BAB II Landasan Teori 2.1 Konsep Dasar Komunikasi Pemasaran

advertisement
BAB II
Landasan Teori
2.1 Konsep Dasar Komunikasi Pemasaran
Peran komunikasi pemasaran dalam pengelolaan sebuah perusahaan sangatlah
penting. Terlebih lagi dengan semakin maraknya persaingan bisnis di segala sektor
usaha. Hal ini membuat perusahaan wajib membina komunikasi dan hubungan
dengan pelanggannya supaya tetap dapat bertahan. Oleh karena itu, komunikasi
pemasaran tidak lagi hanya menjadi beban pemikiran divisi pemasaran saja,
melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh divisi. Bisa dikatakan,
komunikasi pemasaran merupakan bagian dari solusi bisnis dan bukan hanya solusi
pemasaran belaka.
2.1.1 Arti Penting Komunikasi Pemasaran
Tugas utama dari perusahaan yang berorientasi pada pasar adalah membangun
dan mempertahankan relasi atau hubungan dengan pelanggannya. Sebuah hubungan
pemasaran mencakup hal penciptaan, pemeliharaan dan pemerkayaan hubungan
untuk jangka panjang dengan pelanggan maupun pihak – pihak berkepentingan
lainnya. Untuk keperluan itu, dibutuhkan komunikasi pemasaran.
Rancangan komunikasi pemasaran seharusnya terpadu secara tepat. Dalam
artian dapat mengkoordinasikan seluruh elemen promosi yang digunakan dan seluruh
1
kegiatan pemasaran lainnya, sehingga semua kegiatan dan elemen pemasaran yang
digunakan dapat menyampaikan pesan yang sama kepada pelanggan.
American Association of Advertising Agencies1 mendefinisikan : komunikasi
pemasaran sebagai sebuah konsep yang bertujuan memberikan nilai tambah pada
sebuah perencanaan yang komprehensif yang mampu mengevaluasi peran strategis
dari berbagai alat komunikasi, dengan maksud memberikan kejelasan konsistensi dan
dampak komunikasi yang optimal.
Selaras dengan definisi di atas, komunikasi pemasaran bertujuan mengarahkan
seluruh kegiatan pemasaran dan aktivitas promosi yang dilakukan agar memiliki
konsistensi, kemanunggalan dalam pesan dan citra yang disampaikan kepada
pelanggan. Dengan demikian apa saja yang dikatakan dan dikerjakan oleh perusahaan
akan mengkomunikasikan pesan dan positioning yang sama kepada pelanggan.
Agar hal tersebut di atas dapat tercapai, ada ada beberapa hal mendasar yang
perlu dilakukan lam saat merencanakan dan mengelola program komunikasi
pemasaran, yaitu : memilih audiens atau atau penerima pesan sasaran, menetapkan
positioning, menentukan sumber penyampai pesan dan merencanakan media
komunikasi.
1
Maureen FitzGerald & David Arnott,.Marketing Communications Classics. Thomson Learning.
London, 2000 Hal 4
2
2.1.2. Memilih Audiens Sasaran
Langkah awal mengembangkan suatu program komunikasi pemasaran adalah
memilih kelompok audiens atau penerima pesan sasaran. Kelompok penerima pesan
sasaran harus dapat diidentifikasi dengan karakteristik yang spesifik dan jelas,
sehingga memudahkan pemasar untuk menentukan program komunikasi pemasaran
yang tepat.2
Agar pemasar dapat memilih audiens sasaran yang tepat, perlu diidentifikasi
terlebih dudu peluang yang ada di pasar, kebutuhan yang belum terpenuhi, harapan
pasar yang belum terjawab. Dengan kehadiran informasi dimaksud, pemasar dapat
mengisi peluang yang ada serta mengkomunikasikannya kepada public.
Perlu diketahui bahwa sebuah program komunikasi pemasaran akan berhasil
bila ditunjang dengan kecakapan pemasar dalam memanfaatkan peluang memberikan
solusi terhadap masalah atau menjawab kebutuhan pasar. Diharapkan, audiens
sasaran akan kan merespon dengan baik sebuah program komunikasi pemasaran.
Saat pemasar memilih audiens sasaran, pemasar akan menemukan peluang
pasar yang sangat luas dan beranekaragam, sehingga pemasar perlu menetapkan
dengan cermat variabel untuk memilah pasar. Sebagai contoh untuk pasar Personal
Computer, dapat dipilah menjadi beberapa segmen, seperti : segmen bisnis, segmen
2
Sumber : Machfoedz, Mahmud,.Komunikasi pemasaran modern. Cakra Ilmu. Yogyakarta. 2010 Hal
50
3
pendidkan, dan segmen individu. Oleh sebab itu, hindari penggunaan variable yang
sudah tidak up-to date lagi.
Jaman mengalami perubahan. Demikian pula dengan variable pembagi pasar
akan terus mengalami perubahan. Oleh karenan itu, perusahaan harus mampu
mencermati fenomena ini bila ingin memperoleh respon yang positif dari program
komunikasi pemasaran yang akan digunakannya.
Selain peluang pasar yang luas, keberadaan dan performa pesaing dalam
pasar juga perlu mendapat perhatian saat
memilih audiens
sasaran. Kelompok
audiens sasaran dimana terdapat pesaing dalam jumlah yang kecil akan tampak lebih
menarik untuk dipilih. Agar pemasar dapat menciptakan keunggulan kompetitif dari
kelemahan pesaing, pemasar perlu mengetahui secara jelas strategi dan kelemahan
pesaing. Bila keunggulan kompetitif dimaksud dapat dikomunikasikan dan dilihat
dengan jelas oleh audiens sasaran, maka audiens akan merespon program komunikasi
pemasaran dengan positif. Dalam hal ini, pemasar harus rasional dalam mengukur
kemampuannya untuk berkompetisi dengan pesaing.
Penetapan Positioning
Kelompok audiens sasaran yang sudah diseleksi memerlukan janji dan
realisasinya dari pihak pemasar. Janji inilah yang awam dikenal dalam istilah
4
pemasaran sebagai “positioning”.3 Positioning produk yang hendak dikomunikasikan
harus jelas, unik, spesifik dan sulit untuk ditiru oleh pesaing, sehingga dapat
memberikan identitas pribadi atas produk itu sendiri. Identitas yang unik dan jelas
akan lebih mudah dikomunikasikan oleh pemasar dan lebih mudah pula dipahami
oleh audiens sasaran. Tapi, menentukan positioning produk tidaklah mudah. Pihak
pemasar harus dapat melihat diri sendiri terlebih dulu untuk menemukan keunggulan
kompetisinya. Barulah keunggulan kompetisi dimaksud, yang tentunya memiliki nilai
jual, dijadikan identitas utama yang sekaligus merupakan positioning dari produk
perusahaan itu sendiri. Tentu saja hal ini akan sangat sulit dilakukan, bila perusahaan
sebagai pihak pemasar tidak pernah mengembangkan kempetisinya, bahkan tidak
pernah memikirkan positioning produknya.
