PENDESAINAN LKS MATEMATIKA INTERAKTIF MODEL E-LEARNING BERBASIS WEB DI KELAS X SMA NEGERI 3 PALEMBANG Skripsi Oleh FITRA MAYASARI Nomor Induk Mahasiswa 06043131033 Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2009 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan LKS interaktif berbasis web dan mengetahui gambaran efektivitas penggunaan LKS Matematika Interaktif Model ELearning Berbasis Web oleh siswa Kelas X di SMA Negeri 3 Palembang. LKS Interaktif berbasis web merupakan LKS yang disajikan dengan program komputer dan didesain mampu memberikan umpan balik berdasarkan respon yang diberikan siswa, kemudian disampaikan dengan menggunakan media web. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan teknik pengumpulan data adalah tes untuk melihat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang didapat berupa nilai latihan, tugas dan tes. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.A yang berjumlah 31 orang siswa. Dari analisis data hasil belajar menunjukkan untuk indikator 1 terdapat 93,55% siswa telah mencapai KKM (efektif) dengan rata-rata 83,19 dan indikator 2 ada 74,19% siswa telah mencapai KKM (tidak efektif) dengan rata-rata 76,14. Dari hasil tersebut mengidentifikasi bahwa penggunaan LKS interatif berbasis web memiliki potensial efek pada pembelajaran matematika. Kata Kunci: pendesainan, efektivitas, LKS, interaktif, website BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006:387). Dalam mempelajari matematika, siswa harus memahami dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. National Council of Teachers of Matematics (2000) menggariskan bahwa dalam mempelajari matematika siswa tidak hanya bergantung pada “apa” yang diajarkan, tetapi juga bergantung pada “bagaimana” matematika itu diajarkan, atau bagaimana siswa belajar Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Proses komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian, ataupun salah konsep. Untuk itu guru harus mampu memberikan suatu alternatif pembelajaran bagi siswa nya agar dapat memahami konsep-konsep yang telah diajarkan. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif sumber pembelajaran yang tepat bagi siswa karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis (Suyitno dalam Widiyanto, 2008:2). Berdasarkan hasil penelitian Darusman (2008), penggunaan LKS pada materi perbandingan di SMP Negeri I gelumbang dalam melatih kecakapan berpikir rasional tergolong efektif dalam proses pembelajaran. Dengan proses belajar yang efektif, penggunaan LKS dalam pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengaruh positif dan kontribusi yang 1 cukup besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Selain itu dalam penggunaannya, LKS dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa di kelas sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari dan juga dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensi diri sehingga siswa tidak merasa takut dalam berhadapan dengan materi yang sedang dipelajari. Widiyanto (2008:2) mengatakan, “Model pembelajaran matematika yang efektif dan menarik adalah model pembelajaran yang memiliki nilai relevansi dengan pencapaian daya matematika, memberi peluang untuk bangkitnya kreativitas, mampu mengembangkan suasana belajar mandiri dan sejauh mungkin memanfaatkan momentum kemajuan teknologi khususnya fungsi teknologi informasi. Berdasarkan pendapat Widiyanto, keefektifan suatu model pembelajaran matematika adalah jika pembelajaran yang dilakukan dapat membuat siswa menemukan dan mengembang konsep yang dipelajari, membangkitkan kreativitas siswa dan mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri. Ada banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan untuk dapat diterapkan oleh guru dalam mencapai tujuan tersebut. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, telah muncul model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang disebut dengan e-learning. Thompson, dkk. (2000) menyatakan, "E-learning is instructional content or learning experiences delivered or enabled by electronic technology.". Sistem e-learning merupakan bentuk implementasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Komputer merupakan salah satu teknologi informasi yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika. Banyak hal abstrak atau imajinatif yang sulit dipikirkan peserta didik, dapat dipresentasikan melalui simulasi komputer. Latihan dan percobaan-percobaan eksploratif matematika dapat dilakukan peserta didik dengan menggunakan program-program sederhana untuk penanaman dan penguatan konsep, membuat pemodelan matematika, dan menyusun strategi dalam memecahkan masalah. Internet merupakan salah satu program yang memanfaatkan media komputer. Penggunaan internet dalam dunia pendidikan menawarkan berbagai kemudahan dan hasil yang menguntungkan bagi siswa dan juga guru. Ciri-ciri dan keistimewaan internet sebagai media pengajaran yang kaya akan informasi, efektif, fleksibel dan menarik menjadi sebab mengapa ia perlu dimanfaatkan. Selain itu berdasarkan penelitian Akhirni (2006), penerapan website sebagai media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran di kelas XI SMA Negeri I Inderalaya mampu mengefisiensikan dan mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dengan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, diharapkan penggunaan LKS berbasis web dapat membuat pembelajaran yang dilakukan berhasil, keberhasilan ini dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa. Sejauh ini, sepengetahuan penulis belum ada penelitian yang menggunakan web sebagai media penyampaian LKS kepada siswa dalam mata pelajaran matematika padahal teknologi informasi selalu berkembang setiap hari dan hendaknya model serta media yang digunakan dalam pembelajaran memanfaatkan teknologi yang terus berkembang tersebut. Digunakannya Web sebagai media penyampaian LKS kepada siswa adalah karena web mempunyai jaringan luas dan akan memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk memilih waktu, tempat dan mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang materi yang sedang ia pelajari. Selain itu siswa juga dapat mengatur kecepatan belajarnya, mereka dapat mengulang beberapa kali sampai benar-benar menguasai/memahami materi tersebut. LKS ini juga dapat diperbaharaui sewaktu-waktu agar menjadi lebih baik dan relevan dengan perkembangan jaman. Berdasarkan hasil observasi, SMA N 3 Palembang telah memiliki fasilitas sumber belajar berbasis TIK seperti Ruang Multimedia dan Laboratorium Komputer yang terkoneksi dengan internet. Pembelajaran matematika di Ruang multimedia telah pernah diterapkan seperti penggunaan CD pembelajaran dan pemaparan materi dengan software komputer, dimana hasil belajar yang didapatkan tergolong cukup baik. Tetapi pemanfaatan internet sebagai sumber ataupun media belajar belum pernah dicobakan, padahal selain laboratorium komputer yang terkoneksi dengan internet sekolah juga telah memiliki hotspot (jaringan internet) internal sehingga guru dan siswa dapat menggunakan internet secara gratis. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk mendesain LKS interaktif yang menggunakan web sebagai media penyampaiannya dan mencobakan LKS interaktif berbasis web yang didesain untuk melihat efektivitas pembelajaran tersebut. Serta mengadakan peneltian dengan judul “Pendesainan LKS Matematika Interaktif Model E-Learning Berbasis Web Di Kelas X SMA Negeri 3 Palembang “. 1.2 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mendesain LKS interaktif berbasis web dan gambaran efektivitas penggunaan LKS matematika interaktif berbasis web oleh siswa Kelas X di SMA Negeri 3 Palembang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan LKS interaktif berbasis web dan mengetahui gambaran efektivitas penggunaan LKS Matematika Interaktif Model E-Learning Berbasis Web oleh siswa Kelas X di SMA Negeri 3 Palembang. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Guru mata pelajaran matematika sebagai informasi model LKS berbasis web yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika , 2. Peneliti, dapat menambah pengetahuan/pengalaman sebagai bekal untuk menjadi seorang guru yang profesional. 3. Sekolah, dalam mengoptimalkan sarana dan prasarana di sekolah yang dapat menunjang proses pembelajaran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) 2.1.1 Pengertian LKS Sumber belajar adalah merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Ardiwinata (dalam Djamarah, 1995:49) berpendapat bahwa sumber-sumber belajar itu dapat berasal dari manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan. Dengan demikian, LKS dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat digunakan siswa. Depdiknas (dalam Darusman, 2008:17) menyatakan bahwa LKS adalah lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram. Sedangkan Shadiq (dalam Andayani, 2005:9) mendefinisikan LKS sebagai lembaran duplikat yang dibagikan guru kepada siswa di suatu kelas untuk melakukan kegiatan atau aktivitas belajar mengajar. Lembaran ini berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan dan pengertian agar siswa dapat mempeluas serta memperdalam pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Sehingga dapat dikatakan bahwa LKS merupakan salah satu sumber belajar yang berbentuk lembaran yang berisikan materi secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk mengerjakan pertanyan-pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab siswa. 2.2.2 Jenis-Jenis LKS Menurut Sadiq (dalam Widiyanto, 2008:14) LKS dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu sebagai berikut: 1. Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur. Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar pada 5 tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik. 2. Lembar Kerja Siswa Berstruktur. Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa. Dalam penelitian ini, LKS yang dibuat menjadi LKS interaktif berbasis web adalah tipe berstruktur karena LKS ini diharapkan dapat dimanfaatkan siswa sebagai sumber belajar dengan atau tanpa bimbingan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran tapi bukan berarti peran guru digantikan melainkan guru sebagai pengawas dan motivator, dimana hal ini sesuai dengan sifat LKS berstruktur. 2.2.3 Kegunaan dan Penyusunan LKS Menurut Tim Instruktur PKG (dalam Andayani, 2005:10), kegunaan LKS dalam pengajaran matematika adalah : 1. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi belajar mengajar 2. Dapat mempercepat pengajaran dan mempersingkat waktu penyajian materi pelajaran sebab LKS ini dapat disiapkan diluar jam pelajaran 3. Memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok, atau klasikal karena tidak setiap peserta didik dapat memahami persoalan itu pada keadaan bersamaan 4. Mengoptimalkan penggunaan alat bantu pengajaran yang terbatas 5. Membangkitkan minat belajar peserta didik jika LKS disusun secara menarik Langkah-langkah menyusun LKS adalah sebagai berikut : Analisis kurikulum pada materi yang akan dibuatkan LKS Menyusun peta kebutuhan LKS Menentukan judul-judul LKS Penulisan LKS Rumusan kompetensi dasar LKS diturunkan dari buku pedoman khusus pengembangan silabus Menentukan alat penilaian Menyusun materi (Abadi, Hartono, Junaedi dalam Widiyanto, 2008:4) Untuk membuat atau menentukan sebuah LKS buatan guru yang baik, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan. Jones (dalam Andayani, 2005:9) menyatakan LKS yang baik untuk diberikan kepada peserta didik, haruslah: Dapat menampung keragaman kemampuan siswa di kelas Bahasanya cukup dimengerti (Tidak terlalu sulit) Format dan gambar harus jelas (mudah dipahami) Mempunyai tujuan yang jelas Memiliki isian yang memerlukan pemikiran dan pemprosesan infromasi Tetap memiliki gambaran umum (global disamping gambaran detail) LKS memiliki keunggulan, seperti yang dikatakan oleh Hartati (2003) sebagai berikut: 1. Membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan 2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal di dalam jiwa tersebut 3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa 4. Mampu mengarahkan cara belajar siswa, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar giat 5. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing Sehingga dapat disimpulkan bahwa, jika LKS disusun dengan baik seperti langkah-langkah diatas maka dalam penggunaannya LKS dapat membuat pembelajaran yang dilakukan berhasil karena LKS dapat mengarahkan siswa untuk menemukan dan mengembangkan konsep sendiri dengan atau tanpa bantuan guru dan juga membangkitkan minat belajar siswa. 