Penentuan Tingkat Kerentanan dan Ketahanan Ekonomi Kawasan

advertisement
1
Penentuan Tingkat Kerentanan dan Ketahanan
Ekonomi Kawasan Pesisir Banda Aceh
Berdasarkan Berbagai Aspek Resiliensi
Ekonomi
Reza Satria dan Dian Rahmawati
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected]
Abstrak— Banda Aceh telah mengalami tingkat pertumbuhan
ekonomi yang sangat rendah atau negatif selama hampir tiga
dekade terakhir, dan masuk dalam sepuluh propinsi termiskin di
Indonesia. Alasan utama pertumbuhan yang lambat tersebut
adalah konflik dan tsunami yang berlangsung lama yang
berdampak buruk dengan korban yang hampir mencapai 200.000
( dua ratus ribu ) jiwa dan meninggalkan kerusakan fisik yang
luar biasa. Hal ini secara langsung juga mengakibatkan tingkat
kerentanan dan ketahanan dari wilayah pesisir menjadi
terganggu bahkan tidak sesuai dengan kapasitas yang ada.
selanjutnya menganalisa tingkat kerentanan dan ketahanan
ekonomi berdasarkan berbagai aspek dalam resiliensi ekonomi di
pesisir Kota Banda Aceh dengan analisa AHP untuk
mendapatkan faktor penentu dan yang paling berpengaruh yang
nantinya akan di skoringkan untuk mendapatkan tingkat dari
kerentanan dan ketahanan. Sehingga hasil yang didapatkan
bahwa tingkat kerentanan dan ketahanan di masing-masing
kecamatan pesisir tergolong kerentanan tinggi kecuali kecamatan
Kuta Alam. Sedangkan tingkat ketahanan di empat kecamatan
pesisir tergolong ketahanan tinggi untuk kecamatan Kuta Alam
dan Syiah Kuala dan tingkat ketahanan sedang untuk kecamatan
Meuraxa dan Kuta Raja.
Kata Kunci—Resiliensi, Ekonomi, Ketahanan, Kerentanan,
Pesisir
I. PENDAHULUAN
P
embangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan
pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu kota.
Pembangunan ekonomi dapat dilihat berdasarkan struktur
kenaikan produksi dan penyerapan tenaga kerja yang relatif
lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan kegiatan sosial,
ekonominya tanpa mempengaruhi struktur kota tersebut [1].
Selain itu pembangunan ekonomi tidak lepas dari pertumbuhan
ekonomi (economy growth) [2]. Pertumbuhan penduduk
merupakan sebuah dampak dan indikator dari perkembangan
suatu kota pada pembangunan ekonomi pasca bencana,
sehingga menyebabkan banyak terjadinya pengangguran dan
penyakit ekonomi lainnya [3]. Padahal pengembangan suatu
kota bertujuan untuk mendorong laju pertumbuhan kota
dengan indikator pendapatan perkapita yang merata dan
tingkat pengangguran yang rendah [4]. Salah satu
Implementasi konsep pengembangan kota adalah melalui
urban economic resilience dengan melihat kerentanan dan
ketahanan serta kapasitas dari suatu kota dilihat dari aspek
ekonomi pasca suatu bencana yang menimpa [5].
Aceh telah mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang
sangat rendah atau negatif selama hampir tiga dekade terakhir,
dan masuk dalam sepuluh propinsi termiskin di Indonesia [6].
Alasan utama pertumbuhan yang lambat tersebut adalah
konflik dan tsunami yang berlangsung lama yang berdampak
buruk dengan korban yang hampir mencapai 200.000 ( dua
ratus ribu ) jiwa dan meninggalkan kerusakan fisik yang luar
biasa, meskipun ketertinggalan ekonomi secara struktural juga
berkontribusi terhadap kinerja ekonomi yang buruk termasuk
Kota Banda Aceh sebagai ibukota propinsi [7].