Positioning yang jelas, unik dan spesifik merupakan sumber utama perumusan
materi pesan dari sebuah program komunikasi pemasaran.Hal-hal yang hendak
disampaikan oleh pemasar kepada audiens sasaran merupakan hasil dari
pengembangan dari unsur-unsur yang terkandung dalam positioning produknya.
Dengan demikian, materi pesan dan positioning produk berada dalam satu garis.
Dalam segala kegiatan pemasaran, positioning dimaksud harus menjadi unsur
yang paling menonjol, sehingga audiens sasaran menangkap positioning dimaksud.
3
Sumber : Machfoedz, Mahmud,.Komunikasi pemasaran modern. Cakra Ilmu. Yogyakarta. 2010 Hal
50
5
Seperti yang telah dikemukakan di atas, positioning produk merupakan janji pemasar
kepada audiens sasarannya. Melalui pesan yang dikomunikasikan kepada audiens,
pemasar sedang menawarkan janji dimaksud kepada audiensnya Janji yang sama
dengan positioning produk tadi mewarnai seluruh unsur yang digunakan dalam
sebuah program komunikasi pemasaran. Oleh karena itu, ketepatan dan kejelasan
dalam perumusan positioning produk turut menentukan ketepatan dan kejelasan
penyu sunan pesan komunikasi pemasaran. Pesan yang jelas dan spesifik akan lebih
mudah dipahami oleh audiens sasaran.
Positioning produk harus menjadi jiwa dari keseluruhan pesan. Artinya,
positioning bukan saja menjadi “what” dari sebuah pesan, tapi juga mewarnai “how”
dari penyampaian pesan itu sendiri. Jadi, jika perusahaan menggunakan media iklan
untuk berkomunikasi dengan audiens sasarannya, maka positioning
menentukan
materi pesan, tema pesan, gambar, warna bahkan hingga penataan pesan itu sendiri.
Inilah maksud dari pernyataan positioning menjadi jiwa dari keseluruhan pesan.
Masalah muncul, ketika pemasar tidak memahami hubungan antara
positioning produk dan materi pesan, sehingga kedua unsur tadi tidak saling
mendukung. Konsekuensinya, audiens sasaran tidak dapat menangkap isi pesan
seperti yang diharapkan oleh pemasar dan dana yang sudah dikeluarkan terbuang
dengan percuma. Menentukan Sumber Penyampai Pesan, yang dimaksud sebagai
sumber penyampai pesan di sini bisa merupakan individu dan juga institusi atau
organisasi.
6
Agar pesan benar-benar diterima oleh audiens sasaran, sumber penyampai
pesan harus memiliki kredibilitas. Kredibilitas di sini mengandung 2 unsur, yaitu:
pertama adalah keahlian atau expertise. Artinya, sumber penyampai pesan harus
memiliki keahlian atau kecakapan yang diakui oleh public. Unsur kedua adalah dapat
dipercaya
atau
trustworthiness.
Artinya,
sumber
penyampai
pesan
harus
memperhatikan etika berkenaan dengan membangun kepercayaan yang berlaku
dalam masyarakat. Tidaklah etis untuk mengkomunikasikan sesuatu yang tidak benar
atau merupakan suatu kebohongan. Jadi, sumber penyampai pesan harus dapat
membangun kepercayaan di benak audiens sasaran.
Kedua unsur yang telah diungkapkan di atas turut menentukan kesuksesan
sebuah program komunikasi pemasaran. Pesan yang berasal dari sumber yang
memiliki kedua unsur dimaksud akan berpeluang untuk mempengaruhi kepercayaan,
opini, sikap dan perilaku dari penerima pesan, sehingga si penerima pesan yang
mengintegrasikan opini atau sikapnya selaras dengan pesan yang diberikan akan
mengingat pesan tadi.
2.2 CSR
Banyak istilah tentang tanggung jawab perusahaan, dalam perudang-undangan
menggunakan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau corporate social
responsibility atau kadangkala orang menyebut juga dengan business social
responsibility atau corporate citizenship atau corporate responsibility atau business
7
citizenship. Istilah-istilah diatas sama artinya dan sering digunakan untuk merujuk
pengertian CSR. CSR walau masih sangat sedikit tapi sudah diatur secara tegas di
Indonesia, yaitu dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-5/MBU/2007
tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan, khusus untuk perusahaan-perusahaan BUMN.
Terdapat dua jenis konsep CSR, yaitu dalam pengertian luas dan dalam
pengertian sempit. CSR dalam pengertian luas, berkaitan erat dengan tujuan
mencapai
kegiatan
ekonomi
berkelanjutan
(sustainable
economic
activity).
Keberlanjutan kegiatan ekonomi bukan hanya terkait soal tanggungjawab sosial tetapi
juga menyangkut akuntabilitas (accountability) perusahaan terhadap masyarakat dan
bangsa serta dunia internasional. CSR dalam pengertian sempit dapat dipahami dari
beberapa peraturan dan pendapat ahli berikut:
1. Menurut (Widjaja & Yeremia, 2008)4 CSR merupakan bentuk kerjasama antara
perusahaan (tidak hanya Perseroan Terbatas) dengan segala hal (stake-holders) yang
secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan perusahaan untuk tetap
menjamin keberadaan dan kelangsungan hidup usaha (sustainability) perusahaan
tersebut. Pengertian tersebut sama dengan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan,
yaitu merupakan komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat
pada umumnya (Widjaja & Yani, 2006). Menurut UUPT 2007 pengertian CSR dalam
4
Gunawan Widjaja, Yeremia Ardi Pratama,. Resiko hokum & bisnis perusahaan tanpa CSR. Forum
Sahabat. Jakarta. 2008 hal 85.
8
Pasal 1 angka 3 menyebutkan tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah komitmen
perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
2. UUPM 20075, dalam penjelasannya pasal 15 huruf b disebutkan tanggungjawab
sosial perusahaan adalah tanggungjawab yang melekat pada setiap perusahaan
penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,seimbang, dan
sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Tampak
bahwa UUPT 2007 mencoba memisahkan antara tanggung jawab sosial dengan
tanggung jawab lingkungan, yang mengarah pada CSR sebagai sebuah komitmen
perusahaan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam upaya
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan.
3. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-5/MBU/20076
tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan, konsep CSR dapat dipahami dalam Pasal 2 bahwa menjadi ke-wajiban
bagi BUMN baik Perum maupun Persero untuk melaksanakannya.
4. World Business Council for Sustainable Development7 didefinisikan sebagai
komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi
berkelanjutan dengan memperhatikan para karyawan dan keluarganya, masyarakat
sekitar serta public pada umumnya guna meningkatkan kualitas hidup mereka.
5. Menurut (Kotler & Nance, 2005)8 mendefinisikannya sebagai komitmen korporasi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui kebijakan praktik
bisnis dan pemberian kontribusi sumber daya korporasi. Dari pengertian tersebut
tampak bahwa CSR merupakan social responsibility dan perusahaan dalam
hubungannya dengan pihak internal dan eksternal perusahaan.
5
Diakses lewat www.hukumonline.com pada bulan Mei 2015
6
Diakses lewat www.hukumonline.com pada bulan Mei 2015
7
World Business Council for Sustainable Development,.Corporate Social Responsibility. America.
