STUDI KASUS PADA KLIEN ANSIETAS DENGAN PENDEKATAN TEORI ADAPTASI STUART Novi Widyastuti Rahayu1 1 Dosen Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta Abstrak Ansietas adalah bagian dari respons terhadap stres dan dalam rentang sehat, dan tanda bagi seseorang untuk melindungi diri dari situasi berhahaya. Dampak negatif ansietas dapat menurunkan produktifitas dan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan hasil kasus spesialis keperawatan jiwa pada klien ansietas menggunakan pendekatan teori Adaptasi Stuart. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan teori Adaptasi Stuart. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah tindakan keperawatan generalis ansietas, dan tindakan keperawatan spesialis meliputi terapi individu; terapi relaksasi progresif dan terapi penghentian pikiran. Hasil pelaksanaan tindakan keperawatan tersebut dapat menurunkan tanda dan gejala ansietas pada aspek kogitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial serta meningkatkan kemampuan klien dalam mengatasi ansietas. Kata Kunci: ansietas, teori adaptasi Stuart Pendahuluan Berdasarkan hal tersebut ansietas menjadi Ansietas adalah bagian dari respons terhadap masalah ketika terjadi dalam waktu yang lama stres dan dalam rentang sehat, dan tanda bagi dan menyebabkan gejala fisik atau psikologis seseorang untuk melindungi diri dari situasi serta berhahaya (Carson, 2000;Videbeck, 2008). (Varcarolis, 2000;Carson, 2000). mempengaruhi perilaku sosial Hal ini juga sesuai dengan Varcarolis (2000) ansietas merupakan respons normal terhadap Upaya pencegahan yang dilakukan difokuskan situasi yang mengancam sepanjang kehidupan pada pencegahan terjadinya gangguan dan manusia. Dari definisi ansietas tersebut dapat peningkatan kemampuan klien dan keluarga disimpulkan bahwa ansietas merupakan alat dengan melakukan promosi kesehatan tentang untuk cara memperingatkan individu terhadap perawatan penyakit kronis dengan ancaman, konflik dan bahaya yang akan terjadi meminimalkan tanda gejala atau keluhan yang di masa akan datang. Berbeda dengan Stuart muncul dengan melakukan latihan yang dan Laraia (2009) ansietas adalah perasaan diberikan oleh penulis. Hal ini sesuai dengan khawatir, tidak pasti terhadap sesuatu yang konsep perawat Community Mentah Health tidak jelas. Shives (2005) juga menjelaskan Nursing (CMHN) yang berada di komunitas ansietas ketidakpastian, yaitu bertanggung jawab memberikan asuhan kegelisahan, ketakutan atau tekanan yang keperawatan jiwa komunitas pada klien dan dialami oleh seseorang dalam berespons keluarga yang masuk dalam kelompok resiko terhadap situasi mengalami gangguan jiwa dengan upaya adalah perasaan atau objek yang tidak diketahui sebelumnya dan bersifat subjektif. promotif dan preventif. pendekatan teori adaptasi Stuart. Teori Jumlah klien yang dikelola sebanyak 35 orang, adaptasi Stuart memandang perilaku manusia meliputi Stroke 4 orang (3.44%), DM 15 orang dalam perspektif yang holistik terdiri atas (12.93%), Hipertensi 30 orang (25.86%), TB 6 biologis, psikologis dan sosiokultural. Aspek- orang (5.17%), Kolesterol 25 orang (21.55), aspek tersebut dalam asuhan keperawatan jiwa Gastritis 30 orang (25.86%). Berdasarkan saling berintegrasi. Menurut Stuart (2013) gangguan fisik tersebut, keluhan klien yang psikodinamika masalah keperawatan dimulai penulis temukan adalah sulit tidur, tidak nafsu dengan makan, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber fokus pada dirinya sendiri, produktivitas koping menurun, banyak bertanya, wajah tegang, digunakan oleh seorang individu sehingga takut tidak spesifik, khawatir, kekakuan pada menghasilkan respons baik yang bersifat otot, pusing, dan waspada. Keluhan klien lain konstruktif maupun destruktif dalam rentang yang penulis temukan adalah kurangnya adaptif sampai maladaptif. menganalisa dan faktor mekanisme predisposisi, koping yang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan ketidakmampuan klien dalam merawat Berdasarkan hal tersebut, untuk meningkatkan penyakit kronis, sehingga saat muncul keluhan kemampuan klien dan menurunkan tanda dan pada bagian yang sakit