Uploaded by User49185

maternitas 2

advertisement
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA WANITA SUBUR DENGAN : INFEKSI
MATERNAL
Mata Kuliah :
Keperawatan Maternitas
Dosen pengampu :
Ns.Asri Kusyani , M. Kep
Penyusun :
Maratus sholihah
S1 KEPERAWATAN STIKES BAHRUL ULUM
TAMBAK-BERAS JOMBANG
2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatnya dan hidayahnya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul ‘Asuhan Keperawatan pada wanita usia
subur dengan infeksi maternal’. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis sebagai penyusun
menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan, dan masih jauh dari kata sempurna.
Demikian penyampaian dari penulis sebagai penyusun makalah ini, semoga Tuhan Yang
Masa Esa selalu meridhoi usaha kami dalam mencapai tujuan dan hasil yang saya harapkan.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pambaca sekalian.
Jombang, 7 Maret 2020
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. 2
BAB I ........................................................................................................................... 4
1.1.Latar Belakang ....................................................................................................... 4
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3.Tujuan .................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 5
2.1 Endometritis .......................................................................................................... 5
2.2 Peritonitis .............................................................................................................. 16
2.3 Tromboflebitis........................................................................................................ 20
2.4 Luka Perineum ....................................................................................................... 22
2.5 Infeksi Traktis Genetalis ........................................................................................ 23
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………28
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... .28
3.2. Saran ................................................................................................................... .28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ .29
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas signifikan.
Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur hidup, seperti infertilitas dan sierilitas.
Kondisi – kondisi lain, seperti infeksi yang didapat secara kongenital, seringkali
mempengaruhi lama dan kualitas hidup.
Kehamilan dianggap sebagai kondisi immunosupresi. Perubahan respon imun dalam
kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan infeksi. Selain itu, perubahan traktus
pada genetalia juga dapat mempengaruhi kerentanan terhadap suatu infeksi.
Infeksi maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang menginvasi baik
secara endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit bisa timbul karena infeksi maternal
tersebut, klasifikasi dari macam – macam penyakit yang ditimbulkan karena infeksi antara lain :
1. Endometritis
2. Peritonitis
3. Tromboflebitis
4. Luka perineum
5. Infeksi traktus genetalis
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada masalah infeksi saat kehamilan ?
1.3 Tujuan
Ditujuhkan kepada Perawat dan mahasiswa agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan infeksi maternal
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Endometritis
2.1.1 Definisi
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat hanya
dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero dkk, 2005).
Endometriosis merupakan suatu
kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002).
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan sel-sel lapisan
uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus. (Brunner & Suddarth,
Keperawatan Medikal Bedah, 1556 : 2002)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stoma) diluar uterus
(Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium di luar kavum uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis (adenometriosis internal)
sedangkan bila diluar uterus disebut (endometriorisis ekterna).
2.1.2 Etiologi
Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah dikemukakan :
a) Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
b) Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
c) Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai ke
rongga pelvis.
d) Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami
endometriosis (Mary Baradero dkk, 2005).
2.1.3 Klasifikasi
5
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari endometriosis
dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium
dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dari skoring
yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis.
a) Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I),
b) 5-15 adalah ringan (stadium II),
c) 16-40 adalah sedang (stadium III)
d) lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).
2.1.4 Manifestasi klinis
Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala pada
umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya karena
pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri panggul,
dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri ketika senggama), dan
infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak).
a.
Nyeri panggul
Nyeri yang berkaitan dengan endometriosis adalah nyeri yang dikatakan sebagai nyeri
yang dalam, tumpul, atau tajam, dan biasanya nyeri bertambah ketika menstruasi. Pada
umumnya nyeri terdapat di sentral (tengah) dan nyeri yang terjadi pada satu sisi berkaitan
dengan lesi (luka atau gangguan) di indung telur atau dinding samping panggul.
Dispareunia terjadi terutama pada periode premenstruasi dan menstruasi. Nyeri saat
berkemih dan dyschezia dapat muncul apabila terdapat keterlibatan saluran kemih atau
saluran cerna.
b.
Dismenorea
Nyeri ketika menstruasi adalah keluhan paling umum pada endometriosis.
c.
