PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KADAR FENOL TOTAL PADA EKSTRAK KULIT BUAH PISANG (Musa acuminata Colla) Rosida, Diyan Ajeng RA Akademi Farmasi Jember Email: [email protected] Abstrak Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul lain. Tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang berlebihan, sehingga tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Kekhawatiran terhadap efek samping antioksidan sintetik menjadikan antioksidan alami menjadi alternatif yang dipilih. Flavonoid merupakan senyawa fenolat (hidroksil fenolik) yang mampu bertindak sebagai antioksidan dan umumnya terdapat pada tanaman. Salah satu limbah tanaman yang mempunyai kandungan flavonoid adalah kulit buah pisang (Musa acuminata). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar flavonoid total dan melakukan pengujian aktivitas antioksidan kulit buah pisang menggunakan diphenyl picryl hydrazil hydrate (DPPH) sebagai radikal bebas. Metode ekstraksi yang digunakan adalah remaserasi dengan pelarut etanol 96%. Penetapan kadar flavonoid total menggunakan katekin sebagai standar dan pengujian DPPH menggunakan metode spetrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan kandungan flavonoid total ekstrak etanol kulit buah pisang sebesar 0,79 ± 0,03 %b/b, aktivitas antioksidan tertinggi dalam IC50terhadap DPPH sebesar 70,41 mg/L. Kata Kunci: kulit buah pisang, flavonoid total, aktivitas antioksidan, IC50 I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan masalah yang cukup serius. Banyak penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas, radikal bebas dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lipid sehingga menginisiasi terjadinya degeneratif dan kerusakan sel. Faktor lingkungan seperti polusi, intensitas uv yang berlebih, suhu, bahan kimia dan kekurangan gizi dapat mengakibatkan tubuh terpapar radikal bebas. Bila radikal bebas berlebihan akan menciptakan ketidakseimbangan antara molekul radikal bebas dan antioksidan endogen. Ketika jumlah radikal bebas melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya, maka terbentuk stress oksidatif yang menyebabkan kerusakan struktur sel, jaringan dan organ (Leong & Shui, 2001). Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis 26 Untuk meredam aktivitas radikal bebas diperlukan antioksidan. Antioksidan adalah molekul yang dapat mendonorkan elektronnya kepada molekul radikal bebas, sehingga menghentikan reaksi radikal bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa ekstrak tanaman memiliki senyawa antioksidan seperti fenolik, flavonoid yang lebih efektif dan lebih aman daripada antioksidan sintetis, seperti butylated hydroxytoluene. Antioksidan asam fenolat, polifenol, flavonoid menghambat radikal peroksida, hidroperoksida atau lipid peroxyl, menghambat mekanisme oksidatif, sehingga mencegah penyakit degeneratif, selain itu berguna sebagai anti tumor dan mempunyai efek pencegahan pada kerusakan hati. Flavonoid memiliki kemampuan anti-inflamasi dan antioksidan yang terbukti mampu menghambat proses stress oksidatif pada penyakit kardiovaskular dan neurodegeneratif. Salah satu buah yang mempunyai kandungan flavonoid adalah pisang (Musa acuminata). Buahnya banyak disukai untuk di konsumsi secara langsung sebagai buah atau diolah menjadi produk konsumsi. Namun hal ini tidak diimbangi dengan pengolahan limbah dari kulit buah pisang yang sangat banyak jumlahnya. Limbah kulit buah pisang mewakili sekitar 30% dari buah. Hal ini merupakan masalah lingkungan karena mengandung sejumlah besar nitrogen, fosfor dan kadar air yang tinggi sehingga rentan terhadap perkembangan mikroorganisme (Gonzales et al., 2009). Total jumlah senyawa fenol pada kulit pisang (Musa acuminat Colla) sekitar 0,90 sampai 3,0 g/100g DW (Nguyen et al., 2003; Someya et al., 2002). Kulit pisang matang juga mengandung senyawa seperti anthosianin