hubungan faktor individu dengan self

advertisement
HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN SELF-EFFICACY
IBU HAMIL DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON KOTA SEMARANG
TAHUN 2017
SKRIPSI
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan
Administrasi Kebijakan Kesehatan
DISUSUN OLEH :
ACHMAD AGUS PRANOTO
NIM. D11.2013.01666
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
© 2017
Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Achmad Agus Pranoto
NIM
: D11.2013.01666
Fakultas
: Kesehatan
Program Studi
: S1 Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi
: Hubungan Faktor Individu Dengan Self-efficacy Ibu Hamil
Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Tlogosari
Kulon Kota Semarang Tahun 2017
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila
dikemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, dan atau pemalsuan data
maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sangsi dari
Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang menurut aturan
yang berlaku.
Semarang, 17 Juli 2017
Achmad Agus Pranoto
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Achmad Agus Pranoto
NIM
: D11.2013.01666
Fakultas
: Kesehatan
Program Studi
: S1 Kesehatan Masyarakat
Demi mengembangkan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Nonexclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Hubungan
Faktor Individu Dengan Self-efficacy Ibu Hamil Dalam Pemberian ASI Eksklusif
Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 beserta perangkat
yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini
Universitas Dian Nuswantoro berhak untuk menyimpan, mengcopy ulang
(memperbanyak), menggunakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data
(database), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin
dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
nama pembimbing saya.
Saya bersedia untuk menanggung segala bentuk tuntutan hukum yang timbul
atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini. Demikian surat
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Semarang, 17 Juli 2017
Achmad Agus Pranoto
iv
PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Nama Pelaksana
:
Achmad Agus Pranoto
NIM
:
D11.2013.01666
Program Studi
:
S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas
:
Kesehatan
Judul Tugas Akhir
:
Hubungan Faktor Individu Dengan Self-efficacy
Ibu Hamil Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di
Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang
2017
Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui,
Semarang, 03 Agustus 2017
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Guruh Fajar Shidik S.Kom., M.Cs
Kismi Mubarokah, S.KM, M.Kes
v
PENGESAHAN PENGUJI
Nama Pelaksana
:
Achmad Agus Pranoto
NIM
:
D11.2013.01666
Program Studi
:
S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas
:
Kesehatan
Judul Tugas Akhir
:
Hubungan Faktor Individu Dengan Self-efficacy
Ibu Hamil Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di
Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang
2017
Tugas Akhir ini telah diujikan dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji pada
Sidang Tugas Akhir tanggal 26 Juli 2017. Menurut pandangan kami, Tugas Akhir
ini memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk tujuan
penganugerahan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Semarang, 03 Agustus 2017
Dewan Penguji:
Ketua Penguji
Eti Rimawati, S.KM, M.Kes
Penguji
Penguji
Nurjanah, S.KM, M.Kes
Kismi Mubarokah, S.KM, M.Kes
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillahirobbil’Alamin...
Allah SWT, sampai saat ini saya masih percaya atas kekuasaanmu dan
apa yang terjadi pada diriku untuk melewati kesempatan kehidupan
dengan cara seperti ini, semua atas kehendak-Mu.
Dengan senang hati skripsi ini kupersembahkan kepada :
AlMARHUM Ibuku tersayang dan Kedua orangtuaku tercinta, bapak
dan ibu yang telah mendukung, mendoakan, membiayai, memotivasi dan
segalanya sehingga tak ada lagi kata yang bisa ku ucapkan selain kata
terimakasih.
Keluarga dan kakak-kakakku yang telah membimbing sebagai anak
laki-laki yang mampu untuk hidup mandiri di perantauan.
Semua sahabat, yang baik sama aku dan teman seperjuanganku,
teman-teman AKC yang selalu ada setiap saat membuat canda gurau
yang tiada habisnya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(QS. Ar-Ra’d:11)
Terimakasih
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Achmad Agus Pranoto
Tempat, tanggal lahir : Kumpai Batu Atas, 09 Agustus 1995
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. A.Yani Rt 14/01 Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan
Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi
Kalimantan Tengah
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 01 Kumpai Batu Atas, Arut Selatan 2002-2007
2. SMP ISLAM AL-HASYIMIYYAH, Arut Selatan 2007-2010
3. SMAN 2 Pangkalan Bun, Arut Selatan 2010-2013
4. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro
Semarang tahun 2013-2017
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Hubungan Faktor Individu
Dengan Self-efficacy Ibu Hamil Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di
Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017” skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 pada
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan baik
dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh
penulis.
Penulisan juga menyadari bahwa skripsi ini, banyak memperoleh bantuan
baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
2. Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom, M.Cs selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro.
3. Dr. M.G. Catur Yuantari SKM, M.Kes selaku Kepala Prodi S1 Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro dan selakuaku
Dosen Wali.
4. Suharyo S.KM, M.Kes selaku Sekertaris Dekan Fakultas Kesehatan
5. Kismi Mubarokah S.KM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang selalu
membantu saya jika saya ada kesulitan dalam Skripsi saya maupun non
akademik.
6. Seluruh Teman-teman sepenelitian yang meneliti di Puskesmas Tlogosari
Kulon Kota Semarang
7. Angkatan Kesehatan Masyarakat 2013 selaku teman seperjuangan demi
mewujudkan Indonesia Sehat.
ix
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi penulis sendiri dalam melaksanakan penelitian dan
menyelesaikan studi di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas
Dian Nuswantoro.
Semarang, 17 juli 2017
Penulis
Achmad Agus Pranoto
x
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
ABSTRAK
ACHMAD AGUS PRANOTO
HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN SELF-EFFICACY IBU HAMIL
DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON
KOTA SEMARANG TAHUN 2017
XIX + 69 Hal + 22 Tabel + 2 Gambar + 4 Lampiran
Pada tahun 2016 terjadi 6 kasus kematian bayi diantaranya 2 kasus IUFD
(intra uterine fetal death), 3 kasus perinatal dan 1 kasus neonatal di Puskesmas
Tlogosari Kulon kota Semarang. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui
hubungan faktor individu dengan self-efficacy ibu hamil dalam pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang tahun 2017.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Survei Analitik dengan Pendekatan
cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 88 ibu hamil. Instrumen data
dengan wawancara terstruktur dan metode yang digunakan wawancara.
Hasil analisis deskriptif bahwa 73,9% responden dikategorikan memiliki
pengetahuan “baik”, 53,4% responden dikategorikan memiliki sikap “baik”, 58,0%
responden dikategorikan memiliki harapan “baik”, dan 65,9% responden
dikategorikan memiliki self-efficacy “baik”. Analisis statistik yang digunakan
adalah analisis chi-square diketahui ada hubungan pengetahuan dengan selfefficacy (p=0,033), tidak ada hubungan sikap dengan self-efficacy (p=0,645),
tidak ada hubungan harapan dengan self-efficacy (p=0,528).
Bagi Puskesmas sebaiknya melakukan edukasi per program promotif tentang
pentingnya ASI Eksklusif pada kegiatan kelas ibu hamil yang di selenggarakan
oleh Puskesmas Tlogosari Kulon seminggu sekali setiap bulannya.
.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Harapan, Self-efficacy, ASI Eksklusif.
Kepustakaan : 33, 1995-2016
xi
STUDY PROGRAM S1 PUBLIC HEALTH
HEALTH FACULTY UNIVERSITY DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
ABSTRACT
ACHMAD AGUS PRANOTO
RELATIONSHIP FACTORS OF INDIVIDUALS WITH SELF-EFFICACY
PREGNANT IN BREASTFEEDING EXCLUSIVELY IN HEALTH TLOGOSARI
KULON SEMARANG CITY IN 2017
XIX + 69 Hal + 22 Table + 2 Images + 4 Attachments
in 2016, 6 cases of infant deaths occur among 2 cases IUFD(intra-uterine
fetaldeath), 3 cases of perinatal and neonatal health center first case Tlogosari
Kulon Semarang. The purpose of this study to determine of the relationship
individual factors to the self-efficacy of pregnant women in Exclusive
breastfeeding in the PHC Tlogosari Kulon Semarang in 2017.
This type of research is analytical survey with approach. cross sectional. The
research sample of 88 pregnant women. Instrument data by structured interview
and interview methods used.
Results Descriptive Analysis that 73.9% of respondents considered to have
knowledge of "good", 53.4% of respondents considered to have the attitude of
"good", 58.0% of respondents considered to have expectations of "good" and
65.9% of respondents categorized as having self- efficacy "good" statistical
analysis used was analysis chi-square note there is a relationship of knowledge
with self-efficacy (p = 0.033), there was no relationship attitude and self-efficacy
(p = 0.645), there was no relationship expectations with self-efficacy ( p = 0.528).
For health center improvement program should educate about the
importance of exclusive breastfeeding promotion in pregnant women classroom
activities organized by the health center once a week Tlogosari Kulon each
month.
Keywords: Knowledge, Attitude, Expectation, Self-efficacy, Exclusive
Breastreeding.
References: 33, 1995-2016
xii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................................iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................... iv
PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR........................................................ v
PENGESAHAN PENGUJI .................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................vii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. viii
PRAKATA ........................................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.
RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 5
C. TUJUAN .................................................................................................... 5
D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................... 5
E.
Ruang Lingkup .......................................................................................... 6
F.
Keaslian Penelitian .................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 9
A.
ASI Eksklusif ............................................................................................. 9
B.
Angka Kematian Bayi .............................................................................. 17
C. Self-efficacy ............................................................................................ 18
D. Social Learning Theory ........................................................................... 25
xiii
E.
Pengetahuan........................................................................................... 27
F.
Sikap ....................................................................................................... 32
G. Pengertian Harapan ................................................................................ 35
H. Kerangka Teori ........................................................................................ 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 40
A.
Kerangka Konsep.................................................................................... 40
B.
Hipotesis ................................................................................................. 40
C. Jenis Penelitian ....................................................................................... 41
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 41
E.
Definisi oprasional ................................................................................... 42
F.
Populasi dan Sampel .............................................................................. 42
G. Pengumpulan Data ................................................................................. 43
H. Uji Validitas ............................................................................................. 44
I.
Uji Reliabilitas ......................................................................................... 45
J.
Pengolahan Data .................................................................................... 47
K.
Analisis Data ........................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. 49
A.
Gambaran Umum Puskesmas Tlogosari Kulon ....................................... 49
B.
Analisis Univariat..................................................................................... 50
1.
Umur.................................................................................................. 50
2.
Pekerjaan .......................................................................................... 50
3.
Usia Kehamilan.................................................................................. 51
4.
Pengetahuan ..................................................................................... 51
5.
Sikap ................................................................................................. 53
6.
Harapan ............................................................................................. 54
7.
Self-efficacy ....................................................................................... 56
C.
Hasil Analisis Bivariat......................................................................... 57
xiv
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 59
A.
Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 59
B.
Hubungan Pengetahuan Dengan Self-efficacy Ibu Hamil ........................ 59
C. Hubungan Sikap Dengan Self-efficacy Ibu Hamil .................................... 61
D. Hubungan Harapan Dengan Self-efficacy Ibu Hamil ............................... 62
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 64
A.
Simpulan ................................................................................................. 64
B.
