Document

advertisement
ISSN: 2805-2754
GAMBARAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS
(Telaah Pustaka)
Oleh
Mahrifatulhijah*)
*) Dosen Tetap Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
Abstrak
Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita dan menjadi
penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut
terjadi di Negara berkembang. Tanpa penatalaksanaan yang adekurat, diperkirakan kematian
akibat kanker serviks akan meningkat 25% dalam sepuluh tahun mendatang. Kajadian kanker
serviks di Indonesia adalah karena penyakit ini tidak menimbulkan gejala, sementara kesadaran
perempuan Indonesia untuk melakukan deteksi dini secara teratur masih rendah.
A. Definisi
karena adanya rangsang dan
Kanker
serviks
adalah
pencetus :
pertumbuhan jaringan abnormal pada
a. Karsinogen kimiawi,
cervik dimana jaringan ini tumbuh
contohnya obat-obatan
meluas dan biasanya ganas (Ilham,
b. Fisika, contohnya radiasi
2010).
c. Makanan
Kanker
serviks
adalah
3. Gaya Hidup/adat/kebiasaan
tumbuhnya sel-sel abnormal pada
a. Kehidupan seksual (gantiserviks. Kanker serviks merupakan
ganti pasangan, intercourse)
kanker yang primer berasal dari serviks
b. Tidak sirkumsisi adanya
(kanalis servikalis dan atau porsio).
hestone
yang
bersifat
Serviks adalah bagian ujung depan
karsinogenik
rahim yang menjulur ke vagina (Ajax,
c. Kawin/senggama pada usia
2010).
muda kurang dari 17
Kanker leher rahim (kanker
tahun/frekuensi banyak
serviks) adalah tumor ganas yang
d. Persalinan berulang-ulang
tumbuh di dalam leher rahim/serviks
4. Penyakit
(bagian terendah dari rahim yang
Peradangan
kanker
menempel pada puncak vagina).
serviks yang menahun dan
Kanker serviks biasanya menyerang
hygiene yang kurang baik. Contoh
manusia berusia 35-55 tahun (Ade,
adanya
peradangan
yang
2010).
disebabkan oleh :
B. Etiologi
a. Streptococcus
Menurut Ilham 2010, etiologi kanker
b. Stapilococcus/enterococcus
serviks meliputi :
c. Neisseria/gonorhoe
1. Endogen
d. Clamidia tracomatis
Berasal dari dalam tubuh, antara
e. Virus herpes simplek tipe 2
lain :
f. Human Papiloma Virus/HPV
a. Hormon penunda kehamilan
5. Lingkungan/geografi/rasial
b. Factor genetik
Adanya
pencemaran
2. Eksogen
lingkungan yang menahun yang
Berasal dari luar tubuh yang
mengandung karsinogen.
biasanya bersifat menahun dan
62
JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:62-67
Menurut Ajax 2010, ada
beberapa factor yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya
kannker serviks, antara lain
adalah:
a. Hubungan seks pada usia
muda atau pernikahan pada
usia muda.
Faktor ini merupakan
faktor resiko utama. Semakin
muda seorang perempuan
melakukan seks, semakin
besar resikonya untuk terkena
kanker serviks.
b. Berganti-ganti
pasangan
seksual.
Perilaku
seksual
berupa gonta-ganti pasangan
seks akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin.
Penyakit yang ditularkan
seperti
infeksi
human
papilloma virus (HPV) telah
terbukti dapat meningkatkan
timbulnya kanker serviks,
penis, dan vulva. Resiko
terkena
kanker
serviks
menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai
partner seksual 6 orang atau
lebih. Di samping itu, virus
herpes kompleks tipe-2 dapat
menjadi faktor pendamping.
c. Merokok.
Wanita
merokok
memiliki resiko 2 kali lebih
besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita
yang tidak merokok. Penelitian
menunjukkan, lender serviks
pada
wanita
perokok
mengandung nikotin dan zatzat lainnya yang ada di dalam
rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan
serviks di samping merupakan
ko-karsiogen infeksi virus.
d. Defisiensi zat gizi.