selalu membuat klien gejala ansietas, penulis melakukan berbagai takut dan khawatir. Beberapa keluhan fisik tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan klien yang penulis temukan tersebut selalu ini klien rasakan secara berulang dan saat tindakan keperawatan generalis dan tindakan berulang membuat klien semakin takut dan keperawatan khawatir. kebutuhan diberikan dalam spesialis klien. bentuk pemberian sesuai Bentuk dengan tindakan keperawatan yang diberikan pada klien dan Kekhawatiran tersebut membuat dasar penulis keluarga dengan ansietas yang sudah penulis untuk tindakan laksanakan adalah terapi penghentian pikiran, keperawatan, dengan cara menurunkan tanda terapi relaksasi progresif, dengan melibatkan gejala atau keluhan yang sering klien rasakan klien, keluarga dan kader kesehatan. memfokuskan pemberian serta meningkatkan kemampuan klien untuk latihan mengontrol ansietas. Langkah awal yang sudah dilakukan penulis adalah melakukan pengkajian terkait dengan kondisi kesehatan klien dengan menggunakan Efektivitas pemberian terapi pada klien keluarga dan kelompok sudah dibuktikan melalui beberapa hasil penelitian. Penelitian Agustarika (2008) menunjukan thought stopping dapat menurunkan kecemasan. Hasil penelitian Supriatin (2010) menunjukan klien yang diberikan relaksasi progresif dan thought stoping menurunkan respons Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa klien ansietas rata-rata berumur 51,14 tahun dengan umur termuda 45 tahun dan umur tertua 69 tahun. Tabel 2. Karakteristik klien Ansietas (n=35) fisiologis, kognitif, perilaku dan emosi pada klien yang mengalami ansietas. Begitu juga N o 1. hasil penelitian Snyder & Lindquist (2002) latihan Progressive Muscle Relaxation dapat 2. meningkatkan kondisi rileks. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi kasus asuhan keperawatan spesialis jiwa pada klien ansietas dengan pendekatan 3. teori 4. Adaptasi Stuart. Metode Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Status Perkawinan Menikah Janda / Duda (n) (%) 14 21 40 60 1 8 10 16 2.85 22.85 28.57 45.71 9 26 25.71 74.28 28 7 80 20 Metode yang digunakan adalah studi kasus Berdasarkan Tabel 2, diketahui karakteristik dengan pendekatan teori Adaptasi Stuart klien paling banyak jenis kelamin perempuan 21 orang (61%), pendidikan SMA 16 orang (45.71%), tidak bekerja 26 orang (74.28%), Hasil Hasil dan masih memiliki pasangan hidup yaitu penelitian ini menguraikan tentang sebanyak 28 orang (80%). pelaksanaan asuhan keperawatan spesialis jiwa pada klien ansietas menggunakan pendekatan teori Adaptasi Stuart. Berikut ini dijelaskan tentang hasil pelaksanaan studi kasus spesialis Faktor Predisposisi Tabel 3 Distribusi Faktor Predisposisi pada Klien Ansietas (n=35) jiwa pada klien ansietas yang sudah dilakukan meliputi;. Karakteristik Klien Mean Umur 51,14 Faktor Predisposisi 1. Biologis a. Riwayat penyakit kronis b. Genetik Psikologis a. Kepribadian tertutup b. Riwayat kehilangan Sosial Budaya a. Status ekonomi menengah kebawah b. Pernah di rawat di RS c. Pola komunikasi tertutup d. Jarang terlibat kegiatan sosial 2. Tabel 1 Karakteristik klien Ansietas (n=35) Karakteristik No Standar deviation 4,306 MinMaks 45- 69 th 3. n (%) 35 7 100 20 28 28 80 80 35 100 15 28 20 42.85 80 57.14 Berdasarkan Tabel 3, faktor predisposisi diatas (100%). Stresor psikologis, ditemukan adanya bisa lebih dari satu untuk setiap klien, dengan perasaan takut, kehilangan, kematian sebanyak rincian sebagai berikut: Faktor biologis; 20 orang (57.14%). Stresor sosial budaya menunjukkan bahwa seluruh klien mempunyai semua klien mengalami kekhawatiran pada riwayat penyakit kronis (100%). Faktor anggota psikologis; sebagian besar ditemukan bahwa sebanyak 100%. Asal Stresor: seluruh klien klien memiliki tipe kepribadian yang tertutup, mempunyai dan riwayat kehilangan sebanyak 28 orang ditemukan (80%). Faktor sosial budaya; seluruh klien (internal) dan dari luar individu (eksternal) memiliki ststus ekonomi menengah ke bawah sebanyak (100%). stresor: sebagian besar klien yang telah keluarga dan sumber berasal 100%. perubahan peran permasalahan dari Waktu dalam dan yang individu lamanya terpapar dengan stresor sekitar > 3 tahun Faktor presipitasi sebanyak 20 orang (57.14%) dan paling Tabel 4 Distribusi Faktor Presipitasi pada Klien Ansietas (n=35) No 1. 