BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek 2.1.1 Pengertian Proyek Menurut Soeharto (1999) Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Tampubolon (2004) Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang hanya terjadi sekali, di mana pelaksanaanya sejak awal sampai akhir dibatasi oleh kurun waktu tertentu. Zulian Yamit (2003) Proyek didefinisikan sebagai suatu sistem yang kompleks yang melibatkan koordinasi dari sejumlah bagian yang terpisah dari organisasi dan di dalamnya terdapat skedul dan syarat-syarat dimana kita harus bekerja. Riyanarto (2012) Proyek adalah aktivitas yang memiliki ciri-ciri antara lain: mempunyai objektif yang spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi jelas awal dan akhirnya, mempunyai batas dana, menggunakan sumber-sumber daya (manusia, uang, peralatan, dsb), serta multifungsional (anggota proyek bisa berasal dari departemen yang berbeda). Dari beberapa pengertian proyek yang diambil dari beberapa sumber diatas maka dapat disimpulkan bahwa proyek adalah serangkaian kegiatan yang berjangka waktu tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara 7 2.1.2 Ciri-ciri Proyek Menurut Soeharto (1999) bahwa ciri pokok sebuah proyek adalah sebagai berikut: Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir. Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. 2.1.3 Jenis-jenis Proyek Menurut Soeharto (1999), proyek dapat dikelompokkan menjadi : 1. Proyek Engineering-Konstruksi Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. 2. Proyek Engineering-Manufaktur Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. 3. Proyek Penelitian dan Pengembangan Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu. 4. Proyek Pelayanan Manajemen Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi manajemen. 5. Proyek Kapital Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana kapital untuk investasi. 6. Proyek Radio-Telekomunikasi Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal. Universitas Sumatera Utara 8 7. Proyek Konservasi Bio-Diversity Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan. 2.1.4 Karakteristik Proyek Menurut Clifford F. Gray dan Erik W. Larson (2007) bahwa karakteristik utama sebuah proyek adalah sebagai berikut: 1. Punya sasaran. 2. Ada rentang waktu tertentu, ada awal dan akhirnya. 3. Biasanya melibatkan beberapa departemen dan professional. 4. Umumnya melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. 5. Waktu, biaya, dan persyaratan kinerja yang spesifik. Menurut PMBOK Guide (2004) sebuah proyek memiliki beberapa karkteristik penting yang terkandung di dalamnya yaitu : sementara (temporary), unik, dan progressive elaboration, selalu berkembang, dan berlanjut hingga proyek berakhir. Karakteristik tersebut yang membedakan proyek dengan aktivitas rutin operasional. Menurut Iman Soeharto (1999), perbedaan mendasar antara kegiatan proyek dan kegiatan operasional yaitu kegiatan proyek bertujuan untuk mewujudkan atau membangun sistem yang belum ada sementara kegiatan didasarkan pada konsep yang mendayagunakan sistem yang ada secara terus menerusdan berulang-ulang. Perbedaan antara kegiatan proyek dan kegiatan operasional dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbandingan kegiatan proyek dan kegiatan operasional. KEGIATAN PROYEK KEGIATAN OPERASIONAL Bercorak dinamis Berulang-ulang, rutin Siklus proyek relative pendek Berlangsung dalam jangka panjang Intensitas kegiatan dalam periode proyek Intensitas kegiatan relatif sama berubah-ubah ( naik-turun) Kegiatan harus diselesaikan berdasarkan Batasan anggaran dan jadwal tidak anggaran dan jadwal yang telah ditentukan setajam dalam proyek Universitas Sumatera Utara 9 KEGIATAN PROYEK Terdiri dari kegiatan berbagai yang KEGIATAN OPERASIONAL macam-macam Macam kegiatan tidak terlalu banyak memerlukan berbagai disiplin ilmu Keperluan sumberdaya berubah, baik Macam dan keperluan sumberdaya macam maupun volumenya relatif konstan Sumber : Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 1 (Iman Soeharto, 1999) 2.1.5 Siklus Proyek Siklus hidup proyek umumnya melewati empat tahap berurutan, yakni : 1. Tahap Penentuan (Defining) : Menentukan spesifikasi proyek, menetapkan sasaran proyek, membentuk tim, dan menetapkan berbagai tanggung jawab utama. 