HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN SELF-EFFICACY IBU HAMIL DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON KOTA SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan DISUSUN OLEH : ACHMAD AGUS PRANOTO NIM. D11.2013.01666 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017 © 2017 Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Achmad Agus Pranoto NIM : D11.2013.01666 Fakultas : Kesehatan Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat Judul Skripsi : Hubungan Faktor Individu Dengan Self-efficacy Ibu Hamil Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, dan atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sangsi dari Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang menurut aturan yang berlaku. Semarang, 17 Juli 2017 Achmad Agus Pranoto iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Achmad Agus Pranoto NIM : D11.2013.01666 Fakultas : Kesehatan Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat Demi mengembangkan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Nonexclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Hubungan Faktor Individu Dengan Self-efficacy Ibu Hamil Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Dian Nuswantoro berhak untuk menyimpan, mengcopy ulang (memperbanyak), menggunakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan nama pembimbing saya. Saya bersedia untuk menanggung segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Semarang, 17 Juli 2017 Achmad Agus Pranoto iv PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR Nama Pelaksana : Achmad Agus Pranoto NIM : D11.2013.01666 Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas : Kesehatan Judul Tugas Akhir : Hubungan Faktor Individu Dengan Self-efficacy Ibu Hamil Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang 2017 Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui, Semarang, 03 Agustus 2017 Mengetahui, Dekan Fakultas Kesehatan Menyetujui, Pembimbing Dr. Guruh Fajar Shidik S.Kom., M.Cs Kismi Mubarokah, S.KM, M.Kes v PENGESAHAN PENGUJI Nama Pelaksana : Achmad Agus Pranoto NIM : D11.2013.01666 Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas : Kesehatan Judul Tugas Akhir : Hubungan Faktor Individu Dengan Self-efficacy Ibu Hamil Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang 2017 Tugas Akhir ini telah diujikan dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji pada Sidang Tugas Akhir tanggal 26 Juli 2017. Menurut pandangan kami, Tugas Akhir ini memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk tujuan penganugerahan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Semarang, 03 Agustus 2017 Dewan Penguji: Ketua Penguji Eti Rimawati, S.KM, M.Kes Penguji Penguji Nurjanah, S.KM, M.Kes Kismi Mubarokah, S.KM, M.Kes vi HALAMAN PERSEMBAHAN Syukur Alhamdulillahirobbil’Alamin... Allah SWT, sampai saat ini saya masih percaya atas kekuasaanmu dan apa yang terjadi pada diriku untuk melewati kesempatan kehidupan dengan cara seperti ini, semua atas kehendak-Mu. Dengan senang hati skripsi ini kupersembahkan kepada : AlMARHUM Ibuku tersayang dan Kedua orangtuaku tercinta, bapak dan ibu yang telah mendukung, mendoakan, membiayai, memotivasi dan segalanya sehingga tak ada lagi kata yang bisa ku ucapkan selain kata terimakasih. Keluarga dan kakak-kakakku yang telah membimbing sebagai anak laki-laki yang mampu untuk hidup mandiri di perantauan. Semua sahabat, yang baik sama aku dan teman seperjuanganku, teman-teman AKC yang selalu ada setiap saat membuat canda gurau yang tiada habisnya. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d:11) Terimakasih vii RIWAYAT HIDUP Nama : Achmad Agus Pranoto Tempat, tanggal lahir : Kumpai Batu Atas, 09 Agustus 1995 Jenis Kelamin : Laki - Laki Agama : Islam Alamat : Jl. A.Yani Rt 14/01 Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah Riwayat Pendidikan : 1. SDN 01 Kumpai Batu Atas, Arut Selatan 2002-2007 2. SMP ISLAM AL-HASYIMIYYAH, Arut Selatan 2007-2010 3. SMAN 2 Pangkalan Bun, Arut Selatan 2010-2013 4. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2013-2017 viii PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Hubungan Faktor Individu Dengan Self-efficacy Ibu Hamil Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017” skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Penulisan juga menyadari bahwa skripsi ini, banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom, M.Cs selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. 3. Dr. M.G. Catur Yuantari SKM, M.Kes selaku Kepala Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro dan selakuaku Dosen Wali. 4. Suharyo S.KM, M.Kes selaku Sekertaris Dekan Fakultas Kesehatan 5. Kismi Mubarokah S.KM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang selalu membantu saya jika saya ada kesulitan dalam Skripsi saya maupun non akademik. 6. Seluruh Teman-teman sepenelitian yang meneliti di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang 7. Angkatan Kesehatan Masyarakat 2013 selaku teman seperjuangan demi mewujudkan Indonesia Sehat. ix Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Semarang, 17 juli 2017 Penulis Achmad Agus Pranoto x PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017 ABSTRAK ACHMAD AGUS PRANOTO HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN SELF-EFFICACY IBU HAMIL DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON KOTA SEMARANG TAHUN 2017 XIX + 69 Hal + 22 Tabel + 2 Gambar + 4 Lampiran Pada tahun 2016 terjadi 6 kasus kematian bayi diantaranya 2 kasus IUFD (intra uterine fetal death), 3 kasus perinatal dan 1 kasus neonatal di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui hubungan faktor individu dengan self-efficacy ibu hamil dalam pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang tahun 2017. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Survei Analitik dengan Pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 88 ibu hamil. Instrumen data dengan wawancara terstruktur dan metode yang digunakan wawancara. Hasil analisis deskriptif bahwa 73,9% responden dikategorikan memiliki pengetahuan “baik”, 53,4% responden dikategorikan memiliki sikap “baik”, 58,0% responden dikategorikan memiliki harapan “baik”, dan 65,9% responden dikategorikan memiliki self-efficacy “baik”. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis chi-square diketahui ada hubungan pengetahuan dengan selfefficacy (p=0,033), tidak ada hubungan sikap dengan self-efficacy (p=0,645), tidak ada hubungan harapan dengan self-efficacy (p=0,528). Bagi Puskesmas sebaiknya melakukan edukasi per program promotif tentang pentingnya ASI Eksklusif pada kegiatan kelas ibu hamil yang di selenggarakan oleh Puskesmas Tlogosari Kulon seminggu sekali setiap bulannya. . Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Harapan, Self-efficacy, ASI Eksklusif. Kepustakaan : 33, 1995-2016 xi STUDY PROGRAM S1 PUBLIC HEALTH HEALTH FACULTY UNIVERSITY DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017 ABSTRACT ACHMAD AGUS PRANOTO RELATIONSHIP FACTORS OF INDIVIDUALS WITH SELF-EFFICACY PREGNANT IN BREASTFEEDING EXCLUSIVELY IN HEALTH TLOGOSARI KULON SEMARANG CITY IN 2017 XIX + 69 Hal + 22 Table + 2 Images + 4 Attachments in 2016, 6 cases of infant deaths occur among 2 cases IUFD(intra-uterine fetaldeath), 3 cases of perinatal and neonatal health center first case Tlogosari Kulon Semarang. The purpose of this study to determine of the relationship individual factors to the self-efficacy of pregnant women in Exclusive breastfeeding in the PHC Tlogosari Kulon Semarang in 2017. This type of research is analytical survey with approach. cross sectional. The research sample of 88 pregnant women. Instrument data by structured interview and interview methods used. Results Descriptive Analysis that 73.9% of respondents considered to have knowledge of "good", 53.4% of respondents considered to have the attitude of "good", 58.0% of respondents considered to have expectations of "good" and 65.9% of respondents categorized as having self- efficacy "good" statistical analysis used was analysis chi-square note there is a relationship of knowledge with self-efficacy (p = 0.033), there was no relationship attitude and self-efficacy (p = 0.645), there was no relationship expectations with self-efficacy ( p = 0.528). For health center improvement program should educate about the importance of exclusive breastfeeding promotion in pregnant women classroom activities organized by the health center once a week Tlogosari Kulon each month. Keywords: Knowledge, Attitude, Expectation, Self-efficacy, Exclusive Breastreeding. References: 33, 1995-2016 xii DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................................iii PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................... iv PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR........................................................ v PENGESAHAN PENGUJI .................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................vii RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. viii PRAKATA ........................................................................................................... ix ABSTRAK ........................................................................................................... xi DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................xvi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xix BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 5 C. TUJUAN .................................................................................................... 5 D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................... 5 E. Ruang Lingkup .......................................................................................... 6 F. Keaslian Penelitian .................................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 9 A. ASI Eksklusif ............................................................................................. 9 B. Angka Kematian Bayi .............................................................................. 17 C. Self-efficacy ............................................................................................ 18 D. Social Learning Theory ........................................................................... 25 xiii E. Pengetahuan........................................................................................... 27 F. Sikap ....................................................................................................... 32 G. Pengertian Harapan ................................................................................ 35 H. Kerangka Teori ........................................................................................ 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 40 A. Kerangka Konsep.................................................................................... 40 B. Hipotesis ................................................................................................. 40 C. Jenis Penelitian ....................................................................................... 