2.2. LKS Interaktif Berbasis Web 2.2.1 LKS Interaktif Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu multimedia linear yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol untuk dioperasikan pengguna sehingga berjalan berurutan dan multimedia interaktif yang dilengkapi dengan alat pengontrol untuk dioperasikan pengguna sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya dengan bantuan komputer, mouse dan lain-lain (Wirasamodra, 2008:1). Salah satu format sajian multimedia dalam pembelajaran adalah tutorial dan latihan dimana multimedia digunakan sebagai sumber belajar dan melatih keterampilan siswa dalam penguasaan materi yang sudah diberikan sebelumnya. Program komputer yang dibuat menyediakan/memberikan beberapa informasi/teori (disajikan dengan teks, gambar, baik diam atau bergerak dan grafik) dan latihanlatihan sehingga siswa dapat mempelajarinya, memberikan respon atau tanggapan jika terdapat pertanyaan yang perlu dijawab siswa dan kemudian komputer kembali merespon/mengevaluasi terhadap jawaban siswa ataupun memberikan tambahn infromasi baru (Wijaya, 2004:3). Sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS interaktif adalah LKS yang disajikan dengan program komputer dan didesain mampu memberikan umpan balik berdasarkan respon yang diberikan siswa. 2.2.2 LKS Interaktif Berbasis Web Menurut Gora S (2005:14), web adalah sebuah jaringan global dari jutaan halaman informasi yang berisi teks, gambar, dan link ke halaman lain yang menjadi bagian informasi. Sedangkan Madcom (dalam Akhirni, 2007:9) mengatakan bahwa website atau situs web adalah media yang digunakan untuk menampung data teks, gambar animasi dan suara, yang pada umumnya ditampilkan di internet dan dapat diakses oleh komputer lain yang terhubung dengan internet. Saat ini dengan kemajuan teknologi browser, halaman web dapat memuat elemen multimedia. Pembelajaran berbasis web merujuk kepada pengajaran yang disampaikan melalui jaringan WWW dimana bahan pengajaran, kumpulan diskusi, ujian dan lain-lain adalah berlandaskan web. Dengan demikian, LKS Interaktif berbasis web merupakan LKS interaktif yang disampaikan dengan menggunakan media web. Web digunakan karena mempunyai jaringan luas dan akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk memilih waktu, tempat maupun materi yang akan dipelajari. Menurut Widiyanto (2008:18), tiga langkah membuat LKS matematika interaktif berbasis web adalah sebagai berikut: 1. Membuat LKS matematika interaktif 2. Membuat Homepage dan Web didesain 3. Menggabungkan LKS matematika interaktif dengan web Adapun perbedaan LKS konvensional dan LKS interaktif berbasis web adalah sebagai berikut: Tabel 1. Perbedaan LKS konvensional dan LKS interaktif berbasis web No Perbedaan 1. Materi LKS Konvensional Disajikan dalam bentuk deskriptif 2. Gambar, grafik maupun tulisan 3. Komunikasi Disajikan dalam keadaan diam 4. Isi Menekankan banyak pada soal-soal. 5 Tampilan Disajikan pada lembaran kertas. Dilakukan dengan satu arah LKS interktif berbasis Web Disajikan dalam bentuk pertanyaan yang dapat mengkonstruk pemahaman peserta didik Disajikan bergerak dan langkah per langkah, ketika peserta didik tidak mengerti dapat diulang. Dua arah (ketika peserta didik memberikan jawaban atau respon LKS ini akan memberikan respon/umpan balik) Menekankan pada penanaman konsep matematika, soal hanya dijadikan sebagai pengantar pemahaman peserta didik Disajikan lebih menarik dengan tampilan gambar yang disukai oleh anak-anak dan tampilannya lebih hidup. (Widiyanto, 2008:14) Penggunaan LKS interaktif berbasis web ini dapat membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu menemukan dan mengembangkan konsep dengan atau tanpa bantuan guru. Hal ini dikarenakan LKS dapat diakses dimana dan kapan saja, meningkatkan motivasi belajar siswa karena mereka dapat mengendalikan pembelajaran dan mendapat umpan balik yang segera, memungkinkan setiap siswa berperan serta dalam proses belajar dan mengatur kecepatan belajarnya sesuai dengan tingkat kemampuannya. 2.2.3 Pembuatan LKS Interaktif Berbasis Web Langkah-langkah membuat LKS Interaktif berbasis web adalah sebagai berikut: 1. Membuat LKS Matematika tipe berstruktur Menganalisis Kurikulum Pada tahap ini hal yang dilakukan berupa identifikasi Kurikulum Matematika SMA yang dikaitkan dengan indikator pencapain hasil belajar. Membuat peta kebutuhan dan judul-judul LKS Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah menyusun peta kebutuhan LKS yaitu menyusun hal-hal (materi) yang dibutuhkan untuk mencapai indikator yang akan dicapai, kemudian menentukan Judul-judul yang akan dibuat di LKS. Menulis LKS Pada tahap ini yang dilakukan adalah menulis LKS dalam bentuk naskah, naskah ini kemudian dikonsultasikan kepada para pakar. Hal ini dilakukan agar LKS yang disusun tidak ada kesalahan pada isinya. Ketika naskah tersebut terdapat kesalahan maka naskah segera diperbaiki dan setelah naskah tidak terjadi kesalahan maka akan dilanjutkan ke proses mendesain LKS dalam komputer. 2. Membuat LKS Matematika Interaktif Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah mendesain LKS dengan menggunakan software program aplikasi Macromedia Flash Pro 8. Desain ini kemudian diberi animasi supaya lebih menarik tetapi tetap memperhatikan aturan-aturan yang ada dalam matematika. Setelah itu desain diubah ke format exe untuk digabung dengan web yang akan diupload ke internet. 3. Membuat web Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah membuat web dengan menggunakan software pembuat website antara lain Adobe GoLive, Hot Dog, Macromedia Dreamwaver MX dan lain-lain atau dengan memanfaatkan fasilitas weblog yang banyak disediakan situs di internet misalnya Wodpress, Blogger, Multiply dan lain-lain. 4. Menggabungkan LKS Matematika interaktif dan web Setelah LKS interaktif dan Web dibuat langkah selanjutnya adalah menggabungkan keduanya. Pengajar yang sudah mempunyai web tinggal mengupload file LKS interaktif ke internet. 