TUGAS AKHIR – ME 141501 PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN POWER ELECTRONIC CONVERTER DENGAN KONTROLER LOGIKA FUZZY VIDO DIMAS PRASETYA DARMA PUTRA NRP 4213100009 Dosen Pembimbing Juniarko Prananda S.T., M.T. DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 l TUGAS AKHIR – ME 141501 PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN POWER ELECTRONIC CONVERTER DENGAN KONTROLER LOGIKA FUZZY VIDO DIMAS PRASETYA DARMA PUTRA NRP 4213100009 Dosen Pembimbing Juniarko Prananda S.T., M.T. DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 “Halaman ini sengaja dikosongkan” ii FINAL PROJECT – ME 141501 SPEED CONTROL OF THREE PHASE INDUCTION MOTOR USING POWER ELECTRONIC CONVERTER WITH FUZZY LOGIC CONTROLLER VIDO DIMAS PRASETYA DARMA PUTRA NRP 4213100009 Advisor Juniarko Prananda S.T.,M.T. DEPARTEMENT OF MARINE ENGINEERING Faculty of Marine Technology Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 “Halaman ini sengaja dikosongkan” iv LEMBAR PENGESAHAN PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN POWER ELECTRONIC CONVERTER DENGAN KONTROLER LOGIKA FUZZY TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Bidang Studi Marine Electrical and Automation System (MEAS) Program Studi S-1 Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh : VIDO DIMAS PRASETYA DARMA PUTRA Nrp. 4213 100 009 Disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir : 1. Juniarko Prananda S.T., M.T. .................... SURABAYA JULI 2017 v “Halaman ini sengaja dikosongkan” vi LEMBAR PENGESAHAN PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN POWER ELECTRONIC CONVERTER DENGAN KONTROLER LOGIKA FUZZY TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Bidang Studi Marine Electrical and Automation System (MEAS) Program Studi S-1 Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh : VIDO DIMAS PRASETYA DARMA PUTRA Nrp. 4213 100 009 Mengetahui Ketua Departemen Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS : Dr. Eng. Muhammad Badrus Zaman, S.T., M.T. NIP. 1977 0802 2008 01 1007 vii “Halaman ini sengaja dikosongkan” viii PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN POWER ELECTRONIC CONVERTER DENGAN KONTROLER LOGIKA FUZZY Nama Mahasiswa : Vido Dimas Prasetya Darma Putra NRP : 4213 100 009 Departemen : Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS Dosen Pembimbing : Juniarko Prananda S.T., M.T. Abstrak Pada saat ini motor listrik terutama motor induksi semakin banyak digunakan dalam berbagai bidang baik di industri darat maupun di marine. Hal ini dikarenakan motor induksi memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan motor listrik lainnya. Diantara kelebihannya ialah mudah dalam proses perawatan, konstruksi lebih ringan disbanding motor DC serta memiliki ketahanan yang baik. Namun motor induksi ini memiliki beberapa kelemahan sehingga dalam pengapilkasiannya memerlukan penanganan khusus. Kelemahan motor induksi ialah sulit dalam pengaturan putaran. Putaran hanya bergantung dengan frekuensi. Pengaturan torsi motor induksi dengan ripple yang rendah serta memiliki respon transien yang baik merupakan kriteria utama dalam desain kontroler ini. Adanya teknik Artifical Intelligent mampu mengatasi kekurangan tersebut. salah satu teknik Artifical Intelligent ialah pengendali logika fuzzy. Logika fuzzy cenderung mampu menghasilkan respon transien yang cukup baik pada motor tanpa beban maupun motor berbeban. Dengan dukungan Power Electronic Converter yang dikendalikan oleh Logika Fuzzy, diharapkan pengaturan kecepatan motor 3 fasa dapat dilakukan dengan se efektif mungkin. Keywords : Motor Induksi 3 Fasa, Power Electronic Converter, Kontroler Logika Fuzzy, ix “Halaman ini sengaja dikosongkan” x SPEED CONTROL OF THREE PHASE INDUCTION MOTOR USING POWER ELECTRONIC CONVERTER WITH FUZZY LOGIC CONTROLLER Name : Vido Dimas Prasetya Darma Putra NRP : 4213 100 009 Department : Marine Engineering FTK-ITS Supervisor : Juniarko Prananda S.T., M.T. Abstract At present electric motors, especially induction motors are increasingly used in various fields both in the land and marine industries. This is because induction motor has some advantages when compared with other electric motors. Among the advantages is easy in the maintenance process, the construction is lighter than the DC motor and has good resistance. However, this induction motor has several weaknesses so that in its application requires special handling. The weakness of the induction motor is difficult in the rotation setting. The loop depends only on the frequency. A low ripple induction motor torque setting with good transient response is a key criterion in the design of this controller. The existence of Artifical Intelligent techniques can overcome these shortcomings. One of the Intelligent Artifical techniques is the fuzzy logic controller. Fuzzy logic tends to produce a fairly good transient response on a motor without load or loaded motor. With the support of Power Electronic