Komunikasi Saksi dalam Persidangan

advertisement
Komunikasi Saksi dalam Persidangan
Oleh
Aan Widodo, S.I.Kom
Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Abstrak
Tulisan ini merupakan tinjauan mengenai kedudukan saksi dalam persidangan di
pengadilan ditinjau dari segi Ilmu komunikasi.Secara umum pengertian saksi adalah
seseorang yang memberikan keterangan dalam persidangan guna menyelidiki atau
mengungkap suatu kebenaran perkara hukum, baik itu dalam hukum pidana ataupun
hukum perdata.Posisi saksi dalam persidangan sangatlah penting, seorang saksi dapat
memberikan keterangan baik dalam bentuk lisan ataupun perilaku nonverbal, guna
menjawab pertanyaan yang disampaikan dalam persidangan oleh hakim, jaksa, ataupun
penasehat hukum.Pemahaman tentang tatacara memberikan kesaksian atau
berkomunikasi sangat dibutuhkan sebagaimana pula yang diatur dalam kitab undangundang hukum acara pidana.
Kata Kunci : Saksi dan Komunikasi
Absract
This paper is a review of the position of a witness in court proceedings in terms
of science communication. In general terms the witness is a person who gives testimony
in the trial in order to investigate or reveal a truth case law, both in criminal law or civil
law. Position is very important witness in the trial, a witness may testify in the form of
verbal or nonverbal behavior, in order to answer the questions submitted in the court by
the judge, prosecutor, or legal counsel. An understanding of the procedures testify or
communicate is needed as well as those mentioned in the book of the law of criminal
procedure
law.
Keywords: Witness and communication
Pendahuluan
Ilmu Komunikasi mempelajari tentang pernyataan manusia. Konsep sederhana
bahwa komunikasi terjadi dalam setiap peristiwa yang bermakna. 1kesaksian seorang
saksi dalam peristiwa komunikasi persidangan adalah
bagian dari komunikasi.
Keberadaan saksi ini bagian dari proses pemeriksaan suatu tindak pidana atau perdata
1
Liliweri Alo .1997. Komunikasi Antar Pribadi.Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
hukum yang sedang diselidiki kebenarannya didalam persidangan oleh majelis hakim,
penasehat hukum atau juga pihak penuntut umum.
Kehadiran saksi dalam persidangan adalah salah satu aspek proses penegakan
hukum, seorang saksi sangat dibutuhkan keterangannya berkaitan dengan upaya dalam
mencari kebenaran. Keterangan saksi dalam KUHAP pasal 185 adalah sebagai alat
bukti, sesuai apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.2
Kehadiran seorang saksi dalam persidangan dipengadilan menyampaikan
keterangan-keterangan secara lisan ataupun gerakan atas pertanyaan atau pernyataan dari
majelis hakim. Kehadiran saski ini sebagai bagian dari proses komunikasi dalam
persidangan untuk menyelesaikan perkara baik hukum pidana atau pertada secara adil.
Definisi Saksi
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti
dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut
alasan dari pengetahuannya itu. (Pasal 1 KUHAP Butir 27)3
Saksi dalam Persidangan.
Alat bukti yang sah dalam persidangan di pengadilan adalah, keterangan saksi;
keterangan ahli; surat; petunjuk; keterangan terdakwa. Keterangan seorang saksi saja
tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang
didakwakan kepadanya namun juga keterangan dari beberapa saksi. Keterangan
beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat
digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada
hubungannya satu dengan yang lain sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian
atau keadaan tertentu.
2
3
Undang Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang : Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana
ibid
Seorang yang akan bersaksi harus disumpah. Keterangan dari saksi yang tidak
disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti, namun
apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang disumpah dapat
dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.
Komunikasi Saksi
Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks yang begitu komplek,
termasuk diruang pengadilan yang menyangkut saksi. Beberapa karakterisitik
komunikasi yang menyangkut kesaksian seseorang dalam persidangan diantaranya :
Komunikasi adalah suatu proses,Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta
mempunyai tujuan, Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para
pelaku yang terlibat, Komunikasi bersifat transaksional, Komunikasi menembus ruang
dan waktu, Komunikasi bersifat simbolis (Sendjaja, 2004: 113-116)
Komunikasi sebagai suatu proses artinya, komunikasi merupakan serangkaian
tindakan yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun
waktu tertentu. Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang
berkomunikasi sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama
terhadap topik pesan yang dikomunikasikan. Komunikasi pada dasarnya menuntut dua
tindakan, yakni memberi dan menerima.Pengertian transaksional menunjuk pada suatu
kondisi bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh satu pihak, tetapi
oleh kedua belah pihak yang saling bekerjasama.
