ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : OSTEOSARKOMA DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS 17 JUNI-21 JUNI 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Di STIKes Muhammadiyah Ciamis Disusun oleh : SITI NURROHMAH NIM. 13DP277050 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PROGRAM STUDI III KEPERAWATAN CIAMIS 2016 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : OSTEOSARCOMA DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS 17JUNI-21 JUNI 2016 Siti Nurrohmah2 H. Rudi Kurniawan 3. INTISARI Berdasarkan rekapitulasi data yang diperoleh dari rekam medik RSUD Kabupaten Ciamis periode Januari s/d April 2016 di Ruang Dahlia tidak terdapat kasus penyakit Osteosarkoma, tetapi pada saat pengkajian bulan Juni 2016 terdapat kasus penyakit Osteosarkoma Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien Tn. I dengan gangguan sistem Muskuloskeletal menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien mulai tanggal 17 Juni-21 Juni 2016. Tujuan dari asuhan keperawatan yakni mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang diberikan secara langsung dan komperehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil asuhan keperawatan setelah dilakukan pengkajian, muncul masalah yang ditemukan yaitu nyeri berhubungan dengan dekstruksi jaringan saraf, cemas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan gerak, hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentan gerak, resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis bekerja sama dengan perawat ruangan, klien, dan keluarga klien. Penulis menggali data dengan optimal sehingga masalah dapat ditemukan dan dibuat perencanaan dalam mengatasi masalah tersebut. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 5 hari, masalah klien sebagian teratasi. Kesimpulannya yaitu Osteosarkoma merupakan kanker tulang primer yang paling sering terjadi pada individu muda sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan pria dari pada anak perempuan dan wanita, dengan rasio 1,5 : 1 ( Menurut Suhamo & Tobias, 1986 Dalam Kneale, 2011 hal:317 ). Selama asuhan keperawatan penulis melaksanakan observasi langsung serta didukung dengan adanya keterbukaan dan komunikasi baik dari klien dan keluarga klien,namun tidak lupa kerjasama dengan perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan yang optimal. Kata kunci :Osteosarcoma Kepustakaan : 9 buku (2007-2016), 4 website Jumlah Halaman : 81 halaman 1. Judul Karya Tulis Ilmiah 2. Mahasiswa Program Studi D-III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis 3. Pembimbing Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut badan kesehatan dunia ( World Heard Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker +6,25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker pertahun. Di jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, di perkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker pertahun. Menurut Errol untung hutagaluhseorang guru besar dalam Ilmu Bedah Ortopedy Universitas, kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 dan kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31% dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika segera tidak ditangani maka tumor akan menyebar ke organ lain sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy (Nadianus, 2012). 1 2 Kanker tulang Osteosarkoma lebih sering menyerang kelompok usia muda 15 -25 tahun (Pada usia pertumbuhan) menurut Smeltzer. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetepi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui. Osteosarkoma menyumbang sekitar 0,2% dari jumlah kanker. Dalam seluruh dunia, setiap tahun sekitar 2890 orang di diagnosa mengidap Osteosarkoma, sekitar 1410 orang meninggal karena Osteosarkoma. Dalam osteosarkoma yang paling sering dijumpai adalah Osteosarkoma, menempati sekitar 30. Tingkat insiden Osteosarkoma pada usia muda agak tinggi kebanyakan pada usia 10-20 tahun, dengan perbandingan angka osteo sarkoma antara laki-laki dengan perempuan 2 : 1. (Viraguna, 2013) Perawat memiliki peran yang sangat penting agar proses penyembuhan pasien bisaberlangsung lancar. Perawat berperan memberikan dukungan pada pasien dengan melakukan diagnosa. Perawat juga mencari tahu kebutuhan psikososial dan spiritual pasien. Perawat juga hasus memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi pasien di samping membantu klien untuk berhasil melewati berhasil melewati fase penyembuhan. Peran-peran tersebut dijelaskan intervensi keperawatan juga dijelaskan dalam askep kanker, intervensi keperawatan merupakan cara penangananterhadap pasien berdasarkan kondisi yang terjadi. Perawat profesional sangat dibutuhkan dalam penanganan kanker dan penyakit lainnya. Askep kanker merupakan pedoman penting untuk mewujudkan perawat yang profesional dan tanggap dalam menanagani penyakit kanker. 