Endometriosis Definisi endometriosis: Endometriosis adalah terdapatnya jaringan yang secara morfologi menyerupai endometrium yang lokasinya tidak pada rongga endometrial. Pada konfirmasi mikroskop juga didapatkan adanya kelenjar endometrial dan juga adanya fibrosis dan perdarahan. Lokasi tersering dari endometriosis: Lokasi paling umum adalah pada anterior dan posterior cavum douglass; 65% pasien dengan endometriosis melibatkan ovarium. Lokasi lain yang sering terlibat adalah peritoneum pelvik, ligamentum uterosakral, rotundum, dan tuba falopii. Lokasi yang tidak sering : Paru Mukosa nasal Umbilikus Vesika urinary Ginjal Kaki Jaringan parut episiotomy Otak 3 teori pathogenesis terjadinya endometriosis: • Implantasi : darah menstruasi secara retrograde akan membawa fragmen dari mukosa mullerian, naik menuju uterus atau tuba, ke rongga peritoneal. Bukti yang menyokong adalah (1)sel endometrial dari darah menstruasi dapat berimplantasi pada permukaan peritoneal; (2) endometriosis sering didapatkan pada pelvis (3) pasien dengan obstruksi uterus atau outlet adalah risiko besar terjadinya endometriosis. • Metastasis melalui kelenjar limfe : endometrium ditransportasikan melalui saluran limfatik atau sistem vascular. Teori ini menjelaskan terjadinya pada lokasi yang jauh seperti pada umbilikus, mata dan paru. • Metaplasia coelomic : mesotelium peritoneal, epitel mullerian dan epitel germinal dari ovarium kemungkinan berasal dari jaringan embrionik yang sama. Teori ini menjelaskan bahwa endomteriosis berkembang dari metaplasia dari sel yang membatasi peritoneum pelvis. Tidak ada bukti bahwa peritoneum berjalan secara spontan atau diinduksi metaplasia menjadi bentuk endometriosis. Gejala yang umum dari endomteriosis: • Nyeri - 25-80% pasien dengan nyeri pelvis atau dismenorrhoe mempunyai endometriosis. Nyeri pelvis berhubungan dengan pembengkakan darah ke dalam jaringan sekitar. - Tingkat keganasan tidak dapat memprediksi tin gkat nyeri - Lesi endometrial berhubungan dengan peningkatan jaringan dan kadar prostaglandin (PGF2 dan PGE2) dalam cairan peritoneal. - Prostaglandin sintetease inhibitor merupakan regimen yang lebih baik dibandingkan placebo dalam merawat nyeri yang berhubungan dengan endomteriosis • Infertilitas (30-40% wanita dengan endometriosis) 1 - • • • Derajat yang sedang berhubungan dengan fertilitas yang tertunda, penyakit yang berat yang dapat memprediksi fertilitas. - Terapi endomteriosis derajat sedang dengan medikasi atau operasi tidak akan meningkatkan angka kehamilan - Terapi dengan distosio anatomi dengan endometriosis meningkatkan angka kejadian kehamilan. Dispareunia (berhubungan dengan penyakit cavum douglass) Diskezia (berhubungan dengan penyakit cavum douglass) Perdarahan uterus abnormal (sering) Pemeriksaan fisik apakah yang paling sering ditemukan pada pasien endomteriosis: Pemeriksaan yang paling sering ditemukan : - Nyeri pelvis atau abdominal difuse pada lokasi yang variable - Penebalan noduler atau perlunakan dari ligamen uterosakral, permukaan posterior uterus dan posterior cavum douglass - Derajat variable dari indurasi dan fiksasi dari struktur - Uterus retroverted yang terfiksasi - Jaringan ikat dan pemendekan fornix posterior vaginal - Pembesaran dan perlunakan adnexal Cara menegakkan endometriosis: Diagnosis ditegakkan berdasarkan laparaskopi dengan visualisasi dari lesi, dikonfirmasi dengan biopsi area yang terinfeksi. Pengambilan biopsy harus