2. 3. 4. Faktor Presipitasi Sifat stressor a. Biologis Kondisi fisik Kekambuhan b. Psikologis Kehilangan c. Sosial budaya Status ekonomi Asal stressor a. Internal b. Eksternal Waktu dan lama stressor a. 1 tahun b. 2 tahun c. > 3 minggu Jumlah stressor a. > 2 stressor Jumlah rendah terpapar stresor selama 1 tahun sebanyak 7 orang (20%). Jumlah Stresor: Prosentase (%) hasil pengkajian seluruh klien mempunyai stresor lebih dari 2 stresor (100%). 35 20 100 57.14 35 100 35 100 35 35 100 100 7 8 20 20 22.85 57.14 Sumber Koping Tabel 5 Sumber Koping Klien Ansietas (n=35) No Sumber Koping 1 Kemampuan personal Tahu cara mengatasi ansietas Tidak tahu cara mengatasi ansietas Dukungan Sosial Keluarga tahu cara mengatasi ansietas Keluarga tidak tahu cara mengatasi ansietas Material Asset BPJS Tabungan pribadi Jarak jangkauan tempat pelayanan kesehatan Keyakinan positif Yakin sembuh Tidak yakin sembuh 2 35 100 Berdasarkan Tabel 4 penjelasan tentang faktor 3 presipitasi pada klien ansietas sebagai berikut: Sifat Stresor: berdasarkan hasil pengkajian terhadap 35 klien, diketahui bahwa faktor presipitasi biologis berupa adanya masalah kesehatan fisik ditemukan pada seluruh klien 4 n % 5 30 14.28 85.71 1 2.85 34 97.14 28 7 35 80 20 100 24 11 68.57 31.42 Berdasarkan Tabel 5, penjelasan tentang melakukan apapun, memendam masalah atau sumber koping pada klien ansietas sebagai banyak diam sebanyak 23 orang (65.71%). berikut: Personal ability: Sebagian besar klien yaitu sebanyak 30 orang (85.71%) mengatakan tidak tahu bagaimana mengatasi ansietas. Sosial Support: sebagian besar keluarga tidak mengetahui cara mengatasi ansietas yaitu sebanyak 30 orang (97.14%). Material Asset: sebagian besar klien menggunakan asuransi BPJS yaitu sebanyak 28 orang (80%). Positif Believe: sebagian besar klien mempunyai Penilaian terhadap stresor Ansietas yang dialami oleh klien setiap orang berbeda-beda tingkatannya. Berikut ini adalah tanda gejala ansietas atau penilaian terhadap stresor ansietas pada Tabel 7 Tabel 7 Distribusi Penilaian Terhadap Stresor Klien Ansietas (n=35) keyakinan positif bisa sembuh yaitu sebanyak No Penilaian terhadap Stresor n 24 orang (68.57%). 1. Respons Kognitif a. Terfokus pada masalah b. Mampu berpikir secara luas 31 4 88.57 11.42 Mekanisme Koping 2. Respons Afektif a. Bingung b. Khawatir c. Sedih d. Rasa tidak berharga 35 35 35 5 100 100 100 14.28 3. Respons Fisiologis a. TTV naik b. Insomnia c. Anoreksia Respons Perilaku a. Produktifitas menurun b. Banyak bertanya c. Lebih banyak diam d. Pembicaraan berfokus pada diri sendiri e. Mudah menangis f. Marah g. Berdoa Respons Sosial a. Menghindari orang lain b. Berbicara pada orang lain 20 32 21 57.14 91.42 60 29 35 23 15 82.85 100 65.71 42.85 14 8 10 40 22.85 28.57 18 21 51.42 60 Tabel 6 Distibusi Mekanisme Koping Klien Ansietas (n=35) No Mekanisme Koping 1. Mekanisme Koping Adaptif: a. Berdoa / beribadah b. Berobat ke pelayanan kesehatan c. Melakukan kegiatan bermanfaat d. Bercerita dengan orang lain Mekanisme Koping Maladaptif a. Menyangkal penyakitnya b. Ketergantungan pada orang lain c. Tidak melakukan apapun/ memendam masalah/diam d. Menangis e. Marah 3 n % 10 18 4 21 28.57 51.42 11.42 60 4 15 23 11.42 42.85 65.71 14 8 40 22.85 Berdasarkan Tabel 6 diatas, mekanisme 4. 5. % koping adaptif yang banyak klien lakukan saat menghadapi masalah ansietas yaitu dengan Berdasarkan Tabel 7, penjelasan tentang berbicara dengan orang lain sebanyak 21 penilaian terhadap stresor pada klien ansietas orang (60%), sedangkan mekanisme koping sebagai berikut: Respons Kognitif: sebagian maladaptif yang banyak klien lakukan saat besar klien terfokus pada masalah yang menghadapi masalah ansietas yaitu tidak dialami yaitu sebanyak 31 orang (88.57%). Respons Afektif: seluruh klien mengalami binggung, sedih dan khawatir sebanyak (100%). Respons Fisiologis: respon tubuh Karakteristik Klien dengan Ansietas yang paling banyak dialami oleh klien yaitu