Ada
beberapa
penelitian yang menyimpulkan
bahwa defisiensi asam folat
dapat meingkatkan resiko
terjadinya dysplasia ringan
dan sedang, serta mungkin
juga meningkatkan resiko
terjadinya kanker serviks pada
wanita yang makanannya
rendah beta karoten dan
retinol (vitamin A).
e. Trauma kronis pada serviks
seperti persalinan, infeksi, dan
iritasi menahun.
f. Pemakaian
DES
(dietilstilbestrol) pada wanita
hamil
untuk
mencegah
keguguran (banyak digunakan
pada tahun 1940-1970).
g. Gagguan system kekebalan.
h. Pemakaian pil KB
i. Infeksi hepes genitalis atau
infeksi klamidia menahun.
j. Golongan ekonomi lemah
(karena
tidak
mampu
melakukan Pap smear secara
rutin).
C. Tanda Gejala
Menurut Greenlite 2010 gejala Ca.
Cervic meliputi :
1. Pada fase prakanker, sering tidak
ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa
ditemukan gejala-gejala sebagai
berikut :
a. Keputihan atau keluar cairan
encer dari vagina. Getah yang
keluar dari vagina ini makin
lama akan berbau busuk
akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
b. Pendarahan
setelah
sanggama
(post
coital
bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan
yang abnormal.
c. Timbulnya perdarahan setelah
masa menopause.
2. Pada fase invasif dapat keluar
cairan
berwarna
kekuning-
Gambaran Pelaksanaan .....................................................
63
kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
a. Timbul gejala-gejala anemia
bila terjadi perdarahan kronis.
b. Timbul nyeri panggul (pelvis)
atau di perut bagian bawah
bila ada radang panggul. Bila
nyeri terjadi di daerah
pinggang
ke
bawah,
kemungkian
terjadi
hidronefrosis. Selain itu, bisa
juga timbul nyeri di tempattempat lainnya.
3. Pada stadium lanjut, badan
menjadi kurus kering karena
kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan boros
usus besar bagian bawah
(rectum),
terbentuknya
fistel
vesikovaginal atau rektovaginal,
atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.
D. Pantofisiologi
Tidak ada tanda dan gejala
yang spesifik dari penyakit ini,
perdarahan merupakan satu-satunya
gejala yang nyata, tetapi sering tidak
terjadi pada awal penyakit sehingga
kanker sudah lanjut pada saat
ditemukan. Karsinoma serviks infasif
terjadi jika tumor menembus epitel
masuk ke dalam stroma serviks, invasi
dapat terjadi pada beberapa tempat
sekaligus dimana sel-sel tumor meluas
kedalam jaringan ikat dan akhirnya
menembus pembuluh limfe dan vena.
Karsinoma serviks infasif dapat
menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, ligamentum kardiale dan
rongga endometrium; invasi ke
pembuluh limfe dan pembuluh darah
dapat menyebabkan metastase ke
tempat-tempat yang jauh.
E. Klasifikasi
Menurut Hilman 2009, ada beberapa
stadium :
Stadium 0 :Kanker
noninvasive,
kanker dini ini kecil dan
64
Stadium I
Stadium II
Stadiu III
Stadium IV
hanya
terbatas pada
permukaan serviks.
:Kanker hanya terbatas
pada serviks.
:Kanker pada stadium ini
termasuk serviks dan
uterus, namun belum
menyebar ke dinding
pelvis atau bagian bawah
vagina.
:Kanker pada stadium ini
telah menyebar dari
serviks dan uterus ke
dinding pelvis atau pada
bagian bawah vagina.
:Pada stadium ini kanker
telah menyebar ke organ
terdekat, seperti kandung
kemih atau rectum, atau
telah
menyebar
ke
daerah lain di dalam
tubuh, seperti paru-paru,
hati atau tulang.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Kurangnya pengetahuan mengenai
prognosis
penyakit
dan
pengobatannya
berhubungan
dengan tidak mengenal sumber
informasi.
Tujuan :
Klien
tercukupi
kebutuhan
pengetahuan mengenai prognosis
penyakit dan pengobatannya
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Klien
mengunggkapkan
informasi akurat tentang
diagnosa
dan
aturan
pengobatan pada tingkat
kesiapan diri sendiri.
b. Melakukan dengan benar
prosedur yang dilakukan.
c. Mampu menjelaskan alasan
tindakan.
