1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara ekologis, wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan yang memiliki dua macam batas yang ditinjau dari garis pantainya (coast line), yaitu batas yang sejajar dengan pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore) (Dahuri et al., 2001). Wilayah pesisir tersebut akan mencakup semua wilayah yang ke arah daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang berkaitan dengan laut seperti pasang surut dan instrusi air laut, dan wilayah ke arah laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi di daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar. Wilayah pesisir yang relatif datar dengan ketinggian yang relatif rendah terhadap muka laut menjadikan wilayah pesisir rentan terhadap semua gejala-gejala alam yang berasal dari lautan, salah satunya adalah kenaikan muka laut (sea level rise). Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) (2001) menyatakan bahwa permukaan laut global rata-rata (global mean sea level) diprediksi akan mengalami kenaikan sekitar 0,09-0,88 meter antara tahun 1900 sampai 2100. Kenaikan muka laut yang disebabkan oleh adanya fenomena pemanasan global akan sangat berdampak pada daerah pesisir. Dampak tersebut dapat berupa peningkatan erosi pantai, penggenangan, dan intrusi air laut ke daratan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang wilayahnya berbatasan dengan Samudera Hindia. Posisi yang menghadap langsung dengan Samudera Hindia dan memiliki karakteristik pantai yang landai menyebabkan pesisir sepanjang pantai selatan Yogyakarta memiliki kerentanan terhadap semua gejala-gejala alam yang berasal dari lautan, termasuk kenaikan muka laut. Menurut Kaiser (2007), kerentanan pesisir adalah suatu kondisi yang menggambarkan keadaan “susceptibility” (mudah terkena) dari suatu sistem alami serta keadaan sosial pesisir (manusia, kelompok atau komunitas) terhadap bencana pesisir. Daerah pesisir merupakan daerah yang cukup penting bagi masyarakat pesisir baik dari segi ekonomi (sebagai kawasan industri dan perdagangan, permukiman, dan pariwisata) maupun konservasi (sebagai kawasan cagar alam dan jalur hijau). Apabila sebagian besar wilayah dari pesisir pantai tersebut mengalami kerusakan akibat kenaikan muka laut, maka akan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, diperlukan suatu studi mengenai analisis kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaan wilayah pesisir sehingga dapat mengurangi kerugian harta benda dan korban jiwa. 1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerentanan wilayah pesisir terhadap ancaman muka laut di pesisir selatan Yogyakarta berdasarkan parameter geomorfologi, perubahan garis pantai, tunggang pasang surut, tinggi gelombang, kenaikan muka laut, dan elevasi.