai topic yang dipelajari. Dengan strategi ini
diharapkan peserta diklat dapat memiliki kesempatan untuk belajar dan kemudian
mempraktekkan apa yang dipelajari dengan langsung melayani orang lain sesuai materi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa: 1) kajian tentang konsep melayani orang lain
dapat dikenalkan melalui strategi service learning, 2) kajian tentang konsep melayani dapat
8
langsung dipraktekkan oleh peserta diklat melalui penerapan strategi service learning dalam
diklat yang diselenggarakan.
Pustaka Acuan
Bringle G, Robert et.al. 2005. Service Learning: Intercommunicty & Interdisciplinary
Exploration – Enhancing Integrated Professional Development Through Communicty
Service. USA: University of Indianapolis
Press,
diakses
dari
books.google.com/books?isbn=0880938625 pada tanggal 07 Maret 2014
Furco, Andrew and Billig, Shelley. 2001. Service Learning: The Essence of Pedagogy. USA:
Information
Age
Publishing
Inc,
diakses
dari
http://books.google.com/books/about/Service_learning. pada tanggal 07 Maret 2014.
Garcia Moriyon, Felix. 2001. Human Rights and Education: The Content and the Process,
diakses dari
http://eepat.net/doku.php?id=human_rights_and_education:content_and_process,
tanggal 07 Juli 2014.
Irene, Nusanti (2014). Strategi Service Learning. Sebuah Kajian untuk Mengembangkan
Kegiatan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan vol 2, no 2 Juni 2014.
Jacoby, Barbara and Associates. 2013. Building Partnerships for Service Learning. San
Fransisco: Jossey-Bass., diakses dari http://books.google.co.id/books
Maurice. 2010. Service Learning Handbook. North Carolina: Guilford County Schools,
diakses
dari www1.gcsnc.com/…ing/pdf/ ServiceLearningHandbook.pdf pada
tanggal 07 Maret
2014
Maxwell, John. 2009. How Successful People Think. New York: Hachette Book Group
Maxwell, John. 2014. How Successful People Grow. New York: Hatchette Book Group
OHSD. 2002. Service Learning: Mission and Goal. USA: Chicago Public Schools
http://www.servicelearning.cps.k12.il.us/
Tee, Ng Pak. 2005a. The Learning Organization. Singapore: Pearson
Tee, Ng Pak. 2005b. Grow Me. Singapore: Pearson
Tuchmand, Bruce W and Monetti, M. David. 2011. Educational Psychology. USA:
Wadsworth, diakses dari http://books.google.co.id/books?id, tanggal 07 Juli 2014.
9
BIODATA
Nama
NIP
Pangkat/ Gol
Jabatan
Unit Kerja
:IRENE NUSANTI
:196107151986032001
:Pembina Tk I/ IVb
:Widyaiswara Madya
: PPPPTK Seni Budaya
10
Download