insomnia sebanyak 32 orang (91.42%). Respons Perilaku: seluruh klien melakukan banyak bertanya yaitu (100%). Respons Sosial: paling banyak respon sosial klien yaitu berbicara dengan orang lain sebanyak 21 Karakteristik klien ansietas yang akan dibahas terdiri atas usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan. Berikut ini pembahasan tentang karakteristik klien dengan masalah ansietas. orang (60%) . a. Usia Klien yang dikelola dengan masalah ansietas Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Tabel 8 Distribusi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Klien Ansietas (n=35) rata-rata berusia 51,14 tahun. Erikson (2000) menggolongkan usia 25-65 tahun ke dalam usia dewasa dan usia 18-25 tahun pada No Tindakan Keperawatan n % tahapan usia dewasa awal. Usia dewasa 1. Tindakan Generalis a. Individu b. Keluarga 35 35 100 100 merupakan masa produktif dimana klien 2. Tindakan Spesialis a. Terapi Penghentian Pikiran b. Terapi Relaksasi Progresif 32 35 91.42 100 diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. memiliki tuntutan aktualisasi diri, baik dari Stuart dan Laraia (2009) menyatakan bahwa Berdasarkan Tabel 8 diatas, diuraikan tentang usia tindakan keperawatan yang diberikan kepada seseorang dalam menghadapi berbagai macam 35 klien yang mengalami ansietas. Tindakan stresor, kemampuan memanfaatkan sumber generalis: keluarga dukungan dan ketrampilan dalam mekanisme mendapatkan intervensi generalis (100%). koping. Disisi lain Stuart (2013) menjelaskan Tindakan Spesialis: Terapi penghentian bahwa perubahan usia akan berpengaruh pikiran diberikan pada 32 orang (91.42%). terhadap kecenderungan dalam menggunakan Relaksasi progresif diberikan pada seluruh jasa pelayanan kesehatan mental. Hal ini juga klien dengan ansietas (100%). sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) seluruh klien dan berhubungan dengan pengalaman yang menjelaskan bahwa pada rentang usia Pembahasan dewasa, seseorang akan berfikir lebih rasional Dari hasil studi kasus yang telah dilakukan, untuk mencari pelayanan kesehatan. berikut ini pembahasan yang dilakukan pada klien ansietas . a. Jenis Kelamin Hasil pengkajian menunjukkan sebagian besar keuangan. Austin (1991) menemukan adanya klien berjenis kelamin perempuan. Hasil ini burden terhadap kondisi keuangan dan senada dengan hasil penelitian Luttik, Lesman kondisi & Jaarsma (2009) bahwa jenis kelamin menimbulkan ansietas klien. kesehatan pada klien yang berpegaruh terhadap kemampuan mengelola stres, klien perempuan lebih rentan mengalami c. stres Menurut Hasil pengkajian menunjukkan pendidikan Kuraesin, N.D (2009) Laki-laki lebih luas klien yang bervariasi. Pendidikan klien wawasannya karena sering berinteraksi dengan paling tinggi adalah SMA 16 orang (45.71%) lingkungan luar, sedangkan sebagaian besar dan pendidikan klien paling rendah tidak perempuan hanya tinggal dirumah, sehingga sekolah 1 orang (2.85%). Temuan ini tidak informasi yang didapat terbatas. Videbeck sejalan (2008) menyatakan bahwa wanita lebih sering dilakukan oleh Kopelowicz, Liberman dan mengalami gangguan emosional yaitu ansietas Zarare (2002) yang menyatakan bahwa dan selain itu individu yang berusia kurang semakin tinggi pendidikan dan pengetahuan dari seseorang akan berkorelasi positif dengan dibandingkan 45 tahun, laik-laki. situasi perceraian atau Pendidikan dengan hasil keterampilan merupakan Penelitian yang dilakukan oleh Lowton ansietas. pendukung Penyebab ansietas munculnya klien lebih (2002) yang yang yang perpisahan serta status sosial ekonomi rendah faktor koping penelitian dimiliki. mengidentifikasi bahwa dikarenakan pada tanggung jawab seorang pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi perempuan terhadap peran sosialnya yang kemampuannya tidak dapat dikerjakan karena sakit. penyakitnya. untuk mengatasi Menurut Lowton (2002) Pendidikan yang tinggi, dapat memberi 2 dampak terhadap b. klien ketika menjalani perawatan di rumah Pekerjaan Hasil pengkajian menunjukkan sebagian sakit. Dampak positif yang ditemukan adalah besar dengan klien tidak memiliki pekerjaan. pendidikan yang tinggi akan Pekerjaan