PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1. Gambaran Kondisi Umum Daerah 2.1.1. Aspek Geografi 2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Wilayah Administrasi Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan, yakni Kecamatan Poto Tano dengan Luas 15,888 ha yang terdiri dari 8 desa, Kecamatan Seteluk dengan luas wilayah 23.621 ha yang terdiri dari 10 desa, Kecamatan Brang Rea dengan Luas mencapai 21.207 ha yang terdiri dari 9 desa, Kemudian Kecamatan Brang Ene dengan luas wilayah 14.090 ha yang terdiri dari 6 desa, Kecamatan Taliwang sebagai Ibu Kota Kabupaten memiliki luas wilayah 37.593 ha yang terdiri dari 7 Kelurahan dan 8 desa, selanjutnya Kecamatan Jereweh memiliki luas 26.019 ha yang terdiri dari 4 desa, Kecamatan Maluk dengan luas wilayah 9.242 ha yang terdiri dari 5 desa dan Kecamatan Sekongkang yang terletak di ujung Selatan Kab. Sumbawa Barat memiliki luas wilayah 37.242 ha yang terdiri dari 7 desa. Wilayah daratan Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2015 seluas 184.902 ha, mencakup delapan Kecamatan dengan urutan dari yang terluas hingga tersempit adalah Kecamatan Taliwang 20,33%, Kecamatan Sekongkang 20,14%, Kecamatan Jereweh 14,07%, Kecamatan Seteluk 12,77%, Kecamatan Brang Rea 11,47%, Kecamatan Poto Tano 8,59%, Kecamatan Brang Ene 7,62% dan Kecamatan Maluk sebesar 5,00% dari luas Kabupaten. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 1 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Tabel 2.1: Luas Wilayah dan Luas Daerah Terbangun dirinci Perkecamatan Tahun 2015 Luas Wilayah No Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan /Desa Administrasi Terbangun Ha (%) terhadap total administrasi Ha (%) terhadap luas administrasi 1 Sekongkang 7 37.242,00 20,15 79.12 18.77 2 Jereweh 4 26.019,00 14,08 55.28 13.11 3 Maluk 5 9.242,00 5,00 19.64 4.66 4 Taliwang 15 37.593,00 20,34 79.87 18.95 5 Brang Ene 6 14.090,00 7,62 29.94 7.10 6 Brang Rea 9 21.109,00 11,42 45.06 10.69 7 Seteluk 10 23.621,00 12,78 50.18 11.90 8 Poto Tano 8 15.888,00 8,60 62.46 14.82 64 184.804,00 100,00 421,55 421.55 TOTAL Sumber: Sumbawa Barat Dalam Angka 2015 & Peta Citra RTRW KSB 2015 Selain luas administrasi yang dimiliki diatas, wilayah Kabupaten Sumbawa Barat juga berbatasan dengan beberapa daerah diantaranya sebagai berikut : 1. Batas Utara berbatasan dengan Kecamatan Alas Barat dan Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batu Lanteh dan Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan 4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Selat Alas. Tabel 2.2 : Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sumbawa Barat No Nama Kecamatan 1 Sekongkang 2 3 Jereweh Maluk Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat Ibu Kota Sekongkang Bawah Beru Benete Kelurahan Desa Dusun/ Lingkungan - 7 21 - 4 5 15 17 BAB II - 2 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 4 5 6 Taliwang Brang Ene Brang Rea 7 Seteluk 8 Poto Tano Jumlah Kuang Manemeng Tepas Seteluk Tengah Senayan 7 - 8 6 9 57 18 32 - 10 32 7 8 57 27 219 Sumber: Review MPSS KSB 2014 Peta 2.1: Cakupan Wilayah Kajian SSK Kabupaten Sumbawa Barat Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 3 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 2.1.1.2.Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu kabupaten baru di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kabupaten ini di bentuk berdasarkan Undang-Undang No. 30 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat (Kabupaten Sumbawa Barat). Lokasi Sumbawa Barat berada di ujung barat pulau Sumbawa, sekaligus sebagai pintu gerbang dari pulau Lombok menuju pulau Sumbawa. Kabupaten Sumbawa Barat sebagai salah satu daerah dari sembilan kabupaten/kota yang berada pada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak di ujung barat Pulau Sumbawa, tepatnya antara 08º29’ dan 9º07’ Lintang Selatan dan antara 116º42’ sampai dengan 117º05’ Bujur Timur. 2.1.1.3.Topografi Keadaan topografi wilayah Kabupaten Sumbawa Barat cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang curam sampai sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter diatas permukaan laut (dpl). Sebagian besar wilayah Sumbawa Barat merupakan daerah dengan topografi sangat curam seluas 93.102 Ha (50,36%) dengan kemiringan lebih dari 40%. Kabupaten Sumbawa Barat memiliki lahan datar seluas 21.822 Ha (11,80%) dengan kemiringan 0 – 2%, dan lahan bergelombnag seluas 16.369 Ha (8,85%) dengan kemiringan 2% - 15%. Berdasarkan luas penggunaan lahan, topografi lahan yang sangat curam mempengaruhi struktur penggunaan lahan di Sumbawa Barat. Lebih dari 50% lahan di Sumbawa Barat memiliki topografi yang curam seluas 53.609 Ha (28.99%) dengan kemiringan 15% hingga diatas 40%. Hal inilah yang menyebabkan persentase lahan sawah di Sumbawa Barat hanya mencapai 6,29%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel 2.3 : Keadaan Tofografi Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015 No. Keadaan Tofografi 1. 2. 3. 4. Kemiringan Lahan (%) 0 – 2,00 2,01 – 15,00 15,01 – 40,00 > 40,00 - Datar Bergelombang Curam Sangat Curam Total Kabupaten Sumbawa Barat Sumber: Sumbawa Barat Dalam Angka 2015. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat Luas (ha) 21.822 16.369 53.609 93.102 184.902 Luas (%) 11,80 8,85 28,999 50,35 100,00 BAB II - 4 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Topografi yang semakin datar dan bergelombang sebagian besar digunakan untuk lokasi permukiman dan lahan pertanian, sedang topografi yang semakin curam hingga sangat curam sebagian besar merupakan kawasan hutan yang berfungsi untuk melindungi kawasan sekitarnya yang lebih rendah. Sebagian besar wilayah Sumbawa Barat masih berupa hutan Negara yang tersebar di dataran tinggi berupa perbukitan yang mengelilingi wilayah Sumbawa Barat. 2.1.1.4.Klimatologi Kabupaten Sumbawa Barat beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata tahun 2013 adalah antara 126,30 – 218,20 mm setiap bulannya, dimana curah hujan tertinggi terjadi pda bulan Desember yang mencapai 802 mm. Rata – rata lama penyinaran matahari pada tahun 2013 mencapai 77,50% dengan kecepatan angin rata – rata 5,10 knots. Berikut ini adalah rincian temperatur dan kelembaban di Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2011. Tabel. 2.4 : Temperatur dan Kelembaban Menurut Bulan di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015 Temperatur Bulan Kelembaban Maks Min Januari 31,8 22,8 89 Februari 32,9 22,9 87 Maret 33,8 22,3 85 April 34 22 82 Mei 35 21 82 Juni 33 22 84 Juli 33 18,7 76 Agustus 34 18,6 72 September 35,4 19,4 68 Oktober 37,1 21 70 November 36,4 22,2 78 Desember 31,5 24,1 85 Rata-rata 34 21,4 79,8 Sumber: Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat dalam BPS Sumbawa Barat Dalam Angka, 2015 Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 5 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 2.1.1.5.Penggunaan Lahan Dilihat dari jenis lahan, Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari tanah sawah/wetland dan tanah kering dengan luas total 184.902 Ha. Adapun rincian pemanfaatan lahan tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 2.5 : Rincian Sebaran Penggunaan Lahan di KSB Tahun 2010 - 2014 No. Jenis Penggunaan I. 1 2 3 4 Tanah/Lahan Sawah: Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Rawa Pasang Surut Rawa Lebak Sub Total Tanah/Lahan Kering: Tegal/Kebun Ladang/Huma Perkebunan Ditanami Pohon/Hutan Rakyat Padang Rumput/ Pengembalaan Sementara Tidak Diusahakan Lain-lain (pekarangan, hutan, Negara, jalan, sungai, dll) Jumlah/Total II. 1 2 3 4 5 6 7 2010 2011 2012 2013 2014 9 405 5 669 1 655 0 0 9 705 7 750 1 955 0 0 1 1105 8 780 2 325 0 0 1 1149 8 279 2 805 0 65 1 1625 9 100 2 525 0 0 175 497 7 460 3 046 5 332 175 197 7 360 2 946 5 332 173 797 6 730 2 396 5 332 173 753 6 555 1 859 5 581 173 277 6 429 2 394 5 232 3 179 3 179 2 879 2 880 2 879 2 610 2 610 2 685 2 679 2 685 2 407 2 307 2 307 2 733 2 334 151 463 151 463 151 468 151 466 151 902 184 902 184 902 184 902 184 902 184 902 Sumber: Sumbawa Barat Dalam Angka 2015. Lahan sawah, baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan umumnya dimanfaatakan untuk usaha tani padi dan palawija. Lahan kering yang digunakan untuk kegiatan pertanian dalam arti luas berupa: tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, ditanami pohon/hutan rakyat, padang rumput/pengembalaan, belum dimanfaatkan secara intensif dan lain – lain. Sebagian lahan Kabupaten Sumbawa Barat digunakan sebagai lokasi obyek Wisata Alam. Dalam lima tahun terakhir berkembang cukup pesat seiring dengan beroperasinya berbagai perusahaan dan pelaksanaan pembangunan. Jumlah lokasi obyek wisata alam yang potensial di KSB tahun 2014 sebanyak 32 lokasi, terdiri atas 13 obyek wisata pantai dan 19 obyek wisata alam darat dan air (Dinas ESDM Budpar KSB, 2015). Selain jenis lahan di atas, Kabupaten Sumbawa Barat memiliki pulau-pulau kecil yang terdapat di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 6 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Sekongkang, Taliwang, dan PotoTano yang masing-masing 2(dua), 6 (enam), dan 8 (delapan). Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Gili Runtung dan Batu Lawang di Kecamatan Sekongkang, Pulau Gili Puyung, Batu Rusung, GiliKratu, Dua, Sarang, dan Sui di Kecamatan Taliwang, serta Pulau Belang, Kambing, Paseran, Namuk, Kalong, Kenawa, Batu Besar, dan Mendaki di Kecamatan PotoTano. Pulau-pulau tersebut berukuran kecil yang secara ekologis terpisah dari main land nya. Tidak ada penduduk tetap yang menempati pulau-pulau tersebut akan tetapi sebagian dari pulau tersebut telah dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat untuk kegiatan budidaya, seperti budidaya mutiara, rumput laut, penangkapan ikan, tempat pengambilan sarang burung walet, serta pengambilan hasil hutan kayu dan non-kayu. Lahan di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat juga ada yang dimanfaatkan sebagai lokasi objek wisata alam. Dalam 4 (empat) tahun terakhir ini objek wisata alam tersebut berkembang cukup pesat seiring dengan beroperasinya perusahaan pertambangan emas, yakni PT. NNT, di wilayah tersebut. Adapun objek wisata tersebut diantaranyaa dalah Pantai Pasir Putih PotoTano, Pantai Poto Batu dan Balat di Taliwang, Pantai Jelenga di Jereweh, Pantai Maluk di Maluk, Pantai Sekongkang, dan Danau/Lebo Taliwang. 2.1.2. Aspek Demografi Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa Barat telah mencapai 129.724 jiwa terdiri dari 58.170 laki-laki dan 56.584 perempuan. Dengan melihat luas wilayah Kabupaten Sumbawa Barat sekitar 1.849,02 km2 maka rata-rata kepadatan penduduk KSB adalah sebanyak 62 orang per-km2 dengan rincian sebagaimana terlihat dalam tabel 2.15 sebagai berikut: Tabel 2.6 : Jumlah Penduduk KSB Per-Kecamatan dan Jenis Kelamin No Kecamatan Penduduk (jiwa) Lakilaki Perempuan Jumlah % Sex Rasio Luas (Km2) Kepadatan (Jiwa/Km2) 1. Sekongkang 4,687 4,504 9,191 7.09 104 372.42 24.68 2. Jereweh 4,712 4,750 9,462 7.29 99 260.19 36.37 3. Maluk 6,950 6,375 13,325 10.27 109 92.42 144.18 Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 7 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 4. Taliwang 25,062 24,733 49,795 38.39 101 375.93 132.46 5. Brang Ene 2,917 2,861 5,778 4.45 102 140.90 41.01 6. Brang Rea 7,241 6,919 14,160 10.92 105 212.07 66.77 7. Seteluk 8,820 8,665 17,485 13.48 102 236.21 74.02 8. Poto Tano 5,338 5,190 10,528 8.12 103 158.88 66.26 Jumlah 65,727 63,997 129,724 100 1,849.0 2 Sumber: Sumbawa Barat Dalam Angka 2015 2.1.3. Proyeksi Penduduk Laju pertumbuhan penduduk merupakan elemen dasar dalam proses proyeksi penduduk. Berdasarkan karakteristik perkembangan laju pertumbuhan penduduk, akan dapat diperkirakan kecenderungan (trend) pola perkembangan penduduk. Selanjutnya dapat disajikan skenario pengembangan kependudukan Kabupaten Sumbawa Barat, yaitu skenario proyeksi jumlah penduduk berdasarkan pertimbangan pola kecenderungan perkembangan jumlah penduduk pada masa yang lalu (rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumbawa Barat per tahun selama lima tahun terakhir sebesar 2,8 %. Jika diasumsikan persentase pertumbuhan penduduk ini sama dengan trend dalam pertumbuhan penduduk pada 5 tahun kedepan, maka proyeksi penduduk Kabupaten Sumbawa Barat hingga Tahun 2020 dengan menggunakan persamaan geometrik : Pt = P0 (1+ r)t = P0 x (exp(r x t)) r = (1/t) x ln (Pt/P0) dimana : Pt : jumlah penduduk pada tahun ke t P0 : jumlah penduduk pada tahun awal r : rata-rata laju pertumbuhan t : jumlah selisih tahun proyeksi Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 8 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Untuk lebih jelasnya laju pertumbuhan penduduk dan jumlah KK yang diprroyeksikan hingga 5 tahun ke depan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 9 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Tabel 2.7 : Jumlah Penduduk Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Kab. Sumbawa Barat 2015 – 2021 Jumlah Penduduk Nama No Kecamatan 2015 Jiwa 1 2 3 4 5 6 7 8 2017 Jiwa Wilayah Perkotaan Wilayah Pedesaan Total Tahun Tahun Tahun 2018 Jiwa 2019 Jiwa 2020 Jiwa 2021 Jiwa 2015 Jiwa 2017 Jiwa 2018 Jiwa Sekongkang 1,579 1,615 1,634 1,652 1,671 1,690 7,612 7,786 7,875 Jereweh 2,519 2,678 2,762 2,848 2,936 3,028 6,943 7,382 7,612 Maluk 3,169 3,349 3,443 3,540 3,639 3,741 10,156 10,734 11,035 Taliwang 34,652 36,807 37,933 39,095 40,292 41,526 15,143 16,085 16,577 Brang Ene 1,313 1,399 1,444 1,491 1,539 1,589 4,465 4,758 4,912 Brang Rea 2,068 2,201 2,271 2,343 2,417 2,494 12,092 12,871 13,279 Seteluk 4,438 4,729 4,881 5,039 5,201 5,369 13,047 13,902 14,351 Poto Tano 1,436 1,531 1,581 1,633 1,686 1,741 9,092 9,696 10,012 2019 Jiwa 2020 Jiwa 2021 Jiwa 2015 Jiwa 2017 Jiwa 2018 Jiwa 2019 Jiwa 2020 Jiwa 2021 Jiwa 7,965 7,849 11,345 17,085 5,071 13,700 14,813 10,339 8,055 8,093 11,663 17,608 5,234 14,134 15,291 10,677 8,147 8,345 11,990 18,147 5,403 14,583 15,784 11,026 9,191 9,462 13,325 49,795 5,778 14,160 17,485 10,528 9,402 10,060 14,083 52,891 6,157 15,072 18,631 11,227 9,509 10,374 14,478 54,511 6,356 15,550 19,232 11,594 9,617 10,696 14,884 56,180 6,562 16,043 19,852 11,972 9,726 11,029 15,302 57,900 6,774 16,552 20,493 12,363 9,837 11,373 15,731 59,673 6,992 17,076 21,154 12,767 Sumber: Kabupaten Dalam Angka 2015 dan Hasil Analisa 2016 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Proyeksi dengan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2021 (lima tahun mendatang) adalah Kecamatan Taliwang dengan jumlah estimasi sebesar 59,673 orang dan paling sedikit pada tahun 2021 (lima tahun mendatang) adalah Kecamatan Brang Ene dengan jumlah estimasi 6,992 orang. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 10 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Tabel 2.8 : Jumlah KK Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Kab. Sumbawa Barat 2015 – 2021 Jumlah Penduduk Nama Wilayah Perkotaan Wilayah Pedesaan Total Tahun Tahun Tahun No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 Sekongkang Jereweh Maluk Taliwang Brang Ene Brang Rea Seteluk Poto Tano 2015 KK 2017 KK 2018 KK 2019 KK 2020 KK 2021 KK 2015 KK 2017 KK 2018 KK 2019 KK 2020 KK 2021 KK 2015 KK 2017 KK 2018 KK 2019 KK 2020 KK 2021 KK 395 630 792 8,663 328 517 1,110 359 404 670 837 9,202 350 550 1,182 383 408 690 861 9,483 361 568 1,220 395 413 418 423 1,903 712 734 757 1,736 885 910 935 2,539 9,774 10,073 10,381 3,786 373 385 397 1,116 586 604 623 3,023 1,260 1,300 1,342 3,262 408 422 435 2,273 1,947 1,846 2,683 4,021 1,190 3,218 3,476 2,424 1,969 1,903 2,759 4,144 1,228 3,320 3,588 2,503 1,991 1,962 2,836 4,271 1,268 3,425 3,703 2,585 2,014 2,023 2,916 4,402 1,309 3,534 3,823 2,669 2,037 2,298 2,350 2,377 2,404 2,432 2,459 2,086 2,366 2,515 2,593 2,674 2,757 2,843 2,997 3,331 3,521 3,620 3,721 3,825 3,933 4,537 12,449 13,223 13,628 14,045 14,475 14,918 1,351 1,445 1,539 1,589 1,640 1,693 1,748 3,646 3,540 3,768 3,887 4,011 4,138 4,269 3,946 4,371 4,658 4,808 4,963 5,123 5,288 2,756 2,632 2,807 2,898 2,993 3,091 3,192 Sumber: Kabupaten Dalam Angka 2015 dan Hasil Analisa 2016 Sedangkan untuk proyeksi jumlah Kepala Keluarga terbanyak pada tahun 2021 (lima tahun mendatang) adalah Kecamatan Taliwang sebanyak 14,918 Kepala Keluarga dan jumlah Kepala Keluarga paling sedikit pada tahun 2021 (lima tahun mendatang) adalah Kecamatan Brang Ene sebanyak 1,748 Kepala Keluarga. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 11 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Tabel 2.9 : Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun Luas Lahan Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Proyeksi (jiwa/Ha) Terbangun Tahun Tahun Nama No Kecamatan Ha 1 2 3 4 5 6 7 8 Sekongkang Jereweh Maluk Taliwang Brang Ene Brang Rea Seteluk Poto Tano 84.91 55.28 19.64 79.87 29.94 45.06 50.18 62.46 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020 2021 1.13 3.07 2.77 3.02 3.18 3.12 2.11 3.21 1.13 3.07 2.77 3.02 3.18 3.12 2.11 3.21 1.13 3.07 2.77 3.02 3.18 3.12 2.11 3.21 110.73 181.99 717.23 662.22 205.69 334.52 348.37 179.73 111.99 187.66 737.35 682.50 212.33 345.13 355.81 185.60 113.26 193.50 758.04 703.39 219.19 356.07 363.42 191.66 114.55 199.52 779.31 724.93 226.27 367.36 371.18 197.92 115.86 205.73 801.17 747.13 233.58 379.01 379.11 204.39 Sumber: Kabupaten Dalam Angka 2015 dan Hasil Analisa 2016 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan penduduk dengan asumsi prosentasi (%) tetap sampai tahun 2021 (lima tahun mendatang) adalah Kecamatan Brang Ene tertinggi prosentasi nya yaitu 3.18% dan Kecamatan dengan terendah prosentasi pertumbuhan penduduk nya adalah Kecamatan Sekongkang yaitu 1.13 %.Sedangkan untuk proyeksi kepadatan penduduk tertinggi (orang per kilometer persegi nya) sampai dengan tahun 2021 (lima tahun mendatang) adalah Kecamatan Maluk yaitu 801.17 orang/Ha sedangkan untuk proyeksi kepadatan penduduk sampai tahun 2021 (lima tahun mendatang) adalah Kecamatan Sekongkang menempati urutan tersedikit yaitu 115.86 orang/Ha. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 12 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 13 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 2.1.4. Penduduk Miskin Tabel 2.10 : Jumlah Penduduk Miskin Dalam di Kabupaten Sumbawa Barat No Jumlah Penduduk Miskin Nama Kecamatan KK 1 Sekongkang 762 2 Jereweh 824 3 Maluk 456 4 Taliwang 2,974 5 Brang Ene 277 6 Brang Rea 662 7 Seteluk 2,573 8 Poto Tano 1,967 Sumber: Data BPMPdes Dari tabel di atas tentang jumlah penduduk miskin per Kecamatan dapat diketahui jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu Kecamatan Taliwang dengan jumlah penduduk miskin 2,974 Rumah Tangga (KK) dari 12,375 Rumah Tangga (KK) atau setara dengan 20,80%. Sedangkan jumlah penduduk miskin paling sedikit terdapat di Kecamatan Brang Ene yaitu 277 Rumah Tangga (KK) dari 1,819 Rumah Tangga (KK) atau setara dengan 15.23%. 2.1.5. Aspek Pelayanan Umum 2.1.6. Kebijakan Penataan Ruang 2.1.6.1.Rencana Struktur Ruang Setiap wilayah yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat memiliki potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan dan kegiatan sosial ekonomi yang beragam. Dalam rangka mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah, maka diperlukan adanya intervensi yang dapat memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap wilayah sesuai dengan potensi, hambatan dan tantangannya dalam bentuk suatu rencana struktur yang mempunyai hirarki keruangan. Rencana struktur yang dikembangkan tersebut akan mengoptimalkan masing – masing wilayah sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan antara wilayah satu terhadap wilayah yang lainnya. Apabila Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 14 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT sistem pemenuhan kebutuhan terjadi dalam jangka panjang berarti sistem perekonomian wilayah dapat berjalan sesuai dengan harapan dan perkembangan ekonomi dapat terwujud. Rencana struktur ruang mewujudkan hirarki pusat pelayanan wilayah meliputi sistem pusat – pusat perkotaan dan perdesaan, pusat – pusat permukiman, hirarki sarana dan prasarana, serta sistem jaringan jalan. Pengembangan wilayah bagian Utara yang meliputi kecamatan Seteluk dan kecamatan Poto Tano adalah disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang dimiliki wilayah tersebut. Kecamatan Poto Tano merupakan pintu gerbang menuju Kabupaten Sumbawa Barat. Wilayah ini menunjukkan karakteristik yang sangat beragam. Mengingat lokasi pelabuhan berada di daerah tersebut maka berpotensi membangkitkan berbagai kegiatan perekonomian antara lain industri, pergudangan, jasa dan perdagangan. Wilayah Utara sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah industri, pergudangan, perdagangan dan jasa. Pengembangan wilayah bagian Tengah yang meliputi Kecamatan Taliwang yang merupakan ibukota kabupaten, kecamatan Brang Ene, dan kecamatan Brang Rea adalah mutlak dilakukan, mengingat wilayah ini merupakan jantung Kabupaten Sumbawa Barat dengan fungsi utamanya sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian (jasa dan perdagangan). Wilayah ini diharapkan dapat menjadi pemicu terhadap perkembangan bagian wilayah lainnya, karena memiliki dukungan infrastruktur yang memadai. Sementara pengembangan wilayah bagian Selatan yang meliputi kecamatan Maluk, Kecamatan Jereweh dan kecamatan Sekongkang, disesuaikan dengan karakteristik wilayah yang berorientasi pada kegiatan utamanya adalah pertambangan. Sebagian wilayah ini berkembang karena adanya kegiatan pertambangan PT. Newmont Nusa Tenggara, terutama di kawasan Maluk, dimana saat ini telah berkembang kegiatan perdagangan dan jasa skala sub wilayah. Namun beberapa kawasan lain di bagian selatan kondisinya saat ini boleh dikatakan masih terisolir karena belum didukung dengan prasarana jalan yang memadai. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 15 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Sistem perkotaan di kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari : 1. Sistem perkotaan wilayah Provinsi yang ada di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, yaitu : a. Kota Taliwang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) Taliwang sebagai Ibukota Kabupaten Sumbawa Barat, dalam struktur tata ruang provinsi ditetapkan sebagai PKWp (Pusat Kegiatan Wilayah Promosi). Saat ini Kota Taliwang merupakan ibukota kabupaten Sumbawa Barat dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan dan pusat jasa dan perdagangan. Fungsi lain yang mendukung Kota Taliwang sebagai PKWp adalah sebagai simpul transportasi, pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta pusat pelayanan umum dan sosial skala regional dan atau kabupaten. b. Perkotaan Jereweh sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Jereweh dalam struktur tata ruang provinsi ditetapkan sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal), namun sesuai dengan kondisi yang ada saat ini dan perkembangan kedepan orientasi kegiatan di wilayah ini lebih mengarah ke Maluk yang relatif lebih lengkap fasilitasnya dan lebih maju karena adanya pertambangan skala internasional PT. NNT di wilayah ini. c. Perkotaan Poto Tano sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Poto Tano dalam struktur tata ruang provinsi ditetapkan sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal) dengan didukung adanya pelabuhan Poto Tano, yang saat ini berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota. 2. Sistem perkotaan wilayah Kabupaten, yaitu : a. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) berada di : 1) Perkotaan Maluk Maluk merupakan kecamatan yang terletak di bagian selatan kabupaten Sumbawa Barat yang relatif lebih berkembang dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan disekitarnya. Hal ini Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 16 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT disebabkan karena di kecamatan ini terdapat lokasi pertambangan skala internasional PT. NNT dan didukung pula dengan adanya pelabuhan khusus Benete yang menghubungkan kabupaten Sumbawa Barat dengan kabupaten Lombok Timur (pulau Lombok). 2) Perkotaan Seteluk Seteluk merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara kabupaten Sumbawa Barat yang relatif lebih berkembang dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan disekitarnya. Hal ini disebabkan karena kecamatan ini memiliki lokasi yang strategis yaitu berdekatan dengan Ibukota Kabupaten dan Pelabuhan Poto Tano serta memiliki potensi lahan pertanian yang relatif subur. b. Ibukota Kecamatan lainnya, yaitu Brang Ene, Brang Rea, dan Sekongkang dijadikan sebagai PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa di sekitarnya. c. Desa-desa pusat pertumbuhan (DPP) dijadikan sebagai PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan), merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Desa-desa tersebut adalah desa Senayan, Kokarlian, Seteluk Atas, Ai Suning, Kertasari, Labuhan Lalar, Beru, Muhajirin, Jelenga, Benete, Ai Kangkung dan Talonang. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumbawa Barat dapat dilihat pada peta dibawah ini. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 17 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Peta 2.2: Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumbawa Barat Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 18 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2.1.6.2. Rencana Pola Ruang Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumbawa Barat meliputi rencana sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya, jenis kawasan, lokasi serta luasan, arahan pengembangan, serta penanganan dan pengelolaan kawasan yaitu upaya penanganan dan pengaturannya, hal ini lebih diperlukan bila terdapat konfik peruntukkan. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Jenis dan Kriteria Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melidungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan pertimbangan kondisi fisik wilayah meliputi kelerengan, ketinggian, curah hujan, jenis tanah, erodibilitas serta ketebalan top soil, di Kabupaten Sumbawa Barat direncanakan : Berdasarkan kajian penetapan kawasan lindung yang dilakukan, maka penambahan kawasan resapan air sekaligus dapat dibudidayakan perkebunan tanaman tahunan/tanaman keras dapat dilakukan secara bertahap. Adapun wilayah yang memerlukan pengembangan hutan atau perkebunan ini meliputi: (1) Kecamatan Seteluk (2) Kecamatan Jereweh (3) Kecamatan Brang Rea (4) Kecamatan Sekongkang Kawasan Hutan Lindung Hutan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan. Hutan lindung di Kabupaten Sumbawa Barat seluas ± 66.311,06 ha (RTRW Provinsi ± 66.230,71 ha) yang berada di : A. KPH Brang Rea : (1) Puncak Ngengas RTK 60 seluas ± 3.411,00 ha (2) Selalu Legini RTK 59 seluas ± 13.941,24 ha (3) Olat Lemusung RTK 91 seluas ± 7.778,90 ha Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 19 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT (4) Pantai Alas RTK 74 2016 seluas ± 464,10 ha B. KPH Mataiyang : (5) Selalu Legini RTK 59 seluas ± 21.999,71 ha C. KPH Sejorong : (6) Selalu Legini RTK 59 seluas ± 17.115 ha Kawasan Yang Memberi Perlindungan Kawasan Bawahannya 1. Kawasan Bergambut Di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat tidak ada Kawasan Bergambut. 2. Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air pada dasarnya memiliki fungsi sebagai kawasan lindung terbatas atau sebagai kawasan lindung lainnya. Kawasan resapan air ini dapat berupa perkebunan tanaman tahunan ataupun hutan. Kawasan ini dapat dikembangkan sebagai areal perkebunan tanaman keras yang dimanfaatkan adalah hasil buah bukan kayunya, sehingga masih tetap memiliki fungsi lindung. Kawasan ini diarahkan pada wilayah yang memiliki kelerengan 25-40 %, dan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai kawasan perlindungan bawahannya. Jenis tanaman dapat dikembangkan adalah tanaman buah-buahan. Masingmasing wilayah diarahkan memiliki pengembangan sendiri sejauh sesuai dengan karakter tanah dan potensi ekonomi masing–masing wilayah. Kawasan resapan air dapat dikembangkan di seluruh kecamatan sekaligus membantu supply dan meningkatkan volume air tanah. Berdasarkan perkembangan rencana pola penggunaan lahan kawasan resapan air diprioritaskan pengembangannya tersebar pada kawasan perbukitan di : a. Kecamatan Seteluk b. Kecamatan Jereweh c. Kecamatan Brang Rea d. Kecamatan Sekongkang Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 20 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat merupakan upaya dalam melindungi dan melestarikan ruang terbuka hijau di sepanjang atau sekitar kawasan sumber daya air yang dapat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan. Air merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan, maka sumber air, sungai, danau/embung dan lain-lain harus dilestarikan dengan memberikan batas bagi kawasan budidaya terbangun atau lainnya yang memanfaatkan area sekitar sumber daya air tersebut. Kawasan ini tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, dan secara umum harus dilakukan perlindungan kawasan. Dalam beberapa kondisi atau untuk kepentingan tertentu maka sebagian kawasan lindung ini dapat digunakan untuk kawasan budidaya, tetapi harus dilakukan dalam batasan tertentu yang diatur. Beberapa perubahan fungsi lindung pada kawasan lindung setempat ini antara lain adalah: pengembangan pelabuhan, pengembangan tambak, permukiman, pariwisata, bangunan untuk kepentingan hankam, industri dan pertambangan. 1. Sempadan Pantai Penetapan sempadan pantai didasarkan pada PP No 29 tahun 1986 mengenai Kriteria Penetapan Kawasan Lindung adalah daerah sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Penetapan sempadan pantai ini ditekankan kepada pertimbangan karakteristik pantai. Untuk pantai dengan karakteristik pantai yang cukup landai cenderung memiliki abrasi yang cukup tinggi. Untuk itu penentuan besarnya sempadannya harus ditetapkan berdasarkan kerentanan tersebut. Diperlukan upaya penanaman mangrove di wilayah pantai untuk meminimalkan abrasi pantai dan mencegah intrusi air laut ke daratan. Rencana pembangunan kawasan di wilayah pantai harus diimbangi dengan perlindungan kawasan pesisir khususnya agar tidak terlampauinya daya dukung lingkungan. Untuk pantai yang merupakan daerah rawan tsunami penetapan sempadan pantai ditekankan pada penetapan zona bahaya tsunami Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 21 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 berdasarkan pengalaman sebelumnya. Daerah bahaya I ditetapkan sejauh 3500 meter dari garis pasang tertinggi ke arah darat. Permukiman tidak diijinkan berada pada zona ini. Zona bahaya 1 ini dibagi manjadi beberapa zona yang berfungsi mengurangi kecepatan dan ketinggian gelombang. Zona ini terdiri dari : a. Zona Lindung Sempadan Pantai b. Zona Budi daya Perikanan. c. Zona Budi Daya. Untuk pulau-pulau kecil sempadan pantai untuk kepulauan ditetapkan 130 x perbedaan pasang tertinggi dan surut terendah berdasarkan pertimbangan perlindungan ekosistem pesisir/coastal ecosistem. Ekosistem pesisir khusus di pulau-pulau kecil memiliki kekhasan, peran dan fungsi yang penting sehingga diperlukan upaya perlindungan. Selain itu ekosistem pulau-pulau kecil memiliki peran dan fungsi sebagai berikut: a. Pengatur iklim global. b. Siklus hidrologi dan biogeokimia. c. Penyerap limbah. d. Sumber plasma nutfah dan sistem penunjang kehidupan di daratan. Selain fungsi ekologis, pulau-pulau kecil mempunyai manfaat ekonomi bagi manusia, antara lain menyediakan jasa-jasa lingkungan (alam) berupa pemanfaatan lingkungan alam yang indah dan nyaman dalam bentuk kegiatan pariwisata laut, kegiatan budidaya (ikan, udang, rumput laut) yang dapat bermanfaat bagi peningkatan pendapatan atau mata pencaharian penduduk setempat, serta potensi sumberdaya hayati yang memiliki keanekaragaman yang tinggi dan bernilai ekonomis, seperti berbagai jenis ikan, udang, kerang yang kesemuanya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat. 2. Sempadan Sungai Penentuan kawasan sempadan sungai bagi perlindungan DAS ditentukan berdasarkan Permen PU No. 63 Tahun 1993 yaitu sekurangkurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar, dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Batas kawasan ini ditetapkan lebih lanjut dalam rencana tata ruang kota khususunya sungai yang melewati perkotaan yang didominasi permukiman padat. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 22 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Sungai besar yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari Sungai Rea dan Sungai Jereweh yang termasuk Sub – SWS Sumbawa, serta ada sekitar 35 anak sungai, yaitu : Brang Aiboro Brang Senyur Brang Sepang Pelino Brang Panusak Brang kengkung Brang Tenar Brang Baru Brang Labuan Brang Lampo Brang Jorok Ramu Brang Tabiung Brang Kenutang Brang Pedek Brang Tebisu Brang Gising Brang Sawih Brang Batulantek Brang Pasong Brang Batukariti Brang Tengoka Brang Nusu Brang Nangaeria Brang Pamunga Brang Benete Brang Singa Brang Klongkang Brang Maluk Brang Talong Brang Baru Brang Selebak Brang Sekongkang Brang Telonang Brang Pembatu Brang Sepang Bantaran sungai harus bebas dari bangunan kecuali untuk bangunan inspeksi. Pemanfaatan sempadan sungai, adalah sebagai berikut: a. Pengelolaan zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi DAS. Berdasarkan tipologinya, DAS terbagi menjadi daerah hulu sungai, daerah sepanjang aliran sungai, daerah irigasi, daerah perkotaan dan industri, serta daerah muara sungai dan pantai. b. Arahan kegiatan daerah hulu sungai : Pengaturan erositas dan pemeliharaan hutan. Pengaturan tanah perkebunan. Pengaturan tanah pertanian. c. Arahan kegiatan daerah sepanjang aliran sungai. Pengembangan irigasi. Pengembangan navigasi dan transportasi air. Pengembangan drainase. Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air (pengendalian banjir, pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran, peningkatan kualitas air baku). Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 23 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 d. Arahan kegiatan muara sungai/pantai: Pengembangan perikanan/tambak/perikanan darat Pengembangan pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek ekologis. e. Pengembangan pelabuhan. 3. Sempadan Sungai Di Kawasan Permukiman Sempadan sungai sering juga disebut dengan bantaran sungai. Tapi, sebenarnya ada sedikit perbedaan, karena bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang tergenangi air saat banjir (flood plain) dan bantaran sungai bisa juga disebut bantaran banjir. Sedang sempadan sungai adalah daerah bantaran banjir ditambah lebar longsoran tebing sungai (sliding) yang mungkin terjadi, lebar bantaran ekologis, dan lebar keamanan yang diperlukan terkait dengan letak sungai dengan areal permukiman. Sempadan sungai (terutama di daerah bantaran banjir) merupakan daerah ekologi dan sekaligus hidrolis sungai yang maha penting. Sempadan sungai tidak dapat dipisahkan dengan badan sungainya (alur sungai) karena secara hidrolis dan ekologis merupakan satu kesatuan. Secara hidrolis sempadan sungai merupakan daerah bantaran banjir yang berfungsi memberikan kemungkinan luapan air banjir ke samping kanan kiri sungai sehingga kecepatan air ke hilir dapat dikurangi, energi air dapat diredam di sepanjang sungai, serta erosi tebing dan erosi dasar sungai dapat dikurangi secara simultan. Di samping itu, sempadan sungai merupakan daerah tata air sungai yang padanya terdapat mekanisme inflow ke sungai dan outflow ke air tanah. Poses inflow outflow tersebut merupakan proses konservasi hidrolis sungai dan air tanah pada umumnya. Secara ekologis sempadan sungai merupakan habitat di mana komponen ekologi sungai berkembang. Dengan ekosistem sempadan sungai yang subur, maka sistem konservasi air di sepanjang sungai dapat terjaga. Lebih jauh, komponen vegetasi sungai secara hidrolis berfungsi sebagai retensi alamiah sungai. Dengan demikian, air sungai dapat secara proposional dihambat lajunya ke hilir. Dampaknya adalah dapat mengurangi banjir dan erosi di sepanjang sungai. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 24 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Jika sistem ekologi dan hidrolis sempadan sungai ini terganggumisalnya dengan adanya bangunan di atasnya, proyek pentalutan sungai, pelurusan, dan sudetan yang mengubah areal sempadan, serta adanya penanggulan, maka fungsi ekologis dan hidrolis sempadan sungai yang sangat vital tersebut akan rusak total. Kawasan perlindungan setempat sempadan sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter. Arahan kegiatan pengelolaan penggunaan lahan antara lain: Penetapan perlindungan sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman ditetapkan minimum 15 meter. Pembatasan penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya, sebaiknya dialihkan (sepanjang memungkinkan), pada pengembangan fungsi tanaman lindung. 4. Kawasan Sekitar Waduk/Danau Waduk/danau/embung terdapat di kabupaten Sumbawa Barat yaitu danau/rawa Taliwang, Bendungan Bintang Bano, dan Kalimantong 2. Mengingat berbagai kepentingan dalam pemanfaatan waduk/danau maka perlu dipertegas batas lapangan kawasan perlindungan. Maka bila ada aktifitas lain di luar fungsi tersebut harus berada di luar batas sempadan kawasan waduk/danau. 5. Kawasan Sekitar Mata Air Mata air adalah air tanah yang secara alami muncul karena adanya hubungan antara akuifer dengan permukaan tanah. Hubungan tersebut bisa berupa rekahan saluran pelarutan atau pemotongan topografi. Mata air berdebit besar umumnya muncul karena adanya rekahan dan sering terjadi pada batuan. Penentuan kawasan perlindungan sekitar mata air ditetapkan dan disesuaikan dengan lokasi, volume dan fungsi utama. Perlindungan di sekitar mata air ini dimaksudkan melindungi secara langsung dari gangguan khususnya aktifitas manusia yang berakibat menurunnya kualitas mata air. Perlindungan setempat ini difokuskan kepada badan air dari mata air, perlindungan daerah tangkapan mata air atau recharge area ditekankan dalam perlindungan kawasan resapan air. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 25 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Untuk perlindungan setempat kawasan sekitar mata air ditetapkan minimal radius 200 meter dari mata air. Kawasan dengan radius 15 meter dari mata air harus bebas dari bangunan kecuali bangunan penyaluran air. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya 1. Kawasan Suaka Alam Kawasan suaka alam merupakan kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan habitat alam yang memberikan perlindungan bagi flora dan fauna yang khas dan beraneka ragam, dan kawasan ini terdiri dari cagar alam dan suaka marga satwa. a. Kawasan Suaka Alam Kawasan Suaka Alam di kabupaten Sumbawa Barat adalah Kawasan Suaka Alam (KSA) Jereweh seluas ± 3.643,17 ha. (RTRW Provinsi ± 3.718,868 ha) b. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya Di kabupaten Sumbawa Barat tidak terdapat Kawasan Suaka Alam Laut. c. Kawasan Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut Di kabupaten Sumbawa Barat tidak terdapat Kawasan Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut. d. Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kawasan Cagar Alam di kabupaten Sumbawa Barat meliputi : cagar Alam (CA) Pedauh seluas ± 524,00 ha. (RTRW Provinsi ± 543,5 ha) dan kawasan Penangkaran Penyu Tatar Sepang di Kecamatan Sekongkang. e. Kawasan Pantai Hutan Mangrove Kawasan perlindungan mangrove adalah kawasan tempat tumbuhnya tanaman mangrove di wilayah pesisir/laut yang berfungsi untuk melindungi habitat, ekosistem, dan aneka biota laut, Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 26 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT melindungi pantai dari sedimentasi, abrasi dan proses akresi (pertambahan pantai) dan mencegah terjadinya pencemaran pantai. Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) sempadan pantai berhutan bakau minimal 130 kali rata rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah kearah darat yang merupakan habitat hutan bakau/mangrove. Adapun kawasan perlindungan hutan bakau/ mangrove di kabupaten Sumbawa Barat tersebar di sekitar Pantai Kertasari dan Pantai sekitar Poto Tano. 2. Kawasan Pelestarian Alam Kawasan pelestarian alam terdiri dari: taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. Pada dasarnya kawasan pelestarian alam juga merupakan kawasan lindung yang harus tetap dilestarikan sehingga dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata. Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian yang memiliki ekosistem asli dikelola untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi, pendidikan. Taman Nasional merupakan wilayah dengan fungsi lindung disamping sebagai pengembangan obyek wisata. Kawasan tersebut di Kabupaten Sumbawa Barat adalah tidak ada. Taman Wisata Alam (TWA) di kabupaten Sumbawa Barat adalah Taman Wisata Alam (TWA) Danau Rawa Taliwang seluas ± 874,91 ha. (RTRW Provinsi ± 1.406 ha) 3. Kawasan Cagar Alam Budaya dan Ilmu Pengetahuan 4. Gh,hf Cvbcvfg nvnfhj yjghjf Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 27 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Peta 2.3: Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumbawa Barat Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 28 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2.2. Kemajuan Pelaksanaan SSK 2.2.1. Air Limbah Domestik Progam kegiatan yang tersusun dalam SSK Kabupaten Sumbawa Barat (periode sebelumnya) tahun 2011 – tahun 2016 mencakup sub sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase perkotaan sebagian telah dilaksanakan dengan baik. Namun demikian, ada kegiatan yang belum sama sekali dilaksanakan maupun kegiatan yang baru dilaksanakan sebagian. Selengkapnya kemajuan pelakasanaan SSK Kabupaten Sumbawa Barat untuk sub sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase perkotaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.11 : Kemajuan Pelaksanaan SSK Kabupaten Sumbawa Barat untuk Air Limbah Domestik SUB SEKTOR AIR LIMBAH SSK (Periode Sebelumnya) Tahun 2011 – Tahun 2016 Tujuan (1) Meningkatkan akses layanan sanitasi yang sehat melalui pengolahan air limbah (domestic dan industry) yang berwawasan lingkungan pada 2016 Menciptakan Sumber Daya Manusian (SDM) yang