2. Tahap Perencanaan (Planning) : Tingkat usaha bertambah, mengembangkan rencana untuk menentukan proyek apa yang akan bertahan, kapan proyek akan dijadwalkan, siapa yang akan memetik manfaat, tingkat kualitas apa yang harus dijaga, dan anggaran apa yang diperlukan. 3. Tahap Eksekusi (Executing) : Di tahap inilah bagian utama dari proyek kerja terjadi, baik fisik maupun mental. Produk fisik dihasilkan (jembatan,laporan,program perangkat lunak). Waktu, biaya, dan ukuran-ukuran spesifikasi digunakan untuk pengendalian. Apakah proyek sesuai jadwal, anggaran, dan memenuhi spesifikasi? Perkiraan (forecast) apa yang diperlukan di masing-masing ukuran tersebut? Perubahan/revisi apa yang diperlukan? 4. Tahap Pengiriman (Delivering) : Mencakup dua aktivitas, yakni mengirim produk proyek kepada pelanggan dan menyebarkan sumber daya proyek. Pengiriman proyek dapat mencakup pelatihan pelanggan dan transfer dokumen. Penyebaran biasanya melibatkan penyerahan perlengkapan/material proyek kepada proyek lain dan menetapkan berbagai penugasan baru kepada para anggota tim. Universitas Sumatera Utara 10 2.2 Manajemen Proyek 2.2.1 Pengertian Manajemen Proyek Menurut PMBOK ((Project Management Body of Knowledge) Guide, 2004) (dikutip oleh Budi Santosa) bahwa manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhankebutuhan proyek. Riyanarto (2012) Manajemen proyek adalah suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengontrol sumber daya perusahaan dengan sasaran jangka pendek untuk mencapai goal dan objective yang spesifik. H. Kerzner (1982) (dikutip oleh Soeharto) Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan.. 2.2.2 Keberhasilan Manajemen Proyek Menurut Budi Santoso (2009) Manajemen proyek dianggap sukses jika bisa mencapai tujuan yang diinginkan dengan memenuhi syarat berikut : Dalam waktu yang dialokasikan Dalam biaya yang dianggarkan Pada performansi atau spesifikasi yang ditentukan Diterima kostumer Dengan perubahan lingkup pekerjaan minimum yang disetujui Tanpa menggangu aliran pekerjaan utama organisasi Tanpa merubah budaya (positif) perusahaan. Dalam mencapai sasaran sebuah proyek, ada batasan yang harus dipenuhi yaitu: Biaya (Anggaran), Jadwal (Waktu), dan Mutu (Kinerja) yang telah ditetapkan. Ketiga batasan tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Dimana tiga batasan ini sering disebut dengan tiga kendala (triple constraint). Untuk hubungan triple constraint dapat dilihat pada gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara 11 Biaya Anggaran Jadwal Waktu Mutu Kinerja Gambar 2.1 Hubungan Triple Constrain (Iman Soeharto, 1999) Biaya/Anggaran, yaitu proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran. Jadwal/Waktu, yaitu proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Mutu/Kinerja, yaitu harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan. Ketiga batasan di atas saling memiliki ketergantungan. Dalam arti, jika ingin meningkatkan kinerja dari produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka harus diikuti dengan meningkatkan mutu yang akhirnya akan berpengaruh pada naiknya biaya atau anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal juga. Handoko (1999) menyatakan tujuan manajemen proyek adalah sebagai berikut: a. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan salah satu sasaran utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan kerugian, seperti penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasar. b. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. c. Tepat spesifikasi (on specification) dimana proyek harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara 12 2.3 Network Planning 2.3.1 Pengertian Network Planning Menurut Badri (1997) Network planning (jaringan kerja) pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur atau tambahan tenaga kerja sehingga biaya juga bertambah, pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan lain, pekerjaan mana yang perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga kerja dapat digeser ketempat lain(dilakukan percepatan), hal ini dilakukan demi efisiensi. 