MODEL SEBARAN LARVA KARANG DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TAMAN WISATA PERAIRAN KAPOPOSANG Zulfikar Afandy1*, Ario Damar2, Syamsul Bahri Agus3 1Program 2 Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut FPIK-IPB, Bogor Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK-IPB, Bogor 3Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK-IPB, Bogor *email: [email protected] Simposium Nasional Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 2017 Latar Belakang Komitmen Internasional • Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) pada tahun 2010, melalui “Aichi Target” Kebijakan Pemerintah • Membentuk kawasan konservasi perairan (KKP) seluas 20 juta hektar pada tahun 2020 Efektivitas Pengelolaan KKP • Design KKP yang efektif mempertimbangkan “konektivitas” dalam pengelolaannya Perumusan Masalah • Sebagian besar pengelolaan KKP di Indonesia masih jarang yang memasukkan kajian konektivitas dalam rencana pengelolaannya • Dalam RZP TWP Kapoposang (2014) belum dimuat tentang informasi konektivitas pada kawasan ini. Tujuan dan Manfaat Penelitian • Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1) Membangun simulasi aliran larva pada kawasan konservasi TWP Kapoposang; 2) Memetakan pola konektivitas pada TWP Kapoposang. • Informasi yang didapatkan dari penelitian ini, diharapkan menjadi masukan dalam merumuskan strategi pengelolaan kawasan konservasi. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian • • Lokasi Penelitian di Kawasan Konservasi TWP Kapoposang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan; Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2016. Sementara untuk waktu simulasi model pelaksanaanya Februari 2016 dan Agustus 2016. Jenis Data dan Metode Penelitian Tujuan Model Sebaran Larva Jenis Data 1. Batimetri; 2. Data angin; Analisis Data Pemodelan Hidrodinamika 3. Pasang Surut; Partikel tracking 4. Sebaran dan Kondisi terumbu karang; 5. Waktu pemijahan; 6. Pelagic larva duration; 7. Lokasi pemijahan. Pola Konektivitas 1. Model Sebaran Larva 2. Peta dasar zonasi kawasan konservasi; 3. Sebaran terumbu karang; Spasial analisis, Teori graph HASIL PENELITIAN Model Arus Permukaan Model arus permukaan dibuat dengan input data berupa kondisi batimetri, angin, dan dinamika pasang surut. Musim Barat Musim Timur Validasi data pasang surut Data pembanding yang digunakan adalah data pasang surut dari Badan Informasi Geospasial (BIG) Arus Musim Barat Pada saat pasang pergerakan arus Pada saat surut, arus dominan menuju ke dominan ke arah utara, dengan kecepatan arah selatan dan tenggara dengan berkisar 0.02 – 0.9 m/s kecepatan 0.03 – 0.7 m/s. Arus Musim Timur Pada saat pasang pergerakan arus dominan ke arah utara, dengan kecepatan berkisar 0.08 – 0.8 m/s Pada saat surut, arus dominan menuju ke arah selatan dan tenggara dengan kecepatan 0.08 – 0.64 m/s. Hasil Simulasi Sebaran Larva Musim Barat Musim Timur Pola Konektivitas Sink Kelimpahan juvenil (ind/m² ± SE) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 SR1 SR2 ZI PTB GDB TJG PB PTL TP1 TP2 TPL ZP Lokasi yang terindikasi sebagai sink berjumlah 24 lokasi, Pada musim barat lokasi yang terindikasi sebagai penyerap larva (sink) yaitu : Gondongbali, Kapoposang, Pamanggangan, Taka Karangkarangang, Taka Pallawangan dan Taka Palekko. Pada musim timur