2.3 Model E-Learning E-learning merupakan sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung proses belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer maupun komputer standalone (nn). Sedangkan Thompson (dalam Yaniawati, 2000) menyatakan bahwa sistem e-learning merupakan bentuk implementasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Jaya Kumar C. Koran (dalam Ngadiyo, 2007:6) mendefinisikan elearning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan jaringan informasi (internet) dalam menunjang keberhasilan proses belajar dan pembelajaran yang dapat digunakan adalah dalam bentuk tutorial multimedia, interaktif via internet, dan bahan ajar bersifat mandiri Berdasarkan teknologi informatika yang digunakan, e-learning dikelompokkan sebagai berikut : 1. Computer Based Training (CBT) Basis utama proses belajar mengajar ini adalah Program Komputer (Software), yang bisa dipakai untuk belajar secara interaktif dan fleksibel. Softtware-software pelajaran ini berisikan bagian-bagian multimedia, seperti animasi dan juga bagian-bagian tool sebagai alat untuk menyelesaikan soalsoal latihan. Pada e-learning dengan konsep ini komunikasi yang terjadi hanya komunikasi satu arah. 2. Web Based Training (WBT) Sistem ini merupakan perkembangan lanjutan dari CBT dan berbasis teknologi internet. Sehingga dengan menggunakan konsep ini, dapat terjadi komunikasi dua arah. Pada dasarnya terdapat tiga alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih, yaitu: (1) Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet. Manfaat dari penerapan model E-learning menurut Soekartawi (2003) adalah sebagai berikut: 1. Dari sudut peserta didik Adanya kegiatan e-learning memungkinkan berkembangnya fleksibilitas yang tinggi. Artinya peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pelajaran. 2. Dari sudut guru Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mungkin terjadi Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif banyak Mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik. Walaupun demikian pemanfaatan internet dalam pendidikan juga memiliki kelemahan. Beberapa kritik Bullen (2001) dan Beam (1997) yaitu : 1. Kurangnya interaksi antara guru dan peserta didik atau bahkan antar peserta didik itu sendiri yang bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar 2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial 3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan 4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT 5. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal 6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet 7. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan intenet 8. Kurangnya penguasasan bahan komputer Menurut Soekartawi (dalam Kedasih, 2007:3) hal ini mungkin dapat diatasi dengan cara : 1. Disediakan forum untuk berdiskusi antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik, 2. Diberikan keterampilan menguasai teknologi kepada pengajar 3. Disediakan fasilitas jaringan dan koneksi internet di tempat-tempat pendidikan 4. Disediakan software pembelajaran 5. Adanya kebijakan yang mendukung pelaksanaan progran e-learning Langkah-langkah dalam pengembangan bahan ajar pada e-learning yaitu mengidentifikasi bahan pelajaran yang disajikan setiap pertemuan, menyusun kerangka materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional dan pencapaiannya sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Bahan tersebut selanjutnya dibuat tampilan yang manrik mungkin dengan menggunakan aplikasi komputer yang didukung oleh gambar, video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan materi yang dipelajari serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah evaluasi pembelajaran sekaligus bahan evaluasi kemajuan siswa. Bahan pengayaan hendaknya diberikan melalui link ke situs-situs belajar yang ada di internet agar siswa mudah mendapatkannya. Setelah bahan selesai maka secara teknis guru tinggal mengupload ke situs e-learning yang telah dibuat. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oeh guru agar pembelajaran yang dilakukannya berhasil karena pada e-larning siswa dapat mengatur sendiri kecepatan belajarnya dan guru dapat melakukan pembaharuan bahan ajar dengan cepat dan langsng diterima oleh siswa. 2.4 Efektivitas Penggunaan LKS Matematika Interaktif Berbasis Web Kata dasar efektivitas adalah efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan efektivitas adalah membawa hasil, keberhasilan tentang usaha dan tindakan. Menurut Handayaningrat (dalam Istantia, 2008:6), efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan Mulyasa (dalam Istantia, 2008:17), efektivitas adalah begaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya alam sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan operasionalnya. Oleh Karena itu, efektifitas penggunaan LKS matematka interaktif berbasis web adalah keberhasilan pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS ini dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (1995:130), suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional dari bahan tersebut. Untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi (hasil) belajar. Hasil belajar ini diukur dengan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di SMA N 3 Palembang pembelajaran matematika dikatakan berhasil jika ketuntasan belajar secara klasikal tercapai yaitu 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran telah mencapai daya serap (KKM) lebih dari 65% (ketuntasan secara individu). Tujuan pembelajaran adalah siswa dalapat melakukan/mencapai indikator yang telah ditentukan. Setiap indikator dikatakan efektif jika siswa yang mencapai KKM ≥85% dan jika < 85% maka dikatakan tidak efektif. Penggunaan LKS interaktif berbasis web dalam pembelajaran matematika dapat dikatakan efektif jika semua indikator terkategori efektif. Jika ada indikator dari yang ditetapkan, tidak terkategori efektif maka penggunaan LKS interaktif berbasis web ini dikatakan memiliki potensial efek. Cara menilai hasil belajar matematika biasanya menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai siswa setelah belajar matematika dan untuk menentukan seberapa jauh pemahaman materi yang sudah dipelajari. Dalam hal ini hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam mengerjakan latihan (hasil kerja siswa pada LKS), tugas dan soal tes. Soal-soal yang diberikan adalah berupa soal-soal yang berkaitan dengan pemahaman materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah a. Pendesainan LKS interaktif berbasis web b. Efektivitas penggunaan LKS matematika interaktif berbasis web 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Pendesaian LKS interaktif berbasis web adalah suatu kegiatan pendesainan LKS interaktif dengan menggunakan Macromedia Flash Pro 8 dan pemanfaatan weblog sebagai media penyampaian LKS interaktif. b. Efektifitas penggunaan LKS matematika interaktif berbasis web adalah keberhasilan pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS interaktif berbasis web dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan ini diukur melalui hasil belajar siswa yaitu kemampuan siswa dalam mengerjakan latihan (hasil kerja siswa pada LKS), tugas dan soal tes pada akhir pembelajaran. 