9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Setiap proyek

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
Setiap proyek konstruksi memiliki rencana jadwal kegiatan dan rencana
pembiayaan proyek yang dibuat pada saat proses pekerjaan di lapangan berjalan,
tujuan dari pembuatan rencana biaya dan jadwal kegiatan tersebut adalah agar
proyek dapat dilaksanakan sesuai dengan acuan yang direncanakan oleh
kontraktor. Namun pada pelaksanaanya, sering terjadi perbedaan antara jadwal
kegiatan yang sudah direncanakan dengan realisasi yang terjadi di lapangan.
Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan jadwal dapat mengakibatkan keterlambatan
yang akan menyebabkan perubahan pada biaya proyek.
2.2 Review Penelitian Sebelumnya
1. Judul : Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung di Kota Lamongan.
Peneliti : 1. Ariful Bakhtiyar
2. Agoes Soehardjono
3. M. Hamzah Hasyim
Abstrak : “Penelitian sebelumnya adalah bertujuan untuk mengetahui
faktor – faktor yang menentukan terjadinya keterlambtan proyek dan
intensitas terjadinya, menilai tingkat kepentingan serta mengetahui
tingkatan faktor – faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi di
kota Lamongan. Sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling
(pengambilan sampel secara sederhana/acak). Uji validitas dilakukan
dengan metode internal validity metode korelasi Product Moment, dimana
9
Universitas Sumatera Utara
kriteria – kriteria yang digunakan berasal alat uji itu sendiri dan tiap item
variable dikorelasikan dengan nilai total yang diperoleh dari koefisien
korelasi produk.
Untuk
pengujian
reliabilitas
instrument
dengan
menggunakan teknik alpha kronbach. Analisis lintas (Path Analysis)
digunakan untuk mengetahui tingkatan pengaruh dari faktor – faktor
penyebab
keterlambatan
proyek.
Hasil
penelitian
diklasifikasikan
berdasarkan Responden Kontraktor dan Responden Pemilik Pekerjaan.”
2. Judul : Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek
Gedung .
Peneliti : Suyatno
Abstrak : “Penyedia jasa yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi pada
umumnya sangat mengharapkan proyek berjalan sesuai dengan rencana.
Namun dalam proses pelaksanaan tersebut, sering terjadi hambatanhambatan yang tidak diketahui sebelumnya. Untuk itu kiranya perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keterlam
batan penyelesaian proyek agar waktu penyelesaian proyek sesuai dengan
rencana (tepat waktu). Dari latar belakang tersebut diatas dapat
dirumuskan permasalahan yang timbul yaitu : (1) Apa faktor-faktor
penyebab keterlambatan penyelesaian proyek, dan (2) Bagaiman peringkat
(ranking) dari pada faktor – faktor penyebab keterlambatan penyelesaian
proyek tersebut
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab keterlambatan penyelesaian proyek, (2) Untuk mengetahui
peringkat (ranking) menurut persepsi penyedia jasa terhadap faktor -faktor
10
Universitas Sumatera Utara
penyebab keterlambatan penyelesaian proyek. Penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi penyedia jasa yang ada dieks karidenan Surakarta dan
pihak – pihak terkait langsung dengan pengolalaan proyek sehingga
keterlambatan penyelesaian proyek-proyek dibawah Dinas Pekerjaan
Umum (DPU) dapat diantisipasi pada waktu yang akan datang dan proyek
dapat selesai sesuai dengan waktu yang direncanakan (tepat waktu).
Penelitian ini termasuk penelitian survey yaitu penelitian yang
menggambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner
dan wawancara sebagai alat pengumpulan data yang disebarkan kepada
responden, memegang jabatan sebagai manajer proyek dan manajer
lapanagan dimana jumlah responden adalah 30 (tiga puluh) di Karesidenan
Surakarta. Program SPSS dipakai untuk menghitung indeks kepentingan,
guna
menganalisa
peringkat
faktor-faktor
penyebab
kepentingan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab keterlambatan
penyelesaian proyek-proyek dibawah Dinas Pekerjaan Umum (DPU) di
Karesidenan Surakarta yang cukup penting, mempunyai urutan peringkat
(ranking) sebagai berikut : (1) Kekurangan tenaga kerja, (2) Kesalahan
dalam perencanaan dan spesifikasi, (3) Cuaca buruk/hujan deras/lokasi
tergenang, (4) Produktivitas tidak optimal oleh kontraktor, (5) Kesalahan
pengelolaan material, dan (6) Perubahan scope pekerjaan oleh konsultan .