1999 hal 20
8
Philip Kotler, Nancy Lee,. CSR : Doing the most good for your company & your cause. Wiley. Canada.
2005 hal 98.
9
2.2.1. Cara Penerapan CSR
Sehubungan dengan pentingnya CSR dalam perusahaan, perlu juga dibahas
bagaimana cara perusahaan mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya.
Perusahaan-perusahaan yang ingin menerapkan CSR dapat memilih berbagai macam
bentuk inisiatif sosial. Kotler dan Lee9 menyebutkan bahwa setidaknya ada 6 opsi
untuk “berbuat kebaikan” (Six options for Doing Good) sebagai inisiatif sosial
perusahaan yang dapat ditempuh dalam rangka implementasi CSR, yaitu:
1.
Cause Promotions
Suatu perusahaan dapat memberikan dana atau beberapa macam kontribusi lainnya,
ataupun sumber daya perusahaan lainnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
atas suatu isu social tertentu, ataupun dengan cara mendukung pengumpulan dana,
partisipasi dan rekruitmen sukarelawan untuk aksi social tertentu. Contohnya
perusahaan kosmetika terkemuka di Inggris, The Body Shop, mempromosikan
larangan untuk melakukan uji produk terhadap hewan. The Body Shop sendiri
mengklain bahwa produk-produk yang dijualnya tidak diuji coba terhadap hewan. Hal
ini dapat dilihat pada kemasan produk-produk The Body Shop yang mencantumkan
kata-kata against animal testing.
2.
Cause Related Marketing
Suatu perusahaan dalam hal ini berkomitmen untuk berkontribusi atau menyumbang
sekian persen dari pendapatannya dari penjualan suatu produk tertentu miliknya
untuk isu sosial tertentu. Contohnya seperti Unilever yang memberikan sekian persen
dari penjualan sabun produksinya Lifebuoy, untuk meningkatkan kesadaran hidup
bersih dalam masyarakat, dengan cara membangun fasilitas kamar kecil dan wastafel
di sekolah-sekolah, terumata di daerah-daerah terpencil. Kemudian Danone, yang
juga merupakan produsen air mineral AQUA memberikan sekian persen hasil
penjualannya untuk membangun jaringan air bersih di daerah sulit air di Indonesia.
9
Philip Kotler, Nancy Lee,. CSR : Doing the most good for your company & your cause. Wiley. Canada.
2005 hal 98.
10
3.
Corporate Social Marketing
Corporate social marketing ini dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk mengubah
perilaku masyarakat (behavioral changes) dalam suatu issue tertentu.
Biasanya corporate social marketing, berfokus pada bidang-bidang kesehatan,
keselamatan, lingkungan hidup dan masyarakat.
4.
Corporate Philantrophy
Dalam hal ini, suatu perusahaan secara langsung dapat memberikan sumbangan,
biasanya dalam bentuk uang tunai. Pendekatan ini merupakan bentuk implementasi
tanggung jawab sosial yang paling tradisional. Contohnya suatu perusahaan dapat
langsung memberikan bantuan uang tunai ke panti-panti sosial, ataupun apabila tidak
uang tunai, dapat berupa makanan ataupun alat-alat yang diperlukan.
5.
Community Volunteering
Dalam hal ini, perusahaan dapat mendukung dan mendorong pegawainya, mitra
bisnis maupun para mitra waralabanya untuk menjadi sukarelawan di organisasiorganisasi kemasyarakatan lokal.
6.
Socially Responsible Business Practices
Misalnya perusahaan dapat mengadopsi dan melakukan praktek-praktek bisnis dan
investasi yang dapat mendukung isu-isu sosial guna meningkatkan kelayakan
masyarakat (community well-being) dan juga melindungi lingkungan.
Dari 6 uraian diatas, perusahaan dapat mengimplementasikan satu atau
beberapa opsi yang ada untuk menerapkan CSR, yang disesuaikan dengan kondisi
perusahaan itu sendiri. Kembali kepada perusahaan untuk menentukan inisiatif mana
yang akan diambil.
2.3 Corporate Social Marketing
Corporate Social Marketing (CSM) memiliki dasar yang kuat dalam konsep
umum sosial marketing. Konsep ini telah dibuat diawal tahun 1970 oleh Kotler
(1972) dimana Kotler mendefinisikan konsep Corporate Social Marketing :
11
“Konsep sosial marketing peranan penting dalam tugas suatu perusahaan untuk dapat
melihat kebutuhan, keinginan, dan ketertarikan target market dan pada akhirnya dapat
memenuhi kepuasan pelanggan dengan cara yang efektif dan efisien yang dapat
memelihara dan meningkatkan kehidupan dan lingkungan masyarakat sekitar”
Corporate Social Marketing (CSM) adalah bagian dari beberapa konsep
Corporate Social Responsibility (CSR), dimana konsep dari CSM ini yaitu upaya dari
suatu perusahaan untuk mengadakan kegiatan yang dapat memberikan pengaruh dan
perubahan positif terhadap perilaku masyarakat atau lingkungan sekitar. Dalam
konsep ini perusahaan langsung juga dapat membangun awareness akan produk atau
service perusahaan tersebut lewat kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. CSM
tercakup dalam inisiatif pemasaran persusahaan yang memiliki paling tidak satu
noneconomic objective yang berhubungan dengan kesejahteraan sosial dimana
kegiatan ini menggunakan biaya dan tenaga kerja dari perusahaan itu sendiri.
Ada 4 jenis konsep/tahapan dari Corporate Social Marketing dimana
pelaksanaanya sendiri dapat disesuaikan dengan objective dari sebuah perusahaan
dalam menjalankan CSM10, yaitu :
10
Sumber : Philip Kotler, Nancy Lee,. CSR : Doing the most good for your company & your cause.
Wiley. Canada. 2005 hal 98.
12
1.
Traditional Philanthropy
Pada dasarnya semua konsep atau tahapan dari CSM adalah turunan dari
Traditional Philanthropy dimana objective didalam konsep tersebut ada terdapat
social goals, traditional marketing dan economic goals. Traditional Philanthropy
merupakan skema inisiatif dari perusahaan dengan tujuan low economic goals.
Sebagai contoh misalnya sebuah perusahaan turut menyumbang dalam sebuah
kegiatan fund raising dengan memberikan cek ataupun duit tunai tanpa melibatkan
karyawan dari perusahaan tersebut, dalam hal ini perusahaan hanya mengeluarkan
dana tanpa harus membuat karyawan ataupun manajemen perusahaan terlibat terlalu
banyak dalam kegiatan tersebut.
Namun dengan konsep ini perusahaan tetap bisa mencapai objectivenya yaitu
social goals dimana perusahaan turut memberikan dampak positif lewat kegiatan fund
raising tersebut, traditional marketing dimana secara tidak langsung brand awareness
perusahaan bisa terangkat lewat kegiatan tersebut, dan yang teakhir economic goal
dimana dengan naiknya brand awareness secara tidak langsung dapat membuat orang
aware dengan produk perusahaan tersebut dan bisa melakukan pembelian. Secara
langsung mungkin konsep Traditional Philanthropy tidak terlalu memberikan
keuntungan yang signifikan kepada perusahaan karena keuntungan yang dinilai dari
konsep ini bersifat indirect dan bersifat long term investment dengan harapan
kegiatan ini akan membangun value dari perusahaan itu.