Intervensi :
a. Tinjau
ulang
tingkat
pengetahuaan klien tentang
JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:62-67
prognosa
penyakit
dan
pengobatan.
b. Tanyakan presepsi klien
tentang
kanker
dan
pengobatan kanker serta
pengalaman
klien
sendiri/orang lain yang pernah
terkena kanker.
c. Beri informasi yang jelas dan
akurat dengan cara yang
nyata.
d. Berikan pedoman antisipasi
pada klien/orang terdekat
mengenai
protocol
pengobatan, terapi, hasil yang
diharapkan, kemungkinan efek
samping.
2. Kecemasan berhubugan dengan
ancaman kematian, ancaman
perubahan stasus kesehatan,
fungsi peran dan pola interaksi.
Tujuan :
Kecemasan
hilang/berkurang
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Klien/keluarga
mengatakan
perasaan
cemasnya
hilang/berkurang.
b. Tampak rileks.
c. Tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Intervensi :
a. Dorong klien/keluarga untuk
mengungkapkan pikiran dan
perasaannya.
b. Beri ligkungan terbuka dimana
klien merasa aman untuk
mendiskusikan
perasaan/menolak
untuk
bicara.
c. Pertahankan bentuk sering
bicara dengan klien, bicara
dengan menyentuh klien.
d. Bantu klien/orang terdekat
dalam
mengenali
dan
menglarifikasi rasa takut.
e. Beri
informasi
akurat,
konsisten
mengenai
prognosis, pengobatan serta
di dukung orang terdekat.
f. Jelaskan prosedur bahkan
kesempatan untuk bertanya.
g. Tingkatkan rasa tenang dan
lingkungan tenang.
h. Waspadai tanda depresi.
3. Nyeri
berhubungan
dengan
penekaan sel kanker pada saraf,
kematian sel.
Tujuan :
Nyeri hilang/berkurang setelah
dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Klien
mengatakan
nyeri
hilang/berkurang dengan skala
nyeri 0-3.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Intervensi :
a. Tentukan riwayat nyeri :
lokasi, frekuensi, durasi,
intensitas,
dan
tindakan
penghilang yang digunakan.
b. Berikan tindakan kenyamanan
dasar
(reposisi,
gosok
puggung, aktifitas hiburan,
musik, tertawa, dll).
c. Evaluasi penghilang nyeri.
d. Kolaborasi
pemberian
analgetik sesuai indikasi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berdasarkan
dengan
metebolisme
tubuh
meningkat, nafsu makan turun.
Tujuan :
Status nutrisi dipertahankan untuk
memenuhi
kebutuhan
tubuh
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Konjugtiva tidak anemis.
b. Selera tidak ikterik.
c. BB dalam batas normal.
d. Hasil laboratorium dalam
batas normal : Hb
Intervensi :
Gambaran Pelaksanaan .....................................................
65
a. Pantau masukkan makanan
setiap hari.
b. Identifikasi adanya mual,
muntah, anoreksia.
c. Ukur BB setiap hari/sesuai
indikasi.
d. Dorong klien untuk makan
makanan tinggi kalori, kaya
nutrient.
e. Ciptakan suasana makan yag
menyenangkan.
f. Dorong penggunaan tekhik
relaksasi, visualisasi sebelum
makan.
g. Dorong makan sedikit tapi
sering.
h. Kolaborasi :
1) Pemberian obat-obatan
sesuai idikasi : fenotiazin,
kartikosteroid, vitamin,
antacid.
2) Pemeriksaan
laboratorium
sesuai
indikasi : Hb.
5. Resiko tinggi infeksi berdasarkan
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan sekunder adaanya
imunosupresi, supresi sumsum
tulang (efek dari pembatasan dosis
baik kemoterapi maupun radiasi,
malnutrisi).
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi setelah
dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
b. Tanda-tanda vital dalam batas
normal.
c. Hasil laboratorium dalam
batas normal : leukosit.