Converter controlled by Fuzzy Logic, it is expected that 3 phase phase motor speed adjustment can be done with as effective as possible. Keywords : Three Phase Induction Motor, Power Electronic Converter, Fuzzy Logic Controller xi “Halaman ini sengaja dikosongkan” xii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Power Electronic Converter Dengan Kontroler Logika Fuzzy”. Dalam proses penyusunan dan pengerjaan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan moral yang sangat berarti dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada : 1. Bapak Dr. Eng. M. Badrus Zaman, S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya, 2. Bapak Juniarko Prananda S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu bagi penulis, 3. Bapak Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc. selaku dosen wali, serta bapak Ir. Sardono Sarwito, M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Marine Electrical and Automation System (MEAS) yang selalu mendukung dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis, 4. Bapak Adi Kurniawan, S.T., M.T. atas bimbingan, arahan dan bantuannya bagi penulis dalam pengambilan judul tugas akhir, 5. Kedua orang tua serta adik atas doa, dukungan berupa moril maupun materiil diberikan selama ini, 6. Keluarga besar Laboratorium Marine Electrical and Automation System (MEAS) baik dosen, teknisi maupun member yang telah memberikan dukungan dan transfer ilmu selama pengerjaan tugas akhir 7. Teman-teman Angkatan BARAKUDA 2013, dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa laporan yang telah dikerjakan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik saran yang membangun bagi penulis. Penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Surabaya, Juli 2017 xiii “Halaman ini sengaja dikosongkan” xiv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... l ABSTRAK ................................................................................................................ ix KATA PENGANTAR............................................................................................ xiii DAFTAR ISI ............................................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xvii DAFTAR TABEL ................................................................................................... xix BAB I ......................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................ 2 1.4. Batasan Masalah ......................................................................................... 2 1.5. Manfaat Penelitian...................................................................................... 2 BAB II ........................................................................................................................ 3 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 3 2.1. Motor Induksi Tiga Fasa ............................................................................ 3 2.2 Kontroler Logika Fuzzy ........................................................................... 11 2.3 Konverter .................................................................................................. 15 2.4 Modulasi Lebar Pulsa ............................................................................... 22 2.5 Hasil Penelitian Sebelumnya dengan Jenis Kontroler Lainnya ................ 24 BAB III ..................................................................................................................... 27 METODE PENELITIAN ......................................................................................... 27 3.1 Perumusan Masalah................................................................................. 27 3.2 Studi Literatur......................................................................................... 27 3.3 Pengumpulan Data ................................................................................. 27 3.4 Pemodelan dan Simulasi Motor Induksi................................................. 27 3.5 Pemodelan Kontrol Logika Fuzzy .......................................................... 27 3.6 Analisa Data ........................................................................................... 28 3.7 Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 28 xv BAB IV.....................................................................................................................31 ANALISA DATA ....................................................................................................31 4.1 Perancangan Sistem ..................................................................................31 4.2 Perancangan Pengendali Logika Fuzzy ....................................................34 4.3 Hasil Simulasi dan Pengujian Respon ......................................................43 BAB V ......................................................................................................................59 PENUTUP ................................................................................................................59 5.1 Kesimpulan ...............................................................................................59 5.2 Saran .........................................................................................................59 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................61 LAMPIRAN .............................................................................................................63 xvi DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Komponen Motor Induksi ..................................................................... 