Infertilitas
Efek endometriosis pada fertilitas (kesuburan) terjadi karena terjadinya gangguan pada
lingkungan rahim sehingga perlekatan sel telur yang sudah dibuahi pada dinding rahim
menjadi terganggu. Pada endometriosis yang sudah parah, terjadi perlekatan pada rongga
panggul, saluran tuba, atau indung telur yang dapat mengganggu transportasi embrio
(Missrani, 2009).
6
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
A.
Nyeri :
1)
Dismenore sekunder
2)
Dismenore primer yang buruk
3)
Dispareunia: Nyeri ovulasi
4)
Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
5)
Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
6)
Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
B.
Perdarahan abnormal
1)
Hipermenorea
2)
Menoragia
3)
Spotting sebelum menstruasi
4)
Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi
5)
Keluhan buang air besar dan buang air kecil
6)
Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
7)
Darah pada feces
8)
Diare, konstipasi dan kolik
2.1.5 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
a.
Uji serum
CA-125: Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
Protein plasenta 14 : Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi
dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
Antibodi endometrial: Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
b.
Teknik pencitraan
Ultrasound: Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas
11%
MRI: 90% sensitif dan 98% spesifik
7
Pembedahan: Melalui laparoskopi dan eksisi.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)
2.1.6 Komplikasi
a.Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolon atau
ureter.
b.Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.
c. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan penyebab
infertilitas kedua terbanyak pada wanita. (Mansjoer, 2001)
2.1.7 Penata laksanaan
a.
Kolaboratif
Kehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena menstruasi (ovulasi)
berhenti selama kehamilan dan laktasi. Ada beberapa wanita yang menjadi asimptomatis
setelah melahirkan. Fertilitas wanita dengan endometriosis rendah maka bagi pasangan
yang menginginkan anak memerlukan bantuan medis.
Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan progestin yang tinggi
dapat menyebabkan atrofi endometrium. Obat-obat antigonadotropik seperti Danasol
dapat juga dipakai untuk menekan kegiatan ovarium. Danasol dapat menghentikan
perkembangan endometrium, mencegah ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan
endometrium yang ada di luar uterus (jaringan endometrium ektopik). Kelemahan dari
obat-obat ini adalah sangat mahal, adanya efek samping seperti mual, cepat lelah, depresi,
berat badan bertambah, menyerupai gejala menopause, dan osteoporosis.
Apabila tidak ada respons terhadap terapi konservatif, intervensi bedah dapat
dilaksankan.
Pembedahan
laser
laparoskopi
adalah
pembedahan
yang
bisa
mempertahankan fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepas adhesi dan
menghancurkan jaringan endometrium yang ada dalam rongga pelvis. Bedah radikal
meliputi pengangkatan uterus, tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis bisa berhenti
ketika menopause.
b.
Mandiri
Pasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati. Perlu diterapkan kepada
pasien efek samping dari obat-obat yang dipakainya, strategi untuk menangani nyeri yang
kronis juga perlu dijelaskan (Mary Baradero dkk, 2005).
8
1.
Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi
1.
Pencegahan
Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk
endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu
dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis.
Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah
perkawinan hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik
terhadap
endometrisis,
melainkan
menghindari
terjadinya
infertilitas
sesudah
endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau
melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat menyebabkan mengalirnya
darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.
2.
Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala dan
kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu bisa
dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang
sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak
mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai
anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang
diterangkan, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti
perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa
observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk
mengurangi rasa nyeri.
3.
Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
Obat
Efek samping
9
Pil KB kombinasi estrogen-progestin Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan
nafsu makan, pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus
menstruasi, trombosis vena dalam
Progestin
Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi,
vaginitis atrofika
Danazole
Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot
flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot, perdarahan diantara 2
siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi hati, sindroma
terowongan karpal
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati
4.
Pembedahan
Ada 2 macan yaitu :
a.
Konservatif
-
Laparatomi
-
laparaskopi
b.
Radikal
Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan Laparotomi,
yakni
a.
Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek yaitu sekitar 2 hari, jika dilaparotomi
sekitar 5 hari.
b.
Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali
sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
c.
Ongkos perawatan lebih murah.
Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang umurnya hampir
40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang luas disertai banyak keluhan.