3.3 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.A di SMA Negeri 3 Palembang. 3.4 Rancangan Penelitian Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Persiapan Pada tahapan ini yang dilakukan adalah peneliti adalah menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Pembuatan RPP 16 Pembuatan media pembelajaran yaitu LKS Interaktif berbasis web Langkah-Langkah pendesaian LKS interaktif berbasis web: a. Membuat LKS matematika b. Membuat LKS matematika interaktif c. LKS matematika interaktif yang sudah didesain dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, guru sekolah dan diujicobakan kepada kelompok kecil siswa yang seusia dengan subjek penelitian (bukan subjek penelitian) d. Membuat weblog e. Menggabungkan LKS matematika interaktif dan weblog Membuat kisi-kisi soal dan perangkat tes 2. Pelaksanaan (pembelajaran di sekolah) Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS interaktif berbasis web sesuai dengan RPP yang telah dibuat Pengumpulan data hasil belajar berupa nilai latihan (pengerjaan siswa pada LKS), tugas dan tes yang diberikan pada pertemuan terakhir. 3. Analisa data Data hasil belajar yang didapat dianalisa untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan memperoleh gambaran mengenai pendesainan LKS interaktif berbasis web dan efektifvitas penggunaan LKS ini di SMA N 3 Palembang. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Metode tes digunakan untuk mengetahui efektivitas penggunaan LKS yang telah didesain terhadap hasil belajar siswa setelah pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS interaktif berbasis web sebagai sumber belajar. Hasil belajar tersebut diperoleh dari hasil latihan (kerja siswa pada LKS), hasil tugas, dan hasil tes tertulis yang diberikan setelah selesai pembelajaran. 3.6 Teknik Analisis Data Analisis Data Hasil Belajar Data tes yang diperoleh dari hasil jawaban soal-soal latihan, tugas, dan tes. Data tersebut dianalisis untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tes adalah: 1. Membuat kunci jawaban yang diberi skor patokan yang telah ditentukan 2. Memeriksa hasil jawaban dan memberi skor 3. Menjumlahkan semua skor yang diperoleh siswa dan mengkonversinya ke dalam bentuk nilai dengan rentang 0 – 100 dengan cara : Nilai Siswa Skor yang diperoleh x100 Skor maksimum 4. Membuat analisis hasil belajar siswa yang dipeoleh dari nilai latihan, tugas dan tes seperti pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Analisis Hasil Belajar No. Nama Siswa Latihan Tugas Tes Nilai Akhir 1 2 3 Dst Nilai Rata-Rata Nilai akhir diperoleh dari 30% nilai latihan, 25% nilai tugas dan 45% nilai tes dengan rumus sebagai berikut : NA (30 xN L ) (25 xN T ) (45 xN E ) 100 Keterangan : NA : Nilai Akhir, NL : Nilai Latihan, NT : Nilai Tugas, dan NE : Nilai Tes (Modifikasi tim penulisan buku pedoman FKIP, 2004:23) 5. Nilai akhir yang diperoleh siswa dikonversikan kedalam tabel penilaian hasil belajar siswa seperti pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Penilaian Hasil Belajar Nilai Akhir 80 – 100 65 – 79 55 – 64 40 – 54 0 – 39 Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang (Modifikasi Arikunto, 2008: 245) 6. Mendeskripsikan secara umum ketuntasan belajar siswa baik ketuntasan individu maupun ketuntasan kelas yaitu : Ketuntasan belajar secara individu, jika nilai akhir siswa yang didapat ≥ 65 Ketuntasan belajar secara klasikal, jika dalam suatu kelas terdapat 85% siswa yang telah tuntas secara invidu. 7. Mendeskripsikan keefektifan penggunaan LKS matematika interaktif berbasis web yaitu LKS ini efektif, jika hasil belajar siswa tuntas secara klasikal. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang akan digunakan, yaitu RPP, media pembelajaran yaitu LKS interaktif berbasis web dan perangkat tes. Langkah-langkah pembuatan LKS Interaktif berbasis web adalah sebagai berikut: 5. Membuat LKS Matematika Menganalisis Kurikulum Pada tahap ini hal yang dilakukan berupa identifikasi Kurikulum Matematika SMA yang dikaitkan dengan indikator pencapain hasil belajar. Materi ajar yang diambil peneliti ambil untuk dibuat LKS adalah Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat dengan sub pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan Sistem persamaan Linear Tiga Variabel. Analisis dilakukan dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, ditetapkan: Standar Kompetensi : 3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel Kompetensi Dasar : 3.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dan sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel Berdasarkan kurikulum maka indikator pencapaian dari pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Siswa dapat menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel 2) Siswa dapat menentukan penyelesaian sistem persamaan linear tiga variabel Membuat peta kebutuhan dan judul-judul LKS 20 Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah menyusun peta kebutuhan LKS yaitu menyusun hal-hal (Materi) yang dibutuhkan untuk mencapai indikator yang akan dicapai. Kemudian menentukan Judul-judul yang akan dibuat di LKS. LKS Gambar 1. Peta Kebutuhan Sistem Persaman Linear Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel Cara penyelesaian Metode eliminasi Metode subtitusi Metode Eliminasi-Subtitusi Metode Grafik Cara penyelesaian Metode subtitusi Metode Eliminasi-Subtitusi Menulis LKS Pada tahap ini yang dilakukan adalah menulis LKS dalam bentuk naskah. Setelah naskah selesai, peneliti membuat storyboard dari media LKS interaktif yang akan didesain. 