litban MKA kel 02

advertisement
FORMAT ANHAS
4.1 TAN
4.2 TBC
4.3 NITRIT
4.4 NITRAT
4.5 KUALITAS AIR
4.5.1 PH
4.5.2 Suhu
4.5.3 DO
4.6 SURVIVAL RATE
4.7 GROWTH RATE
4.8 FCR
4.1 TAN
Perairan umum yang mengandung amonia tinggi dapat menggangu pertumbuhan ikan dan
biota perairan lainnya, bahkan dapat bersifat racun mematikan. Kadar amonia terlarut 2 ppm -7ppm
sudah dapat mematikan beberapa jenis ikan. Kadar amoniak dalam perairan dihasilkan dari
penumpukan limbah makanan di dasar laut /perairan dan dari tubuh ikan yang mengluarkan
amoniak bersama kotorannya. Perairan umum dengan kadar amonia berkisar antara 0,5 ppm – 1
ppm cukup baik untuk pertumbuhan ikan dan biota perairan (Cahyono, 2001)
Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Yogyakarta : Kanisius.
4.2 TBC
Menurut (Aristianti, 2007 dalam Purwa et al 2012, . Analisis mikobiologis dilaku-kan dengan
cara menghitung koloni bakteri yang tumbuh pada media kul-tur, yang bertujuan untuk mengetahui
jumlah mikroba selama penyimpan-an. Perhitungan jumlah bakteri dila-kukan dengan metode Total
Plate Count (metode hitung cawan) secara duplo. Prinsip dari metode ini adalah jika jasad renik yang
masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan
Mikroskop Untuk mengkultur bakteri digunakan nutrien agar (NA). kandungan total bakteri aksimum
pada ikan segar yang layak dikonsumsi adalah 5 x 105 cfu/g
Purwa,N., Junianto** dan T. Herawati. 2012. KARAKTERISTIK BAKTERI CAVIAR NILEM
DALAM PERENDAMAN CAMPURAN LARUTAN ASAM ASETAT DENGAN LARUTAN
GARAM PADA PENYIMPANAN SUHU RENDAH (5-100C). Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 3, ( 4) : 171-175
4.3 NITRIT
Nitrit (NO2) merupakan bentuk senyawa N yang berbahaya bagi kehidupan ikan. Kadar
nitrogen terlarut dalam perairan 0,1 mg/l sudah menimbulkan penyakit “brown blood” dan “no
blood”, sedangkan pada kadar 1,0 mg/l sudah menimbulkan kematian pada ikan. Senyawa nitrogen
dihailkan dari dekomposisi bahan organik. Kandungan bahan organik terlarut dalam perairan dalam
jumlah yang cukup dapat menyuburkan perairan dan dapat meningkatakan pertumbuhan ikan serta
hewan0hewan perairan lainnya. Namun, peningkatan bahan organik dalam jumlah banyak juga
dapat mempengaruhi kualitas air (Cahyono, 2001)
Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Yogyakarta : Kanisius
4.4 NITRAT
Menurut Andarias (1992) dalam Armita (2011), Nitrat adalah bentuk nitrogen utama
dalam perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan alga. Nitrat sangat mudah
larut dalam air dan stabil. Nitrat merupakan nutrien yang dapat mempercepat pertumbuhan
organisme juga dapat menurunkan konsentrasi oksigen terlarut di dalam perairan. nitrogen
dibutuhkan
oleh
tanaman
untuk
proses
fotosintesis. Pertumbuhan
alga
yang
baik
membutuhkan kisaran nitrat sebesar 0,9 – 3,50 ppm. Apabila kadar nitrat dibawah 0,1 atau
diatas 45 mg/l, maka nitrat merupakan faktor pembatas berarti pada kadar demikian nitrat bersifat
toksik.
Armita, D. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air Di Daerah Budidaya Rumput Laut Dengan
Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut, Di Dusun Malelaya, Desa Punaga, Kecamatan
Mangarabombang, Kabupaten Takalar. SKRIPSI. FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN
PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
4.5 KUALITAS AIR
4.5.1 PH
Menurut Tatangindatu et al . (2013), masih layak untuk dilakukan kegiatan usaha
budidaya karena berada pada kisaran 6,8 – 8,2. pH yang ideal bagi kehidupan biota air tawar
adalah antara 6,8 - 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air
makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat
eningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air. pH yang
baik untuk kegiatan budidaya ikan air tawar berkisar antara 6 – 9. pH juga dipengaruhi
kedalaman yang berbeda pada perairan.