5 Gambar 2. 2 Grafik Torsi Vs Kecepatan .................................................................... 6 Gambar 2. 3 rangkaian pengganti motor tiga fasa sumbu d ..................................... 7 Gambar 2. 4 Rangkaian pengganti motor tiga fasa sumbu q ..................................... 7 Gambar 2. 5 Vektor fluks dan arus stator ................................................................... 9 Gambar 2. 6 Diagram Blok FLC .............................................................................. 11 Gambar 2. 7 Triangular Function ............................................................................. 13 Gambar 2. 8 Trapezoidal Function ........................................................................... 13 Gambar 2. 9 penyearah terkendali tiga fasa ............................................................. 17 Gambar 2. 10 Rangkaian penyearah setengah gelombang ....................................... 18 Gambar 2. 11 gelombang keluaran penyearah half wave ......................................... 18 Gambar 2. 12 Rangkaian penyearah full wave ......................................................... 19 Gambar 2. 13 gelombang keluaran penyearah full wave ......................................... 20 Gambar 2. 14 Rangkaian inverter 3 fasa 3 lengan.................................................... 21 Gambar 2. 15 Konfigurasi saklar inverter 3 fasa 3 lengan .................................. 21 Gambar 2. 16 filter pasif kapasitor ........................................................................... 22 Gambar 2. 17 Pembangkitan PWM Sinusoida ......................................................... 24 Gambar 3. 1 Diagram Alir Metodologi Penelitian .................................................. 30 Gambar 4. 1 Blok Motor Induksi 3 fasa ...................................................................33 Gambar 4. 2 Rangkaian Konverter ...........................................................................34 Gambar 4. 3 FIS Editor ...........................................................................................37 Gambar 4. 4 Grafik fungsi keanggotaan input (error) ..............................................37 Gambar 4. 5 Grafik fungsi keanggotaan output .......................................................38 Gambar 4. 6 Tampilan Rule Editor ..........................................................................40 Gambar 4. 7 Surface Viewer ....................................................................................41 Gambar 4. 8 Blok Diagram Fluks ............................................................................41 Gambar 4. 9 Blok Diagram Konversi Arus ..............................................................41 Gambar 4. 10 Blok Diagram Sudut Fasa ..................................................................42 Gambar 4. 11 Blok Diagram Arus d Referensi ........................................................42 Gambar 4. 12 Blok Diagram Arus q Referensi ........................................................42 Gambar 4. 13 Blok Diagram Konversi Arus ............................................................43 Gambar 4. 14 Blok Diagram Regulator Arus ...........................................................43 Gambar 4. 15 Respon waktu pada putaran 30 rad/s .................................................44 Gambar 4. 16 Torsi motor pada putaran 30 rad/s .....................................................44 Gambar 4. 17 Respon waktu pada putaran 70 rad/s .................................................45 xvii Gambar 4. 18 Torsi motor pada putaran 70 rad/s .................................................... 46 Gambar 4. 19 Respon waktu pada putaran 110 rad/s .............................................. 47 Gambar 4. 20 Torsi motor pada putaran 110 rad/s .................................................. 47 Gambar 4. 21 Respon waktu pada putaran 150 rad/s .............................................. 48 Gambar 4. 22 Torsi motor pada putaran 150 rad/s .................................................. 48 Gambar 4. 23 Grafik putaran terhadap respon waktu .............................................. 49 Gambar 4. 24 Grafik Putaran terhadap nilai error ................................................... 50 Gambar 4. 