Akibatnya, Aceh memiliki tingkat kemiskinan yang lebih
tinggi dibandingkan hampir semua wilayah lain di Indonesia
khususnya Banda Aceh dan kawasan pesisir Banda Aceh
seperti Gambar 1. Dalam [7] Pertumbuhan ekonomi yang
negatif mengakibatkan pengangguran. Penurunan kondisi
ekonomi Banda Aceh sebelum dan sesudah bencana tsunami
telah
mengakibatkan
peningkatan
jumlah
masalah
pengangguran di kota ini. Pertumbuhan ekonomi yang terbatas
di beberapa sektor (seperti pertanian atau beberapa sektor jasa)
belum memperlihatkan penciptaan lapangan kerja yang cukup
signifikan. Pengangguran meningkat dari sekitar 6 persen
menjadi 12 persen, sedangkan pengangguran dianggap normal
pada status dibawah 4 persen. Selain itu, pasca Tsunami yang
melanda Aceh pada 24 Desember 2004 yang silam, tidak ada
pembangunan ekonomi fundamental yang dilakukan di Banda
Aceh sebagai basis dukungan ekonomi Aceh saat ini [8].
Guna mengetahui bagaimana suatu wilayah itu dapat
bertahan atau berhasil dalam menghadapi tekanan ekonomi
yang menimpa wilayahnya maka diperlukan sebuah kajian
yang tepat terhadap kondisi perekonomian di wilayah tersebut.
Sebuah kajian yang terpadu terhadap kondisi wilayah saat
mendapat tekanan ekonomi memerlukan pemahaman sejak
terjadinya tekanan ekonomi di suatu wilayah termasuk cara
pengukurannya dan selanjutnya disambungkan dengan
pemahaman tentang upaya pemulihan kondisi yang cenderung
2
C. Analisis Tingkat Kerentanan dan Ketahanan Berdasarkan
Berbagai Aspek Dalam Resiliensi Ekonomi di Pesisir Kota
Banda Aceh
Analisa yang digunakan dalam penentuan tingkat kerentanan
dan ketahanan dengan menggunakan analisa AHP (Analytical
Hierarchy Process). Sebelum menggunakan teknik analisa
AHP sebelumnya ditentukan dulu faktor-faktor dari variabel
kerentanan dan ketahanan dalam aspek resiliensi ekonomi di
Pesisir Kota Banda Aceh. Adapun tahapan AHP sebagai
berikut.
Variabel penentu tingkat kerentanan dan ketahanan Masyarakat
Berdasarkan Dalam Berbagai Aspek Resiliensi Ekonomi
Gambar. 1. Peta Orientasi Wilayah Penelitian Kawasan Pesisir Banda Aceh
menurun akibat adanya tekanan ekonomi sehingga nantinya
terjadi perubahan - perubahan yang mengarahkan
pengembangan suatu kota dilihat dari resiliensi ekonomi
wilayah agar wilayah tersebut mampu beradaptasi secara tepat,
sesuai dengan kondisi dinamis yang menyertai dinamika
pertumbuhan wilayah. Untuk itu penelitian ini akan
menganalisa seberapa besar ketahanan kota pesisir Banda
Aceh dilihat dari resiliensi ekonomi daerah tersebut.
Penyusunan model hirarki pada masing-masing aspek (kerentanan &
ketahanan)
Membuat isian pembanding berpasangan antar variabel (Uji Matriks
Pearson)
Sintesa perbandingan untuk mendapatkan prioritas (Uji Normalisasi)
Uji Konsistensi CR ≤ 0,1
II. METODE PENELITIAN
A. Tahap Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dibagi kedalam dua metode yaitu
secara primer dan sekunder. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan survey primer dimana data diperoleh dari
hasil pengamatan atau observasi lapangan secara langsung,
wawancara dan kuisioner. Metode pengumpulan data sekunder
dilakukan untuk mendapatkan data, informasi dan peta yang
sudah tersedia di sejumlah instansi dan literatur terkait seperti
dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Banda Aceh,
Bappeda Kota Banda Aceh dan BPS Kota Banda Aceh.
Sedangkan data survey yang digunakan berupa monografi
Kota Banda Aceh, data sosial ekonomi dan data prasarana dan
sarana perekonomian Kota Banda Aceh.
B. Metode Analisa
Untuk menentukan tingkat kerentanan dan ketahanan
kawasan pesisir Kota Banda Aceh berdasarkan berbagai aspek
resiliensi ekonomi di Kota Banda Aceh dengan mengacu pada
satu tujuan. Menganalisa tingkat kerentanan dan ketahanan
ekonomi berdasarkan berbagai aspek dalam resiliensi ekonomi
di pesisir Kota Banda Aceh dengan analisa AHP untuk
mendapatkan faktor penentu dan yang paling berpengaruh
yang nantinya akan di skoringkan untuk mendapatkan tingkat
dari kerentanan dan ketahanan.