berkaitan dengan pendapatan yang mempengaruhi pendapatan klien sehingga diterima oleh klien. Hasil ini sesuai pendapat dapat menjadi sumber koping untuk klien Cattell (2001) serta Hoffman dan Hatch ketika (2000) yang menjelaskan bahwa terdapat kemampuan untuk memobilisasi sumber dan hubungan antara kemiskinan dan stresor mencari informasi. Dampak positif lain menjalani perawatann juga adalah dengan yang tinggi sebanyak 35 klien. Hal ini sesuai Stuart dan diharapkan pengetahuan dan ketrampilan Laraia (2009) yang menyatakan bahwa klien dalam merawat dirinya semakin baik. kondisi Sedangkan teridentifikasi pendidikan kesehatanfisik seseorang sangat dampak negatif yang berpengaruh terhadap ansietas. Semakin adalah semakin tinggi buruk kondisi kesehatan klien maka akan pendidikan klien maka pengetahuan tentang menyebabkan skala ansietas meningkat. kegawatan penyakitnya semakin diketahui dan hal ini berpotensi menimbulkan Faktor predisposisi kedua adalah faktor peningkatan ansietas klien. Pada manajemen psikologis. Pada faktor predisposisi kasus diatas, kemungkinan dampak negatif psikologis yang teridentifikasi adalah kondisi dari pendidikan tinggi klien yang terjadi. psikologis yang terkait dengan kepribadian yang tertutup, pengalaman kehilangan dan d. Status Perkawinan pengalaman menjadi korban kekerasan. Hal Hasil pengkajian menunjukkan sebagian ini sesuai dengan teori psikoanalisa yang besar klien masih memiliki pasangan hidup disampaikan yaitu sebanyak 28 orang (80%) dan sisanya 7 manyampaikan bahwa ansietas merupakan orang (20%) sudah tidak memiliki pasangan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan hidup atau disebut janda/duda. Friedman masalah, konflik yang tidak disadari antara (1998) menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) impuls agresif atau kepuasan libido serta fungsi dalam sebuah keluarga, yaitu fungsi pengakuan terhadap ego dari kerusakan afektif, fungsi sosialisasi dan penempatan eksternal yang berasal dari kepuasan. Roerig sosial, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, (1999) yang menjelaskan bahwa kondisi serta memberikan pelayanan kesehatan bagi psikologis dihasilkan dari konflik yang tidak seluruh anggota keluarga. Seseorang yang disadari pada saat masa kanak-kanak, seperti telah menikah akan menjalankan fungsi- takut kehilangan cinta atau perhatian orang fungsi keluarga di atas. tua, menimbulkan perasaan tidak nyaman hasil pengkajian faktor predisposisi pertama yaitu faktor biologi. Faktor biologis berupa penyakit kronis dan faktor genetik penyakit kronis. Penyakit kronis ditemukan Freud (1994) yang atau ansietas pada masa kanak-kanak, remaja Faktor Predisposisi Berdasarkan oleh paling banyak yaitu dan dewasa awal. Faktor predisposisi ketiga adalah sosial budaya. Hasil manajemen kasus spesialis keperawatan jiwa mengidentifikasi adanya faktor sosial ekonomi menengah ke bawah, pola komunikasi yang buruk dan jarang budaya. terlibat dalam kegiatan sosial. Kelima aspek teridentifikasi sosial budaya ini mempunyai prevalansi yang psikologi. Hal ini sesuai dengan konsep tinggi sebagai penyebab ansietas klien. Hasil adaptasi stres (Stuart & Laraia, 2009) yang ini senada dengan teori sosial budaya yang menyatakan bahwa asal stresor dapat berasal menyatakan bahwa pengalaman seseorang dari internal dan eksternal. Waktu dan sulit beradaptasi terhadap permintaan sosial lamanya stresor: sebagian besar klien yang budaya dikarenakan konsep diri yang rendah telah terpapar dengan stresor sekitar > 3 dan mekanisme koping yang buruk (Shives, tahun sebanyak 20 orang(57.14%) dan paling 2005). Kemampuan komunikasi yang rendah rendah terpapar stresor selama 1 tahun akibat konsep diri yang negatif menyebabkan sebanyak 7 orang(20%). Jumlah Stresor: seseorang menyelesaikan hasil pengkajian seluruh klien mempunyai masalah sehingga berpotensi menyebabkan stresor lebih dari 2 stresor (100%). Semakin ansietas. banyak jumlah stresor yang dialami maka sulit dalam Sedangkan dari stresor stresor biologi tingkat ansietas yang dialami oleh hasil dan klien semakin meningkat. Hal ini memperkuat Faktor Presipitasi Berdasarkan internal