Saran ...................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 66
LAMPIRAN ........................................................................................................ 69
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ......................................................................................... 7
Tabel 3.1 Definisi Oprasional ....................................................................................... 42
Tabel 3.2 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Self-efficacy ...................... 44
Tabel 3.3 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Pengetahuan .................... 44
Tabel 3.4 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Sikap .................................. 45
Tabel 3.5 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Harapan ............................ 45
Tabel 3.6 Hasil Reabilitas Uji Coba Instrumen .......................................................... 46
Tabel 3.7 Hasil uji normalitas variabel penelitian Self-Efficacy, Pengetahuan,
Sikap, dan Harapan ..................................................................................... 46
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur Di Puskesmas
Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017.......................................... 50
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan Di Puskesmas
Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017.......................................... 50
Tabel 4.3 Distribusi
Frekuensi
Responden
menurut
Usia
Kehamilan
Di
Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 .................... 51
Tabel 4.4 Kategori Pengetahuan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang
Tahun 2017 ................................................................................................... 51
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Di Puskesmas Tlogosari
Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Pengetahuan .................... 52
Tabel 4.6 Kategori Sikap di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun
2017................................................................................................................ 53
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Di Puskesmas Tlogosari
Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Sikap.................................. 53
Tabel 4.8 Kategori Harapan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang
Tahun 2017 ................................................................................................... 54
xvi
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Di Puskesmas Tlogosari
Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Harapan ............................ 55
Tabel 4.10 Kategori Self-efficacy di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang
Tahun 2017 ................................................................................................... 56
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Responden Di Puskesmas Tlogosari
Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Self-Efficacy ..................... 56
Tabel 4.12 Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Pengetahuan dengan Selfefficacy. .......................................................................................................... 57
Tabel 4.13 Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Sikap dengan Self-efficacy........ 57
Tabel 4.14 Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Harapan dengan Self-efficacy .. 58
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber: Albert Bandura, Social Learning Theory.
1977) ......................................................................................................... 39
Gambar 3.1 Kerangka Konsep..................................................................................... 40
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Kuesioner Penelitian
2. Lampiran Hasil Uji Statistik
3. Lampiran Surat Penelitian
4. Lampiran Dokumentasi
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik pada awal usia kehidupan
bayi. ASI ibarat emas yang diberikan gratis oleh Tuhan karena ASI adalah
cairan hidup yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi.1
Sejak masa kehamilan, janin menerima nutrisi dari ibu melalui plasenta.
Pada masa bayi didalam tubuh ibu secara alami telah disediakan makanan
yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya berupa
ASI. Studi kedokteran yang dilakukan di Eropa menunjukkan angka kematian
dan kesakitan bayi yang diberikan ASI lebih rendah daripada yang diberi
susu formula.2
Angka kematian bayi di seluruh dunia setiap tahun mencapai empat juta.
Di Malaysia angka kematian hanya 41 per 100 ribu, Singapura 6 per 100 ribu,
Thailand 44 per 100 ribu, dan Filiphina 170 per 100 ribu.3 Menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia 2002 – 2003, angka kematian bayi (AKB)
tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Data di badan pusat statistik
menunjukan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia tertinggi di Asia
Tenggara, mendominasi lebih dari 75% total kematian anak dibawah 5 tahun.
Hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005
- 2009. Depkes menargetkan penurunan angka kematian ibu dari 26,9 %
menjadi 26 % per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi berkurang
1
2
dari 248 menjadi 206 per 100.000 kelahiran yang dicapai pada tahun 2009.
Sementara angka harapan hidup berkisar rata-rata 70,6 tahun.4
Menurut Riskesdas 2013, proses mulai menyusui terbanyak terjadi pada
1-6 jam setelah kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui
dini) sebesar 34,5%. Sedangkan proses mulai menyusui terendah terjadi
pada 7-23 jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7%.5
Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah kabupaten/kota dengan AKB
terendah adalah Jepara yaitu 6,35 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Cilacap
7,01 per 1.000 kelahiran hidup, dan Demak 7,21 per 1.000 kelahiran hidup.
Kabupaten/kota yang memiliki capaian AKB tertinggi adalah Grobogan yaitu
17,38 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Temanggung 16,79 per 1.000
kelahiran hidup, dan Kota Magelang 15,63 per 1.000 kelahiran hidup. AKB
Dikota Semarang sendiri
yaitu 10,51 per 1000 kelahiran hidup. Di Jawa
Tengah target pencapaian ASI eksklusif sekitar 65 % yang berarti bahwa dari
total jumlah ibu menyusui 65% memberikan ASI secara eksklusif.
Kenyataannya sangat sulit sekali mendapatkan data tentang cakupan ASI
eksklusif tersebut. Hal ini dibuktikan oleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah tahun 2015 bahwa cakupan jumlah bayi yang diberikan ASI
secara eksklusif baru mencapai 32,93%.6
Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) diperlukan
pemantauan intensif dari tenaga kesehatan sebanyak 4 kali, yaitu : 1 kali saat
umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali saat umur 3 – 5 bulan, 1 kali saat umur 6 – 8
bulan, dan 1 kali saat umur 9 – 11 bulan. Jumlah cakupan Kunjungan Bayi di
Kota Semarang tahun 2015 yaitu sebanyak 26.281 kunjungan 95,2% dari
27.607 bayi yang ada. Dibandingkan tahun 2014, dengan 26.692 kunjungan
3
atau 98,89 % dari 26.992 bayi yang ada, dapat diartikan totalnya mengalami
penurunan 3,69%, dan sudah mencapai target Rencana Strategis Kota
Semarang adalah 94 %. Pemberian ASI secara eksklusif dapat menekan
angka kematian bayi hingga 13 % sehingga dengan dasar asumsi jumlah
penduduk 219 juta, angka kelahiran total 22 per 1000 kelahiran hidup, angka
kematian balita 46 per 1000 kelahiran hidup maka jumlah bayi yang akan
terselamatkan sebanyak 30 ribu. Untuk itu ASI patut menjadi prioritas.7
ASI eksklusif memiliki pengaruh penting untuk kesehatan bayi. Makin
kurang total bayi yang dapat ASI eksklusif, akan memperburuk kesehatan
bayi dan anak balita, sebab memberikan makanan tambahan ASI yang salah
akan menimbulkan gangguan pencernaan dan berikutnya bisa mengganggu
perkembangan, sehingga berakibat angka kematian bayi pun meningkat.8
Fakta tentang ibu-ibu yang tidak memberi bayinya ASI eksklusif masih
ditemukan diberbagai daerah, untuk itu diperlukan peran petugas kesehatan
termasuk perawat untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang
ASI eksklusif bagi bayi. Perawat adalah salah satu pihak yang dapat
berperan dalam pemberian ASI eksklusif. Keberhasilan ASI eksklusif tidak
hanya ditentukan oleh satu pihak tetapi tercipta dari dukungan berbagai
pihak.9
Memberikan Air Susu Ibu (ASI) dengan cara eksklusif bisa membantu
menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan status gizi balita pada
akhirnya bisa meningkatkan status gizi masyarakat untuk mencapai sumber
daya manusia yang baik dan berkualitas. Menyusui yaitu suatu proses yang
alami. Berjuta-juta ibu yang ada dunia sukses memberikan ASI kepada
4
bayinya tanpa harus mengetahui pengertian atau pengetahuan buku tentang
ASI.10
Pedoman Internasional juga menganjurkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama, hal ini berdasarkan bukti ilmiah tentang manfaat ASI
bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan dan perkembangan. ASI memberi
semua energi dan zat gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan
pertama hidupnya.11
Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa rendahnya pengetahuan ibu
tentang manfaat ASI dan manajemen laktasi sejak masa kehamilan sampai
pasca melahirkan berdampak terhadap Self-efficacy ibu hamil yang kemudian
akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI. Status
kesehatan di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah Self-efficacy
seseorang untuk merespon suatu penyakit. Self-efficacy dapat digunakan
untuk memprediksikan. tingkah laku apa yang mungkin terjadi. Dengan
demikian Self-efficacy dapat diartikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku
yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk mengatakan terbuka
luas.12
Data dari survei awal Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang yaitu
salah satu Puskesmas berada di kota Semarang. Pada tahun 2016
Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang mempunyai 6 kasus kematian
bayi 2 kasus IUFD (intra uterine fetal death), 3 kasus perinatal dan 1 kasus
neonatal. Program kesehatan anak di Puskesmas Tlogosari Kulon kota
Semarang masih ada capaian indikator yang nilainya di bawah target yaitu
salah satunya cakupan bayi risiko tinggi yang ditangani (69,57%).
5
Menurut Bandura, perilaku dipengaruhi oleh faktor self-efficacy, person,
dan lingkungan tidak di berikan ASI Eksklusif oleh ibu kepada bayi salah
satunya di sebabkan oleh self-efficacy yang rendah, self-efficacy tentang
pemberian ASI Eksklusif perlu di tingkatkan sejak masa kehamilan. Oleh
sebab itu, peneliti tertarik ingin meneliti Hubungan faktor individu dengan
Self-efficacy Ibu hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas
Tlogosari Kulon kota Semarang.
B. RUMUSAN MASALAH
“Bagaimana Hubungan faktor individu dengan Self-efficacy Ibu hamil dalam
Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang”
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan faktor individu dengan self-efficacy ibu hamil
dalam pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tlogosari Kulon kota
Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik meliputi pengetahuan, sikap, harapan
dan Self-efficacy.
b. Menganalisis Hubungan antara pengetahuan dengan Self-efficacy.
c. Menganalisis Hubungan antara sikap dengan Self-efficacy.
d. Menganalisis Hubungan antara harapan dengan Self-efficacy.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Penulis
Bisa meningkatkan ilmu dan pengalaman baru dan selanjutnya bisa di
aplikasikan dalam masyarakat.
6
2. Bagi Puskesmas
Dapat mengetahui seberapa besar self-efficacy ibu hamil dalam
memberikan ASI Eksklusif.
3. Bagi Responden
Dapat membatu mengetahui seberapa besar kemampuan ibu hamil
dalam memberikan ASI Eksklusif untuk calon bayi yang di lahirkan.
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keilmuan
Ilmu yang digunakan untuk penelitian ini yaitu Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
2. Lingkup Materi
Lingkup materi yang digunakan untuk penelitian ini yaitu Hubungan
Faktor Individu Dengan Self-efficacy Ibu hamil.
3. Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang
4. Lingkup Metode
Dalam penelitian ini Metode yang digunakan yaitu observasi dan
wawancara
5. Lingkup Obyek / Sasaran
Sasaran pada penelitian ini yaitu ibu hamil.
6. Lingkup Waktu
Penelitian dilaksanakan di bulan April 2017
7
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
1. Pitriyani 2016
GAMBARAN PERAN
KELUARGA, KONFLIK
PERAN GANDA DAN
Self-efficacy PADA IBU
BAYI BEKERJA YANG
TIDAK MEMBERIKAN
ASI EKSKLUSIF DI
DESA LEMAHIRENG
KECAMATAN BAWEN
KABUPATEN
SEMARANG
2. Sri Mulyati
2013
GAMBARAN SelfEfficacy IBU
MENYUSUI PADA
Metode
Penelitian
Cross
Sectional
Observasi
Dan
Wawancara
POSTPATUM DALAM
MEMBERIKAN ASI
EKSKLUSIF PADA
BAYI DI RUMAH
SAKIT MEDISTRA
JAKARTA
3. Muaningsih
2013
STUDI KOMPARASI
ANTARA
BREASTFEEDING Selfefficacy
PADA
IBU
MENYUSUI
DIRSSIB
DENGAN NON RSSIB
DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
Cross
Sectional
Hasil
Peran keluarga ibu bayi
bekerja
yang
tidak
memberikan ASI Eksklusif
sebagian besar kategori
tinggi (60,0%) konflik peran
ganda ibu bayi bekerja
yang tidak memberikan ASI
Eksklusif sebagian besar
kategori tinggi (53,3%),
Self-Efficacy
ibu
bayi
bekerja
yang
tidak
memberikan ASI Eksklusif
sebagian
besar kategori tinggi
(53,3%).