41 D. Variabel Penelitian .................................................................................. 41 E. Definisi oprasional ................................................................................... 42 F. Populasi dan Sampel .............................................................................. 42 G. Pengumpulan Data ................................................................................. 43 H. Uji Validitas ............................................................................................. 44 I. Uji Reliabilitas ......................................................................................... 45 J. Pengolahan Data .................................................................................... 47 K. Analisis Data ........................................................................................... 47 BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. 49 A. Gambaran Umum Puskesmas Tlogosari Kulon ....................................... 49 B. Analisis Univariat..................................................................................... 50 1. Umur.................................................................................................. 50 2. Pekerjaan .......................................................................................... 50 3. Usia Kehamilan.................................................................................. 51 4. Pengetahuan ..................................................................................... 51 5. Sikap ................................................................................................. 53 6. Harapan ............................................................................................. 54 7. Self-efficacy ....................................................................................... 56 C. Hasil Analisis Bivariat......................................................................... 57 xiv BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 59 A. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 59 B. Hubungan Pengetahuan Dengan Self-efficacy Ibu Hamil ........................ 59 C. Hubungan Sikap Dengan Self-efficacy Ibu Hamil .................................... 61 D. Hubungan Harapan Dengan Self-efficacy Ibu Hamil ............................... 62 BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 64 A. Simpulan ................................................................................................. 64 B. Saran ...................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 66 LAMPIRAN ........................................................................................................ 69 xv DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ......................................................................................... 7 Tabel 3.1 Definisi Oprasional ....................................................................................... 42 Tabel 3.2 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Self-efficacy ...................... 44 Tabel 3.3 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Pengetahuan .................... 44 Tabel 3.4 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Sikap .................................. 45 Tabel 3.5 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Harapan ............................ 45 Tabel 3.6 Hasil Reabilitas Uji Coba Instrumen .......................................................... 46 Tabel 3.7 Hasil uji normalitas variabel penelitian Self-Efficacy, Pengetahuan, Sikap, dan Harapan ..................................................................................... 46 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017.......................................... 50 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017.......................................... 50 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden menurut Usia Kehamilan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 .................... 51 Tabel 4.4 Kategori Pengetahuan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 ................................................................................................... 51 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Pengetahuan .................... 52 Tabel 4.6 Kategori Sikap di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017................................................................................................................ 53 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Sikap.................................. 53 Tabel 4.8 Kategori Harapan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 ................................................................................................... 54 xvi Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Harapan ............................ 55 Tabel 4.10 Kategori Self-efficacy di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 ................................................................................................... 56 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Responden Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Self-Efficacy ..................... 56 Tabel 4.12 Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Pengetahuan dengan Selfefficacy. .......................................................................................................... 57 Tabel 4.13 Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Sikap dengan Self-efficacy........ 57 Tabel 4.14 Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Harapan dengan Self-efficacy .. 58 xvii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber: Albert Bandura, Social Learning Theory. 1977) ......................................................................................................... 39 Gambar 3.1 Kerangka Konsep..................................................................................... 40 xviii DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran Kuesioner Penelitian 2. Lampiran Hasil Uji Statistik 3. Lampiran Surat Penelitian 4. Lampiran Dokumentasi xix 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik pada awal usia kehidupan bayi. ASI ibarat emas yang diberikan gratis oleh Tuhan karena ASI adalah cairan hidup yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi.1 Sejak masa kehamilan, janin menerima nutrisi dari ibu melalui plasenta. Pada masa bayi didalam tubuh ibu secara alami telah disediakan makanan yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya berupa ASI. Studi kedokteran yang dilakukan di Eropa menunjukkan angka kematian dan kesakitan bayi yang diberikan ASI lebih rendah daripada yang diberi susu formula.2 Angka kematian bayi di seluruh dunia setiap tahun mencapai empat juta. Di Malaysia angka kematian hanya 41 per 100 ribu, Singapura 6 per 100 ribu, Thailand 44 per 100 ribu, dan Filiphina 170 per 100 ribu.3 Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002 – 2003, angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Data di badan pusat statistik menunjukan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara, mendominasi lebih dari 75% total kematian anak dibawah 5 tahun. Hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005 - 2009. Depkes menargetkan penurunan angka kematian ibu dari 26,9 % menjadi 26 % per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi berkurang 1 2 dari 248 menjadi 206 per 100.000 kelahiran yang dicapai pada tahun 2009. Sementara angka harapan hidup berkisar rata-rata 70,6 tahun.4 Menurut Riskesdas 2013, proses mulai menyusui terbanyak terjadi pada 1-6 jam setelah kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini) sebesar 34,5%. Sedangkan proses mulai menyusui terendah terjadi pada 7-23 jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7%.5 Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah kabupaten/kota dengan AKB terendah adalah Jepara yaitu 6,35 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Cilacap 7,01 per 1.000 kelahiran hidup, dan Demak 7,21 per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten/kota yang memiliki capaian AKB tertinggi adalah Grobogan yaitu 17,38 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Temanggung 16,79 per 1.000 kelahiran hidup, dan Kota Magelang 15,63 per 1.000 kelahiran hidup. AKB Dikota Semarang sendiri yaitu 10,51 per 1000 kelahiran hidup. Di Jawa Tengah target pencapaian ASI eksklusif sekitar 65 % yang berarti bahwa dari total jumlah ibu menyusui 65% memberikan ASI secara eksklusif. Kenyataannya sangat sulit sekali mendapatkan data tentang cakupan ASI eksklusif tersebut. Hal ini dibuktikan oleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 bahwa cakupan jumlah bayi yang diberikan ASI secara eksklusif baru mencapai 32,93%.6 Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) diperlukan pemantauan intensif dari tenaga kesehatan sebanyak 4 kali, yaitu : 1 kali saat umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali saat umur 3 – 5 bulan, 1 kali saat umur 6 – 8 bulan, dan 1 kali saat umur 9 – 11 bulan. Jumlah cakupan Kunjungan Bayi di Kota Semarang tahun 2015 yaitu sebanyak 26.281 kunjungan 95,2% dari 27.607 bayi yang ada. Dibandingkan tahun 2014, dengan 26.692 kunjungan 3 atau 98,89 % dari 26.992 bayi yang ada, dapat diartikan totalnya mengalami penurunan 3,69%, dan sudah mencapai target Rencana Strategis Kota Semarang adalah 94 %. Pemberian ASI secara eksklusif dapat menekan angka kematian bayi hingga 13 % sehingga dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta, angka kelahiran total 22 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita 46 per 1000 kelahiran hidup maka jumlah bayi yang akan terselamatkan sebanyak 30 ribu. Untuk itu ASI patut menjadi prioritas.7 ASI eksklusif memiliki pengaruh penting untuk kesehatan bayi. Makin kurang total bayi yang dapat ASI eksklusif, akan memperburuk kesehatan bayi dan anak balita, sebab memberikan makanan tambahan ASI yang salah akan menimbulkan gangguan pencernaan dan berikutnya bisa mengganggu perkembangan, sehingga berakibat angka kematian bayi pun meningkat.8 Fakta tentang ibu-ibu yang tidak memberi bayinya ASI eksklusif masih ditemukan diberbagai daerah, untuk itu diperlukan peran petugas kesehatan termasuk perawat untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang ASI eksklusif bagi bayi. Perawat adalah salah satu pihak yang dapat berperan dalam pemberian ASI eksklusif. Keberhasilan ASI eksklusif tidak hanya ditentukan oleh satu pihak tetapi tercipta dari dukungan berbagai pihak.9 Memberikan Air Susu Ibu (ASI) dengan cara eksklusif bisa membantu menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan status gizi balita pada akhirnya bisa meningkatkan status gizi masyarakat untuk mencapai sumber daya manusia yang baik dan berkualitas. Menyusui yaitu suatu proses yang alami. Berjuta-juta ibu yang ada dunia sukses memberikan ASI kepada 4 bayinya tanpa harus mengetahui pengertian atau pengetahuan buku tentang ASI.10 Pedoman Internasional juga menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, hal ini berdasarkan bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan dan perkembangan. ASI memberi semua energi dan zat gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya.11 Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan manajemen laktasi sejak masa kehamilan sampai pasca melahirkan berdampak terhadap Self-efficacy ibu hamil yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI. Status kesehatan di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah Self-efficacy seseorang untuk merespon suatu penyakit. Self-efficacy dapat digunakan untuk memprediksikan. tingkah laku apa yang mungkin terjadi. Dengan demikian Self-efficacy dapat diartikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk mengatakan terbuka luas.12 Data dari survei awal Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang yaitu salah satu Puskesmas berada di kota Semarang. Pada tahun 2016 Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang mempunyai 6 kasus kematian bayi 2 kasus IUFD (intra uterine fetal death), 3 kasus perinatal dan 1 kasus neonatal. Program kesehatan anak di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang masih ada capaian indikator yang nilainya di bawah target yaitu salah satunya cakupan bayi risiko tinggi yang ditangani (69,57%). 