2.3.2 Metode Network Planning Berbagai macam analisis jaringan kerja, yang sangat luas pemakaiannya adalah teknik evaluasi dan review proyek (PERT) dan metode jalur kritis (CPM). 2.3.2.1 Critical Path Method (CPM) Critical Path Method (CPM) merupakan analisis jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan. Menurut Siswanto (2007) Critical Path Method (CPM) adalah sebuah model ilmu manajemen untuk perencanaan dan pengendalian biaya sebuah proyek. Model ini dikembangkan oleh perusahaan DuPont pada tahun 1957 untuk pembangunan sebuah pabrik kimia. Metode jalur kritis (critical path method-CPM) adalah sebuah manajemen proyek yang menggunakan hanya satu estimasi per aktivitas. Jika dalam suatu proyek, waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikannya dapat diperkirakan terlebih dahulu dan biaya-biaya proyek dapat dilakukan sejak semula, maka dengan menggunakan metode CPM pelaksanaan proyek akan lebih terarah dan sistematis. Metode ini lebih dikenal dengan istilah lintasan kritis. Penentuan jalur kritis dengan CPM dapat diketahui total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan yang kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai kegiatan terakhir proyek. Jalur kritis penting bagi pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini terdapat kegiatan-kegiatan yang bila Universitas Sumatera Utara 13 pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Sehingga perlu perhatian penuh pada jalur tersebut, karena cepat lambatnya suatu proyek selesai terletak pada jalur kritis. Tujuan lintasan ini untuk mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan yang tingkat kepekaan tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan, sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan penyelenggara proyek apabila kegiatan tersebut terlambat. 2.3.2.2 Program Evaluation and Review Technique (PERT) Program Evaluation and Review Techique (PERT) adalah sebuah model Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek. PERT dikembangkan sejak tahun 1958 oleh Booz-Allen dan Hamilton pada tahun 1958 dalam proyek pengembangan Polaris Weapons System, yaitu proyek khusus dari US Navy . Teknik ini mampu mereduksi waktu selama 16 bulan lebih cepat dari taksiran semula dan sejak itu mulai digunakan secara luas. PERT merupakan metode untuk menentukan jadwal dan anggaran dari sumber-sumber, sehingga suatu pekerjaan yang sudah ditentukan terlebih dahulu dapat diselesaikan tepat pada waktunya. PERT merupakan suatu fasilitas komunikasi dalam hal bahwa PERT dapat melaporkan kepada manajer perkembangan yang terjadi, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang tidak. Dan PERT dapat menjaga agar para manajer mengetahui dan mendapat keterangan ini secara teratur. Menurut Heizer dan Render (2006) dalam PERT digunakan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan, antara lain : a. Waktu optimis (optimistic time)[a] Waktu optimis yaitu waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal berlangsung sesuai rencana. Atau juga dapat disebut waktu minimum dari suatu kegiatan, dimana segala sesuatu akan berjalan baik, sangat kecil kemungkinan kegiatan selesai sebelum waktu ini. b. Waktu pesimis (pessimistic time)[b] Waktu pesimis yaitu waktu yang dibutuhkan suatu kegiatan dengan asumsi kondisi yang ada sangat tidak diharapkan atau juga dapat disebut sebagai Universitas Sumatera Utara 14 waktu maksimal yang diperlukan suatu kegiatan, situasi ini terjadi bila masih buruk terjadi. c. Waktu realistis (most likely time)[m] Waktu realistis yaitu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan yang paling realistis atau juga dapat disebut sebagai waktu normal untuk menyelesaikan kegiatan. Tujuan dari PERT adalah pencapaian suatu taraf tertentu dimana waktu merupakan dasar penting dari PERT dalam penyelesaian kegiata-kegiatan bagi suatu proyek. Dalam metode