faktor pernyataan Stuart dan Laraia (2009) yang presipitasi, Sifat Stresor: biologi, diketahui menyatakan bahwa jumlah stresor lebih dari seluruh klien mengalami masalah kesehatan satu yang dialami oleh individu dalam satu fisik waktu (100%). Hal pengkajian ini senada dengan akan lebih sulit diselesaikan pernyataan Peate dan Whiting (2006) bahwa dibandingkan dengan satu stresor yang penyebab ansietas pada klien adalah kondisi dialami sakit yang dialaminya. Stresor psikologis, ditemukan adanya perasaan takut, kehilangan Sumber Koping sebanyak 20 orang (57.14%). Stresor sosial Sumber koping terdiri dari 4 komponen yaitu budaya mengalami kemampuan personal, dukungan sosial, asset kekhawatiran pada anggota keluarga dan material dan keyakinan positif. Berikut ini perubahan peran sebanyak 100%. Asal diuraikan tentang 4 komponen sumber koping Stresor: seluruh klien mempunyai sumber tersebut, meliputi; kemampuan personal permasalahan yang ditemukan berasal dari yang yang didapatkan pada hasil pengkajian dalam individu (internal) dan dari luar adalah kemampuan melakukan perawatan individu (eksternal) sebanyak 100%. Stresor terhadap penyakitnya dan kemampuan dalam eksternal teridentifikasi dari stresor sosial mengontrol ansietas. Hal ini sesuai dengan semua klien konsep Stuart dan Laraia (2009) yang yang memiliki material asset memungkinkan menyatakan bahwa kemampuan personal yang untuk mengakses pelayanan kesehatan yang perlu dimiliki oleh klien meliputi kemampuan dibutuhkan sebagai solusi terhadap masalah mengenal masalah, menentukan masalah dan kesehatan yang sedang dihadapi. Keyakinan menyelesaikan masalah. positif, hasil pengkajian yang ini didapatkan sebagian dalam besar klien Dukungan sosial yang didapatkan sebagian mempunyai keyakinan bisa sembuh yaitu besar tidak mendapatkan dukungan sosial sebanyak 24 orang (68.57%) dan sisanya terkait dengan stresor yang dialami. Semakin merasa tidak yakin sembuh sebanyak 11 orang rendah dukungan sosial yang diterima oleh (31.42%). klien menyebabkan peningkatan ansietas. Hal ini sesuai dengan Taylor, dkk (2006) yang Mekanisme Koping menyatakan bahwa dukungan sosial yang mekanisme koping adaptif yang banyak klien membantu seseorang untuk meningkatkan lakukan saat menghadapi masalah ansietas pemahaman terhadap stresor dalam mencapai yaitu dengan berbicara dengan orang lain ketrampilan koping yang efektif. Pendapat sebanyak yang sama mekanisme koping maladaptif yang banyak pada menyatakan Sarafino (2002) yang bahwa dukungan sosial 21 orang (60%), sedangkan klien lakukan saat menghadapi masalah merupakan perasaan caring, penghargaan atau ansietas apapun, membantu seseorang menerima orang lain memendam yang berasal dari keyakinan yang berbeda. sebanyak 23 orang (65.71%). Mekanisme Taylor et al. (2006) memaparkan bahwa koping yang penulis kaji , masuk dalam dukungan sosial berasal dari (problem keluarga, komunitas. yaitu kompromi) tidak masalah melakukan atau banyak diam focused coping mechanism: dan tidak melakukan apapun/memendam masalah (emotion focused Menurut teori Adaptasi Stuart, material aset coping mechanisms: represi). dan sumber pelayanan kesehatan merupakan salah satu sumber koping (Stuart, 20013). Penilaian terhadap Stresor Pada besar Penilaian terhadap stresor yang didapatkan mempunyai jaminan kesehatan berupa BPJS pada klien ansietas dikelompokkan dalam serta tinggal penilaian fisiologis, kognitif, afektif, perilaku baik dan sosial budaya. Respons kognitif yang Puskesmas masupun rumah sakit. Seseorang teridentifikasi dari hasil studi kasus spesialis klien kelolaan sebagian terjangkau besar pelayanan sebagian bertempat kesehatan keperawatan jiwa adalah kemampuan berpikir dapat yang dimiliki oleh klien dalam melihat stresor mempengaruhi kemampuan seseorang untuk yang dialami. Repons kognitif yang ditemukan melawan penyakit. Pendapat yang sama ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat disampaikan oleh Fortinash (2003) yang negatif. menyatakan bahwa ansietas secara fisiologis Repons positif dihasilkan dari mempengaruhi ditunjukan sistem dalam imun kemampuan klien dalam mentoleransi stresor. dapat skala