Operasi yang paling radikal adalah histerektomi total, salpingo-ooferektomi bilateral, dan
pengangkatan semua sarang-sarang endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada
wanita kurang dari 40 tahun dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari
jaringan ovarium yang sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul
gejala-gejala pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan timbulnya
osteoporosis.
10
5.
Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.
2.1.8 Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu
dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah
perkotaan.
b.
Riwayat kesehatan sekarang
• Dysmenore primer ataupun sekunder
• Nyeri saat latihan fisik
• Dispareun
• Nyeri ovulasi
• Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
• Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
• Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
• Hipermenorea
• Menoragia
• Feces berdarah
• Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
• Konstipasi, diare, kolik
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis.
d.
Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang
bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.
2.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
11
a.
Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
b.
Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi
c.
Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
b.Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi
c.Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan
Kriteria evaluasi
a.
Tujuan: setelah
Kriteria evaluasi :
b.d gangguan
diberikan asuhan
klien mengatakan
karakteristik nyeri
menstruasi,
keperawatan
nyeri berkurang,
(respon verbal, non
proses
selama.x 24 jam
klien tidak
verbal, dan respon
penjalaran
nyeri klien akan
meringis
hemodinamik) klien.
penyakit.
berkurang.
kesakitan,
Nyeri
Intervensi :
Pantau/ catat
Rasional
untuk mendapatkan
indicator nyeri.
keringat
berkurang.
Kaji lokasi nyeri
dengan memantau
untuk mendapatkan
sumber nyeri.
lokasi yang ditunjuk
oleh klien.
Kaji intensitas nyeri
nyeri merupakan
dengan menggunakan
pengalaman
skala 0-10.
subyektif klien dan
metode skala
merupakan metode
yang mudah serta
12
terpercaya untuk
menentukan
intensitas nyeri.
Tunjukan sikap
ketidakpercayaan
penerimaan respon
orang lain membuat
nyeri klien dan akui
klien tidak toleransi
nyeri yang klien
terhadap nyeri
rasakan
sehingga klien
merasakan nyeri
semakin meningkat.
Jelaskan penyebab
nyeri klien.
dengan mengetahui
penyebab nyeri klien
dapat bertoleransi
terhadap nyeri.
Bantu untuk
memodifikasi reaksi
melakukan tindakan
fisik dan psikis
relaksasi, distraksi,
terhadap nyeri.
massage.
Berikan pujian
untuk kesabaran klien.
Kolaborasi
meningkatkan
motivasi klien dalam
mengatasi nyeri.
pemberian analgetik (
analgetik tersebut
ibuprofen, naproksen,
bekerja menghambat
ponstan) dan Midol.
sintesa prostaglandin
dan midol sebagai
relaksan uterus.
b.
Resiko
Tujuan : setelah
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
gangguan citra
diberikan asuhan
klien mengatakan
tubuh
keperawatan …..x
tidak malu,
saling percaya dengan
masalahnya hanya
berhubungan
24 citra diri klien
merasa berguna,
klien.
kepada orang yang
dengan
akan meningkat.
penampilan klien
Bina hubungan
klien dengan mudah
mengungkapkan
dipercayainya.
13
gangguan
rapi, menerima
menstruasi
apa yang sedang
terjadi
Dorong klien untuk
mengekspresikan
meningkatkan
perasaan, pikiran, dan
kewaspadaan diri
pandangan tentang
klien dan membantu
dirinya.
perawat dalam
membuat
penyelesaian.
Diskusikan dengan
penyampaian arti
system pendukung
dan nilai klien dari
klien tentang perlunya
system pendukung
menyampaikan nilai
membuat klien
dan arti klien bagi
merasa diterima.
mereka.
Gali kekuatan dan
mengidentifikasi
sumber-sumber yang
kekuatan klien dapat
ada pada klien dan
membantu klien
dukung kekuatan
berfokus pada
tersebut sebagai aspek
karakteristik positif
positif.
yang mendukung
keseluruhan konsep
diri.
Libatkan klien pada
Memungkinkan
setiap kegiatan di
menerima stimulus
kelompok
social dan intelektual
yang dapat
meningkatkan
konsep diri klien.
Informasikan dan
Jujur dan terbuka
14
diskusikan dengan
dapat mengontrol
jujur dan terbuka
perasaan klien dan
tentang pilihan
informasi yang
penanganan gangguan
diberikan dapat
menstruasi seperti ke
membuat klien
klinik kewanitaan,
mencari penanganan
dokter ahli kebidanan.
terhadap masalah
yang dihadapinya.
c.