6. Membuat LKS Matematika Interaktif Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah mendesain LKS dengan menggunakan software program aplikasi Macromedia Flash Pro 8. Desain ini kemudian diberi animasi supaya lebih menarik tetapi tetap memperhatikan aturan-aturan yang ada dalam matematika. Namun dalam pendesaianan ini efek suara tidak digunakan. Setelah itu desain diubah ke format swf untuk digabung dengan web yang akan diupload ke internet. Adapun langkah-langkah mendesain salah satu bagian LKS yaitu: Buka jendela kerja program Macromedia Flash Pro 8. Setelah jendela kerja Flash terbuka akan akan tampil dokumen baru dengan judul Untitled-1. Gambar 2. Tampilan Kerja Flash Membuat background dengan menggunakan gambar yang sudah ada yaitu dengan cara mengimport gambar yang akan digunakan. Klik File>import>import to libraries. Kemudian pilih gambar yang akan digunakan. Setelah background dibuat, lanjutan dengan membuat materi LKS, yang terdiri dari text tipe static, dynamic dan input. Untuk setiap text tipe dynamic dan input, diberi nama yang tidak sama pada kotak var. Untuk menambah frame pada layer 1 klik kanan pada frame yang akan dipilih kemudian klik insert blank keyframe. Sedangkan untuk mengimport tombol link, klik window>Common libraries>button. Kemudian pilih tombol yang akan digunakan. Gambar 3. Tampilan Kerja Flash pada LKS I Kegiatan 1, Frame 1 Gambar 4. Tampilan Kerja Flash pada LKS I Kegiatan 1, Frame 2 Gambar 5. Tampilan Kerja Flash pada LKS I Kegiatan 1, Frame 3 Gambar 6. Tampilan Kerja Flash pada LKS I Kegiatan 1, Frame 4 (Penghitung Nilai) Kemudian tombol link yang telah dibuat diberi actionscript. Isi actionscript untuk salah satu tombol link yang left yaitu: on(press){ gotoAndStop("scene23"); } Isi actionscript tombol cek (pada Layer 1, frame 4) yaitu: on(press){ if(_root.a24=="1"){ _root.jwb1=5; _root.d24.text=""; }else{ _root.jwb1=0; _root.d24.text="Coba cek lagi nilai x"; } if(_root.a28=="2"){ _root.jwb2=5; _root.d28.text=""; }else{ _root.jwb2=0; _root.d28.text="Cobe cek lagi nilai y"; } if(_root.a29=="1" && _root.a291=="2"){ _root.jwb3=5; _root.d29.text=""; }else{ _root.jwb3=0; _root.d29.text="Cobe cek lagi kesimpulan"; } nilai1=jwb1+jwb2+jwb3; nilai2=nilai1*100; nilai=nilai2/15; _root.nil11.text=nilai; if(nilai==100){ _root.d249.text="Bagus Sekali"; }else{ _root.d249.text=""; } } Masih pada frame 1, import animasi agar tampilannya lebih menarik. Klik File>import>import to libraries. Kemudian pilih animasi yang akan digunakan. Gambar 7. Tampilan Kerja Flash pada Frame 1 Setelah Diberi Animasi Untuk melihat hasil yang dibuat, klik menu Control>Test Movie atau tekan Ctrl+Enter Gambar 8. Tampilan Flash LKS I pada Frame 1 Pada tahap ini setelah LKS interaktif dibuat, LKS dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, guru matematika SMA N 3 Palembang dan beberapa anak yang seusia dengan subjek peneltian. Tabel 4 Saran Untuk Revisi LKS Interaktif Yang direvisi Link,Tombol Sebelum direvisi Setelah direvisi Ada Link yang tidak berfungsi Semua Link berfungsi Ada tombol cek yang salah Belum Icon ada petunjuk Tidak ada tombol cek yang salah Dibuatkan penggunaan halaman menjelaskan Belum ada contoh soal Materi program dan tombol yang digunakan Contoh soal tidak animatif Sudah ada contoh soal karena muncul bersamaan Pada LKS I kegiatan 1, Contoh soal dibuat jelas LKS I kegiatan 1, petunjuk sudah diberikan Ruang input jawaban tinggal Ruang dilengkapi/diisi muncul perlangkah petunjuk mengerjakan kurang Pada Latihan soal yang input jawaban tidak tinggal dilengkapi Ruang input jawaban terlalu Ruang input jawaban diperbesar kecil sehingga jawaban yang diisi ada yang tidak terbaca Pengecekan jawaban kurang Pengecekan jawaban diperbaiki, interaktif sehingga menjawab ketika salah siswa tidak bisa pindah ke halaman selanjutnya 7. Membuat web Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah membuat web, peneliti memanfaatkan fasilitas weblog yang banyak disediakan situs di internet yaitu multiply. Multply dipilih karena selain mudah pengoperasiannya, juga memiliki banyak theme atau template. Untuk mempunyai weblog di Multiply, peneliti melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Setelah tahap ini selesai, peneliti telah mempunyai blog dengan alamat URL: http://aNYaFM.multiply.com Gambar 9. Tampilan Halaman Muka Blog 8. Menggabungkan LKS Matematika interaktif dan web Setelah LKS interaktif dan Weblog dibuat langkah selanjutnya adalah menggabungkan keduanya. Pengajar yang sudah mempunyai weblog tinggal mengupload file LKS interaktif ke internet. Gambar 10. Tampilan Halaman Blog Dimana LKS Berada LKS yang sudah dikonsultasikan , direvisi dan diupload ke weblog telah siap dan sesuai digunakan oleh siswa kelas X.A SMA N 3 PAlembang. 4.1.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada tanggal 18 November 2008, pertemuan kedua tanggal 19 November 2008 dan pertemuan ketiga tanggal 20 November 2008, dengan setiap pertemuan berlangsung selama 2 jam pelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 3 Palembang dengan subjek penelitian siswa kelas X.A yang berjumlah 31 orang. Pertemuan pertama, materi yang dipelajari adalah LKS I tentang penyelesaian SPLDV dengan metode subtitusi, metode eliminasi, dan metode eliminasi-subtitusi. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti mempersiapkan RPP, Lab Komputer yang akan dipakai dan soal tugas. Sebelumnya, peneliti telah memberitahukan pada ketua kelas, agar mereka membuat sendiri kelompok yang anggotanya terdiri dari 2 orang. Dikarenakan jumlah siswa yang ganjil maka ada 1 kelompok yang anggotanya hanya 1 orang. 2. Selanjutnya, merupakan pendahuluan di mana peneliti mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, hasil belajar yang diharapkan akan dicapai oleh siswa, menginformasikan LKS interaktif yang akan digunakan dan alamat web (http://anyafm.multiply.com) dimana mereka bisa mendownload LKS ini. Karena adanya gangguan koneksi internet tedapat 1 komputer yang koneksinya lambat dan 3 komputer yang tidak terkoneksi, sehingga agar pembelajaran tetap berlangsung peneliti memasukkan data LKS ke komputer secara manual. Setelah mereka selesai mendownload dan membuka LKS, peneliti menjelaskan cara penggunaannya. 3. Selanjutnya merupakan bagian awal dari kegiatan inti, dengan menggunakan LKS interaktif peneliti menjelaskan materi dan meminta siswa mencatat bagian-bagian yang penting. 