lokasi yang terindikasi sebagai penyerap larva yaitu : Gondongbali, Pamanggangan dan Suranti Pola konektivitas • Source Gondongbali, Kapoposang2, Pulau Suranti, dan Pulau Pamanggangan. • Sink Gondongbali, Kapoposang, Pamanggangan, Taka Karang-karangang, Taka Pallawangan dan Taka Palekko dan Suranti • Local Retention Berdasarkan model sebaran larva yang telah dibuat, lokasi local retention hanya terdapat pada Kapoposang 2 Kesimpulan • Hasil dari model sebaran larva mengindikasikan bahwa proses penyebaran larva karang di TWP Kapoposang dipengaruhi oleh arus dan variasi angin pada musim barat dan timur; • Pemetaan pola konektivitas karang di TWP Kapoposang, didapatkan lokasi-lokasi yang berperan dalam pola konektivitas, lokasi yang berfungsi sebagai source yaitu Gondongbali Kapoposang2, Suranti dan Pamanggangang; • Lokasi yang berfungsi sebagai sink dengan menerima larva dari beberapa sumber yaitu Gondongbali, Kapoposang, Pamanggangang, Taka Karang-karangang, Taka Pallawangan dan Taka Palekko. Ucapan Terima Kasih • Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BPSDM KKP) untuk bantuan biaya penelitian; • COREMAP-CTI atas bantuan biaya penulisan tesis; • Satker TWP Kapoposang atas bantuan sarana dan prasarana selama penelitian berlangsung. TERIMA KASIH Ruang Lingkup Penelitian 1) Konektivitas dalam penelitian ini secara khusus mengacu pada hubungan fungsional yang didefinisikan sebagai hubungan spasial dan ekologis antara area melalui transportasi larva dan arus laut; 2) Simulasi aliran larva dilakukan terhadap larva karang kelompok Scleractinia secara umum, dengan pertimbangan jenis karang ini merupakan komponen utama pembangun terumbu. Model Hidrodinamika • Model ini menggunakan persamaan kontinuitas dan persamaan momentum dengan pendekatan perata-rataan terhadap kedalaman; • Model ini menggunakan pendekatan beda hingga (finite difference) untuk menyelesaikan persamaan yang digunakan; • Input data yang digunakan pada model ini adalah kondisi batimetri, pengaruh angin, dan dinamika pasang surut. Model Sebaran Larva • Model sebaran larva dibuat untuk melihat penyebaran larva karang di TWP Kapoposang, model ini dibangun menggunakan modul particle-tracking pada aplikasi MIKE 21 Flow Model FM; • Menggunakan konsep Langrangian, dimana konsep ini dapat secara efektif menggambarkan proses pergerakan atau penyebaran larva dari sumbernya pada area model. Parameter, pendekatan dan asumsi yang digunakan dalam model sebaran larva • Penyebaran larva tergantung pada arus laut saja (penyebaran pasif) tanpa simulasi berenang aktif atau migrasi vertikal (Agus, 2012; Andrello et al. 2013; Surbakti et al. 2014; Wood et al. 2014; Tay et al. 2012). • Waktu pelepasan larva dilakukan pada bulan purnama, pada saat pasang tertinggi; • Untuk musim barat, waktu pelepasan larva dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016, jam 20:00-20:30, bersamaan dengan puncak pasang, sedangkan untuk musim timur, dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2016 jam 20:30-21:00; • • Live Latitude Longtitude -4.70082 118.93707 52 Kapoposang KKP (2014) -4.70107 118.96568 61 Kapoposang Yusuf et al. (2015) -4.70626 119.06991 60 Kondongbali Yusuf et al. (2015) -4.65136 119.13062 81 Suranti -4.69258 119.10587 70 Pamanggangan Survey lapangan (2016) Satker TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, (2015) -4.71547 118.97849 52 Papandangan Yusuf et al. (2015) Coral Pulau Sumber Lokasi awal pelepasan model larva (source) ditentukan pada terumbu karang yang kondisinya baik atau persentase karang hidupnya ≥ 50 %; Densitas jumlah larva yang dilepaskan pada saat spawning disesuaikan dengan proporsi kondisi terumbu karang di lokasi sumber; • Pelagic larval duration (PLD) yang digunakan selama 30 Hari; • Selama simulasi dijalankan, berlaku asumsi bahwa tidak ada proses predasi, kematian larva, dan faktor lain yang mempengaruhi durabilitas larva (Agus, 2012) Rekruitmen karang • • • Pengamatan rekrutimen karang dilakukan pada area sink atau penyerap larva berdasarkan hasil simulasi aliran larva. Pengamatan rekruitmen karang menggunakan metode transek kuadrat sampling dengan ukuran 1 x 1 meter sebanyak 10 x ulangan pada kedalaman yang sama; Pengukuran kelimpahan rekruitmen karang berdasarkan jumlah anakan karang atau juvenile yang didefinisikan sebagai koloni karang berukuran ≤10 cm (Obura & Grimsditch, 2009). Tingkatan rekruitmen karang Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Kepadatan juvenil (m2) 0 <1 2-4 5 - 10 >10 Kondisi terumbu karang • Pengamatan kondisi terumbu karang menggunakan metode Underwater photo transect (UPT). • Data hasil foto transek dianalisis menggunakan perangkat lunak CPCe versi 4.1(Kohler & Gill, 2006). Teknik analisis dengan pemilihan sampel titik acak 20 titik. Pola Konektivitas • Pola konektivitas digambarkan dengan menggunakan teori graf • Graf dilambangkan dengan simpul/nodes dan sisi/edge, dan biasa dituliskan sebagai pasangan terurut dengan: 𝐺 = 𝑉, 𝐸 Keterangan : G = Graf V = simpul/nodes 𝑉 = 𝑣𝑖 , 𝑣𝑗 , … E = sisi/edge 𝐸 = (𝑒𝑖 , 𝑒𝑗 ), … Analisis Graf • Graf yang terbentuk dari pola sebaran larva, dianalisis untuk mengeksplorasi pola spasial dan temporal konektivitas antar lokasi, mengidentifikasi potensi jalur penyebaran larva, lokasi habitat penting yang berfungsi local retention serta mengidentifikasi lokasi yang berfungsi sebagai sumber dan penyerap dalam penyebaran larva. • Dalam teori grafik, terdapat indikator centrality (Freeman, 1978) yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi simpul/node mana yang paling penting dan berperan dalam suatu graf; • Indikator centrality yang digunakan pada penelitian ini, yakni: Degree centrality (CC) Degree centrality (CC) • Degree Centrality, yang akan menghitung bobot suatu node ke i (diberi notasi CD(i)) berdasar banyaknya edge yang terbentuk antara node i dengan node yang lainnya • Degree centrality, terbagi dua , yaitu out-degree, representasi dari jumlah sisi (edge) yang keluar dari suatu node, sedangkan indegree, mempresentasikan jumlah sisi yang mengarah ke suatu node (Estrada & Bodin, 2008). • Pada penelitian ini, out-degree digunakan untuk mempresentasikan jumlah sink yang disuplai oleh suatu lokasi sumber larva, sedangkan in-degree mempresentasikan jumlah sumber larva yang menyuplai suatu lokasi. RUMUS HIDRODINAMIKA MIKE Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Abbott, Petersen, & Skovgaard, 2010) : • Persamaan Kontinuitas : • 𝜕𝜁 𝜕𝑡 + 𝜕𝑝 𝜕𝑥 + 𝜕𝑞 𝜕𝑦 = 𝜕𝑑 𝜕𝑡 ……………………………………………..(Persamaan 1) • Persamaan Momentum : ……………….……………..