Tatangindatu, F ., O. Kalesaran dan R.Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air pada
Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Budidaya
Perairan. 1 (2) : 8-19
4.5.2 Suhu
Menurut Purnomo et al . (2013), Suhu merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan . Kestabilan suhu
diperairan dipengaruhi oleh adanya masukan limbah panas, kondisi topografi
wilayah, proses pemanasan suhu matahari dan suhu udara . danau didaerah tropik
memiliki kisaran suhu yang tinggi yaitu 20 – 30 0C dan sedikit penurunan suhu
dengan bertambahnya kedalaman. Suhu juga sangat berperan mengendalikan
kondisi ekosistem perairan. pada kawasan tutupan Eceng Gondok ataupun kawasan
perairan terbuka memiliki kestabilan suhu dengan rata-rata yang sama yaitu 260C
dan 270C. Suhu pada kawasan perairan terbuka lebih hangat dibanding dengan
kawasan Eceng Gondok karena cahaya matahari pada kawasan perairan terbuka
dapat langsung masuk kedalam perairan tanpa terhalangi oleh tanaman Eceng
Gondok.
Purnomo, W.P ., P.Soedarsono dan M.N.Putri. 2013. PROFIL VERTIKAL BAHAN ORGANIK
DASAR PERAIRAN DENGAN LATAR BELAKANG PEMANFAATAN BERBEDA DI RAWA
PENING . JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. 2 (3) : 27-36.
4.5.3 DO
Menurut Ahmad et al .(1991), dalam Affan (2012) Oksigen
terlarut merupakan parameter yang paling kritis di dalam
budidaya ikan. Kelarutan oksigen didalam air dipengaruhi suhu,
salinitas dan tekanan udara. Peningkatan suhu, salinitas dan
tekanan menyebabkan penurunan oksigen,begitu juga sebaliknya.
Untuk bertahan hidup ikan memerlukan kadar oksigen 1 mg/l,
namun untuk dapat tumbuh dan berkembang minimal 3 mg/l. Untuk
kepentingan budidaya ikan, oksigen terlarut yang optimal
berkisar 5 – 8 mg/l
Affan,J.M. 2012. Identifikasi lokasi untuk pengembangan budidaya keramba jaring apung
(KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas air di perairan pantai timur Bangka
Tengah. Depik, 1(1):78-85.
4.6 SURVIVAL RATE
Kelulushidupan
Menurut (Effendi, 1979) dalam Moleko 2014 , :Kelangsungan hidup merupakan kemampuan
larva untuk bertahan hidup selama waktu tertentu. Kelangsungan hidup dihitung berdasarkan
ratio antara jumlah larva yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah larva pada awal
penebaran kelangsungan hidup larva dihitung dengan formula
SR (%) =𝑆𝑡/𝑆𝑜 x 100
SR = Kelangsungan hidup (%)
St = Jumlah larva pada akhir
pemeliharaan
So = Jumlah larva pada awal
penebaran
Moleko, A., H.J. Sinjai dan H. Manoppo. 2014. Kelangsungan Hidup Larva Ikan Nila yang Berasal Dari Induk yang
Diberi Pakan Berimunostimulan. Budidaya Perairan. 2 (3): 17 – 23.
4.7 GROWTH RATE
Menurut Afrianto, E dan Liviawati,E .2005 , Evaluasi pakan buatan secara biologis ditujukan
untuk untuk mengetahui sejauh mana kandungan gizi yang terdapat di dalam pakan dapat
mempengaruhi pertumbuhan ikan. Pertumbhan merupakan metode biologis yang dapat digunakan
untuk menentukan kualitas pakakn buatan. Dengan jumlah pakan buatan yang sama, semakin besar
pertumbuhan ikan yang dihasilkan, berarti semakin baik kualitas pakannya.Pertumbuhan dapat
ditentukan berdasarkan pertubuhan mutlak, relatif dan laju pertumbuhan harian.
Afrianto, E dan Liviawati,E .2005. Pakan Ikan. Yogyakarta : Kanisius.
4.8 FCR
Rasio konversi pakan adalah perbandingan antara bobot kering pakan yang
dikonsumsi dan pertambahan bobot ikan. Rasio konversi pakan dapat dihtung
menggunakan rumus FCR. Semakin kecil nilai rasio konversi pakan berarti kualitas pakan
buatan tersebut semakin baik. Nilai rasio konversi pakan berbanding terbalik dengan rasio
efisiensi pakan, yaitu perbandingan antara pertambhan bobot ikan dan bobot kering pakan
yang dikonsumsi. Nilai rasio efisensi pakan dapat dihitiung menggunakan rumus rasio pakan
efisiensi. Afrianto, E dan Liviawati,E .2005
Afrianto, E dan Liviawati,E .2005. Pakan Ikan. Yogyakarta : Kanisius.
Pakan (FR)
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhN. Apbila pakan yang diberikan
kurang dari dari yang dibutuhkan, kemungkinan yang terjadi adalah pakan tersebut hanya digunakan
untuk mempertahankan kondisi tubuh saja. Sementara itu, jika berlebihan, ikan tidak dapat
menghabiskannya shingga terjadi pembusukan sisa pakan didasar kolam. Pemberian pelet mengacu
pada berat tubuh ikan. Pemberian pakan jangan dilakukan sekaligus dalam satu waktu. (Mahyuddin,
2008)
Mahyuddin, K. 2008. Panduan lengkap agribisnis lele. Jakarta : penebar swadaya.
Download