PERT dan CPM masalah utama yaitu teknik untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengan maksud pekerjaan-pekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya. a. Probabilitas Waktu Penyelesaian Proyek Pada pembahasan sebelumnya dipakai asumsi bahwa waktu kegiatan diketahui dan tidak berubah secara signifikan. Asumsi ini kadang-kadang tepat untuk beberapa situasi, akan tetapi ada beberapa situasi yang tidak sesuai. Konsekuensinya, situasi seperti itu memerlukan pendekatan probabilitas. Menurut Siswanto (2007) untuk menentukan waktu penyelesaian suatu kegiatan agar lebih realistik digunakan tiga macam taksiran waktu, yaitu : 1. Taksiran paling mungkin (most likely estimate)[m] Dimaksudkan sebagai taksiran waktu penyelesaian suatu kegiatan yang paling realistik. Secara statistik [m] adalah taksiran terhadap modus atau titik tertinggi dari distribusi waktu penyelesaian kegiatan. 2. Taksiran optimistik (optimistic estimate)[a] Dimaksudkan sebagai taksiran yang akan terjadi dengan kemungkinan 1/100 jika segala sesuatu berjalan dengan baik. Secara statistik [a] adalah taksiran batas bawah distribusi probabilitas. 3. Taksiran pesimistik (pessimistic estimate)[b] Dimaksudkan sebagai taksiran yang akan terjadi dengan kemungkinan 1/100 jika segala sesuatu berjalan dengan tidak semestinya. Secara statistik [b] adalah taksiran batas atas distribusi probabilitas. Universitas Sumatera Utara 15 Kedudukan tiga macam taksiran waktu penyelesaian tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Tiga macam taksiran waktu pada distribusi Beta Dari distribusi probabilitas ini, dapat diketahui nilai expected value dan variance dari distribusi tersebut untuk suatu tujuan tertentu. Dalam PERT expected value perlu diketahui karena expected value itu adalah nilai taksiran waktu penyelesaian kegiatan. Expected value dan variance dari model PERT tidak dapat dipenuhi oleh distribusi beta jika tidak ada hubungan tertentu yang sifatnya membatasi a, b, dan m. Selanjutnya karakteristik hubungan tersebut membuat titik tengah yang terletak pada (a+b)/2 sehingga expected value adalah rata-rata aritmatika terimbang dari nilai tengah dan modus. Oleh karena itu, expected value akan terletak pada 1/3 bagian antara modus dengan nilai tengah. Penjelasan tentang expected value, nilai tengah, a, m, dan b dalam distribusi Beta dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Expected value, nilai tengah, a, m, dan b dalam distribusi Beta Universitas Sumatera Utara 16 Kedudukan pada distribusi Beta sesungguhnya sangat tergantung pada nilai taksiran tiga macam waktu model PERT. Nilai taksiran tersebut akan menentukan bentuk dari distribusi Beta, sehingga akan ada tiga macam kemungkinan bentuk distribusi Beta, seperti yang terlihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Tiga macam kemungkinan hubungan antara a, b, m, dan Expected value akan terletak di sebelah kanan m jika kurva menceng ke kanan; sebaliknya akan terletak di sebelah kiri m jika kurva menceng ke kiri; dan akan terletak tepat pada m jika kurva simetrik. Secara teoritik, bentuk probability destiny function pada distribusi Beta dipengaruhi oleh [n] atau jumlah sampel dan [r] atau jumlah sampel yang sukses (proses binomial) - Jika r/n = ½ maka kurva simetris - Jika r/n < ½ maka kurva menceng ke kanan - Jika r/n > ½ maka kurva menceng ke kiri Expected value atau taksiran waktu penyelesain kegiatan, dengan notasi dapat ditentukan sebagai berikut: Selagi [a] dan [b] merupakan batas atas dan batas bawah distribusi probabilitas, maka standar deviasi (σ) dari [a] hingga [b] adalah 6, sehingga variance atau dari model ini adalah : Universitas Sumatera Utara 17 [ ] Untuk mengetahui kemungkinan mencapai target jadwal, dapat dilakukan dengan menghubungkan antara waktu target (t) dengan jumlah waktu kegiatan kritis ( ) yang dinyatakan dengan rumus : Angka merupakan angka probabilitas yang persentasenya dapat dicari dengan menggunakan tabel distribusi normal kumulatif . b. PERT Cost Analysis Walaupun PERT merupakan alat pengawasan dan pengendalian yang cukup handal, namun ada satu faktor terpenting yang terabaikan, yaitu biaya PERT cost analysis merupakan modifikasi PERT dengan melibatkan unsur biaya untuk perencanaan, pengawasan, dan pengendalian biaya proyek. Menurut Richard Chase & W.R King (1995) anggaran biaya proyek dibuat dengan prosedur sebagai berikut : 1. Identifikasi setiap biaya yang berkaitan dengan setiap aktivitas, kemudian jumlahkan untuk dijadikan sebuah anggaran. 