5 Menurut Bandura, perilaku dipengaruhi oleh faktor self-efficacy, person, dan lingkungan tidak di berikan ASI Eksklusif oleh ibu kepada bayi salah satunya di sebabkan oleh self-efficacy yang rendah, self-efficacy tentang pemberian ASI Eksklusif perlu di tingkatkan sejak masa kehamilan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik ingin meneliti Hubungan faktor individu dengan Self-efficacy Ibu hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang. B. RUMUSAN MASALAH “Bagaimana Hubungan faktor individu dengan Self-efficacy Ibu hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang” C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan faktor individu dengan self-efficacy ibu hamil dalam pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik meliputi pengetahuan, sikap, harapan dan Self-efficacy. b. Menganalisis Hubungan antara pengetahuan dengan Self-efficacy. c. Menganalisis Hubungan antara sikap dengan Self-efficacy. d. Menganalisis Hubungan antara harapan dengan Self-efficacy. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Penulis Bisa meningkatkan ilmu dan pengalaman baru dan selanjutnya bisa di aplikasikan dalam masyarakat. 6 2. Bagi Puskesmas Dapat mengetahui seberapa besar self-efficacy ibu hamil dalam memberikan ASI Eksklusif. 3. Bagi Responden Dapat membatu mengetahui seberapa besar kemampuan ibu hamil dalam memberikan ASI Eksklusif untuk calon bayi yang di lahirkan. E. Ruang Lingkup 1. Lingkup Keilmuan Ilmu yang digunakan untuk penelitian ini yaitu Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2. Lingkup Materi Lingkup materi yang digunakan untuk penelitian ini yaitu Hubungan Faktor Individu Dengan Self-efficacy Ibu hamil. 3. Lingkup Lokasi Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang 4. Lingkup Metode Dalam penelitian ini Metode yang digunakan yaitu observasi dan wawancara 5. Lingkup Obyek / Sasaran Sasaran pada penelitian ini yaitu ibu hamil. 6. Lingkup Waktu Penelitian dilaksanakan di bulan April 2017 7 F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Judul Penelitian 1. Pitriyani 2016 GAMBARAN PERAN KELUARGA, KONFLIK PERAN GANDA DAN Self-efficacy PADA IBU BAYI BEKERJA YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA LEMAHIRENG KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG 2. Sri Mulyati 2013 GAMBARAN SelfEfficacy IBU MENYUSUI PADA Metode Penelitian Cross Sectional Observasi Dan Wawancara POSTPATUM DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI RUMAH SAKIT MEDISTRA JAKARTA 3. Muaningsih 2013 STUDI KOMPARASI ANTARA BREASTFEEDING Selfefficacy PADA IBU MENYUSUI DIRSSIB DENGAN NON RSSIB DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Cross Sectional Hasil Peran keluarga ibu bayi bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebagian besar kategori tinggi (60,0%) konflik peran ganda ibu bayi bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebagian besar kategori tinggi (53,3%), Self-Efficacy ibu bayi bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebagian besar kategori tinggi (53,3%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 80 responden 79%, mempunyai tingkat self efficacy yang tinggi, 20% mempunyai tingkat self efficacy yang sedang dan hanya 1% yang mempunyai tingkat self efficacy rendah. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai BSE ibu menyusui pengalaman menyusui sebelumnya merupakan faktor yang paling Berpengaruh terhadap BSE ibu menyusui di RSSIB (OR= 10,74) dan non RSSIB (OR= 14,46). BSE dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi efektifitas program RSSIB terhadap keberhasilan menyusui. 8 Perbedaan penelitian ini dan penelitian sebelumnya yaitu pada pemilihan variabel penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian. Hubungan faktor Individu dengan Self-efficacy Ibu hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar mamma dari ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayi. Air Susu Ibu (ASI) memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi. Oleh karenanya Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi.13 Banyak keunggulan Air Susu Ibu dibanding dengan susu sapi, antara lain: a. Air Susu Ibu mengandung zat makanan yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi. b. Air Susu Ibu sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, sehingga Air Susu Ibu bersih dan kecil kemungkinan tercemar oleh kuman (bibit penyakit). c. Air Susu Ibu selalu segar dan temperatur Air Susu Ibu sesuai dengan temperatur tubuh bayi. d. Mengandung zat kekebalan (immunoglobulin). Antibodi dalam Air Susu Ibu dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena 9 10 tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke mukosa usus. e. Air Susu Ibu tidak menimbulkan alergi. Kolostrum (susu awal) adalah Air Susu Ibu yang keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental, karena banyak mengandung vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga mengandung vitamin E dan K serta beberapa mineral seperti natrium dan seng.14 ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai enam bulan pertama kehidupan bayi.15 Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif pada bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan sebagainya.15 Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peingkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya 11 pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. Berdasarkan hal-hal di atas, WHO/UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal-hal berikut: “Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dan lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif.16 Adapun alasan pemberian ASI eksklusif adalah: a. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang sampai umur 6 bulan. Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang hanya akan mendapat karbohidrat, sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang. b. Bayi dibawah usia 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa pemecahan makanan selanjutnya. enzim yang memudahkan 12 c. Ginjal bayi yang masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi. d. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi bayi misalnya zat warna dan zat pengawet. e. Makanan tambahan bagi bayi yang mudah menimbulkan alergi.13 Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif akan mudah terkena infeksi. Jika sekarang banyak balita mengalami gizi buruk atau busung lapar, karena anak itu tidak mendapat ASI eksklusif. Kalau bayi tidak mendapat ASI eksklusif tetapi sudah mendapatkan makanan lain maka kemampuan dia mengisap ASI pun menurun. Kalau kemampuan mengisapnya menurun maka si ibu pun tidak menghasilkan ASI yang banyak.17 2. Manfaat ASI Eksklusif Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat banyak antara lain: a. ASI sebagai nutrisi yang terbaik ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat tambahan, tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai dua tahun atau lebih.18 13 b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi Bayi baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Pada saat kadar zat kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. Bagi bayi pemberian ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat.19 c. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan eratdenganpertumbuhan otak. Faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat air susu ibu selain merupakan nutrien ideal, dengan komposisi tepat, dan sangat sesuai kebutuhan bayi juga mengandung nutien-nutrien khususnya yang sangat di perlukan bagi pertumbuhan optimal otak bayi.18 Hasil penelitian Lucas terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding 14 bayi prematur yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Riva ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI eksklusif.20 Faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan meliputi: a. Faktor genetik Faktor genetik atau faktor bawaan menentukan potensi genetik Atau bawaanyang diturunkan oleh orangtua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa. b. Faktor lingkungan Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi dan direkayasa. Secara garis besar ada 3 jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu: 1) kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (asuh) 2) kebutuhan untuk perkembangan emosional (asih) 3) kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (asah) d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan 15 membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik.15 3. Nilai Nutrisi ASI ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. a. Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satusumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Namun demukian jarang ditemukan kejadian diare pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu formula.21 b. Protein Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dariprotein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.22 c. Lemak Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh. Pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan diperluka kalori yang lebih banyak. Oleh 16 karena itu, bayi yang akan lebih sering menyusu sepanjang hari selama beberapa minggu. Dengan jarak menyusu yang lebih pendek seperti itu maka kadar lemak akan meningkat memenuhi kebutuhan energi yang meningkat pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan bayi. d. Karnitin Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. e. Vitamin Vitamin terdiri dari : (1) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan untuk mencegah terjadinya perdarahan. (2) Vitamin D untuk mencegah penyakit tulang pada bayi. Walaupun pada ASI vitamin D sedikit tetapi tidak perlu dikuatirkan karena bayi dapat dijemur pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. (3) Vitamin E. ASI memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin E berfungsi untuk ketahanan dinding sel darah merah. (4) Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhanan. 