4. Peneliti meminta siswa mengerjakan LKS I untuk kegiatan 1, 2 dan 3. Selama kegiatan berlangsung peneliti berkeliling untuk mengamati kegiatan siswa dan mencatat nilai pada setiap kegiatan yang telah mereka kerjakan. 5. Akhir dari pertemuan, peneliti menawarkan kegiatan yang dianggap sulit untuk dibahas bersama-sama Peneliti juga memberikan tugas yang soalnya ada di LKS interaktif untuk dikerjakan pada lembar jawaban (Untuk siswa yang memiliki flash disc meyimpan program ini di flash disc mereka dan siswa yang tidak memiliki diminta mencatat soal tugas) . Pertemuan kedua, siswa melanjutkan pengerjaan LKS I tentang penyelesaian SPLDV dengan metode grafik dan LKS II tentang penyelesaian SPLTV dengan metode subtitusi dan metode eliminasi-subtitusi. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu sama dengan pertemuan pertama hanya saja peneliti tidak meminta siswa membuka weblog lagi karena media yang digunakan sudah tersimpan di komputer dan pada akhir pembelajaran peneliti mengingatkan siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes. Pertemuan ketiga, peneliti memberikan tes. Karena jumlah komputer yang terbatas, siswa dibagi menjadi dua dengan tujuan mereka mengerjakan tes secara individu. Siswa diberikan waktu ± 40 menit dan soal yang diberikan sebanyak 3 soal isian, yang tetap dijawab siswa secara essay pada lembar jawaban yang telah disediakan. Setelah mereka mengerjakan tes, siswa dapat langsung memperoleh hasil dari pekerjaan mereka pada LKS interaktif. 4.2 Deskripsi Data Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu sebanyak 3 kali pertemuan. Dalam penelitian ini, efektifitas penggunaan LKS interaktif berbasis web dilihat dari tingkat pencapaian hasil belajar siswa setelah pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS interaktif berbasis web sebagai sumber belajar. Hasil belajar tersebut diperoleh dari hasil latihan (kerja siswa pada LKS), hasil tugas, dan hasil tes setelah pembelajaran. Data hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS interaktif dapat dilihat pada tabel 5 berikut: Tabel 5 Daftar Distribusi Frekuensi Latihan, Tugas dan Tes Siswa Hasil Belajar Skor Latihan Tugas Kategori Tes Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 80 – 100 31 100 24 77,42 6 19,35 Sangat baik 65 – 79 - - 6 19,35 13 41,94 Baik 55 – 64 - - - - 1 3,23 Cukup 40 – 54 - - 1 3,23 9 29,03 Kurang 0 – 39 - - - - 2 6,45 Sangat Kurang 99,35 87,9 63,55 Rata-Rata Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor siswa untuk latihan adalah 100% siswa terkategori “sangat baik” dengan rata-rata skor 99,35; untuk tugas adalah 96,77% siswa terkategori “sangat baik” dan “baik” dengan rata-rata skor 87,9; dan tes 61,29% siswa terkategori “sangat baik” dan “baik” dengan rata-rata 63,55. Nilai akhir siswa diperoleh dari 30% nilai latihan, 25% nilai tugas dan 45% nilai tes dengan rumus sebagai berikut : NA (30 xN L ) (25 xN T ) (45 xN E ) 100 Ket: NA : Nilai Akhir, NL : Nilai Latihan, NT : Nilai Tugas, dan NE : Nilai Tes Nilai akhir yang didapat adalah 17 (54,84%) siswa berkategori sangat baik, 13 (41,94%) siswa berkategori baik dan 1 (3,23%) siswa berkategori cukup. 4.3 Analisa Data Untuk mengetahui keefektifan penggunaan LKS interaktif berbasis web dalam penelitian ini menggunakan tes. Metode tes digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa setelah pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS interaktif berbasis web sebagai sumber belajar. Data hasil belajar tersebut didapat dari nilai latihan, nilai tugas dan nilai tes, yaitu dengan 30% nilai latihan, 25% nilai tugas dan 45% nilai tes. Data ini kemudian dianalisis untuk melihat tingkat pencapaian hasil belajar, yang dapat dilihat pada tabel 6 berikut: Tabel 6 Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siswa Nilai akhir Frekuensi Kategori % 80 – 100 17 Sangat baik 54,84 65 – 79 13 Baik 41,94 Cukup Sangat Baik 3,23 1 55 – 64 Rata-Rata = 80,38 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pencapaian hasil belajar siswa terkategorikan sangat baik dengan 17 siswa terkategorikan sangat baik, 13 siswa terkategorikan baik, dan 1 siswa terkategorikan cukup. Kriteria ketuntasan minimum pada pembelajaran matematika di SMA N 3 Palembang adalah 65. Data tingkat pencapaian hasil belajar siswa tiap indikator dapat dilihat pada tabel 7 berikut: Tabel 7 Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa tiap Indikator Nilai Akhir Indikator 1 Indikator 2 Kategori Frekuensi % Frekuensi % 80 - 100 24 77,42 16 51,61 Sangat Baik 65 – 79 5 16,13 7 22,58 Baik 55 – 64 2 6,45 7 22,58 Cukup 40 – 54 - - 1 3,23 Kurang Rata-Rata 83,19 76,14 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pencapaian hasil belajar siswa untuk indikator 1 terkategorikan sangat baik dan indikator 2 terkategorikan baik. Hasil kemampuan siswa dalam mencapai tiap indikator yang telah ditentukan dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Tabel 8 Kemampuan Siswa Dalam Mencapai Indikator Indikator Frekuensi Soal <65 % ≥65 <65 ≥65 Siswa dapat LKS I menentukan 2 29 6,45 93,55 Tugas No.1 penyelesaian Tes No.1 dan No.2 SPLDV Siswa dapat LKS II menentukan 8 23 25,81 74,19 Tugas No.2 penyelesaian Tes No.3 SPLTV Dari tabel di atas, terdapat 29 siswa (96,77%) yang telah tuntas secara individu untuk indikator 1 dan 23 siswa (61,29%) untuk indikator 2. Tingkat pencapaian hasil belajar siswa berdasarkan nilai akhir terhadap KKM dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Pencapaian Hasil Belajar Siswa Kriteria Tuntas (≥ 65) Tidak tuntas (< 65) Frekuensi % 30 96,77% 1 3,23% Dari tabel di atas, terdapat siswa yang telah tuntas secara individu adalah 30 orang dan yang belum tuntas adalah 1 orang. Dan Ketuntasan secara klasikal terpenuhi karena > 85% siswa telah mencapai KKM yaitu 96,77%. 