J Kedokter Trisakti September-Desember 2003, Vol.22 No.3 Perbandingan gangguan ansietas dengan beberapa karakteristik demografi pada wanita usia 15-55 tahun I Made S. Wiguna, Ayub Sani Ibrahim Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ABSTRACT Everyone experience anxiety, a diffuse unpleasant, vague sense of apprehension, often accompanied by autonomic symptoms. Anxiety is an allerting signal it warns of impending danger and enables a person to take measures to deal with a threat. About 8.3% of general population have a diagnosable anxiety disorder. A crosssectional study to obtain an information on anxiety disorder among women 15 to 55 years of age was conducted in West Jakarta from May through December 2001. This study included 700 respondents. Questionnaires of Hamilton anxiety rating scale (HARS) were given to the respondents and the data collected were analyzed. Results showed that the prevalence of anxiety disorder among women 15 to 55 years of age in Tanjung Duren district, West Jakarta was 8.71%. There were significant associations between ageing education, working and marriage status and anxiety disorder in women 15 - 55 years of age. Key words: Anxiety disorder, women, prevalence, demographic factors ABSTRAK Ansietas dapat dialami oleh setiap orang, ditandai dengan sensasi ketakutan yang menyebar, perasaan yang tidak menyenangkan dan samar-samar, seringkali disertai dengan gejala otonomik. Ansietas merupakan sinyal yang memperingatkan seseorang tentang adanya bahaya yang mengancam serta membuat individu yang bersangkutan dapat mengambil langkah untuk mengatasinya. Diperkirakan sekitar 8,3% populasi umum menderita gangguan ansietas. Suatu penelitian potong lintang tentang ansietas dilakukan pada kaum wanita dengan usia antara 15-55 tahun di kelurahan Tanjung Duren Utara dan Selatan, Jakarta Barat mulai Mei hingga Desember 2001. Penelitian ini melibatkan 700 responden dengan menggunakan kuesioner dari Hamilton anxiety rating scale (HARS). Hasil penelitian menunjukan prevalensi gangguan ansietas pada wanita usia antara 15-55 tahun adalah 8,71% dan terdapat perbedaan gangguan ansietas yang bermakna dengan usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan perkawinan pada wanita berusia 15-55 tahun. Kata kunci: Gangguan ansietas, wanita, prevalensi, faktor demografik PENDAHULUAN Sensasi ansietas dapat dialami oleh hampir setiap manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar, seringkali disertai oleh gejala otonomik. Gejala-gejala yang ditemukan selama terjadinya ansietas cenderung bervariasi dari orang ke orang. Ansietas merupakan suatu sinyal yang memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut. Hampir semua individu pernah mengalami ansietas meskipun hal itu hanya sekali dalam hidupnya. Selama individu masih dapat mengatasi stresor yang ada, maka ansietas tersebut masih bersifat normal.(1) Jika individu tidak mampu mengatasi stresornya, maka akan timbul ansietas patologik yang merupakan respons terhadap ancaman yang sumbernya tidak diketahui, bersifat internal, samar-samar atau 87 Wiguna, Ibrahim konfliktual. Ansietas patologik muncul dengan gejala-gejala pusing, rasa melayang, hiperhidrosis, diare, hiperrefleksi, hipertensi, palpitasi, pupil midriasis, gelisah, sinkop, takikardia, rasa gatal, tremor dan gangguan lambung.(2) Sigmund Freud memperkenalkan istilah anxiety neurosis dan mengidentifikasikan sebagai bentuk ansietas patologik. Pada ansietas patologik, etiologinya tidak dapat ditelusuri dan menimbulkan hendaya dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Ansietas patologik merupakan sesuatu yang sangat mengganggu bagi penderita yang mengalaminya, sehingga hal yang demikian perlu mendapat perhatian terutama pada wanita.