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa
dari 80 responden
79%, mempunyai
tingkat self efficacy
yang tinggi, 20%
mempunyai tingkat self
efficacy yang sedang
dan hanya 1% yang
mempunyai tingkat self
efficacy rendah.
Terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai BSE
ibu menyusui pengalaman
menyusui
sebelumnya
merupakan
faktor
yang
paling
Berpengaruh
terhadap BSE ibu menyusui
di RSSIB (OR= 10,74) dan
non RSSIB (OR= 14,46).
BSE dapat dijadikan acuan
untuk
mengevaluasi
efektifitas
program RSSIB terhadap
keberhasilan menyusui.
8
Perbedaan penelitian ini dan penelitian sebelumnya yaitu pada pemilihan
variabel penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian. Hubungan faktor
Individu dengan Self-efficacy Ibu hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
mamma dari ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Air Susu
Ibu (ASI) merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap
diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur yang
sesuai dengan bayi. Air Susu Ibu (ASI) memiliki kandungan zat gizi yang
lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat gizi
yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat
anti infeksi. Oleh karenanya Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya
makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi.13
Banyak keunggulan Air Susu Ibu dibanding dengan susu sapi, antara lain:
a. Air Susu Ibu mengandung zat makanan yang dibutuhkan bayi dalam
jumlah yang cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi.
b. Air Susu Ibu sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, sehingga
Air Susu Ibu bersih dan kecil kemungkinan tercemar oleh kuman
(bibit penyakit).
c. Air Susu Ibu selalu segar dan temperatur Air Susu Ibu sesuai dengan
temperatur tubuh bayi.
d. Mengandung zat kekebalan (immunoglobulin). Antibodi dalam Air
Susu Ibu dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena
9
10
tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan
membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri
patogen dan enterovirus masuk ke mukosa usus.
e. Air Susu Ibu tidak menimbulkan alergi.
Kolostrum (susu awal) adalah Air Susu Ibu yang keluar pada hari-hari
pertama setelah kelahiran bayi, berwarna kekuning-kuningan dan
lebih kental, karena banyak mengandung vitamin A, protein dan zat
kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi.
Kolostrum juga mengandung vitamin E dan K serta beberapa mineral
seperti natrium dan seng.14
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan
minuman lain. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai enam bulan
pertama kehidupan bayi.15 Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,
air jeruk, air teh, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif pada bayi juga
tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, papaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, tim, dan sebagainya.15
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai
diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun. Para ahli
menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya
diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peingkatan ini
sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya
11
pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi
berumur 6 bulan.
Berdasarkan hal-hal di atas, WHO/UNICEF membuat deklarasi yang
dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi
yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk
melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian
ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal-hal
berikut: “Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu
makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI
eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia
4-6
bulan.
Setelah
berumur
4-6
bulan,
bayi
diberi
makanan
pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan
sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang
ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta
dukungan dan lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara
eksklusif.16
Adapun alasan pemberian ASI eksklusif adalah:
a. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin
tumbuh kembang sampai umur 6 bulan. Bayi yang mendapat
makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang hanya akan mendapat
karbohidrat, sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang.
b. Bayi dibawah usia 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan
yang sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan
baik.
ASI
mengandung
beberapa
pemecahan makanan selanjutnya.
enzim
yang
memudahkan
12
c. Ginjal bayi yang masih muda belum mampu bekerja dengan baik.
Makanan tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung
banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum
sempurna pada bayi.
d. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang
berbahaya bagi bayi misalnya zat warna dan zat pengawet.
e. Makanan tambahan bagi bayi yang mudah menimbulkan alergi.13
Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif akan mudah terkena infeksi.
Jika sekarang banyak balita mengalami gizi buruk atau busung lapar,
karena anak itu tidak mendapat ASI eksklusif. Kalau bayi tidak mendapat
ASI eksklusif tetapi sudah mendapatkan makanan lain maka kemampuan
dia mengisap ASI pun menurun. Kalau kemampuan mengisapnya
menurun maka si ibu pun tidak menghasilkan ASI yang banyak.17
2. Manfaat ASI Eksklusif
Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat banyak antara lain:
a. ASI sebagai nutrisi yang terbaik
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa
pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tata laksana
menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup
sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia enam
bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan
padat tambahan, tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai dua tahun
atau lebih.18
13
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan
cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Pada saat kadar zat
kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum
mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.
Kesenjangan akan hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah
cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Bagi bayi pemberian ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih
jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI
eksklusif.
Anak
yang
sehat
tentu
akan
lebih
berkembang
kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila
sakitnya berat.19
c. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Perkembangan
kecerdasan
anak
sangat
berkaitan
eratdenganpertumbuhan otak. Faktor utama yang memengaruhi
pertumbuhan
otak
anak
adalah
nutrisi
yang
diterima
saat
pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat air susu ibu
selain merupakan nutrien ideal, dengan komposisi tepat, dan sangat
sesuai kebutuhan bayi juga mengandung nutien-nutrien khususnya
yang sangat di perlukan bagi pertumbuhan optimal otak bayi.18
Hasil penelitian Lucas terhadap 300 bayi prematur membuktikan
bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ
yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding
14
bayi prematur yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Riva ditemukan
bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun
mempunyai tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang
ketika bayi tidak diberi ASI eksklusif.20
Faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan meliputi:
a. Faktor genetik
Faktor genetik atau faktor bawaan menentukan potensi genetik Atau
bawaanyang diturunkan oleh orangtua. Faktor ini tidak dapat
dimanipulasi atau direkayasa.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah faktor
genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai
banyak aspek dan dapat dimanipulasi dan direkayasa.
Secara garis besar ada 3 jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan,
yaitu:
1) kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (asuh)
2) kebutuhan untuk perkembangan emosional (asih)
3) kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi
(asah)
d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering
berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih
sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama
karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia
kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi
inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
15
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang
baik.15
3. Nilai Nutrisi ASI
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk
makronutrien
adalah
karbohidrat,
protein
dan
lemak
sedangkan
mikronutrien adalah vitamin dan mineral.
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi
sebagai salah satusumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang
terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibandingkan laktosa yang
ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Namun demukian
jarang ditemukan kejadian diare pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini
disebabkan penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa
susu sapi atau susu formula.21
b. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda
dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI
lebih banyak terdiri dariprotein whey yang lebih mudah diserap oleh
usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein
casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.22
c. Lemak
Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah
kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan
kalori untuk bayi yang sedang tumbuh. Pada masa pertumbuhan cepat
atau loncatan pertumbuhan diperluka kalori yang lebih banyak. Oleh
16
karena itu, bayi yang akan lebih sering menyusu sepanjang hari
selama beberapa minggu. Dengan jarak menyusu yang lebih pendek
seperti itu maka kadar lemak akan meningkat memenuhi kebutuhan
energi yang meningkat pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan
pertumbuhan bayi.
d. Karnitin
Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan
metabolisme
tubuh.
Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan
bayi yang mendapat susu formula.
e. Vitamin
Vitamin terdiri dari : (1) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu
zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan untuk mencegah
terjadinya perdarahan. (2) Vitamin D untuk mencegah penyakit tulang
pada bayi. Walaupun pada ASI vitamin D sedikit tetapi tidak perlu
dikuatirkan karena bayi dapat dijemur pada pagi hari maka bayi akan
mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. (3)
Vitamin E. ASI memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama
pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin E berfungsi untuk
ketahanan dinding sel darah merah. (4) Vitamin A selain berfungsi
untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhanan.
17
f. Mineral
Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih
mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam
susu formula.
B. Angka Kematian Bayi
1. Pengertian angka kematian bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang
dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar,
dari sisi
penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan
eksogen.23
a. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian
neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama
setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang
dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan.
b. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah
kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang
usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian
dengan pengaruh lingkungan luar.
2. Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi
masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka
Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara
kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-
18
natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan
kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian
neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan
kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan
anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka
Kematian
Anak
mengembangkan
serta
Kematian
program
Balita
imunisasi,
dapat
serta
berguna
untuk
program-program
pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program
penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak
dibawah usia 5 tahun.23
3. Tahapan Transisi Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate=IMR)
Transisi kematian yaitu bergesernya angka kematian dari angka
kematian “tinggi” ke angka mortalitas “rendah”. Transisi kematian bayi
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
a. Soft rock : IMR > 100, penyebab kematian masih didominasi oleh
penyakit menular, terjadi sampai dengan akhir tahun 1970-an.
b. Intermediate rock: 30<IMR<=100, penyebab kematian merupakan
gabungan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular
c. Hard rock : IMR <= 30, penyebab kematian didominasi oleh penyakit
tidak menular
C. Self-efficacy
1. Pengertian Self-efficacy
Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri
individu. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura.
Self-efficacy mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk
19
mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan
kecakapan
tertentu.24
Self-efficacy
merupakan
penilaian
individu
terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu
tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Di samping
itu, self-efficacy sebagai perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi,
dan kemampuan kita dalam mengatasi kehidupan. 25
Berdasarkan
persamaan
pendapat
para
ahli
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan
individu mengenai kemampuan dirinya untuk untuk mengorganisasi,
melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu
dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.
2. Dimensi Self-efficacy
Bandura mengemukakan bahwa self-efficacy individu dapat dilihat
dari tiga dimensi,24 yaitu :
a. Tingkat (level)
Self-efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda
dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki self-efficacy yang
tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugastugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu
yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memilih tugas yang
tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya.
b. Keluasan (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap
bidang atautugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya
memiliki self-efficacy pada aktivitas yang luas, atau terbatas pada
20
fungsi domain tertentu saja. Individu dengan self-efficacy yang tinggi
akan
mampu
menguasai
beberapa
bidang
sekaligus
untuk
menyelesaikan suatu tugas. Individu yang memiliki self-efficacy yang
rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam
menyelesaikan suatu tugas.
c. Kekuatan (strength)
Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan
atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy
menunjukkan
bahwa
tindakan
yang
dilakukan
individu
akan
memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu.
Self-efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras,
bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.Dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa self-efficacy mencakup dimensi tingkat
(level), keluasan (generality) dan kekuatan (strength).
3. Sumber-Sumber Self-efficacy
Bandura menjelaskan bahwa self-efficacy individu didasarkan pada
empat hal,25 yaitu:
a. Pengalaman akan kesuksesan
Pengalaman akan kesuksesan adalah sumber yang paling
besar pengaruhnya terhadap self-efficacy individu karena didasarkan
pada
pengalaman
otentik.
Pengalaman
akan
kesuksesan
menyebabkan self-efficacy individu meningkat, sementara kegagalan
yang berulang mengakibatkan menurunnya self-efficacy, khususnya
jika kegagalan terjadi ketika self-efficacy individu belum benar-benar
terbentuk secara kuat. Kegagalan juga dapat menurunkan self-
21
efficacy
individu
jika
kegagalan
tersebut
tidak
merefleksikan
kurangnya usaha atau pengaruh dari keadaan luar.
b. Pengalaman individu lain
Individu tidak bergantung pada pengalamannya sendiri tentang
kegagalandan kesuksesan sebagai sumber self-efficacynya. Selfefficacy juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Pengamatan
individu akan keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan
meningkatkan self-efficacy individu tersebut pada bidang yang sama.