25 Respon Waktu pada beban nol ......................................................... 51 Gambar 4. 26 Torsi motor pada beban nol .............................................................. 51 Gambar 4. 27 Respon waktu pada beban 300 N.m.................................................. 52 Gambar 4. 28 Torsi motor pada beban 300 N.m ..................................................... 53 Gambar 4. 29 Respon waktu pada beban 600 N.m.................................................. 53 Gambar 4. 30 Torsi motor pada beban 600 N.m ..................................................... 54 Gambar 4. 31 Respon waktu pada beban 900 N.m.................................................. 55 Gambar 4. 32 Torsi Motor pada beban 900 N.m ..................................................... 55 Gambar 4. 33 Grafik beban motor terhadap repon waktu ....................................... 56 Gambar 4. 34 Grafik Beban motor terhadap nilai error........................................... 57 xviii DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Fungsi Implikasi Fuzzy ........................................................................... 14 Tabel 4. 1 Parameter Input Motor pada Simulink .................................................... 31 Tabel 4. 2 Pembagian keanggotaan nilai Error putaran............................................ 36 Tabel 4. 3 Pembagian Keanggotaan nilai delta error ............................................... 36 Tabel 4. 4 Pembagian keanggotaan nilai keluaran ................................................... 36 Tabel 4. 5 relasi aturan fuzzy ................................................................................... 40 xix “Halaman ini sengaja dikosongkan” xx BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor asinkron induksi 3 fasa merupakan motor arus bolak-balik yang paling umum digunakan dalam proses kerja pada industri baik di darat ataupun di bidang Marine. Pemanfaatan motor listrik tiga fasa dalam berbagai aplikasi tentunya memiliki beberapa keuntungan, diantaranya ialah tidak adanya kontak antara stator dan rotor kecuali bearing, tenaga besar, perawatan mudah. Berdasarkan prinsipnya, umumnya motor induksi dioperasikan pada kecepatan konstan, perubahan pada beban akan berdampak pada perubahan kecepatan. Semakin besar beban yang diterima oleh motor induksi maka akan terjadi penurunan tegangan yang berdampak pada penurunan kecepatan. Pada aplikasi sistem dimana membutuhkan perubahan variasi beban/putaran, motor DC lebih sering digunakan karena pengaturan kecepatannya yang lebih mudah. Namun disisi lain kelemahan motor DC dimana konstruksinya yang berat dan harga relatif mahal, maka untuk penerapanya juga memerlukan banyak pertimbangan. Kelebihan yang dimiliki motor Induksi 3 Fasa ini ialah konstruksinya yang lebih kecil dan ringan untuk daya yang sama, dari segi harga juga relatif lebih murah dibandingkan dengan motor arus searah.. Namun perlu diperhatikan bahwa kelemahan motor ini ialah pengaturan kecepatan Motor 3 Fase lebih sulit. Berdasarkan dari teori, kecepatan motor 3 Fasa bergantung pada banyak Kutub dan Frekuensi. Maka tindakan yang bisa kita lakukan ialah mengatur jumlah kutub dan frekuensinya. Metode pengubahan jumlah kutub dirasa lebih sulit dan butuh banyak pertimbangan untuk diterapkan. Oleh karena itu cara lain yang bisa dilakukan ialah melalui Tegangan dan frekuensi harus diatur sehingga kecepatan yang konstan dapat dipertahankan meski terjadi pembebaban. Motor listrik umumnya memiliki nilai efisiensi. Dalam menghasilkan putaran, motor membutuhkan energi dimana energi yang diserap tidak semuanya terpakai untuk menghasilkan putaran sesuai kebutuhan. Pada tugas akhir ini akan membahas pengaturan kecepatan motor 3 Fasa berdasarkan Frekuensinya menggunakan Power Electronic Converter dimana komponen peralatan listrik ini akan membantu kita dalam mengatur besarnya frekuensi yang masuk ke motor. Metode vector control merupakan salah satu cara untuk mengatur besarnya tegangan dan frekuensi motor dengan cara menguraikan arus dan torsi ke dalam vektor. Metode ini dirasa cukup efektif untuk diterapkan dalam sistem Dalam sistem pengendalian, suatu pengendali hendaknya memiliki kriteria yang baik untuk sistem dan memiliki efisiensi yang baik pula. Nilai overshoot yang rendah, respon waktu yang cukup baik 1 2 serta steady state error yang kecil merupakan salah satu kriteria target pengendalian dalam penyusunan tugas akhir ini. Terkadang nilai overshoot yang besar menimbulkan masalah yang serius dalam suatu sistem. Penggunaan teknik kecerdasan buatan dapat mengurangi berbagai permasalahan tersebut. Fuzzy Logic Controller (FLC) salah satu jenis dari teknik kecerdasan buatan memiliki kinerja baik dengan tingkat respon yang cepat dalam hal mengatasi kinerja sistem kontrol yang mengalami perubahan beban. Sistem pengendalian dengan kontroler Logika Fuzzy diharapkan dapat mengantisipasi atau memperbaiki kesalahan (error) yang terjadi pada sistem akibat adanya perubahan beban. 