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa dari uji Chi Square dan
uji model regresi didapati adanya persamaan persepsi pada masing-masing
responden terhadap factor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek –
11
Universitas Sumatera Utara
proyek Dinas Pekerjan Umum (PU) diKaresidenan Surakarta, ditinjau dari
Jabatan responden, Pengalaman responden, Nilai proyek, Jenis proyek dan
Luas lantai bangunan, yaitu dipakai tingkat kepercayaan 95% atau alfa
0.050 = 5% didapat Chi Square hitung < Chi Square tabel atau Asymptotic
significance > 0.05, maka H 0 diterima, H1 ditolak dan uji regresi
diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel atau F hitung lebih besar F tabel
maka koefisien korelasi ganda yang diuji signifikan, dengan taraf
kesalahan 5% maupun 1%. “
3. Judul : Faktor Penyebab Keterlambatan Pekerjaan Konstruksi Bangunan
Gedung Beringkat yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Anggaran
Biaya Pada Pekerjaan Struktur
Peneliti : Ryan Ariefasa
Abstrak : “Penelitian ini membahas faktor penyebab keterlambatan pada
pekerjaan struktur bangunan gedung bertingkat. Pekerjaan struktur
menjadi penting karena hampir seluruh komponen yang berada di
dalamnya termasuk dalam jalur kritis. Keterlambatan juga memiliki
pengaruh terhadap perubahan anggaran biaya yang telah direncanakan.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor dominan penyebab
keterlambatan pekerjaan struktur bangunan gedung bertingkat, dan berapa
besar pengaruh dari keterlambatan tersebut terhadap perubahan RAB
struktur. Setelah ditemukan faktor dominan penyebab keterlambatan dan
hubungan terhadap perubahan RAB struktur, kemudian dilakukan strategi
pengendalian agar efek yang ditimbulkan dapat diminimalisir dan dicegah
untuk fase pekerjaan selanjutnya agar proyek dapat berjalan dengan lancar
12
Universitas Sumatera Utara
dan selesai tepat pada waktu yang telah direncanakan. “
2.3 Manajemen Proyek
Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu “Manajemen” dan “Proyek”.
Menurut Husen (2009), manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni
memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya terbatas dalam
usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien.
Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai
bagian
dari
organisasi
dilibatkan
untuk
memelihara,
mengembangkan,
mengendalikan, dan menjalankan program-program yang kesemuanya diarahkan
pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan
berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996).
Sedangkan proyek adalah upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan,
sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta
sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu
(Dipohusodo, 1996).
Menurut Husen (2009), proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya
seperti manusia material, peralatan, dan modal/ biaya yang dihimpun dalam suatu
wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.
Sebuah proyek adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh
waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan (Larson, 2006).
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpukan beberapa pengertian dari
manajemen proyek. Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan,
13
Universitas Sumatera Utara
keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang
terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar
mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta
keselamatan kerja (Husen 2009).
Menurut Ervianto (2005), manajemen proyek adalah semua perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan)
hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat
waktu, tepat biaya dan tepat mutu.
2.4 Manajemen Waktu
Penjadwalan konstruksi terkait dengan manajemen waktu yang diperlukan
untuk memenuhi penyelesaian proyek. Menurut PMBOK(Project Management
Body of Knowledge) dalam proses manajemen waktu meliputi.
2.4.1 Definisi Kegiatan
Definisi kegiatan adalah identifikasi jadwal kegiatan spesifik yang
diperlukan untuk menghasilkan berbagai deliverable proyek. Identifikasi jadwal
kegiatan bertujuan untuk mengetahui secara rinci kegiatan-kegiatan yang akan ada
dalam pelaksanaan proyek. Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan semua
aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi hingga level yang
terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS)
2.4.2
Urutan Kegiatan
Urutan kegiatan adalah identifikasi dan mendokumentasikan ketergantungan
diantara jadwal kegiatan. Masing-Masing aktivitas harus diurutkan secara akurat
untuk mendukung pengembangan jadwal sehinga diperoleh jadwal yang realitis.
14
Universitas Sumatera Utara
2.4.3
Perhitungan Sumber Daya Kegiatan
Memperkirakan tipe dan jumlah dari sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan masing – masing jadwal kegiatan
2.4.4
Perhitungan Durasi Kegiatan
Durasi aktivitas adalah fungsi dari jumlah (kuantitas) pekerjaan yang harus
diselesaikan dan produk kerja tiap satuan waktu (Production Rate) Kuantitas
pekerjaan dapat diketahui dari lingkup/dokumen kontrak. Kegiatan ini merupakan
perhitungan
sejumlah periode-periode pekerjaan
yang
diperlukan untuk
melengkapi jadwal kegiatan individual. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat
tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.
2.4.5
Pengembangan Jadwal
Analisa urutan kegiatan, durasi, kebutuhan sumber daya, dan batasan-
batasan jadwal untuk membuat jadwal proyek. Pembuatan jadwal proyek
merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan
biaya hingga penentuan jadwal proyek
2.4.6
Pengendalian Jadwal
Mengendalikan perubahan-perubahan ke dalam jadwal proyek. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah:
a.
Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal
dan memastikan perubahan yang terjadi disetujui
b.
Menentukan perubahan dari jadwal
c.
Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari
perencaan awal proyek.
15
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penjadwalan
2.5.1 Definisi Penjadwalan
Secara umum penjadwalan proyek didefinisikan sebagai proses perhitungan
waktu penyelesaian proyek, berdasarkan pola pelaksanaan kegiatan-kegiatan
proyek yang telah ditentukan terlebih dahulu, dan dengan mempertimbangkan
keterbatasan-keterbatasan yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan-kegiatan
tersebut.
Sedangkan menurut Soeharto (1995) definisi dari jadwal adalah penjabaran
perencanaan proyek yang menjadi urutan langkah-langkah kegiatan yang
sistematis untuk mencapai satu sasaran. Pendekatan yang dipakai jadwal adalah
pembuatan jaringan kerja yang menggambarkan suatu grafik hubungan urutan
pekerjaan proyek. Pekerjaan mana yang harus didahulukan dari pekerjaan yang
lain harus diidentifikasikan secara jelas dalam kaitannya dengan waktu
pelakasanaan pekerjaan.