Intervensi :
a. Tekankan pada pentingnya
hygiene personal, hygiene
oral.
b. Pantau tanda-tanda vital.
c. Berikan perawatan dengan
prinsip aseptic.
66
d. Tempatkan
klien
pada
lingkungan yang terhindar dari
infeksi.
e. Kolaborasi pemeriksaan :
kultur
f. Kolaborasi
pemberian
antibiotic.
g. Kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium : leukosit.
6. Gangguan
bodi
image
berdasarkan dengan penyakit,
kemoterapi.
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan bodi image
setelah
dilakukan
tindakkan
keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Klien mengatakan dapat
menerima perubahan pada
tubuhnya.
b. Klien
dapat
berinteraksi
dengan baik terhadap semua
orang.
c. Klien dapat menggunakan
system pendukung keluarga
dan masyarakat.
Intervensi :
a. Tentukan
presepsi
klien
tentang perubahan citra tubuh.
b. Anjurkan menggunakan emosi
seperti marah, takut, frustasi,
dan cemas.
c. Beri umpan balik yang
realistic.
d. Anjurkan
klien
untuk
berpartisipasi
dalam
pengobatan.
e. Beri reinforcement positif atas
usaha-usahanya
untuk
meningkatkan citra tubuh.
f. Kaji respon adaptif.
g. Tunjukkan empati.
h. Kaji perilaku merusak diri.
i. Jaga
kebersihan
sekitar
genitalia.
j. Berikan support mental.
7. Perubahan
pola
seksual
berdasarkan dengan adanya bau
tidak enak pada vagina.
Tujuan :
JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:62-67
Pola seksual tidak mengalami
perubahan/gangguan
setelah
dilakukan tindakan keperawatan
selam 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Klien
/pasangan
dapat
mengungkapkan penerimaan akan
perubahan pola seksual.
Intervensi :
a. Jelaskan
efek
penyakit,
kesehatan terhadap fungsi
seksual.
b. Diskusikan perasaan klien
terhadap fungsi seksual.
c. Diskusikan masalah tersebut
dengan pasangan.
d. Beri waktu tersediri untuk klien
membicarakan masalah poal
seksual.
8. Intoleransi aktifitas hubungan
dengan
penurunan
produksi
energi, hipermetaolik.
Tujuan :
Klien tidak mengalami intoleransi
aktifitas setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Klien mampu melakukan
aktifitas sesuai kemampuan
klien.
b. TANDA-TANDA VITAL dalam
batas normal.
Intervensi :
a. Rencanakan
tindakan
keperawatan
yang
memungkinkan
periode
istirahat.
b. Buat tujuan aktifitas realistis
dengan klien.
c. Dorong klien untuk melakukan
aktifitas apa saja bila mungkin
(duduk, berjalan, bangun)
d. Tingkat
aktifitas
sesuai
kemampuan.
e. Pantau respon fisiologis
terhadap aktifitas.
f. Kaji respon tanda-tanda vital
tiap 4 jam.
Ade, 2010. Kanker Serviks (Kanker Leher
Rahim). Tersedia dalam
http://inihduniasaya.blogspot.com.
Ajax, 2010. Kanker Serviks. Tersedia dalam
http://alungreenlite.blogspot.com.
Greenlite, Toni. 2010. Perangi Kanker
Serviks. Tersedia dalam
http://alungreenlite.blogspot.com.
Hilman, 2009. Kanker serviks, kanker leher
rahim/cervical cancer:deteksi awal
dan pencegahannya. Tersedia dalam
http://www.hillman.web.id.
Ilham, 2010.Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Ca Cerviks. Tersedia dalam
http://ilham-sagitarius.blogspot.com.
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Rochmat, 2008. Penanganan Ca Cervic.
Tersedia dalam
http://ratihrochmat.wordpress.com.
Rasjidi, Imam. 2007. Panduan
Penatalaksanaan Kanker
Ginekologi:Berdasarkan Evidence
Base. Jakarta: EGC
Setiati, Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker
Ganas Pembunuh Wanita. Edisi I.
Yogyakarta: CV. Andi Offset
DAFTAR PUSTAKA
Gambaran Pelaksanaan .....................................................
67
Download