Resiko
gangguan
Berikan motivasi
kepada pasien
harga diri
: mningkatkan harga
diri klien dan merasa
di perhatikan.
berhubungan
dengan
infertile pada
endometriosis
Bina hubungan
saling percaya
R /: hubungan saling
percaya
memungkinkan klien
terbuka pada
perawat dan sebagai
dasar untuk
intervensi
selanjutnya.
Diskusikan
R /: mengidentifikasi
kemampuan dan aspek hal – hal positif yang
positif yang dimiliki
4.
masih dimiliki klien
Implementasi
Implementasi menyesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang di rencanakan.
5.
Evaluasi
15
a.
Nyeri berkurang, klien tidak meringis kesakitan, keringat berkurang.
b.
klien tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima apa yang sedang
terjadi.
c.
Tidak terjadi gangguan harga diri
2.2 Peritonitis
2.2.1 Definisi
Peritonitis adalah suatu peradangan dan peritoneum, pada membrane serosa, pada
bagian rongga perut. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum - lapisan membrane serosa
rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronik/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan
dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput
rongga perut (peritoneum) lapisan membrane serosarongga abdomen dan dinding perut
bagian dalam.
Peritonitis adalah radang peritoneum dengan eksudasi serum, fibrin, sel-sel dan
pus, biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan nyeri tekan pada abdomen,
konstipasi, muntah dan demam peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada
peritoneum.
2.2.2 Etiologi
Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan
penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus
abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena perforasi organ berongga
karena trauma abdomen.
Infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan tergantung dari penyakit yang
mendasarinya. Penyebab utama peritonitis adalah spontaneous bacterial peritonitis
(SBP) akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena infeksi intrabdomen,
namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik.
Penyebab lain
yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi
appendiksitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat
devertikulisis, volvusus atau kanker dan strangulasi colon asenden. Peritonitis sekunder
16
yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural)
organ – organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal.
Adapun penyebab spesifik dari peritonitis adalah :
1.Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi
2.Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual.
3.Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang disebabkan oleh gonore dan infeksi
clamedia.
4.Kelainan hati atau gagal jantung, dimana bisa terjadi asites dan mengalami infeksi.
5.Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.
2.2.3 Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.
Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang
menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.
Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai
pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran
mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka
dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya
interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke
perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk
mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan
juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera
gagal begitu terjadi hipovolemia. Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk
dinding abdomen mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh
darah kapiler organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga
peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan
oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia.
Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta
muntah.Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit
dan menimbulkan penurunan perfusi.
17
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila
infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis
umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian
menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus,
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat
terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu
pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
2.2.4 Manifestasi klinis
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda – tanda
rangsangan peritonium. Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan defans
muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma.
Peristaltik usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah
terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia,
hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. Rangsangan ini menimbulkan nyeri
pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran peritonium dengan peritonium.
Nyeri subjektif berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk,
atau mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan
lepas, tes psoas, atau tes lainnya.
Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis
umum.
•
Demam
•
Distensi abdomen
•
Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung
pada perluasan iritasi peritonitis.
•
Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang
jauh dari lokasi peritonitisnya.
•
Nausea, vomiting
•
Penurunan peristaltik
2.2.5 Pemeriksaan penunjang
1.
Pemeriksaan laboratorium
18
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit yang
meningkat dan asidosis metabolik. Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal
mengandung banyak protein (lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil
tuberkel diidentifikasi dengan kultur.
2.
Biopsi peritoneum per kutan atau secara laparoskopi memperlihatkan granuloma
tuberkuloma yang khas, dan merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan
didapat.
3.
Pemeriksaan X-Ray
Ileus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis; usus halus dan usus besar
berdilatasi. Udara bebas dapat terlihat pada kasus-kasus perforasi. Pemeriksaan
radiologis
merupakan
pemeriksaan
penunjang
untuk
pertimbangan
dalam
memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Pada peritonitis dilakukan foto polos
abdomen 3 posisi :
• Tiduran telentang ( supine ), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi anteroposterior
(AP ).
• Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan
•Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal, proyeksi
AP.