Output dari proses penjadwalan adalah suatu rencana pelaksanaan kegiatankegiatan proyek, yang berisi informasi antara lain tentang:
a. Waktu dimulainya suatu kegiatan (paling cepat, paling lambat)
b. Waktu selesainya suatu kegiatan (paling cepat, paling lambat)
c. Kegiatan-kegiatan kritis berikut lintasan kritisnya
d. Waktu selesainya proyek secara kesuluruhan
e. Jadwal pemakaian sumber daya, teruatam tenaga kerja dan peralatan
Jadwal Aliran kas/uang.
16
Universitas Sumatera Utara
2.5.2
Fungsi dari penjadwalan Menurut PMBOK(Project Management Body of
Knowledge) 4th edition
a. Memberikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan
dan untuk
memberikan prioritas perhatian dalam pengawasan dan pengendalian,
agar proyek dapat diselesaikan sesuai rencana, terhindar dari
keterlambatan,
kenaikan
biaya,
dan
perselisihan-perselisihan
kontraktual.
b. Dipakai sebagai dasar penentuan progress payment, penyusunan cash
flow proyek dan pembuatan pendanaan proyek.
c. Merupakan dasar atau pedoman untuk pengendalian, baik yang
berkaitan dengan waktu maupun biaya proyek. Dari pengukuran
kemajuan pekerjaan, dapat diketahui apabila ada penyimpangan
pelaksanaan terhadap rencana/jadwal, yang dengan bantuan alat-alat
analisis tertentu, misalnya dengan trend analysis dan sensitivity
analysis, dapat segera dilakukan tindakan-tindakan koreksi, untuk
penyelesaian sisa proyek.
d. Memberikan pedoman kepada sub-ordinate units mengenai batas-batas
waktu bagi mulainya dan berakhirnya tugas masing-masing.
e. Menghindari
pengelolaan
pelaksanaan
proyek
yang
hanya
mengandalkan naluri saja.
f. Menghindari pemakaian sember daya dengan intensitas yang tinggi
sejak awal proyek, dengan harapan dapat diselesaikan secepatnya.
g. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan proyek.
Kepastian tersebut dapat menghindari pekerja berada ditempat kerja
17
Universitas Sumatera Utara
lebih lama dari waktu yang diperlukan, bergombol menanti penugasan,
mondar-mandir tanpa tujuan, dan sebagainya.
h. Dapat dipakai untuk mengevaluasi dampak akibat adanya perubahanperubahan pelaksanaan proyek, baik yang berkaitkan dengan waktu
penyelesaian proyek, maupun biaya proyek. Hasil evaluasi dapat
dipakai sebagai dasar penyelesaian masalah kontraktual, seperti untuk
menyelesaikan tuntutan-tuntutan (Claims) kenaikan biaya maupun
perpanjangan waktu.
i. Apabila jadwal di-update secara teratur, sehingga selain untuk tindakan
koreksi, berfungsi pula sebagai dokumentasi adanya perubahanperubahan didalam pelaksanaan pekerjaan, keterlambatan yang tidak
diharapkan, perubahan waktu penyelesaian kegiatan, dan adanya
change order, maka pedokumentasi-an jadwal awal berikut perubahan
perubahannya dapat dipakai sebagai dokumen historis proyek.
Memberikan dukungan yang sangat berharga dalam komunikasi diantara
pihak-pihak yang terlibat/berkepentingan dalam penyelenggaran proyek.
2.6 Keterlambatan
2.6.1 Pengertian Keterlambatan Proyek
Peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan
pengelolaan kegiatan proyek. Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk
menentukan langkah – langkah apa yang akan merubah kegiatan proyek menurut
R. Amperawan Kusjadmikahadi (1999) bahwa, keterlambatan proyek. Konstruksi
berarti bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah
direncanakan dan tercantum dalam dokumen kontrak. Penyelesaian pekerjaan
18
Universitas Sumatera Utara
tidak sesuai dengan jadwal atau tepat waktu adalah kekurangan dari tingkat
produktifitas dan sudah barang tentu kesemuanya ini akan mengakibatkan
pemborosan dalam pembiayaan proyek, baik berupa pembiayaan langsung atau
tidak langsung yang di belanjakan untuk proyek – proyek Pemerintah, maupun
berwujud pembengkakan investasi dan kerugian – kerugian pada proyek – proyek
swasta. Manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan
proyek yang harus mempenyuai peran penting. Pengkajian jadwal proyek sangat
diperlukan untun menentukan langkah – langkah untuk mengambil perubahan
kegiatan proyek dapat dihindari atau dikurangi.
Menurut Levis dan Atherley (1996), jika suatu pekerjaan sudah ditargetkan
harus selesai pada waktu yang telah ditetapkan namun karena suatu alasan tertentu
tidak
dapat dipenuhi
maka dapat dikatakan pekerjaan itu
mengalami
keterlambatan. Hal ini akan berdampak pada perencaan semula serta pada
masalahan keuangan. Keterlambatan yang terjadi dalam suatu proyek konstruksi
akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun keduanya.