13
2. Strategic Philanthropy
Strategic Philanthropy lebih berfokus kepada fungsi dan budget kegiatan yang
mengacu kepada objektif strategi perusahaan dan market yang dituju. Strategic
Philanthropy mengacu kepada economic goal yang lebih kuat jika dibandingkan
dengan Traditional Philanthropy.
Sebagai contoh perusahaan Johnson & Johnson memberikan 52 juta dollar
dan produk mereka seharga 70 juta dollar kepada sebuah rumah sakit di Belanda pada
tahun 1997. Menurut Johnson & Johson konsep ini adalah cara yang lebih atraktif,
karena mereka dapat membangun value akan perusahaan mereka lewat membagi
bagikan produk mereka secara gratis kepada market yang sesuai dan juga membantu
memberikan donasi kepada mereka.
3. Sponsorship
Sponsorship merupakan ekstensi dari Philanthropy yang membuat perusahaan
dapat mengikat nama mereka lewat kontribusi yang mereka lakukan secara langsung
untuk suatu kegiatan sosial yang dilakukan oleh pihak lain. Perusahaan memberikan
kontribusi secara langsung bisa berupa uang tunai, produk, service atau apapun yang
sesuai dengan kebutuhan dari kegiatan sosial yang dilakukan. Saat ini konsep
sponsorship sangat terkenal dan sering dipakai oleh kebanyakan perusahaan untuk
menghindari beberapa kegiatan advertising yang tidak efektif.
14
4. Strategic Volunteerism
Pada konsep ini perusahaan dituntut untuk dapat memberikan perubahan
positif kepada beberapa permasalahan yang ada ditengah lingkungan masyarakat.
Perusahaan dapat membantu lewat mengadakan program-program tertentu yang dapat
membantu memberikan perubahaan atau solusi terhadap masalah yang ada
dilingkungan masyarakat. Dengan menggunakan strategi marketing, effort atau
pengaruh yang diberikan lewat program yang diberikan secara tidak langsung dapat
dikaitkan dengan produk ataupun service yang ada diperusahaan.
Pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa Mandiri melakukan CSM
nya dengan konsep Strategic Volunteerism dimana Mandiri mengadakan program
Mandiri Sahabatku untuk memberikan pengaruh dan perubahan positif terhadap
permasalahan yang ada dikalangan masyarakat Indonesia saat ini yaitu banyaknya
warga Indonesia yang menjadi TKI diluar negeri padahal seharusnya warga Indonesia
tersebut bisa memiliki usaha sendiri di Negara Indonesia. Permasalahan utama dari
TKI saat ini yaitu kebanyakan dari mereka hanya mau bekerja diluar negeri dan
menjadi pembantu tanpa ada pemikiran untuk bisa memiliki usaha sendiri.
2.3.1 Perbedaan Corporate Social Marketing & Marketing Public Relations
Marketing Public Relations (MPR) merupakan proses perencanaan dan
pengevaluasian program-program yang merangsang pembelian dan kepuasan
15
konsumen melalui komunikasi mengenai informasi yang dapat dipercaya dan melalui
kesan-kesan yang menghubungkan perusahaan dan produknya sesuai dengan
kebutuhan,
keinginan,
perhatian
dan
kepentingan
para
konsumen.
(Ruslan,2002:.253)11.
Marketing Public Relations sebagai suatu proses perencanaan, pelakasanaan
dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan
pemuasan konsumen melalui komunikasi yang baik mengenai informasi dari
perusahaan terhadap citra merek (Brand Image) terhadap suatu produk tertentu. (Saka
abadi,1994).12
Praktik Public Relations pada prinsipnya adalah merupakan suatu kegiatan
yang terencana dan suatu usaha yang terus menerus untuk dapat memantapkan dan
mengembangkan itikad baik (goodwill) dan pengertian yang timbal balik (mutual
understanding) antara suatu organisasi dengan masyarakat. Marketing Public Relation
merupakan sebuah proses perencanaan, eksekusi dan evaluasi program-program yang
mendorong atau menganjurkan pembelian dan kepuasan konsumen melalui
komunikasi yang kredibel dalam menyampaikan informasi dan menciptakan impresi
yang menidentifikasi perusahaan dan produknya dengan kebutuhan, keinginan,
perhatian, dan kepentingan konsumen.
11
Rosady Ruslan,.Praktik dan Solusi Public Relations dalam situasi Krisis dan Pemulihan Citra. Ghalia
Indonesia. Jakarta. 1994 hal 253
12
Saka Abadi,.Marketing Public Relations Upaya Memenangkan Persaingan. Lembaga Management
FeUI. Jakarta hal 46
16
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Marketing Public Relation
(MPR) sangat berbeda dengan Corporate Social Marketing (CSM). Karena MPR
tetap berfokus kepada penjualan produk/service dari sebuah perusahaan, sedangkan
CSM tidak berfokus pada penjualan namun kepada upaya positif yang dilakukan
kepada lingkungan sekitar perusahaan tanpa ada unsur penjualan produk/service
namun dengan harapan brand image dan awareness perusahaan yang positif terjaga.
2.3.2 Komunikasi Persuasif Dalam CSM (Corporate Social Marketing)
Theory of persuasion13 bisa digunakan dalam sebagai salah satu dasar untuk
melaksanakan Corporate Social Marketing (CSM). Teori ini membahas mengenai
cara untuk mempengaruhi dalam hal kepercayaan (belief), nilai (value), motif
(motive), perilaku (attitude), serta kebiasaan (behavior) orang maupun khalayak
mengenai suatu hal namun tanpa tindakan yang memaksa baik. Teori ini menekankan
bahwa untuk membujuk (persuade) seseorang membutuhkan alasan yang relevan dan
sesuai dengan kehidupan dan lingkungan orang yang akan dipengaruhi. Biasanya
teori ini digunakan di dalam bidang pemasaran serta periklanan, namun, teori ini juga
cukup erat kaitannya dengan bagaimana suatu perusahaan melaksanakan CSM-nya.
13
James Price Dillard,.The Sage Handbook of Persuasion. Sage Publications. London. 2002 hal 78
17
Dalam CSM, hal yang ingin dilaksanakan tentunya membuat khalayak
percaya akan reputasi positif mereka serta reputasi dimana keberadaan perusahaan
tersebut tidak memiliki ancaman negatif apapun bagi masyarakat. Theory of
Persuasion ini kemudian akan sangat tepat dalam membantu kegiatan CSM untuk
melakukan kegiatan persuasif-nya terutama dalam memilih metode serta efek apa
yang nantinya akan terjadi jika metode tersebut dilangsungkan. Kegiatan CSM juga
dapat dikatakan tidak jauh dengan tindak pemasaran karena bagaimanapun juga
mereka mengemas dan kemudian memasarkan citra mereka ke masyarakat,
walaupun, sekali lagi, bukan tujuan tersebutlah yang menjadi fokus utama kegiatan
CSM. Oleh karena itu, persuasif sangat dibutuhkan untuk membujuk masyarakat agar
mau menerima citra yang diberikan oleh perusahaan tersebut dan kemudian
mempercayainya sebagai sesuatu yang benar.