Gambaran radiologis pada peritonitis secara umum yaitu adanya kekaburan pada cavum
abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
subdiafragma atau intra peritoneal.
2.2.6 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan adalah pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi saluran
cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal, penggantian cairan dan elektrolit
yang hilang yang dilakukan secara intravena, pembuangan fokus septik atau penyebab
radang lainnya, bila mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan – tindakan
menghilangkan nyeri.
Biasanya yang pertama dilakukan adalah pembedahan eksplorasi darurat,
terutama bila disertai appendisitis, ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau
divertikulitis. Pada peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang
panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan.
19
Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan
bersamaan. Cairan dan elektrolit bisa diberikan melalui infus
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana komplikasi
tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu : (chushieri)
1.
Komplikasi dini
eptic
system
2.
Komplikasi lanjut
2.3 Trombofllebbitis
2.3.1 Definisi
Tromboflebitis merupakan peradangan pada permukaan pembuluh darah (vena) yang
disertai dengan pembekuan darah. Tromboflebitis biasa ditemukan pada bagian
ekstremitas atas maupun bawah seperti lengan dan kaki. Lebih sering terjadi saat
kondisi pasca melahirkan atau post-partum karena akbiat dari tekanan kepala janin
selama proses kehamilan dan persalinan yang meneyebabkan penumpukan dan
pembekuan darah pada
ekstremitas bawah. Tromboflebitis dibagi menjadi dua, yaitu Pelvio Tromboflebitis dan
Tromboflebitis femoralis.
2.3.2 Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya tromboflebitis antara lain:
a. Perluasan infeksi endometrium
b. Memiliki varises pada pembuluh darah vena
c. Obesitas
d. Riwayat Tromboflebitis
20
e. Persalinan dengan posisi litotomi yang lama dan berusia 30 tahun atau lebih
2.3.3 Patofisiologi
Keadaan statis vena yang menyebabkan gangguan koabilitas darah atau kerusakan
pembuluh darah endotel menyebabkan pembentukan thrombus yang menjadi
patofisiologis terjadinya tromboflebitis
Trombosit yang melekat pada permukaan endotel pembuluh darah awal terjadinya
thrombus. Lalu darah yang mengalir menyebabkan semakin banyaknya trombosit yang
tertimbun sehingga membentuk massa yang menonjol kedalam lumen.
2.3.4 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada tromboflebitis bergantung pada jenis penyakit yang di derita.
a. Pelvio Tromboflebitis
Tanda dan gejala yang biasa ditemukan pada pasien yang menderita pelvio
tromboflebitis antara lain:
1. Nyeri pada bagian bawah atau samping abdomen dengan atau tanpa disertai panas
yang biasa timbul pada hari ke 2-3 masa nifas.
2. Tampak sakit dengan karakteristik sebagai berikut:
- Menggigil berulang kali dengan durasi 30-40 menit dengan interval dalam
hitungan jam dan kadang-kadang dalam 3 hari menggigil pasien hamper tidak
panas
- Suhu badan naik turun dengan drastic
- Bisa berlangsung 1-3 bulan
- Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama ke bagian
paru-paru
3. Abses pada bagian pelvis
4. Gambaran karakteristik darah
a. Terdapat leukositosis
b. Kultur darah sukar dibuat karena pengaruh bakteri anaerob
5. Pada pemeriksaan dalam jarang ditemukan apa-apa karena bagian yang terkena
adalah vena ovarika yang sulit dijangkau oleh pemerikasaan dalam
b. Tromboflebitis Femoralis
Sedangkan tanda dan gejala pada pasien dengan tromboflebitis femoralis antara lain:
21
1. Keadaan umum baik dengan suhu badan subfebris selama 7-10 hari kemudian
mendadak naik pada hari 10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri
2. Pada salah satu ekstremitas bawah yang terkena akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut
a. Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak,
dibandingkan dengan kaki lainnya terasa lebih panas
b. Pada bagian paha atas salah satu vena terasa tegang dab keras
c. Terasa nyeri hebat pada bagian paha dan lipatan paha
d. Reflektorik pada spasmus arteria menyebabkan kaki bengkak, tegang, putih,
nyeri, dingin, dan pulsasi yang menurun
e. Pada paha atas biasanya terjadi edema setelah atau sebelum nyeri, namun lebih
sering diawali dari jari kaki dan pergelangan kaki.
f. Tanda Homan Positif
2.3.5 Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonograf Droppler
b. Pemeriksaan Hematokrit
c. Pemeriksaan koagulasi
d. Biakan darah
e. Pemindaian ultrasound dupleks
f. Venografi
2.4 Luka perineum
2.4.1 Definisi
Luka Perineum adalah luka yang di akibatkan oleh episiotomy. Episiotomy adalah
insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum
totalis.