Adapun dampak keterlambatan pada klien atau owner adalah hilangnya
kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatkan
biaya langsung yang dikeluarkan yang berarti bahwa bertambahnya pengeluaran
untuk gaji karyawan, sewa peralatan dan lain sebagainya serta mengurangi
keuntungan.
Menurut Callahan (1992), keterlambatan (delay) adalah apabila suatu
aktifitas atau kegiatan proyek konstruksi mengalami penambahan waktu, atau
tidak disenggelarakan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Keterlambatan
proyek dapat diidentifikasi dengan jelas melalui schedule. Dengan melihat
19
Universitas Sumatera Utara
schedule, akibat keterlambatan suatu kegiatan terhadap kegiatan lain dapat terlihat
dan diharapkan dapat segera diantisipasi.
Apa yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan
proyek mengalami keterlambatan apabila tidak dapat diserahkan atau selesai oleh
penyedia jasa kepada pengguna jasa pada tanggal serah terima pekerjaan pertama
yang telah ditetapkan dikarenakan suatu alasan tertentu.
2.6.2
Penyebab Keterlambatan
Pekerjaan proyek – proyek konstruksi banyak yang terjadi keterlembatan
dan dapat mengakibatkan meningkatnya waktu dari suatu kegiatan ataupun
mundurnya waktu penyelesaian pekerjaan suatu proyek secara keseluruan maupun
sebagian. Beberapa penyebab yang paling sering terjadi atau ditemui antara lain :
perubahan kondisi lapangan / lahan, perubahan desain / gambaran atau spesifikasi
teknis, perubahan cuaca (alam), ketidak tersedianya tenaga kerja, material (susah
mendapatkannya), ataupun peralatan, terjadinya hambatan pengiriman material
juga dapat terjadi. Dalam bagian ini akan diterangkan beberapa pendapat para ahli
mengenai penyebab- penyebab keterlambatan proyek konstruksi. Menurut Levis
dan Atherley dalam Langford (1996) mengelompokkan penyebab- penyebab
keterlambatan dalam suatu proyek menjadi tiga bagian yaitu:
1. Excusable Non-Compensable Delays, Penyebab keterlambatan yang
paling
sering
mempengaruhi
waktu
pelaksanaan proyek
pada
keterlambatan tipe ini, adalah:
a. Acf of God,
seperti gangguan alam antara lain gempa bumi,
tornado, letusan gunug api, banjir, kebakaran dan lain-lain.
20
Universitas Sumatera Utara
b. Forse Majeure, termasuk didalamnya adalah semua penyebab Act
of God, kemudian perang, huru hara, demo, pemogokan karyawan
dan lain-lain.
c. Cuaca, ketika cuaca menjadi tidak bersahabat dan melebihi kondisi
normal maka hal ini menjadi sebuah fakot penyebab keterlambatan
yang dapat di maafkan (Excusing Delay) .
2. Excusable Compensable Delays, keterlambatan ini disebabkan oleh
Owner client, kontraktor berhak atas perpanjangan waktu dan claim
atas keterlambatan yang termasuk dalam Compensbale dan Excusable
Delay adalah:
a. Terlambatnya penyerahan secara total lokasi (site) proyek
b. Terlambatanya pembayan kepada pihak kontraktor
c. Kesalahan pada gambar dan spesifikasi
d. Terlambatnya persetujuan atas gambar-gambar fabrikasi
3. Non-Excusable Delays, Keterlambatan ini merupakan sepenuhnya
tanggung jawab dari kontraktor, karena kontraktor memperpanjang
waktu pelaksanaan pekerjaan sehingga melewati tanggal penyelesaian
yang telah disepekati, yang sebenarnya penyebab keterlambatan dapat
diramalkan dan dihindari oleh kontraktor. Dengan demikian pihak
Owner client dapat meminta monetary damages untuk keterlambatan
tersebut. Adapun penyebab antara lain:
a. Kesalahan mengkoordinasikan pekerjaan bahan serta peralatan
b. Kesalahan dalam pengelolaan keuangaan proyek
c. Keterlambatan dalam penyerahan shop drawing/ gambar kerja
21
Universitas Sumatera Utara
d. Kesalahan dalam memperkerjakan personil yang tidak cukup
Menurut Antill (1989), bahwa keterlambatan proyek disebabkan oleh
beberapa faktor yang berasal dari Kontraktor, Owner dan selain dari kedua belah
pihak.
a. Keterlambatan akibat kesalahan Kontraktor, antara lain:

Terlambatnya memulai pelaksanaan proyek

Pekerja dan Pelaksana kurang berpengalaman

Terlambat mendatangkan peralatan

Mandor yang kurang aktif

Rencana kerja yang kurang baik
b. Keterlambatan akibat kesalahan Owner
1. Terlambatnya angsuan pembayaran oleh kontraktor.
2. Terlambatnya penyediaan lahan.
3. Mengadakan perubahan Kontraktor lain untuk mengerjakan proyek
tersebut.
4. Keterlambatan yang diakibatkan selain kedua belak pihak diatas,
antara lain:
1. Akibat
kebakaran
yang
bukan
kesalahan
Kontraktor,
Konsultan, Owner.
