ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA RINGAN DI POLI KEBIDANAN RSUD CIAMIS LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : RINNY PRILYA SILVIANI NIM. 13DB277081 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia dan eklampsia merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena preeklampsia adalah penyebab kematian ibu hamil dan perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang. Sampai saat ini preeklampsia dan eklampsia masih merupakan “the disease of theories”. Karena angka kejadian preeklampsia dan eklampsia tetap tinggi dan mengakibatkan angka morbiditas dan mortilitas maternal yang tinggi (Manuaba, 2010). Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu dan perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang. Kejadian preeklampsia dan eklampsia bervariasi disetiap negara bahkan di setiap daerah. Dijumpai berbagai faktor yang mempengaruhi diantaranya jumlah primigravida, terutama primigravida muda, hidramnion, hamil kembar, diabetes mellitus, kegemukan, mola hidatidosa, usia ibu lebih dari 40 tahun (Manuaba, 2010). Ayat Al-Quran tentang kehamilan juga terdapat dalam Q.S Al-Ahqaf/46 :15. ۖ ض َع ْت ُه ُكرْ هًا َّ َو َو َ ان ِب َوالِدَ ْي ِه إِحْ َسا ًنا ۖ َح َملَ ْت ُه أ ُ ُّم ُه ُكرْ هًا َو َو َ اْل ْن َس ِ ْ ص ْي َنا ۚ ون َشهْرً ا َ ِصالُ ُه َث ََل ُث َ َو َحمْ لُ ُه َوف Artinya : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”. Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa Nabi cukup bijaksana dan memberi empati pada ibu yang meninggal karena melahirkan sebagai syahid, setara dengan perjuangan jihad di medan perang. Penghargaan itu diberikan Nabi sebagai rasa empati karena musibah yang dialami juga beratnya resiko kehamilan dan melahirkan bagi seorang ibu. Hal ini bukan berarti membiarkan ibu yang akan melahirkan bagi agar mati syahid, tetapi justru memberi isyarat agar dilakukan 1 upaya-upaya perlindungan, 2 pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pada ibu pada masa-masa kehamilan dan melahirkan. Namun apabila ibu meninggal karena melahirkan, Allah menilainya sebagai perjuangan dan meninggal dalam keadaan syahid. Menurut organisasi kesehatan tingkat dunia, WHO ( World Health Organization) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang, sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (ICD-10. 2012 : WHO, 2014). Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013 Angka Kemtaian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu saat hamil dan persalinan di Indonesia ternyata tergolong tinggi. Indonesia menduduki nomor 3 tertinggi di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara untuk jumlah AKI. Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi dalam kehamilan (HDK) 27,1%, dan infeksi 7,3%. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan hipertensi dalam kehamilan proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menyatakan angka kematian ibu (AKI) di Jawa Barat 2013 hingga 2014 menurun. Angka kematian ibu di Jawa Barat pada tahun 2013 adalah 781 kasus dan pada tahun 2014 turun menjadi 747 kasus. Penyebab utama kematian ibu di Jawa Barat adalah perdarahan sekitar 27%, infeksi sebanyak 22% dan hipertensi dengan angka kejadian sekitar 14% pada tahun 2013. Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis juga menyatakan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Ciamis 2014 hingga 2015 menurun. Angka Kematian Ibu di Kabupaten Ciamis pada tahun 2014 adalah 21 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi 15 kasus. AKI pada tahun 2015 relatif 3 menurun, namun angka kejadian Preeklampsia Ringan masih banyak. Pada tahun 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis juga ditemukan 21 kasus Preeklampsia Ringan pada kehamilan. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi tersebut dikarenakan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan. Upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui program EMAS dilakukan dengan cara: 1. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 rumah sakit (PONEK) dan 300 puskesmas/balkesmas (PONED); 2. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit. Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk menjamin setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, memperoleh cuti hamil dan melahirkan, serta akses terhadap keluarga berencana. Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu, yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan penurunan AKI. Upaya pelayanan kesehatan ibu meliputi: (1) Pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) Pelayanan kesehatan ibu bersalin, (3) Pelayanan kesehatan ibu nifas, (4) Pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan, dan (5) Pelayanan kontrasepsi. Berdasarkan hasil penelitian Novida (2012) menyebutkan bahwa dari 22 responden dengan paritas primipara terdapat 12 (54,5%) responden yang mengalami preeklampsia dan pada 46 responden dengan paritas multipara terdapat 3 (6,3%) responden mengalami preeklampsia. 