(Persamaan 2) Pada sumbu x : • 𝜕𝜌 𝜕𝑡 + 𝜕 𝑝2 𝜕𝑥 ℎ Ω𝑞 − 𝜕 𝑝𝑞 𝜕𝜁 + + 𝑔 𝜕𝑦 ℎ 𝜕𝑡 ℎ 𝜕 𝑓𝑉𝑉𝑥 + 𝑝𝑎 = 0 𝜌𝑤 𝜕𝑥 + 𝑔𝑝 𝑝2 +𝑞 2 1 𝜕 𝐶 2 ℎ2 𝜌𝑤 𝜕𝑥 𝜏𝑥𝑥 + 𝜕 𝜕𝑦 𝜏𝑥𝑦 − + 𝑔𝑝 𝑝2 +𝑞 2 1 𝜕 𝐶 2 ℎ2 𝜌𝑤 𝜕𝑦 𝜏𝑦𝑦 + 𝜕 𝜕𝑥 𝜏𝑥𝑦 − Pada sumbu y : • 𝜕𝑞 𝜕𝑡 𝜕 𝑞2 𝜕𝑦 ℎ + Ω𝑝 − 𝜕 𝑝𝑞 𝜕𝜁 + + 𝑔 𝜕𝑥 ℎ 𝜕𝑦 ℎ 𝜕 𝑓𝑉𝑉𝑦 + 𝑝𝑎 = 0 𝜌𝑤 𝜕𝑦 • • • • • • Dimana : 𝜕 𝑥, 𝑦, 𝑡 = kedalaman m = 𝜁 − 𝑑 ; 𝑑 𝑥, 𝑦, 𝑡 = kedalaman yang bervariasi terhadap waktu; ζ x, y, t = elevasi muka laut pasang atau surut ; 𝑝, 𝑞 𝑥, 𝑦, 𝑡 = 𝑓𝑙𝑢𝑥 densitas pada sumbu x dan y 𝑚3 𝑠 𝑚 ; 𝑢, 𝑣 = kecepatan arus rata − rata terhadap kedalaman pada sumbu x dan y; • • • • C x, y = Chezy resistance (m1 2 𝑠); 𝑔 = gravitasi (𝑚2 𝑠); 𝑓 𝑉 = Faktor gesekan angin; 𝑉, 𝑉𝑥 , 𝑉𝑦 𝑥, 𝑦, 𝑡 = kecepatan angin pada sumbu x dan y 𝑚 𝑠 ; • • • • Ω 𝑥, 𝑦 = parameter Coriolis; 𝜌𝑎 𝑥, 𝑦 = tekanan atmosfer 𝑘𝑔/ 𝑚 𝑠 2 ; 𝜌𝑤 = densitas air laut 𝑘𝑔 𝑚3 ; 𝜏𝑥𝑥, 𝜏𝑥𝑦 , 𝜏𝑦𝑦 = komponen tegangan permukaan efektif terhadap dasar (𝑠𝑒𝑎𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠) Batimetri Profil kedalaman perairan yang terletak di dalam kawasan lebih rendah (dibawah 100m) dibandingkan luar kawasan, terutama di sebelah utara dan barat, kedalaman perairan bisa mencapai 500-800 m, hal ini disebabkan lokasi dari Pulau Kapoposang berada pada zona luar kepulauan Spermonde dan menjadi batas dengan laut yang lebih dalam. Angin Pada musim barat kecepatan angin berkisar 0.26 m/s – 6.98 m/s dengan kecepatan rata-rata 2.92 m/s dan arah dominan ke Tenggara dan Timur Pada musim timur, kecepatan angin berkisar 0.13 m/s – 7.85 m/s dengan kecepatan rata-rata 4.00 m/s dan arah dominan ke Barat Laut Pasang surut Tipe pasang surut di TWP Kapoposang tergolong kategori Campuran ke Harian Tunggal (Mixed Mainly Diurnal). Dengan dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda. Source 11 Musim Barat 10 Musim Timur 9 8 Jumlah sink 7 6 5 4 3 2 1 0 GB KP2 SR PM Lokasi Pada musim barat, beberapa lokasi yang terindikasi sebagai sumber larva (source) yaitu : Pulau Suranti, Pulau Pamanggangan, Pulau Gondongbali dan Kapoposang2, Pada musim timur, Pada musim ini hanya terdapat 2 lokasi yang terindikasi sebagai sumber larva yaitu : Pulau Gondongbali dan Kapoposang2, Keterbatasan Model • Selama simulasi dijalankan, berlaku asumsi bahwa tidak ada proses predasi, kematian larva, • Penyebaran larva tergantung pada arus laut saja (penyebaran pasif) tanpa simulasi berenang aktif atau migrasi vertikal Koefisien yang digunakan • Beberapa koefisien yang digunakan, yakni : • wind friction factor dengan nilai konstan 0.00126, • horizontal eddy viscosity menggunakan formula Smagorinsky dengan nilai konstan 0.28 m2/s. • Koefisien gesekan dasar (bed resistance) menggunakan Chezy number 38 m1/2/s. • Courant number yang digunakan sebesar 0.8. • Nilai tekanan yang diberikan oleh angin terhadap permukaan laut diskenariokan bervariasi terhadap ruang dan waktu. Nilai friksi angin pada pemodelan ini diskenariokan bervariasi terhadap kecepatan angin dimana pada saat kecepatan angin bernilai nol, maka besar friksinya 0.00126 • Parameter Eddy Viscosity berhubungan dengan gaya gesek antara molekul-molekul fluida yang bergerak dengan kecepatan berbeda dan menghasilkan gerak turbulen • Nilai tahanan dasar berhubungan dengan kekasaran dasar laut dan gaya gesek antara dasar laut dengan air • syarat kestabilan domain (Courant Number). Courant Number menunjukkan banyaknya grid yang memproses hasil selama pemodelan berjalan dalam satu satuan waktu.