2. Akibat perang, gempa, banjir ataupun bencana lainnnya.
3. Perubahan Manometer.
2.6.3
Dampak Keterlambatan
Keterlambatan dalam menyelesaikan pekerjaan atau proyek akan
menimbulkan kerugian pada pihak Kontraktor, Konsultak dan Owner, yaitu:
22
Universitas Sumatera Utara
a. Pihak Kontraktor
Keterlambatan penyelesaian proyek berakibat naiknya overhead karena
bertambah panjanngnya waktu pelaksanaan. Biaya overhead meliputi
biaya untuk perusahaan secara kesuluran, terlepas ada tidaknya kontrak
yang sedang ditangani.
b. Pihak Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas akan mengalami kerugian waktu, serta akan
terlambat dalam mengerjakan proyek yang lainnya, jika pelaksanaan
proyek mengalami keterlambatan penyelesaian.
c. Pihak Owner
Keterlambatan proyek ada pihak pemilik/Owner, berarti kehilangan
penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah dapat digunakan atau
disewakan. Apabila pemilik adalah pemerintah, untuk fasilitas umum
misalnya rumah sakit tentunya keterlembatan akan merugikan program
kesehatan masyarakat, atau merugikan program pelayanan yang telah
disusun. Kerugian ini tidak dapat dinilai dengan uang, tidak dapat dibayar
kembali. Sedangkan apabila pihak pemilik adalah non pemerintah,
misalnya pembangunan gedung, pertokoan atau hotel, tentu jadwal
pemakaian gedung tersebut akan mundur dari waktu yang direncanakan,
sehingga ada waktu kosong tanpa mendapatkan uang.
2.6.4
Tipe Keterlambatan
Jervis (1988), Mengklasifikasikan keterlambatan menjadi 4 type:
1. Excusable delay, yaitu keterlambatan kinerja kontraktor yang
terjadi karena faktor yang berada diluar kendali kontraktor dan
23
Universitas Sumatera Utara
owner. Kontraktor berhak mendapat perpanjangan waktu yang
setara dengan keterlambatan tersebut dan tidak berhak atas
kompensasinya.
2. Non Excusable delay, yaitu keterlambatan dalam kinerja kontraktor
yang terjadi karena kesalahan kontraktor tidak secara tepat
melaksanakan kewajiban dalam kontrak. Kontraktor tidak berhak
menerima penggantian biaya maupun perpanjangan waktu.
3. Compensable delay, keterlambatan dalam kinerja kontraktor yang
terjadi karena kesalahan pihak owner untuk memenuhi dan
melaksanakan kewajiban dalam kontrak secara tepat. Dalam hal ini
kontraktor berhak atas kompensasi biaya dan perpanjangan waktu.
4. Concurrent delay, yaitu keterlambatan yang terjadi karena dua
sebab yang berbeda. Jika excusable delay dan compensable delay
terjadi bersamaan dengan non excusable delay maka keterlambatan
akan menjadi non excuseable delay. Jika compensable delay terjadi
bersamaan dengan excuseable delay maka keterlambatan akan
diberlakukan sebagai excusable delay.
Menurut Donal S Barie (1984), keterlambatan dapat disebabkan oleh pihak
– pihak yang berbeda, yaitu:
1. Pemilik atau wakilnya (Delay caused by owner or his agent). Bila
pemilik atau wakilnya menyebabkan suatu keterlambatan, katakan
misalnya karena
terlambat
pemberian gambar kerja atau
keterlambatan dalam memberikan persetujuan terhadap gambar,
maka
kontraktor
umumnya
akan
diperkenankan
untuk
24
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan perpanjangan waktu dan juga boleh mengajukan
tuntutan yang sah untuk mendapatkan kompensasi ekstranya.
2. Keterlambatan oleh pihak ketiga yang diperkenankan (Excusable
thirdparty delay) sering terjadi keterlambatan yang disebabkan
oleh kekuatan yang berbeda diluar jangkauan pengendalian pihak
pemilik
atau
kontraktor.
Contoh
yang
umumnya
tidak
dipersoalkan lagi diantaranya adalah kebakaran, banjir, gempa
bumi dan hal yang lain disebut sebagai “tindak Tuhan Yang Maha
Kuasa”. Hal – hal lainnya yang sering kali menjadi masalahan
peselisihan meliptu pemogokan, embargo untuk pengangkutan,
kecelakaan dan keterlambatan dalam menyerahkan yang bisa
dimengerti. Termasuk pula yang tidak dapat dimasukkan dalam
kondisi yang telah ada pada saat penawaran dilakukan dan
keadaan cuaca buruk. Dalam hal ini dapat disetujui, tipe
keterlambatan dari tipe – tipe ini umumnya menghasilkan
perpanjangan waktu namuk tidak diserta dengan kompensasi
tambahan.
3. Keterlambatan yang disebabkan kontraktor (contractor- caused
delay). keterlambatan semacam ini umumnya akan berakibat tidak
diberikannya perpanjangan waktu dan tiada pemberian suatu
kompensasi tambahan. Sesungguhnya pada situasi yang ekstrim
maka hal-hal ini akan menyebabkan terputusnya ikatan kontrak.
