1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis adalah salah satu penyakit ginekologis yang sering terjadi pada wanita usia reproduksi, dimana terjadi implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal yang serupa dengan endometrium yang tumbuh pada sisi luar kavum uteri, dan paling sering terimplantasi pada visera dan permukaan peritoneal didalam pelvis wanita. 1 Pada wanita asimptomatik prevalensi endometriosis berkisar antara 2-22% tergantung pada populasi yang diteliti. Pada wanita infertil prevalensi yang dilaporkan adalah antara 20-50% dan pada wanita dengan nyeri pelvik berkisar antara 40-50%.1 Patogenesis dari endometriosis hingga saat ini masih belum jelas, namun hipotesis yang diyakini paling mendasari mekanisme terjadinya endometriosis adalah menstruasi retrograd. jaringan-jaringan endometrial mencapai Menurut hipotesis ini kavitas peritoneal dan membentuk lesi-lesi endometriotik. Karena menstruasi retrograd terjadi pada 76% hingga 90% wanita dengan paten duktus dan hanya 10% hingga 15% pada wanita yang berkembang menjadi endometriosis maka muncul sebuah pernyataan tersisa mengapa tidak semua wanita berkembang menjadi endometriosis dan hal ini diyakini akibat dari kemampuan jaringan endometrium yang mampu bertahan ditempattempat ektopik karena pengaruh respon sistem imun pasien. Konsensus Universitas Sumatera utara 2 terbaru dikemukakan bahwa endometriosis merupakan suatu proses inflamasi kronis pada pelvis yang disertai peningkatan fungsi sel immunologi dalam cairan peritoneal yang tidak lazim, hal tersebut berhubungan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan endometriosis2 Dari berapa penelitian baru-baru ini dengan menggunakan metode genetik, molekular, dan biokimia telah membantu untuk menjelaskan dengan lebih baik mekanisme yang mungkin menyebabkan penyakit tersebut, konsekuensi klinisnya, dan telah memberikan pendekatan baru terhadap diagnosis dan pengobatan kelainan yang kompleks dan rumit ini.3 Banyak faktor yang diduga memainkan peran dalam patogenesis endometriosis untuk memungkinkan dan mempertahankan keberlangsungan hidup dan proliferasi sel endometrium. Faktor- faktor tersebut meliputi molekul-molekul bioaktif seperti hormon, growth factor, sitokin, prostaglandin, sistem aktivasi dan apoptosis. Demikian juga berbagai tipe sel yang terdapat pada lesi endometriosis seperti sel imun, sel epitel endometrium, sel stroma dan sel endotel vaskular.4 Diantara berbagai faktor tersebut, sel imun tampaknya memiliki peran penting dalam hal penerimaan dan penolakan sel-sel endometrium yang mengalami refluks. Selain fungsi utama mereka, sel-sel imun juga berkontribusi terhadap proses perkembangan penyakit dengan mensekresikan berbagai sitokin yang mengontrol proliferasi sel, inflamasi, angiogenesis, dan sebagainya. Berbagai sel imun seperti limfosit T dan B, Universitas Sumatera utara 3 sel Natural Killer, makrofag, dan sel mast telah terbukti didapati pada lesi sel endometriosis, yang menunjukkan adanya potensi peranan sel ini terhadap proses terjadinya penyakit.4 Sel natural killer atau sel NK adalah limfosit sitotoksik yang merupakan komponen utama dari sistem imun, berdasarkan morfologi, sel NK adalah sebuah populasi limfosit yang heterogen, yang disebut limfosit granular besar (LGB), memiliki kemampuan untuk melisiskan sel target tanpa membutuhkan adanya paparan dengan antigen sebelumnya, berpartisipasi di sistem pertahanan imun host dalam melawan infeksi, aktivitas anti tumor dan juga terlibat dalam melawan adanya graft. Sel NK berasal dari sel punca hematopoetik yang pluripoten pada sumsum tulang. Disumsum tulang, sel prekursor NK mengalami diferensiasi dan maturasi akibat stimulasi sitokin dan faktor-faktor pertumbuhan, terutama interleukin (IL-2, IL-15, IL-18, IL-23).5 Salah satu hipotesis dari Sampson yakni gangguan aktivitas sel natural killer (NK) pada wanita dengan endometriosis merupakan faktor pencetus implantasi dan pertumbuhan berlebihan dari jaringan endometrium ektopik. Namun begitu, mekanisme yang bertanggung jawab penuh atas penurunan aktivitas dari sel NK dan antigen-antigen yang dikenali oleh sel-sel NK pada kelompok wanita dengan endometriosis ini masih belum diketahui penyebabnya.6 Cairan peritoneum merupakan lingkungan yang dinamis secara imunologis yang menghubungkan sistem imun dan reproduksi. Kandungan utamanya adalah sel mononuklear, terutama makrofag, Universitas Sumatera utara 4 limfosit dan sel NK. Pada wanita yang sehat, sisa menstruasi dan sel endometrium di kavum peritoneum dibersihkan oleh makrofag, sel NK dan proses apoptosis. Umum diketahui bahwa mekanisme oleh cairan peritoneum tersebut merupakan lini pertama pertahanan terhadap implantasi sel endometrium dilokasi ektopik, terutama di kavum peritoneum. Pada wanita dengan endometriosis diduga terjadi gangguan imunitas seluler yaitu pada makrofag, aktivitas sitotoksik sel NK, limfosit, dan serta proses apoptosis, mekanisme terjadinya gangguan itu sendiri masih belum jelas. Tampaknya penurunan sitotoksisitas NK tersebut disebabkan oleh defek fungsional, bukan diakibatkan oleh defek kuantitatif. Maka, defek sel NK pada endometriosis adalah primer, bukan merupakan akibat sekunder inflamasi yang dicetuskan oleh endometriosis.5 Secara umum, sel NK bertanggung jawab untuk menolak sel-sel tumor ataupun sel-sel yang terinfeksi oleh mikroba. Sel NK menghancurkan sel target dengan melepaskan granul-granul sitoplasmik protein yang menginduksi apoptosis. Keterkaitan yang mungkin didapati antara sel NK dan endometriosis berawal dari sebuah studi yang menunjukkan bahwa sel NK di darah perifer memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel endometrium. Temuan ini menggambarkan sebuah hipotesis bahwa sel NK dapat menjaga kavum peritoneum tetap bersih dari sel endometrium yang mengalami regurgitasi, sehingga berkurangnya aktivitas sitotoksik sel NK dapat menyebabkan terjadinya endometriosis. 