BAB II PENGATURAN HUKUM INSTRUMEN PENYERTAAN (SAHAM)

advertisement
BAB II
PENGATURAN HUKUM INSTRUMEN PENYERTAAN (SAHAM) PADA
PASAR MODAL SYARIAH
A. Pasar Modal Dan Pasar Modal Syariah
1. Pasar Modal
Pengertian pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya yaitu
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Di sini yang diperjualbelikan
adalah modal atau dana. Jadi pasar modal mempertemukan penjual modal/dana
dengan pembeli modal/dana yang lazim disebut investor.
Pembeli
dana/modal
adalah
mereka,
baik
perorangan
maupun
kelembagaan/badan usaha yang menyisihkan kelebihan dana/uangnya untuk usaha
yang bersifat produktif. Sedang penjual modal/dana adalah perusahaan yang
memerlukan dana atau tambahan modal untuk keperluan usahanya.
Pasar modal juga disebut sebagai bursa efek dalam bahasa Inggris disebut
Securitas Exchange atau Stock Market, seperti tampak pada istilahnya yang
berbeda, namun pada intinya sama yaitu merupakan tempat bertemunya penjual
dana dan pembeli dana yang di pasar modal atau bursa tersebut diperantarai oleh
para anggota bursa selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk
melakukaan transaksi jual beli. 30
Secara sederhana, pasar modal dapat didefenisikan sebagai pasar yang
memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik
dalam bentuk utang maupun modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan
swasta. Seperti halnya negara-negara maju, pasar modal Indonesia mempunyai
30
Yulfasni, Hukum Pasar Modal, (Jakarta : Badan Penerbit IBLAM, 2005), hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
sejarah yang cukup panjang. Pasar modal Indonesia mulai didirikan pada saat
Indonesia masih merupakan jajahan Belanda pada zaman VOC. 31
Istilah pasar modal dipakai sebagai terjemahan dari capital market, yang
berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya memenuhi kebutuhankebutuhan dana untuk modal suatu perusahaan. Pasar modal merupakan tempat
orang membeli atau menjual efek yang baru dikeluarkan. Istilah lain yang populer
dipakai adalah securities market. Arti efek menurut UUPM Pasal 1 angka 5 adalah
surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang. Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Pengertian efek ini mencakup
efek dalam arti luas. Sedangkan Prof. Limperg memberikan defenisi menurut hak
pemegangnya, yaitu : 32
a. Hak pemilikan atas sebagian kekayaan/permodalan perusahaan.
b. Hak untuk menerima bagian laba perusahaan.
c. Hak dalam bagian utang jangka panjang.
Dengan demikian, pasar modal Indonesia memperdagangkan efek dalam
wujud instrumen modal dan utang, instrumen derivatif seperti surat pengganti atau
bukti sementara dari efek, bukti keuntungan dan surat-surat jaminan, hak-hak
untuk memesan atau membeli saham atau obligasi, warrant, dan option.
Instrumen pasar modal dapat dibedakan atas surat berharga yang
bersifat utang (bonds atau obligasi) dan surat berharga yang bersifat
pemilikan (saham atau equity). Obligasi adalah bukti pengakuan berutang dari
31
32
M. Irsan Nasarudin, Op. cit., hlm. 13.
Ibid., hlm. 181.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Sedangkan saham adalah bukti penyertaan modal dalam perusahaan.
Di bursa di seluruh dunia, kedua efek itulah yang banyak diperdagangkan.
Demikian pula halnya dengan bursa efek di Indonesia. Khusus di pasar modal
Indonesia ada pula surat berharga yang dinamakan sebagai sekuritas kredit, yang
tiada lain adalah bukti pengakuan utang jangka pendek (kurang dari 3 tahun).
Dalam praktiknya, saham maupun obligasi dapat diperbanyak ragamnya.
Artinya, saham dan obligasi diderivasikan dalam kriteria yang melekat pada
masing-masing saham dan obligasi itu sendiri.
Secara umum instrumen di pasar modal dapat dibedakan atas beberapa
kategori : 33
1) Instrumen Utang (Obligasi)
Obligasi diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya. Obligasi dapat dibedakan
dalam beberapa jenis, bergantung pada sudut mana kita melihatnya apakah
dari sudut pengalihan, jangka waktu, atau jaminan atas obligasi dan bunga
yang dibayarkan.
2) Instrumen Penyertaan
Instrumen penyertaan atau saham merupakan yang lebih populer di
masyarakat. Saham merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau
lembaga dalam suatu perusahaan. Modal ini terbagi dalam tiga tingkat status,
yaitu : modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Saham ini
33
Ibid., hlm. 182.