4 Berdasarkan hasil penelitian Nurmalichatun (2012) juga menyebutkan bahwa dari 1108 responden ibu hamil yang mengalami kejadian preeklampsia yaitu sebanyak 129 (11,6%) responden dan responden pada primipara yang mengalami kejadian dari 574 preeklampsia cenderung lebih banyak yaitu sebanyak 81 (14,1%) responden. Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosa dini dapat mengurangi angka kejadian dan angka kesakitan dan kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosa dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan memperhatikan pembengkakan pada muka dan ekstremitas, kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah dan pemeriksaan urine untuk menetapkan proteinuria (Manuaba, 2010). Asuhan kehamilan atau Antenatal Care adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba, 2010). Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap trimester dan trimester terakhir sebanyak 2 kali (Sarwono, 2010). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan di RSUD Ciamis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dari Laporan Tugas Akhir adalah : “Bagaimana asuhan kebidanan komperhensif pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD Ciamis?”. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di ruang Poli Kebidanan RSUD Ciamis tahun 2016 5 dengan pendokumentasian menurut 7 langkah Varney dalam bentuk SOAP. 2. Tujuan khusus a. Mampu mengumpulkan data subjektif dan objektif ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD Ciamis tahun 2016. b. Mampu melakukan interpretasi data sehingga ditemukan masalah atau diagnosa ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD Ciamis tahun 2016. c. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan antisipasi penanganan ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD Ciamis ahun 2016. d. Mampu melakukan antisipasi penanganan kebutuhan terhadap tindakan segera konsultasi, kolaborasi ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD Ciamis tahun 2016. e. Mampu merencanakan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD Ciamis tahun 2016. f. Mampu melaksanakan asuhan berdasarkan perencanaan yang dibuat pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD Ciamis tahun 2016. g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD Ciamis tahun 2016. D. Manfaat 1. Bagi pasien dan keluarga Bermanfaat untuk memberikan informasi bagi ibu tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, sehingga apabila terjadi tanda bahaya kehamilan seperti Preeklampsia Ringan bisa ditangani dengan segera. 2. Bagi tenaga kesehatan / Bidan Bermanfaat sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan / bidan sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada ibu hamil untuk mempertahankan kualitas pelayanan. 6 3. Bagi institusi pendidikan Bermanfaat seagai bahan kajian, masukan dan dasar pemikiran bagi mahasiswa khususnya untuk penelitian lebih lanjut, guna meningkatkan kualitas pendidikan. 4. Bagi penulis lainnya Bermanfaat untuk menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dan gambaran nyata dalam memberikan asuhan sehingga dapat mengenali tanda bahaya atau faktor resiko ibu hamil. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Sarwono, 2010). Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua pada usia kehamila 13 hingga 27 minggu, dan trimester ketiga pada usia kehamilan 28 hingga 40 minggu (Wiknjosastro, 2010). b. Proses kehamilan 1) Menurut Sulistyawati (2009), proses kehamilan meliputi : a) Konsep yaitu pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang memungkinkan terjadi kehamilan. b) Fertilisasi yaitu kelanjutan dari proses konsepsi terjadi penyatuan sperma dan ovum, sampai dengan terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-sperma hingga menjadi buah kehamilan. c) Implantasi (Nidasi) yaitu masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam . 2) Tanda-tanda kemungkinan hamil (Wiknjosastro, 2010) : a) Adanya HCG (Human Chorioic Gonadotropin) cara khas yang dipakai untuk menentukan HCG pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pagi hari. b) Pada pemeriksaan ditemukan tanda hegar yaitusegmen bawah rahim melunak. Tanda goodell’s tanda ini berupa serviks menjadi lebih lunak. Tanda chadwick biasanya tanda ini berupa perubahan warna , warna pada vagina dan vulva menjadi lebih merah dan agak kebiruan. Tanda piscaseks 7 8 uterus membesar secara simetris menjauhi garis tengah tubuh. Tanda braxton hicks bila uterus dirangsang mudah berkontraksi, tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil. 3) Tanda tidak pasti (Wiknjosastro, 2010) : a) Amenorea (tidak haid), gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi. b) Nause dan emesis (mual dan muntah), dimana enek pada umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness. c) Mengidam (menginginkan makanan dan minuman tertentu), sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan. d) Pingsan, sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bula-bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu. e) Anoreksia (tdak ada nafsu makan), pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk dua orang, sehingga kenaikan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. f) Frekuensi buang air kecil bertambah, sering kencing terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. g) Leukore (keputihan), tanda berupa peningkatan jumlah cairan vagina pada pengaruh hormon, cairan tersebut tidak menimbulkan rasa gatal, warnanya jernih dan jumlahnya tidak banyak. 9 h) Mamae menjadi tegang dan membesar, keadaan ini disebabkan pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae. 4) Tanda pasti kehamilan (Wiknjosastro, 2010) : a) Adanya gerakan janin sejak usia kehamilan 16 minggu. b) Terdengar denyut jantung janin pada kehamilan 12 minggu dengan fetal elektro cardiograph dan pada kehamilan 18-20 minggu dengan stethoscope leannec. c) Terabanya bagian-bagian janin. d) Terlihat kerangka janin bila dilakukan pemeriksaan Rongent. e) Terlihat kantong janin pada pemeriksaan USG c. Kunjungan dalam kehamilan Menurut Saifudin (2010), ibu hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan : 1) Kehamilan trimester I (<14 minggu) satu kali kunjungan. 2) Kehamilan trimester II (14-28 minggu) satu kali kunjungan. 3) Kehamilan trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36) dua kali kunjungan. Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk memerikasakan kehamilannya dengan jadwal sebagai berikut: Kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali. Bila ada masalah atau ganggun kehamilannya, ibu segera menemui petugas kesehatan (bidan atau dokter) untuk penanganan lebih lanjut. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan Menurut Sulistyawati (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan antara lain: 1) Faktor fisik Berkaitan dengan status kesehatan kehamilan pada usia tua, berkaitan dengan status kesehatan kehamilan multiple, berkaitan dengan status kesehatan kehamilan dengan HIV. 10 2) Status gizi Pemenuhan gizi seimbang selama hamil akan meningkatkan kondisi kesehatan bayi dan ibu, terutama dalam menghadapi masa nifas sabagai modal awal untuk menyusui. 3) Gaya hidup Berkaitan dengan perokok, minuman keras, obat-obatan penenang (narkoba), pergaulan bebas (hamil pranikah, hamil tidak diinginkan). 4) Faktor psikologis a) Stresol internal Faktor pemicu stress ibu hamil berasal dari ibu sendiri seperti adanya beban psikologis yang ditanggung oleh ibu yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi. b) Stresol eksternal Pemicu stress yang berasal dariluar antara lain: masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan suami, dan tekanan dari lingkungan. e. Asuhan Antenatal Menurut Rukiah (2013), penatalaksanaan asuhan paada kehamilan adalah : 1) Melakukan anamnesa tentang identitas ibu, riwayat kehamilan selengkap mungin. 2) Melakukan pemeriksaan fisik (head to toe). 3) Melakukan pemeriksaan labolatorium untuk menilai apakah kehamilan ibu normal atau tidak. 4) Memberikan konseling mengenai asupan nutrisi, pola kehidupan sehari-hari, personal hygiene, persiapan persalinan, perubahan fisiologi kehamilan, tanda bahaya kehamilan, menjadwalkan kunjungan berikutnya, memberikan imunisasi TT. 5) Mendokumentasikan dalam bentuk SOAP. 11 2. Kehamilan dengan Preeklampsia Ringan a. Pengertian Preeklampsia ringan adalah tekanan darah ≥140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, proteinuria ≥ pada pengukuran dengan dipstick urin atau kadar protein total ≥ 300mg/24 (Wiknjosastro, 2008). Preeklampsia ringan adalah kenaikan tekanan darah diastolik 15mmHg atau >90 sampai 110 mmHg, dan kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau >140 setelah usia kehamilan 20 minggu disertai protein urin dan oedema pada kaki, jari tangan dan muka (Elisabeth, 2015). Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi oran yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel (Sarwono, 2010). b. Patofisiologi Penyebab preeklampsia dalam kehamilan hingga kini belum diketahui secara pasti. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi belum ada satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar dan memuaskan. Menurut Sarwono (2010), teori yang sekarang dianut adalah : 1) Teori kehamilan vaskularisasi plasenta. 2) Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel. 3) Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin. 4) Teori adaptasi kardiovaskulalori genetik. 