25
Universitas Sumatera Utara
2.6.5
Mengatasi Keterlambatan
Menurut Istimawan Dipohusodo (1996) , selama proses konstruksi selalu
saja muncul gejala kelangkaan periodik atas material – material yang
diperlakukan, berupa material dasar atau barang jadi baik yang lokal maupun
import. Cara penanganannya sangat bervariasi tergantung pada kondisi proyek,
sejak yang ditangani langsung oleh staf khusus dalam organisasi sampai bentuk
pembagian porsi tanggung jawab diantara pemberi tugas, kontraktor dan subkontraktor, sehingga penawaran material suatu proyek dapat tugas, kontraktor dan
sub- kontraktor, pemasok atau agen, importer, produsen atau industri, yang
kesemuanya mengacu pada dokumen perencanaan dan spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan. Cara mengendalikan keterlambatan adalah:
1. Mengerahkan sumber daya tambahan
2. Melepas rintangan – rintangan, ataupun upaya – upaya lain untuk
menjamin agar pekerjaan meningkat dan membwa kembali ke garis
rencana.
3.
Jik tidak mungkin tetap pada garis rencana semula mungkin diperlukan
revisi jadwal, yang untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar penilaian
kemajuan pekerjaan pada saat berikutnya.
Menurut Agus Ahyari (1987), untuk mengatasi keterlambatan bahan yang
terjadi karena pemasok mengalami suatu hal, maka perlu adanya pemasok
cadangan. Dalam penyusunan daftar prioritas pemasok, tidak cukup sekali disusun
dan digunakan selanjutnya. Daftar tersebut setiap periode tertentu harus diadakan
evaluasi mengenai pemasok biasa dilakukakan berdasarkan hubungan pada waktu
26
Universitas Sumatera Utara
yang lalu. Untuk mengetahui kualitas pemasok biasa dilihar dari karakteristik pola
kebiasaan, pola pengiriman, cara penggantian atas barang yang rusak.
Sedangkan menurut Donal S Baffie (1990), sekalipun sudah dipergunakan
prosedut yang terbaik, namuk permasalahan akan timbul juga. Kadang – kadang
terjadi suatu perubahan rencana kontraktor itu sendiri yang memerlukan barang
kritis harus lebih dipercepat lagi penyerahannya dari tanggal yang sudah disetujui
sebelumnya. Keterlembatan lain mungkin timbul dari pihak pemasok atau
kontraktor, atau pada proses pengiriman dan lain – lain. Tugas dari ekspeditur
profesional yang berpengelaman adalah menentukan cara yang efektif dalam
menjaga agar pengadaan barang tetap sesuai jadwal yang telah ditetapkan dengan
pengaruh kerugian sekecil mungkin. Bila suatu material tidak dapat diperoleh lagi
atau menjadi sangat mahal, maka spesialis pengadaan harus mengetahui tempat
memperoleh material pengganti (subsitusi) yang akan dapat memenuhi atau
melampaui persyaratan aslinya.
2.7
Kinerja Waktu
Kinerja waktu adalah proses dari memperbandingkan kerja di lapangan
(actual work) dengan jadwal yang direncanakan . Definisi waktu proyek menurut
Clough (1994) adalah penyelesaian proyek pada waktu yang telah disepakati
dalam kontrak, atau waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap
pekerjaan. Waktu proyek adalah durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan konstruksi dimulai dari proses prosesi awal dilokasi proyek hingga
pekerjaan selesai. Durasi adalah waktu, umumnya dalam bentuk satuan waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh proses proyek, mulai dari fase
pekerjaan pertama hingga pekerjaan terakhir.
27
Universitas Sumatera Utara
Apabila proses pekerjaan konstruksi memakan waktu sesuai atau lebih cepat
dari jadwal yang direncanakan (on schedule), maka tidak akan menyebabkan
permasalahan dari segi waktu proyek. Yang menjadi masalah adalah apabila
waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu fase pekerjaan proyek ternyata
lebih lama dari yang tercantum pada jadwal. Kondisi seperti ini dinamakan
terlambat (delay / time overrun). Efek dari keterlambatan pada suatu pekerjaan
proyek dapat mempengaruhi seluruh waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan proyek yang akan dilaksanakan setelah pekerjaan yang
terlambat tersebut selesai. (Ryan Ariefasa, 2011)
2.8 Hubungan Biaya Terhadap Waktu
Biaya total proyek adalah penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak
langsung yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat
tergantung oleh lamanya waktu (durasi) penyelesaian proyek, kedua-duanya
berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat
diperhitungakan dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek
berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan (Soeharto,
1997). Pada Gambar 2.1 dihalaman berikut ditunjukkan hubungan biaya langsung,
biaya tak langsung dan biaya total dalam suatu grafik dan terlihat bahwa biaya
optimum didapat dengan mencari total biaya proyek yang terkecil.
28
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Grafik hubungan waktu dengan biaya total, biaya langsung, dan biaya
tak langsung. Sumber: Soeharto (1999)
Penyelesaian aktivitas di dalam suatu proyek memerlukan penggunaan sejumlah
sumber daya minimum dan waktu penyelesaian yang optimum, sehingga aktivitas
akan dapat diselesaikan dengan biaya normal dan durasi normal. Jika suatu saat
diperlukan
penyelesaian
yang
lebih
cepat,
penambahan
sumber
daya
memungkinkan pengurangan durasi proyek dari suatu normalnya, tetapi biaya
yang dikeluarkan akan lebih besar lagi. Dalam mempercepat penyelesaian suatu
proyek dengan melakukan kompresi durasi aktivitas, harus tetap diupayakan agar
penambahan dari segi biaya seminimal mungkin. Pengendalian biaya yang
dilakukan adalah biaya langsung, karena biaya inilah yang akan bertambah
apabila dilakukan pengurangan durasi biaya telah optimum.