4.4 Pembahasan Dari analisa data perindikator, untuk indikator 1 terdapat 2 siswa yang belum tuntas secara individu dan untuk indikator 2 terdapat 8 siswa yang belum tuntas secara individu. Belum tercapainya ketuntasan belajar ini dikarenakan siswa mendapat nilai rendah pada tugas dan tes. Pada latihan untuk setiap indikator, nilai yang didapat siswa sudah sangat baik. Sedangkan pada tugas hanya ada 1 siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori kurang, dikarenakan siswa salah mengerjakan soal. Hasil jawaban tes setelah dianalisisi menunjukkan bahwa siswa belum selesai mengerjakan soal tes, , kurang teliti dalam menyelesaikan soal dan tidak tepat dalam mengetik jawaban tes pada komputer, sehingga mengakibatkan skor yang diperoleh sangat kecil. Berikut contoh kesalahan siswa dalam menjawab soal. (Soal tes nomor 1) Himpunan penyelesaian 7x + 2y = 6 3x – 4y = 22 Siswa menjawab: Gambar 11. Jawaban Siswa pada Lembar Jawaban No 1 Berdasarkan jawaban siswa di atas, tampak siswa tidak paham metode digunakan dan kurang teliti dalam menyelesaikan soal. Hal ini terlihat dari siswa memilih metode eliminasi-subtitusi, tetapi tidak mengalikan kedua persamaan dengan bilangan yang membuat salah satu koefisien dari masing-masing persamaan menjadi sama dan siswa salah dalam mengurangkan bilangan. (Soal Tes nomor 3) Himpunan penyelesaian 2x + y – z = 3 x+y+z=1 x – 2y – 3z = 4 Siswa menjawab : Jawaban yang tepat: 1 y 3(1-y- )+2y=4 3 Gambar 12. Jawaban Siswa pada Lembar Jawaban No 3 Pada contoh jawaban siswa di atas, menunjukkan bahwa siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal. Jawaban yang tepat : {(2,-1,0)} Gambar 13. Jawaban Siswa pada Media No 3 Pada contoh jawaban siswa di atas, menunjukkan bahwa siswa kurang teliti dalam menggunakan tanda himpunan penyelesaian sehingga tidak tepat mengetikkannya. Berdasarkan analisis dari hasil belajar siswa, mengungkapkan bahwa untuk indikator 1 terdapat 93,55% siswa telah mencapai KKM (efektif) dengan rata-rata hasil belajar adalah 83,19 yang terkategorikan “sangat baik” dan indikator 2 ada 74,19% siswa telah mencapai KKM (tidak efektif) dengan rata-rata hasil belajar siswa adalah 76,14 dengan kategori “baik”. Sedangkan untuk hasil belajar keseluruhan didapat rata-rata adalah 80,39 dengan kategori “sangat baik” dan 30 siswa (96,77%) telah mencapai KKM. Dari hasil tersebut mengidentifikasi bahwa penggunaan LKS interatif berbasis web memiliki potensial efek pada pembelajaran matematika karena adanya indikator yang tidak terkategori efektif. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan 1. Pendesaian LKS interaktif berbasis web telah mengasilkan sebuah weblog dengan LKS interatif didalamnya yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dengan materi SPLDV dan SPLTV. 2. Berdasarkan analisis dari hasil belajar siswa, mengungkapkan bahwa untuk indikator 1 terdapat 93,55% siswa telah mencapai KKM (efektif) dan indikator 2 ada 74,19% siswa telah mencapai KKM (tidak efektif). Dari hasil tersebut mengidentifikasi bahwa penggunaan LKS interatif berbasis web memiliki potensial efek pada pembelajaran matematika 5.2 Saran Adapun saran dari peneliti adalah : 1. Guru, diharapkan dapat memanfaatkan TIK semaksimal mungkin dalam menunjang pembelajaran siswa. 2. Peneliti, disarankan agar dapat mendesain LKS ini dengan baik lagi pada pokok bahasan yang berbeda karena LKS ini masih memiliki kekurangan dan perlu untuk lebih dikembangkan seperti penambahan efek suara, animasi yang lebih interaktif dan penggunaan elemen multimedia lainnya. 3. Sekolah, agar selalu memperbaiki dan memperbarui fasilitas pendukung kegiatan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Akhirni, Ari. 2007. “ Pengembangan Website Sebagai Media Pembelajaran pada Pokok Bahasan Limit Fungsi dan Turunan di Kelas XI SMA Negeri I Inderalaya”. Skripsi. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya Andayani, Indriati Agustin. 2005. “Kemampuan Siswa Melaksanakan Kegiatan Belajar Mandiri Terbimbing Melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) Buatan Guru Dalam Mata Pelajaran Matematika Di SMA Negeri 6 Palembang”. Skripsi. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya. Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Darusman, Candra. 2008. “Efektivitas Penggunaan LKS Dalam Melatih Kecakapan Berpikir Rasional Materi Perbandingan Di SMP Negeri I Gelumbang”. Skripsi. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya. Depdiknas. 2006. Standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, Sayaiful Bahri dan A. Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gora S, Winastwan. 2005. Membuat CD Multimedia Interaktif Untuk Bahan Ajar ELearning. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hartati, Sulastri. 2003. “Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas II dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika Berbentuk Essay melalui LKS Buatan Guru di SLTP Negeri 17 Palembang”. Skripsi. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya. Istantia, Elen. 2008. “Studi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Proses Pembelajaran di SMP Terbuka 40 Palembang”. Skripsi. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya. Kedasih, Ayu. 2008. Model Pembelajaran E-Learning. hs.web.ugm.ac.id. Diakses tanggal 16 Juni 2008. http://www.asep- Ngadiyo. 2007. “Pembelajaran E-Learning Dalam meningktkan Mutu Pendidikan”. Makalah disampaikan dalam Pelatihan JARDIKNAS 2007. nn. “Learn Frame”. www.learnframe.com. Diakses tanggal 5 Mei 2008. Soekartawi. 2003. “Beberapa Kesulitan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Web Pada Sistem Pendidikan Jarak Jauh (Obstacles in Applying Web-based Learning for Distance Education System”. http://www.seamolec.or.id. Diakses pada tanggal 15 Mei 2008. Sutrisno. 2007. E-Learning di Sekolah dan KTSP. http://www.e-dukasi.net/artikel. Diakses pada tanggal 20 Mei 2008. Universitas Sriwijaya. 2004. Buku Pedoman Universitas Sriwijaya. Inderalaya: Percetakan dan Penerbit Universitas Sriwijaya. Widiyanto, Ahlis, M.J. Ni’am, dan E.Y. Nurcandra. 2008. “Lembar Kerja Siswa (LKS) Matematika Interaktif Model E-Learning”. http://ahliswiwite.files.wordpress.com. Diakses tanggal 4 Maret 2008. Wijaya, Adi. 2004. “Pemanfaatan Komputer Sebagai Alat Bantu Pembelajaran Matematika SMP”. Makalah disampaikan dalam Pelatihan Instruktur Matematika SMP Jenjang Dasar pada tanggal 1-23 Oktober 2004 di Yogyakarta. Wirasamodra, Dicky. 2008. “Multimedia Pembelajaran Interaktif”. http://didikwirasamodra.wordpress.com. Diakses tanggal 10 September 2008. Yaniawati, R. Poppy. 2000. “Penerapan E-Learning dalam Pembelajaran Matematika yang Berbasis Kompetensi”. http://jurnalkopertis4.org. Diakses tanggal 4 Maret 2008. FOTO-FOTO PENELITIAN