berkualitas, kreatif dan berdaya saing tinggi dan partisipatif dalam pembangunan sarana dan prasarana Sasaran (2) Tersedianya perencanaan pengelolaan sektor sanitasi skala Kabupaten yang terintegrasi dan berkelanjutan SSK (Saat Ini) 2016 Data Dasar*) Status saat ini (3) (4) Belum ada Telah ada dokumen perencanaan Rencana Induk mengenai air Sistem Pengelolaan limbah di Air Limbah Kabupaten (RISPAL) Sumbawa Barat Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2015 1. Prersentase Meningkatnya Prersentase penggunaan partisipasi penggunaan yang jamban masyarakat dalam jamban yang memenuhi syarat pengelolaan sektor memenuhi syarat kesehatan sanitasi yang kesehatan mencapai mencapai 75.06% mandiri dan 74.09% di tahun di tahun 2010 berkelanjutan 2016 dari jumlah KK 2. Sebagian besar masyarakat masih membuang air limbah (cuci dan mandi) ke drainase termasuk di kawasan pusat kota kabupaten dan perumahan Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat Sebagian kecil masyarakat masih membuang air limbahnya ke saluran atau sungai BAB II - 29 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT Terciptanya sarana dan prasarana air limbah yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kemajuan pembangunan Meningkatnya cakupan layanan sektor sanitasi melalui peningkatan sarana prasarana sanitasi yang memadai mewah lainnya 1. Kesadaran masyarakat untuk melakukan penyedotan tinja (karena belum ada alatnya) dan minimnya usaha sedot septitank menjadi salah satu kendala pengolahan air limbah. Usaha penyedotan tinja yang ada masih membuang ke lahan terbuka tanpa pengolahan terlebih dahulu. 2. Sebagian besar jamban menggunakan septic tank yang telah sesuai standar namun masih banyak yang tidak dilakukan penyedotan bahkan pada saat hujan deras dilakukan pengosongan dan dibuang ke saluran air terbuka bersama air hujan. 2016 Sarana berupa truk tinja hanya dikelola oleh mandiri dengan jumlah yang relative kecil dan itu hanya ada pada wilayah Kelurahan saja. Pembangunan IPLT akan dibangun tahun 2016 Sumber: SSK 2011 dan BPS 2012 2.2.2. Persampahan Persampahan Tabel 2.12 : Kemajuan Pelaksanaan SSK Kabupaten Sumbawa Barat untuk Persampahan SUB SEKTOR PERSAMPAHAN SSK (Periode Sebelumnya) Tahun 2011 – Tahun 2016 SSK (Saat Ini) 2016 Tujuan Sasaran Data Dasar*) Status saat ini (1) (2) (3) (4) Meningkatkan Tersedianya Belum ada Penyusunan Master akses layanan perencanaan perencanaan Plan Persampahan sanitasi yang sehat pengelolaan sektor mengenai Kabupaten sanitasi skala persampahan di Sumbawa Barat Kabupaten yang Kabupaten tahun 2016 terintegrasi dan Sumbawa Barat berkelanjutan 1. TPA Batuh Putih Telah dioperasikan Terciptanya sarana Meningkatnya Taliwang belum TPA Batu Putih dan prasarana cakupan layanan berfungsi secara persampahan sektor sanitasi Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 30 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kemajuan pembangunan melalui peningkatan sarana prasarana sanitasi yang memadai 2. 3. 4. 5. 1. Meningkatnya Menciptakan Sumber Daya partisipasi Manusian (SDM) masyarakat dalam yang berkualitas, pengelolaan sektor sanitasi yang kreatif dan mandiri dan berdaya saing berkelanjutan tinggi dan partisipatif dalam pembangunan sarana dan prasarana persampahan optimal sehingga keberadaannya hanya sebagai tempat pembungan saja tanpa ada pengolahan lebih lanjut Belum adanya penataan di TPA Batuh Putih sangat membahayakan kesehatan masyarakat sekitar Belum meratanya sarana dan prasarana pengelolaan sampah menyebabkan pelayanan sampah di beberapa kawasan belum optimal Pengolahan sampah untuk perumahan formal belum optimal Pemanfaatan TPS tidak optimal Terbatasnya jumlah sarana dan prasarana pengangkutan sampah masih menjadi kendala dalam pengolahan sampah. Belum adanya iuran pengelolaan sampah, sehingga dampak tidak adanya pengelolaan secara baik oleh pihak pemerintah maupun swasta dan masyarakat masih rendah kesadarannya 2. Meningkatnya peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan Kabupaten dalam peningkatan efektivitas pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sumber: SSK 2011 dan BPS 2012 Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 31 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 2.2.3. Drainase Drainase Lingkungan Tabel 2.13 : Kemajuan Pelaksanaan SSK Kabupaten Sumbawa Barat untuk Drainase Lingkungan SUB SEKTOR DRAINASE LINGKUNGAN SSK (Periode Sebelumnya) Tahun 2011 – Tahun 2016 Tujuan (1) Meningkatkan akses layanan sanitasi yang sehat Terciptanya sarana dan prasarana air bersih, air limbah, persampahan dan sistim drainase yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kemajuan pembangunan Sasaran Data Dasar*) (2) (3) 1. Belum adanya juklak, Tersedianya juknis dan perencanaan standardisasi teknis pengelolaan sektor sanitasi skala yang memadai terkait Kabupaten yang pembangunan drainase yang komprehensif terintegrasi dan berkelanjutan Meningkatnya cakupan layanan sektor sanitasi melalui peningkatan sarana prasarana sanitasi yang memadai SSK (Saat Ini) - 2016 Status saat ini (4) 2. Dimensi rencana saluran drainase masih belum optimal/ideal 1. Kondisi tanah yang mudah tererosi dan kemudian mengendap dalam saluran sehingga mengurangi kemampuan saluran untuk mengalirkan debit banjir 2. Kondisi topografi yang terjal di bagian hulu dan relatif landai dibagian hilir 3. Global warming menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Hal ini menyebabkan kenaikan aliran balik pada saluran drainase. Sungai/saluran tidak dapat mengalir jika banjir datang bersamaan dengan air laut pasang 4. Saluran pembuang terganggu akibat penyempitan penampang sehingga Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 32 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT kapasitas alirnya berkurang. dan kebiasaan perilaku masyarakat yang membuang sampah ke saluran Sumber: SSK 2011 dan BPS 2012 2.3. Profil Sanitasi Saat Ini Pembangunan Kabupaten Sumbawa Barat selama 10 tahun yang disertai dengan dinamikanya yang kompleks telah memberikan pondasi pembangunan yang cukup bagi keberlanjutan pembangunan selanjutnya dan memberikan jalan bagi tewujudnya Kabupaten Sumbawa Barat yang luar biasa. Persoalan penting yang memerlukan prioritas penanganan dalam peningkatan kualitas lingkungan adalah pengelolaan sanitasi, baik sanitasi dalam kedudukan sebagai salah satu kegiatan lintas sektoral yang menjadi bagian dari program pengelolaan lingkungan maupun sanitasi sebagai bagian dari sistem pengembangan kawasan di wilayah permukiman perkotaan. Sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan, peningkatan kualitas sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat lebih difokuskan kepada upaya peningkatan kualitas sanitasi yang berbasis masyarakat. Sedangkan sebagai subsistem pengembangan kawasan, peningkatan kualitas sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat difokuskan kepada penataan drainase lingkungan, pengelolaan persampahan dan pencegahan kontaminasi terhadap air tanah oleh limbah dan bakteri hasil kegiatan manusia khususnya di lingkungan pemukiman yang padat penduduk dan atau pusat-pusat kegiatan masyarakat serta peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas penyediaan air minum bagi masyarakat pada umumnya. Profil sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat saat ini akan dijelaskan tentang sistem dan infrastruktur serta cakupan akses pelayanan air limbah domestic, persampahan dan drainase perkotaan. 