BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

advertisement
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Pengertian Manajemen
Kata Manajemen merupakan kata serapan dari kata bahasa inggris
“Management”, dalam bahasa Indonesia padanan kata yang cocok adalah “Tata
Laksana” yang berarti Penganturan atau Cara kerja. George R.Terry berpendapat
bahwa “Manajemen adalah pencapaian tujuan (organisasi) yang sudah ditentukan
sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang lain”.
Dengan makin berkembang pola pikir manusia dan semakin besar atau
mahal biaya-biaya operasional, membuat manusia (kita) perlu menata ulang
kebijakan dalam bekerja untuk lebih efisien dan efektif. Berdasar pandangan
tersebut, manusia akan lebih banyak bekerja dengan sarana pendukung (alat-alat)
kerja daripada dengan manusia lainnya agar lebih cepat dan lebih baik hasil
produk (Barang atau Jasa)nya. Pengaturan dan kerja sama (satu) manusia dengan
sarana penudukung (alat) kerja dapat termasuk dalam pengertian manajemen.
(Iman, Indra Siswandi, 2009, 1).
6
2.1.1 Fungsi Manajemen
Agar manajemen dapat memberikan manfaat bagi organisasi maka
manajemen perlu difungsikan atau perlu dioperasionalisasikan. Setiap fungsi
yang ada di dalam manajemen di sebut dengan fungsi manajemen. Para pakar
manajemen memberikan unsur fungsi manajemen yang berbeda. Fungsi
manajemen yang diusulkan oleh para pakar manajemen seperti berikut:
Tabel 2.1
Fungsi Manajemen
Nama Pakar
Unsur Fungsi Manajemen
George A Terry
Planning, Organizing, Actuating, and
Controlling
Haimann & Scot
Planning,
Organizing,
Staffiing,
Influencing, and Controlling
Henry Fayol
Planning, Organizing, Commanding,
Coordinating, Reporting & Budgeting
Koontz & O’Donnel
Planning,
Staffing,
Directing,
and
Controlling
Louis A Alien
Leading, Planning, Organizing, and
Controlling
Lutter Gullich
Planning,
Organizing,
Staffing,
Directing, Coordinating Reporting, and
7
Budgeting
Lyndal F Urwick
Forecasting,
Planning,
Commanding,
Organizing,
Coordinating
and
Controlling
William H Newman
Planning,
Organizing,
Assembling,
Resources, Directing and Controlling
Jika disimpulkan pendapat para pakar tersebut di atas maka pada dasarnya fungsi
manajemen adalah sebagai berikut:
Forecasting,
Planning,
Organizing,
Staffing,
Actuating,
Commanding,
Coordinating, Influencing, Assembling, Resources, Directing, Reporting, and
Budgeting and Controlling.
Iman, Indra Siswandi, 2009, 39
2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manjemen
sumber
daya
manusia
merupakan
suatu
perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terahadap
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan,
dan pemisahan tenagan kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan pula sebagai suatu
pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai).
Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangan secara maksial didalam
8
dunia kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan pengembangan individu
pegawai. (Anwar, 2011, 2).
2.2.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi adalah kerja yang dapat dibedakan dari kerja yang lain. Fungsi
dari manajemen sumber daya manusia berarti apa saja yang dilakukan bila orang
bekerja di bagian sumber daya manusia atau sebagai manajer HRD (Human
Reseources Develoopment). Secara umum fungsi manajamen sumber daya
manusia terdiri dari:
1. Analisa Jabatan
Analisa jabatan merupakan upaya untuk menilai jabatan yang ada di dalam
organisasi secara menyeluruh. Di dalamnya berisi mengenai nama jabatan
yang ada, job description (uraian pekerjaan) dan job specification (spesifikasi
jabatan), jumlah orang yang memegang jabatan tertentu, dan hubungan antar
jabatan yang ada.
2. Pengadaan tenaga kerja
Pengadaan tenaga kerja merupakan upaya mencari tenaga kerja sesuai dengan
pedoman dan manajemen sumber daya manusia yaitu “The right man in the
right place”atau mencari orang yang tepat untuk suatu jabatan yang tepat
pula. Pengadaan tenaga kerja dimulai dan analisis penjuala dan arahan
kebutuhan tenaga kerja.
9
Setelah itu dilanjutkan dengan pemahaman sumber tenaga kerja, seleksi
serangkaian tes sampai pada masa induksi atau orientasi. Semua itu harus
dilakukan setransparan dan seobyektif mungkin dan menghindari praktek
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
3. Pengembangan tenaga kerja
Pengembangan tenaga kerja merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan pekerja sesuai kebutuhan organisasi. Harus disadari bersama,
sebagus apapun metode pengajaran di jenjang pendidikan umum apapun,
selalu terjadi jaraj (gap) antara kemampuan lulusan dengan kebutuhan
organisasi. Ini selalu terjadi karena lembaga pendidikan (walaupun telah
melakukan upaya maksimum) memberikan materi yang bersifat umu saja,
sementara perusahaan membutuhkan keahlian khusus.