Individu melakukan persuasi terhadap dirinya dengan mengatakan
jika individu lain dapat melakukannya dengan sukses, maka individu
tersebut juga memiliki kemampuan untuk melakukanya dengan baik.
Pengamatan individu terhadap kegagalan yang dialami individu lain
meskipun telah melakukan banyak usaha menurunkan penilaian
individu terhadap kemampuannya sendiri dan mengurangi usaha
individu untuk mencapai kesuksesan. Ada dua keadaan yang
memungkinkan
self-efficacy
individu
mudah
dipengaruhi
oleh
pengalaman individu lain, yaitu kurangnya pemahaman individu
tentang kemampuan orang lain dan kurangnya pemahaman individu
akan kemampuannya sendiri.24
c. Persuasi verbal
Persuasi verbal dipergunakan untuk meyakinkan individu bahwa
individu memiliki kemampuan yang memungkinkan individu untuk
meraih apa yang diinginkan.
22
d. Keadaan fisiologis
Penilaian individu akan kemampuannya dalam mengerjakan suatu
tugas sebagian dipengaruhi oleh keadaan fisiologis. Gejolak emosi
dan keadaan fisiologis yang dialami individu memberikan suatu
isyarat terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan sehingga situasi
yang menekan cenderung dihindari. Informasi dari keadaan fisik
seperti jantung berdebar, keringat dingin, dan gemetar menjadi isyarat
bagi individu bahwa situasi yang dihadapinya berada di atas
kemampuannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, self-efficacy bersumber pada
pengalaman akan kesuksesan, pengalaman individu lain, persuasi
verbal, dan keadaan fisiologis individu.
4. Proses-proses Self-efficacy
Bandura menguraikan
proses
psikologis
self-efficacy
dalam
mempengaruhi fungsi manusia. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui
cara-cara dibawah ini 24 :
a. Proses kognitif
Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan
tujuan dan sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan
tindakan yang tepatuntuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan
sasaran pribadi tersebut dipengaruhi oleh penilaian individu akan
kemampuan kognitifnya.
Fungsi kognitif
memungkinkan
individu
untuk
memprediksi
kejadian kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan.
Asumsi yang timbul pada aspek kognitif ini adalah semakin efektif
23
kemampuan
individu
dalam
analisis
dan
dalam
berlatih
mengungkapkan ide-ide atau gagasan gagasan pribadi, maka akan
mendukung individu bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan
yang
diharapkan.
mengembangkan
Individu
cara
akan
untuk
meramalkan
mengontrol
kejadian
kejadian
dan
yang
mempengaruhi hidupnya. Keahlian ini membutuhkan proses kognitif
yangefektif dari berbagai macam informasi.
b. Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam
dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu berusaha
memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang
akan dilakukan, merencanakan tindakan yang akan direalisasikan.
Terdapat beberapa macam motivasi kognitif yang dibangun dari
beberapa teori yaitu atribusi penyebab yang berasal dari teori atribusi
dan pengharapan akan hasil yang terbentuk dari teori nilaipengharapan.
Self-efficacy mempengaruhi atribusi penyebab, dimana individu
yang
memiliki
self-efficacy
akademik
yang
tinggi
menilai
kegagalannya dalam mengerjakan tugas akademik disebabkan oleh
kurangnya usaha, sedangkan individu dengan self-efficacy yang
rendah
menilai
kegagalannya
disebabkan
oleh
kurangnya
kemampuan.
Teori nilai-pengharapan memandang bahwa motivasi diatur oleh
pengharapan akan hasil (outcome expectation) dan nilai hasil
(outcome value) tersebut. Outcome expectation merupakan suatu
24
perkiraan bahwa perilaku atau tindakan tertentu akan menyebabkan
akibat yang khusus bagi individu. Hal tersebut mengandung
keyakinan tentang sejauhmana perilaku tertentu akan menimbulkan
konsekuensi tertentu. Outcome value adalah nilai yang mempunyai
arti dari konsekuensi-konsekuensi yang terjadi bila suatu perilaku
dilakukan. Individu harus memiliki outcome value yang tinggi untuk
mendukung outcome expectation.
c. Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam
menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditujukan
dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang
menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan.
Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi emosi
yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Kepercayaan individu terhadap kemampuannya mempengaruhi
tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi tugas yang
sulit atau bersifat mengancam. Individu yang yakin dirinya mampu
mengontrol ancaman tidak akan membangkitkan pola pikir yang
mengganggu. Individu yang tidak percaya akan kemampuannya yang
dimiliki akan mengalami kecemasan karena tidak mampu mengelola
ancaman tersebut.
d. Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk
menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Ketidakmampuan individu dalam
25
melakukan seleksi tingkah laku membuat individu tidak percaya diri,
bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi masalah atau
situasi sulit. Self-efficacy dapat membentuk hidup individu melalui
pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Individu akan mampu
melaksanakan aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang
diyakini mampu menangani. Individu akan memelihara kompetensi,
minat, hubungan sosial atas pilihan yang ditentukan.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses self-efficacy
meliputi proses kognitif, proses motivasi, proses afeksi, dan proses
seleksi.24
D. Social Learning Theory
Banyak teori tentang determinan perilaku salah satunya adalah Social
Learning Theory (SLT). Social Learning Theory (SLT) adalah suatu teori
pembelajaran yang berfokus pada lingkungan atau faktor eksternal. Social
Learning Theory (SLT) di perkenalkan pertama kali oleh bandura pada tahun
1977.26
Social Learning Theory (SLT) merupakan suatu kombinasi antara
perilaku dan kognitif teori dimana individu tersebut mempelajari perilaku
melalui observasi dan kemudian mengimitasi atau mengadopsi perilaku
tersebut. Dalam SLT ini, lingkungan mempengaruhi perilaku individu,
sehingga individu tersebut berperilaku seperti apa yang ada di lingkungan.
Pada saat suatu perilaku baru di perkenalkan
hanya melalui
kegiatan
observasi, maka berdasarkan teori social learning, hal tersebut dapat
dikatakan proses pembelajaran dan penambahan pengetahuan kognitif
seseorang. Teori Social Learning yang di kemukakan oleh Bandura
26
menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan dan memelihara
respon-respon tertentu pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu
sebagian besar perilaku individu diperoleh dari hasil belajar melalui
observasi atas perilaku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang
menjadi model.
Konsep penting yang dikemukakakan Bandura adalah reciprocal
determinism, yaitu seseorang atau individu akan bertingkah laku dalam
suatu situasi yang ia pilih secara aktif. Dalam menganalisa perilaku
seseorang terdapat 3 komponen yaitu individu sendiri, lingkungan, serta
perilaku individu tersebut. Berikut adalah skema dari reciprocal determinism.
Social Learning Theory menekankan pada hubungan antara individu
tersebut, perilaku, dan lingkungan. Pada aspek individu, hal yang
mempengaruhi adalah kepribadian, karakteristik seseorang, proses kognisi,
self regulation atau kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi
adalah nature atau alamiah, frekuensi, dan intensitas. Pada aspek
lingkungan, hal yang mempengaruhi adalah rangsangan atau stimulus, baik
secara sosial maupun secara fisik. Individu akan memunculkan satu bentuk
perilaku yang sama meskipun pada lingkungan yang serupa, namun individu
akan bertindak setelah ada proses kognisi atau penilaian terhadap
lingkungan sebagai stimulus yang akan ditindak lanjuti.
Menurut Bandura (1977) dalam melakukan proses modeling kegiatan
observasi terdapat empat langkah yaitu:
1. Attention (Perhatian)
Dalam belajar menimbulkan suatu perhatian. Apapun yang mengganggu
perhatian seseorang terhadap apa yang sedang di observasi, maka hal
27
tersebut akan berdampak negatif bagi pembelajarannya. Sebaliknya,
apapun yang dapat menjadikan seseorang tersebut tertarik pada suatu
situasi, maka seluruh perhatian akan tertuju pada sesuatu hal yang
sedang di pelajari.
2. Retention (daya ingat)
Kemampuan untuk menyimpan informasi adalah proses yang sangat
penting dalam pembelajaran melalui observasi, Retensi di pengaruhi oleh
beberapa
faktor,
tetapi
kemampuan
untuk
menyimpan
informasi
selanjutnya dan berperilaku menjadi sangat penting bagi pembelajaran
melalui observasi.
3. Reproduction (Perkembangan)
Pada saat seseorang telah memberikan perhatian pada model dan
menyimpan segala bentuk perilaku, maka pada tahap ini adalah
menampilkan perilaku baru yang telah di observasinya.
4. Motivation (motivasi)
Agar pembelajaran melalui observasi tersebut berhasil, maka seseorang
tersebut harus termotivasi untuk mengadopsi dan meniru perilaku yang
menjadi model tersebut. Penguatan (Reinforcement) dan hukuman
(Panishment) memainkan peranan yang penting dalam menimbulkan
motivasi.
E. Pengetahuan
Pengetahuan
adalah
hasil
dari
tahu,
dan
ini
terjadi
setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa
pengetahuan
seseorang
tidak
mempunyai
dasar
untuk
mengambil
28
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Ada
empat macam pengetahuan. 27 yaitu:
1. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge)
Pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisahpisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu.
Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah.
Ada dua macam pengetahaun faktual yaitu pengetahuan tentang
terminologi (knowledge of terminology) mencakup pengetahuan tentang
label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal
dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of
specidetails and element) mencakup pengetahuan tentang kejadian,
orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur
dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersamasama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran dan
teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan
konseptual,
yaitu
pengetahaun tentang kelasifikasi
dan kategori,
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan pengetahuan tentang
teori, model dan stuktur.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang
bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural
berisi
langkah-langkah
atau
mengerjakan suatu hal tertentu.
tahapan
yang
harus
diikuti
dalam
29
4. Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan
tentang
diri
sendiri.
Penelitian-penelitian
tentang
metakognitif
menunjukkan bahwa seiring dengan perkembangannya siswa menjadi
semakin sadar akan pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi
dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi
dalam belajar. Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu:
a. Menghafal (Remember)
Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka
panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah
tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi
bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan
dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu
yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses
kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).
b. Memahami (Understand)
Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal
yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan
yang telah dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke
dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena
penyusunan skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual
merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh
proses
kognitif:
(exemplifying),
menafsirkan
(interpreting),
mengkelasifikasikan
memberikan
(classifying),
contoh
meringkas
30
(summarizing),
menarik
inferensi
(inferring),
membandingkan
(comparing) dan menjelaskan (explaining)
c. Mengaplikasikan (Applying)
Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah
atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan
erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa
kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori
ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan
mengimplementasikan (implementing).
d. Menganalisis (Analyzing)
Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya
dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur
tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif
yang
tercakup
mengorganisir
dalam
menganalis membedakan (differentiating),
(organizing)
dan
menemukan
pesan
tersirat
(attributting).
e. Mengevaluasi
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang
ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini
memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing).
f. Membuat (create)
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada
tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu:
membuat (generating), merencanakan (planning) dan memproduksi
(producing. 27
31
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden.27
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada
orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk
menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang
mereka miliki.
2. Pekerjaan
Lingkungan
pekerjaan
dapat
menjadikan
seseorang
memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis (mental), dimana pada asfek psikologi ini taraf
berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.
4. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap seseuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba
menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang
mendalam.
32
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu
baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya
pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi
individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara
subjektif.
6. Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.27
F. Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas tapi merupakan predisposisi
tindakan atau perilaku.28
sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Menurut WHO, adapun ciri-ciri sikap sebagai pribadi terhadap objek atau
stimulus berikut:
33
1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling) hasil pemikiran dan
perasaan
seseorang,
atau
lebih
tepat
diartikan
pertimbangan-
pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal refrences) merupakan
faktor penguat sikap untuk sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi
tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.
