bio.unsoed.ac.id

advertisement
II. TELAAH PUSTAKA
Keberhasilan budidaya rumput laut ditentukan oleh faktor-faktor antara lain:
lokasi budidaya, pemakaian bibit, penerapan metode budidaya yang tepat,
pemeliharaan dan pasca panen (Anggadireja et al., 2006). Indriani dan Sumiarsih
(1999) menyatakan untuk memperoleh hasil yang memuaskan dari budidaya rumput
laut hendaknya dipilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan tumbuh rumput laut
sebagai berikut, (1) lokasi budidaya harus bebas dari pengaruh angin topan, (2) tidak
mengalami fluktuasi salinitas yang besar, (3) mengandung unsur hara untuk
pertumbuhan, (4) perairan harus bebas dari predator dan pencemaran industri
maupun rumah tangga dan (5) lokasi harus mudah dijangkau.
Pemilihan bibit dalam budidaya rumput laut merupakan hal yang sangat
penting. Ketersediaan bibit unggul dan bersinambungan dapat menentukan produksi
rumput laut yang dibudidaya (Hariyono et al., 2010).
Pertumbuhan talus rumput laut sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain jenis,
galur, talus (bibit) dan umur, sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara
lain lingkungan, bobot bibit, jarak tanam, teknik penanaman dan metode budidaya.
Keberhasilan budidaya dipengaruhi oleh metode budidaya yang digunakan.
Sebaiknya metode disesuaikan dengan kondisi fisik serta perairan yang digunakan
sebagai lahan budidaya. Berdasarkan posisi penanamannya, metode budidaya dibagi
menjadi tiga yaitu metode dasar (bottom method), metode lepas dasar (off bottom
method) dan metode apung (floating method). Metode apung pada prinsipnya mirip
dengan metode dasar tetapi posisi rumput laut berada pada permukaan
air. Keuntungan metode ini adalah pertumbuhan rumput laut lebih baik, karena
proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik sehingga produktifitasnya akan
lebih tinggi, dapat dilaksanakan di semua tipe perairan serta tanaman terhindar dari
bio.unsoed.ac.id
serangan predator. Metode ini tidak menuntut syarat lokasi yang ketat seperti halnya
metode dasar. Kelemahannya adalah biaya relatif besar karena diperlukan peralatan
yang cukup banyak, waktu lebih lama serta lebih sulit membangun sarana atau
bangunan tanaman (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
Sistem penanaman pada metode apung dapat dilakukan secara tali tunggal
apung (Floating monoline) dan jaring apung (Floating net). Sistem tali tunggal, dapat
diterapkan di perairan yang dalam maupun dangkal. Budidaya dengan sistem tali
4
tunggal memiliki kekurangan apabila pertumbuhannya sudah besar (2-3 minggu
setelah tanam) biasanya talus rumput laut tersebut mudah patah dan hanyut terkena
ombak maupun arus serta mudah rusak akibat adanya predator (Aslan, 2006).
Keberhasilan budidaya selain dipengaruhi oleh sistem budidaya juga dapat
dipengaruhi oleh penggunaan bibit. Bobot awal bibit yang digunakan dalam
budidaya rumput laut akan mempengaruhi pertumbuhannya. Hal tersebut berkaitan
dengan perbedaan jumlah nutrisi yang didapat berdasarkan sedikit banyaknya jumlah
rumpun. Penggunaan bobot bibit rumput laut secara tepat akan menghasilkan
produksi maksimal, sedangkan penanaman rumput laut dengan bobot awal yang
terlalu besar merupakan suatu pemborosan (Suryadiet al., 1993).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut adalah
faktor fisika, kimia, dan biotik. Beberapa faktor fisika adalah suhu, intensitas cahaya,
kedalaman dan arus. Faktor kimia meliputi salinitas, pH, dan nutrien. Sedangkan
faktor biotik meliputi ikan pemangsa maupun herbivor lainnya serta persaingan antar
talus dalam mendapatkan nutrien dan cahaya. Suhu dan salinitas termasuk faktor
pembatas kehidupan organisme akuatik secara umum. Salinitas adalah kadar garam
yang terlarut dalam air. Kadar garam dapat mempengaruhi permeabilitas membran
sel dan penyerapan zat hara maka akan mempengaruhi jenis tumbuhan yang toleran
dan tidak toleran. Selain itu, suhu juga merupakan salah satu faktor penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Suhu mempunyai pengaruh terhadap
kecepatan fotosintesis.