Persuasi bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara
rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang
dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasi yang dilakukan secara emosional,
biasanya menyentuk aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan
emosional seseorang. Melalui cara emosional, sepek simpati dan empati seseorang
dapat digugah.
Dari beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, tampak
bahwa persuasi merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi
sikap, pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal.
18
Komponen-komponen dalam persuasi meliputi bentuk dari proses komunikasi yang
dapat menimbulkan perubahan, dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan
secara verbal maupun nonverbal.
2.3.3
Komunikasi Persuasif
Persuasi merupakan usaha untuk mengubah sikap melalui penggunaan pesan,
berfokus terutama pada karakteristik komunikator dan pendengar. Sehingga
komunikasi persuasif lebih jelasnya merupakan komunikasi yang berusaha untuk
mengubah sikap receiver melalui penggunaan pesan yang dilakukan sender.
De Vito menjelaskan komunikasi persuasif dalam buku Komunikasi
Antarmanusia sebagai berikut14: “Pembicaraan persuasif mengetengahkan
pembicaraan yang sifatnya memperkuat, memberikan ilustrasi, dan menyodorkan
informasi kepada khalayak. Akan tetapi tujuan pokoknya adalah menguatkan atau
mengubah sikap dan perilaku, sehingga penggunaan fakta, pendapat, dan himbauan
motivasional harus bersifat memperkuat tujuan persuasifnya.”
Dari penjelasan tersebut, De Vito mengemukakan terdapat dua macam tujuan
atau tindakan yang ingin kita capai dalam melakukan pembicaraan persuasif. Tujuan
tersebut dapat berupa untuk mengubah sikap atau perilaku receiver atau untuk
memotivasi perilaku receiver.
Agar dapat mengubah sikap, perilaku, dan pendapat sasaran persuasi, seorang
persuader harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
14
Joeseph A. De Vito. Human Communication. America, 2011 hal 120.
19
1) Kejelasan tujuan
Tujuan komunikasi persuasif adalah untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku. Apabila bertujuan untuk mengubah sikap maka berkaitan dengan aspek
afektif, mengubah pendapat maka berkaitan dengan aspek kognitif, sedangkan
mengubah perilaku maka berkaitan dengan aspek motorik.
2) Memikirkan secara cermat orang yang dihadapi
Sasaran persuasi memiliki keragaman yang cukup kompleks. Keragaman
tersebut dapat dilihat dari karakteristik demografis, jenis kelamin, level pekerjaan,
suku bangsa, hingga gaya hidup. Sehingga, sebelum melakukan komunikasi persuasif
sebaiknya persuader mempelajari dan menelusuri aspek-aspek keragaman sasaran
persuasi terlebih dahulu.
3) Memilih strategi komunikasi yang tepat
Strategi komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara perencanaan
komunikasi persuasif dengan manajemen komunikasi. Hal yang perlu diperhatikan
seperti siapa sasaran persuasi, tempat dan waktu pelaksanaan komunikasi persuasi,
apa yang harus disampaikan, hingga mengapa harus disampaikan.
Komunikasi persuasive sebagai sebuah teknik komunikasi telah dipercaya
efektif dalam mengubah sikap dan perilaku. Beberapa penelitian umumnya
menemukan nilai-nilai persuasive yang dilakukan orang dalam berdiskusi dapat
mengubah perilaku dalam kelompok dibandingkan dengan teknik mendengarkan
20
ceramah atau membaca. Komunikasi persuasive dalam lingkup komunikasi kelompok
merupakan teknik komunikasi yang strategis dalam mendukung tujuan kelompok
karena komunikasi yang dilakukan dalam kelompok kecil bersifat langsung dan tatap
muka sehingga memudahkan upaya perubahan sikap dan perilaku melalui pesanpesan yang bersifat verbal dan non-verbal.
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Illardo (1984:4)15 bahwa “Komunikasi
persuasive adalah proses komunikasi yang merubah keyakinan, sikap, keinginan atau
perilaku yang disadari atau tidak disadari dengan menggunakan pesan verbal dan
pesan non verbal. Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam bidang komunikasi
persuasi, antara lain yang dilakukan oleh Hovland, dkk. Hasil penelitian tersebut
antara lain :
1)
Para ahli (orang yang kompeten) akan lebih persuasive dibandingkan dengan
orang yang bukan ahli.
2)
Komunikator yang menarik dan popular akan lebih efektif daripada
komunikator yang tidak menarik dan tidak popular.
3)
Millman (dalam Tan, 1981:184) melakukan penelitian tentang kepribadian
dan komunikasi persuasive dan menghasilkan bahwa orang yang tingkat
15
Joseph A Illiardo,.Speaking Persuasively. Pennsylvania State University. Macmillan. 1981 hal 90
21
kegelisahannya sedang lebih mudah dipersuasi dari orang yang tingkat
kegelisahannya rendah atau tinggi.
4)
Orang yang berbicara cepat umumya lebih persuasive daripada orang yang
berbicara lambat. Temuan ini bertentangan dengan pendapat umum bahwa
orang yang berbicara cepat kurang dapat dipercaya.
5)
Persuasi dapat diperkaya oleh pesan-pesan yang membangkitkan emosi yang
kuat (khususnya emosi takut) dalam diri orang, terutama ketika pesannya
berisi rekomendasi mengenai bagaimana perubahan sikap dapat mencegah
konsekuensi negative dari sikap yang hendak diubah.
6)
Pesan yang ditujukan untuk merubah sikap tanpa kentara biasanya lebih
berhasil daripada pesan yang tampak dengan jelas memanipulasi kita.
7)
Kadang-kadang manusia lebih mudah terpengaruh oleh persuasi sewaktu
perhatian mereka terpecah oleh kejadian lain daripada sewaktu mereka
menaruh perhatian penuh pada pesan yang disampaikan.
8)
Bila individu yang menjadi sasaran memiliki sikap yang bertentangan dengan
sikap para calon pelaku persuasi maka akan lebih efektif bagi komunikator
untuk melakukan pendekatan dua sisi (two side approach) yang menyajikan
pandangan kedua belah pihak daripada pendekatan satu sisi.
22
DeVito16 menjelaskan bahwa terdapat tiga alat utama dalam melakukan
komunikasi persuasif, yaitu:
1)
Penalaran dan Bukti
Penalaran merupakan proses yang dijalani dalam membentuk kesimpulan
berdasarkan bukti yang ada. Dalam melakukan penalaran memerlukan bukti-bukti
pendukung yang kuat, baru, dan netral atau tidak memihak.
2)
Daya Tarik Psikologis
Daya tarik psikologis dipusatkan pada motif kekuatan-kekuatan yang
menyemangati seseorang untuk mengembangkan, mengubah, atau memperkuat sikap
atau cara perilaku tertentu. Motif yang dapat menjadi sasaran daya tarik psikologis
dapat berupa rasa takut, kekuasaan, kendali, pengaruh, pengakuan, hingga ekonomi
(keuangan).