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan dalam rangka pendirian perusahaan, pemenuhan modal dasar atau
peningkatan modal dasar. 34
3) Instrumen Efek Lain
Dalam pasar modal dikenal instrumen lain yang merupakan pengembangan
dari efek utama, saham dan obligasi, yaitu Indonesia Depository Receipt dan
Efek Beragunan Aset.35
4) Instrumen Efek Derivatif
Efek-efek derivatif yang terdapat di pasar modal antara lain rights, warrant,
option. Efek-efek ini pada dasarnya kelanjutan di efek yang telah terlebih
dulu dipasarkan IDR (Indonesian Depository Receipt). 36
Ada beberapa jenis surat berharga yang diperdagangkan di Pasar Modal,
antara lain :
a. Saham
Saham adalah bukti kepemilikan atau tanda penyertaan seseorang/badan atas
suatu perusahaan tertentu. Jadi pemilik suatu saham mempunyai hak dalam
kepemilikan perusahaan tersebut sebesar persentase kepemilikan sahamnya.
Secara umum saham dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu saham biasa dan saham
preferen, yaitu : 37
a) Saham Biasa
34
Ibid., hlm. 188.
Ibid., hlm. 194.
36
Marzuki Usman, dkk., ABC Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : LPPI/IBI, 1994), hlm.
35
109.
37
Dianata Eka Putra, Berburu Uang Pasar Modal (Panduan Investasi Menuju Kebebasan
Finansial, (Jakarta : Effhar (Efektif dan Harmoni), 2002), hlm. 19.
Universitas Sumatera Utara
Merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan, biasanya disertai
bukti kepemilikan atas suatu perusahaan, biasanya disertai bukti berupa
selembar kertas saham. Bursa sudah memperkenalkan apa yang dinamakan
scriptless trading (perdagangan tanpa warkat). Jadi nantinya pemilik
saham tidak lagi menerima lembar kepemilikan saham, tetapi namanya
akan tercantum secara elektronik pada Bursa Efek Jakarta, mereka
mempunyai hak yang sama dengan pemilik saham yang memegang
lembaran saham. Pemilik saham ini akan mendapatkan keuntungan jika
harga sahamnya naik dan mendapat kerugian jika harga sahamnya turun.
Tetapi keuntungan maupun kerugian tersebut tidak terjadi jika saham yang
diperdagangkannya belum dijual, karena setiap hari harga saham akan
berubah-ubah
tergantung
dari
kondisi
pasar
dan
juga
kinerja
perusahaannya. Hal yang tidak kalah menariknya tentang saham adalah
jika kondisi suatu perusahaan mendapat untung, maka perusahaan akan
membagikan keuntungannya (dividen)/saham bonus kepada pemilik
saham. Tetapi juga terjadi sebaliknya, yaitu jika perusahaan merugi, maka
pemegang sahamnya akan ikut turun. 38
b) Saham Preferen
Pada saham preferen jika perusahaan merugi/tidak bisa membagikan
dividen pada tahun berjalan karena suatu hal, maka dividen tidak akan
diakumulasikan dan akan dibayar pada periode berikutnya. Jika
perusahaan jatuh bangkrut, maka sisi asset perusahaan akan dibagikan
38
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
terlebih dahulu kepada pemilik saham biasa. Tetapi pemilik saham
preferen tidak mempunyai hak dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), seperti layaknya pemegang sahan biasa. 39
b. Scriptless Trading (Perdagangan Tanpa Warkat)
Scriptless Trading adalah perdagangan efek di Pasar Modal yang tidak
menggunakan warkat dan penyelesaian transaksi dilakukan dengan sistem
pemindahan buku (book entry seltement). Pada sistem perdagangan yang baru
ini, saham yang diperdagangkan tidak lagi berbentuk sertifikat fisik, tetapi
secara elektronik, seperti tabungan di bank. Keuntungan Scriptless Trading
antara lain mengurangi risiko terjadinya saham palsu, saham yang hilang
ataupun saham yang dicuri, menjamin kepastian penyelesaian transaksi.
Kemungkinan gagal serah dan gagal bayar dapat dihindari karena ada
penjamin yang menjamin penyelesaian transaksi dan lebih efisien, karena
tidak perlu meregistrasi efek yang ditransaksikan, karena secara otomatis
terjadi pemindahan kepemilikan efek serta perusahaan tidak perlu mencetak
sertifikat saham. 40
c. Obligasi
Menurut
Pasal
1
huruf
a
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
520/KMK.011/1979 tentang Tata Cara Menawarkan Obligasi kepada
Masyarakat melalui Bursa oleh Badan Usaha menyebutkan bahwa obligasi
adalah jenis efek berupa surat pengakuan hutang atas pinjaman uang dari
masyarakat dalam bentuk tertentu untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 3
39
40
Ibid.
Ibid., hlm. 29.
Universitas Sumatera Utara
(tiga) tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta
pembayarannya telah ditentukan terlebih dahulu oleh emiten. 41
d. Warrant
Warrant dapat diartikan sebagai hak untuk mengkonversikan warrantnya
menjadi saham biasa dengan harga yang telah ditetapkannya terlebih dahulu.