17 f. Mineral Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu formula. B. Angka Kematian Bayi 1. Pengertian angka kematian bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.23 a. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. b. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. 2. Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo- 18 natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak mengembangkan serta Kematian program Balita imunisasi, dapat serta berguna untuk program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.23 3. Tahapan Transisi Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate=IMR) Transisi kematian yaitu bergesernya angka kematian dari angka kematian “tinggi” ke angka mortalitas “rendah”. Transisi kematian bayi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: a. Soft rock : IMR > 100, penyebab kematian masih didominasi oleh penyakit menular, terjadi sampai dengan akhir tahun 1970-an. b. Intermediate rock: 30<IMR<=100, penyebab kematian merupakan gabungan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular c. Hard rock : IMR <= 30, penyebab kematian didominasi oleh penyakit tidak menular C. Self-efficacy 1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk 19 mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.24 Self-efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Di samping itu, self-efficacy sebagai perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi kehidupan. 25 Berdasarkan persamaan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu. 2. Dimensi Self-efficacy Bandura mengemukakan bahwa self-efficacy individu dapat dilihat dari tiga dimensi,24 yaitu : a. Tingkat (level) Self-efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki self-efficacy yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugastugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya. b. Keluasan (generality) Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap bidang atautugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya memiliki self-efficacy pada aktivitas yang luas, atau terbatas pada 20 fungsi domain tertentu saja. Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas. Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas. c. Kekuatan (strength) Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu. Self-efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy mencakup dimensi tingkat (level), keluasan (generality) dan kekuatan (strength). 3. Sumber-Sumber Self-efficacy Bandura menjelaskan bahwa self-efficacy individu didasarkan pada empat hal,25 yaitu: a. Pengalaman akan kesuksesan Pengalaman akan kesuksesan adalah sumber yang paling besar pengaruhnya terhadap self-efficacy individu karena didasarkan pada pengalaman otentik. Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan self-efficacy individu meningkat, sementara kegagalan yang berulang mengakibatkan menurunnya self-efficacy, khususnya jika kegagalan terjadi ketika self-efficacy individu belum benar-benar terbentuk secara kuat. Kegagalan juga dapat menurunkan self- 21 efficacy individu jika kegagalan tersebut tidak merefleksikan kurangnya usaha atau pengaruh dari keadaan luar. b. Pengalaman individu lain Individu tidak bergantung pada pengalamannya sendiri tentang kegagalandan kesuksesan sebagai sumber self-efficacynya. Selfefficacy juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Pengamatan individu akan keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan self-efficacy individu tersebut pada bidang yang sama. Individu melakukan persuasi terhadap dirinya dengan mengatakan jika individu lain dapat melakukannya dengan sukses, maka individu tersebut juga memiliki kemampuan untuk melakukanya dengan baik. Pengamatan individu terhadap kegagalan yang dialami individu lain meskipun telah melakukan banyak usaha menurunkan penilaian individu terhadap kemampuannya sendiri dan mengurangi usaha individu untuk mencapai kesuksesan. Ada dua keadaan yang memungkinkan self-efficacy individu mudah dipengaruhi oleh pengalaman individu lain, yaitu kurangnya pemahaman individu tentang kemampuan orang lain dan kurangnya pemahaman individu akan kemampuannya sendiri.24 c. Persuasi verbal Persuasi verbal dipergunakan untuk meyakinkan individu bahwa individu memiliki kemampuan yang memungkinkan individu untuk meraih apa yang diinginkan. 22 d. Keadaan fisiologis Penilaian individu akan kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas sebagian dipengaruhi oleh keadaan fisiologis. Gejolak emosi dan keadaan fisiologis yang dialami individu memberikan suatu isyarat terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan sehingga situasi yang menekan cenderung dihindari. Informasi dari keadaan fisik seperti jantung berdebar, keringat dingin, dan gemetar menjadi isyarat bagi individu bahwa situasi yang dihadapinya berada di atas kemampuannya. Berdasarkan penjelasan di atas, self-efficacy bersumber pada pengalaman akan kesuksesan, pengalaman individu lain, persuasi verbal, dan keadaan fisiologis individu. 4. Proses-proses Self-efficacy Bandura menguraikan proses psikologis self-efficacy dalam mempengaruhi fungsi manusia. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui cara-cara dibawah ini 24 : a. Proses kognitif Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan tujuan dan sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan tindakan yang tepatuntuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran pribadi tersebut dipengaruhi oleh penilaian individu akan kemampuan kognitifnya. Fungsi kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi kejadian kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul pada aspek kognitif ini adalah semakin efektif 23 kemampuan individu dalam analisis dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan gagasan pribadi, maka akan mendukung individu bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. mengembangkan Individu cara akan untuk meramalkan mengontrol kejadian kejadian dan yang mempengaruhi hidupnya. Keahlian ini membutuhkan proses kognitif yangefektif dari berbagai macam informasi. b. Proses motivasi Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan, merencanakan tindakan yang akan direalisasikan. Terdapat beberapa macam motivasi kognitif yang dibangun dari beberapa teori yaitu atribusi penyebab yang berasal dari teori atribusi dan pengharapan akan hasil yang terbentuk dari teori nilaipengharapan. Self-efficacy mempengaruhi atribusi penyebab, dimana individu yang memiliki self-efficacy akademik yang tinggi menilai kegagalannya dalam mengerjakan tugas akademik disebabkan oleh kurangnya usaha, sedangkan individu dengan self-efficacy yang rendah menilai kegagalannya disebabkan oleh kurangnya kemampuan. Teori nilai-pengharapan memandang bahwa motivasi diatur oleh pengharapan akan hasil (outcome expectation) dan nilai hasil (outcome value) tersebut. Outcome expectation merupakan suatu 24 perkiraan bahwa perilaku atau tindakan tertentu akan menyebabkan akibat yang khusus bagi individu. Hal tersebut mengandung keyakinan tentang sejauhmana perilaku tertentu akan menimbulkan konsekuensi tertentu. Outcome value adalah nilai yang mempunyai arti dari konsekuensi-konsekuensi yang terjadi bila suatu perilaku dilakukan. Individu harus memiliki outcome value yang tinggi untuk mendukung outcome expectation. c. Proses afeksi Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan. Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepercayaan individu terhadap kemampuannya mempengaruhi tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi tugas yang sulit atau bersifat mengancam. Individu yang yakin dirinya mampu mengontrol ancaman tidak akan membangkitkan pola pikir yang mengganggu. Individu yang tidak percaya akan kemampuannya yang dimiliki akan mengalami kecemasan karena tidak mampu mengelola ancaman tersebut. d. Proses seleksi Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ketidakmampuan individu dalam 25 melakukan seleksi tingkah laku membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi sulit. Self-efficacy dapat membentuk hidup individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Individu akan mampu melaksanakan aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang diyakini mampu menangani. Individu akan memelihara kompetensi, minat, hubungan sosial atas pilihan yang ditentukan. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses self-efficacy meliputi proses kognitif, proses motivasi, proses afeksi, dan proses seleksi.24 D. Social Learning Theory Banyak teori tentang determinan perilaku salah satunya adalah Social Learning Theory (SLT). Social Learning Theory (SLT) adalah suatu teori pembelajaran yang berfokus pada lingkungan atau faktor eksternal. Social Learning Theory (SLT) di perkenalkan pertama kali oleh bandura pada tahun 1977.26 Social Learning Theory (SLT) merupakan suatu kombinasi antara perilaku dan kognitif teori dimana individu tersebut mempelajari perilaku melalui observasi dan kemudian mengimitasi atau mengadopsi perilaku tersebut. Dalam SLT ini, lingkungan mempengaruhi perilaku individu, sehingga individu tersebut berperilaku seperti apa yang ada di lingkungan. Pada saat suatu perilaku baru di perkenalkan hanya melalui kegiatan observasi, maka berdasarkan teori social learning, hal tersebut dapat dikatakan proses pembelajaran dan penambahan pengetahuan kognitif seseorang. Teori Social Learning yang di kemukakan oleh Bandura 26 menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar perilaku individu diperoleh dari hasil belajar melalui observasi atas perilaku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang menjadi model. Konsep penting yang dikemukakakan Bandura adalah reciprocal determinism, yaitu seseorang atau individu akan bertingkah laku dalam suatu situasi yang ia pilih secara aktif. Dalam menganalisa perilaku seseorang terdapat 3 komponen yaitu individu sendiri, lingkungan, serta perilaku individu tersebut. Berikut adalah skema dari reciprocal determinism. Social Learning Theory menekankan pada hubungan antara individu tersebut, perilaku, dan lingkungan. Pada aspek individu, hal yang mempengaruhi adalah kepribadian, karakteristik seseorang, proses kognisi, self regulation atau kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi adalah nature atau alamiah, frekuensi, dan intensitas. Pada aspek lingkungan, hal yang mempengaruhi adalah rangsangan atau stimulus, baik secara sosial maupun secara fisik. Individu akan memunculkan satu bentuk perilaku yang sama meskipun pada lingkungan yang serupa, namun individu akan bertindak setelah ada proses kognisi atau penilaian terhadap lingkungan sebagai stimulus yang akan ditindak lanjuti. Menurut Bandura (1977) dalam melakukan proses modeling kegiatan observasi terdapat empat langkah yaitu: 1. Attention (Perhatian) Dalam belajar menimbulkan suatu perhatian. Apapun yang mengganggu perhatian seseorang terhadap apa yang sedang di observasi, maka hal 27 tersebut akan berdampak negatif bagi pembelajarannya. Sebaliknya, apapun yang dapat menjadikan seseorang tersebut tertarik pada suatu situasi, maka seluruh perhatian akan tertuju pada sesuatu hal yang sedang di pelajari. 