Pengembangan tenaga kerja dimulai dan pemahaman keahlian atau
keterampilan apa yang diharapkan ditingkatkan, dilanjutkan pemilian metode
pengembangan yang tepat, dan instruktur. Pengembangan harus dilakukan
secara hati-hati karena, seperti kita ketahui bersama berbiaya sangat besar
setelah dijalankan tidak menghasilkan seperti diharapkan sebelumnya. Inilah
alasan mengapa perlu dilakukan evaluasi pengembangan agar diketahui sejauh
mana keberhasilan pelaksanaan. Evaluasi juga diperlukan untuk merancang
program pengembangan di masa yang akan datang.
10
4. Pemberian Kompensasi atau pengupahan
Harus dimaklumi bersama, bahwa tujuan orang bekerja hamper 100 %
adalah untuk mendapatkan penghasilan. Selain itu, sebagian besar pekerja,
bekerja di suatu tempat saja. Kondisi ini secara ekonomis dan psikologis tentu
mempunyai pengaruh besar. Inilah alasan utama mengapa upah berperan di
dalam meningkatkan motivasi kerja pekerja.
Struktur upah harus dibuat sedemikian rupa sehingga memacu
produktivitas kerja. Aspek pengupahan juga harus memerhatikan aspek
keadilan baik internal (dalam perusahaan) maupun eksternal (di luar lingkungan
perusahaan). Penentuan upah juga harus dilakukan setransparan dan seobyektif
mungkin, bahkan seharusnya pekerja bisa menghitung sendiri secara mudah
berapa yang akan diterima.
5. Evaluasi atau penilian kerja pegawai
Evaluasi atau penilaian kerja pegawai adalah evaluasi pekerja setelah
menjalankan aktivitas didalam jangka waktu tertentu. Evaluasi dilakukan untuk
melihat kemampuan dan dari pekerja. Evaluasi juga digunakan sebagai dasar
berbagai macam perencanaan.
Berbagai perencanaan tersebut misalnya, perencanaan recruitment,
promosi (kenaikan jabatan), mutasi (perpindahan pekerja), dan demosi
(penurunan jabatan), program pelatihan dan pengembangan, dan sebagainya.
Evaluasi kerja pegawai digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan
kepegawaian menjadi lebih baik lagi di masa datang.
11
(Achmad, Zaenuddin, 2009, 7)
2.2.2 Kepentingan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Ada tiga kepentingan dalam perencanaan sumber daya manusia (pegawai),
yaitu kepentingan individu, kepentingan organisasi, dan kepentingan nasional.
1. Kepentingan Individu
Perencanaan sumber daya manusia sangat penting bagi individu pegawai,
karena dapat membantu meningkatkan potensinya, begitu pula kepuasan
pegawai dapat dicapai melalui perencanaan karir.
2. Kepentingan Organisasi
Perencanaan sumber daya manusia sangat penting bagi organisasi
(perusahaan) dalam mendapatkan calon pegawai yang memenuhi kualifikasi.
Dengan adanya perencanaan sumber daya manusia, dapat dipersiapkan caloncalon pegawai yang berpotensi untuk menduduki posisis manajer untuk masa
yang akan datang.
3. Kepentingan Nasional
Perencanaan sumber daya manusia sangat bermanfaat bagi kepentingan
nasional. Hal ini karena pegawai-pegawai yang berpotensi tinggi dapat
dimanfaatkan pula oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan produktivitas
nasional. Mereka dapat dijadikan tenga-tenaga ahli dalam bidang tertentu
untuk membantu program pemerintah. (Mangkunegara, 2011, 5)
12
2.2.3 Sistem Perencanaan Sumber Daya Manusia
Ada dua kegiatan dalam system perencanaan sumer daya manusia, yaitu
penyusunan anggaran tenaga kerja (manpower budgeting), dan penyusunan
program tenaga kerja (manpower programming).
Penyusunan anggaran sumber daya manusia merupakan kegiatan memadukan
jumlah tenaga kerja yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan.
Tujuannya, untuk mendapatkan gambaran mengenai kebutuhan tenaga kerja.
Penyusunan anggaran tenaga kerja disebut pula dengan penyusunan formasi.
Dalam penyusunan formasi perlu diperhatikan dasar penyusunan, system
penyusunan, analisis kebutuhan tengan kerja, dan anggaran yang tersedia.
1) Dasar Penyusunan Formasi
Penyusnan formasi harus didasarkan pada jenis pekerjaan, sifat pekerjaan,
perkiraan beban kerja, perkiraan kapasitas pegawai, jenjang dan jumlah
jabatan yang tersedia, dan alat yang diperlukan dalam pelaksanaannya.