3 Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma ) merupakan tumor tulang maligna primer yang paling sering dan yang fatal,tumor ini ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebab kan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pertama kali klien berobat (Muttaqin, 2008). Dalam QS. Yunus 57 disebutkan; ور َوهُ ًدى ِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجاء ْت ُكم َّم ْو ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَاء لِّ َما فِي الصُّ ُد .ين َ َِو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمن “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Dalam hadits lain Rasulullah pernah menyampaikan, “Hendaknya kamu menggunakan dua macam penawar; madu dan al Qur’an.” (HR. Ibnu Majah dan al Hakim). Semoga dengan temuan ilmiah semakin menguatkan iman kita dan menjadikan Al-Quran dan Sunnah menjadikan pedoman dan penawar. Kanker tulang sebenarnya mirip jenis kanker lain, yaitu pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Jika dilihat dari asal sel kanker tulang dibagi menjadi kanker primer dan sekunder. Kanker tulang primer adalah kanker tulang dari sel tulang itu sendiri. Kanker tulang sekunder adalah merupakan efek penyebaran kanker dari organ lain seperti payudara, paru-paru, dan prostat. Jenis tulang paling banyak terjadi adalah Osteosarkama yakni kanker yang menyerang ketika 4 seseorang berusia belasan tahun, selain Osteosarkoma ada kanker tulang jenis Ewing’s sarkoma yang umum tejadi pada dekade ketiga kehidupan. Pada dekade keempat ada Chondrosarkoma. Kalau usia lanjut yakni dekade keenam yang sering menyerang adalah kanker tulang sekunder (Nadianus, 2012) Kanker tulang dibagi menjadi jinak dan ganas. Yang jinak memang awal pertumbuhannya cepat tetapi ada tahap tertentu akan berhenti. Sedangakan yang ganas mempunyai kemampuan untuk menyebar ke tempat lain. Prevensi kanker tulang memang tidak sebanyak jenis kanker lain. Namun, sebagai gambaran di Amerika Serikat kanker tulang dalam setahun sekitar 2.000 kasus, sedangkan kanker paru bisa mencapai 165.000 dapat dilihat dari perbandingan tersebut bahwa secara jumlah, penderita kanker tulang masih tergolong kecil. Tetapi yang menjadi masalah adalah bahwa sebagian besar penderita kanker tulang datang ke dokter dalam kondisi stadium lanjut. Jarang sekali yang masih terlokalisir atau pada stadium awal.(Nadianus, 2012) Terdapat penyimpangan KDM yang sangat mencolok pada manisfestasi klinis penyakit tulang yaitu dilihat dari jenis kanker dan lokalisasi dari kanker tersebut adapun penyimpangan khususnya dalam bidang KDM (kebutuhan dasar manusia) yaitu antara lain : nyeri, pembengkakan, keterbatasan gerak, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, ganguaan pola istirahat, harga diri turun, menarik diri, gangguan nutrisi (Alfian, 2010). 5 Penanganan Osteosarkoma di kabupaten ciamis di antaranya dilakukan oleh tenaga kesehatan di RSUD Ciamis. Penderita Osteosarkomaberdasarkan data dari RSUD Ciamis dapat diketahui bahwa pada periode Januari s/d April 2016bahwa tidak ada klien dengan penderita Osteosarkoma, tetapi pada saat pengkajian bulan juni 2016 terdapat kasus penderita Osteosarkoma berjumlah satu orang.Penanganan dari pada kasus Osteosarkoma di rumah sakit perlu perawatan yang intensif dikarnakan kasus Osteosarkomaberdampak pada kebutuhan dasar manusia gangguan rasa aman nyeri, gangguan nutrisi, gangguan pola aktivitas, gangguan pola eliminasi, gangguan rasa aman cemas, gangguan citra tubuh, (Smeltzer, B 2012). Hasil pengkajian pada tanggal 17 juni pada Tn. I di Ruang Dahlia RSUD Ciamis dengan diagnosa medis Osteosarkoma penulis menemukan masalah keperawatan pada Tn. I di Ruang Dahlia diantaranya ; 1) Nyeri berhubungan kompresi/dekstrusi jaringan saraf,obstruksi atau jaras saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf 2) Cemas berhubungan (Kanker),ancaman/perubahan dengan pada krisis status situasi kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian perpisahan dari keluarga. 3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau gangguan gerak 6 4) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya. 5) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis Berdasarkan uraian latarbelakang di atas maka penulis tertarik menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan keperawatan pada Tn. I dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Osteosarkoma di Ruang Dahlia RSUD Ciamis Tahun 2016”. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memperoleh pengalaman dan mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung dan komprehensif, meliputi aspek bio-psiko dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan dan mendokumentasikan nya dalam bentuk Karya Tulis. 