(3) Sebuah studi di masyarakat Amerika menggunakan metode Epidemiological Cathment Area menunjukkan prevalensi gangguan ansietas sebesar 2,3 - 2,7%.(4) Sedangkan penelitian di Inggris pada dua kelompok masyarakat keturunan Afrika dan kulit putih menunjukkan gangguan ansietas pada keturunan Afrika besarnya 3% dan kulit putih sebesar 9%.(5) Kasus gangguan ansietas dengan gejala-gejala serta dampaknya yang terus berlanjut akan mengganggu etos kerja.(6) Ansietas cenderung diderita oleh mereka yang lebih muda, wanita dengan problem sosial dan mereka yang mempunyai problem psikiatri sebelumnya. Ansietas yang patologis sering timbul pada mereka yang menderita penyakit kronis. Jumlah penderita gangguan ansietas pada kelompok wanita lebih banyak dibanding dengan kelompok laki-laki dengan akibat menimbulkan sejumlah hendaya dalam hubungan sosial, kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari bahkan tugas sebagai ibu rumah tangga.(7) Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian pada kelompok wanita usia 15-55 tahun yang tinggal di kelurahan Tanjung Duren Utara dan Selatan, Jakarta Barat. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian terutama atas dasar perkiraan suatu wilayah bebas stresor psikososial ataupun peristiwa katastrofik seperti peristiwa kerusuhan Mei 1998. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang prevalensi gangguan ansietas dan membandingkan gangguan ansietas dengan beberapa karakteristik demografi pada wanita usia 15-55 tahun. 88 Ansietas pada wanita usia 15-55 tahun METODE Rancangan penelitian potong-silang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian dilakukan di kelurahan Tanjung Duren Utara dan Tanjung Duren Selatan Jakarta Barat antara bulan Mei hingga Desember 2001. Populasi penelitian adalah kelompok wanita usia 15-55 tahun di kelurahan Tanjung Duren Utara dan Selatan, Jakarta Barat. Pengambilan sampel dilakukan melalui cluster random sampling dengan mengacu pada kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah: (1) wanita berusia 1555 tahun, (2) bertempat tinggal di kelurahan Tanjung Duren Utara dan Selatan, dan (3) bersedia mengikuti penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi adalah: (i) menderita penyakit fisik berat, (ii) menderita gangguan jiwa psikotik, dan (iii) menderita cacat bawaan/tubuh lainnya. Besarnya sampel diperoleh melalui perhitungan dengan rumus : N = (Z∝2 x p x q )/d2 p = prevalensi ansietas = 0,08 q = prevalensi yang tidak ansietas = 1-0,08 = 0,92 Z∝ = pada 95% confidence interval = 1,95 d = perbedaan besarnya prevalensi yang diharapkan, misalnya 0,02 N = (1,962 x 0,08 x 0,09) / 0,022 = 700 Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dari Hamilton anxiety rating scale (HARS). Analisis data dilakukan secara deskriptif kemudian dilanjutkan dengan analisis Chi-kuadrat. HASIL Penelitian ini mencakup sebanyak 700 responden yang terdiri dari kaum wanita usia 1555 tahun di kelurahan Tanjung Duren Utara dan Selatan, Jakarta Barat. Dari 700 orang responden, yang menunjukkan gangguan ansietas sebanyak 61 orang (8,71%). Frekuensi tertinggi gangguan ansietas dialami oleh responden usia 15-24 tahun sebanyak 26 orang (42,6%), diikuti oleh rentang usia 25-34 tahun sebanyak 14 orang (22,9%), dan rentang usia 35- J Kedokter Trisakti Vol.22 No.3 44 tahun sebanyak 13 orang (21,3%). Frekuensi terendah terdapat pada responden usia lebih dari 45 tahun yaitu sebanyak 8 orang (13,1%) (Tabel 1). Tabel I. Perbandingan antara gangguan ansietas dan usia responden Usia (tahun) 15-24 th 25-34 th 35-44 th ≥ 45 th Total Ansietas Ya (%) Tidak (%) 26 (42,6) 14 (22,9) 13 (21,3) 8 (13,1) 61 (8,7) 266 (57,4) 251 (77,1) 79 (78,7) 43 (86,9) 639 (91,3) Total (%) 292 (100) 265 (100) 92 (100) 51 (100) 700 (100) Analisis dengan Chi-kuadrat menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara gangguan ansietas dan faktor usia pada wanita usia 15-55 tahun di kelurahan Tanjung Duren Utara dan Selatan, Jakarta Barat (p=0,0007). Frekuensi gangguan ansietas pada wanita yang berpendidikan SLTP (19,2%), SLTA (8,2%), PT (5,6%) lebih tinggi dibandingkan wanita yang berpendidikan SD (1,7%). Hasil Chi-kuardrat menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara gangguan ansietas dan tingkat pendidikan responden (p=0,0000) (Tabel 2). Tabel 2. Perbedaan antara gangguan ansietas dan tingkat pendidikan responden Tingkat pendidikan SD SLTP SLTA PT Total Ansietas Ya (%) Tidak (%) 2 (1,7) 24 (19,2) 29 (8,2) 6 (5,6) 61 (8,7) 115 (98,3) 101 (80,8) 323 (91,8) 100 (94,3) 639 (91,3) Total (%) 117(100) 125(100) 352(100) 106(100) 700(100) Frekuensi gangguan ansietas yang dialami oleh responden dengan status sudah menikah (13,9%), lebih tinggi dibandingkan responden yang belum menikah (5,1%). Hasil uji Chi-kuardrat menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara gangguan ansietas dan status perkawinan (p=0,0000) (lihat Tabel 3). Tabel 3. Perbedaan antara gangguan ansietas dan status perkawinan responden Status perkawinan Ansietas Ya (%) Tidak (%) Total (%) Menikah Belum menikah Total 40 (13,9) 21 (5,1) 246 (86,1) 393 (94,9) 286 (100) 414 (100) 61 (8,7) 639 (91,3) 700 (100) Frekuensi gangguan ansietas pada wanita berusia 15-55 tahun yang bekerja (6,4%), berbeda dengan yang tidak bekerja (12,1%). Analisis uji Chikuardrat menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara gangguan ansietas dan status pekerjaan wanita usia 15-55 tahun (p=0,01) (Tabel 4). Tabel 4. Perbedaan gangguan ansietas dengan status pekerjaan responden Status pekerjaan Ansietas Ya (%) Tidak (%) Bekerja 26 (6,4) Tidak bekerja 35 (12,1) Total 61 (8,7) 383 (93,6) 256 (87,9) 639 (91,3) Total (%) 409(100) 291(100) 700(100) PEMBAHASAN Prevalensi gangguan ansietas di Indonesia belum banyak diteliti dan agak langka bila dibandingkan dengan prevalensi gangguan neurotik pada umumnya. Informasi tersebut harus diperoleh dengan penelitian dari rumah ke rumah, mengingat bahwa sebagian besar kasus ansietas tidak berupaya untuk mendapatkan pengobatan. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM-III(8) dan DSM IV(9) ) hanya menyatakan bahwa ansietas banyak dijumpai di masyarakat. International clasification of diseases/ICD ke-10,(6) maupun Pedoman penggolongan dan diagnosis jiwa (PPDGJ)-III,(10) tidak menyebutkan prevalensi ansietas sama sekali. Penelitian ini menunjukkan bahwa pervalensi gangguan ansietas pada wanita usia 15-55 tahun besarnya 8,17%. Hasil tersebut tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Shaw dkk.(5) 89 Wiguna, Ibrahim dan Pincus dkk.(11) masing-masing sebesar 8,3% dan 9,3%. Namun penelitian di daerah pedesaan di Pakistan menunjukkan bahwa prevalensi gangguan ansietas pada wanita berusia 16-60 tahun lebih tinggi sebesar 25%.(12) Perbedaan ini terjadi karena karakteristik yang berbeda antara studi di Jakarta dan Pakistan. Pada studi di Jakarta sebagian besar responden berpendidikan tinggi (SLTA dan Perguruan Tinggi/PT) dibandingkan di Pakistan yang sebagian besar respondennya berpendidikan rendah (Tidak dapat membaca, SD dan SLTP). Pendidikan formal seseorang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan ansietas karena pendidikan memberikan kesempatan seseorang untuk melakukan respons terhadap lingkungannya. Kesadaran akan harga diri dan kemampuan untuk mengendalikan lingkungannya akan semakin baik dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan seseorang. Pada studi ini gangguan ansietas pada wanita berusia 15-55 tahun yang berpendidikan SD dan SLTP lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan SLTA dan PT. Hasil penelitan ini konsisten dengan penelitian di Pakistan. Ganguan ansietas tertinggi didapatkan pada wanita berusia 15-35 tahun (65,5%), kemudian menurun pada wanita berusia 35-45 tahun dan ≥45 tahun masing-masing sebesar 21,3% dan 13,1%. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian di Pakistan, tantangan yang dihadapi wanita berusia 15-35 tahun seperti pekerjaan dan pernikahan, lebih besar dibandingkan wanita yang berusia lebih lanjut. Hasil studi ini menunjukkan bahwa prevalensi gangguan ansietas berbeda secara bermakna dengan status pekerjaan dan pernikahan. Ternyata hasil penelitian ini berbeda dengan di Pakistan yang mendapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara gangguan ansietas dan status pernikahan wanita usia 16-60 tahun (p = 0,3) . Besarnya prevalensi gangguan ansietas pada wanita usia 15-55 tahun di masyarakat merupakan pertanda bahwa status kesehatan mental pada wanita sangat penting. Hal ini perlu ditekankan mengingat peranan wanita sebagai ibu rumah tangga, pembimbing utama bagi perkembangan anak-anaknya bahkan seringkali sebagai sumber pencari nafkah bagi keluarganya. 90 Ansietas pada wanita usia 15-55 tahun KESIMPULAN Gangguan ansietas pada wanita berusia 1555 tahun di masyarakat ternyata cukup tinggi prevalensinya. Usia wanita, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan penikahan berperan secara bermakna dengan gangguan ansietas. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di masyarakat untuk menentukan faktor-faktor risiko terjadinya gangguan ansietas pada wanita. Dengan demikian dapat diperoleh informasi untuk menentukan langkah-langkah intervensi yang diperlukan untuk mengatasi gangguan ansietas tersebut. Daftar Pustaka 1. Gorman J M, Papp LA, Anxietas disorders in review of psychiatry. Washington: American Psychiatric Press; 1992. 2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan and Sadock comprehensive textbook of psychiatry. 7th ed. Baltimore: Lippincott William & Wilkins; 1999. 3. Schileder P.Type of anxiety neurosis. London: Sccience Press; 1991. 4. Yates WR. Anxiety disorders. Available from U R L : h t t p : / / w w w. e m e d i c i n e . c o m / m e d / topic152.htm. Accessed April 17, 2003. 5. Shaw CM, Creed F, Tomenson B, Riste L, Cruickshank K. Prevalence of anxiety and depressive illness and help seeking behaviour in African Caribbeans and white Europeans: two phase general population survey. Br Med J 1999; 318: 302-6. 6. World Health Organization. International classification of disease. 10 th ed. (ICD 10) Classification of mental and behavioral disorders: Clinical description and diagnostic guideline, Geneva: 1993. 7. Hardina. P. Sex-related differences Do they matter. J Psychiatry Neuro Sci 2000. 25: 319-20. 8. Diagnostic and statistical manual of mental disorders third edition (DSM-III). American Psychiatric Association. Washington DC, 1990. 9. Dianostic and statistical manual of mental disorders fourth edition (DSM-IV). American Psychiatric Association. Washington DC, 1994. 10. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ) III di Indonesia. Direktorat Kesehatan Jiwa. Dirjen Medik. Departemen J Kedokter Trisakti Kesehatan, 1993. 11. Pincus HA, Zarin DA, Tanielian TL, Johnson JL, Pettit AR. Psychiatric patients and treatment in 1997. Arch Gen Psychiatri 1999; 56: 441-9. Vol.22 No.3 12. Dodani S, Zuberi RW. Center based prevalence of anxiety and depression in women of the North areas of Pakistan. J Pak Med Assoc 2000; 50: 138-41. 91