Sintesa akhir: mengalikan bobot variabel dengan nilai stakeholder
Merata-ratakan hasil sintesa akhir seluruh responden
Merumuskan variabel penentu tingkat kerentanan dan ketahanan
Masyarakat Berdasarkan Dalam Berbagai Aspek Resiliensi Ekonomi
Gambar 2. Bagan Alir AHP secara keseluruhan
Untuk menentukan tingkat kerentanan dan ketahanan di
kawasan pesisir Banda Aceh dilakukan penentuan bobot dari
masing-masing variabel penyebab kerentanan dan ketahanan di
wilayah studi. Bobot dari variabel prioritas tersebut didapatkan
berdasarkan hasil analisa sebelumnya yaitu AHP. Berdasarkan
penjumlahan hasil pengalian masing-masing variabel
kerentanan dan ketahanan didapatkan nilai tingkat kerentanan
dan ketahanan dengan skor yang didapatkan dengan
menggunakan standar seperti contoh dibawah ini.
Tabel 1.
Standar yang Digunakan dalam Penentuan Skor
Kepadatan
penduduk
(jiwa/km2)
Jumlah Penduduk
Skor 1 untuk 0 – 100; Skor 2 untuk 100 – 500;
Skor 3 untuk 500 – 1000; Skor 4 untuk 1000 –
5000; Skor 5 untuk > 5000 (Direktorat Bina
Teknik, Ditjen Prasarana Wilayah, 2001)
jumlah penduduk per Kecamatan (< 10000 untuk
skor 1; 10000-20000 untuk skor 20000-30000
untuk skor 3; 30000-40000 untuk skor 4; >40000
3
untuk skor 5.( Imaduddina, 2011).
Jumlah
kerja
lapangan
Jumlah lapangan kerja (penduduk) di wilayah
penelitian. (skor 1 untuk 2069-3188 jiwa, skor 2
untuk 3189-4308 jiwa, skor 3 untuk 4309-5427
jiwa, skor 4 untuk 5428-6547 jiwa, skor 5 untuk
6548-7666 jiwa)
Jenis
Mata Rasio jumlah penduduk atau komunitas yang
Pencaharian
bekerja disektor rentan terhadap pekerjaan lainnya.
(0-5% untuk skor 1, 6-10% untuk skor 2, 11-25%
untuk skor 3, 25-50% untuk skor 4, >50% untuk
skor 5. (Lestari, 2011).
Jumlah Pendapatan
Skor 1- pendapatan rata-rata lebih dari Rp.
5.000.000,00 per bulan, (2)- pendapatan lebih dari
Rp. 3.500.000,00 s/d Rp. 5.000.000,00 per bulan,
(3)- pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00
s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan, (4)- pendapatan
antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per
bulan,(5)- dibawah Rp. 1.500.000 per bulan (BPS,
2010)
Sumber: Hasil Komparaso Teori, 2013
Kemudian dilakukan perhitungan untuk membagi nilai
interval (nilai tertinggi – nilai terendah) menjadi tiga bagian
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembobotan ini dilakukan
dengan menggunakan teknik analisa skoring dan statistik
deskriptif dalam distribusi frekuensi untuk menentukan nilai
rentang. Adapun langkah-langkah menentukan kelas interval
menurut [9] ialah sebagai berikut:
a. Menetapkan jumlah kelas interval sebanyak dengan
rumus statistik dimana K=1+3,3 log (n).
b. Menghitung rentang data yaitu data terbesar dikurangi
dengan data terkecil.
penilaian kerentanan dan ketahanan. Sehingga dapat
ditentukan kerentanan dan ketahanan berbagai aspek resiliensi
ekonomi sebagai berikut.
Tabel 2.
Variabel dan Parameter Kerentanan Ekonomi
Variabel
Sosial
Jumlah penduduk
Kepadatan penduduk
Ekonomi
Jenis mata pencaharian penduduk
Tingkat pendapatan masyarakat
Variabel
III. HASIL DAN DISKUSI
A. Analisis Tingkat Kerentanan dan Ketahanan Ekonomi
Berdasarkan Berbagai Aspek dalam Resiliensi Ekonomi di
Pesisir Kota Banda Aceh
Dalam analisis tingkat kerentanan dan ketahanan ekonomi
dalam aspek resiliensi ekonomi di kawasan pesisir Kota Banda
Aceh menggunakan dua tahapan analisis yaitu analisis AHP
untuk mendapatkan bobot dari masing-masing variabel dalam
berbagai aspek. Selanjutnya dilanjutkan dengan analisis
skoring untuk mendapatkan tingkat kerentanan dan ketahanan
di kawasan pesisir Kota Banda Aceh.