Repons negatif dihasilkan dari kegagalan meningkat, menurun atau fight or flight. dan normal, dalam melakukan penilaian kognitif terhadap stresor. Hal ini senada dengan pendapat Stuart Penilaian terhadap stresor pada respons dan Laraia (2009) yang menyatakan bahwa perilaku faktor kognitif bertugas mencatat kejadian menangis, berdoa. Perilaku berdoa dalam stresful, memilih pola koping yang digunakan, rangka menurunkan berbagai stres tersebut dan emosional, fisiologis, perilaku dan reaksi senada dengan penelitian yang dilakukan oleh sosial seseorang. Baldacchino (2001) yang menyebutkan bahwa yang didapatkan yaitu marah, koping spiritual (berdoa) merupakan upaya Penilaian terhadap stresor pada respons untuk menyelesaikan antara stimulus stres dan afektif yaitu bingung, khawatir dan sedih. Hal hasil ini sesuai pendapat Stuart dan Laraia (2009) timbulnya stres. Dengan kata lain berdoa yang merupakan salah satu strategi koping yang menyatakan bahwa repons afektif negatif yang digunakan percaya, antisipasi atau kaget, bingung dan penyakit dan dirawat di rumah sakit. kawatir. respons Penilaian terhadap stresor pada respons sosial fisiologis yang didapatakan yaitu peningkatan yang didapatkan yaitu menghindari orang lain tekanan darah, terganggunya pola tidur, pola dan interaksi sosial kurang. Sebagian besar makan. Saat stres terbentuk interaksi beberapa klien menunjukkan interaksi sosial kurang. neuroendokrin hormon, Hal ini sesuai dengan pernyataan Peate dan adrenokortikotropik Whiting (2006) yang menyatakan bahwa oksitosi, insulin, kebosanan dan kelelahan klien menyebabkan epineprin, norepineprin, dan neurotransmiter klien menghindari kontak sosial dengan orang lain di otak. Repons fisiologis Fight-or-flight lain. menstimulasi divisi simpatik dari sistem saraf berbicara autonomik aktivitas didalamnya tenaga profesional. Komunikasi kelenjar adrenal. Sebagai tambahan, stres yang dilakukan biasanya dilakukan dalam stresor yang prolaktin, hormon (ACTH) vasopresin, dan pada meliputi meningkatkan klien menyebabkan meliputi sedih, takut, marah, menerima, tidak Penilaian oleh dapat Perilaku sosial dengan dalam menerima yang positif orang lain yaitu termasuk bentuk bicara orang sistem saraf otonom dalam berespons terhadap (kelompok). Hal ini sesuai pendapat Carson ansietas. Analisa yang dapat kita simpulkan (2000), yang menyatakan bahwa berbagi adalah pengalaman dapat dilakukan dalam kelompok. diberikan ketika klien menunjukkan repon Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan fisiologis yang abnormal sehingga relaksasi Kesimpulannya bahwa kebiasaan komunikasi progresif tepat diberikan pada skala ansietas terbuka dengan orang lain dapat menurunkan sedang, berat dan panik dimana terjadi tingkat ansietas. peningkatan atau penurunan fungsi fisologis. Terapi Relaksasi progresif merupakan suatu Terapi penghentian pikiran digunakan untuk upaya keterampilan yang dimiliki seseorang mengatasi untuk mengurangi ketegangan dan ansietas manajemen pikiran negatif terutama dalam akibat kontraksi terhadap perpindahan serabut kondisi situasional. Hal ini sesuai dengan otot ketegangan. pendapat Wheeler (2008) yang menyatakan Ketegangan ini dapat disebabkan karena bahwa terapi penghentian pikiran dilakukan adanya bahaya atau ancaman yang dirasakan untuk memecahkan ansietas dengan stimulus oleh individu. Kemampuan yang dicapai klien yang tiba-tiba. Wolphe (1974) menyatakan dari pemberian terapi ini adalah klien mampu bahwa terapi penghentian pikiran efektif memperagakan efek diberikan pada tingkatan dimana konsentrasi fisiologis yang ditimbulkan oleh ansietas individu mulai menurun. Analisa yang dapat seperti gangguan pola tidur dan pola makan. dikembangkan adalah bahwa terapi thought Dengan kata lain, relaksasi progresif sangat stopping efektif dilakukan pada skala ansietas efektif digunakan untuk menurunkan ansietas berat karena pada skala ini terjadi penurunan terutama mengontrol efek fisiologis yang kemampuan untuk berfokus sehingga teknik ditimbulkan oleh ansietas. Hal ini sesuai mendistraksi pikiran negatif sangat efektif dengan yang diberikan. Hasilnya pada manajemen kasus