2. Tujuan khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien secara komperhensif yang terdiri dari pengumpulan data, merumuskan dan memproritaskan masalah dalam Osteosarkoma b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan klien Osteosarkoma c. Mampu membuat rencana keperawatan yang berhubungan dengan Osteosarkoma 7 d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan masalah Osteosarkoma e. Mampu mengevaluasi terhadap tindakan keperawatan dengan masalah Osteosarkoma f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan dengan masalah Osteosarkoma. C. Metode Telaahan Penulis Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptip yaitu berupa studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan, adapun teknik pengumpulan data, dapat dilakukan melalui cara : 1. Wawancara Menanyakan atau tanya jawab yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu ditanyakan baik aspek fisik, mental, sosial, budya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya. 2. Observasi Mengamati prilaku klien dan lingkungannya untuk memperoleh data subjektif tentang masalah kesehatan. 3. Studi Dokumentasi Studi yang meliputi atau berkaitan dengan catatan keperawatan, serta catatan kesehatan lainnya. 4. Pemeriksaan Fisik Malakukan pemeriksaan fisik terhadap klien guna memperoleh data objektif 8 5. Studi kepustakaan Studi melalui literatur dengan melihat dari buku sumber yang berkaitan dengan kasus yang diambil dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah. D. Sistematika Penulisan Dalam system penulisan ini, penulis memberikan data secara umum mengenai uraian pembuatan Karya Tulis. Adapun sistem penulisannya sebagai berikut : BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan secara umum maupun secara khusus, metode penelaahan, sistemmatika penulisan. BAB II Tinjauan pustaka terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinis, penatalaksanaan dan dampak penyakit Osteosarkoma terhadap kebutuhan dasar manusia, tinjauan teoritis asuhan keperawatan dengan Osteosarkoma yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. BAB III Tinjauan kasus meliputi pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan muskuloskeletal : Osteosarkoma yang meliputi tinjauan kasus dan bahasan yang mencakup perencanaan, pengkajian, pelaksanaan, diagnosa evaluasi keperawatan, dan catatan perkembanga. Pembahasan berisi tentang ulasan naratif dari proses keperawatan yang telah dilakukan dan kesenjangan 9 antara pendekatan teoritis dengan pelaksanaan pada kasus asuhan keperawatan dengan Osteosarkoma. BAB VI Simpulan dan saran merupakan pengambilan tindakan terhadap masalah yang ditemukan sesuai dengan tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep dasar 1. Pengertian Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan tumor tulang maligna primer yang paling sering dan yang fatal,tumor ini ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebab kan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pertama kali klien berobat ( Muttaqin, 2008). Osteosarkoma merupakan kanker tulang primer yang paling sering terjadi pada individu muda sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan pria dari pada anak perempuan dan wanita, dengan rasio 1,5 : 1 ( Menurut Suhamo & Tobias, 1986 Dalam Kneale, 2011 hal:317 ). Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor tulang ganas yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering di temukan pada anak-anak, rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki ( Wijaya, 2013 ). 10 11 2. Etiologi Meskipun tidak ada penyebab keganasan tulang yang pasti, ada beberapa faktor yang berhubungan yang kemungkinan menjadi faktor penyebab terjadinya keganasan tulang. Faktor tersebut menurut Muttaqin (2008) adalah : a. Genetik. Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya sarkoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STT). b. Radiasi. Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi. c. Bahan kimia. Bahan kimia seperti Dioxsin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan d. Trauma. Sekitar 30% kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma. Walaupun sarkoma timbul pada jaringan sikatrik lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan. e. Limfedema kronis. Limfedema kronis akibat oprasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma mamma yang dapat radioterapi pasca-mastektomi. f. Infeksi. Keganasan pada jaringan lunak dan tulang juga dapat di sebabkan oleh tulang infeksi parasit, yaitu filariasis. 12 ( Menurut O’sullivan & Sakton, 1997 Dalam Kneale, 2011 hal : 317) Terdapat 5 jenis Osteosarkoma yang utama meliputi : 1) Osteobalastik 2) Kondroblastik 3) Fibroblastik 4) Campuran 5) Telangiektatik 3. Patofisiologi Menurut Nadianus, (2012) Sarkoma osteogenik (osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang terutama lutut. Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan menjadi satu predisposisi. Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor supresor gene yang berperan secara signifikan terhadap tumor ginesis pada osteosarkoma. Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan ada pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa di dalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase 13 secara hematogen paling sering ke paru atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metatase pada saat diagnosis ditegakkan. Adanya tumor ditulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respon osteolitik (destruksi tulang) atau respon osteblastik (permukaan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah. Sementara lainnya ada yang sangat bermasalah dan sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus, dan ujung atas fibia. Timbul dari reaksi tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosterum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif. 4. Klasifikasi Klasifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan kriteria hitologis, jenis diferensiasi sel-sel tumor yang diperlihatkan, dan jenis interseluler matriks yang diproduksi. Dalam hal ini, dipertimbangkan sifat-sifat tumor, asal usur sel, serta pemeriksaan histologis yang menetapkan jenis tumor bersifat jinak atau ganas. Beberapa hal yang penting sehubungan dengan penetapan klasifikasi, Menurut muttaqin, ( 2008 ) hal : 117 14 a. Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan jaringan asal. b. Tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus. c. Sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan unsur-unsur jaringannya, misalnya osteoma dan osteosarkoma. Beberapa tumor hanya disebut dalam satu kelompok yang sederhana, misalnya osteosarkoma. Tabel 2.1 Klasifikasi Tumor Berdasarkan Kriteria Histologis (WHO, 1997) Asal Sel Osteogenik Osteoblastoma Tumor Jinak Osteoma Osteoma osteoid Tumor Ganas Osteosarkoma Osteosarkoma parosteal Kondrogenik Fibroma Kondromiksoid Kondroma Osteokondroma Kondroblastoma Kondrosarkoma Juksta kondrosarkoma kortilal Mesenkim kondrosarkoma Giant cell tumor Mielogenik - Osteoklastoma Sarkoma Ewing Retikulon-Sarkoma Limfosarkoma Mieloma Vaskular: Hemangio-endotelioma Hemangioperistiomaingan Hemangioma Limfangioma Tumor glomus Angiosarkoma Jaringan lunak Fibroma desmoplastik Lipoma Fibrosarkoma Liposarkoma Mesenkimoma ganas Sarkoma ganas takberdiferensiasi Tumor lain Neurinoma Neurofibroma Kordoma Adamantinoma 15 Tumor tanpa klasifikasi Kista soliter Kista anueurisma Kista juksta-artikular Defek metatisis Granuloma eosinofil Displasia fibroma Miositis osifikans Tumor Brown ( Sumber muttaqin, 2008 ) 5. Perspektif pembedahan Tujuan pembedahan adalah mengangkat seluruh tumor dengan batas bedah yang adekuat untuk mencegah lokal ( Grimer, 1996 Dalam Kneale 2011 hal : 323 ) Pembedahan ini dilakukan, baik dengan mempertahankan ekstremitas ataupun amputasi. Beberapa faktor mempengaruhi : 1) Usia 2) Lokasi tumor 3) Hasil fungsional yang di harapkan pascabedah 6. Manifestasi Klinis Pasien dengan tulang tumur datang dengan masalah yang berhubungan dengan tumor tulang yang sangat berfariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat juga nyeri (ringan dan kadang-kadang sampai konstan dan berat), kecacatan yang bervariasi, dan pada suatu saat adanya pertumbuhan tulang yang jelas. Kehilangan berat badan, malaise, dan demam dapat terjadi. Tumor kadang baru terdiagnosis saat terjadinya patah tulang patologik. 16 Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat berkembang lambat atau cepat. Defisit neurologi (misalnya nyeri, progresif, kelemahan, parestesia, parepeglia, retensi urin) harus diidentifikasi awal dan ditangani dengan raninektomi dekompresi untuk mencegah cedera korda spinalis permanen (Smeltzer & Bare, 2012). 7. Penatalaksanaan Penanganan osteosarkoma yang optimum adalah kombinasi kemoterapi dan pembedahan radikal, baik mempertahan kan ekstremitas maupun amputasi. Pendekatan ini telah meningat penatalaksanaan osteosarkoma selama 30 terakhir ini, dengan angka individu dengan sintas sekitar 55% untuk tumor tanpa metatasis pada saat muncul. Respon yang baik pada kemoterapi merupakan faktor prognosis yang penting; jika 90% nekrosis tumor tercapai pada saat reseksi,sintas pasien meningkat secara signifiakan ( O’sullivan & Saxon, 1997 ). Protokol kemotrapi percobaan dengan menggunakan kombinasi obat terus ditinjau, baik secara nasional maupun internasional, untuk mencari penanganan yang optimum (Dalam kneale, 2011 hal : 318 ). 8. Komplikasi Menurut Nadianus, (2012) beberapa komplikasi Osteosarkoma terdiri dari : a. Akibat langsung mengakibatkan Patah Tulang. b. Akibat tidak langsung mengakibatkan Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh. 17 c. Akibat pengobatan mengakibatkan gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemotrapi. 9. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan yang biasa dilakukan Menurut Nadianus, (2012) pada klien Osteosarkoma adalah : a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga kodman dan dekstrusi tulang. b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignasi tumor tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicuirigai d. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor. e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukan adanya peningkatan alkalin fostafase. f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan pernyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. 