2.9 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan informasi atau data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Sebelum proses pengumpulan data dilakukan,
maka hal yang perlu dilakukan adalah menentukan apakah penelitian ini akan
29
Universitas Sumatera Utara
mengumpulkan data dari populasi (kelompok besar individu yang mempunyai
karakteristik umum yang sama)
secara keseluruhan subjek atau hanya
sebagiannya yang biasa disebut sebagai sampel (bagian dari populasi yang
memiliki ciri sama dengan populasi) . Ronald (1995) mendefinisikan sampel
adalah suatu himpunan bagian dari populasi. Apabila populasi besar dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Secara garis besar terdapat 2
jenis teknik sampling yakni probability sampling dan non probability sampling.
Dalam penelitian ini, maka peneliti akan melakukan pengambilan data dengan
cara sampling (pengumpulan data dengan penarikan sampel). Sampling adalah
kegiatan mengambil sebagian dari populasi yang akan diteliti dengan cara tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan supaya sebagian yang akan diambil mewakili
ciri populasinya yang nantinya akan menghasilkan data perkiraan (estimate) atas
populasi. Prosedur pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara yakni
random dan non random. Berikut adalah penjabaran dari prosedur random dan
non random :
a. Random atau Acak
Teknik sampling ini dikenal juga sebagai sampling peluang, dimana teknik ini
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel . Dalam prosedurnya, setiap anggota populasi
memiliki peluang yang sama untuk terambil sebagai sampel karena
pengambilannya dilakukan secara acak. Untuk mengambil sampel dengan
sampling peluang, maka langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut ini:
30
Universitas Sumatera Utara
a
Menentukan kesalahan sampling
Kesalahan sampling adalah kekeliruan yang disebabkan oleh kenyataan
adanya pemeriksaan yang tidak lengkap terhadap populasi. Tingkat
kesalahan berhubungan dengan risiko pengambilan keputusan dan ukuran
sampel yang akan diambil. Pengambilan sampel secara acak juga
merupakan salah satu cara untuk mengurangi kesalahan sampling karena
membuat terambilnya seluruh ciri anggota populasi ke dalam sampel
terpilih.
b
Menentukan ukuran sampel
Prinsip dalam penentuan ukuran sampel adalah semakin besar sampel ,
maka akan semakin dekat sampel dengan populasi, sehingga tingkat
kesalahan semakin kecil.
c
Mengambil sampel dengan teknik yang tepat
Cara mengambil sampel sangatlah tergantung kepada teknik sampling
yang digunakan. Terdapat beberapa cara mengambil sampel dalam
sampling random yaitu sampling acak sederhana, sampling acak
berstarata, sampling acak berkluster dan sampling acak bertingkat.
b. Non Random
Pengambilan sampel dimana tidak setiap anggota populasi memiliki
peluang terpilih sebagai sampel (non probability sampling) Dalam prosedur
pengambilan sampel non random tidak terdapat kegiatan penentuan kesalahan
sampling dan ukuran sampel sebab penarikan sampel dari populasinya tidak
memperhitungkan
peluang
kesesatan
dalam
pengambilan
keputusan
berdasarkan sampel. Berdasarkan pertimbangan yang menjadi dasar dilakukan
31
Universitas Sumatera Utara
sampling, terdapat beberapa jenis sampling yang tergolong sampling tidak acak
adalah sampling bertujuan, sampling kebetulan, sampling kuota, sampling
tersedia, sampling sistematik.
Menurut Arikunto (1997), pengumpulan data dapat diartikan sebagai proses
atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai
fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup
penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yakni data primer yang
didapatkan dari hasil wawancara dengan pakar, maupun jawaban dari responden
yang adalah orang-orang yang memiliki kemampuan dibidangnya, ataupun data
lainnya seperti:
a.
Dokumen, data teknis lainnya terkait sistem distribusi dan pelanggan.
b.
Keterangan langsung dari pelanggan.
Sementara untuk data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari
literatur, jurnal maupun laporan akhir suatu proyek. Selain itu, data-data juga
dapat diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner terhadap responden yang dibagi
menjadi dua tahapan kuisioner. Kuesioner tahap 1 berguna untuk memvalidasi
pakar apakah subvariabel yang telah penulis cantumkan ke dalam kuisoner
tersebut merupakan sesuatu yang akan mempengaruhi perbandingan biaya
konstruksi, serta untuk memperkaya variabel yang ada melalui masukan tambahan
dari responden. Selanjutnya, setelah mendapatkan variabel- variabel yang sesuai
dengan penelitian ini sesuai dengan arahan pakar, maka penelitian dapat
dilanjutkan dengan menggunakan kuisioner tahap 2 yang merupakan olahan
lanjutan dari kuisioner tahap 1 yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh penerapan variabel yang diberikan kepada responden. Namun, sebelum
32
Universitas Sumatera Utara
seluruh kuisioner tahap 2 disebarkan pada responden, maka peneliti akan
melakukan pilot survey yakni merupakan penelitian pendahuluan untuk menguji
keefektifan dari metode survey yang digunakan, ataupun untuk melihat apakah
responden dapat memahami isi dari kuisioner sesuai dengan yang diharapkan
peneliti. Sampel yang digunakan dalam pilot survey tidak harus banyak, tetapi
harus cukup dianggap dapat mewakili karakteristik responden. Hasil dari pilot
survey
ini menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki kuisioner sebelum
melakukan survey secara keseluruhan pada
seluruh responden dengan
menggunakan kuisioner tahap 2.