menjelaskan bahwa relaksasi progresif sangat klien dengan anxietas bahwa skala ansietas efektif digunakan untuk menurunkan ansietas klien menurun dari berat menjadi sedang yang terutama dengan mengontrol efek fisiologis ditampilkan dengan ekspresi wajah yang tidak yang ditimbulkan oleh ansietas. Wheeler tegang lagi. sebagai dengan dampak tehnik pendapat beberapa dari mengontrol Mohr (2006) bahwa relaksasi progresif ketidakmampuan tepat melakukan (2008) juga menjelaskan bahwa relaksasi progresif merupakan bagian dari terapi Berdasarkan evaluasi hasil pelaksanan studi perilaku yang bertujuan untuk menurunkan kasus dapat dianalisa bahwa seluruh terapi yang diberikan berfokus untuk menyelesaikan koping sumber keluarga dalam merawat klien ansietas koping khususnya kemampuan personal dan keyakinan positif. Seluruh terapi klien serta keyakinan positif dengan gangguan fisik. menunjukkan adanya peningkatan kemampuan klien dalam merawat dan mengontrol ansietas. Kesimpulan 1. Karakterisktik klien yang mengalami ansietas meliputi usia rata-rata 51,14 tahun, jenis kelamin paling banyak perempuan (60%), pekerjaan paling banyak tidak bekerja (74.28%), banyak SMA pendidikan (45.71%) dan paling status perkawinan paling banyak menikah (80%). 2. Sumber koping klien ansietas, sebagian besar klien belum mengenal ansietas dan belum mampu mengatasi ansietas. sebagian besar memiliki dukungan keluarga tapi tidak mengetahui cara merawat klien dengan ansietas. klien belum mendapatkan dukungan kelompok dan dukungan masyarakat, Sebagian memiliki asuransi kesehatan (BPJS). Jarak rumah dan pelayanan kesehatan terjangkau. Keyakinan positif akan kesembuhan penyakitnya pada semua klien 3. Hasil pelaksanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi ansietas yang dilakukan adalah terapi generalis ansietas, terapi relaksasi progresif, terapi Referensi Agustarika, B.(2008). Pengaruh Terapi Thought Stopping Terhadap Anxietas dengan Gangguan Disik di RSUP Kabupaten Sorong. Depok –FIK UI. Tidak Dipublikasikan Carson, V.B. (2000). Mental Health Nursing: The nurse-patient journey. (2th ed.). Philadelphia: W.B. Sauders Company. DepKes (2008). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007: Laporan nasional 2007. Jakarta. Isaacs, A. (2001). Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC Keliat, B.A. (2007). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC. Keliat, B.A. dkk. (2007). Modul BC-CMHN. Jakarta: FIK-UI & WHO Luttik, Marie Louise., I. Lesman-Leegte., Tiny Jaarsma (2009). Quality of life and depressive symtoms in heart failure patient and their partners: the impact of role and gender. Journal of Cardiac Failure vol 15 no 7 Mohr, W. K. (2006). Psychiatric mental helath nursing. (6th ed.). Philadhelpia: Lippincott Williams Wilkins Scechtman and Katz. (2007). Therapeutic bonding in group as an explanatory variable of progress in the social competence of student with learning disabilities unversity of Haifa, Israel. Group Dynamic: Theory, Research, and Practice. American Psychologycal Association, Vol 11 No 2: 117-128 penghentian pikiran. Seluruh terapi keperawatan yang dilakukan berfokus untuk meningkatkan kemampuan sumber koping dan mekanisme Shives, L.R. (2005). Basic Concept of Psychiatric-Mental Health Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Stuart, (2009). Principles and practice of psychiatric nursing. (9th edition). St Louis : Mosby. Stuart,G.W. & Laraia, M.T. (2009). Principles and Practice of psychiatric nursing. (7th edition). St Louis: Mosby Tomey, A.M. & Alligod, M.R. (2006). Nursing Theories and Their Works. 6th Ed. St.Louis; Mosby Elsevier Townsend, M.C. (2005). Essentials of psychiatric mental health nursing.(3rd ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company. Varcorolis, E.M. (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide: assessment tools and diagnosis. Philadelphia: W.B.Saunders Company. Videbeck, S.L. (2008). Psychiatric Mental Health Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Wilkinson, J.M. (2007). Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Edisi 7. Alih bahasa: Widyawati, dkk. Jakarta: EGC