Penentuan variabel kerentanan dan ketahanan dalam
berbagai aspek resiliensi ekonomi didapat berdasarkan hasil
sintesa tinjauan pustaka yang sesuai dengan penelitian ini.
Variabel ini juga didapat berdasarkan teori-teori dan kondisi di
lapangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap
Parameter yang Diukur
Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat
Jumlah lapangan kerja
Banyaknya lapangan kerja yang
ada pasca terjadinya bencana
gempa dan tsunami di Banda
Aceh
Jumlah pendapatan masyarakat
setelah terjadi bencana gempa
dan tsunami
Tekanan Ekonomi Pasca Bencana
Perubahan lapangan kerja
c. Menghitung penjang kelas yaitu rentang data dibagi
jumlah kelas.
d. Menyusun interval kelas.
Jenis pekerjaan yang terdapat di
wilayah pesisir di Kota Banda Aceh
setelah terjadinya bencana gempa
dan tsunami
Jumlah pendapatan masyarakat
setelah terjadi bencana gempa dan
tsunami
Tabel 3.
Variabel dan Parameter Ketahanan Ekonomi
= (∑ nilai tertinggi - ∑ nilai bobot terendah)
3
Banyaknya penduduk keseluruhan
yang berada di kawasan pesisir
Kota Banda Aceh
Banyaknya jumlah penduduk per
luasan wilayah yang mendiami
kawasan pesisir Kota Banda Aceh
Sumber: Hasil sintesa teori, 2013
Jumlah pendapatan
Nilai rentang :
Parameter yang Diukur
Jenis pekerjaan
Perubahan lapangan kerja yang
beralih profesi dari yang bekerja
di sektor pesisir ke profesi
lainnya
Jenis pekerjaan yang terdapat di
wilayah pesisir di Kota Banda
Aceh setelah terjadinya bencana
gempa dan tsunami
Perubahan struktur ekonomi masyarakat
Distribusi tenaga kerja
Sebaran tenaga kerja di Banda
Aceh pasca gempa dan tsunami
Tingkat migrasi
Banyaknya penduduk/masyarakat
yang pindah akibat bencana
gempa dan tsunami
Sumber: Hasil sintesa teori, 2013
Berdasarkan tahapan dalam penentuan tingkat kerentanan
dan ketahanan maka selanjutnya dilakukan pembobotan
variabel dari masing-masing aspek yaitu kerentanan dan
ketahanan dengan tujuan untuk menentukan bobot dari
masing-masing variabel yang berpengaruh dalam penentuan
tingkat kerentanan dan ketahanan pasca terjadinya bencana.
Berdasarkan hasil dari analisis AHP dengan dikalikan dengan
nilai dari masing-masing stakeholder maka didapatkan bobot
4
dari masing-masing variabel dari variabel kerentanan sebagai
berikut.
a) Jenis mata pencaharian penduduk (0,631)
b) Tingkat pendapatan masyarakat (0,209)
c) Jumlah Penduduk (0,130)
d) Kepadatan penduduk (0,030)
Sama seperti tahapan sebelumnya pada proses penentuan
bobot kerentanan, hal serupa juga dilakukan pada penentuan
bobot ketahanan yaitu melakukan pemetaan nilai dari masingmasing stakeholders yang nantinya akan dikalikan dengan
bobot awal dari masing-masing variabel dari variabel
ketahanan yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil
dari analisis AHP dengan dikalikan dengan nilai dari masingmasing stakeholder maka didapatkan bobot dari masingmasing variabel dari variabel ketahanan sebagai berikut.
a) Jumlah lapangan kerja (0,030)
b) Jumlah pendapatan (0,121)
c) Perubahan lapangan kerja (0,164)
d) Jenis pekerjaan (0,330)
e) Distribusi tenaga kerja (0,306)
f) Tingkat migrasi (0,049)
B.