Biasanya warrant sebagai daya tarik yang diberikan oleh perusahaan yang
mengeluarkan warrant kepada investor, dan hanya boleh diterbitkan oleh
emiten yang sahamnya telah tercatat di Bursa. Tujuan perusahaan
menerbitkan warrant adalah ingin mendapat tambahan dana yang mungkin
digunakan untuk pengembangan usaha ataupun untuk memperkuat modal
kerja sama, seperti halnya dengan saham biasa, warrant pun dapat
diperdagangkan, tetapi ada perbedaan yaitu pemegang warrant tidak memiliki
hak suara dalam RUPS dan tidak menerima dividen. Dan juga pemegang
warrant mempunyai masa berlaku tertentu untuk mengkonversikannya
menjadi saham biasa. Biasanya mempunyai masa berlaku 3 tahun. 42
e. Rights
Rights seperti halnya dengan warrant, yaitu hak memesan efek terlebih
dahulu dengan harga tertentu. Rights dapat membeli saham tambahan dengan
cara memesan terlebih dahulu kepada perusahaan dengan harga yang telah
ditentukan sebelumnya untuk tanggal tertentu. Bagi perusahaan yang
mengeuarkan rights sebenarnya perusahaan tersebut mengeluarkan saham
baru. Akibatnya bagi perusahaan akan mempengaruhi persentase kepemilikan
41
Mohammad Djumhano, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti, 2000), hlm. 308.
42
Dianata Eka Putra, Op. cit., hlm. 30.
Universitas Sumatera Utara
dan meningkatkan jumlah saham yang beredar di masyarakat. Dalam rights
investor tidak terikat untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh
perusahaan walaupun biasanya harganya lebih murah. Jika investor tidak
ingin menggunakan haknya, hal ini diperbolehkan. 43
f. Reksadana
Reksadana merupakan wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh manajer investasi. 44Reksadana ditujukan untuk investor pemula yang
ingin berinvestasi di Reksadana sangatlah mudah, dengan modal Rp.
200.000,- sampai Rp. 300.000,- anda sudah dapat membeli Reksadana.
Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi yang relatif lebih aman,
karena dana yang diinvestasikan dalam Reksadana nantinya akan disebut
dalam berbagai bentuk investasi. 45
Melalui Reksadana masyarakat tidak membutuhkan suatu pengetahuan
tertentu untuk mencapai suatu keuntungan dari investasi Pasar Modal.
Masyarakat pemodal akan menerima laporan dari manajer investasi terhadap
dana yang diinvestasikannya. Masyarakat pemodal telah mempercayakan
pengelolaan dananya kepada manajer investasi hingga mencapai suatu
keuntungan. 46
43
Ibid., hlm. 31.
Irfan Iskandar., Op. cit., hlm. 76.
45
Dianata Eka Putra, Op. cit., hlm. 34.
46
Irfan Iskandar, Loc. cit.
44
Universitas Sumatera Utara
Dalam bentuknya, Reksadana yang terdapat saat ini ada 4 bentuk, yang
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan seperti : 47
a) Reksadana Saham
Yaitu alokasi investasi lebih banyak pada investasi berbentuk saham 80%
diinvestasikan dalam bentuk saham dan sisanya dalam bentuk lain seperti
obligasi dan tabungan.
b) Reksadana Pendapatan Tetap
Yaitu reksadana yang melakukan investasi minimal 80% dari aktivitasnya
dalam bentuk efek bersifat utang (obligasi).
c) Reksadana Campuran
Reksadana jenis ini merupakan portofolio campuran di pendapatan tetap
dengan komposisi yang hampir sama. Tentunya tergantung dengan kondisi
pasar pada saat tersebut.
d) Reksadana Pasar Uang
Reksadana pasar uang akan mengalokasikan dananya pada pasar uang
yang ada seperti deposito surat utang , Sertifikat Bank Indonesia.
g. Indeks Berjangka (Indeks Future)
Indeks berjangka merupakan salah satu instrumen investasi yang baru saja
diluncurkan oleh Bursa Efek Surabaya (BES), yang diharapkan dapat
menggairahkan pasar modal di Indonesia. Indeks Future merupakan salah
satu bagian dari Future Trading (Perdagangan Berjangka). Tujuan Future
Trading
47
adalah
sebagai
sarana
pelindung
nilai/headging
terhadap
Dianata Eka Putra, Op. cit., hlm. 41.