5) Teori defisiensi gizi. 6) Teori inflamasi. c. Faktor Resiko Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, menurut Sarwono (2010) yang dapat dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut : 1) Primigravida, primipaternitas. 12 2) Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar. 3) Umur yang ekstrim, jika usia ibu hamil kurang dari 18 tahun atau lebih dari 40 tahun. 4) Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia. 5) Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil. 6) Obesitas. d. Gangguan Klinis Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeklampsia ialah eodema, hipertensi dan terakhir proteinuria. Sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutas diatas dapat dianggap bukan preeklampsia Lisnawati (2013). 1) Hipertensi Gejala yang terlebih dahulu timbul ialah hipertensi yang terjadi secara tiba-tiba, sebagai batas diambil tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg, tapi juga kenaikan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg diatas tekanan yang biasa merupakan petanda. Tekanan darah sistolik dapat mencapai 180 mmHg dan diastolik 110 mmHg, tetapi jarang mencapai 200 mmHg. Jika tekanan darah melebihi 200 mmHg maka sebabnya biasanya hipertensi asensial. 2) Oedema Timbulnya oedema didahului oleh pertambahan berat badan yang berlebihan. Pertambahan berat 0,5 kg pada seseorang yang hamil dianggap normal, tetapi jika mencapai 1kg per minggu atau 3 kg dalam satu bulan, pre-eklampsia harus dicurigai. Oedema ini tidak hilang dengan istirahat. 3) Proteinuria Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> positif 2 dengan cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 13 24 jam. Proteinuria didefinisikan sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam. Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun penderita seringkali tidak merasakan perubahan tersebut. Biasanya apabila penyakit ini sudah cukup lanjut maka penderita akan mengalami : 1) Sakit kepala terutama daerah frontal. 2) Rasa nyeri pada epigastrum. 3) Gangguan penglihatan. 4) Terdapat mual sampai muntah. 5) Gangguan pernafasan sampai sianosis. 6) Gangguan kesadaran. e. Diagnosis Menurut Sarwono (2010) diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau eodema setelah kehamilan 20 minggu. 1) Hipertensi : sistolik/diastolik ≥149/90 mmHg. 2) Proteinuria : ≥300 mg/24 jm atau ≥ 1+ dipstik. 3) Oedema : oedema pada lengan, muka dan perut, oedema generalisata. f. Pencegahan Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan berkelanjutan dengan penyebab yang sama (Manuaba, 2010). Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsia. Menurut Walyani (2015), untuk mencegah terjadinya Preeklampsia dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan : 1) Nutrisi Diet rendah garam, diet tinggi ptotein, suplemen kalsium, magnesium dan lain-lain. Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau oedema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk 14 meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir terlur setiap hari. 2) Cukup istirahat Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. 3) Pengawasan antenatal (hamil) Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian: a) Uji kemungkinan Preeklampsia: (1) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya. (2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri. (3) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau oedema . (4) Pemeriksaan protein dalam urin. (5) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata. b) Penilaian kondisi janin dalam rahim. (1) Pemantauan tinggi fundus uteri. (2) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban. g. Penanganan Penanganan preeklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Menurut Sarwono (2010) ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara jalan. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat dengan cara berbaring atau tidur miring. Pada kehamilan diatas 20 minggu, posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada kava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran 15 darah ke organ-organ vital seperti ginjal yang akan meningkatkan filtrasi glomeruli meningkatkan dan ekskresi meningkatkan natrium dan diuresis yang menurunkan akan reaktivitas kardiovaskular. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah oksigenasi plasenta dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim. Tekanan pada ekstermitas bawah turun dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan oedema berkurang. Diet yang mengandung 2 gram natrium atau 4-6 gram NaCl adalah cukup. Kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi pertumbuhan janin justru membutuhkan lebih banyak konsumsi garam. Bila konsumsi garam hendak dibatasi, hendaknya diimbangi dengan konsumsi cairan yang banyak berupa susu atau air buah. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari atau diazepam 3x2 mg peroral selama 7 hari (atas intruksi dokter) akan menurunkan tekanan darah. Pada umunya pemberian diuretik dan anti hipertensi pada preeklamsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala preeklamsia berat. Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu dirawat di rumah sakit. Hal ini perlu dilakukan apaila setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan tekanan darah, kadar proteinuria, kenaikan berat badan ibu 1kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut-turut serta timbul salah satu atau lebih tanda-tanda preeklampsia berat. Pada kehamilan preterm <37 minggu, bila tekanan darah mencapai normotensif, selama perawatan persalinannya ditunggu sampai aterm. 16 Pada kehamilan aterm >37minggu persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu memperpendek kala II. B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisirkan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Simatupang, 2008). 2. Proses Manajemen Kebidanan 7 Langkah Verney Dalam penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan manajemen kebidanan pada ibu hamil degan Preeklampsia Ringan menurut 7 langkah Varney karena metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien. Dalam proses ketujuh langkah tersebut dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu menurut Varney (2007) : a. Langkah I : Pengkaji Pengkaji adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk pengumpulan semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. b. Langkah II : Interpretasi Data Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. sehingga 17 c. Langkah III : Diagnosa Potensial Diagnosa potensial adalah mengidentifikaiskan masalah atau diagnosa potensial lain didasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose atau masalah potensial benar-benar terjadi. Dan yang paling penting asuhan yang aman. d. Langkah IV : Antisipasi Antisipasi adalah mengidentifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan mmelakukan rujukan. e. Langkah V : Perencanaan Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi, apakah dibutuhkan penyulu han, konseling dan rujukan yang mungkin diperukan. f. Langkah VI : Pelaksanaan Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh mengarahkan seperti atau yang diuraikan melaksanakan pada rencana langkah kelima, asuhan secara efesiensi dan bermutu. g. Langkah VII : Evaluasi Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah rencana tersebut. 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu : 18 a) Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney. b) Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. c) Assessment atau analisa data Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau masalah, potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney. d) Planning atau penatalaksanaan Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,7 Varney. 4. Keterkaitan Antara Manajemen Kebidanan dan Sistem Pendokumentasian SOAP Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan di akhiri dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa di aplikasikan dalam semua 19 Gambar 2.1 Keterkaitan Antara Manajemen Kebidanan dan Sistem Pendokumentasian Soap 20 C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Preeklampsia Ringan 1. Asuhan Kebidanan Kehamilan (Antenatal Care) pada Preeklampsia Ringan a. Pengertian Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Sarwono, 2010). b. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan dengan Preeklampsia Ringan 1) Mengumpulkan data subjektif a) Identitas pasien b) Keluhan c) Graviditas dan paritas d) Usia kehamilan e) HPHT dan TP f) Tekanan darah tinggi sejak usia kehamilan ≥20minggu g) Pergerakan janin. h) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu i) Riwayat penyakit yang lalu. j) Riwayat perkawinan. 2) Mengumpulkan data objektif a) Keadaan umum b) Kesadaran c) Tanda-tanda vital → tekanan darah ≥140/90 mmHg d) Pemeriksaan fisik : pada ibu hamil mulai dari konjungitva, TFU, TBI, Leopold, His, DJJ, periksa dalam, ektremitas atas dan bawah ada oedema atau tidak dan refleks patella. e) Pemeriksaan lab : Hb, protein urine positif +1 dan glukosa urine. 3) Menganalisa data Menegakkan diagnosa berdasarkan data subjektif dan data obejktif yang didapat. Format penulisan : GPA hamil ... minggu dengan Preeklampsia Ringan (PER). 