2.3.1. Air Limbah Domestik Profil Limbah di Kabupaten Sumbawa Barat Upaya pelestarian lingkungan melalui penanganan pembuangan limbah cair rumah tangga (grey water) di Kabupaten Sumbawa Barat belum Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 33 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 dilakukan secara optimal, masih banyak dijumpai pembuangan air limbah secara sembarangan. Tidak sedikit pembuangan limbah cair rumah tangga melalui saluran selokan atau langsung ke sungai tanpa melalui proses pengolahan sebelumnya. Di Kabupaten Sumbawa Barat juga mengenal Saluran Pengelolaan Air Limbah (SPAL) ini terbukti dari tabel dibawah ini, yang menunjukan Rumah yang dipantau 62.70 % dan rumah dengan SPAL 62.93 %. Air limbah umumnya dibuang melalui selokan atau got menuju sungai dan bermuara ke laut tanpa pengolahan terlebih dahulu karena minimnya kepemilikan sumur resapan. Sebagian besar masyarakat masih membuang air limbah (cuci dan mandi) ke drainase dan masih bercampurnya antara black water (limbah dari WC ) dengan grey water. Kesadaran masyarakat rendah untuk melakukan penyedotan tinja (karena belum ada alat penyedot tinja) dan minimnya usaha sedot septitank menjadi salah satu kendala pengolahan air limbah. Usaha penyedotan tinja yang ada masih membuang ke lahan terbuka tanpa pengolahan terlebih dahulu. Kondisi umum penanganan limbah cair rumah tangga di Sumbawa Barat adalah mempergunakan sistem setempat (onsite system) berupa septic tank, namun juga dijumpai penggunaan cubluk di beberapa tempat. Sampai saat ini Sumbawa Baarat belum memiliki sistem pengolahan air limbah terpusat berupa IPAL maupun IPLT dikarenakan kondisi daerah yang tidak memungkinkan untuk dibangun sistem ini. Walaupun demikian, dibeberapa lokasi sudah dibangun sistem komunal untuk melayani satu kawasan pemukiman, kawasan pesantren maupun industri lainnya melalui melalui program sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas). Masih banyak industri yang tidak memiliki IPAL. Pengelolaan Air Limbah Keluarga dengan kepemilikan Saran Sanitasi Dasar juga menunjukan bahwa sarana sanitasi dasar Tahun 2010 yaitu 62.93 % mengalami kenaikan dari 2(dua) tahun sebelumnya. (RPI2JM 2015-2019) Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 34 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Tabel 2.14 : Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Sumbawa Barat Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan dan (C) Penampungan/Pengolahan Pengangkutan/Pengaliran Awal (D) (Semi) Pengolahan AKhir Terpusat (E) Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Sungai Sungai Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 35 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT Produk Input (A) User Interface 2016 (B) Pengumpulan dan (C) Penampungan/Pengolahan Pengangkutan/Pengaliran Awal (D) (Semi) Pengolahan AKhir Terpusat (E) Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Sungai Tangki Septik (individual / komunal) Sungai Truk tinja Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 36 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan dan (C) Penampungan/Pengolahan Pengangkutan/Pengaliran Awal (D) (Semi) Pengolahan AKhir Terpusat (E) Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Sungai Tangki Septik (individual / komunal) Drainase lingkungan Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 37 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT Produk Input (A) User Interface 2016 (B) Pengumpulan dan (C) Penampungan/Pengolahan Pengangkutan/Pengaliran Awal (D) (Semi) Pengolahan AKhir Terpusat (E) Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Sungai Drainase lingkungan Sungai Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 38 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Tabel 2.14 : Tabel Cakupan Layanna Air Limbah Domestik Saat Ini di Kabupaten Sumbawa Barat Akses Layak (KK) Akses Dasar (KK) On-Site Jumlah No Nama Kecamatan Off-Site BABs Penduduk Tangki Tangki Tangki (KK) Septik Septik Septik IPAL IPAL IPAL Individual Komunal (≤ Komunal Komunal Kawasan Kota (KK) 10 KK) MCK*** (>10 KK) Tangki Septik Individual (KK)* Cubluk Belum Aman** 1 Sekongkang 2,032.00 1,516 - 75 - - - - 441 2 Jereweh 2,205.00 1,896 - 275 - - - - - 3 Maluk 3,170.00 2,973 - 196 - - - - - 4 Taliwang 11,653.00 8,707 - 1,048 - 255 - - 1,500 5 Brang Ene 1,599.00 1,219 - 187 - 80 - - 113 6 Brang Rea 3,697.00 2,380 - 455 - - - - 729 Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 39 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 7 Seteluk 4,821.00 3,854 - 759 - 25 - - 140 8 Poto Tano 2,759.00 1,115 - 304 - - - - 1,325 Sumber:Sumbawa Barat Dalam Angka 2015, Data Dikes 2015 dan Data DPU 2015 Keterangan: *) Yang termasuk BABs : BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang dsb. **) Belum aman : jamban yang tidak dilengkapi tangki septik yang sesuai kriteria atau tidak mempunyai tangki septik yang sama sekali. Cubluk dikategorikan tidak aman bila dibnagun dengan kriteria kepadatan > 50 orang/Ha dan jarak antara sumber air bersih yang bukan perpipaan < 10m. ***) MCK : termasuk jamban bersama layak dan MCK Komunal. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 40 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Tabel 2.15. Tabel Kondisi Sarana dan Prasarana Pengolahan Air Limbah Domestik Kondisi No Jenis Satuan Jumlah/Kapasitas Keterangan Berfungsi Tidak Berfungsi SAPAL Setempat (Sistem On-Site) Tangki Septik Komunal (≤ 10 KK) 2 MCK 3 Truck Tinja 1 4 IPLT : Kapasitas SPAL Terpusat (Sistem Off-Site) Tangki Septik 1 Komunal (> 10 KK) unit tidak ada - - unit unit 861 tidak ada √ - - m³/hari tidak ada - - unit tidak ada - - √ - 2 IPAL Komunal unit 10 3 IPAL Kawasan unit tidak ada - - 4 IPAL Terpusat unit tidak ada - - Sumber: Data Dikes 2015 dan Data DPU 2015 Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 41 di bangun tahun 2016 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Peta 2.4 : Pemetaan Air Limbah Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 42 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Cakupan akses layanan air limbah domestik di Kabupaten Sumbawa Barat tersebar dibeberapa kecamatan seperti yang tersaji pada tabel 2.14 dan peta gambar 2.4 .Adapun kondisi sarana dan prasarana pengelolaan limbah domestik dijelaskan pada tabel 2.15. 2.3.2. Persampahan Profil Persampahan Kabupaten Sumbawa Barat Salah satu permasalahan utama yang sering menjadi isu lingkungan yang utama adalah masalah sampah. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah daerah untuk mengelola sampah agar tidak mengganggu kegiatan masyarakat serta tidak merusak estetika. Pemda Sumbawa Barat,dalam hal menerapkan 2 sistem pengelolaan, dengan sistem individual langsung yaitu dengan menampung sampah di TPS (Tempat Pembuangan Sementara) untuk kemudian diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) oleh dump truck, dan dengan sistem individual tak langsung yaitu sampah dikumpulkan di kontainer (yang diletakkan di tempat-tempat tertentu, misalnya di sekitar pasar atau kompleks pemukiman) oleh petugas pengangkut sampah yang setelah itu dibawa ke TPA dengan menggunakan arm roll. Pemda Sumbawa Barat telah mulai mencoba menerapkan metode pemisahan sampah organik dan sampah anorganik di beberapa tempat di Kabupaten Taliwang terutama di instansi pemerintah. Sampah yang telah dipisahkan tidak diolah lagi dan tetap dibuang ke TPA (open dumping) yang sama menggunakan dump truck. Namun demikian, belum ada tindak lanjut dari metode ini. TPA sampah di Sumbawa Barat terdapat di desa Batu Putih Kecamatan Taliwang dan belum dilengkapi oleh IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) karena masih menggunakan sistem open dumping (penimbunan terbuka). Instalasi IPAL ini sebenarnya bermanfaat untuk mengolah air lindi yang berasal dari tumpukan sampah sehingga tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Pemerintah telah menyediakan 233 unit TPS yang tersebar di seluruh kecamatan di Sumbawa Barat dan 13 kontainer yang tersebar di titik-titik yang banyak menghasilkan sampah. Rata-rata volume timbunan sampah yang terus meningkat tiap tahunnya merupakan akibat dari pertambahan jumlah penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 43 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Walaupun secara kuantitatif belum terdata, namun dengan meningkatnya jumlah penduduk maka dapat diprediksi bahwa jumlah timbunan sampah juga akan meningkat. Resiko penyebaran berbagai penyakit akan meningkat jika tidak segera dilakukan upaya pengelolaan pada timbunan sampah. Timbunan sampah juga dapat mengurangi estetika lingkungan dan terganggunya kenyamanan penduduk akibat bau tak sedap yang ditimbulkannya. Dalam beberapa kasus, pengelolaan sampah menimbulkan konflik sosial antar warga yang berkaitan dengan penggunaan lahan untuk tempat penampungan sampah. Penanganan limbah padat/sampah di Kabupaten Sumbawa barat sudah menjangkau beberapa wilayah di sekitar ibu Kabupaten kabupaten yaitu Taliwang. Volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten Taliwang pada tahun 2008 sebanyak 84 m3/hari, perminggu 588 m3, perbulan 30.660 m3. Dari volume sampah sebanyak itu sumber dari pemukiman penduduk, (sampah domestic), pasar pertokoan, tempat hiburan masyarakat, taman, tempat parker serta sarana milik pemerintah lainnya. Sekitar 90% diangkut ke TPA Batuh Putih yang berada di Desa Batuh Putih Kecamatan Taliwang. Sedangkan sisanya yaitu di kelola sendiri oleh masyarakat dengan dipilah untuk dimanfaatkan kembali, dibakar maupun ada juga yang dibuang di sungai. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 44 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Tabel 2.16 : Diagram Sistem Sanitasi Sub Sektor Persampahan di Kabupaten Sumbawa Barat. (F) Produk Input (A) User Interface (B) (C) Pengumpulan Persampahan Setempat Sementara (TPS) SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 45 (D) Pengangkutan (E) Daur (Semi) Pengolahan Ulang/Pembuangan Akhir Terpusat Akhir PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Tabel 2.17 : Tabel Timbulan Sampah per Kecamatan. Timbulan Sampah No Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Sampah Dikelola Mandiri di Sumber (%) 1 Sekongkang 2 Jereweh 3 Maluk 4 Taliwang 5 Brang Ene 6 Brang Rea 7 Seteluk 8 Poto Tano 16,759.00 10,528.00 (m³/hari) (m³/hari) (%) (m³/hari) (%) (m³/hari) - 0 0.00 - - - - 0 0.00 - - - - 0 0.00 27.7 19.52 - - 100 14.45 - - 77.4 4.28 - - 81.7 13.04 - - 100 26.32 - - Sumber: Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat (%) Total - 13,325.00 14,160.00 (%) Sampah Tidak Terproses - 9,462.00 5,778.00 (m³/hari) Sampah Terangkut ke TPA - 9,191.00 49,795.00 Sampah Terproses 3R BAB II - 46 72.3 104.97 - - 100 124.49 - - - 100 14.45 22.6 31.13 - - 100 35.40 18.3 28.86 - - 100 41.90 - - - 100 26.32 - - PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Tabel 2.18 : Kondisi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Kondisi No 1 Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah Kapasitas Ritasi/ Hari Ket Baik Rusak Ringan Rusak Berat Pengumpulan Setempat - Gerobak sampah unit - - - - - - - - Motor sampah unit 45 1 m3 2x 34 - 11 BLH - Pick up sampah unit - - - - - - - - - Tempat Penampungan Sementara (TPS) - Bak biasa unit - Kontainer unit - - - - - Transfer depo unit 29 6 m3 1x 8 - SPA (Stasiun Peralihan Antara) unit - - - - - - - - - - - - Pengolahan Sampah 21 - TPS 3R unit - ITF unit 3 8 m3 1x 2 1 - Bank sampah unit 5 - 2x 3 2 - Incinerator unit - - - - - - TPA/TPA Regional - Lahan urug saniter - Lahan urug terkendali - Penimbunan terbuka - Luas total lahan TPA - Luas sel landfill - Daya tampung TPA 1 Ha 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Ha m³/hari Alat Berat - Buldozer unit - - - - - - - Exavator/back hoe unit 5 - - - - - Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 47 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT - Truk tanah unit IPL (Instalasi Pengolahan Lindi) Hasil pemeriksaan lab (BOD & COD) 2016 0,98 - - - - - 106 - - - - - 1 - - - 1 - Efluen di inlet mg/l 1 - - Efluen di outlet mg/l 1 - - Sumber: BLH KSB 2015 Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 48 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Peta 2.5 : Pemetaan Persampahan Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 49 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 2.3.3. Drainase Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat maupun pengguna jalan serta dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Saat ini perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang terkendali dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai dan membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun, untuk mengalirkan air ke laut. Dalam penanganan drainase perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat menimbulkan permasalahan, salah satunya berupa masalah genangan air. Ada beberapa kawasan di Kabupaten Sumbawa Barat terjadi masalah genangan air yang pada umumnya disebabkan antara lain karena prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian, kurangnya kesadaran bahwa pemecahan masalah genangan harus melihat pada sistem jaringan saluran secara keseluruhan yang mengakibatkan hambatan (backwater) dan beban saluran dari hulunya, tidak menyadari bahwa sistem drainase kawasan harus terpadu dengan sistem badan air regionalnya (system flood control), kurang menyadari bahwa pemeliharaan (pembersihan dan perbaikan) saluran merupakan pekerjaan rutin yang sangat penting untuk menurunkan resiko genangan, belum optimalnya koordinasi antara pihak terkait agar sistem pengaliran air hujan dapat berjalan dengan baik. Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/alamiah seperti kolam tandon, waduk lapangan, sumur-sumur resapan, penataan lansekap dan lain-lain. Lokasi genangan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat tersebar di beberapa lokasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 50 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Tabel 2.19 : Lokasi Genangan dan Perkiraan Luas Genangan Wilayah Genangan No Lokasi Genangan Luas Ketinggian Ha m Lama Infrastruktur Frekuensi Penyebab*** Jam/hari Kali/tahun Sumber: Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 51 Jenis Keterangan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Tabel 2.20 : Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase Perkotaan di KAbupaten Sumbawa Barat No 1 Jenis Prasarana / Sarana Dimensi Bentuk Satuan Penampang Saluran * - Saluran Primer A m - Saluran Sekunder A1 m - Saluran Sekunder A2 - Saluran Tersier A1 Bangunan Pelengkap - Rumah Pompa - Pintu Air unit - Kolam Retensi unit - Trash rack/ saringan unit sampah - S. Primer B m - Saluran Sekunder B1 m - Saluran Tersier B1 Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 52 B** Kondisi H*** Berfungsi Frekuensi Tidak Pemeliharaan Berfungsi (kali/tahun) PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Bangunan Pelengkap - Rumah Pompa unit - Pintu Air unit - Kolam Retensi unit - Trash rack/saringan unit sampah Sumber: Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 53 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Peta 2.5 : Peta Lokasi Genangan Kabupaten Sumbawa Barat Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 54 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2.4. Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi 2.4.1. Area Beresiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik No Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis : Pengembangan sarana dan prasarana (user interfacepengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuanagn akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis 2. Aspek Non Teknis : Pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundang – undangan, peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta Sumber: Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 55 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Gambar 2.6 : Peta Area Beresiko Air Limbah Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 56 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Tabel 2.21 : Tabel Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik Wilayah Prioritas No Area Berisiko Kecamatan Kelurahan/Desa Sumber: 2.4.2. Area Beresiko dan Permasalahan Persampahan No Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis : Pengembangan sarana dan prasarana (user interfacepengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuanagn akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis 2. Aspek Non Teknis : Pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundang – undangan, peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta Sumber: Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 57 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Gambar 2.7 : Peta Area Beresiko Persampahan Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 58 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Tabel 2.22 : Tabel Area Beresiko Sanitasi Persampahan Wilayah Prioritas No Area Berisiko Kecamatan Kelurahan/Desa Sumber: 2.4.3. Area Beresiko dan Permasalahan Drainase Perkotaan No Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis : Pengembangan sarana dan prasarana (user interfacepengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuanagn akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis 2. Aspek Non Teknis : Pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundang – undangan, peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta Sumber: Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 59 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 Gambar 2.7 : Peta Area Beresiko Drainase Perkotaan Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 60 PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT Tabel 2.23 : Tabel Area Beresiko Sanitasi Drainase Perkotaan Wilayah Prioritas No Area Berisiko Kecamatan Kelurahan/Desa Sumber: Pokja PPSP Kab. Sumbawa Barat BAB II - 61