3)
Daya Tarik Kredibilitas
Kredibilitas mengacu pada kualitas daya persuasi yang bergantung pada
persepsi khalayak akan karakter pembicara. Baron dan Byrne menjelaskan dalam
Psikologi Sosial bahwa komunikator yang kredibel – yang tahu akan apa yang
mereka bicarakan atau ahli mengenai topik atau isu yang mereka sampaikan – lebih
persuasif daripada komunikator yang bukan ahlinya. Gamble dan Gamble17
menerangkan
tentang
seseorang
yang
kredibel
sebagai
berikut:
“If your listener accept you as credible, they probably believe that you are a person
of good character (trustworthy and fair) and are knowlegeable (trained, competent to
16
Joeseph A. De Vito. Human Communication. America, 2011 hal 120.
17
Abne M. Eisenberg, Teri Kwal Gamble,. Painless Public Speaking. University Press of America.
London. 1991 hal 75.
23
discuss your topic, and reliable as source of information) and personable (dynamic,
charimatic, active, and energetic). As a result, your ideas are more likely to get a fair
hearing.”
“(Jika pendengar menerima Anda sebagai seseorang yang kredibel, mereka mungkin
percaya bahwa Anda adalah orang dengan karakter yang baik (yang dapat
dipercaya dan adil), berpengetahuan (terlatih, kompeten untuk mendiskusikan topik
Anda, dan dapat diandalkan sebagai sumber informasi), berkepribadian (dinamis,
kharimatik, aktif, dan energik). Sebagai hasilnya, pemikiran-pemikiran Anda lebih
mungkin untuk didengarkan.)”
Komunikasi komunikasi yang persuasive tidak dapat dilepaskan dari
kemampuan sumber (penyampai pesan) dalam menyampaikan pesannya pada
penerima komunikasi. Hal ini dinyatakan Aristoteles (dalam Rahkmat 1989:289),
“Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia
menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya.” Ini berlaku
umumnya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika kita tidak memiliki
kepastian dan pendapat bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak
berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya, sebaliknya karakternya hampir bisa
disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya.
Karakteristik personal yang dimiliki oleh sumber adalah unsur kredibilitas
yang merupakan komunikasi persuasive. Infante18 menyatakan “Kredibilitas sumber
penting dalam menjelaskan persuasi. Beberapa penelitian menemukan sumber yang
kredibel dapat mempersuasi orang.”
18
Dominic A Infante,.Building Communication Theory. Waveland Press. United States of America.
2009 hal 100
24
Kredibilitas sebagai sesuatu yang dipersepsi penerima tentang seseorang
tentunya dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun demikian, De Vito19
memberikan tiga karakter penting yang cukup relevan yang merupakan identifikasi
kualitas utama kredibilitas, yaitu :
1) Kompetensi, mengacu kepada pengetahuan dan kepakaran yang menurut
khalayak dimiliki oleh pembicara. Unsur-unsur dalam kompetensi yang dapat
dinilai adalah memiliki pengetahuan, pengalaman, kepercayaan diri dan cukup
informative.
2) Karakter, mengacu kepada itikad dan perhatian pembicara kepada khalayak.
Unsur-unsur dalam karakter yang dapat dinilai adalah memiliki rasa keadilan,
perhatian, konsisten, memiliki rasa kesamaan.
3) Karisma, mengacu kepada kepribadian dan kedinamisan pembicara. Unsurunsur dalam karakter yang dapat dinilai adalah memiliki sikap positif, asertif,
bersemangat dan aktif.
Selain faktor-faktor tersebut diatas, yang mempengaruhi kredibilitas
seseorang adalah isi pesan yang disampaikan.
19
Joeseph De Vito,.The Communication Handbook. University Michigan. Michigan. 2007 hal 125
25
2.3.4
Teknik Komunikasi Persuasif
Agar komunikasi persuasif berfungsi dengan baik dan efektif, maka dalam
penyampaian pesan-pesan persuasi harus disertai dengan gaya yang mengesankan,
menawan, dan tidak membosankan. Untuk itu, ada tujuh teknik yang bisa digunakan,
yaitu omisi, inversi, suspensi, antitesis, repetisi, paralelisme, dan aliterasi.20 dengan
pengertian sebagai berikut :
-
Omisi, hanya menggunakan kata-kata atau frase-frase inti. Melalui
pengguanaan pola omisi (penghilangan) berarti mempersingkat bahasa hingga
ke intinya.
-
Inversi, (membalikkan) atau memutarbalikkan susunan kata normal dari suatu
frase atau kalimat. Sebagian besar kalimat yang sering digunakan adalah
deklaratif, jadi satu cara untuk menggunakan kalimat inversi secara efektif
adalah dengan mengajukan pertanyaan.
-
Suspensi, teknik ini akan memunculkan kata kunci di belakangan. Pada
sebagian besar lelucon dan cerita, “semboyan” ditahan atau ditunda sampai
akhir cerita. Hal ini akan menciptakan ketegangan dan mempertahankan
perhatian penyimak. Sehingga pesan yang digayakan seperti ini akan
mengesankan penyimak.
20
Soleh Soemirat,.Komunikasi Persuasif. Universitas Terbuka. Jakarta. 1999 hal 89
26
-
Antitetis, Kata antitesis berarti “kebalikan. Sebuah struktur kalimat yang
menggunakan pola antitesis akan menyeimbangkan dua frase yang
berlawanan untuk mempertinggi perbedaan frase bagi penyimak. Kalimat
sering menggunakan struktur paralel. Misalnya suatu hal yang baik menjadi
orang penting. Tetapi lebih penting menjadi orang yang baik.
-
Repetisi, sebagai seorang penyaji (komunikator) cenderung menggunakan
repetisi (pengulangan) dalam menyampaikan pesannya kepada penyimak
(komunikan). Hal ini bertujuan untuk memberikan tekanan dengan
menggunakan kata kunci atau frase yang sama berulang-ulang. Sehingga
pesan yang disampaikan terlihat mengesankan bagi penyimak (komunikan).
-
Pararelisme, merupakan perangkat ilmu gaya bahasa yang menggunakan kata
atau akar kata yang sama untuk memulai beberapa kalimat atau frase.
Paralelisme sebagaimana repetisi, membubuhkan atau menegaskan kata-kata
kunci, akan tetapi kata-kata kunci atau frase kunci itu diletakan pada awal
kalimat ataupun pada awal pemikiran baru.
-
Aliterasi, Aliterasi menggunakan bunyi (biasanya konsonan awal) yang sama
dalam dua atau lebih kata atau suku kata yang berdekatan untuk menimbulkan
efek yang menyolok atau tidak umum.
27
2.3.5
Daya tarik pesan dalam komunikasi
Menurut Raymond S. Ross (dalam Tankard 1992:176), “Pesan persuasive
adalah upaya mempengaruhi bagaimana penerima memilih atau memutuskan yang
mana informasi untuk diproses.”