3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk
bersikap positif atau negative terhadap objek atau stimulus tertentu
dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir
seseorang untuk bersikap terhadap objek atau stimulus tertent.31 Seperti
halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan,
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :
34
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat
communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah
pula menjadi milik bersama.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak
kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan
terhadap
sekitarnya.
Antara
perangsang
dan
reaksi
tidak
ada
pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya,
perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan
tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangperangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu
yang
disisipkannya
yaitu
sesuatu
yang
berwujud
pertimbangan-
pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi
antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu
sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaianpenilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri
sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan citacita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada
dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu
dikemukakan
bahwa
manusia
di
dalam
menerima
pengalaman-
pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara
aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya
dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang
perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini
diberi penilaian lalu dipilih.
35
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian
seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi
yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada
obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang
tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan
mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya
dari sikap orang tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan
mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan
bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain:
a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi
saat itu.
b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu
kepada pengalaman orang lain.
c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
d. Nilai di dalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai-nilai yang
menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup dalam
bermasyarakat.
G. Pengertian Harapan
Harapan didefinisikan sebagai “proses dari pemikiran satu tujuan, dengan
motivasi untuk mendapatkan tujuan-tujuan tersebut (agency), dan cara-cara
untuk meraih tujuan-tujuan tersebut (pathways)”. Seperti contoh, harapan
bukan lah sebuah emosi melainkan sebuah pengertian sistem motivasi
secara dinamis. Dalam hal ini, emosi mengikuti kesadaran dalam proses
36
meraih tujuan. Harapan juga dapat berarti sebagai bentuk situasi persilangan
yang
berhubungan
menyelesaikan
secara
masalah,
positif
dengan
mengendalikan
harga
diri,
pemikiran,
kemampuan
optimism,
kecenderungan positif dan harapan positif.29
Teori harapan juga berisi sistem sebuah motivasiyang menjadi cara bagi
seseorang menghargai dan mengejar hasil dari tujuan mereka ketika sudah
menguasainya ataupun tidak.Teori haparan menunjukkan bahwa tujuan tidak
menghasilkan kebiasaan, tapi lebih mengarah pada sudut pandang
seseorang kepada diri mereka sebagai seorang yang mampu memulai dan
menerapkan suatu perilaku menuju keinginan pribadi yang bernilai
(contohnya ingin masuk universitas) dan menghasilkan respon untuk
menguasai dan respon yang biasa saja.
Harapan telah dijelaskan oleh banyak filsuf, teolog, pendidik, dan ilmuwan
selama bertahun-tahun. Meskipun ada banyak definisi yang berbeda dari
harapan, dapat umumnya dianggap sebagai keadaan mental yang positif
tentang kemampuan untuk mencapai tujuan di masa depan.
harapan mencerminkan persepsi individu terkait kapasitas mereka untuk
menkonseptualisasikan tujuan-tujuan secara jelas,mengembangkan strategi
spesifik untuk mencapai tujuan tersebut (pathways thinking), menginisiasi
dan mempertahankan motivasi untuk menggunakan strategi tersebut
(agency thinking).
Komponen pathway thinking dan agency thinking merupakan dua
komponen yang diperlukan. Namun, jika salah satunya tidak tercapai, maka
kemampuan
untuk
mempertahankan
pencapaian
tujuan
tidak
akan
mencukupi. Komponen pathway thinking dan agency thinking merupakan
37
komponen yang saling melengkapi, bersifat timbal balik, dan berkorelasi
positif, tetapi bukan merupakan komponen yang sama.
Menurut teori harapan, tujuan dapat berupa sesuatu yang individu
inginkan untuk dialami, dibuat,didapatkan, dilakukan, atau terjadi. Dengan
demikian, suatu tujuan mungkin saja signifikan, lama dan menyeluruh
(misalnya, pengembangan sebuah teori yang komprehensif terkait motivasi
manusia), atau mungkin biasa dan singkat (misalnya, mendapatkan
tumpangan ke sekolah).Tujuan juga dapat bervariasi dalam hal memiliki.
probabilitas pencapaian yang bervariasi dari sangat rendah hingga sangat
tinggi.
Sedangkan konsep psikologi positif lainnya seperti teori tujuan,
optimisme, self effikasi, dan pemecahan masalah memberikan penekanan
pertimbangan diferensial untuk tujuan itu sendiri. Untuk pathwaydan agency
thinkingyang berorientasi terkait proses masadepan, teori harapan secara
sama
menekankan
semua
komponen
pengejaran
tujuan.
Untuk
perbandingan rinci dari persamaan, perbedaan antara teori harapan dan
teori-teori lain (misalnya, prestasi motivasi, aliran, menetapkan tujuan (goal
settiing), kesadaran, optimisme, gaya penjelasan optimistik, problem solving,
resiliensi, self effikasi, harga diri, pola perilaku tipe A.
Dalam literatur populer dan prosa, harapan sering diperlakukan sematamata sebagai suatu emosi, suatu perasaan tertentu yang memungkinkan
seseorang untuk mempertahankan kepercayaan dalam kondisi buruk.
Pekerjaan Erikson dalam Shane, misalnya, menunjukkan bahwa harapan
adalah unsur perkembangan kognitif yang sehat. Oleh karena itu, ia
mendefinisikan harapan sebagai "keyakinan mencapai kemampuan/ attain-
38
ability akan keinginan yang kuat, terlepas dari dorongan gelap dan
mengamuk yang menandai awal keberadaannya". Dengan demikian,
harapan adalah pikiran atau keyakinan bahwa memungkinkan individu untuk
mempertahankan gerakan menuju tujuan.
melihat dalam istilah harapan positif, dan mendefinisikannya sebagai
jumlah optimisme bahwa hasil yang menguntungkan tertentu cenderung
terjadi. Harapan dapat terjadi sekitar lebih besar, lebih global, masalah,
termasuk "fenomena kosmik dan peristiwa spiritual atau imajiner ".Harapan
demikian diyakini menjadi kekuatan provokatif yang mendorong suatu
individu untuk bergerak melalui masalah psikologis.
harapan adalah penantian akan pencapaian tujuan di masa depan yang
dimediasi oleh pentingnya tujuan tersebut bagi individu dan mendorong
individu melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hope adalah
suatu keadaan mental yang positif tentang kemampuan untuk mencapai
tujuan di masa depan dengan dua komponen pathway thinking dan agency
thinking yang saling melengkapi dan timbal balik untuk mempertahankan dan
mencapai tujuan yang individu inginkan untuk dibuat, dan dilakukan. Serta
yang diyakini oleh individu menjadi kekuatan proaktif yang mendorong
individu untuk bergerak melalui maslah psikologis.
39
H. Kerangka Teori
Lingkungan :
- Norma sosial
- Akses
masyarakat
- Pengaruh
kepada orang
lain
Behavior :
- Keterampilan
- Tindakan
Selfefficacy
Ibu Hamil
Person :
- Pengetahuan
- Sikap
- Harapan
Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber: Albert Bandura, Social Learning Theory.
1977)
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel terikat
Pengetahuan
Self-efficacy
Sikap
Harapan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Dari kerangka konsep tersebut, maka hipotesis dalam penelitian yaitu
seperti berikut :
1. Ho :
a) Ho : Tidak ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan Selfefficacy ibu hamil.
b) Ho : Tidak ada hubungan antara variabel sikap dengan Self-efficacy
ibu hamil.
c) Ho : Tidak ada hubungan antara variabel harapan dengan Selfefficacy ibu hamil.
2. Ha :
a) Ha : Ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan Selfefficacy ibu hamil.
40
41
b) Ha : Ada hubungan antara variabel sikap dengan Self-efficacy ibu
hamil.
c) Ha : Ada hubungan antara variabel harapan dengan Self-efficacy ibu
hamil.
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Survei Analitik yaitu penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi.30 Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan kuesioner dan
wawancara terstruktur. Pendekatan yang dipakai adalah cross sectional
menganalisis variabel-variabel penelitian yang sifatnya sewaktu untuk
memperoleh data yang lebih lengkap dan tepat.30
D. Variabel Penelitian
Penelitian menjelaskan variabel penelitian sebagai berikut :
1. Variabel Terikat
Variabel terikat dipenelitian ini yaitu Self-efficacy (ibu hamil dalam
pemberian ASI Eksklusif) di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas dipenelitian ini yaitu pengetahuan, sikap, dan harapan.
42
E. Definisi oprasional
Definisi operasional yaitu ruang lingkup/pengertian variabel-variabel yang
diamati/diteliti, sangat perlu variabel-variabel ini dikasih batasan.
Tabel 3.1 Definisi Oprasional
Definisi
Oprasional
kepercayaan
diri ibu untuk
mampu
memberikan
ASI
Eksklusif
No
Variabel
Cara Ukur
Hasil Ukur
1.
Self-efficacy
Wawancara
terstruktur
1. Baik = x > 14,74
2. Kurang = x <
14,74
keterangan :
distribusi data tidak
normal sehingga
menggunakan
Median
1. Baik = x > 14,91
2. Kurang = x <
14,91
keterangan :
distribusi data
tidak normal
sehingga
menggunakan
Median
1. Baik = x > 26,75
Kurang = x
<26,75 keterangan
: distribusi data
normal.sehingga
2.
Pengetahuan
Pemahaman
ibu hamil
meliputi
pentingnya
ASI
Eksklusif
untuk bayi
Wawancara
terstruktur
3.
Sikap
Pandangan
ibu hamil
meliputi
manfaat ASI
Eksklusif
Wawancara
terstruktur
4.
Harapan
Harapan ibu
hamil
meliputi
kondisi anak
di masa
depan
Wawancara
terstruktur
menggunakan x
1. Baik = x >15,36
2. Kurang = x <
15,36
keterangan :
distribusi data
tidak normal
sehingga
menggunakan
Median
Skala
Ukur
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
F. Populasi dan Sampel
Populasi yaitu seluruh obyek penelitian atau obyek yang ingin diteliti.
Populasi bisa berupa orang, benda, gejala, dan wilayah yang ingin diketahui
peneliti yang memenuhi syarat yang diharuskan.30 Populasi dipenelitian ini
43
yaitu ibu hamil berada di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang yaitu
sebanyak 88 ibu hamil.
Sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang di teliti.30 Maka
jumlah sampel yang di ambil pada penelitian ini berjumlah 88 ibu hamil yang
berada di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang.
G. Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini yaitu data hasil kuesioner dan
wawancara yang di dapat dari responden yaitu ibu hamil yang berada
di wilayah tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder dipenelitian ini yaitu data didapat dari Profil Kesehatan,
Dinas Kesehatan, dan Puskesmas.
2. Metode Pengumpulan Data
Kuesioner
dan
Wawancara
terstruktur
kepada
responden
untuk
mengetahui nama responden, pengetahuan, sikap, dan harapan yang
memiliki hubungan dengan self-efficacy ibu hamil di Puskesmas Tlogosari
Kulon kota Semarang.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai pada pengumpulan data menggunakan kuesioner
dan wawancara terstruktur.
a. Instrumen yang dipakai pada pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu menggunakan kuesioner sesuai dengan buku sumber yang
berhubungan dengan penelitian.
44
b. Wawancara adalah ditujukan pada Kepala Puskesmas, petugas
bagian kesehatan ibu dan anak (KIA).