2. Jika proyek itu besar, maka beberapa aktivitas dapat dijadikan sebuah paket kerja yang lebih besar. Paket kerja dimaksudkan sebagai kumpulan beberapa aktivitas yang hamper sejenis atau yang saling memiliki hubungan erat satu sama lain. 3. Konversikan anggaran biaya dari setiap aktivitas dalam satuan biaya per periode waktu. Asumsi yang berlaku adalah bahwa biaya tersebut tersebar rata pada setiap satuan waktu yang lebih kecil. 4. Gunakan ES dan LS untuk memperoleh gambaran berapa banyak dana yang akan dihabiskan dalam setiap satuan waktu untuk penyelesaian proyek pada suatu saat tertentu. Universitas Sumatera Utara 18 2.3.3 Bahasa dan Simbol Diagram Network Menurut Badri (1997) di dalam menyusun diagram network diperlukan simbolsimbol untuk menggambarkan pekerjaan-pekerjaan. Bentuk symbol yang sering digunakan dalam penggunaan diagram network adalah : No Simbol Keterangan Arrow, bentuknya merupakan anak panah yang artinya aktivitas kegiatan adalah suatu pekerjaan atau tugas dimana 1. penyelesaiannya membutuhkan “duration” (jangka waktu tertentu) dan “resources” (tenaga, equipment, material dan biaya) tertentu. Node/event, bentuknya merupakan lingkaran bulat yang artinya saat, peristiwa atau 2. kejadian : adalah permulaan atau akhir dari satu atau lebih kegiatan-kegiatan Double arrow, anak panah sejajar, 3. merupakan kegiatan di Lintasan Kritis (Critical Path). Dummy, bentuknya merupakan anak panah terputus-putus yang artinya kegiatan semu atau aktivitas semu : adalah bukan 4. kegiatan/aktivitas tetapi dianggap kegiatan/aktivitas, hanya saja tidak membutuhkan duration dan resource tertentu. Gambar 2.5 Bahasa atau Simbol Diagram Network Universitas Sumatera Utara 19 Menurut Badri (1997) sebelum menggambarkan diagram network ada beberapa hal yang perlu diingat, yaitu : - Panjang, pendek maupun kemiringan anak panah sama sekali tidak mempunyai arti, dalam pengertian letak pekerjaan, banyak duration maupun resource yang dibutuhkan. - Aktivitas-aktivitas apa yang mendahului dan aktivitas-aktivitas apa yang mengikuti. - Aktivitas-aktivitas apa yang dapat bersama-sama - Aktivitas-aktivitas itu dibatasi saat mulai dan saat selesai. - Waktu, biaya dan resources yang dibutuhkan dari aktivitas-aktivitas itu. - Kepala anak panah menjadi pedoman arah dari setiap kegiatan. - Besar kecilnya lingkaran juga tidak mempunyai arti, dalam pengertian penting tidaknya suatu peristiwa. 2.3.4 Hubungan antar Simbol dan Kegiatan Menurut Hayun (2005) hubungan antar simbol dan kegiatan dapat dinyatakan seperti berikut ini : 1. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai dan kegiatan C dimulai setelah kegiatan B selesai, maka hubungan antara kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.6 A B C Gambar 2.6 Kegiatan A pendahulu kegiatan B & kegiatan B pendahulu kegiatan C 2. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, maka dapat dilihat pada gambar 2.7 A C B Universitas Sumatera Utara 20 Gambar 2.7 Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C 3. Jika kegiatan A danj B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D maka dapat dilihat pada gambar 2.8 A C B D Gambar 2.8 Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D 4. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan B sudah selesai, maka dapat dilihat pada gambar 2.9 A C Dummy B D Gambar 2.9 Kegiatan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D Fungsi dummy ( ) di atas adalah memindahkan seketika itu juga (sesuai dengan arah panah) keterangan tentang selesainya kegiatan B. 5. Jika kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama, maka kita tidak boleh menggambarkannya seperti pada gambar 2.10 A B 2 1 C Gambar 2.10 Gambar yang salah bila kegiatan A, B, dan C Universitas Sumatera Utara 21 mulai dan selesai pada kejadian yang sama. Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus digambarkan dummy seperti pada gambar 2.11 2 2 A A B 1 4 atau C B 1 C 3 4 3 Gambar 2.11 Perbedaan kegiatan dengan menggunakan dummy 2.3.5 Langkah-langkah dalam menggunakan Network Planning Menurut Taha (1997) adalah tiga langkah dalam membuat network, yaitu : 1. Merencanakan suatu proyek - Analisis suatu proyek dengan menetapkan aktivitas individu mana yang harus dilakukan untuk menyelesaikan proyek. - Tunjukkan hubungan perencanaan dan aktivitas ini dalam suatu network (dimana panah dan lingkaran mewakili hubungan diantara aktivitas proyek). 2. Menjadwal proyek - Hitunglah berapa lama masing-masing aktivitas harus diselesaikan. - Lakukan perhitungan untuk menunjukkan jalur kritis. - Gunakan informasi tentang jalur kritis ini untuk menentukan jadwal yang lebih ekonomis dan efisien. 3. Monitor Proyek - Gunakan perencanaan dan penjadwalan untuk mengontrol dan memonitor kemajuan. - Reviasi penjadwalan selama pelaksanaan proyek, jadi penjadwalan akan menunjukkan (menggambarkan) rencana dan status kemajuan yang sekarang. 2.3.6 Pendekatan AOA dan AON dalam Network Planning Universitas Sumatera Utara 22 Menurut Heizer dan Render (2006), ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek, yaitu kegiatan-pada-titik (activity-on-node – AON) dan kegiatan-pada-panah (activity-on-arrow – AOA). Pada pendekatan AON, titik menunjukkan kegiatan, sedangkan pada AOA, panah menunjukkan kegiatan. Pontas M. Pardede (2005) mengemukakan perbedaan AOA dan AON yang digunakan dalam network planning adalah sebagai berikut : a. AOA (activity on arrow) Pada jaringan panah atau jaringan AOA, setiap kegiatan ditunjukkan dengan sebuah titik atau lingkaran. Titik-titik atau lingkaran tersebut dihubungkan dengan tanda panah yang berarti bahwa dua peristiwa yang berurutan dihubungkian dengan satu panah. Panah ini menunjukkan kegiatan yang mengantarai kedua peristiwa yang bersangkutan. 2 D 4 A F 6 B 1 C E G 3 5 Gambar 2.12 Jaringan panah atau jaringan AOA. b. AON (activity on node) Pada jaringan titik atau jaringan AON, setiap kegiatan ditunjukkan dengan satu titik atau satu lingkaran sedangkan tanda panah menunjukkan hubunganhubungan prasyarat penerus untuk setiap kegiatan. Dengan kata lain, dua kegiatan dihubungkan oleh panah yang menunjukkan urutan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut. B D F C E G A Universitas Sumatera Utara 23 Gambar 2.13 Jaringan titik atau jaringan AON 2.4 Lintasan Kritis 2.4.1 Definisi Lintasan Kritis Menurut Badri (1997) lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan penyelesaian proyek secara keseluruhan. Lintasan kritis digambarkan dengan dua garis anak panah yang sejajar. Lintasan kritis digunakan untuk mengetahui: a. Penundaan pekerjaan pada “Lintasan Kritis”, menyebabkan seluruh proyek tertunda penyelesaiannya. b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada di lintasan kritis dapat dipercepat. c. Pengawasan/Control hanya “diketatkan” di lintasan kritis saja, maka pekerjaanpekerjaan di jalur kritis : - Perlu pengawasan ketat agar tidak tertunda. - Kemungkinan di trade off dengan crash program : dipersingkat waktunya dengan biaya tambahan biaya (lembur). d. Time Slack ( kelonggaran waktu) terdapat pada pekerjaan- pekerjaan yang tidak dilalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer untuk merealokasi/memindahkan tenaga kerja, alat-alat, dan biaya-biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis demi efisiensi. 