delphinidin, cyaniding, dan catekolamin (Kanazawa & Sakakibara, 2000). Berdasarkan penelitian kami sebelumnya bahwa pemberian ekstrak kulit buah pisang secara topikal mampu mempercepat perbaikan kondisi pasca luka bakar. Hal ini ditandai dengan penurunan konsentrasi lipid peroksidase, peningkatan ekspresi VEGF dan kolagen. Berdasarkam potensi yang dimiliki kulit buah pisang sebagai antioksidan alami dan mengandung banyak komponen yang senyawa bioaktif (flavonoid, fenol), maka perlu dipelajari lebih lanjut kandungan flavonoid total dan pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan DPPH secara spektrofotometri. Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis 27 II. METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan penelitian adalah kulit buah pisang (Musa acuminata Colla) yang diperoleh dari daerah Genteng, Banyuwangi dan dideterminasi di Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi; Katekin ex. Sigma; etanol teknis; plat silica gel 60 F254 ex. E. Merck;Difenilpikril Hidrazil Hidrat (DPPH) ex. Sigma; Pelarut untuk Spektrofotometer ex. E.Merck; Freeze dryer Heidolp; rotavapor Heidolph; Spektrofotometer Hitachi U1800. B. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratories in vitro yang bertujuan untuk mnetapkan kadar katekin dan menguji aktivitas antiradical bebas DPPH sebagai kapasitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah pisang dari daerah Genteng-Banyuwangi. Sebagai variable tergantung adalah kadar katekin dan perendaman radikal bebas DPPH; variable bebas adalah ekstrak etanol dalam berbagai konsentrasi. C. Prosedur Kerja Pembuatan Serbuk Kulit Buah Ditimbang 1 kg kulit buah pisang matang dan dikeringkan dengan teknik freeze drying. Bahan yang telah dikeringkan kemudian ditimbang dan disimpan dalam lemari es. Pembuatan Ekstrak dan Larutan Uji Ditimbang 250 gram serbuk kulit buah pisang, kemudian diektraksi dengan etanol dengan cara remaserasi. Perendaman dilakukan selama 3 x 24 jam ekstraksi dilakukan 2-3 kali. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotavapor sehingga dihasilkan ekstrak kental. Uji Kualitatif Flavonoid Uji kualitatif flavonoid pada ekstrak kulit buah pisang menggunakan pembanding katekin yang ditotolkan secara berurutan. Penotolan sebanyak 10 μl pada plat silica gel 60 F254 (E. Merck). Penampak noda menggunakan larutan FeCl3 10%. Penentuan Kadar Flavonoid Total Total flavonoid menggunakan standar katekin dengan metode Sultana et al. (2008) dengan beberapa modifikasi yaitu 1 ml larutan ekstrak air yang mengandung 0,01 g/ml Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis 28 bahan kering ditempatkan dalam labu ukur 10 ml. Kemudian ditambahkan 5 ml air. Tambahkan 0,3 ml NaNO2 (5% b/v). Setelah 5 menit tambahkan 0,6 ml AlCl3 (10% b/v). Setelah 5 menit tambahkan 2 ml larutan NaOH 1 M. Terakhir tambahkan air sampai 10 ml (garis tanda pada labu) Campuran dikocok dengan kuat, ukur absorbansi warna pink pada 510 nm. Kurva baku dibuat menggunakan larutan standard katekin 10 – 100 mg/L. Semua sampel dianalisis dalam tiga replikasi dan hasil di rata-rata. Kadar flavonoid secara kuantitatif diukur dengan menggunakan kurva standar katekin. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak kental kulit buah pisang hasil evaporasi dilarutkan dengan etanol menjadi konsentrasi 160 mg/L, kemudian diencerkan menjadi empat variasi konsentrasi yaitu 80 ; 90,4 ; 104,3 dan 125,22 mg/L, tujuannya untuk menentukan aktivitas antioksidan dengan membuat kurva IC50. Masing-masing ekstrak sebanyak 1,8 mL direaksikan dengan DPPH 0,04 % sebanyak 0,5 mL. Kemudian diinkubasi selama 30 menit, kemudian diukur absorbansi sampel dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 516,5 nm. Penentuan IC50 dibuat dari persamaan regresi antara persentase aktivitas radikal bebas DPPH pada ekstrak terhadap 5 konsentrasi tadi. Aktivitas antioksidan dapat dihitung dengan rumus berikut ini: Berikut ini tabel mengenai klasifikasi aktivitas antioksidan menurut Blois. Tabel1. Klasifikasi aktivitas antioksidan (Blois, 1958) Nilai IC50 Antioksidan <50ppm Sangat kuat 50-100 ppm Kuat 100-150 ppm Sedang 151-200 ppm Lemah III. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji kualitatif flavonoid pada ekstrak kulit buah pisang menggunakan pembanding katekin yang ditotolkan secara berurutan. Penotolan sebanyak 10 μl pada plat silica gel 60 F254 (E. Merck). Hasil positif mengandung katekin ditandai dengan penampakan Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis 29 noda yang sama dengan standar katekin dan memiliki nilai Rf (waktu retensi) yang sama. Hasil elusi dan adanya noda tampak dengan penampak noda larutan FeCl 3, didapatkan Rf sebesar 0,8 (Tabel 2). Tabel 2. Profil KLT ekstrak kulit buah pisang Eluen Kloroform : Metanol : Air (6,5 : 3,5 : 1) Penampak Noda Harga Rf Ekstrak kulit buah Standar Katekin pisang Larutan FeCl3 10% 0,8 0,8 Pada penelitian ini untuk mengetahui kadar flavonoid total mengunakan standarisasi katekin yang terkandung pada ekstrak kulit buah pisang. Menurut Schmid et al (2010), ekstrak etanol kulit Parapiptadenia rigida yang mengandung katekin dengan konsentrasi 1 dan 10μM menunjukkan peningkatan proliferasi fibroblast sedangkan katekin dengan konsentrasi 20 μM menunjukkan anti proliferasi. Analisis kadar katekin dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometer panjang gelombang maksimum spektra katekin adalah 510 nm. Hasil pengamatan dan perhitungan standar Katekin diperoleh kurva baku dengan persamaan y = 0,011x + 0,007 ; dengan r = 0,9975 (Gabmar 1). Dari persamaan ini didapat kadar Katekin pada ekstrak kulit buah pisang sebesar 0,79 ± 0,03 %b/b. Uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif menggunakan metode DPPH dipilih karena ujinya sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel (Hanani et al, 2005). Pengujian radikal bebas DPPH diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimum. Pembuatan spectra sinar tampak lautan DPPH pada rentang 400-600 nm. Hasil penelitian menunjukkan kurva normal (sigmoid) pada daerah puncak 516,5 nm. Adanya aktivitas antioksidan dari sampel mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada larutan DPPH dalam metanol yang semula berwarna ungu pekat menjadi kuning pucat (Permana et al., 2003). Selanjutnya dilakukan pengukuran waktu inkubasi ekstrak dengan larutan DPPH. Waktu inkubasi mengunakan 0, 10, 20 dan 30 menit. Hasil absorbansi menunjukkan bahwa absorbansi stabil mulai menit 10 sampai menit ke 30. Pada penelitian ini menggunakan waktu inkubasi 30 menit. Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis 30 1 y = 0.011x + 0.007 R=0.998 0,9 0,8 Absorbansi 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0 20 40 60 80 100 Konsentrasi (mg/L) Gambar 1. Kurva standar katekin dalam berbagai konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80 mg/L terhadap absorbansi. Aktivitas antioksidan dari ekstrak dinyatakan dalam persen penghambatannya terhadap radikal DPPH.Persentase penghambatan ini didapatkan dari perbedaan serapan antara absorban DPPH dalam metanol dengan absorban sampel yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 516,5 nm. Selanjutnya persamaan regresi yang diperoleh dari grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak kulit buah pisang dayak dengan persen penghambatan DPPH digunakan untuk mencari nilaiIC50. Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH (Andayani et al., 2008). Uji aktivitas antioksidan atau hambatan terhadap radikal bebas menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah pisang memiliki aktivitas antioksidan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut dapat ditentukan nilai IC50ekstrak kulit buah pisang sebesar 70,41 mg/L. Berdasarkan klasifikasi aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa nilai IC50ekstrak kulit buah pisang memiliki antioksidan yang kuat yaitu rentang 50 – 100 mg/L (Blois, 1958). Aktivitas penghambatan radikal bebas DPPH ekstrak kulit buah pisang ditentukan oleh berbagai senyawa antioksidan yang terdapat pada tumbuhan tersebut. Beberapa Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis 31 penelitian menunjukkan bahwa kulit pisang kaya senyawa fitokimia. Senyawa fenolat yang telah diketahui memiliki efek antioksidan yang sangat kuat. Total jumlah senyawa fenol pada kulit pisang (Musa acuminata Colla) sekitar 0,90 sampai 3,0 g/100g DW (Nguyen, Ketsa & van Doorn, 2003 ; Someya, Yosiki & Okubo, 2002). Kulit pisang matang juga mengandung senyawa seperti anthosianin delphinidin, cyaniding, dan catekolamin (Kanazawa & Sakakibara, 2000). Selain itu telah diidentifikasi pada kulit pisang caratenoids seperti β-carotene, α-carotene dan xantophil (Subagio, Morita & Sawada, 1996), sterol dan triterpens seperti β-sitosterol, stigmasterol, campesterol, cycloeucalenol, cycloartenol dan 24 metylene cycloartenol (Knapp & Nicholas, 1969). Persen Penghambatan (%) 80 y = 0,6046x - 7,4745 R² = 0,929 70 60 50 40 30 20 10 0 0 20 40 60 80 100 120 140 Konsentrasi (mg/L) Gambar 2. Hubungan konsentrasi ekstrak kulit buah pisang dengan persen penghambatan IV. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit buah pisang (Musa acuminata Colla) mengandung flavonoid total 0,79 ± 0,03 %b/b dan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 sebesar 70,41 mg/L. DAFTAR PUSTAKA Andayani, R., Y., Lisawati, & Maimunah. 2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenol Total dan Likopen pada Buah Tomat (Solanum lycupersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol 13 (1). Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis 32 Blois, M. S. 1958. Antioxidant Determinations By the Use of a Stable Free Radical.Nature. Vol 181: 1999-1200. Gonzales R. M., Lobo, G. M., & Gonzales, M. 2010. Antioxidant Activity in Banana Peel Extraction: Testing Extraction Conditions and Related Bioactive Compounds. Food Chem, 199: 1030-1039. Hanani, E. A., Mun’im, R.., & Sekarini. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Calispongia sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol 2 (3): 127-133. Kanazawa, K., & Sakakibara, H. 2000. High Content of Dopamine, A Strong Antioxidant, in Cavendish Banana. J Agric and Food Chem. Vol 48 (3), 844– 848. Knapp, F. F., & Nicholas, H. J. 1969. Sterols and Triterpenes of Banana Peel. Phytochem. Vol 8 (1): 207–214. Leong, L. P. & Shui, G. 2002. An Investigation of Antioxidant Capacity of Fruits in Singapore Markets. Food Chemistry.76: 69-75. Nguyen, T. B. T., Ketsa, S., & Van Doorn, W. G. 2003. Relationship Between Browning and The Activities of Polyphenol Oxidase and Phenylalanine Ammonia Lyase in Banana Peel During Low Temperature Storage. Postharvest Biol and Tech. Vol 24 (3): 187-193. Permana, D. N. H.. Lajis, F., Abas, A. G., Othman, R., Ahmad, M., Kitajama, H., Takayama, N., & Aimi. 2003. Antioksidative Constituents of Hedotis Diffusa Wild. Natural Product Sciences. Vol 9 (1): 7-9. Schmidt, C. A., Murillo, R., Bruhn, T., Bringmann, G., Goettert, M., Heinzmann, B., Brecht, V., Laufer S. A., & Merfort, I. 2010. Catechin Derivatives from Parapiptadenia Rigida with in Vitro Woundhealing Properties. J Nat Prod. Vol73 (12), 2035–2040. Someya, S., Yoshiki, Y., & Okubo, K. 2002. Antioxidant Coumpounds from Bananas (Musa cavendish). Food Chem. Vol 79 (3): 351-354. Subagio, A., Morita, N., & Sawada, S. 1996. Carotenoids and Their Fatty-Acid Esters in Banana Peel. J Nutr Sci and Vitam. Vol 42 (6): 553–566. Sultana, B., Anwar, F., Asi, M. R., Chatha, S. A. S. 2008. Antioxidant Potential of Extracts from Different Agro Wastes: Stabilization of Corn Oil. Grasas y Aceites. Vol 59 (3): 205-217. Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis 33