H. Uji Validitas
Validitas adalah suatu instrumen untuk menunjukkan tingkat-tingkat
kesahihan dan kevalidan suatu ukuran. Suatu instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.30
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product
Moment yaitu berikut ini adalah hasil validitas uji coba instrumen :
Tabel 3.2
Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Self-efficacy
Pertanyaan
Validitas
P-value
1
0,000
Valid
2
0,000
Valid
3
0,000
Valid
4
0,000
Valid
5
0,000
Valid
6
0,000
Valid
7
0,000
Valid
8
0,000
Valid
Sumber : Data Primer 2017
Tabel 3.3
Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Pengetahuan
Pertanyaan
Validitas
P-value
1
0,000
Valid
2
0,001
Valid
3
0,000
Valid
4
0,000
Valid
5
0,000
Valid
6
0,000
Valid
7
0,446
Tidak Valid
8
0,000
Valid
Sumber : Data Primer 2017
45
Tabel 3.4
Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Sikap
Pertanyaan
P-value
1
0.000
2
0,000
3
0,000
4
0,000
5
0,000
6
0,000
7
0,000
8
0,000
Sumber : Data Primer 2017
Validitas
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 3.5
Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Harapan
Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
8
Sumber : Data Primer 2017
P-value
0.013
0,017
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Validitas
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Dari hasil uji validitas diatas, maka disimpulkan bahwa hampir semua
pertanyaan valid karena jawaban responden sudah bervariasi, karena antara
satu responden satu dengan lainnya Self-efficacy, Pengetahuan, Sikap, dan
Harapan. Dan hanya pertanyaan pada variabel Pengetahuan no 3 dan no 7
saja yang tidak valid karena nilai Cronbach`s alpha if item >0,05
I. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan sebagai alat pengumpul data yang dilakukan
untuk melihat sejauh mana alat dapat diandalkan atau dipercaya.
Peneliti menggunakan metode koefisien. Cronbach’s Alpha, yaitu
sebagai berikut :
46
Tabel 3.6
Hasil Reabilitas Uji Coba Instrumen
No
Pertanyaan
1.
Self-efficacy
2.
Pengetahuan
3.
Sikap
4.
Harapan
Sumber : Data Primer 2017
Cronbach`s alpha if
item
0,712
0,688
0,729
0,672
Reabilitas
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Dari hasil uji reabilitas data diatas, maka disimpulkan bahwa pada semua
variabel dari Self-efficacy, Pengetahuan, Sikap, Harpan semua pertanyaan
reliabel, Karena nilai Cronbach`s alpha if item >0.06
Teknik selanjutnya yaitu analisa secara statistik SPSS dengan uji
kolmogorov-simornv. Uji tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data
itu berdistribusi normal atau tidak normal. Penentuan distribusi tersebut
dilihat dari nilai signifikasinya dimana jika ≥0,5 (○=5%) maka berdistribusi
normal, akan tetapi bila <0,05 maka data itu tidak normal.
Berikut ini adalah hasil uji normalitas variabel.
Tabel 3.7
Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian Self-efficacy, Pengetahuan, Sikap, Dan
Harapan
No
Variabel
P value
Normalitas
1.
Skoring Self-efficacy
0,000
Tidak Normal
2.
Skoring Pengetahuan
0,000
Tidak Normal
3.
Skoring Sikap
0,200
Normal
4.
Skoring Harapan
0,000
Tidak Normal
Sumber : Data primer 2017
47
J. Pengolahan Data
1. Editing
Melakukan pemeriksaan kembali terhadap data yang telah di kode dan
agar tidak terjadi kekeliruan memeriksa kelengkapan dalam pengisian
kuesioner dan kejelasan jawaban.
2. Koding
Koding yaitu kegiatan yang dipakai untuk mengklasifikasikan data dan
jawaban seperti kriteria masing-masing untuk memudahkan pada saat
pengelompokan data.
3. Skoring
memberikan penilaian pada setiap jawaban responden
4. Entry data
Entry data yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam program SPSS.
5. Tabulating
Tabulating yaitu mengelompokkan data seperti yang di inginkan pada
penelitian kemudian dimasukkan data tabel yang ada.
K. Analisis Data
Analisis yaitu menggunakan studi kasus Self-efficacy ibu hamil dalam
pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang.
Deskriptif yaitu menggunakan proporsi dalam bentuk tabel dan presentase
jumlahnya.
Analisis data menggunakan SPSS dan dipakai saat menjelaskan tentang :
48
1. Analisis Univariat
Analisis data ini digunakan untuk memperoleh deskripsi tentang
variabel yang diteliti, data disajikan berupa tabel distribusi frekuensi.
Analisis data yang dilakukan menggunakan program for windows.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat, dengan uji Chi-Square dengan tingkat
signifikansi alpha = 0,05 dengan aplikasi komputer SPSS. Dasar
pengambilan keputusan berdasarkan daerah kritik adalah:
a. Jika p value < alpha (0.05) yang artinya H0 ditolak atau terdapat
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
b. Jika p value > alpha (0.05) yang artinya H0 diterima atau tidak
terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.30
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Tlogosari Kulon
Puskesmas Tlogosari Kulon merupakan salah satu Puskesmas Induk di
Kota Semarang dengan fasilitas rawat inap, yang terletak di Kecamatan
Pedurungan dengan
luas tanah 1256m2 dan luas bangunan 865m2.
Puskesmas Tlogosari Kulon terletak di Jalan Satriomanah No. 2, Kelurahan
Tlogosari Kulon.
Luas wilayah Kecamatan Pedurungan adalah 20,72Km2 yang terdiri dari
12 Kelurahan. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Semarang tahun
2001 wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Kulon berada di Kecamatan
Pedurungan yang meliputi 4 kelurahan, yaitu : Kelurahan Tlogosari Kulon
(luas wilayah 2,80 Km2), Kelurahan Muktiharjo Kidul (luas wilayah 2,04 Km2),
Kelurahan Gemah (luas wilayah 1,01 Km2) dan Kelurahan Kalicari (luas
wilayah 0, 80 Km2). Dari empat kelurahan ini yang memiliki wilayah yang
terluas adalah Kelurahan Tlogosari Kulon dan yang terkecil adalah
Kelurahan Kalicari.Batas wilayah administratif Puskesmas Tlogosari Kulon
adalah sebagai berikut:
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Kulon adalah
sebanyak 93.557 orang, yang terdiri dari penduduk laki – laki sebanyak
45.615 orang dan penduduk perempuan sebanyak 47.942 orang.
50
B. Analisis Univariat
Berdasarkan wawancara terhadap 88 responden, selanjutnya data tersebut
diuraikan secara statistik sesuai karakteristik responden. Berikut ini adalah
hasil rincian deskriptif masing-masing karakteristik responden :
1. Umur
49 4.1
Tabel
Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur
Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017
Distribusi Frekuensi
Umur
F
%
<20
4
4,5
20-30
73
83,0
>35
11
12,5
Total
88
100
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan hasil tabel distribusi frekuensi, sebagian besar responden
ibu hamil memiliki umur 20-30 tahun berjumlah 73 (83,0%), responden
yang memiliki umur <20 tahun berjumlah 4 (4,5%), dan responden yang
memiliki umur >35 tahun berjumlah 11 (12,5%).
2. Pekerjaan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan
Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017
Distribusi Frekuensi
Pekerjaan
F
%
Bekerja
38
43,2
Tidak Bekerja
50
56,8
Total
88
100
Sumber : Data Primer 2017
Sebagaimana hasil dari data kuisioner terhadap 88 responden terkait
dengan pekerjaan sebagian besar responden tidak bekerja dengan
jumlah yang tidak bekerja 50 (56,8%) responden dan responden yang
bekerja sebanyak 38 (43,2%) responden.
51
3. Usia Kehamilan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden menurut Usia Kehamilan
Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017
Distribusi Frekuensi
Usia Kehamilan
F
%
0-3
12
13,6
4-6
35
39,8
7-9
41
46,6
Total
88
100
Sumber : Data Primer 2017
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 88 responden
terhadap usia kehamilan responden. Usia kehamilan rata-rata responden
di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang adalah 7-9 bulan. Usia
kehamilan terendah yaitu trimester pertama 0-3 bulan sejumlah 12
responden, usia kehamilan trimester kedua 4-6 bulan sejumlah 35
responden dan usia kehamilan tertinggi berada di trimester terakhir
adalah 7-9 bulan sejumlah 45 responden.
4. Pengetahuan
Tabel 4.4
Kategori Pengetahuan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang
Tahun 2017
Distribusi Frekuensi
Kategori
Pengetahuan
F
%
Baik
65
73,9
Kurang
23
26,1
Total
88
100
Sumber : Data Primer 2017
Sesuai hasil uji statistik, diketahui sebagian besar responden mempunyai
kategori baik (73,9%).
52
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden
Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang
Pengetahuan
No
Salah
Benar
Pernyataan
F
%
F
%
1.
Pemberian ASI diperlukan keahlian atau
latihan khusus
2.
Bayi di beri ASI Eksklusif selama 6 bulan
3.
ASI
adalah
nutrisi
terbaik
untuk
pertumbuhan optimal
4.
Susu formula memiliki komponen lebih
baik dari ASI
5.
Kandungan ASI Eksklusif yang pertama
kali keluar setelah melahirkan lebih baik
dari susu formula
6.
ASI dapat diganti dengan makanan lain
Pengganti ASI
7.
Walau ASI saya yang keluar sedikit saya
tetap memberikan pada bayi saya
8.
Bayi yang mengkonsumsi ASI akan
tampak terlihat kurus dari pada bayi yang
mengkonsumsi susu formula
Sumber : Data Primer 2017
60
68,2
28
31,8
3
0
3,4
0
85
88
96,5
100
74
84,1
14
15,9
6
6,8
82
93,2
62
70,5
26
29,5
1
1,1
87
98,5
70
79,5
18
20,5
Dari tabel 4.5 dari jawaban responden tentang Pengetahuan diketahui 88
(100%) responden setuju atau menjawab “BENAR“ jika ASI adalah nutrisi
terbaik untuk pertumbuhan optimal. Sedangkan 87 (98,5%) responden
setuju atau menjawab “Benar“ Walau ASI saya yang keluar sedikit saya
tetap memberikan pada bayi saya tetapi masih ada 1 (1,1%) responden
menyatakan salah pada pertanyaan ini. Tetapi pada pertanyaan negatif
terdapat 28 (31,8%) responden yang setuju atau menjawab “BENAR” jika
Pemberian ASI diperlukan keahlian atau latihan khusus. Sedangkan 26
(29,5%) responden setuju atau menjawab “BENAR“ jika ASI dapat diganti
dengan makanan lain Pengganti ASI, sedangkan 18 (20,5%) responden
53
setuju atau menjawab “BENAR” jika Bayi yang mengkonsumsi ASI akan
tampak terlihat kurus dari pada bayi yang mengkonsumsi susu formula.
5. Sikap
Tabel 4.6
Kategori Sikap di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang
Tahun 2017
Distribusi Frekuensi
Kategori Sikap
F
%
Baik
47
53,4
Kurang
41
46,1
Total
88
100
Sumber : Data Primer 2017
Sesuai hasil uji statistik, diketahui sebagian besar responden mempunyai
kategori baik (53,4%).
No
1.