21 4) Penatalaksanaan asuhan kebidanan a) Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga. b) Menjelaskan hasil pemeriksaan. c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang preeklampsia ringan. d) Melakukan kolaborasi dengan dokter spresialis obgyn. e) Melakukan kolaborasi dengan pertugas labolatorium untuk pemeriksaan darah dan urine. f) Mengobservasi keadaan umum, tanda vital, his dan DJJ. g) Memberikan terapi sesuai anjuran dokter. h) Memberikan dukungan moril pada pasien dan keluarga. D. Landasan Hukum Tugas dan Kewenangan Bidan Sesuai Menkes/SK/VII/2002. Keputusan Bidan Menteri dalam Kesehatan menjalankan RI praktik No.900/ profesinya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : 1. Pelayanan Kebidanan kepada Ibu pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui. Meliputi : a. Penyuluhan dan konseling b. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi : 1) Penyuluhan dan konseling 2) Pemeriksaan fisik 3) Pelayanan antenatal pada kehamilan abnormal 4) Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup abortus imminens, Hiperemesis gravidarum tingkat I, pre eklampsia ringan dan anemia ringan. 5) Pertolongan persalinan normal 6) Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri, postterm dan preterm. 7) Pelayanan ibu nifas normal 8) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta dan infeksi ringan. 22 9) Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang mengalami keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid. E. Tinjauan Al-Quran dan Hadist tentang Kehamilan 1. Ayat Al-quran Ayat-ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang kehamilan sangat banyak, umumnya terkait dengan tanda-tanda adanya Allah, kebesaraan dan kakuasaan Nya. Diantaranya, Al-Qur‟an Surat Al-Mukminun /23:1214 : Artinya “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu. Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS Al Mukminun : 12-14) Ayat tersebut mengisyaratkan adanya proses penciptaan manusia dalam alam arham (masa kehamilan), yang diawali dengan “sulalah min tin”, kemudian “menjadi nutfah, „alaqah, mudghah, izaman, lahman dan khalqan”. Penciptaan manusia berasal dari sulalah min tin, artinya saripati tanah, yaitu inti zat-zat yang ada dalam tubuh wanita dalam bentuk ovum dan dalam diri laki-laki dalam bentuk sperma. Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma, atau zygote, disebut nutfah. Setelah terjadi pembuahan, zygote berjalan secara perlahan melalui tuba fallopi menuju rahim. Setelah menempel di dinding rahim, berubah menjadi 23 „alaqah. Istilah „alaqah biasa diterjemahkan dengan segumpal darah. Penggunaan istilah „alaqah oleh Al-Qur‟an sangat tepat, karena posisi zygote menggantung di dinding rahim. „Alaqah juga berarti sesuatu yang menggantung. Proses berikutnya, berubah menjadi mudghah, yang bentuknya seperti sekerat daging, kemudian tumbuh tulang (izamaman) tulang dibungkus daging (lahman), selanjutnya menjadi khlaqan akhar (makhluk janin, yang sudah berbeda dengan kondisi awal terjadinya manusia). Kemudian Allah meniupkan ruh dalam janin. 2. Hadist Hadist yang menjelaskan tentang kehamilan juga banyak, umumnya terkait dengan tanda-tanda adanya Allah, kebesaraan dan kakuasaan Nya. Salah satunya hadist Rasulullah SAW : ّ َع ِن ا ْب ِن َم ْس ُع ْو ٍد َرضِ َي صا ِد ُق ِ ّ ُ س ْول َّ َوه َُو ال.صلم. ّللا ُ ;حدَّ َثنا َ َر َ َّللاُ َع ْن ُه قاَل ُ ُث َّم َي ُك ْون، صد ُْو ُق ; إِنَّ أَ َحدَ ُك ْم َل ُي ْج َم ُع َخ ْلقُ ُه ف ِْي َب ْط ِن أُمه أَ ْر َب ِع ْينَ َي ْوما ً ُن ْط َف ًة ْ ا ْل َم سل ُ إِ َل ْي ِه ا ْل َم َل ُك َف َي ْنفُ ُخ فِ ْي ِه َ ُث َّم ُي ْر، ض َغ ًة ِم ْثلَ ذاَل َِك ْ ُث َّم َي ُك ْونُ ُم، َع َل َق ًة ِم ْثلَ ذاَلِ َك َ َو َهلْ ه َُو، َو َع َملِه، َوأَ َجلِه، ت ; ِر ْزقِه - س ِع ْيد ٍ َ َو ُي ْؤ َم ُر ِبأ َ ْر َب ِع َكلِما، الر ْو َح َ شق ٌِّي أَ ْو ُّ -الحديث رواه أحمد “ Dari Ibnu Mas‟ud RA, ia berkata : Telah bersabda kepada kami Rasulullah SAW – Beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya; “Sesungguhnya seorang diantara kamu (setiap kamu) benar-benar diproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud air mani; kemudian berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal darah; lantas berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal daging; kemudian malaikat dikirim kepadanya untuk meniupkan roh kedalamnya; lantas (sang janin) itu ditetapkan dalam 4 ketentuan : 1. Ditentukan (kadar) rizkinya, 2. Ditentukan batas umurnya, 3. Ditentukan amal perbuatannya, 4. Ditentukan apakah ia tergolomg orang celaka ataukah orang yang beruntung“ (HR Ahmad). Hadis tersebut dimuka menjelaskan proses kejadian manusia dalam rahim ibunya, yaitu 40 hari pertama berwujud “Nutfah“ (air mani 24 laki-laki bersenyawa dengan sel telur perempuan), 40 hari kedua berproses menjadi “Alaqah“ (segumpal darah), 40 hari ketiga berproses menjadi “Mudlghoh“ (segumpal daging). Hadis tersebut di muka lebih lanjut menjelaskan bahwa saat berwujud mudlghah itulah Allah SWT mengirim malaikat untuk memasangkan roh kepadanya bersamaan dengan ditetapkannya 4 ketentuan.