BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SIMTOM ANSIETAS Ansietas dialami oleh setiap orang pada suatu waktu dalam kehidupannya. Ansietas adalah suatu keadaan psikologis dan fisiologis yang dicirikan dengan komponen kognitif, somatik, emosional dan perilaku. Hal ini merupakan serangkaian simtom yang muncul dari kesalahan adaptasi terhadap stres dan ketegangan kehidupan. Dalam bahasa populer, istilah ansietas mengacu pada banyak hal, diantaranya status mental, suatu serangan seperti menjadi ansietas terhadap suatu tempat, suatu respons terhadap situasi khusus seperti menjadi cemas tentang pekerjaan baru, suatu sifat bawaan seseorang seperti orang pencemas, karena suatu perilaku seperti seseorang yang merokok karena ansietas, dan gangguan psikiatri.7-9 Ansietas dicirikan secara umum sebagai suatu sifat perasaan tidak menyenangkan, perasaan yang tidak jelas dari ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, sering bersamaan dengan simtom otonomik seperti sakit kepala, berkeringat, palpitasi, sesak di dada, rasa tidak nyaman diperut yang ringan, dan gelisah, yang ditandai dengan tidak bisa duduk atau berdiri lama. Kumpulan khusus dari adanya simtom selama ansietas cenderung bervariasi diantara masing- masing orang.6 Universitas Sumatera Utara Ansietas merupakan tanda siaga, mengingatkan bahaya yang akan datang dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan berhadapan dengan ancaman. Ketakutan (fear) mirip dengan tanda siaga, tapi harus dibedakan dengan ansietas. Ketakutan adalah suatu respons terhadap sesuatu yang diketahui, berasal dari luar, nyata, atau ancaman yang tidak bertentangan, sedangkan ansietas adalah suatu respons terhadap ancaman yang tidak diketahui, berasal dari dalam, tidak jelas, atau bertentangan.6 Ansietas dapat diartikan sebagai suatu respons normal dan adaptif yang mempunyai kualitas memberi pertolongan, dan memperingatkan ancaman terhadap kerusakan tubuh, kesakitan, ketidakberdayaan, hukuman yang mungkin terjadi, atau rasa frustasi terhadap sosial atau kebutuhan tubuh, berpisah dari orang yang dicintai, ancaman terhadap status atau kesuksesan seseorang, dan akhirnya ancaman menyatukan seluruhnya. Hal ini mendorong seseorang untuk mengambil tindakan penting untuk mencegah ancaman tersebut atau mengurangi akibatnya.6 Gangguan ansietas mempengaruhi sekitar 40 juta orang Amerika dewasa berusia 18 tahun ke atas (sekitar 18%) pada tahun tertentu, menyebabkan mereka dipenuhi dengan ketakutan dan ketidakpastian. Gangguan ansietas berat disebabkan oleh kejadian yang membuat stres (seperti berbicara di depan umum atau kencan pertama), gangguan ansietas berakhir paling sedikit 6 bulan dan dapat memburuk jika gangguan ansietas tidak diobati. Universitas Sumatera Utara 6 Gangguan ansietas secara umum terjadi bersamaan dengan sakit mental atau sakit fisik lainnya, meliputi alkohol atau penyalahgunaan zat terlarang, yang akan menunjukkan simtom ansietas atau membuat gangguan ansietas yang semakin buruk. Pada beberapa kasus, penyakit lainnya ini perlu diobati sebelum seseorang tersebut merespon terhadap pengobatan gangguan ansietas.7-9 Beberapa gangguan ansietas yaitu: 1. Gangguan panik 2. Gangguan obsesi kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder / OCD) 3. Gangguan stress setelah trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) 4. Fobia sosial (atau gangguan ansietas sosial) 5. Fobia khusus 6. Gangguan ansietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder/GAD) Secara umum, gangguan ansietas diobati dengan obat, psikoterapi khusus, atau keduanya. Pilihan pengobatan tergantung pada masalah dan kepribadian seseorang. Sebelum pengobatan dimulai, seorang dokter harus menghubungkan evaluasi diagnostik yang tepat untuk menentukan apakah simtom seseorang disebabkan oleh gangguan ansietas atau masalah fisik. Jika gangguan ansietas didiagnosis, jenis gangguan atau kombinasi Universitas Sumatera Utara gangguan yang ada harus dikenali, seperti kondisi lainnya yang menyertai, seperti depresi atau penyalahgunaan zat. 2. 2. PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU Penyakit tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis atau M. Tb). Bakteri ini menyebar oleh satu orang melalui inhalasi bakteri dalam droplet batuk atau bersin oleh seseorang dengan tuberkulosis infeksius. Tidak semua bentuk tuberkulosis itu infeksius. Mereka yang menderita TB di organ tubuh selain paru-paru jarang menginfeksi orang lain, dan begitu juga dengan tuberkulosis laten.10 Beberapa orang dengan tuberkulosis respirasi infeksius, khususnya mereka dengan bakteri yang dapat dilihat pada pemeriksaan mikroskop sederhana dari sputum, yang disebut “hapusan positif”. Risiko terinfeksi tergantung pada berapa lama dan berapa sering paparan bakteri ini. Risiko penyakit lebih besar pada yang terpapar lama dan dekat dengan penderita TB infeksius. Sekali terinfeksi, bakteri mencapai paru-paru dan tumbuh perlahan-lahan selama beberapa minggu. Sistem imun tubuh dirangsang, yang dapat ditunjukkan oleh test kulit tuberkulin (Tuberkulin Skin Test/TST), teknik diagnostik yang sering digunakan. Lebih dari 80% penderita, sistem imun mereka akan membunuh bakteri dan bakteri dihilangkan dari tubuh. Universitas Sumatera Utara Pada beberapa kasus, penghalang bakteri dibangun di sekitar infeksi, tetapi bakteri TB tidak dibunuh dan menetap disana. Ini dikatakan tuberkulosis laten; orang tidak sakit dan tidak infeksius. Kadang-kadang pada waktu infeksi awal, bakteri masuk ke dalam pembuluh darah dan dapat dibawa ke bagian tubuh lainnya, seperti tulang, kelenjar limfa otak, sebelum penghalang bakteri dibangun. Sepertiga populasi dunia, dua juta orang, menderita tuberkulosis laten. Jika sistem imun gagal membangun penghalang bakteri, tuberkulosis laten akan menyebar dalam paru-paru (tuberkulosis pulmonar) atau masuk dalam kelenjar limfe dalam dada (tuberkulosis respirasi intrathorax) atau berkembang ke bagian lain dari tubuh (tuberkulosis ekstrapulmonar). Hanya beberapa dengan tuberkulosis paru akan mengalami simtom (tuberkulosis aktif). Sekitar setengah kasus tuberkulosis aktif berkembang dalam beberapa tahun infeksi awal, khususnya pada anak-anak dan dewasa muda. Sebagian kasus TB aktif muncul dari reaktivasi infeksi laten beberapa tahun kemudian.10 Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).5 Universitas Sumatera Utara 1. Gejala respiratori : • Batuk > 2 minggu • Batuk darah • Sesak nafas • Nyeri dada Gejala respiratori ini sangat bervariasi dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. 2. Gejala sistemik : • Demam • Gejala sistemik lain adalah : malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun. 3. Gejala TB ekstraparu Tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening. Pada meningitis TB akan terlihat gejala meningitis. Pada pleuritis TB terdapat gejala sesak nafas dan kadang nyeri dada pada sisi rongga pleuranya terdapat cairan. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa klasifikasi tuberkulosis, salah satunya berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu5 : a. TB paru BTA positif 1. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu-PagiSewaktu (SPS) hasilnya BTA positif. 2. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran TB. 3. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. 4. Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. b. TB paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif : Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi : 1. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif. 2. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB. 3. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. Universitas Sumatera Utara 4. Ditentukan (di pertimbangkan) oleh dokter untuk di beri pengobatan. Pengobatan Tuberkulosis Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia sesuai rekomendasi WHO dan kategori panduan OAT yang paling sering dipakai adalah :5 Kategori 1 : 2HRZE/4(HR)3, artinya selama dua bulan pertama obat yang diberikan adalah INH (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z) dan etambutol (E) setiap hari. Kemudian 4 bulan selanjutnya INH (H) dan rifampisin (R) tiga kali dalam seminggu. Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru : a. Pasien baru TB paru BTA positif. b. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif. c. Pasien TB ekstra paru. Kategori 2 : 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3, artinya selama satu bulan pertama obat yang diberikan adalah INH (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), etambutol (E) dan lima bulan berikutnya diberikan INH (H), rifampisin (R) dan etambutol (E) tiga kali seminggu. Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya : Universitas Sumatera Utara a. Pasien kambuh b. Pasien gagal c. Pasien dengan pengobatan setelah terputus Tujuan pengobatan TB adalah : • Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas. • Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lanjutannya. • Mencegah kekambuhan. • Mengurangi transmisi atau penularan kepada yang lain. • Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya. 2. 3. SIMTOM ANSIETAS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) Beberapa penelitian telah memeriksa hubungan antara gangguan jiwa biasa (Common Mental Disorders / CMD) dan TB. Penelitian di Turki menunjukkan bahwa prevalensi depresi dan ansietas sebesar 19% pada pasien-pasien yang baru didiagnosis TB, 22% pada pasien TB lama, dan 26% pada pasien dengan TB yang resisten beberapa obat. Prevalensi CMD pada 53 pasien TB orang Nigeria, yang diambil klinik paru ada 30%, berbanding 5% pada kontrol pasien yang sehat. Penelitian dilakukan di Universitas Sumatera Utara Pakistan menunjukkan bahwa prevalensi depresi dan ansietas diantara pasien TB yaitu 43% dan 47%. Pasien TB memiliki kesehatan mental yang dan kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan populasi umum di Inggris.11 HIV merupakan faktor risiko paling besar untuk perkembangan TB aktif dan TB luar paru. TB juga mempercepat perburukan status imun pasien dengan HIV dan hal ini menyebabkan mortalitas pada orang-orang yang hidup dengan HIV/AIDS (people living with HIV/AIDS/PLHA). Common Mental Disorders(CMD) dikarakteristikkan oleh tingkat depresi tinggi, ansietas dan/atau simtom somatik yang biasa terjadi diantara wanita di Ethiopia. Sejauh ini perwujudan CMD diantara laki-laki dan interaksinya antara CMD dan penyakit yang terkait tidak diperiksa di Ethiopia.12 Kurangnya dukungan sosial, tingkat edukasi yang rendah dan pendapatan yang rendah telah dilaporkan berhubungan dengan kualitas hidup yang rendah pada pasien TB. Pada penelitian kami, pendapatan, depresi dan kekurangan dukungan keluarga merupakan faktor predisposisi kualitas hidup yang buruk diantara pasien yang terinfeksi TB/HIV. Partisipan tanpa pendapatan yang cukup dan dukungan keluarga mungkin akan memiliki status imun dan nutrisi yang akan mempengaruhi kualitas hidup.12 Penyakit kronis meningkatkan morbiditas dengan mood dan/atau gangguan ansietas. Biasanya, semakin serius penyakit somatik ini, semakin Universitas Sumatera Utara mungkin penyakit ini diikuti oleh simtom mood dan/atau ansietas dengan berbagai tingkat keparahan. Kegagalan mengatur masalah kesehatan jiwa meningkatkan kemungkinan pasien menderita komplikasi, bahkan kematian.13 2. 4. HAMILTON ANXIETY RATING SCALE (HAM-A) HAM-A merupakan satu skala pertama yang dikembangkan untuk mengukur derajat keparahan simtom ansietas, dan masih dipergunakan secara luas pada kedua pengaturan klinis dan pada penelitian. Skala ini terdiri dari 14 bagian, setiap bagian ditentukan oleh satu seri simtom, dan diukur kedua ansietas fisik (agitasi mental dan stres psikologi) dan ansietas somatik (keluhan fisik yang berhubungan dengan ansietas). Walaupun HAM-A tetap dipergunakan secara luas sebagai ukuran dalam percobaan klinis, HAM-A telah dikritik untuk kemampuannya yang kadang-kadang sulit menentukan antara ansiolitik dan efek antidepresan, dan ansietas somatik berbanding efek somatik. HAM-A tidak menyediakan pertanyaan pembuktian apapun. Disamping ini, tingkat kepercayaan yang dilaporkan dari untuk skala ini dapat diterima.14,15 HAM-A ini memerlukan waktu 10 – 15 menit. Tujuan utama skala ini adalah untuk menilai tingkat keparahan ansietas pada populasi dewasa, remaja dan anak-anak. Universitas Sumatera Utara Penilaian Setiap bagian dinilai pada skala 0 (tidak ada) sampai 4 (berat/parah), dengan rentang total skor 0-56, dimana < 14 menunjukkan tidak ada ansietas, 14-20 menunjukkan ansietas ringan, 21-27 menunjukkan ansietas sedang, 28-41 menunjukkan ansietas berat, 42-56 menunjukkan ansietas berat sekali. Versi Skala ini telah diartikan dalam bahasa Kanton untuk Cina, bahasa Prancis dan bahasa Spanyol 2.5 KERANGKA KONSEP PASIEN TUBERKULOSIS KARAKTERISTIK DEMOGRAFIK: USIA, JENIS KELAMIN, STATUS PERKAWINAN, PEKERJAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TINGKAT KEPARAHAN ANSIETAS Universitas Sumatera Utara