2.4.2 Mencari Lintasan Kritis Heizer dan Render (2006) menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri atas forward pass (perhitungan maju) dan backward pass (perhitungan mundur). ES dan EF ditentukan selama forward pass, LS dan LF ditentukan selama backward pass. Menurut Richard Chase & W.R King (1995) Jalur kritis dapat dicari dengan terlebih dahulu menghitung earliest start (ES), latest start (LS), earliest finish (EF), dan latest finish (LF). - ES (earliest start) adalah waktu memulai suatu pekerjaan yang tercepat tanpa harus mengganggu penyelesaian pekerjaan yang mendahuluinya. - EF (earliest finish) adalah waktu menyelesaikan suatu pekerjaan tercepat. Universitas Sumatera Utara 24 - LS (latest start) adalah waktu yang paling lambat untuk memulai suatu pekerjaan tanpa harus menunda waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. - LF (latest finish) adalah waktu yang paling lambat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa harus menunda waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. Untuk menghitung ES dan EF seluruh pekerjaan, dimulai dari awal sampai akhir proyek (forward pass). Formula untuk mencari EF adalah sebagai berikut : Untuk menghitung LS dan LF dimulai dari akhir proyek menuju awal proyek (backward pass). Formula untuk mencari LS adalah sebagai berikut : Untuk selanjutnya adalah mengidentifikasi setiap aktivitas yang termasuk ke dalam jalur kritis. Operasinya dengan menghitung slack time (waktu menganggur), formula yang digunakan adalah : Slack adalah waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan. Kegiatan slack = 0 disebut sebagai kegiatan kritis (critical activities) dan berada pada jalur kritis. Menurut Sudarmo (1998) Jalur kritis mempunyai sifat atau ciri-ciri sebagai berikut: - Jalur kritis merupakan jalur yang memakan waktu terpanjang dalam proses produksi. - Jalur kritis adalah jalur yang tidak memiliki tenggang waktu kegiatan antara waktu selesainya suatu tahap kegiatan dengan waktu mulainya suatu tahap kegiatan yang lain dalam proses produksi. Tidak adanya tenggang waktu tersebut merupakan sifat kritis dari jalur kritis, dan oleh karena itulah jalur itu disebut jalur kritis. Dengan tidak adanya tenggang waktu tersebut maka setelah pekerjaan selesai, harus segera dilanjutkan oleh kegiatan berikutnya, jadi tidak boleh ada waktu istirahat antara selesainya suatu kegiatandengan kegiatan berikutnya. Universitas Sumatera Utara 25 Apabila terjadi tenggang waktu, maka akan terjadi penundaan waktu pada penyelesaian seluruh kegaitan proses produksi. Berdasarkan sifat dan ciriciri jalur kritis di atas, kita akan dapat mengetahui jalur kritis pada suatu diagram network. Dengan mengetahui jalur kritis atau lintasan kritis akan memberikan kegunaan sebagai berikut (Badri) : - Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis atau jalur kritis akan menyebabkan penundaan penyelesaian pekerjaan. - Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada lintasan kritis dapat dilakukan percepatan. - Pengawasan atau control dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungjkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya lembur. - Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan baiya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien. 2.5 Persamaan dan Perbedaan CPM dan PERT 2.5.1 Persamaan CPM dan PERT CPM dan PERT sama-sama digunakan dalam perencanaan dan pengendalian proyek. Keduanya mendeskripsikan aktifitas-aktifitas proyek dalam jaringan kerja. Dan dari jaringan tersebut, mampu dilakukan berbagai analisis untuk pengambilan keputusan tentang wkatu, biaya, serta penggunaan sumber daya. 2.5.2 Perbedaan CPM dan PERT Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan CPM dan PERT adalah sebagai berikut : 1. Pada PERT digunakan tiga estimasi waktu pengerjaan, yaitu waktu optimis, waktu pesimis, dan waktu realistis, sedangkan pada CPM hanya menggunakan Universitas Sumatera Utara 26 satu estimasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek. 2. PERT didasarkan pada taksiran probababilistik waktu aktifivitas yang menghasilkan suatu lintasan probabilistik melalui jaringan kerja aktivitas dan waktu penyelesaian proyek, sebaliknya CPM menggunakan waktu aktivitas konstan dan deterministik. 3. PERT menekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan CPM menekankan tepat biaya. 4. Pada PERT tanda anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil), sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan. Universitas Sumatera Utara