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden
Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017
tentang Sikap
STS
SS
Pernyataan
F
%
F
%
Menurut anda ASI Eksklusif bisa
membuat bayi sering terkena penyakit
2. Menurut ibu manfaat ASI Eksklusif tidak
baik untuk bayi
3. Memberikan ASI akan mengganggu
aktifitas kerja saya sehari-hari
4. Memberikan ASI Eksklusif tidak praktis
justru akan menyusahkan saya
5. Hanya memberi ASI pada bayi dapat
memenuhi kebutuhan zat gizi bayi
6. Dengan memberikan ASI, ibu dapat
menghemat biaya pengeluaran keluarga
7. ASI yang pertama kali keluar tidak boleh
di berikan pada bayi
8. Menyusui secara Eksklusif dapat
meningkatkan jalinan kasih sayang
antara ibu dan bayi
Sumber : Data Primer 2017
8
9,1
80
90,9
3
3,4
85
96,6
5
5,6
83
94,4
4
4,5
84
95,5
75
85,2
13
14,8
6
6,8
82
93,2
12
13,6
76
86,4
86
97,7
2
2,2
54
Dari tabel 4.7 dari jawaban responden tentang Sikap diketahui
86
(97,7%) responden sangat setuju jika Menyusui secara Eksklusif dapat
meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi, tetapi masih ada
2 (2,2%) responden menyatakan sangat tidak setuju pada pertanyaan ini.
Sedangkan 75 (85,2%) responden sangat setuju jika hanya memberi ASI
pada bayi dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi, tetapi masih ada 13
(14,8%) responden menyatakan sangat tidak setuju pada pertanyaan ini.
Tetapi pada pertanyaan negatif terdapat
83 (94,4%) responden yang
sangat tidak setuju jika Memberikan ASI akan mengganggu aktifitas kerja
saya sehari-hari, tetapi masih ada 5 (5,6%) responden yang menyatakan
sangat setuju. Sedangkan 84 (95,5%) responden tidak setuju jika
Memberikan ASI Eksklusif tidak praktis justru akan menyusahkan saya,
tetapi masih ada 4 (4,5%) responden yang menyatakan sangat setuju,
sedangkan 80 (90,9%) responden sangat tidak setuju jika ASI Eksklusif
bisa membuat bayi sering terkena penyakit, tetapi masih ada 8 (9,1%)
responden yang menyatakan sangat setuju.
6. Harapan
Tabel 4.8
Kategori Harapan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang
Tahun 2017
Distribusi Frekuensi
Kategori Harapan
F
%
Baik
51
58,0
Kurang
37
48,0
Total
88
100
Sumber : Data Primer 2017
Sesuai hasil uji statistik, diketahui sebagian besar responden mempunyai
Kategori baik (58,0%).
55
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden
Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017
tentang Harapan
No
Tidak
Pernyataan
F
%
1.
Bayi saya akan sehat dan gemuk jika
diberikan ASI
2.
Setelah di beri ASI bayi saya tidak akan
rewel lagi
3.
Bayi yang diberi Susu formula akan lebih
sehat di banding bayi yang di beri ASI
Eksklusif
4.
Setelah diberikan ASI Eksklusif bayi saya
tidak akan mudah terserang penyakit
5.
Bayi yang di beri ASI pertumbuhanya lebih
baik dari pada bayi yang tidak di beri ASI
6.
Bayi saya akan terlihat kurus dan tidak
sehat apabila hanya di berikan ASI saja
selama 6 bulan
7.
ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak
8.
Memberikan ASI Eksklusif akan membuat
bayi saya manja ketika besar
Sumber : Data Primer 2017
Ya
F
%
1
1,1
87
98,9
4
4,5
84
95,5
75
85,2
13
14,8
5
5,7
83
94,3
9
10,2
79
89,8
72
81,8
16
18,2
1
81
1,1
92,0
87
7
98,9
8,0
Dari tabel 4.9 dari jawaban responden tentang Harapan diketahui 87
(98,9%) responden setuju atau menjawab “YA“ jika ASI dapat
meningkatkan kecerdasan anak, tetapi masih ada 1 (1,1%) responden
menyatakan tidak pada pertanyaan ini. Sedangkan
87 (98,9%)
responden setuju atau menjawab “YA“ jika Bayi saya akan sehat dan
gemuk jika diberikan ASI, tetapi masih ada 1 (1,1%) responden
menyatakan salah pada pertanyaan ini. Tetapi pada pertanyaan negatif
sudah banyak juga yang menjawab sesuai apa yang di harapkan peneliti
terdapat 75 (85,2%) responden yang tidak setuju atau menjawab “TIDAK”
jika Bayi yang diberi Susu formula akan lebih sehat dibanding bayi yang
diberi ASI Eksklusif tetapi masih ada 13 (14,8%) responden yang
56
menyatakan “YA” pada pertanyaan ini. Sedangkan 72 responden tidak
setuju atau menjawab “Tidak“ Bayi saya akan terlihat kurus dan tidak
sehat apabila hanya di berikan ASI saja selama 6 bulan tetapi masih ada
16 (18,2%) responden menyatakan salah pada pertanyaan ini.
7. Self-efficacy
Tabel 4.10
Kategori Self-efficacy di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang
Tahun 2017
Distribusi Frekuensi
Kategori Selfefficacy
F
%
Baik
58
65,9
Kurang
30
34,1
Total
88
100
Sumber : Data Primer 2017
Sesuai hasil uji statistik, diketahui sebagian besar responden mempunyai
kategori baik (65,9%).
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Pertanyaan Responden
Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017
tentang Self-efficacy
No
Tidak
Pertanyaan
1.
Apakah ibu selalu yakin bisa memberikan
ASI Eksklusif selama 6 bulan ?
2. Apakah ibu selalu yakin bisa memberikan
ASI kepada bayi ?
3. Apakah ibu yakin bisa mengatur situasi
memberikan ASI meski sedang sibuk ?
4. Apakah ibu yakin dapat memastikan bisa
memberikan ASI yang cukup untuk bayi ?
5. Apakah ibu selalu yakin berhasil menyusui
bayi di saat bayi sedang rewel/menangis?
6. Apakah ibu yakin/percaya diri bisa
memberikan ASI pada saat ditempat umum ?
7. Apakah ibu yakin selalu dapat menyusui bayi
tanpa tambahan susu formula ?
8. Apakah ibu yakin bisa menyusui bayi sambil
bekerja ?
Sumber : Data Primer 2017
Ya
F
%
F
%
6
6,8
82 93,2
6
6,8
82 93,2
4
4,5
84 95,5
3
3,4
85 96,6
10 11,4 78 88,6
31 35,2 57 64,2
16 18,2 72 81,8
35 39,9 53 60,2
57
Dari tabel 4.11 dari jawaban responden tentang pertanyaan Self-efficacy
diketahui 85 (96,6%) responden setuju atau menjawab “YA“ Apakah ibu
yakin dapat memastikan bisa memberikan ASI yang cukup untuk bayi,
tetapi masih ada 3 (3,4%) responden menyatakan tidak pada pertanyaan
ini. Sedangkan terdapat 84 (95,5%) responden yang setuju atau
menjawab “YA” Apakah ibu yakin bisa mengatur situasi memberikan ASI
meski sedang sibuk, tetapi masih ada 4 (4,5%) responden yang
menyatakan tidak pada pertanyaan ini. Sedangkan terdapat 82 (93,2%)
responden yang setuju atau menjawab “YA” Apakah ibu selalu yakin bisa
memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan, tetapi masih ada 6 (6,8%)
responden yang menyatakan tidak pada pertanyaan ini.
C. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.12
Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Pengetahuan dengan Self-efficacy.
Kategori Self-efficacy
baik
kurang
Total
Kategori Pengetahuan
P-value
F
%
F
%
F
%
Baik
47
72,3 18 27,7 65
100,0
0,033
Kurang
11
47,8 12 52,2 23
100,0
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan hasil uji statistik, pada responden dengan Self-efficacy
kurang lebih banyak terdapat pada mereka dengan pengetahuan kurang
(52,2%). Disbanding yang mempunyai pengetahuan baik (27,7%).
Tabel 4.13
Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Sikap dengan Self-efficacy
Kategori Self-efficacy
Katgori Sikap
baik
kurang
Total
F
%
F
%
F
%
Baik
32
68,1 15 31,9 47
100,0
Kurang
26
63,4 15 36,6 41
100,0
Sumber : Data Primer 2017
P-value
0,645
58
Berdasarkan hasil uji statistik, pada responden dengan Self-efficacy
kurang lebih banyak terdapat pada mereka dengan sikap kurang (36,6%),
dibanding yang mempunyai sikap baik (31,9%).
Tabel 4.14
Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Harapan dengan Self-efficacy
Kategori Self-efficacy
Katgori Harapan
baik
kurang
Total
P-value
F
%
F
%
F
%
Baik
35
68,6 16 31,4 51
100,0
0,528
Kurang
23
62,2 14 37,8 37
100,0
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan hasil uji statistik, pada responden dengan Self-efficacy
kurang lebih banyak terdapat pada mereka dengan harapan kurang (37,8%),
dibanding yang mempunyai harapan baik (31,4%).
59
BAB V
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen penelitian data yang digunakan yakni
kuesioner. Kegiatan wawancara dengan kuesioner dilakukan terhadap 88
Ibu Hamil di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Proses penelitian
ini tentunya masih belum sempurna, masih ada beberapa keterbatasan yang
ada, antara lain yaitu :
1. Waktu penelitian yang terbatas karena dilakukan pada bulan puasa.
2. Adanya kemungkinan Ibu Hamil menjawab tidak fokus karena kelelahan.
B. Hubungan Pengetahuan Dengan Self-efficacy Ibu Hamil
Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu.
Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy
mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi
dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.24
Self-efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau
kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan
menghasilkan sesuatu. Disamping itu, self-efficacy sebagai perasaan kita
terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi
kehidupan. 25
Melihat hasil jawaban responden dari delapan pertanyaan yang diajukan
peneliti tentang pengetahuan, hampir semua responden atau sebanyak
>95% atau >85 responden menjawab “Ya” pada pertanyaan yang bersifat
positif dan >80% atau sebanyak menjawab >74 “Tidak” pada pertanyaan
59
60
yang bersifat negatif. Jawaban “Ya” pada pertanyaan yang bersifat positif
dalam kasus ini mengindikasikan sudah baiknya pengetahuan ibu hamil
tentang ASI Eksklusif, begitupula jawaban “Tidak” pada pertanyaan yang
bersifat negatif yang mengindikasikan sudah baiknya pengetahuan ibu hamil
tentang ASI Eksklusif.
Diketahui berdasarkan tabel silang dari 88 responden bahwa responden
yang memiliki Self-efficacy baik lebih banyak terjadi pada responden yang
memiliki pengetahuan baik (72,3%), dibanding responden yang memiliki
pengetahuan kurang (47,8%).
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota
Semarang pada pengetahuan terkait pengetahuan ibu hamil, hasil uji
hubungan antara pengetahuan dengan Self-efficacy ibu hamil menggunakan
uji statistik Chi Square Test diketahui P-value = 0,033. Dari hasil P-value
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Self-efficacy ibu hamil
dengan pengetahuan karena nilai significancy atau P-value <0,005. Tidak
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febrina
Handayani dan Desi Nurwidawati tentang Hubungan Self-efficacy dengan
Prestasi Belajar Siswa Akselerasi diketahui P-value = 0,045. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel
tersebut karena memiliki nilai significancy atau P-value = <0,005.31
Berdasarkan uji statistik penelitian diatas dapat disimpulkan apabila Selfefficacy nya baik maka pengetahuanya juga baik begitupun sebaliknya
apabila Self-efficacy nya rendah maka pengetahuanya pun akan rendah
maka dari itu bahwa kedua variabel tersebut saling mempengaruhi.