dengan stroma dan kelenjar endometrial. Gambaran endometriosis ? - Gambaran powder-burn - Lesi perdarahan dan lidah api - Peritoneum yang fibrotic - Kistik atau vesikular - Kista ovarium (kista coklat) Stadium endometriosis ? Berdasarkan sistem The American Society of Reproductive Medicine, stadium didasarkan dari kedalaman, lokasi, dan ukuran implantasi endomteriosis; terdapatnya atau tidak terdapatnya obliterasi dari cavum douglass dan adanya perlengketan. Yang menyebabkan pembuahan terlambat pada pasien dengan infertilitas: - Distorsi anatomi dapat mencegah fertilisasi - Faktor imun juga berperan dalam fertilisasi. Antiendometrial antibodi dapat menyebabkan endometriosis. Aktivasi dari peritoneal makrofag meningkatkan inflamasi dan menurunkan kelangsungan hidup dari gamet. 2 Farmakologi supresi dari endomteriosis ! Endometrium ektopik, seperti jaringan endometrium yang normal, berespon untuk meregulasi hormon. Terapi yang objektif dari endomteriosis menyebabkan atrofi atau inaktivitas dari implantasi endometrial. Hal tersebut dapat disebabkan oleh stimulasi fisiologis yang normal dari keadaan endometrial yang sudah tidak ada aktivitasnya atau atrofi, yi menopause atau kehamilan. Daftar 4 regimen hormonal yang digunakan untuk menekan endomteriosis + mekanisme kerja a. Kontrasepsi oral : pil kombinasi estrogen-progestrin dapat digunakan untuk menginduksi keadaan pseudopreganancy. Implantasi endometriosis akan menyebabkan reaksi desidual kemudian menjadi nekrosis dan kemudian diabsorbsi. b. Danazol : suatu derivat sintetik oral dari 17-alfa-etinil testosterone, yang merupakan obat yang efektif untuk menekan endometriosis. Terdapat efek pada hipotalamus, pituitari, ovarium, dan endometrium, yang mempengaruhi lesi endometriotik. Kadar plasma dari hormone LH dan FSH, terutama pada tengah siklus menstruasi akan ditekan sehingga nenyebabkan pelepasan gonadotropin dari pituitari. Danazol juga menghambat secara langsung beberapa enzim yang terlibat dalam steroidogenesis. Selanjutnya obat akan berinteraksi dengan reseptor hormon sitosolik, yang menjelaskan keterlibatan aktivitas danazol terhadap androgenik, progestational, glukokortikoid dan estrogenik. c. Progestin : Metdroxyprogesterone (Depo-Provera) telah digunakan dengan hasil yang baik pada pasien yang mempunyai kontraindikasi terhadap preparat estrogen. Progestine akan menyebabkan atofi endometrial namun mempunyai efek perdarahan breakthrough. Metdroxyprogesterone bekerja sebagai gonadotropin inhibitor yang poten. d. GnRH-a agonis : pada penggunaan LH-releasing hormon secara klinis, dikatakan bahwa estrogen akan diturunkan menjadi level yang lebih rendah daripada penggunaan danazol dan dibandingkan dengan pasien yang mengalami ovorektomi. Amenorrhoe, berkurangnya rasa nyeri, resolusi penyakit yang aktif telah terbukti pada banyak pasien. GnRH agonis telah terbukti untuk terapi nyeri hanya pada pasien endometriosis, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa GnRH agonis menyebabkan infertilitas. Terapi operasi lebih baik dilakukan daripada terapi medical pada endometriosis pada saat: Operasi diperlukan pada pasien dengan rupture yang akut dari endometrioma yang besar, adanya hambatan apad ureter, fungsi usus yang menjadi tidak baik. Ablasi laparaskopi dari lesi endometriosis dapat menyebabkan nyeri. Prosedur operasi yang lain, untuk terapi paliatif nyeri adalah presakral neurektomi dan ablasi saraf uterosakral. 3