Komunikasi adalah kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam
hidup bermasyarakat serta merupakan sarana berinteraksi sebagai suatu usaha atau
kegiatan untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Menurut Rakhmat
(2005:9), Komunikasi berarti peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia
berinteraksi kepada manusia lain. Komunikasi melibatkan sejumlah orang untuk
menyatakan pikiran, pendapat, perasaan, kemauan dan keinginan agar seseorang dengan
orang lain dapat saling memahami, mengerti dan mempengaruhi satu sama lainnya.
Seperti hal nya komunikasi dalam sebuah persidangan dalam memecahkan berbagai
persoalan dan permasalahan yang menyangkut satu perkara hukum.
Serangkaian tindakan dengan memberikan keterangan oleh seseorang didalam
persidangan yang dinamakan saksi adalah komunikasi saksi yang dimaksud disini.
Komunikasi saksi dalam persidangan didefinisikan
sebagai kesiapan seorang saksi
menerangkan pengetahuannya terkait perkara hukum yang ia ketahui, ia alami atau ia
lihat didepan persidangan, secara terbuka, benar, jujur dan tanpa intervensi.
Setelah saksi memberi keterangan, ia tetap hadir di sidang kecuali hakim ketua
sidang member izin untuk meninggalkannya (pasal 167 KUHAP butir 1). Sebagai saksi
atau ahli yang telah hadir memenuhi panggilan dalam rangka memberikan keterangan di
semua tingkat pemeriksaan, dokter berhak mendapat penggantian biaya menurut
perundang-undangan yang berlaku.Hak ini disampaikan oleh pejabat yang melakukan
pemanggilan kepada dokter (pasal 229 KUHAP).
Dalam prakteknya memberikan berkomunikasi diruang sidang seorang saksi
kadang tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan dengan saksi lain ataupun barang
bukti tindak kejahatan hukum. Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi,
hakim harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan: persesuaian antara keterangan
saksi satu dengan yang lain; persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti
lain;alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang
tertentu; cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya;.
Komunikasi Saksi dalam Persidangan.
Komunikasi saksi dalam persidangan terjadi pada tahap pembuktian suatu
perkara.Dengan ketentuan Semua jenis pemberitahuan atau panggilan oleh pihak yang
berwenang dalam semua tingkat pemeriksaan, saksi atau ahli disampaikan selambatlambatnya tiga hari sebelum tanggal hadir yang ditentukan, ditempat tinggal mereka atau
di tempat kediaman mereka terakhir.Petugas yang melaksanakan panggilan tersebut
harus bertemu sendiri dan berbicara langsung dengan orang yang dipanggil dan
membuat catatan bahwa panggilan telah diterima oleh yang bersangkutan dengan
membubuhkan tanggal serta tandatangan, baik oleh petugas maupun orang yang
dipanggil dan apabila yang dipanggil tidak menandatangani maka petugas harus
mencatat alasannya.surat panggilan disampaikan melalui kepala desa atau pejabat dan
melalui perwakilan Republik Indonesia jika saksi berada di luar negeri (pasal 227
KUHAP )
Jika dilihat dari proses persidangan yang terjadi dalam sidang agenda ketarangan
saksi, maka peran saksi dalam interaksi tersebut adalah bentuk dari konformasi atas
pertanyaan dan penyataan yang terungkap dalam persidangan.
Dalam kajian komunikasi ini seorang saksi menyampaikan apa yang ia ketahui.
Sebelum memberikan kesaksian, saksi disumpah terlebih dahulu oleh majelis hakim.Isi
pernyataan yang disampaikan saksi sehingga dijadikan alat bukti adalah bentuk bahwa
kesaksian dalam persidangan itu penting.
Seorang saksi didalam sebuah persidangan dipengadilan harus memperhatikan
banyak hal, yang tentunya berkaitan dengan proses pengungkapan kebenaran dan terkait
dengan terdakwa, pengacara, jaksa dan majelis hakim.