Universitas Sumatera Utara
investasinya. Dalam Future Trading seorang investor dapat melindungi nilai
investasinya dengan memesan kontrak jual/beli terlebih dahulu terhadap suatu
komoditas/efek dengan harga saat ini, jadi kalau dikemudian hari terjadi
kenaikan harga dari suatu komoditas/efek yang dibeli, pembeli hanya
diwajibkan membayar dengan harga yang telah disepakati beberapa waktu
lalu. 48
2. Pasar Modal Syari’ah
Pasar modal merupakan suatu tonggak penting dalam perekonomian dunia
saat ini. Banyak perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai
media untuk menyerap investasi dalam memperkuat kondisi keuangannya.
Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian pasar modal
ialah “kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”
(Pasal 1 angka 13). Pasar modal adalah tempat bertemunya antara penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka mendapatkan modal. Lembaga
pasar modal yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah
dapat disebut sebagai pasar modal syariah. 49
Pengertian dalam Undang-undang tersebut tidak membedakan apakah
pasar modal dilakukan dengan prinsip syariah atau tidak. Dengan demikian,
kegiatan pasar modal Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah dan dapat pula tidak sesuai (konvensional). Kegiatan di pasar modal
48
Ibid., hlm. 48.
Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2010), hal. 131.
49
Universitas Sumatera Utara
syariah berkaitan dengan perdagangan surat berharga (efek syariah) yang telah
ditawarkan kepada masyarakat dalam bentuk penyertaan kepemilikan saham atau
penerbitan obligasi syariah. Menurut fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003, yang
dimaksud efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan,
maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Dengan mengacu pada pengertian tersebut, berarti antara kegiatan pasar
modal syariah dengan pasar modal konvensional ada perbedaan. Secara umum
perbedaan tersebut dapat dilihat pada landasan akad yang digunakan dalam
transaksi atau surat berharga yang diterbitkannya. Dalam pasar modal syariah,
apabila suatu perusahaan ingin mendapatkan pembiayaan melalui penerbitan surat
berharga, maka perusahaan yang bersangkutan sebelumnya harus memenuhi
kriteria penerbitan efek syariah. 50
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga
(efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Pasar modal sebagai
salah satu kegiatan ekonomi modern dapat dikonversikan ke dalam lembaga
keuangan syariah yang merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam. Pasar modal
adalah tempat memperdagangkan surat berharga (efek) sebagai instrumen
keuangan jangka panjang. Untuk dapat menjadi bagian dari lembaga keuangan
syariah, pasar modal perlu dilakukan pembenahan baik dari segi cara bertransaksi
(akad) maupun produk yang dihasilkan perusahaan (emiten) yang bersangkutan.
50
Ibid., hlm. 131-132.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu upaya pembenahan dari segi akad yang dijalankan di antaranya terkait
dengan instrumen yang digunakan pasar modal itu sendiri.
Instrumen pasar modal adalah semua surat berharga yang diperdagangkan
di bursa, karena itu bentuknya beraneka ragam. Instrumen yang boleh
diperjualbelikan dalam pasar modal syariah hanya apabila memenuhi kriteria
syariah. Dan untuk memastikan bahwa instrumen tersebut benar-benar sesuai
dengan prinsip syariah, maka perlu dilakukan konversi melalui proses screening
terhadap kegiatan pasar modal. Adapun yang menjadi instrumen pasar modal
syariah adalah : 51
a. Saham Syariah
Istilah saham dapat diartikan sebagai sertifikat penyertaan modal dari
seseorang atau badan hukum terhadap suatu perusahaan. Saham merupakan
tanda bukti tertulis bagi para investor terhadap kepemilikan suatu perusahaan
yang telah go public. Melalui pembelian saham dalam jumlah tertentu, pihak
pemegang saham (shareholder) memiliki hak dan kewajiban untuk berbagi
hasil dan risiko (profit and loss sharing) dengan para pengusaha, menghadiri
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan bahkan mengambil alih
kepemilikan perusahaan.
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen surat berharga yang paling
dominan dalam pasar modal. Menerbitkan saham menjadi salah satu pilihan
bagi pihak menajemen perusahaan untuk mendapatkan sumber pendanaan.
Bagi para pengusaha, keberadaaan sumber dana dapat berfungsi sebagai
51
Ibid., hlm. 134-135.
Universitas Sumatera Utara
modal untuk mendirikan perusahaan dan/atau pengembangan usaha.
Sedangkan bagi investor, saham merupakan instrumen investasi yang menarik
karena keberadaannya dinilai menjanjikan keuntungan tertentu. Keuntungan
tersebut biasanya dapat diperoleh dari hasil selisih harga pembelian dengan
penjualan saham (capital gain) atau melalui pembagian keuntungan (deviden)
dari hasil usaha yang dijalankan oleh perusahaan pada periode tertentu.
Dalam Islam, saham pada hakikatnya merupakan modifikasi sistem
persekutuan modal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan
nama syirkah. Pemegang saham (shareholders) dalam syirkah disebut syarik.