18 B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Osteosarkoma Proses keperawatan pada pasien tumor tulang, pasien didorong untuk mendiskusikan perjalanan gejala. Selama wawancara, perawat mencatat pemahaman pasien dan keluarganya mengatasi masalah, dan bagaiman pasien mengatasi nyeri yang di rasakannya. Pada pemeriksaan fisik, massa dipalpasi dengan lembut; ukuran dan pembengkakan jaringan lunak yang di akibatkannya, dan nyeri tekan dicatat, pengkajian neurovaskuler dan rentang gerak ekstremitas merupakan data dasar sebagai perbandingan kelak. Mobilitas dan kemampuan pasien melakukan aktivitas sehari-hari di evaluasi (Smeltzer & Bere, 2012) 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar tahap keperawatan pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Oleh karena itu pengkajian harus diteliti secara cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapat di identifikasi (Rohmah, 2008). a. Pengumpulan data 1) Identitas Identitas merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada : 19 a) Identitas klien : nama, umur,jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal operasi, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medis, alamat. b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, alamat. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien sehingga mendorong pasien untuk mencari pertolongan medis. Keluhan utama pada pasien Osteosarkoma adalah nyeri. Menurut Baredero, M (2008) rasa nyeri merupakan salah satu akibat dari penyakit kanker yang paling ditakuti pasien. Sebenarnya, nyeri adalah gejala kanker yang paling akhir. Nyeri dirasakan pada tahap awal karena kanker masih terlokalisasi. Sekitar 5-10% pasien tumor padat merasa nyeri yang mengganggu kegiatan sehari-hari. Lebih dari 90% pasien mengalami nyeri jika pasien mengalami nyeri jika kanker sudah berkembang dan bermetatasis. 2) Riwayat Kesehatan sekarang Riwayat penyakit apa saja adalah satu-satunya faktor yang terpenting bagi petugas kesehatan dalam menegakan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien dengan menggunakan konsep PQRST (Smeltzer & Bere, 2012) 20 P : (Paliatif / provokatif), apakah yang menyebabkan keluhan dan memperingan serta memberatkan keluhan. Q : (Quality / Kwantity), seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta berapa sering keluhan itu muncul. R : (Region / Radiation), lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran keluhan sejauh mana. S : (Scala / Severity), intensitas keluhan dirasakan, apakah sampai mengganggu atau tidak. T : (Timming), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi. 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Perlu diketahui apakah ada penyakit dahulu yang pernah dialami klien yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang, misalnya hipertensi, diabetes melitus, asma. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Perlu diketahui apakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa dengan klien atau penyakit keturunan lain, karena klien Osteosarkoma penyebabnya bisa dari riwayat keturunan (genetik). c. Keadaan Umum 1) Penampilan Meliputi kemampuan fisik klien secara umum biasanya terlihat lemah dan lesu ketika banyak bergerak dan beraktivitas. 21 2) Kesadaran Tingkat kesadaran klien apakah compos mentis (sadar sepenuhnya) dengan GCS 15-14, apatis (acuh tak acuh) dengan GCS 13-12, samnolen (keadaan keasadaran yang mau tidur saja) dengan GCS 11-10, delirium (keadaan kacau motorik) dengan GCS 9-7, sopor (keadaan kesadaran yang menyerupai koma) dengan GCS 9-7, coma (keadaan kesadaran yang hilang sama sekali) dengan GCS <7). 3) Berat badan dan tinggi badan Meliputi berat badan dan tinggi badan sebelum sakit dan sesudah sakit. 4) Tanda-tanda vital Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu : a) Tekanan darah b) Pemeriksaan denyut nadi c) Pemeriksaan respirasi d) Pemeriksaan suhu 5) Pemeriksaan Fisik Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan di dokumentasikan secara persistem yang meliputi: 22 a) Sistem pernafasan Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret pada lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas, auskultasi bunyi napas apakah bersih atau ronchi, serta frekuensi napas. b) Sistem kardiovaskuler Terjadinya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tetapi keadaan tersebut tergantung dari nyeri yang dirasakan individu. c) Sistem pencernaan Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk mengetahui peristaltik usus. d) Sistem persyarafan Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi kranial, dan fungsi sensori mengkaji : Nyeri superfisial, sensasi suhu, sensasi posisi (Fransisca, 2008) e) Sistem penginderaan Pada sistem penginderaan kemungkinan tidak ada gangguan pada klien Osteosarkoma. f) Sistem muskuloskeletal Rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerak persendian tertentu, mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dikatakan klien 23 waktu bergerak, observasi adanya luka, adanya kelemahan dan penurunan toleransi terhadap aktifitas. Pengkajian sistem motorik keseimbangan koordinasi gerakan adalah, cepat, berselang-selang, dan ataksia (Fransisca, 2008) g) Sistem integumen Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, dan fungsi perabaan. Kaji keadaan luka. Pada klien Osteosarkoma terdapat luka dengan panjang tergantung dari luas luka, terdapat kemerahan dan terjadi pembesaran pada daerah luka. h) Sistem endokrin Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau tidak pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak. Biasanya tidak ada masalah pada sistem endokrin. i) Sistem perkemihan Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan dan benjolan. 