Penentuan Tingkat Kerentanan dan Ketahanan Melalui
Analisis Skoring
Setelah didapatkan bobot dari masing-masing variabel maka
tahapan selanjutnya adalah penentuan skor untuk masingmasing variabel yang telah ditentukan. Penentuan skor yang
digunakan dalam analisis ini berdasarkan standar yang telah
didapat dari sumber dan kajian-kajian terdahulu dengan
membandingkan data nyata dilapangan berdasarkan empat
kecamatan pesisir yang telah telah ditetapkan sebelumnya
dengan nilai yang telah digeneralkan skalanya.
Selanjutnya untuk menentukan tingkat kerentanan didapatkan
dengan membandingkan bobot skor tertinggi dari variabel
berdasarkan standar yaitu 5 (lima) dengan skor terendah dari
variabel berdasarkan standar yaitu 1 (lima). Kemudian setelah
didapatkan hasilnya maka akan dibagi menjadi 3 (kelas)
berdasarkan interval yang didapatkan. Jadi didapatkan untuk
interval (nilai rentang) untuk tingkat kerentanan dan ketahanan
adalah 1.33. sehingga interval untuk masing-masing tingkatan
adalah sebagai berikut:
1 - 2.33 = tingkat kerentanan dan ketahanan rendah
2.33 - 3.66 = tingkat kerentanan dan ketahanan sedang
3.66 - 5
= tingkat kerentanan dan ketahanan tinggi
Sehingga untuk tingkat kerentanan ekonomi sebagai berikut:
Tabel 4.
Skor Untuk Masing-Masing Variabel Kerentanan Ekonomi di Kecamatan Pesisir Berdasarkan Data Lapangan
No
Kecamatan
Jenis mata pencaharian
penduduk
1
2
3
4
Kuta Raja
Kuta Alam
Meuraxa
Syiah Kuala
318 ( 70% )
782 ( 25% )
365 ( 70% )
447 ( 40% )
5
3
5
4
Variabel Kerentanan Ekonomi
Tingkat pendapatan
Jumlah Penduduk
masyarakat
1.000.000-2.500.000
3.500.000-5.000.000
2.500.000-3.500.000
2.500.000-3.500.000
4
2
3
3
11149
45115
17614
37243
Kepadatan penduduk
3
5
3
4
2064
4423
2426
2679
4
4
4
4
Tabel 5.
Hasil Analisis Skoring di Kecamatan Pesisir Berdasarkan Hasil Pembobotan Kerentanan
No
Kecamatan
Jenis mata
pencaharian penduduk
1
2
3
4
Kuta Raja
Kuta Alam
Meuraxa
Syiah Kuala
0.631 x 5
0.631 x 3
0.631 x 5
0.631 x 4
Variabel Kerentanan Ekonomi
Tingkat pendapatan Jumlah
masyarakat
Penduduk
0.209 x 4
0.209 x 2
0.209 x 3
0.209 x 3
0.130 x 3
0.130 x 5
0.130 x 3
0.130 x 4
Kepadatan
penduduk
0.030 x 4
0.030 x 4
0.030 x 4
0.030 x 4
Hasil
Tingkat
Kerentanan
Ekonomi
4.501
3.081
4.292
3.921
Hasil Tingkat
Kerentanan Ekonomi
Kerentanan Tinggi
Kerentanan Sedang
Kerentanan Tinggi
Kerentanan Tinggi
Sumber: Hasil Analisa, 2014
Sedangkan untuk analisa tingkat ketahanan ekonomi bisa
dilihat sebagai berikut:
Tabel 6.
Skor Untuk Masing-Masing Variabel Ketahanan Ekonomi di Kecamatan Pesisir Berdasarkan Data Lapangan
No
1
2
3
4
Kecamatan
Kuta Raja
Kuta Alam
Meuraxa
Syiah Kuala
Jumlah
lapangan kerja
4508
3
6624
5
5321
3
5791
4
Variabel Ketahanan Ekonomi
Jumlah pendapatan
Distribusi tenaga
kerja
1.000.000-2.500.000
2
4508
3
3.500.000-5.000.000
4
6624
5
2.500.000-3.500.000
3
5321
3
2.500.000-3.500.000
3
5791
4
Jenis pekerjaan
318 ( 70% )
782 ( 25% )
365 ( 70% )
447 ( 40% )
3
5
3
4
5
Tabel 7.