Pada kenyataanya, bahwa para syarik ada yang sering bepergian sehingga
tidak dapat terjun langsung dalam persekutuan. Karenanya, bentuk syirkah di
mana para syarik dapat mengalihkan kepemilikannya tanpa sepengetahuan
pihak lain disebut syirkah musahamah. Sedangkan bukti kepemilikannya
disebut saham. 52
Pada dasarnya tidak terdapat pembedaan antara saham yang syariah dengan
yang non syariah. Namun saham sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan,
dapat dibedakan menurut kegiatan usaha dan tujuan pembelian saham
tersebut. Saham menjadi halal (sesuai syariah) jika saham tersebut
dikeluarkan oleh perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang yang
halal dan/atau dalam niat pembelian saham tersebut adalah untuk investasi,
bukan untuk spekulasi. Untuk lebih amannya, saham yang di-listing dalam
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan saham-saham yang Insya Allah sesuai
52
Ibid., hlm. 135-136.
Universitas Sumatera Utara
syariah. Dikatakan demikian, karena emiten yang terdaftar dalam Jakarta
Islamic Index akan selalu mengalami proses penyaringan (screening)
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. 53
b. Obligasi Syariah (Sukuk)
Instrumen pasar modal selain diwujudkan dalam bentuk saham, juga dapat
diwujudkan dalam bentuk obligasi (sukuk). Pengertian obligasi di pasar
modal syariah, tidak identik dengan surat pengakuan utang sebagaimana
dikenal di pasar modal konvensional selama ini. Pengertian obligasi (sukuk)
dalam pasar modal syariah memiliki makna lebih luas, yaitu meliputi
beberapa akad yang dapat digunakan. 54
Kata sukuk bentuk jamak dari sukk merupakan istilah Arab yang dapat
diartikan sertifikat. Sukuk ini bukan merupakan istilah yang baru dalam
sejarah Islam. Istilah tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan, di mana
umat islam menggunakannya dalam konteks perdagangan internasional.
Sukuk dipergunakan oleh para pedagang pada masa itu sebagai dokumen yang
menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha perdagangan dan
aktivitas komersial lainnya. Berdasarkan Peraturan No.IX.A.13 hasil
Keputusan Bapepam-LK Nomor : KEP-130 /BL/2006 tentang penerbitan efek
syariah, pengertian Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak
terpisahkan atau tidak terbagi atas : 1) Kepemilikan aset berwujud tertentu; 2)
Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi
53
54
Ibid.
Ibid., hlm. 140.
Universitas Sumatera Utara
tertentu; atau 3) Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi
tertentu.
Pada praktiknya sukuk secara umum diidentikkan sebagai “obligasi” yang
penerapannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Menurut Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional No : 32/DSN-MUI/IX/2002, pengertian obligasi syariah
adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan
emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar dana obligasi pada saat jatuh
tempo.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa obligasi syariah
merupakan surat pengakuan kerjasama yang memiliki ruang lingkup yang
lebih beragam dibandingkan hanya sekedar surat pengakuan utang.
Keberagaman tersebut dipengaruhi oleh berbagai akad yang telah digunakan.
Seperti akad mudharabah, murabahah, salam, istishna dan ijarah (Lihat
Fatwa No : 32/DSN-MUI/IX/2002).55
Dalam fiqh muamalah, keberadaan akad-akad tersebut merupakan kategori
tijarah yang menghendaki adanya kompensasi. Pemberian kompensasi dapat
diwujudkan dalam bentuk bagi hasil pendapatan (revenue sharing) dari akad
pertukaran dan atau bagi hasil keuntungan (profit sharing) dari akad
pengakuan utang, justru tidak termasuk akad yang digunakan dalam
instrumen obligasi syariah. Karena utang merupakan kategori tabarru’ yang
55
Ibid., hlm. 141.
Universitas Sumatera Utara
tidak membolehkan adanya kompensasi. Kecuali kalau memang akad qardh
sengaja diberlakukan oleh otoritas terkait, sebagai instrumen kebaikan di
lembaga pasar modal. 56
c. Reksadana Syariah
Reksadana berasal dari kata “reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata
“dana” berarti uang. Sehingga reksadana dapat diartikan sebagai kumpulan
uang yang dipelihara. Reksadana pada umumnya diartikan sebagai wadah
yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang
kemudian diinvestasikan dalam portofolio efek. Berdasarkan Pasal 1 angka
27 Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, reksadana adalah suatu
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi
yang telah mendapat izin dari Badan Pengawas Pasar Modal.
Menurut Fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001, yang dimaksud Reksadana
Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsipprinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai
pemilik (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil
shahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal
dengan pengguna investasi. 57
Reksadana Syariah telah beroperasi di industri reksa dana Indonesia.
Reksadana Syariah merupakan reksa dana yang berbasiskan prinsip syariah.
Reksadana menginvestasikan dana yang berhasil dihimpunnya ke dalam
56
57
Ibid., hlm. 142.