Hal ini menunjukkan bahwa penerima memiliki pilihan-pilihan tertentu untuk
menerima informasi yang diterimanya yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
penerima. Lebih lanjut Mary John (dalam Tankard, 1992) menyatakan, “Proses
persuasi terjadi ketika orang menginternalisasi arti atau makna yang diberikan pesan
dalam pilihan suasana yang dirasakan.”
Menurut Goldberg (1985:61)21 “Variabel-variabel pesan dalam komunikasi
kelompok selain terdiri dari kata-kata juga terdiri dari isyarat-isyarat nonvokal serta
ekspresi raut muka yang digunakan oleh anggota kelompok dalam berinteraksi satu
sama lain.” Pesan verbal dan nonverbal merupakan pesan yang secara totalitas dapat
memberikan efek tertentu pada penerima pesan. Pesan verbal lebih kepada
sistematika ucapan, kejelasan kata-kata, mudahnya kata-kata dapat dimengerti. Pesan
nonverbal adalah pesan yang dihasilkan melalui gerakan tubuh, mata, suara, dan
sebagainya, yang mendukung pesan verbal.
21
Larry A. Samovar, Richard E.Porter,. Intercultural Communication. Cengage Learning. Canada. 2012
hal 61.
28
Miller (dalam Fisher, 1990: 367)22 mempergunakan bentuk struktural suatu
pesan untuk membedakan komposisinya ke dalam “tiga buah faktor yang prinsipal”,
yaitu :
(1) Stimuli verbal, yang mencakup kata-kata atau lambang-lambang linguistik
(2) Stimuli fisik, yang mencakup isyarat atau gerakan, ekspresi muka, dsb dalam
suatu interaksi tatap muka
(3) Stimuli vokal, yang mencakup petunjuk paralinguistik berupa kecepatan
berbicara, kerasnya suara, infleksi, penekanan, aksen berbicara, dsb dalam
interaksi tatap muka.
Berbeda dengan Miller, Infante (1990:172) melakukan penelitian tentang
persuasi dan ia membagi pesan dalam beberapa kategori, yaitu struktur pesan, daya
tarik pesan, dan bahasa.
(1) Struktur pesan diteliti dari beberapa variabel seperti ; argumentasi yang kuat
harus ditempatkan pertama (susunan anti klimaks), terakhir (klimaks) atau pada
pertengahan pesan.
-
Apakah dua sisi pesan lebih persuasif daripada satu sisi pesan.
-
Apakah argumentasi yang berlawanan harus diberikan sebelum atau setelah
penyajian;
22
Fisher, W.R,. The Narrative Paradigm : An Elaboration, Communication Monographs. University of
South Carolina Press. Columbia. 1987 hal 367.
29
-
Apakah pembicara penerima harus menyimpulkan argumen.
(2) Daya tarik pesan, meliputi ketakutan, kegelisahan, pembuktian, hadiah, humor,
emosi dan rasa harga diri.
(3) Variabel bahasa termasuk intensitas bahasa dengan menggunakan kualifikasi
argumen, pertanyaan retorika, bahasa pernyataan.
Pesan persuasive merupakan pesan yang strategis untuk mengubah sikap
seseorang dengan melibatkan kesadaran penerima komunikasi dalam menerima
informasi dari komunikator.
2.3.6. Faktor Kepribadian Anggota Kelompok dalam Proses Komunikasi
Persuasif
Kondisi psikologis yang ada pada diri penerima secara individual dapat
menyebabkan sikap dan perilaku mereka berbeda dalam merespons pesan. Namun,
apabila melihat usia mahasiswa sebagai responden yang berusia antara 18 tahun-25
tahun, kondisi psikologis mereka masih tidak stabil sehingga mudah dipersuasi. Hal
ini dibuktikan dengan hasil studi di Amerika yang menyatakan bahwa “Masa muda
(usia 18 s.d. 25 tahun) merupakan masa stabilitas sikap sangat rendah sehingga lebih
mudah dikenai persuasi dibandingkan kelompok usia lainnya.”
30
Salah satu aspek dari diri penerima komunikasi yang dikaji dalam studi
persuasif Hovland dkk. adalah faktor kepribadian. Menurut Allport (dalam
Suryadibrata, 1995:2), kepribadian adalah sama dengan watak, yakni: “Keseluruhan
(totalitas) kemungkinan-kemungkinan bereaksi secara emosional dan vaksional
seseorang yang terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam (dasar,
keturunan, faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur dari luar (pendidikan dan
pengalaman, faktor-faktor eksogen).”
Apabila Allport menyatakan kepribadian atau watak seseorang dipengaruhi
oleh faktor luar dan faktor dalam dari diri seseorang, Purwanto (1996:156)23
menekankan bahwa kepribadian sifatnya lebih khas pada setiap individu. Purwanto
menjelaskan kepribadian sebagai berikut: “Sesuatu yang dinamis, tidak statis atau
tetap saja tanpa perubahan. Ia menunjukkan tingkah laku yang terintegrasi dan
merupakan interaksi antara kesanggupan-kesanggupan bawaan yang ada pada
individu dengan lingkungannya. Ia bersifat psikofisik, yang berarti baik faktor
jasmaniah maupun rohaniah individu itu bersama-sama memegang peranan dalam
kepribadian. Ia juga bersifat unik, artinya kepribadian seseorang sifatnya khas,
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari individu yang lain”
Kepribadian tidak berkembang begitu saja
tetapi
perkembangannya
dipengaruh oleh beberapa faktor yaitu faktor biologis, faktor sosial, dan faktor
kebudayaan.
(1) Faktor biologis, yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau seringkali
pula disebut faktor fisiologis seperti pencernaan, pernapasan, peredaran darah,
kelenjar-kelenjar urat syaraf dll. Keadaan fisik yang berasal dari keturunan
maupun yang merupakan pembawaan sejak lahir itu memainkan peran yang
23
Purwanto,.Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 1996 Hal 78
31
penting pada kepribadian seseorang.
(2) Faktor sosial, yaitu masyarakat, atau manusia-manusia lain disekitar individu
yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Termasuk kedalam faktor sosial
ini adalah, tradisi-tradisi, adat-istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dsb. yang
berlaku dalam masyarakat itu.
(3) Faktor kebudayaan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain ialah :
-
Nilai-nilai, di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang
dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu.
Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki
kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
-
Adat dan tradisi, di setiap daerah terdapat adat dan tradisi yang berlainan
sehingga setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Adat dan tradisi
menentukan cara-cara bertindak dan bertingkah laku manusia-manusianya.
-
Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi
sikap dan tindakannnya. Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan
seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya
kebudayaan masyarakat itu.
-
Bahasa, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri khas
suatu kebudayaaan. Bahasa merupakan alat komunikasi antara individu yang
32
sangat penting juga merupakan alat berpikir bagi manusia.