4 Universitas Sumatera utara 5 Beberapa peneliti menemukan berkurangnya kemampuan/ aktivitas sitotoksik sel NK terhadap endometrium di darah perifer wanita dengan endometriosis, berkurangnya aktivitas tersebut memiliki korelasi dengan tingkat keparahan penyakit. Berkurangnya aktivitas tersebut terutama terjadi pada fase folekular, dimana sel-sel endometrium retrogad seharusnya dihancurkan oleh sel-sel NK.4 Beberapa penelitian menunjukkan terdapatnya faktor-faktor yang menghambat kerja sel NK pada serum pasien dengan endometriosis. Oosterlynck et al. mendapat temuan bahwa cairan peritoneum yang diambil dari pasien dengan endometriosis memiliki efek supresif yang lebih besar terhadap sitotoksisitas sel NK jika dibandingkan dengan wanita normal, mengesankan adanya substansi yang menekan kinerja sel NK sehingga terjadi penurunan baik dalam jumlah ataupun aktivitas sitotoksisnya.3 Sehingga pertanyaannya adalah sumber dari faktor-faktor supresif tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, supernatan dari jaringan endometriosis yang dikultur memiliki efek supresif atau efek inhibisi yang lebih besar pada terhadap sitotoksisitas sel NK dibandingkan dengan endometrium normal. Temuan-temuan tersebut memberikan kesan bahwa substansi yang berasal dari endometrium ektopik pada wanita dengan endometriosis memiliki potensi besar untuk mensupresi penarikan sel NK (jumlah) ke cairan peritoneal dan aktivitas sitotoksisitas sel NK (kualitas) atau salah satu dari keadaan tersebut, namun substansi tersebut masih belum dapat diidentifikasi.4 Universitas Sumatera utara 6 Acien et al. menemukan bahwa untuk menyembuhkan kasus endometriosis stadium sedang sampai berat, dengan cara meningkatkan aktivitas sitotoksisitas makrofag dan sel NK melalui imunomodulator seperti Interferon atau IL-2 yang kemungkinan akan bermanfaat, oleh karena IL-2 mampu memicu aktifasi sel NK oleh sel T, mengaktifasi pertumbuhan dan penyebaran limfosit T serta menyebabkan sitolisisnya sel ektopik sehingga secara in vitro memperbaiki defek imunologis akibat endometriosis. Kesimpulan dari penelitian ini disimpulkan bahwa secara kuantitas sel NK tidak terjadi penurunan, namun tidak teraktivasi sehingga terjadi penurunan fungsi sitotoksisitasnya 7 Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darya HR, ditemukan terjadinya penurunan IL-2 pada pasien endometriosis dibandingkan dengan pasien non endometriosis. Penurunan kadar IL-2 diduga mempengaruhi penurunan jumlah sel NK (defek kuantitatif) yang berada pada cairan peritoneum.8 Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan ekspresi imunohistokimia sel Natural Killer pada endometrium ektopik penderita endometriosis dibandingkan dengan endometrium normal. Untuk menilai ekspresi sel NK secara Imunohistokimia digunakan CD56 antibody, yaitu membran glikoprotein yang memiliki beberapa isoform yang dihasilkan dari pembelahan alternatif dari gen tunggal yang terletak pada kromosom 11. Molekul ini identik dengan 140kDa isoform dari neural cell adhesion molecule (NCAM).9 Universitas Sumatera utara 7 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan ekspresi imunohistokimia sel natural killer pada endometrium ektopik penderita endometriosis dibandingkan endometrium normal. 1.3. Hipotesa Penelitian Hipotesa pada penelitian ini adalah : H0 : “Tidak terdapat perbedaan ekspresi imunohistokimia sel natural killer pada endometrium ektopik penderita endometriosis dibandingkan endometrium normal”, dan Ha : “Terdapat perbedaan ekspresi imunohistokimia sel natural killer pada endometrium ektopik penderita endometriosis dibandingkan endometrium normal”. 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1.Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan ekspresi imunohistokimia sel natural killer pada endometrium ektopik penderita endometriosis dibandingkan endometrium normal. 1.4.2.Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia dan paritas. 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sampel penelitian berdasarkan stadium endometriosis. Universitas Sumatera utara 8 3. Untuk mengetahui hubungan ekspresi sel Natural Killer (CD 56) berdasarkan skor Allred dengan kejadian endometriosis. 4. Untuk mengetahui perbedaan rerata ekspresi sel Natural Killer (CD 56) berdasarkan total skor Allred antara endometriosis dan non endometriosis. 1.5. Manfaat Penelitian Menambah pengetahuan mengenai keterlibatan reaksi inflamasi dalam patofisiologi endometriosis khususnya sel Natural Killer pada jaringan endometrium ektopik penderita endometriosis. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai peranan sel Natural Killer dalam patogenesis endometriosis sehingga dapat dikembangkan strategi alternatif terapi endometriosis di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian biomolekuler selanjutnya. Universitas Sumatera utara