Ibid., hlm. 155.
Universitas Sumatera Utara
saham (ekuitas) yang tentunya tidak bertentangan dengan prinsip syariah,
obligasi syariah dan pasar uang (deposito mudharabah). Selain tidak boleh
melakukan transaksi yang bersifat spekulatif, harus bersih dari unsur
nonhalal, menerapkan prinsip kehati-hatian, Reksadana Syariah tidak boleh
melakukan investasi dengan tingkat nisbah utangnya lebih besar dari
modalnya.
Seperti halnya reksadana konvensional, Reksadana Syariah pun memiliki
beberapa jenis, yaitu Reksadana Syariah Pendapatan Tetap, Reksadana
Syariah Saham, dan Reksadana Syariah Campuran. Reksadana Syariah
Pendapatan Tetap menginvestasikan dananya ke dalam obligasi dan deposito
syariah. Reksadana Syariah Saham menanamkan dananya di saham-saham
syariah, sedangkan Reksadana Campuran menginvestasikan dananya pada
saham, obligasi dan deposito syariah. Reksadana Campuran ini dimaksudkan
untuk mendapatkan hasil investasi yang tinggi. 58
d. Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah 59
Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah adalah efek yang diterbitkan oleh
KIK EBA syariah
yang portofolionya terdiri atas aset keuangan berupa
tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul dari
surat berharga komersial, tegihan yang timbul di kemudian hari. Jual beli
pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang
dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset
keeuangan setara yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
58
M. Irsan Nasarudin, Op. cit., hlm. 211-212.
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 2, (Jakarta : Salemba
Empat, 2009), hlm. 336.
59
Universitas Sumatera Utara
e. Surat Berharga Komersial Syariah
Surat Berharga Komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu
pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. 60
B. Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia
Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 (UUPM). Pasal 1 butir 13 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
menyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek. Sedangkan Efek dalam UUPM Pasal 1 butir 5 dinyatakan sebagai
surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
kegiatan berjangka atas Efek, dan setiap derivatif Efek.
UUPM tidak membedakan apakah kegiatan pasar modal tersebut
dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak. Dengan demikian,
berdasarkan UUPM kegiatan pasar modal Indonesia dapat dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah dan dapat pula dilakukan tidak sesuai dengan
prinsip syariah. 61
Pemikiran untuk mendirikan pasar modal syariah dimulai sejak munculnya
instrumen pasar modal yang menggunakan prinsip syariah yang berbentuk
60
Ibid.
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, Tinjauan Teoritis dan
Praktis, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm. 220.
61
Universitas Sumatera Utara
reksadana syariah. Usaha ini baru bisa terlaksana pada tanggal 14 Maret 2003
dengan dibuka secara resmi pasar modal syariah oleh Menteri Keuangan Budiono
dan didampingi oleh Ketua Bapepam Herwidayatmo, Wakil dari Majelis Ulama
Indonesia dan Wakil dari Dewan Syariah Nasional serta Direksi SRO, Direksi
Perusahaan Efek, pengurus organisasi pelaku dan asosiasi profesi di pasar
Indinonesia. 62 Walaupun secara resmi diluncurkan pada 2003, namun instrumen
pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai
dengan peluncuran Danareksa syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT Danareksa
Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan
PT Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada
3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan
dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal
telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan
penerapan prinsip syariah. 63
Perkembangan selanjutnya instrumen investasi syariah di pasar modal
terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT Indosat Tbk. pada awal
September 2002. Instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan
dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada 2004, terbit untuk
pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi
syariah Ijarah. Selanjutnya, pada 2006 muncul instrumen baru yaitu Reksa Dana
Indeks di mana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah indeks JII.
Penentuan kriteria dari Komponen JII tersebut disusun berdasarkan persetujuan
62
63
Abdul Manan., Op. cit., hlm. 14.
Nurul Huda dan Mohamad Heykal., Loc. cit.
Universitas Sumatera Utara
dari Dewan Pengawas Syariah dan PT DIM. Ruang lingkup kegiatan usaha
emiten yang bertentangan dengan prinsip hukum Islam adalah : 64
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan
dan minuman yang tergolong haram.
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-barang
ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
C. Kriteria Surat Berharga pada Pasar Modal Syari’ah
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003
tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang
Pasar Modal Pasal 1 angka 3 bahwa “Efek Syariah adalah efek sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal adalah
surat
berharga
yang
akad,
pengelolaan
perusahaannya,
maupun
cara
penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah”. 65 Pasal 1 angka 6 menyatakan
bahwa “Prinsip-prinsip syariah adalah prinsip-prinsip yang didasarkan atas ajaran
Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam fatwa
64
Ibid., hlm. 220-221.