Tujuan episiotomi adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat
tepi luka rata agar mudah dilakukan heacting, mencegah penyakit atau tahanan pada
kepala dan infeksi, tetapi itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.
Episiotomy tidak diperbolehkan karena ada indikasi tertentu untuk tetap dilakukan
tindakan episiotomy (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).
2.5 Infeksi Traktis Genetalis
22
2.5.1 Definisi
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan,
ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Nifas atau
puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali
kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu
(Fairer, Helen, 2001)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2001)
Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kirakira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999). Masa nifas (puerperium) adalah masa
pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998)
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu
38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral
sedikitnya empat kali sehari.
2.5.2 Etiologi
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan
adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin juga dari luar. Biasanya lebih
dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus gram positif (peptostreptokok,
peptokok, bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob adalah berbagai macam gram
positif dan E. coli. Mikoplasma dalam laporan terakhir mungkin memegang peran
penting sebagai etiologi infeksi nifas.
Ekssogen : kuman datang dari luar.
Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
Endogen : dari jalan lahir sendiri
1.
Faktor Presipitasi Infeksi Post Partum
23
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari
luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus dan anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman
yang sering menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a.
Streptococcus Haematilicus Aerobic
Streptococcus Haematilicus Aerobic merupakan sebab infeksi yang paling berat. Infeksi
ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi
tenggorokan orang lain).
b.
Staphylococcus Aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi
dirumah sakit.
c.
Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas.
d.
Clostridium Welchii
Kuman anaerob yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2.
Faktor Predisposisi
a.
Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
b.
Anemia, hiegine, kelelahan
c.
Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama
d.
Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir
e.
Tertinggal sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
f.
Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam
masa nifas
2.5.3 Manifestasi klinis
Infeksi postpartum dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
24
a. Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-kadang perih saat
kencing.
b. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38 derajat
selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi, tertutup jahitan dan
getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40 derajat selsius, kadangkadang disertai menggigil.
2. Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan
endometrium.
a. Endometritis:
1) Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput
ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.
2)Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
b.Septikemia :
1)Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
2)Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil.
3)Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat (140160 kali per menit atau lebih).
4)Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
c.Piemia :
1) Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak
meningkat.
2) Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman dengan
emboli memasuki peredaran darah umum.
25
3)Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil
lalu diikuti oleh turunnya suhu.
4)Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
d. Peritonitis :
1)Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
2)Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin;
terdapat fasies hippocratica.
3)Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum.
4)Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan umum tidak
baik.
5)Bisa terdapat pembentukan abses.
e.Selulitis pelvik :
1) Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan
dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
2)Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
3) Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
4) Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula-mula
tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
5)Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat
hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero dkk, 2005).
Endometriosis merupakan suatu
kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002).
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum - lapisan membrane serosa rongga abdomen dan
meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronik/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi,
defans muscular dan tanda-tanda umum inflamasi
Tromboflebitis merupakan peradangan pada permukaan pembuluh darah (vena) yang
disertai dengan pembekuan darah. Tromboflebitis biasa ditemukan pada bagian ekstremitas
atas maupun bawah seperti lengan dan kaki.
Luka Perineum adalah luka yang di akibatkan oleh episiotomy. Episiotomy adalah insisi
dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan,
ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Nifas atau puerperium adalah periode
waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini
membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001)
3.2 Saran
Diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai pada pasien dengan
infeksi maternal
27
DAFTAR PUSTAKA
ASKEP ENDOMETRIOSIS Oleh Stevanno Mauritius Lantang Politeknik Kesehatan Kemenkes
Manado
www.academia.edu diakses 18 maret 2020 pukul 14.43.
Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Bunner and Suddart . 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN SISTEM
REPRODUKSI oleh Yulia Rochmawati www.academia.edu diakses pada 18 maret 2020 pukul
17.33
28
Download