2. Retention (daya ingat) Kemampuan untuk menyimpan informasi adalah proses yang sangat penting dalam pembelajaran melalui observasi, Retensi di pengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi kemampuan untuk menyimpan informasi selanjutnya dan berperilaku menjadi sangat penting bagi pembelajaran melalui observasi. 3. Reproduction (Perkembangan) Pada saat seseorang telah memberikan perhatian pada model dan menyimpan segala bentuk perilaku, maka pada tahap ini adalah menampilkan perilaku baru yang telah di observasinya. 4. Motivation (motivasi) Agar pembelajaran melalui observasi tersebut berhasil, maka seseorang tersebut harus termotivasi untuk mengadopsi dan meniru perilaku yang menjadi model tersebut. Penguatan (Reinforcement) dan hukuman (Panishment) memainkan peranan yang penting dalam menimbulkan motivasi. E. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil 28 keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan. 27 yaitu: 1. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge) Pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisahpisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specidetails and element) mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik. 2. Pengetahuan Konseptual Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersamasama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran dan teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan pengetahuan tentang teori, model dan stuktur. 3. Pengetahuan Prosedural Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau mengerjakan suatu hal tertentu. tahapan yang harus diikuti dalam 29 4. Pengetahuan Metakognitif Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar. Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu: a. Menghafal (Remember) Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling). b. Memahami (Understand) Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyusunan skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: (exemplifying), menafsirkan (interpreting), mengkelasifikasikan memberikan (classifying), contoh meringkas 30 (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing) dan menjelaskan (explaining) c. Mengaplikasikan (Applying) Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing). d. Menganalisis (Analyzing) Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup mengorganisir dalam menganalis membedakan (differentiating), (organizing) dan menemukan pesan tersirat (attributting). e. Mengevaluasi Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing). f. Membuat (create) Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan (planning) dan memproduksi (producing. 27 31 Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.27 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: 1. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki. 2. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental), dimana pada asfek psikologi ini taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. 4. Minat Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap seseuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam. 32 5. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif. 6. Informasi Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.27 F. Sikap Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.28 sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu: 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Menurut WHO, adapun ciri-ciri sikap sebagai pribadi terhadap objek atau stimulus berikut: 33 1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling) hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan- pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus. 2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal refrences) merupakan faktor penguat sikap untuk sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu. 3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negative terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut. 4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek atau stimulus tertent.31 Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni : 34 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangperangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan- pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaianpenilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan citacita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya. 3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman- pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih. 35 4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain: a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. d. Nilai di dalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup dalam bermasyarakat. G. Pengertian Harapan Harapan didefinisikan sebagai “proses dari pemikiran satu tujuan, dengan motivasi untuk mendapatkan tujuan-tujuan tersebut (agency), dan cara-cara untuk meraih tujuan-tujuan tersebut (pathways)”. Seperti contoh, harapan bukan lah sebuah emosi melainkan sebuah pengertian sistem motivasi secara dinamis. Dalam hal ini, emosi mengikuti kesadaran dalam proses 36 meraih tujuan. Harapan juga dapat berarti sebagai bentuk situasi persilangan yang berhubungan menyelesaikan secara masalah, positif dengan mengendalikan harga diri, pemikiran, kemampuan optimism, kecenderungan positif dan harapan positif.29 Teori harapan juga berisi sistem sebuah motivasiyang menjadi cara bagi seseorang menghargai dan mengejar hasil dari tujuan mereka ketika sudah menguasainya ataupun tidak.Teori haparan menunjukkan bahwa tujuan tidak menghasilkan kebiasaan, tapi lebih mengarah pada sudut pandang seseorang kepada diri mereka sebagai seorang yang mampu memulai dan menerapkan suatu perilaku menuju keinginan pribadi yang bernilai (contohnya ingin masuk universitas) dan menghasilkan respon untuk menguasai dan respon yang biasa saja. Harapan telah dijelaskan oleh banyak filsuf, teolog, pendidik, dan ilmuwan selama bertahun-tahun. Meskipun ada banyak definisi yang berbeda dari harapan, dapat umumnya dianggap sebagai keadaan mental yang positif tentang kemampuan untuk mencapai tujuan di masa depan. harapan mencerminkan persepsi individu terkait kapasitas mereka untuk menkonseptualisasikan tujuan-tujuan secara jelas,mengembangkan strategi spesifik untuk mencapai tujuan tersebut (pathways thinking), menginisiasi dan mempertahankan motivasi untuk menggunakan strategi tersebut (agency thinking). Komponen pathway thinking dan agency thinking merupakan dua komponen yang diperlukan. Namun, jika salah satunya tidak tercapai, maka kemampuan untuk mempertahankan pencapaian tujuan tidak akan mencukupi. Komponen pathway thinking dan agency thinking merupakan 37 komponen yang saling melengkapi, bersifat timbal balik, dan berkorelasi positif, tetapi bukan merupakan komponen yang sama. Menurut teori harapan, tujuan dapat berupa sesuatu yang individu inginkan untuk dialami, dibuat,didapatkan, dilakukan, atau terjadi. Dengan demikian, suatu tujuan mungkin saja signifikan, lama dan menyeluruh (misalnya, pengembangan sebuah teori yang komprehensif terkait motivasi manusia), atau mungkin biasa dan singkat (misalnya, mendapatkan tumpangan ke sekolah).Tujuan juga dapat bervariasi dalam hal memiliki. probabilitas pencapaian yang bervariasi dari sangat rendah hingga sangat tinggi. Sedangkan konsep psikologi positif lainnya seperti teori tujuan, optimisme, self effikasi, dan pemecahan masalah memberikan penekanan pertimbangan diferensial untuk tujuan itu sendiri. Untuk pathwaydan agency thinkingyang berorientasi terkait proses masadepan, teori harapan secara sama menekankan semua komponen pengejaran tujuan. Untuk perbandingan rinci dari persamaan, perbedaan antara teori harapan dan teori-teori lain (misalnya, prestasi motivasi, aliran, menetapkan tujuan (goal settiing), kesadaran, optimisme, gaya penjelasan optimistik, problem solving, resiliensi, self effikasi, harga diri, pola perilaku tipe A. Dalam literatur populer dan prosa, harapan sering diperlakukan sematamata sebagai suatu emosi, suatu perasaan tertentu yang memungkinkan seseorang untuk mempertahankan kepercayaan dalam kondisi buruk. Pekerjaan Erikson dalam Shane, misalnya, menunjukkan bahwa harapan adalah unsur perkembangan kognitif yang sehat. Oleh karena itu, ia mendefinisikan harapan sebagai "keyakinan mencapai kemampuan/ attain- 38 ability akan keinginan yang kuat, terlepas dari dorongan gelap dan mengamuk yang menandai awal keberadaannya". Dengan demikian, harapan adalah pikiran atau keyakinan bahwa memungkinkan individu untuk mempertahankan gerakan menuju tujuan. melihat dalam istilah harapan positif, dan mendefinisikannya sebagai jumlah optimisme bahwa hasil yang menguntungkan tertentu cenderung terjadi. Harapan dapat terjadi sekitar lebih besar, lebih global, masalah, termasuk "fenomena kosmik dan peristiwa spiritual atau imajiner ".Harapan demikian diyakini menjadi kekuatan provokatif yang mendorong suatu individu untuk bergerak melalui masalah psikologis. harapan adalah penantian akan pencapaian tujuan di masa depan yang dimediasi oleh pentingnya tujuan tersebut bagi individu dan mendorong individu melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hope adalah suatu keadaan mental yang positif tentang kemampuan untuk mencapai tujuan di masa depan dengan dua komponen pathway thinking dan agency thinking yang saling melengkapi dan timbal balik untuk mempertahankan dan mencapai tujuan yang individu inginkan untuk dibuat, dan dilakukan. Serta yang diyakini oleh individu menjadi kekuatan proaktif yang mendorong individu untuk bergerak melalui maslah psikologis. 39 H. Kerangka Teori Lingkungan : - Norma sosial - Akses masyarakat - Pengaruh kepada orang lain Behavior : - Keterampilan - Tindakan Selfefficacy Ibu Hamil Person : - Pengetahuan - Sikap - Harapan Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber: Albert Bandura, Social Learning Theory. 1977) 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel terikat Pengetahuan Self-efficacy Sikap Harapan Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis Dari kerangka konsep tersebut, maka hipotesis dalam penelitian yaitu seperti berikut : 1. Ho : a) Ho : Tidak ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan Selfefficacy ibu hamil. b) Ho : Tidak ada hubungan antara variabel sikap dengan Self-efficacy ibu hamil. c) Ho : Tidak ada hubungan antara variabel harapan dengan Selfefficacy ibu hamil. 2. Ha : a) Ha : Ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan Selfefficacy ibu hamil. 40 41 b) Ha : Ada hubungan antara variabel sikap dengan Self-efficacy ibu hamil. c) Ha : Ada hubungan antara variabel harapan dengan Self-efficacy ibu hamil. C. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu Survei Analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.30 Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan kuesioner dan wawancara terstruktur. Pendekatan yang dipakai adalah cross sectional menganalisis variabel-variabel penelitian yang sifatnya sewaktu untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan tepat.30 D. Variabel Penelitian Penelitian menjelaskan variabel penelitian sebagai berikut : 1. Variabel Terikat Variabel terikat dipenelitian ini yaitu Self-efficacy (ibu hamil dalam pemberian ASI Eksklusif) di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang. 2. Variabel Bebas Variabel bebas dipenelitian ini yaitu pengetahuan, sikap, dan harapan. 42 E. Definisi oprasional Definisi operasional yaitu ruang lingkup/pengertian variabel-variabel yang diamati/diteliti, sangat perlu variabel-variabel ini dikasih batasan. Tabel 3.1 Definisi Oprasional Definisi Oprasional kepercayaan diri ibu untuk mampu memberikan ASI Eksklusif No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur 1. Self-efficacy Wawancara terstruktur 1. Baik = x > 14,74 2. Kurang = x < 14,74 keterangan : distribusi data tidak normal sehingga menggunakan Median 1. Baik = x > 14,91 2. Kurang = x < 14,91 keterangan : distribusi data tidak normal sehingga menggunakan Median 1. Baik = x > 26,75 Kurang = x <26,75 keterangan : distribusi data normal.sehingga 2. Pengetahuan Pemahaman ibu hamil meliputi pentingnya ASI Eksklusif untuk bayi Wawancara terstruktur 3. Sikap Pandangan ibu hamil meliputi manfaat ASI Eksklusif Wawancara terstruktur 4. Harapan Harapan ibu hamil meliputi kondisi anak di masa depan Wawancara terstruktur menggunakan x 1. Baik = x >15,36 2. Kurang = x < 15,36 keterangan : distribusi data tidak normal sehingga menggunakan Median Skala Ukur Nominal Nominal Nominal Nominal F. Populasi dan Sampel Populasi yaitu seluruh obyek penelitian atau obyek yang ingin diteliti. Populasi bisa berupa orang, benda, gejala, dan wilayah yang ingin diketahui peneliti yang memenuhi syarat yang diharuskan.30 Populasi dipenelitian ini 43 yaitu ibu hamil berada di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang yaitu sebanyak 88 ibu hamil. Sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang di teliti.30 Maka jumlah sampel yang di ambil pada penelitian ini berjumlah 88 ibu hamil yang berada di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang. G. Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Data primer pada penelitian ini yaitu data hasil kuesioner dan wawancara yang di dapat dari responden yaitu ibu hamil yang berada di wilayah tersebut. b. Data Sekunder Data sekunder dipenelitian ini yaitu data didapat dari Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas. 2. Metode Pengumpulan Data Kuesioner dan Wawancara terstruktur kepada responden untuk mengetahui nama responden, pengetahuan, sikap, dan harapan yang memiliki hubungan dengan self-efficacy ibu hamil di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang dipakai pada pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur. a. Instrumen yang dipakai pada pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner sesuai dengan buku sumber yang berhubungan dengan penelitian. 44 b. Wawancara adalah ditujukan pada Kepala Puskesmas, petugas bagian kesehatan ibu dan anak (KIA). H. Uji Validitas Validitas adalah suatu instrumen untuk menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan dan kevalidan suatu ukuran. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.30 Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment yaitu berikut ini adalah hasil validitas uji coba instrumen : Tabel 3.2 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Self-efficacy Pertanyaan Validitas P-value 1 0,000 Valid 2 0,000 Valid 3 0,000 Valid 4 0,000 Valid 5 0,000 Valid 6 0,000 Valid 7 0,000 Valid 8 0,000 Valid Sumber : Data Primer 2017 Tabel 3.3 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Pengetahuan Pertanyaan Validitas P-value 1 0,000 Valid 2 0,001 Valid 3 0,000 Valid 4 0,000 Valid 5 0,000 Valid 6 0,000 Valid 7 0,446 Tidak Valid 8 0,000 Valid Sumber : Data Primer 2017 45 Tabel 3.4 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Sikap Pertanyaan P-value 1 0.000 2 0,000 3 0,000 4 0,000 5 0,000 6 0,000 7 0,000 8 0,000 Sumber : Data Primer 2017 Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tabel 3.5 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Variabel Harapan Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 Sumber : Data Primer 2017 P-value 0.013 0,017 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Dari hasil uji validitas diatas, maka disimpulkan bahwa hampir semua pertanyaan valid karena jawaban responden sudah bervariasi, karena antara satu responden satu dengan lainnya Self-efficacy, Pengetahuan, Sikap, dan Harapan. Dan hanya pertanyaan pada variabel Pengetahuan no 3 dan no 7 saja yang tidak valid karena nilai Cronbach`s alpha if item >0,05 I. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan sebagai alat pengumpul data yang dilakukan untuk melihat sejauh mana alat dapat diandalkan atau dipercaya. Peneliti menggunakan metode koefisien. Cronbach’s Alpha, yaitu sebagai berikut : 46 Tabel 3.6 Hasil Reabilitas Uji Coba Instrumen No Pertanyaan 1. Self-efficacy 2. Pengetahuan 3. Sikap 4. Harapan Sumber : Data Primer 2017 Cronbach`s alpha if item 0,712 0,688 0,729 0,672 Reabilitas Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Dari hasil uji reabilitas data diatas, maka disimpulkan bahwa pada semua variabel dari Self-efficacy, Pengetahuan, Sikap, Harpan semua pertanyaan reliabel, Karena nilai Cronbach`s alpha if item >0.06 Teknik selanjutnya yaitu analisa secara statistik SPSS dengan uji kolmogorov-simornv. Uji tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data itu berdistribusi normal atau tidak normal. Penentuan distribusi tersebut dilihat dari nilai signifikasinya dimana jika ≥0,5 (○=5%) maka berdistribusi normal, akan tetapi bila <0,05 maka data itu tidak normal. Berikut ini adalah hasil uji normalitas variabel. Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian Self-efficacy, Pengetahuan, Sikap, Dan Harapan No Variabel P value Normalitas 1. Skoring Self-efficacy 0,000 Tidak Normal 2. Skoring Pengetahuan 0,000 Tidak Normal 3. Skoring Sikap 0,200 Normal 4. Skoring Harapan 0,000 Tidak Normal Sumber : Data primer 2017 47 J. Pengolahan Data 1. Editing Melakukan pemeriksaan kembali terhadap data yang telah di kode dan agar tidak terjadi kekeliruan memeriksa kelengkapan dalam pengisian kuesioner dan kejelasan jawaban. 2. Koding Koding yaitu kegiatan yang dipakai untuk mengklasifikasikan data dan jawaban seperti kriteria masing-masing untuk memudahkan pada saat pengelompokan data. 3. Skoring memberikan penilaian pada setiap jawaban responden 4. Entry data Entry data yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam program SPSS. 5. Tabulating Tabulating yaitu mengelompokkan data seperti yang di inginkan pada penelitian kemudian dimasukkan data tabel yang ada. K. Analisis Data Analisis yaitu menggunakan studi kasus Self-efficacy ibu hamil dalam pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang. Deskriptif yaitu menggunakan proporsi dalam bentuk tabel dan presentase jumlahnya. Analisis data menggunakan SPSS dan dipakai saat menjelaskan tentang : 48 1. Analisis Univariat Analisis data ini digunakan untuk memperoleh deskripsi tentang variabel yang diteliti, data disajikan berupa tabel distribusi frekuensi. Analisis data yang dilakukan menggunakan program for windows. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, dengan uji Chi-Square dengan tingkat signifikansi alpha = 0,05 dengan aplikasi komputer SPSS. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan daerah kritik adalah: a. Jika p value < alpha (0.05) yang artinya H0 ditolak atau terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. b. Jika p value > alpha (0.05) yang artinya H0 diterima atau tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.30 49 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Puskesmas Tlogosari Kulon Puskesmas Tlogosari Kulon merupakan salah satu Puskesmas Induk di Kota Semarang dengan fasilitas rawat inap, yang terletak di Kecamatan Pedurungan dengan luas tanah 1256m2 dan luas bangunan 865m2. Puskesmas Tlogosari Kulon terletak di Jalan Satriomanah No. 2, Kelurahan Tlogosari Kulon. Luas wilayah Kecamatan Pedurungan adalah 20,72Km2 yang terdiri dari 12 Kelurahan. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Semarang tahun 2001 wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Kulon berada di Kecamatan Pedurungan yang meliputi 4 kelurahan, yaitu : Kelurahan Tlogosari Kulon (luas wilayah 2,80 Km2), Kelurahan Muktiharjo Kidul (luas wilayah 2,04 Km2), Kelurahan Gemah (luas wilayah 1,01 Km2) dan Kelurahan Kalicari (luas wilayah 0, 80 Km2). Dari empat kelurahan ini yang memiliki wilayah yang terluas adalah Kelurahan Tlogosari Kulon dan yang terkecil adalah Kelurahan Kalicari.Batas wilayah administratif Puskesmas Tlogosari Kulon adalah sebagai berikut: Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Kulon adalah sebanyak 93.557 orang, yang terdiri dari penduduk laki – laki sebanyak 45.615 orang dan penduduk perempuan sebanyak 47.942 orang. 50 B. Analisis Univariat Berdasarkan wawancara terhadap 88 responden, selanjutnya data tersebut diuraikan secara statistik sesuai karakteristik responden. Berikut ini adalah hasil rincian deskriptif masing-masing karakteristik responden : 1. Umur 49 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 Distribusi Frekuensi Umur F % <20 4 4,5 20-30 73 83,0 >35 11 12,5 Total 88 100 Sumber : Data Primer 2017 Berdasarkan hasil tabel distribusi frekuensi, sebagian besar responden ibu hamil memiliki umur 20-30 tahun berjumlah 73 (83,0%), responden yang memiliki umur <20 tahun berjumlah 4 (4,5%), dan responden yang memiliki umur >35 tahun berjumlah 11 (12,5%). 2. Pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 Distribusi Frekuensi Pekerjaan F % Bekerja 38 43,2 Tidak Bekerja 50 56,8 Total 88 100 Sumber : Data Primer 2017 Sebagaimana hasil dari data kuisioner terhadap 88 responden terkait dengan pekerjaan sebagian besar responden tidak bekerja dengan jumlah yang tidak bekerja 50 (56,8%) responden dan responden yang bekerja sebanyak 38 (43,2%) responden. 51 3. Usia Kehamilan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden menurut Usia Kehamilan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 Distribusi Frekuensi Usia Kehamilan F % 0-3 12 13,6 4-6 35 39,8 7-9 41 46,6 Total 88 100 Sumber : Data Primer 2017 Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 88 responden terhadap usia kehamilan responden. Usia kehamilan rata-rata responden di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang adalah 7-9 bulan. Usia kehamilan terendah yaitu trimester pertama 0-3 bulan sejumlah 12 responden, usia kehamilan trimester kedua 4-6 bulan sejumlah 35 responden dan usia kehamilan tertinggi berada di trimester terakhir adalah 7-9 bulan sejumlah 45 responden. 4. Pengetahuan Tabel 4.4 Kategori Pengetahuan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan F % Baik 65 73,9 Kurang 23 26,1 Total 88 100 Sumber : Data Primer 2017 Sesuai hasil uji statistik, diketahui sebagian besar responden mempunyai kategori baik (73,9%). 