Hasil Analisis Skoring di Kecamatan Pesisir Berdasarkan Hasil Pembobotan Ketahanan Ekonomi
No
Kecamatan
Jumlah
lapangan kerja
1
2
3
4
Kuta Raja
Kuta Alam
Meuraxa
Syiah Kuala
0,306x 3
0,306 x 5
0,306 x 3
0,306 x 4
Variabel Ketahanan Ekonomi
Jumlah
Distribusi
pendapatan
tenaga kerja
0,121 x 2
0,121 x 4
0,121 x 3
0,121 x 3
0.164x 3
0.164x 5
0.164x 3
0.164x 4
Jenis
pekerjaan
0.330x 3
0.330x 5
0.330x 3
0.330x 4
Hasil
Tingkat
Ketahanan
Ekonomi
2.642
4.484
2.763
3.684
Hasil Tingkat
Ketahanan Ekonomi
Ketahanan sedang
Ketahanan tinggi
Ketahanan sedang
Ketahanan tinggi
Sumber: Hasil Analisa, 2014
Berdasarkan hasil analisa tingkat kerentanan dan ketahanan
ekonomi yang telah ditunjukkan dengan analisa skoring,
pemetaan wilayah dapat dilihat Pada Gambar 3 untuk
pemetaan tingkat kerentanan dan Gambar 4 untuk pemetaan
tingkat ketahanan ekonomi.
Gambar 3. Peta Kerentanan Ekonomi Kawasan Pesisir Banda Aceh
Gambar 4. Peta Ketahanan Ekonomi Kawasan Pesisir Banda Aceh
6
IV. KESIMPULAN
- Tingkat ketahanan yang sedang dan tingkat kerentanan
tinggi di dua kecamatan kawasan pesisir Banda Aceh
yaitu Kuta Raja dan Meuraxa menunjukkan adanya
ketidak merataan distribusi kegiatan perekonomian di
kawasan pesisir Kota Banda Aceh.
- Sedangkan tingkat ketahanan yang tinggi dengan
didukung tingkat kerentanan sedang di kecamatan Kuta
Alam menunjukkan sudah mulai adanya pemerataan
distribusi kegiatan perekonomian di kawasan pesisir
Kota Banda Aceh di semua sektor dan peningkatan
kegiatan perekonomian pada sektor yang rentan.
- Sedangkan Kecamatan Syiah Kuala dengan tingkat
ketahanan tinggi dengan didukung tingkat kerentanan
yang tinggi pula menunjukkan masih adanya ketidak
merataan distribusi kegiatan perekonomian di kawasan
pesisir tersebut walaupun masih perlu peningkatan
kegiatan perekonomian pada sektor yang rentan seperti
perikanan
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis R.Z. mengucapkan terima kasih kepada
Pemerintah Propinsi Aceh yang telah memberikan
dukungan finansial melalui Beasiswa Siswa Berprestasi
tahun 2010-2014”. Penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada dosen pembimbing dan dosen penguji
yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
Aceh Poverty. 2008. Aceh Poverty. World Bank Development
Alkadri, et al dkk. 2001. Manajemen Teknologi untuk
Pengembangan Wilayah. Edisi Revisi. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi : Jakarta.
[3] Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh. 2012. Banda Aceh dalam
Angka 2012. Aceh: BPS Kota Banda Aceh
[4] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Aceh.
Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2012. Aceh :
Bappeda Aceh.
[5] Birkmann J. 2006. Measuring Vulnerability to Natural Hazards.
Towards Disaster Resilient Societies. United Nations University:
New York
[6] Brigit Maguire and Sophie Cartwright. 2008. Assessing a
community’s capacity tomanage change: A resilience approach to
social assessment. Australian Government, Bureau Of Rural
Science
[7] Brock WA, K-G Maler and C Perrings. 2003. Resilience And
Sustainability: The Economic Analysis of Nonlinear Systems. In:
Gunderson LH and CS Holling. Panarchy: Understanding
Transformations in Systems of Humans and Nature. Island Press,
Washington,DC.
[8]
Carter WN. 1991. Disaster Management A disaster Manager’s
Handbook. National Library of The Philiphines CIP Data. Asian
Development Bank
[9] Cutter SL et al. 2003. Social Vulnerability to Environmental
Hazards. Social Science Quarterly, Southwestern Social Science
Association 84(2) :242-259
[10] Ditjen Penataan Ruang Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah, Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang di
Indonesia: Tinjauan Teoritis dan Praktis, STTNASYogya
Download