Fotosintesis
akan
meningkat
dengan meningkatnya
temperatur hingga pada kisaran tertentu dan terhenti ketika suhu melebihi ambang
batas toleransi (Sutresno dan E. Prihastanti, 2003).
Salah satu nutrien yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut adalah nitrat
dan fosfat. Nitrogen selalu tersedia di ekosistem perairan dan melimpah dalam
bentuk kombinasi dari amonia, nitrat, nitrit, urea, dan senyawa organik terlarut dalam
jumlah yang sedikit. Nitrat adalah bentuk nitrogen utama yang dihasilkan dari proses
bio.unsoed.ac.id
oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan dan merupakan nutrien utama bagi
pertumbuhan rumput laut. Pertumbuhan rumput laut yang baik membutuhkan kisaran
nitrat sebesar 0,9-3,50 ppm, kebutuhan nitrat oleh setiap rumput laut sangat beragam.
Nitrat akan menjadi faktor pembatas atau bersifat toksik apabila kadar nitrat dibawah
0,1 atau diatas 45 mg/l (Wantasen dan Tamrin, 2012). Fosfor (P) berperan penting
dalam pembentukan protein dan metabolisme, serta sebagai nutrien pembatas dalam
perairan. Sumber P di badan perairan berasal dari pelapukan mineral kalsium fosfat,
5
antropogenik, dekomposisi, ekskresi hewan, presipitasi dan aliran tanah. Kebutuhan
fosfat untuk pertumbuhan optimum bagi rumput laut dipengaruhi oleh senyawa
nitrogen. Batas tertinggi konsentrasi fosfat akan lebih rendah jika nitrogen berada
dalam bentuk garam amonium. Sebaliknya jika nitrogen dalam bentuk nitrat,
konsentrasi tertinggi fosfat yang diperlukan akan lebih tinggi. Batas terendah
konsentrasi untuk pertumbuhan optimum rumput laut berkisar antara 0,018-0,090
ppm P-PO4 apabila nitrogen dalam bentuk nitrat, sedangkan bila nitrogen dalam
bentuk amonium batas tertinggi berkisar pada 1,78 ppm P-PO4 (Ambas, 2006).
pH perairan yang baik untuk budidaya S. duplicatum berkisar antara 7-9
dengan kisaran optimum 7,3-8,2. Kondisi keasaman perairan memiliki peran penting
dalam pertumbuhan rumput laut, karena nilai pH akan sebanding dengan kandungan
karbon organik di perairan yang sangat diperlukan dalam proses fotosintesis
(Soejatmiko dan Wisman, 2003). Derajat keasaman (pH) air laut cenderung bersifat
alkalis, ini disebabkan karena adanya CO₂ baik dalam bentuk karbonat maupun
bikarbonat, bikarbonat melepaskan CO₂ bebas dan digunakan rumput laut untuk
fotosintesis (Luning, 1990).
Kesuburan lokasi tanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air yang
berupa arus ombak. Karena gerakan air merupakan alat pengangkut zat makanan
yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Arus atau ombak merupakan alat yang
baik bagi massa air sehingga menjadi homogen. Massa air yang homogen akan
menghindari perbedaan yang tajam pada kelarutan oksigen, temperatur, salinitas dan
lain-lain. Ombak yang terlalu besar lebih merusak tanaman akan tetapi diperlukan
juga sebagai alat pengaduk yang baik bagi massa air. Untuk itu dalam budidaya
rumput laut harus mengambil areal/lokasi yang terbuka terhadap ombak dan
mempunyai terumbu karang yang menonjol sebagai tanggul ombak di bagian luar,
sehingga lokasi tanaman hanya terkena pecahan ombak/lidah ombak saja, dengan
kecepatan arus antara 20 s/d 40 cm per detik (Indriani dan Sumiarsih, 1999).
bio.unsoed.ac.id
6
Download