52 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Pengetahuan No Salah Benar Pernyataan F % F % 1. Pemberian ASI diperlukan keahlian atau latihan khusus 2. Bayi di beri ASI Eksklusif selama 6 bulan 3. ASI adalah nutrisi terbaik untuk pertumbuhan optimal 4. Susu formula memiliki komponen lebih baik dari ASI 5. Kandungan ASI Eksklusif yang pertama kali keluar setelah melahirkan lebih baik dari susu formula 6. ASI dapat diganti dengan makanan lain Pengganti ASI 7. Walau ASI saya yang keluar sedikit saya tetap memberikan pada bayi saya 8. Bayi yang mengkonsumsi ASI akan tampak terlihat kurus dari pada bayi yang mengkonsumsi susu formula Sumber : Data Primer 2017 60 68,2 28 31,8 3 0 3,4 0 85 88 96,5 100 74 84,1 14 15,9 6 6,8 82 93,2 62 70,5 26 29,5 1 1,1 87 98,5 70 79,5 18 20,5 Dari tabel 4.5 dari jawaban responden tentang Pengetahuan diketahui 88 (100%) responden setuju atau menjawab “BENAR“ jika ASI adalah nutrisi terbaik untuk pertumbuhan optimal. Sedangkan 87 (98,5%) responden setuju atau menjawab “Benar“ Walau ASI saya yang keluar sedikit saya tetap memberikan pada bayi saya tetapi masih ada 1 (1,1%) responden menyatakan salah pada pertanyaan ini. Tetapi pada pertanyaan negatif terdapat 28 (31,8%) responden yang setuju atau menjawab “BENAR” jika Pemberian ASI diperlukan keahlian atau latihan khusus. Sedangkan 26 (29,5%) responden setuju atau menjawab “BENAR“ jika ASI dapat diganti dengan makanan lain Pengganti ASI, sedangkan 18 (20,5%) responden 53 setuju atau menjawab “BENAR” jika Bayi yang mengkonsumsi ASI akan tampak terlihat kurus dari pada bayi yang mengkonsumsi susu formula. 5. Sikap Tabel 4.6 Kategori Sikap di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap F % Baik 47 53,4 Kurang 41 46,1 Total 88 100 Sumber : Data Primer 2017 Sesuai hasil uji statistik, diketahui sebagian besar responden mempunyai kategori baik (53,4%). No 1. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Sikap STS SS Pernyataan F % F % Menurut anda ASI Eksklusif bisa membuat bayi sering terkena penyakit 2. Menurut ibu manfaat ASI Eksklusif tidak baik untuk bayi 3. Memberikan ASI akan mengganggu aktifitas kerja saya sehari-hari 4. Memberikan ASI Eksklusif tidak praktis justru akan menyusahkan saya 5. Hanya memberi ASI pada bayi dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi 6. Dengan memberikan ASI, ibu dapat menghemat biaya pengeluaran keluarga 7. ASI yang pertama kali keluar tidak boleh di berikan pada bayi 8. Menyusui secara Eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi Sumber : Data Primer 2017 8 9,1 80 90,9 3 3,4 85 96,6 5 5,6 83 94,4 4 4,5 84 95,5 75 85,2 13 14,8 6 6,8 82 93,2 12 13,6 76 86,4 86 97,7 2 2,2 54 Dari tabel 4.7 dari jawaban responden tentang Sikap diketahui 86 (97,7%) responden sangat setuju jika Menyusui secara Eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi, tetapi masih ada 2 (2,2%) responden menyatakan sangat tidak setuju pada pertanyaan ini. Sedangkan 75 (85,2%) responden sangat setuju jika hanya memberi ASI pada bayi dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi, tetapi masih ada 13 (14,8%) responden menyatakan sangat tidak setuju pada pertanyaan ini. Tetapi pada pertanyaan negatif terdapat 83 (94,4%) responden yang sangat tidak setuju jika Memberikan ASI akan mengganggu aktifitas kerja saya sehari-hari, tetapi masih ada 5 (5,6%) responden yang menyatakan sangat setuju. Sedangkan 84 (95,5%) responden tidak setuju jika Memberikan ASI Eksklusif tidak praktis justru akan menyusahkan saya, tetapi masih ada 4 (4,5%) responden yang menyatakan sangat setuju, sedangkan 80 (90,9%) responden sangat tidak setuju jika ASI Eksklusif bisa membuat bayi sering terkena penyakit, tetapi masih ada 8 (9,1%) responden yang menyatakan sangat setuju. 6. Harapan Tabel 4.8 Kategori Harapan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 Distribusi Frekuensi Kategori Harapan F % Baik 51 58,0 Kurang 37 48,0 Total 88 100 Sumber : Data Primer 2017 Sesuai hasil uji statistik, diketahui sebagian besar responden mempunyai Kategori baik (58,0%). 55 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Harapan No Tidak Pernyataan F % 1. Bayi saya akan sehat dan gemuk jika diberikan ASI 2. Setelah di beri ASI bayi saya tidak akan rewel lagi 3. Bayi yang diberi Susu formula akan lebih sehat di banding bayi yang di beri ASI Eksklusif 4. Setelah diberikan ASI Eksklusif bayi saya tidak akan mudah terserang penyakit 5. Bayi yang di beri ASI pertumbuhanya lebih baik dari pada bayi yang tidak di beri ASI 6. Bayi saya akan terlihat kurus dan tidak sehat apabila hanya di berikan ASI saja selama 6 bulan 7. ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak 8. Memberikan ASI Eksklusif akan membuat bayi saya manja ketika besar Sumber : Data Primer 2017 Ya F % 1 1,1 87 98,9 4 4,5 84 95,5 75 85,2 13 14,8 5 5,7 83 94,3 9 10,2 79 89,8 72 81,8 16 18,2 1 81 1,1 92,0 87 7 98,9 8,0 Dari tabel 4.9 dari jawaban responden tentang Harapan diketahui 87 (98,9%) responden setuju atau menjawab “YA“ jika ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak, tetapi masih ada 1 (1,1%) responden menyatakan tidak pada pertanyaan ini. Sedangkan 87 (98,9%) responden setuju atau menjawab “YA“ jika Bayi saya akan sehat dan gemuk jika diberikan ASI, tetapi masih ada 1 (1,1%) responden menyatakan salah pada pertanyaan ini. Tetapi pada pertanyaan negatif sudah banyak juga yang menjawab sesuai apa yang di harapkan peneliti terdapat 75 (85,2%) responden yang tidak setuju atau menjawab “TIDAK” jika Bayi yang diberi Susu formula akan lebih sehat dibanding bayi yang diberi ASI Eksklusif tetapi masih ada 13 (14,8%) responden yang 56 menyatakan “YA” pada pertanyaan ini. Sedangkan 72 responden tidak setuju atau menjawab “Tidak“ Bayi saya akan terlihat kurus dan tidak sehat apabila hanya di berikan ASI saja selama 6 bulan tetapi masih ada 16 (18,2%) responden menyatakan salah pada pertanyaan ini. 7. Self-efficacy Tabel 4.10 Kategori Self-efficacy di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 Distribusi Frekuensi Kategori Selfefficacy F % Baik 58 65,9 Kurang 30 34,1 Total 88 100 Sumber : Data Primer 2017 Sesuai hasil uji statistik, diketahui sebagian besar responden mempunyai kategori baik (65,9%). Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Responden Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2017 tentang Self-efficacy No Tidak Pertanyaan 1. Apakah ibu selalu yakin bisa memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan ? 2. Apakah ibu selalu yakin bisa memberikan ASI kepada bayi ? 3. Apakah ibu yakin bisa mengatur situasi memberikan ASI meski sedang sibuk ? 4. Apakah ibu yakin dapat memastikan bisa memberikan ASI yang cukup untuk bayi ? 5. Apakah ibu selalu yakin berhasil menyusui bayi di saat bayi sedang rewel/menangis? 6. Apakah ibu yakin/percaya diri bisa memberikan ASI pada saat ditempat umum ? 7. Apakah ibu yakin selalu dapat menyusui bayi tanpa tambahan susu formula ? 8. Apakah ibu yakin bisa menyusui bayi sambil bekerja ? Sumber : Data Primer 2017 Ya F % F % 6 6,8 82 93,2 6 6,8 82 93,2 4 4,5 84 95,5 3 3,4 85 96,6 10 11,4 78 88,6 31 35,2 57 64,2 16 18,2 72 81,8 35 39,9 53 60,2 57 Dari tabel 4.11 dari jawaban responden tentang pertanyaan Self-efficacy diketahui 85 (96,6%) responden setuju atau menjawab “YA“ Apakah ibu yakin dapat memastikan bisa memberikan ASI yang cukup untuk bayi, tetapi masih ada 3 (3,4%) responden menyatakan tidak pada pertanyaan ini. Sedangkan terdapat 84 (95,5%) responden yang setuju atau menjawab “YA” Apakah ibu yakin bisa mengatur situasi memberikan ASI meski sedang sibuk, tetapi masih ada 4 (4,5%) responden yang menyatakan tidak pada pertanyaan ini. Sedangkan terdapat 82 (93,2%) responden yang setuju atau menjawab “YA” Apakah ibu selalu yakin bisa memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan, tetapi masih ada 6 (6,8%) responden yang menyatakan tidak pada pertanyaan ini. C. Hasil Analisis Bivariat Tabel 4.12 Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Pengetahuan dengan Self-efficacy. Kategori Self-efficacy baik kurang Total Kategori Pengetahuan P-value F % F % F % Baik 47 72,3 18 27,7 65 100,0 0,033 Kurang 11 47,8 12 52,2 23 100,0 Sumber : Data Primer 2017 Berdasarkan hasil uji statistik, pada responden dengan Self-efficacy kurang lebih banyak terdapat pada mereka dengan pengetahuan kurang (52,2%). Disbanding yang mempunyai pengetahuan baik (27,7%). Tabel 4.13 Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Sikap dengan Self-efficacy Kategori Self-efficacy Katgori Sikap baik kurang Total F % F % F % Baik 32 68,1 15 31,9 47 100,0 Kurang 26 63,4 15 36,6 41 100,0 Sumber : Data Primer 2017 P-value 0,645 58 Berdasarkan hasil uji statistik, pada responden dengan Self-efficacy kurang lebih banyak terdapat pada mereka dengan sikap kurang (36,6%), dibanding yang mempunyai sikap baik (31,9%). Tabel 4.14 Hasil Uji Hubungan Antara Variabel Harapan dengan Self-efficacy Kategori Self-efficacy Katgori Harapan baik kurang Total P-value F % F % F % Baik 35 68,6 16 31,4 51 100,0 0,528 Kurang 23 62,2 14 37,8 37 100,0 Sumber : Data Primer 2017 Berdasarkan hasil uji statistik, pada responden dengan Self-efficacy kurang lebih banyak terdapat pada mereka dengan harapan kurang (37,8%), dibanding yang mempunyai harapan baik (31,4%). 59 BAB V PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, instrumen penelitian data yang digunakan yakni kuesioner. Kegiatan wawancara dengan kuesioner dilakukan terhadap 88 Ibu Hamil di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Proses penelitian ini tentunya masih belum sempurna, masih ada beberapa keterbatasan yang ada, antara lain yaitu : 1. Waktu penelitian yang terbatas karena dilakukan pada bulan puasa. 2. Adanya kemungkinan Ibu Hamil menjawab tidak fokus karena kelelahan. B. Hubungan Pengetahuan Dengan Self-efficacy Ibu Hamil Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.24 Self-efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Disamping itu, self-efficacy sebagai perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi kehidupan. 25 Melihat hasil jawaban responden dari delapan pertanyaan yang diajukan peneliti tentang pengetahuan, hampir semua responden atau sebanyak >95% atau >85 responden menjawab “Ya” pada pertanyaan yang bersifat positif dan >80% atau sebanyak menjawab >74 “Tidak” pada pertanyaan 59 60 yang bersifat negatif. Jawaban “Ya” pada pertanyaan yang bersifat positif dalam kasus ini mengindikasikan sudah baiknya pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif, begitupula jawaban “Tidak” pada pertanyaan yang bersifat negatif yang mengindikasikan sudah baiknya pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif. Diketahui berdasarkan tabel silang dari 88 responden bahwa responden yang memiliki Self-efficacy baik lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki pengetahuan baik (72,3%), dibanding responden yang memiliki pengetahuan kurang (47,8%). Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang pada pengetahuan terkait pengetahuan ibu hamil, hasil uji hubungan antara pengetahuan dengan Self-efficacy ibu hamil menggunakan uji statistik Chi Square Test diketahui P-value = 0,033. Dari hasil P-value dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Self-efficacy ibu hamil dengan pengetahuan karena nilai significancy atau P-value <0,005. Tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febrina Handayani dan Desi Nurwidawati tentang Hubungan Self-efficacy dengan Prestasi Belajar Siswa Akselerasi diketahui P-value = 0,045. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut karena memiliki nilai significancy atau P-value = <0,005.31 Berdasarkan uji statistik penelitian diatas dapat disimpulkan apabila Selfefficacy nya baik maka pengetahuanya juga baik begitupun sebaliknya apabila Self-efficacy nya rendah maka pengetahuanya pun akan rendah maka dari itu bahwa kedua variabel tersebut saling mempengaruhi. 61 C. Hubungan Sikap Dengan Self-efficacy Ibu Hamil Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.28 Melihat hasil jawaban responden dari sembilan pertanyaan yang diajukan peneliti tentang sikap dalam hal pemberian ASI Eksklusif, pada pernyataan >91% atau 80 responden menjawab “Sangat Setuju” pada 3 butir pernyataan yang bersifat positif yang mengindikasikan sudah sesuainya Sikap dalam hal pemberian ASI Eksklusif. Lebih dari 60 responden setuju ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak. Pada pertanyaan yang bersifat negatif terdapat >80% atau 75 lebih responden yang menjawab “Sangat Tidak Setuju” pada 5 butir pertanyaan yang mengindikasikan sudah sesuainya Sikap dalam hal pemberian ASI Eksklusif. Diketahui berdasarkan tabel silang dari 88 responden bahwa responden yang memiliki yang Self-efficacy baik lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki sikap baik (68,1%), dibanding responden yang memiliki sikap sedikit kurang (63,4%). Berdasarkan hasil uji hubungan antara Sikap dengan Self-efficacy ibu hamil menggunakan uji statistik Chi Square Test diketahui P-value = 0,645. Dari hasil P-value dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Selfefficacy ibu hamil dalam pemberian ASI Eksklusif dengan Sikap karena nilai significancy atau P-value = >0,005. Tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Endang Pudjiastuti. Hubungan Self-efficacy 62 Dengan Sikap Pribadi Mahasiswa Psikologi yang menunjukkan terdapat Hubungan Self-efficacy Dengan Sikap Pribadi Mahasiswa Psikologi diketahui nilai significancy atau P = <0,022 karena nilai significancy atau P = <0,005.32 Berdasarkan uji statistik penelitian diatas dapat disimpulkan apabila Selfefficacy nya baik maka sikapnya juga baik begitupun sebaliknya apabila Selfefficacy nya rendah maka sikapnya pun akan rendah maka dari itu bahwa kedua variabel tersebut saling mempengaruhi. D. Hubungan Harapan Dengan Self-efficacy Ibu Hamil Harapan didefinisikan sebagai “proses dari pemikiran satu tujuan, dengan motivasi untuk mendapatkan tujuan-tujuan tersebut (agency), dan cara-cara untuk meraih tujuan-tujuan tersebut (pathways)”. Seperti contoh, harapan bukan lah sebuah emosi melainkan sebuah pengertian sistem motivasi secara dinamis. Dalam hal ini, emosi mengikuti kesadaran dalam proses meraih tujuan. Harapan juga dapat berarti sebagai bentuk situasi persilangan yang berhubungan menyelesaikan secara masalah, positif dengan mengendalikan harga diri, pemikiran, kemampuan optimism, kecenderungan positif dan harapan positif.29 Melihat hasil dari jawaban responden 98,9% atau 87 responden setuju atau menjawab “YA“ jika ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak. Sedangkan 98,9% atau 87 responden setuju atau menjawab “YA“ jika Bayi saya akan sehat dan gemuk jika diberikan ASI.Pada kelima pertanyaan ini mengindikasikan sudah sesuainya Harapan ibu hamil dalam hal Selfefficacy.Sedangkan pada pertanyaan yang bersifat negatif 85,2% atau 75 responden yang tidak setuju atau menjawab “TIDAK” jika Bayi yang diberi 63 Susu formula akan lebih sehat dibanding bayi yang di beri ASI Eksklusif. Sedangkan 81,8 atau 72 responden tidak setuju atau menjawab “Tidak“ Bayi saya akan terlihat kurus dan tidak sehat apabila hanya di berikan ASI saja selama 6 bulan. Diketahui berdasarkan tabel silang dari 88 responden bahwa responden yang memiliki Self-efficacy baik lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki harapan baik (63,4%), dibanding responden yang harapanya sedikit kurang (37,8%). Berdasarkan hasil uji hubungan antara harapan dengan Self-efficacy ibu hamil menggunakan uji statistik Chi Square Test diketahui P-value =0,528. Dari hasil P-value dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara harapan dengan Self-efficacy ibu hamil dalam pemberian ASI Eksklusif karena nilai significancy atau P-value <0,005. Tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mery Agustini. Hubungan Harapan dan Makna Hidup Penderita Jantung Koroner Dengan Self-efficacy pada variabel tersebut menunjukkan hasil tidak adanya hubungan antara Harapan dan Makna Hidup Penderita Jantung Koroner Dengan Self-efficacy dengan nilai significancy >0,005.33 Berdasarkan uji statistik penelitian diatas dapat disimpulkan apabila Selfefficacy nya baik maka harapanya juga baik begitupun sebaliknya apabila Self-efficacy nya rendah maka harapanya pun akan rendah maka dari itu bahwa kedua variabel tersebut saling mempengaruhi. 64 BAB VI PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil serta pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Faktor pengetahuan dapat diketahui bahwa 65 dari 88 responden atau ibu hamil setuju jika faktor pengetahuan memiliki peran penting dalam pemberian ASI Eksklusif dengan persentase 73,9% responden dikategorikan "baik”. 2. Faktor sikap dapat diketahui bahwa 47 dari 88 responden atau ibu hamil setuju jika faktor sikap memiliki peran penting dalam pemberian ASI Eksklusif dengan persentase 53,4% responden dikategorikan “baik” tetapi hasil ini hanya berbanding sedikit dengan responden yang dikategorikan “kurang” dengan persentase 46,1% 3. Faktor harapan dapat diketahui bahwa 51 dari 88 responden atau ibu hamil setuju faktor harapan memiliki peran penting dalam pemberian ASI Eksklusif dengan persentase 58,0% responden dikategorikan baik. 4. Faktor self-efficacy dapat diketahui bahwa 58 dari 88 responden atau ibu hamil setuju faktor self-efficacy memiliki peran penting dalam pemberian ASI Eksklusif dengan persentase (65,9%) responden dikategorikan baik. 5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan self-efficacy ibu hamil dengan nilai significancy 0,033 6. Tidak ada hubungan antara sikap dengan self-efficacy ibu hamil dengan nilai significancy 0,645. 64 65 7. Tidak ada hubungan antara harapan dengan self-efficacy ibu hamil dengan nilai significancy 0,528 B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, peneliti beropini dengan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Puskesmas sebaiknya melakukan edukasi peningkatan program promotif tentang pentingnya ASI Eksklusif pada kegiatan kelas ibu hamil yang di selenggarakan oleh Puskesmas Tlogosari Kulon seminggu sekali setiap bulannya. 2. Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan ibu hamil dalam pemberian ASI Eksklusif melalui pelatihan laktasi yang dilakukan oleh Puskesmas, bekerjasama dengan kader kesehatan pada kegiatan posyandu. 66 DAFTAR PUSTAKA 1. Suryoprajogo. Psikologi Kehamilan Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 2009. 2. Rulina, Suradi. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, cetakan ke-2. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia 2004. 3. WHO. Millennium Development Goals (MDGs). Jakarta: United Nation ; 2008 4. Survei Demografi dan Kesehatan indonesia. SDKI 2012. 5. Riset Kesehatan Dasar Indonesia. RIKESDAS 2013. 6. Profil Dinas Kesehatan Jawa tengah. JATENG : Dinkes Jawa Tengah. 2015 7. Profil Dinas Kesehatan Kota semarang. semarang: Dinkes Kota semarang. 2015 8. Khairunniyah, Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Ditinjau Dari Faktor, Motivasi, Emosi Dan Sikap Pada Ibu Yang Melahirkan, 2004. 9. Hidayanti & Nurlina. Kontribusi Persepsi dan Motifasi Ibu dalam Meningkatkan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Pedesaan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2014. 10. Utami R. Panduan praktis menyusui. Penerbit Niaga Swadaya, Jakarta 2007. 11. Linkages. 2002. ”Pemberian ASI eksklusif Atau ASI saja:Satu-satunya Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini” (dikutip tgl 7 maret 2017). http://www.linkages.project.org 12. Bandura, A. Self Efficacy : The Exercise of Control. New York : W.H. Freeman and Company. 1997. 13. Widiyanto, S., Aviyanti, D., dan Tyas A. M. Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Sikap Terhadap Pemberian 66 67 ASI Eksklusif. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Semarang 2012. 14. Perinasia. Manajemen Laktasi. Menuju Persalinan Aman dan Bayi Lahir Sehat, 2nd ed. Jakarta 2004. 15. Depkes, RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/IV/ Tentang Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi di Indonesia, Jakarta 2004. 16. Roesli, Utami. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif, Pustaka Bunda, Jakarta 2008. 17. Nurtjahjo, T & Paramita. Paket-modul kegiatan : inisiasi menyusu dini (IMD) & ASI eksklusif ; panduan kegiatan belajar bersama masyarakat, USAID-Health Services Programme (HSP) DEPKES RI 2008. 18. Irawati, Bayi Perlu ASI Eksklusif, Jakarta: Penerbit Arixs 2005. 19. Danuatmaja, Bonny. 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa Swara 2003. 20. Arifeen S, et al., Exclusive Breastfeeding Reduces Acute Respiratory Infection and Diarrhea Death Among Infants In Dhaka Slums. American Academy of Pediatrics. Illinois 2001. 21. Riva E., et al., Early Breastfeeding is Linkage to Higher IQ Scores in Dietary Treated PKU Children, Acta Pediatric Volum 83 1996. 22. Soetjiningsih, ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta : EGC 1997. 23. Departemen Kesehatan RI. "Kajian Kematian Ibu dan Anak di Indonesia" Depkes, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2004 24. Bandura. Self-Efficacy: The Exercise of Control New York: W.H. Freeman and Company. 1997. 68 https://www.uky.edu/~eushe2/Bandura/Bandura1994EHB.pdf (DI AKSES 7 maret 2017) 25. Schultz, D., & Schultz. Theories of Personality 5 th Edition. 1994. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23455/1/Reference.pdf (DI AKSES 7 maret 2017) 26. Bandura, A. Social learning theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. 1977. https://www.simplypsychology.org/bandura.html (DI AKSES 4 MEI 2017) 27. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses Edisi RevisiJakarta : Rineka Cipta. 2006. 28. Azwar, S. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2008. 29. C. R Synder, Hal S. Shorey, dkk. Hope and Academic Success in College.. Journal of educational psychology. Vol. 94. No. 4, 820-826. 2002 30. V. Wiratna Sujarweni. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta. Penerbit Gava Media. 2015 31. Febrina Handayni dan Desi Nurwidawati. Hubungan Self-efficacy Dengan Prestasi Belajar Siswa Akselerasi. Surabaya. Vol 01, Nomor 02, 2013. 32. Endang Pudjiastuti. Hubungan Self-efficacy Dengan Sikap Pribadi Mahasiswa Psikologi. Bandung. Jurnal Psikologi. Vol. XXVII, No. 1, 2012. 33. Mery Agustini. Hubungan Harapan Dan Makna Hidup Penderita Jantung Koroner Dengan Self-efficacy. Mulawarman. Jurnal Psikologi. Vol 4, Nomor 4. 2014. 69 LAMPIRAN 69