-
Milik kebendaan (material possesions), yang berupa benda-benda yang
dipunyai serta dipergunakan seperti alat-alat transportasi, alat-alat komunikasi,
hasil kerajinan tangan sampai pada hasil pabrik dengan mesin modern dsb
termasuk juga ke dalam kebudayaan. Hal itu semua sangat mempengaruhi
kepribadian manusia
Kondisi kepribadian penerima pesan memiliki makna dalam komunikasi
persuasif, karena efek dari komunikasi persuasif dapat berbeda sesuai dengan kondisi
kepribadian penerima komunikasi yang berbeda-beda. Sehingga beberapa ahli
memberikan hasil yang berbeda-beda mengenai hubungan antara komunikasi
persuasif dengan kepribadian.
Janis (dalam Tan, 1981: 59)24 menemukan hubungan negatif antara self
esteem dan persuasif, sementara Mc.Guire dan Ryan menemukan hubungan positif.
Bauer (dalam Tan, 1981) melaporkan bahwa keberhasilan yang tinggi dari persuasi
terjadi pada level menengah dari self esteem. Selanjutnya Mc.Guires (dalam
Tan,1981:58) memberikan hubungan persuasif dan kepribadian sebagai berikut:
(1) The mediational principle: Persuasi dijembatani oleh dua tahap pesan yaitu
penerimaan pesan yang meliputi perhatian dan pemahaman pesan. Sedangkan
pengiriman pesan dapat diukur dari perubahan pendapat penerima pesan.
24
Tan AS,.Mass Communication Theories & Research. Grid Publishing. Ohio. 1981 hal 95
33
(2) The combinatory principle: Faktor kepribadian dalam persuasi terkadang
memberikan hasil yang bertentangan dalam hal penerimaan dan pengiriman
pesan. Seperti halnya kegelisahan yang sangat tinggi merintangi penerimaan
pesan , namun memudahkan pengiriman pesan.
(3) The situational weighting principle: Dalam beberapa situasi penerimaan pesan
lebih berarti dibandingkan dengan pengiriman pesan demikian sebaliknya.
Hubungan antara kepribadian dengan persuasif akan beragam dari situasi ke
situasi yang lain tergantung kepada pentingnya penerimaan dan pengiriman
pesan.
(4) The confounded-variable principle: Sebagian besar dari kepribadian kita
saling berhubungan, misalnya harga diri berhubungan dengan kegelisahan,
intelegensia dan depresi. Ketika kita mempelajari kepribadian hanya dari satu
variabel saja dan tidak mengindahkan variabel kepribadian yang lain maka
hasilnya akan tidak memuaskan.
(5) The interaction principle: Kepribadian tidak hanya ditentukan oleh persuasif.
Dalam situasi komunikasi persuasif tertentu hasilnya juga dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain seperti faktor sumber, saluran komunikasi, pesan.
Dalam situasi tertentu pengaruh kepribadian dalam persuasi mungkin
ditentukan oleh interaksi antara variabel-variabel tersebut.
(6) The compensation principle: Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kita
harus terbuka, tetapi jangan terlalu terbuka terhadap pengaruh luar. Apabila
34
kita terlalu tertutup maka akan menyulitkan kita. Dengan kata lain apabila kita
terbuka kita akan menemukan kesulitan untuk memelihara stabilitas pikiran
dan perilaku kita.
2.3.7 Efek Persuasi dalam interaksi kelompok
Sejarah membuktikan bahwa manusia pada dasarnya cenderung untuk
berkelompok. Manusia tidak bisa hidup secara individual. Ia selalu membutuhkan
kehadiran orang lain. Dalam suatu kelompok paling tidak terdapat tiga aspek, yakni
kegiatan, interaksi, dan perasaan (sentiment). Konsep kelompok dapat dikaji dari
berbagai aspek, seperti aspek persepsi, motivasi, tujuan, organisasi, interdependensi,
dan interaksi. Dalam suatu kelompok, akan dijumpai berbagai proses, seperti
persepsi, kebutuhan, interaksi, sosialisasi, struktur kelompok, dan adanya periode
waktu tertentu.
Interaksi di dalam kelompok menimbulkan suatu energi yang membawa
kelompok itu menjadi dinamis. Penggunaan energi kelompok dipengaruhi oleh group
syntality atau kepribadian kelompok. Interaksi di dalam kelompok dapat membentuk
variasi pola kelompok. Kelompok tersebut dapat berupa kooperatif, kompetisi,
konflik, dan kelompok akomodasi. Afiliasi kelompok berperan penting dalam
membentuk sikap, yang dapat mengapresiasikan sejumlah faktor penting, seperti
hubungan kelompok primer, tekanan konformitas dari kelompok, hasrat untuk
berbagi pengalaman dan informasi, serta kecenderungan dalam mengkaji siapa yang
35
paling respek di antara anggota kelompok.
Sementara itu, efek persuasi dalam interaksi kelompok dapat dilihat dari dua
aspek, yakni kepaduan (cohesiveness) dan konformitas (conformity).
1) Kepaduan kelompok (cohesivennes)
Kepaduan (cohesivennes) yaitu :rasa keterikatan anggota kelompok terhadap
kelompoknya wilayah total kekuatan yang mempengaruhi para anggota untuk tetap
dalam kelompok itu (Mulyana,1996). Menurut Shaw (1977) ada empat faktoryang
turut menentukan kohesi suatu kelompok yaitu interaksi, pengaruh sosial
produktivitas kelompok dan kepuasan.
Appelebaum dan Anatol25 menyatakan bahwa suatu kelompok yang
kohesivitasn suatu kelompok yang kohesivitasnya tinggi di tandai dengan adanya
,persahabatan,kerja sama,dan atraksi interpersonal. Bettinghous (1968) mengatakan
bahwa anggota kelompok yang telah kohesiv lebih mudah untuk di persuasi melalui
pemikiran.dimana mereka lebih ditekan untuk seragam di dalam kelompok yang
kehevitasnya tinggi dari pada kelompok yang kohevitasnya rendah.
25
Appelebaum & Anatol,.Communication Research & Service. Arizona State University. Arizona. 1970
hal 79
36
2) Komformitas (Conformity)
Komformitas adalah derajat dimana prilaku seseorang sesuai dengan norma
norma kelompok refrensinya. Suatu kelompok memberikan dua fungsi pada
anggotanya yaitu fungsi normatif dan fungsi komparatif. Fungsi normatif adalah
asimilasi untuk sikap dan nilai untuk kelompok khusus. Fungsi komparatif adalah
penilaian diri melalui perbandingan dengan standar yang ada. Dalam pengertian
fungsi komparatif individu membandingkan dirinya sendiri dengan kelompok
manakala membuat keputusannya sendiri.
Komformitas tumbuh bersama identifikasi dengan kelompok (kohesivitas)
coztanzo,reitan dan shaw menjelaskan bahwa komformitas lebih jauh di pengaruhi
oleh penerimaan terhadap oleh kompetensi mayoritas dan persepsi masing masing
subjek terhadap kompetensinya masing masing manakala memilki kepercayaaan yang
lebih tinggi dari pada kemampuannya untuk membuat keputusan, ia lebih sedikit
menyesuaikan keputusannya dari pada persepsinya terhadap kompetensinnya yang
mungkin rendah. Implikasi masalah ini adalah bahwa kompetensi dan komformitas
adalah nyata dan jelas.
37
Download