Pasal 1 angka 3 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang
Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
65
Universitas Sumatera Utara
ini maupun dalam fatwa terkait lainnya”. 66 Selanjutnya menurut Pasal 4
menyatakan bahwa “Jenis Efek Syariah : 67
1) Efek syariah mencakup saham syariah, obligasi syariah, reksa dana syariah,
kontrak investasi kolektif efek baragun aset (KIKEBA) Syariah, dan surat
berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
2) Saham syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang
memenuhi kriteria sebagaimana tercantum dalam pasal 3, dan tidak termasuk
saham yang memiliki hak-hak istimewa.
3) Obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo.
4) Reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai
pemilik harga (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi, begitu
pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al mal, maupun antara
manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan penggunaan investasi.
5) Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi
kolektif EBA syariah yang berportofolio-nya terdiri dari aset keuangan
berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang
66
Pasal 1 angka 6 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang
Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
67
Pasal 4 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
Universitas Sumatera Utara
timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga
keuangan, efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana
peningkatan investasi/arus kas serta aset keuangan setara yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
6) Surat berharga komersial syariah adalah surat pengakuan atas suatu
pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
D. Pengaturan Hukum Instrumen Penyertaan (Saham) pada pasar Modal
Syari’ah
Secara praktis, instrumen saham belum didapati pada masa Rasulullah
SAW dan para sahabat (semoga Allah SWT ridha dan merahmati mereka semua).
Pada masa Rasulullah SAW dan sahabat yang dikenal hanyalah perdagangan
komoditas barang riil seperti layaknya yang terjadi pada pasar biasa. Pengakuan
kepemilikan sebuah perusahaan (syirkah) pada masa itu belum direpresentasikan
dalam bentuk saham seperti layaknya sekarang. Dengan demikian pada masa
Rasulullah SAW dan para sahabat bukti kepemilikan dan/atau jual beli atas
sebuah aset hanya melalui mekanisme jual beli biasa dan belum melalui Initial
Public Offering dengan saham sebagai instrumennya. Pada saat itu yang terbentuk
hanyalah pasar riil biasa yang mengadakan pertukaran barang dengan uang (jual
beli) dan pertukaran barang dengan barang atau barter.68
68
Nurul Huda dan Mohamad Heykal., Op. cit., hlm. 223.
Universitas Sumatera Utara
Dikarenakan belum adanya nash atau teks Al-Qur’an maupun Al-Hadis
yang menghukumi secara jelas dan pasti tentang keberadaan saham, maka para
ulama dan fuqaha kontemporer berusaha untuk menemukan rumusan kesimpulan
hukum tersendiri untuk saham. Usaha tersebut lebih dikenal dengan istilah ijtihad,
yaitu
sebuah usaha dengan
sungguh-sungguh untuk
mendapatkan dan
mengeluarkan hukum Islam yang belum dikemukakan secara jelas (Al-Qur’an dan
Al-Hadis) dengan mengacu kepada sandaran dan dasar hukum yang diakui
keabsahannya.
Para fuqaha kontemporer berselisih pendapat dalam memperlakukan
saham dari aspek hukum (tahkim) khususnya dalam jual beli. Ada sebagian
mereka yang membolehkan transaksi jual beli saham dan ada juga yang tidak
membolehkan. Para fuqaha yang tidak membolehkan transaksi jual beli saham
memberikan beberapa argumentasi yang diantaranya adalah sebagai berikut :69
1. Saham dipahami sebagaimana layaknya obligasi, di mana saham juga
merupakan
utang
perusahaan
terhadap
para
investor
yang
harus
dikembalikan, maka dari itu memperjualbelikannya juga sama hukumnya
dengan jual beli utang yang dilarang Islam.
2. Banyaknya praktik jual beli najasy di bursa efek.
3. Para investor pembeli saham keluar dan masuk tanpa diketahui oleh seluruh
pemegang saham.
69
Ibid., hlm. 223-224.
Universitas Sumatera Utara
4. Harga saham yang diberlakukan ditentukan senilai dengan ketentuan
perusahaan yaitu pada saat penerbitan dan tidak mencerminkan modal awal
pada waktu pendirian.
5. Harta atau modal perusahaan penerbit saham tercampur dan mengandung
unsur haram sehingga menjadi haram semuanya.
6. Transaksi jual beli saham dianggap batal secara hukum, karena dalam
transaksi tersebut tidak mengimplementasikan prinsip pertukaran (sharf), jual
beli saham adalah pertukaran uang dan barang, maka prinsip saling
menyerahkan (taqabudh) dan persamaan nilai (tamatsul) harus diaplikasikan.
Dikatakan kedua prinsip tersebut tidak terpenuhi dalam transaksi jual beli
saham.
7. Adanya unsur ketidaktahuan (jahalah) dalam jual beli saham dikarenakan
pembeli tidak mengetahui secara persis spesifikasi barang yang akan dibeli
yang terefleksikan dalam lembaran saham. Adapun salah satu syarat sahnya
jual-beli adalah diketahuinya barang (ma’luumu al mabi’).