6) Pola Aktivitas Pada klien Osteosarkoma biasanya aktivitas sehari-harinya terganggu begitu juga pada status personal hygiene akan mengalami perubahan sehingga personal hygiene klien dibantu oleh keluarga atau perawat di ruangan. 24 7) Data Penunjang Menurut Nursalam (2008), data penunjang adala sebagai berikut : a) Data psikologi Emosi klien, konsentrasi klien pada saat diajukan pertanyaan oleh perawat. Menurut Smeltzer (2012) Koping Efektif. Pasien dan keluarganya didorong untuk mengungkapkan rasa takut, keprihatian dan perasaan mereka. Mereka membutuhkan dukungan dan perasaan diterima agar mereka mampu dampak tumor maligna. Perasaan terkejut, putus asa, dan sedih pasti akan terjadi, maka rujukan ke perawat psikiatri, ahli psikologi, konselor atau rohaniawan perlu diindikasikan untuk bantuan psikologik khusus. b) Data sosial Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnya baik ketika dirumah atau dirumah sakit. Biasanya ada perubahan tingkah laku karena menahan nyeri luka operasi yang dirasakan klien. c) Data spiritual Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadah selama sakit. Perlu pula dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya. Aktivitas ibadah klien Osteosarkoma biasanya terganggu. 25 d) Data ekonomi Menurut Smiltzer (2012) kemandirian versus ketergantungan merupakan isu pada klien yang menderita keganasan. Gaya hidup akan berubah secara drastis, keluarga harus didukung dalam menjalankan penyesuaian yang harus dilakukan. 8) Analisa Data Analisa data merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori-teori yang dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian. Menginterprestasikan data atau membandingkan dengan standar fisiologi setelah dianalisa, maka akan didapat penyebab terjadinya masalah pada klien (Nursalam, 2008). 2. Diagnosa Keperawatanklien Osteosarkoma Diagnosa keperawatan yaitu pernyataan yang menguraikan respon insani (status kesehatan atau perubahan pola interaks aktual potensial) individu atau kelompok yang perawat dapat membuat intervensi yang pasti demi kelestarian status kesehatan atau mengurangi, menghilangkan atau mencegah perubahanperubahan (Ningsih, 2012).Serta menurut Smeltzer (2012) pada klien Osteosarkoma masalah kolaboratif, komplikasi potensial berdasarkan pengkajian, komplikasi potensial yang dapat timbul antara lain yaitu, penyembuhan luka lama, defisiensi nutrisi, Infeksi. 26 Pada klien Osteosarkoma terdapat masalah diagnosa keperawatannya sebagai berikut : a. Nyeri berhubungan kompresi/dekstrusi jaringan saraf,obstruksi atau jaras saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf b. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (Kanker),ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian perpisahan dari keluarga. c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau gangguan gerak d. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya e. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis f. Resiko tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan imunologi, perubahan status nutrisi g. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar tentang penyakit ) berhubungan dengan kurang informasi. 3. Perencanaan Perencanaan adalah acuan tertulis sebagai intervensi keperawatan yang direncanakan agar dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga pasien dapat memenuhu kebutuhan dasarnya (Ningsih 2012). 27 a. Nyeri berhubungan kompresi/dekstrusi jaringan saraf,obstruksi atau jaras saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf Tujuan :Klien mengatakan nyeri berkurang Kriteria hasil : 1) Klien mengatakan nyeri berkurang 2) Klien tampak tenang 3) Skala nyeri berkurang 4) Tanda-tanda vital normal Tabel 2.2 Intervensi Dan Rasional Nyeri Intervensi Rasional a. Kajikeluhan nyeri,perhatikan lokasi,frekuensi,durasi, intensitas (skala 1-10) dan faktor pemberat a. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi b. Kaji vital sign c. Ciptakan lingkungan aman dan nyaman Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi b. Untuk mengetahui perubahan pada tekanan darah, nadidan pernafasan yang berhubunga dengan penghilang rasa nyeri memerlukan c. Atur posisi senyaman mungkin, dan posisi semi fowller d. Memberikan dukungan relaksasi dan juga memfokuskan ulang perhatian meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping e. Mengontrol atau mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama dengan cara teurapeutik d. e. Berikan analgetic sesuai indikasi dan kolaborasi (Sumber : Ningsih, 2012) b. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (Kanker),ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian perpisahan dari keluarga 1) Tujuan : klien dan keluarga tidak terlihat cemas 28 2) Kriteria hasil : 3) Klien tidak mengeluh cemas 4) Eksresi tampak tenang 5) Klien dan keluarga memahami informasi yang di berikan Tabel 2.3 Intervensi Dan Rasional Cemas Intervensi Rasional a. Kaji tingkat kecemasan a. Mengetahui tingkat klien dan keluarga b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya b. Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasirsa takut, realisasi sertakesalahan tentang diagnosis c. Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan akan dibuat c. Menjamin sistem pendukung untuk klien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat Beri penjelasan tentang procedure tentang perawatan (Sumber : Ningsih, 2012 d. Diharapkan menurunkan tingkat kecemasan d. c. Defisit kecemasan perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau gangguan gerak Tujuan : klien dapat melakukan perawatan secara mandiri Kriteria hasil : 1) Klien terbebas dari bau badan 2) Dapat melakukan ADL dengan bantuan 29 Tabel 2.4 Intervensi Dan Rasional Devisite Perawatan diri Intervensi Rasional a. Kaji tingkat kelemahan fisik dan kemampuan klien a. b. Kaji personal hygine klien b. c. Bantu klien dalam pemenuhan defisit perawatan diri c. Membantu menentukan tindakan yang akan diberikan sesui kondisi klien Mengetahui sejauhmana kebutuhan klien yang dapat dilakukan sendiri Membantu klien dalam pemenuhan personal hygiene d. Ajarkan teknik personal hygine di tempat tidur d. Memudahkan klien pemenuhan perawatan diri untuk e. Anjurkan pada klien agar selalu hidup sehat e. Hidup sehat dapat terpenuhi agar klien memperoleh kenyamanan dan membuat perasaan menjadi nyaman (Sumber : Ningsih, 2012) d. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya Tujuan : Ada peningkatan mobilitas pada klien Kriteria hasil : 1) Klien meningkat dalam aktivitas fisik 2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas 30 Tabel 2.5 Intervensi Dan Rasional Kerusakan Mobilitas Fisik Intervensi Rasional a. kaji kemampuan dalammobilisasi a. untuk mengetahui kemampuan aktivitas b. latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan b. klien dapat melakukan ADL secara mandiri sesuai kemampuan c. c. agar tidak terjadi cidera d. dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhi kebutuhan ADL berikan alat bantu jika klien meminta bantuan e. ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan (Sumber : Ningsih,2012) e. d. untuk mempermudah mobilisasi klien e. untuk mencegah terjadi lesi tidak agar Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis Tujuan : Tidak terjadi resiko infeksi Kriteria hasil : 1) tidak lagi terjadi kemerahan 2) nyeri berkurang 31 Tabel 2.6 Intervensi Dan Rasional Resiko Tinggi Infeksi Intervensi Rasional a. tingkatkan prosdure mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung sebelum dan setelah bersentuhan dengan klien a. lindungi klien sumber infeksi b. pantau suhu b. peningkatan suhu terjadi karena berbagai faktor misal .proses penyakit atau infeksi c. mengurangi resiko sumber infeksi d. menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit e. membatasi keletihan mendorong gerakan yang cukup mencegah komplikasi statis c. tekankan hygien personal d. ubah posisi dengan sering dan bebas kerutan e. tingkatkan istirahat yang cukup dengan periode latihan dari sumber- (Sumber : Ningsih, 2012) f. Resiko tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan imunologi, perubahan status nutrisi Tujuan : mencegah terjadinya infeksi Kriteria hasil : 1) Tidak terjadi infeksi 2) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi 32 Tabel 2.7 Intervensi Dan Rasional Reiko Tinggi Terjadi Kerusakan Intregitas Kulit Intervensi Rasional a. Kaji kulitdengan sering terhadap efek samping terafi kanker;perhatikan kerusakan/lambat nya penyembuhan luka b. Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering c. Ubah posisi dengan sering d. Anjurkan klien untuk menghindari krim apa salep, dan bedak atasizin dokter e. Tinjau penggunaan tabir surya/blok tabir surya a. Efek samping kemerahan dapat terjadi pada area radiasi b. Membantu kulit mencegah trauma c. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit d. Untuk mencegah iritasi pada kulit e. Melindungi kuli dari sinar ultra violet dan mengurangi resiko reaksi berulang (Sumber : Ningsih,2012) g. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar tentang penyakit ) berhubungan dengan kurang informasi Tujuan : Klien dan keluarga lebih mengetahui penyakitnya Kriteria hasil : 1) Mengetahui sumber informasi yang tepat 33 Intervensi Tabel 2.8 Intervensi Dan Rasional kurang pengetahuan Rasional a. Berikan informasi yang jelas dan akurat b. Berikan pedoman antisipasi pada klien/orang terdekat mengenai pengobatan kemungkinan efek samping c. Beritahu kebutuhan perawatan khusus di rumah, misal kemampuan untuk hidup sendiri, melakukan procedure/pengobatan yang diperlukan. d. Tinjau ulang bersama klien/orang terdekan tentang pentingnya mempertahankan status nutrisi optimal e. Lakukan evaluasi sebelum pulang kerumah sesuai indikasi a. Membantu penilaian diagnosis kanker, memberikan informasi yang di perlukan b. Klien mempunyai hak untuk tahu dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan c. Memberikan informasi mengenai perubahan yang diperlukan d. Memudahkan pemulihan dan memungkinkan klien menoleransi pengobatan e. Membantu dan transisi ke lingkungan rumah dengan memberikan informasi. (Sumber : Ningsih, 2012) 4. Implementasi Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik yang dapat membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah di tetepkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping individu (Nursalam, 2008). 34 5. Evaluasi Menurut Rohmah (2008) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya telah berhasil dicapai. Ada dua jenis mengevaluasi kualifikasi tindakan keperawatan yaitu : a. Evaluasi Formatif Yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai. b. Evaluasi Sumatif Yaitu evaluasi yang telah dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan dan rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien dengan kerangka waktu yang ditetapkan (Rohmah, 2009). Melalui evaluasi memungkinkan perawat atau memonitor kealfaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Adapun evaluasi yang menggunaknan pendekatan dengan format SOAPIER menurut Rohmah (2009) adalah : S :Subjektif Subjektif adalah informasi yang didapat dari klien 35 O : Objektif Objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan. A : Assesment Assesment (pengkajian) adalah suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan masalah atau diagnosis data baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif. P : Planning, Planning adalah rencana tindakan diambil I : Implementasi Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen planning (perencanaan). E : Evaluasi Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan. R : Reassesment Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah diketahui evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan. 36 6. Dokumentasi Dokumen di definisikan segala suatu yang tertulis atau tercetak yang dapat di andalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (Nursalam, 2008) Dokumen asuhan keperawatan susunan catatan dokumen yang berisi tentang riwayat kesehatan pasien, perawat yang di perlukan, dan perawat yang telah diberikan (Nursalam, 2008). Beberapa tekhnik pencatatan dokumen asuhan keperawatan antara lain : a. Pencatatan dengan naratif b. Bentuk naratif merupakan sistem pencatatan yang berbentuk cerita atau kalimat. Pencatatan ini memperlihatkan unsur siapa yang mencatat, mengapa harus mencatat, dimana dan kapan informasi atau data tersebut di dokumentasikan (Nursalam, 2008) c. Pencatatan dengan folow sheet dan chek list d. Flow sheet dan chek list memperlihat perkembangan pasien yang aktual, di untuk memperoleh informasi pasien yang spesifik menurut parameter yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam, 2008). DAFTAR PUSTAKA AL-Qur’an, surah Yunus Ayat-57 Alfian, dkk (2010). Kanker Tulang. Diakses 26 juni 2016. Tersedia di: hhtp://gooogleweb light.com/?litle_url=http2010/kanker_tulang_27.htm/com Baredeo, M (2008). Seri Asuhan Keperawatan Kanker. Jakarta : EGC Fransisca, B (2008). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Selemba Medica Hadis Rasullulah (RR.Ibnu Majah dan AL-Hakim). Kneale, Julia D (2011). Keperawatan ortopedik & trauma. Edisi 2. Jakarta : EGC Muttaqin, A (2008). Asuhan keperawatan klien gangguan sistem muskuloskeletal : buku ajaran. Jakatra : EGC Nadianus, A (2012). Standar asuhan keperawatan osteosarkoma. Diakses 24 juni 2016 tersedia : file:///D:/Materi%20Kuliah%20%20AsKep%20Osteosarkoma%20Agus% 20Nadianus,%20S.%20Kep.htm Ningsih N, Lukman (2012). Asuhan keperawatan pada klien dengan muskuloskeletal. Jakarta: Slemba Medika Nursalam. (2008). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep Praktik. Jakarta : Salemba Medika Rohmah. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Jakarta : EGC Smeltzer & Bare (2012). Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah. Brunner & suddarth Vol 2. Edisi8. Jakarta : EGC Viraguna, (2013). Osteosarkoma. Diakses 27 juni 2016 tersedia di : Hhtp://viraguna.blogspot.com./2013/06osteosarkoma.html?m%3D1&el=2 NtpVEJi&I c=id-ID&5=1&m=658&host=www.google.co.id Wijaya, AS (2013). Keperawatan Medical Bedah 2 (Keperawatan Dewasa). Diakses 25 juni 2016 tersedia : http://googleweblight.com/?lite_url=http://lizatulhandayani.blogspot.com/ 2015/05/askep-osteosarkoma.html?m%3D1&ei=kVi2hn1Y&Ic=idID&s=1&m=838&host=www.google.co.id