Berikutnya, setelah semua tahapan itu dilakukan, maka yang selanjutnya
dilakukan adalah melakukan uji validitas, analisa korelasi dan
uji realibitas.
Validitas berasal dari bahasa latin validus yang berarti kuat. Terdapat dua buah
konsep validitas yakni validitas penelitian dan validitas pengukuran. Validitas
penelitian adalah derajat kebenaran kesimpulan yang ditarik dari sebuah
penelitian yang dipengaruhi dan sinilai berdasarkan metode penelitian yang
digunakan, keterwakilan sampel penelitian dan sifat populasi asal sampel (Last,
2001). Sementara untuk validitas pengukuran merupakan pernyataan tentang
derajat kesesuaian hasil pengukuran sebuah alat ukur (instrumen) dengan apa
yang sesungguhnya ingin diukur oleh peneliti.
2.10 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu Instrumen yang valid mempunyai validitas
tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyai validitas rendah.
Sebuah Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
33
Universitas Sumatera Utara
Cara untuk menguji validitas adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, yaitu dengan
(1) mencari definisi dan merumuskan tentap konsep yang akan diukur
yang telah ditulis para ahli dalam literatur, (2) kalau sekiranya tidak
ditemukan dalam literatur maka untuk lebih mematangkan definisi dan
rumusan tersebut peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli. (3)
menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspekaspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti
dapat membuat kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan
yang operasional.
2. Melakukan uji coba skala pengukuran yang dihasilkan dari langkah
pertama kepada sejumlah responden. Responden diminta untuk menjawab
apakah mereka setuju atau tidak setuju dari masing-masing pertanyaan.
Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30
orang agar distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurve normal.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total
dengan menggunakan rumus teknik korelasi produk moment. Adapun
rumusnya adalah:
(1)
Keterangan :
r
: koefisien korelasi,
34
Universitas Sumatera Utara
Y
: produktivitas pekerja
Xi
: elemen variabel bebas
n
: jumlah data
( Masri Singarimbun, 1987 )
Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika r hitung > r
tabel
dan taraf signifikasinya sebesar 5 % ( Suharsimi Arikunto, 1996).
2.11
Analisis Korelasi
Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk
menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih.
Semakin nyata hubungan linier (garis lurus), maka semakin kuat atau tinggi
derajat hubungan garis lurus antara kedua variabel atau lebih. Ukuran untuk
derajat hubungan garis lurus ini dinamakan koefisien korelasi.
Korelasi dilambangkan dengan r dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga (-1 ≤ r ≤ ). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna; r = 0
artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 artinya korelasi sangat kuat.
2.12 Uji Reliabilitas
Pengukuran reliabilitas adalah pengukuran tentang stabilitas dan konsintensi
dari alat pengukuran. Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen reliabel sebenarnya yang menganduk
arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data
yang bisa dipercaya.
Untuk mengukur reliabilitas dapat digunakan analisis Alpha Cronbach dengan
rumus sebagai berikut:
35
Universitas Sumatera Utara
(2)
)rn
:
Reliabilitas instrument
k
:
Banyaknya butir pertanyaan
2 :
∑αb
Jumlah Varian butir
2
αt
Varian Total
:
(Suharsimi Arikunto 1996)
Cara pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan computer program SPSS
versi 19, yang dilakukan dengan metode Cronbach Alpha, dimana suatu kuesioner
dikatakan reliable jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dibandingkan dengan
nilai reliabilitas.
2.13
Program dan Cara Kerja SPSS (Statistical Product and Service
Solution)
Statistik adalah ilmu yang berhubungan dengan angkat. Oleh karena itu
statistik sering dikaitkan dengan data-data yang bersifat kuantitatif (angka), yang
salah satunya adalah program SPSS.
Untuk dapat memahami cara kerja software SPSS, berikut dikemukakan
kaitan antara cara kerja computer dengan SPSS dalam mengolah data. Cara kerja
proses perhitugan dengan SPSS adalah sebagai berikut:
36
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.1 ( Cara kerja proses perhitungan dengan SPSS.Sumber :
Singgih Santoso, 2001)
Penjelasan proses statistik dengan SPSS:
1. Data yang akan diproses dimasukan lewat menu DATA EDITOR
yang otomatis muncul dilayar saat SPSS dijalankan
2. Data yang telah diinput kemudian kemudian diproses, juga lewat
menu DATA EDIT
3. Hasil pengolahan data muncul dilayar (Window) yang lain dari
SPSS, yaitu OUTPUT NAVITGATOR
Pada menu Output Navigator, informasi atau output statistic dapat ditampilkan
secara:
a. Teks atau tulisan. Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan,
pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output teks dapat
dilakukan lewat menu Teks Output Editor.
b. Tabel. Pengerjaan (pivoting label, penambahan, pengurangan label dan
lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk label dapat
dilakukan lewat menu Pivot table Editor.
37
Universitas Sumatera Utara
c. Chart atau grafik, Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang
berhubungan dengan output berbentuk grafik dapat dilakukan lewat
menu Chart Editor.
38
Universitas Sumatera Utara
Download