8. Nilai saham pada setiap tahunnya tidak bisa ditetapkan pada satu harga
tertentu, harga saham selalu berubah-ubah mengikuti kondisi pasar bursa
saham, untuk itu saham tidak dapat dikatakan sebagai pembayaran nilai pada
saat pendirian perusahaan. 70
Berbeda dengan pendapat pertama, maka para fuqaha yang membolehkan
jual beli saham mengatakan bahwa saham sesuai dengan terminologi yang
melekat padanya, maka saham yang dimiliki oleh seseorang menunjukkan sebuah
70
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
bukti kepemilikan atas perusahaan tertentu yang berbentuk aset, sehingga saham
merupakan cerminan kepemilikan atas aset tertentu. Logika tersebut dijadikan
dasar pemikiran bahwa saham dapat diperjualbelikan sebagaimana layaknya
barang. Para ulama kontemporer yang merekomendasikan perihal tersebut di
antaranya Abu Zahrah, Abdurrahman Hasan, dan Khalaf sebagaimana dituangkan
oleh Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqhu Zakah halaman 527. Singkatnya
bahwa jual beli saham dibolehkan secara Islam dan hukum positif yang berlaku.
Aturan dan norma jual beli saham tetap mengacu kepada pedoman
jual beli barang pada umumnya, yaitu terpenuhinya rukun, syarat, aspek ‘an
taradhin, serta terhindar dari unsur maysir, gharar, riba, haram, dhulum, ghisy,
dan najasy. Praktek forward contract, short selling, option, insider trading,
“penggorengan” saham, merupakan transaksi yang dilarang secara Islam dalam
dunia pasar modal. 71
Adanya fatwa-fatwa ulama kontemporer tentang jual beli saham semakin
memperkuat landasan akan bolehnya jual beli saham. Dalam kumpulan Fatwa
Dewan Islam Saudi arabia yang diketuai oleh Syekh Abdul Aziz Ibn Abdillah Ibn
Baz Jilid 13 (tiga belas) Bab Jual Beli halaman 320-321 fatwa nomor 4016 dan
5149 (dalam Satrio, 2005) tentang jual beli saham dinyatakan sebagai berikut: 72
“Jika saham yang diperjualbelikan tidak serupa dengan uang secara utuh apa
adanya, akan tetapi hanya representasi dari sebuah aset seperti tanah, mobil,
pabrik, dan yang sejenisnya, dan hal tersebut merupakan sesuatu yang telah
diketahui oleh penjual dan pembeli, maka dibolehkan hukumnya untuk
71
72
Ibid., hlm. 225.
Ibid., hlm. 225-226.
Universitas Sumatera Utara
diperjualbelikan dengan harga tunai ataupun tangguh, yang dibayarkan
secara kontan ataupun beberapa kali pembayaran, berdasarkan keumuman
dalil tentang bolehnya jual-beli”.
Selain fatwa tersebut, Fatwa Dewan Syariah Nasional Indonesia juga telah
memutuskan akan bolehnya jual beli saham. (Fatwa DSN-MUI No. 40/DSNMUI/2003). Dalam perkembangannya mulai 2007, Bapepam Lembaga Keuangan
sudah mengeluarkan Daftar Efek Islam yang berisi emiten-emiten yang sahamnya
sesuai dengan ketentuan Islam berdasarkan keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal Lembaga Keuangan No. Kep. 325/BI/2007 tentang Daftar Efek
IslamTanggal 12 September 2007 yang berisi 174 Saham Islam. 73
DSN-MUI ketika memberikan fatwa selalu merujuk pada dalil-dalil dan
syara yang berfungsi sebagai dasar hukum. Adapun fatwa DSN-MUI yang terkait
dengan pengembangan pasar modal syariah adalah sebagai berikut :74
a. No. 5/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Sahan
b. No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk
Reksa Dana.
c. No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
d. No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.
e. No. 40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Pasar Modal.
f. No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
g. No. 59/DSN-MUI/IX/2007 tentang Obligasi Mudharabah Konversi.
73
74
Ibid.
Burhanuddin S., Op. cit., hlm. 133.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai tindak
lanjut
fatwa DSN-MUI,
BAPEPAM
juga telah
mengeluarkan kebijakan terkait dengan pengembangan pasar modal syariah. Pada
tanggal 23 November 2006, BAPEPAM dan LK melalui Keputusan Ketua
Bapepam-LK Nomor Kep-130/BL/2006 (Peraturan Nomor IX.A.13) tentang
penerbitan efek syariah dan Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep131/BL/2006 (Peraturan Nomor IX.A.14) tentang akad-akad yan digunakan dalam
penerbitan efek syariah. 75
75
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Download