61
C. Hubungan Sikap Dengan Self-efficacy Ibu Hamil
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas tapi merupakan predisposisi
tindakan atau perilaku.28
Melihat hasil jawaban responden dari sembilan pertanyaan yang diajukan
peneliti tentang sikap dalam hal pemberian ASI Eksklusif, pada pernyataan
>91% atau 80 responden menjawab “Sangat Setuju” pada 3 butir
pernyataan yang bersifat positif yang mengindikasikan sudah sesuainya
Sikap dalam hal pemberian ASI Eksklusif. Lebih dari 60 responden setuju
ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak. Pada
pertanyaan yang bersifat negatif terdapat >80% atau 75 lebih responden
yang menjawab “Sangat Tidak Setuju” pada 5 butir pertanyaan yang
mengindikasikan sudah sesuainya Sikap dalam hal pemberian ASI Eksklusif.
Diketahui berdasarkan tabel silang dari 88 responden bahwa responden
yang memiliki yang Self-efficacy baik lebih banyak terjadi pada responden
yang memiliki sikap baik (68,1%), dibanding responden yang memiliki sikap
sedikit kurang (63,4%).
Berdasarkan hasil uji hubungan antara Sikap dengan Self-efficacy ibu
hamil menggunakan uji statistik Chi Square Test diketahui P-value = 0,645.
Dari hasil P-value dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Selfefficacy ibu hamil dalam pemberian ASI Eksklusif dengan Sikap karena nilai
significancy atau P-value = >0,005. Tidak sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Endang Pudjiastuti. Hubungan Self-efficacy
62
Dengan Sikap Pribadi Mahasiswa Psikologi yang menunjukkan terdapat
Hubungan Self-efficacy Dengan Sikap Pribadi Mahasiswa Psikologi
diketahui nilai significancy atau P = <0,022 karena nilai significancy atau P =
<0,005.32
Berdasarkan uji statistik penelitian diatas dapat disimpulkan apabila Selfefficacy nya baik maka sikapnya juga baik begitupun sebaliknya apabila Selfefficacy nya rendah maka sikapnya pun akan rendah maka dari itu bahwa
kedua variabel tersebut saling mempengaruhi.
D. Hubungan Harapan Dengan Self-efficacy Ibu Hamil
Harapan didefinisikan sebagai “proses dari pemikiran satu tujuan, dengan
motivasi untuk mendapatkan tujuan-tujuan tersebut (agency), dan cara-cara
untuk meraih tujuan-tujuan tersebut (pathways)”. Seperti contoh, harapan
bukan lah sebuah emosi melainkan sebuah pengertian sistem motivasi
secara dinamis. Dalam hal ini, emosi mengikuti kesadaran dalam proses
meraih tujuan. Harapan juga dapat berarti sebagai bentuk situasi persilangan
yang
berhubungan
menyelesaikan
secara
masalah,
positif
dengan
mengendalikan
harga
diri,
pemikiran,
kemampuan
optimism,
kecenderungan positif dan harapan positif.29
Melihat hasil dari jawaban responden 98,9% atau 87 responden setuju
atau menjawab “YA“ jika ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak.
Sedangkan 98,9% atau 87 responden setuju atau menjawab “YA“ jika Bayi
saya akan sehat dan gemuk jika diberikan ASI.Pada kelima pertanyaan ini
mengindikasikan sudah sesuainya Harapan ibu hamil dalam hal Selfefficacy.Sedangkan pada pertanyaan yang bersifat negatif 85,2% atau 75
responden yang tidak setuju atau menjawab “TIDAK” jika Bayi yang diberi
63
Susu formula akan lebih sehat dibanding bayi yang di beri ASI Eksklusif.
Sedangkan 81,8 atau 72 responden tidak setuju atau menjawab “Tidak“ Bayi
saya akan terlihat kurus dan tidak sehat apabila hanya di berikan ASI saja
selama 6 bulan.
Diketahui berdasarkan tabel silang dari 88 responden bahwa responden
yang memiliki Self-efficacy baik lebih banyak terjadi pada responden yang
memiliki harapan baik (63,4%), dibanding responden yang harapanya sedikit
kurang (37,8%).
Berdasarkan hasil uji hubungan antara harapan dengan Self-efficacy ibu
hamil menggunakan uji statistik Chi Square Test diketahui P-value =0,528.
Dari hasil P-value dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
harapan dengan Self-efficacy ibu hamil dalam pemberian ASI Eksklusif
karena nilai significancy atau P-value <0,005. Tidak sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mery Agustini. Hubungan
Harapan dan Makna Hidup Penderita Jantung Koroner Dengan Self-efficacy
pada variabel tersebut menunjukkan hasil tidak adanya hubungan antara
Harapan dan Makna Hidup Penderita Jantung Koroner Dengan Self-efficacy
dengan nilai significancy >0,005.33
Berdasarkan uji statistik penelitian diatas dapat disimpulkan apabila Selfefficacy nya baik maka harapanya juga baik begitupun sebaliknya apabila
Self-efficacy nya rendah maka harapanya pun akan rendah maka dari itu
bahwa kedua variabel tersebut saling mempengaruhi.
64
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil serta pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Faktor pengetahuan dapat diketahui bahwa 65 dari 88 responden atau ibu
hamil setuju jika faktor pengetahuan memiliki peran penting dalam
pemberian
ASI
Eksklusif
dengan
persentase
73,9%
responden
dikategorikan "baik”.
2. Faktor sikap dapat diketahui bahwa 47 dari 88 responden atau ibu hamil
setuju jika faktor sikap memiliki peran penting dalam pemberian ASI
Eksklusif dengan persentase 53,4% responden dikategorikan “baik” tetapi
hasil ini hanya berbanding sedikit dengan responden yang dikategorikan
“kurang” dengan persentase 46,1%
3. Faktor harapan dapat diketahui bahwa 51 dari 88 responden atau ibu
hamil setuju faktor harapan memiliki peran penting dalam pemberian ASI
Eksklusif dengan persentase 58,0% responden dikategorikan baik.
4. Faktor self-efficacy dapat diketahui bahwa 58 dari 88 responden atau ibu
hamil setuju faktor self-efficacy memiliki peran penting dalam pemberian
ASI Eksklusif dengan persentase (65,9%) responden dikategorikan baik.
5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan self-efficacy ibu hamil dengan
nilai significancy 0,033
6. Tidak ada hubungan antara sikap dengan self-efficacy ibu hamil dengan
nilai significancy 0,645.
64
65
7. Tidak ada hubungan antara harapan dengan self-efficacy ibu hamil
dengan nilai significancy 0,528
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, peneliti
beropini dengan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Puskesmas sebaiknya melakukan edukasi peningkatan program
promotif tentang pentingnya ASI Eksklusif pada kegiatan kelas ibu hamil
yang di selenggarakan oleh Puskesmas Tlogosari Kulon seminggu sekali
setiap bulannya.
2. Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan ibu hamil dalam pemberian
ASI Eksklusif melalui pelatihan laktasi yang dilakukan oleh Puskesmas,
bekerjasama dengan kader kesehatan pada kegiatan posyandu.
66
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryoprajogo. Psikologi Kehamilan Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC 2009.
2. Rulina, Suradi. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, cetakan ke-2. Jakarta :
Perkumpulan Perinatologi Indonesia 2004.
3. WHO. Millennium Development Goals (MDGs). Jakarta: United Nation ; 2008
4. Survei Demografi dan Kesehatan indonesia. SDKI 2012.
5. Riset Kesehatan Dasar Indonesia. RIKESDAS 2013.
6. Profil Dinas Kesehatan Jawa tengah. JATENG : Dinkes Jawa Tengah. 2015
7. Profil Dinas Kesehatan Kota semarang. semarang: Dinkes Kota semarang.
2015
8. Khairunniyah, Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Ditinjau Dari Faktor,
Motivasi, Emosi Dan Sikap Pada Ibu Yang Melahirkan, 2004.
9. Hidayanti
&
Nurlina.
Kontribusi
Persepsi
dan
Motifasi
Ibu
dalam
Meningkatkan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Pedesaan,
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2014.
10. Utami R. Panduan praktis menyusui. Penerbit Niaga Swadaya, Jakarta 2007.
11. Linkages. 2002. ”Pemberian ASI eksklusif Atau ASI saja:Satu-satunya
Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini” (dikutip tgl 7 maret 2017).
http://www.linkages.project.org
12. Bandura, A. Self Efficacy : The Exercise of Control. New York : W.H.
Freeman and Company. 1997.
13. Widiyanto, S., Aviyanti, D., dan Tyas A. M. Hubungan Pendidikan Dan
Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Sikap Terhadap Pemberian
66
67
ASI Eksklusif. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Semarang
2012.
14. Perinasia. Manajemen Laktasi. Menuju Persalinan Aman dan Bayi Lahir
Sehat, 2nd ed. Jakarta 2004.
15. Depkes, RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450/MENKES/IV/ Tentang Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi di Indonesia,
Jakarta 2004.
16. Roesli, Utami. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif, Pustaka Bunda,
Jakarta 2008.
17. Nurtjahjo, T & Paramita. Paket-modul kegiatan : inisiasi menyusu dini (IMD) &
ASI eksklusif ; panduan kegiatan belajar bersama masyarakat, USAID-Health
Services Programme (HSP) DEPKES RI 2008.
18. Irawati, Bayi Perlu ASI Eksklusif, Jakarta: Penerbit Arixs 2005.
19. Danuatmaja, Bonny. 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa Swara 2003.
20. Arifeen S, et al., Exclusive Breastfeeding Reduces Acute Respiratory
Infection and Diarrhea Death Among Infants In Dhaka Slums. American
Academy of Pediatrics. Illinois 2001.
21. Riva E., et al., Early Breastfeeding is Linkage to Higher IQ Scores in Dietary
Treated PKU Children, Acta Pediatric Volum 83 1996.
22. Soetjiningsih, ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta : EGC 1997.
23. Departemen Kesehatan RI. "Kajian Kematian Ibu dan Anak di Indonesia"
Depkes, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2004
24. Bandura. Self-Efficacy: The Exercise of Control New York: W.H. Freeman
and Company. 1997.
68
https://www.uky.edu/~eushe2/Bandura/Bandura1994EHB.pdf
(DI AKSES 7
maret 2017)
25. Schultz, D., & Schultz. Theories of Personality 5 th Edition. 1994.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23455/1/Reference.pdf
(DI AKSES 7 maret 2017)
26. Bandura, A. Social learning theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. 1977.
https://www.simplypsychology.org/bandura.html (DI AKSES 4 MEI 2017)
27. Arikunto,
S.
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Proses
Edisi
RevisiJakarta : Rineka Cipta. 2006.
28. Azwar, S. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar. 2008.
29. C. R Synder, Hal S. Shorey, dkk. Hope and Academic Success in College..
Journal of educational psychology. Vol. 94. No. 4, 820-826. 2002
30. V. Wiratna Sujarweni. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta. Penerbit Gava
Media. 2015
31. Febrina Handayni dan Desi Nurwidawati. Hubungan Self-efficacy
Dengan Prestasi Belajar Siswa Akselerasi. Surabaya. Vol 01, Nomor 02,
2013.
32. Endang Pudjiastuti. Hubungan Self-efficacy Dengan Sikap Pribadi
Mahasiswa Psikologi. Bandung. Jurnal Psikologi. Vol. XXVII, No. 1,
2012.
33. Mery Agustini. Hubungan Harapan Dan Makna Hidup Penderita Jantung
Koroner Dengan Self-efficacy. Mulawarman. Jurnal Psikologi. Vol 4,
Nomor 4. 2014.
69
LAMPIRAN
69
Download