2) Sistem Penyusunan Formasi
Sistem penyusunan formasi dapat digunakan system sama dan sistem ruang
lingkup. Sistem sama merupakan sistem yang menentukan jumlah dan
kualitas pegawai yang sama bagi semua satuan organisasi tanpa membedakan
besar kecilnya beban kerja. Sedangkan sistem ruang lingkup merupakan suatu
sistem yang menentukan jumlah dan kualitas pegawai berdasarkan jenis, sifat,
dan beban kerja yang dibebankan pada suatu organisasi.
13
3) Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja
Analisis kebutuhan pegawai merupakan suatu proses analisis yang logis dan
teratur untuk mengetahui jumlah dan kualitas pegawai yang diperlukan dalam
suatu unit organisasi. Tujuannya, agar setiap pegawai pada semua unit
organisasi mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan tugas dan wewenang
tanggung jawabnya.
4) Anggaran Belanja Pegawai
Anggaran belanja pegawai harus disusun disesuaikan dengan kemampuan
perusahaan. Maka dari itu, dalam menentukan anggaran belanja pegawai ini
perlu didasarkan dengan skala prioritas bagian-bagian yang sangat penting
untuk terlebih dahulu dilaksanakan oleh perusahaan.
Penyusunan program tenaga kerja. Merupakan kegiatan-kegiatan untuk
mengisi formasi yang meliputi program pengadaan tenaga kerja, promosi jabatan
yang meliputi program pengadaan tenaga kerja, pengembangan karier, program
pemeliharaan pegawai, dan program pemberhentian pegawai.
(Mangkunegara, 2011, 8)
2.3 Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
14
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
(Mangkunegara, Prabu, Anwar, 2011, 67).
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat
Keith Davis, (1964:484) yang merumuskan bahwa:

Human Performance = ability + Motivation

Motivation
= Attitude + Situation

Ability
= Knowledge + Skill
1. Faktor kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pegawai
memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan seharihari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh
karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya (the right in the right place, the right man on the right job).
15
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi (situation) kerja. Motivasi. Merupakan kondisi yang menggerakkan
diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai
untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental
seseorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara
mental, fisik tujuan, dan situasi). Artinya, seorang pegawai harus siap mental,
mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan
dicapai, mampu memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja.
Sikap mental yang siap secara psikofisik terbentuk karena pegawai
mempunyai “MODAL dan KREATIF”. Modal merupakan singkatan dari M =
Mengolah, O = Otak, D = Dengan, A = Aktif, L = Lincah, sedangkan Kreatif
singkatan dari K = Keinginan maju, R = Rasa ingin tahu tinggi, E = Energik,
A = Analisis sistematik, T = Terbuka dari kekurangan, I = Inisiatif tinggi, da P
= Pikiran luas. Dengan demikian, pegawai tersebut mampu mengolah otak
dengan aktif dan lincah, memiliki keinginan maju, rasa ingin tahu tinggi,
energik, analisis sistematik, terbuka untuk menerima pendapat, inisiatif tinggi,
dan pikiran luas terarah.
David C. McClelland (2003) berpendapat bahwa “ada hubungan yang
positif antara motig berprestasi dengan pencapaian kinerja”.
16
Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri pegawai untuk
melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu
mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.
Selanjutnya, McClelland mengemukakan 6 karakteristik dari pegawai
yang memiliki motif berprestasi tinggi, yaitu Pertama, memiliki tanggung
jawab pribadi yang tinggi. Kedua, berani mengambil risiko. Ketiga, memiiki
tujuan yang realistis. Keempat, memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan
berjuang untuk merealisasi tujuannya. Kelima, memanfaatkan umpan balik
(feed back) yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.
Keenam, mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
Berdasarkan pendapat McClelland tersebut, pegawai akan mampu
mencapai kinerja maksimal jiga ia memiliki motif berprestasi tinggi. Motif
berprestasi yang perlu dimiliki oleh pegawai harus ditumbuhkan dari dalam
diri sendiri selain dari lingkungan kerja. Hal ini karena motif berprestasi yang
ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan
jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja akan
lebih mudah. Oleh karena itu, kembangkanlah motif berprestasi dalam diri
dan manfaatkan serta ciptakan situasi yang ada pada lingkungan kerja guna
mencapai kinerja maksimal. (Mangkunegara, Prabu, Anwar, 2011, 68).
17
2.4 Latar Belakang Pendidikan
Idris (2006:102), mendefinisikan pendidikan adalah sebagai berikut :
Serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan antara manusia dewasa dengan
anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam
memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya
dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia
dewasa yang bertanggung jawab.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bahwa "Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
Bangsa dan Negara"
2.4.1. Jenis – Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan
tujuanya. Menurut Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional, pelaksanaan
pendidikan dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
18
a. Pendidikan formal
Yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
1. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD)
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau
bentuk lain yang sederajat.
2. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah
Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain
yang sederajat. Pendidikan ini diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social, budaya alam
sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja
atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri atas : pendidikan umum,
pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, dan
pendidikan keagamaan. Fungsi pendidikan menengah umum mempersiapkan
untuk mengikuti pendidikan tinggi.
19
Sedangkan fungsi pendidikan menengah kejuruan adalah mempersiapkan
untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan pendidikan kejuruan yang
diikutinya atau mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat pendidikan tinggi.
3. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi adalah lanjutan pendidikan menengah yang dipersiapkan
untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
b. pendidikan non formal
Yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.
Manajemen sekolah dan perguruan tinggi berada dalam sebuah konteks
khusus social, ekonomi dan pendidikan. Sebagai suatu organisasi sosial, biasanya
dalam sektor publik, institusi pendidikan merupakan subyek bagi perubahan
legislative yang muncul dari masyarakat yang luas. Perubahan pendidikan terjadi
begitu cepat pada tahun 1980-an dan 1990-an, yang menjanjikan suatu masa
20
depan yang stabil di awal tahun millennium baru. Pendidikan dihubungankan
dengan ekonomi, dan pemerintah mengakui bahwa seorang tenaga kerja yang
terampil dan terdidik merupakan sarat utama dalam kompetisi ekonomi:
“Perkembangan ekonomi dituntut untuk berjalan secara efisien agar mampu
bersaing secara efektif dalam panggung dunia yang menuntut adanya kesadaran
yang
tinggi
terhadap
hubungan
antara
kecakapan
pendidikan
dan
penyelenggaraan ekonomi. Seorang tenaga kerja terampil sangat bergantung pada
output sekolah dan perguruan tinggi. Konsekuensinya, pemerintah membuat
perundang-undangan khusus tentang standar-standar pendidikan”.
(Bush, 2002.25).
2.5 Pengertian Status Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam
budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi - yang biasanya intim
dan seksual.Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara
pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk
keluarga.
Tergantung budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan
tujuannya bisa berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan
mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan.
21
Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan pernikahan. (Wikipedia.org)
Menurut
Soetojo
Prawirihamidjojo
(2002),
perkawinan
merupakan
persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita yang dikukuhkan
secara formal dengan undang-undang (yuridis) dan kebanyakan relegius.
2.6 Kerangka Pemikiran
Melalui kerangka pemikiran maka akan menemukan bagaimana langka-langkah
untuk menuju hasil yang ingin dicapai.
Berikut kerangka pemikiran yang penulis buat :
Latar Belakang
Pendidikan
Kinerja Karyawan
Status Perkawinan
Analisis Latar Belakang Pendidikan dan
Status Perkawinan yang dapat
berpengaruh terhadap kinerja karyawan
Kesimpulan terhadap latar belakang
dan status perkawinan yang baik
untuk karyawan.
Gambar 2.1 : Gambar Kerangka Pemikiran
22
2.7 Hipotesis
Komparatif kinerja karyawan dapat diukur dengan dengan metode SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences), dengan begitu dapat mengetahui
pengaruh kinerja karyawan berdasarkan latar belakang dan status perkawinan
yang benar-benar pengaruh terhadap pekerjaan karyawan frontliner. Hipotesis
adalah jawaban sementara, artinya dapat benar maupun salah. Jika terbukti benar
yang harus diterima yaitu Ha, tetapi jika salah satu harus ditolak yaitu Ho. Dan
hipotesis terbentuk sebagai hubungan antara dua variable atau lebih. Dari uji data
koesioner tersebut ada dua kemungkinan, yaitu :
Ho1
: Tidak ada perbedaan kinerja antara Latar Belakang Pendidikan terhadap
Kinerja Karyawan
Ha1
: Terdapat perbedaan kinerja antara latar belakang pendidikan dengan kinerja
karyawan
Ho2
: Tidak ada perbedaan kinerja karyawan antara status perkawinan terhadap
kinerja karyawan
Ha2
: Terdapat perbedaan kinerja antara status perkawinan terhadap kinerja
karyawan
Ho3
: Tidak ada perbedaan antara kinerja dengan latar belakang pendidikan dan
status perkawinan
Ha3
: Terdapat perbedaan kinerja dengan latar belakang pendidikan dan status
perkawinan
23
2.8 Penelitian Terdahulu
Tita Yulianti (2013) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Budaya
Organisasi dan Pendidikan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Infomedia
Nusantara. Menemukan bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan menunjukkan hasil yang signifikan.
Sondan Asima (2013) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
Kecerdasaan Emosi dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kinerja Karyawan
Call Center di PT. XYZ. Menemukan bahwa ada pengaruh signifikan antara
kinerja karyawan dengan latar belakang pendidikan.
Download