Kesaksian saksi dalam persidangan terdapat dua jenis, keterangan saksi, dan
keterangan ahli.Keterangan saksi disampaikan secara lisan, sementara keterangan saksi
ahli bisa berbentuk data yang diungkapkan.Pesan dalam komunikasi saksi dalam
persidangan di pengadilan terjadi dalam bentuk verbal dan nonverbal.bentuk verbal ini
dilihat dari pesan yang disampaikan oleh saksi dalam bentuk kata-kata. Sementara pesan
dalam bentuk nonverbal adalah dalam bentuk gerak tubuh atau tindakan, Saksi akan
menggelengkan kepala ketika apa yang ditanyakan ia tidak mengetahui, atau akan
menganggukkan kepala jika ia mengerti.
Interaksi dan komunikasi kesaksian dalam persidangan sifatnya formal.Berkaitan
dengan beberapa tahapan persidangan, yang umumnya menyangkut sidang tahap
pembuktian.
Beberapa ketentuan dalam komunikasi saksi adalah sebagai berikut : Pertanyaan
yang diajukkan pada saksi diarahkan untuk mengungkap fakta yang sebenarnya,
sehingga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 4
4
Nico Ngani, 1998.Pidana dan pemidanan, Cetakan III, Yogyakarta,
•
Materi pertanyaan diarahkan pada pembuktian unsur-unsur perbuatan yang
didakwakan.
•
Pertanyaan harus relevan dan tidak berbelit-belit bahasa dan penyampainnya
harus dipahami oleh saksi.
•
Pertanyaan tidak boleh bersifat menjerat atau menjebak saksi.
•
Pertanyaan tidak boleh besifat pengkualifikasian delik.
•
Hindari pertanyaan yang bersifat pengulangan dari pertanyaan yang sudah
pernah ditanyakan dalam rangka memberi penekanan terhadap suatu fakta
tertentu atau penegasan terhadap keterangan yang bersifat ragu-ragu.
•
Hal-hal tersebut diatas pada dasarnya bersifat sangat merugikan terdakwa atau
pemeriksaan itu sendiri, sehingga apabila dalam pemeriksaan saksi, hal tersebut
terjadi maka pihak yang mengetahui dan merasa dirugikan atau merasa keberatan
dapat
mengajukkan
”keberatan/interupsi”
pada
hakim
ketua
dengan
menyebutkan alasannya.
•
Sebagai contoh pertanyaan penuntut umum bersifat menjerat terdakwa maka
penasihat hukum dapat protes, katakatanya kira-kira sebagai berikut: ”interupsi
ketua majelis... pertanyaan penuntut umum menjerat saksi”.
•
Satu contoh lagi, jika pertanyaan penasihat hukum berbelit-belit maka penuntut
umum dapat mengajukan protes, misalnya dengan katakatan ”keberatan ketua
majelis... pertanyaan penasihat hukum membingungkan saksi”.
•
Atas keberatan atau interupsi tersebut hakim ketua langsung menanggapi dengan
menetapkan bahwa interupsi/keberatan ditolak atau diterima.
•
Apabila interupsi/keberatan ditolak maka pihak yang sedang mengajukkan
pertanyaan dipersilahkan untuk melanjutkan pertanyaannya, sebaliknya apabila
interupsi/keberatan diterima, maka pihak yang mengajukkan pertanyaan diminta
untuk mengajukan pertanyaan yang lain.
•
Selama memeriksa saksi hakim dapat menunjukkan barang bukti pada saksi guna
memastikan kebenaran yang berkaitan dengan barang bukti tersebut.
•
Setiap saksi selesai memberikan keterangan, hakim ketua menanyakan kepada
terdakwa, bagaimana pendapatnya tentang keterangan tersebut
Daftar Pustaka :
Liliweri Alo .1997. Komunikasi Antar Pribadi.Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Nico Ngani, 1998.Pidana dan pemidanan, Cetakan III, Yogyakarta,
Rakhmat, Jalaludin 2005.Psikologi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sendjaja, Sasa Djuarsa, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka
Susanti, Rika. 2013. Peran Dokter sebagai Saksi ahli dalam persidangan.Medan : Jurnal
Kesehatan Andalas
Undang Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang : Kitab Undang Undang Hukum Acara
Pidana
Download