1.2. Rumusan Masalah Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini ialah sebagai berikut : 1. Bagaimana susunan kontroler logika fuzzy untuk mengontrol kecepatan motor induksi 3 fasa? 2. Bagaimana akurasi pengontrolan kecepatan motor induksi 3 fasa dengan kontroler logika fuzzy ? 3. Bagaimana respon waktu pengontrolan kecepatan motor induksi 3 fasa menggunakan kontroler logika fuzzy ? 1.3. 1.4. 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana rangkaian konfigurasi sistem pengaturan kecepatan motor induksi dengan Fuzzy Logic Control (FLC). 2. Mengetahui besarnya akurasi pengontrolan kecepatan motor induksi 3 fasa menggunakan kontroler fuzzy. 3. Mengetahui respon waktu yang diperlukan dalam pengontrolan kecepatan motor induksi 3 fasa. 4. Batasan Masalah Berikut ini merupakan batasan-batasan masalah yang ada dalam pembuatan penelitian ini: 1. Analisa hanya difokuskan pada pengaturan kecepatan motor induksi 3 fasa. 2. Kontroler yang digunakan adalah kontroler logika Fuzzy. 3. Simulasi menggunakan Matlab Simulink yang dilakukan dengan menampilkan kondisi sistem dan pengendali dalam keadaan ideal. 4. Tidak menganalisa dari segi ekonomi. 5. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah: 1. Dapat memperoleh sistem pengendalian kecepatan motor induksi 3 fasa yang akurat dan memiliki respon waktu yang baik. 2. Sebagai penunjang untuk penelitian – penelitian selanjutnya mengenai Sistem pengaturan putaran motor induksi 3 fasa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor Induksi Tiga Fasa Motor induksi adalah salah satu jenis dari motor-motor listrik yang bekerja berdasarkan induksi elektromagnet. Motor induksi memiliki sebuah sumber energi listrik yaitu di sisi stator, sedangkan sistem kelistrikan di sisi rotornya di induksikan melalui celah udara dari stator dengan media elektromagnet. Motor ini menggunakan arus bolak – balik (AC). Motor ini dinamakan sebagai motor induksi karena pada kondisi sesungguhnya arus rotor motor bukan berasal dari sumber tertentu namun merupakan arus yang terinduksi karena adanya perbedaan relatif antara putaran medan putar pada kumparan stator dengan putaran pada rotor itu sendiri. Prinsip kerja dari Motor Induksi 3 fasa adalah ketika sumber tegangan 3 fasa dihubungkan pada kumparan stator maka akan timbul medan putar dengan kecepatan tertentu. Gerakan medan putar akan memotong batang konduktor pada rotor, menimbulkan induksi electromagnet sehingga pada konduktor rotor timbul ggl induksi. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka akan timbul Arus (I). adanya arus dalam medan magnet menimbulkan gaya (F). bila kopel mula cukup besar, maka gaya tersebut akan memutar rotor. Untuk menimbulkan tegangan induksi, harus terjadi perpotongan antara medan putar dengan konduktor rotor. Sehingga diperlukan perbedaan kecepatan relative antara stator dan rotor. Oleh karena ada perbedaan antara putaran medan putar pada stator dan rotor maka motor ini disebut dengan Motor Asinkron. (Zuhal, 1988). Pada dasarnya, motor induksi tiga fasa berputar pada kecepatan yang relatif konstan. Namun ketika terjadi pembebanan maka akan berpengaruh pada putaran pada motor. Pada beberapa sistem tertentu, Perubahan putaran yang signifikan pada motor induksi tiga fasa sangat tidak diharapkan karena dapat menimbulkan beberapa kerugian. Kecepatan putaran motor induksi ini dipengaruhi oleh besarnya frekuensi dan jumlah kutub pada motor, sehingga pengaturan kecepatan tidak mudah untuk dilakukan. Secara umum, terdapat dua macam tipe rotor motor induksi tiga fasa yaitu rotor sangkar tupai dan rotor belitan. Masing-masing tipe rotor memiliki metode pengaturan kecepatan yang berbeda. Sebagai contoh motor induksi tiga fasa rotor belitan dapat diatur putarannya dengan mengatur besarnya hambatan (resistance) yang masuk ke rotor. Metode ini tidak dapat diterapkan pada motor dengan rotor sangkar tupai. Meskipun cukup sulit dalam pengaturan putaran, namun motor induksi tiga fasa ini memiliki beberapa keuntungan sehingga banyak digunakan dalam berbagai bidang industri. Beberapa keuntungannya ialah konstruksi sederhana dan kokoh, harga relatif murah dibanding dengan motor lain, dan mudah dalam melakukan perawatan. 3 4 2.1.1. Komponen Motor Induksi Tiga Fasa Secara umum terdapat dua komponen utama yaitu : a. Stator Merupakan kumparan yang tidak berputar, dibuat dari sejumlah stampings dengan slots untuk membawa gulungan tiga fase. Stator mempunyai tiga buah kumparan, ujung-ujung belitan kumparan dihubungkan melalui terminal untuk memudahkan penyambungan dengan sumber tegangan. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu. Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat. Masing-masing kumparan stator mempunyai beberapa buah kutub, jumlah kutub ini menentukan kecepatan motor tersebut. Semakin banyak jumlah kutubnya maka putaran yang terjadi semakin rendah. b. Rotor Rotor adalah bagian dari motor listrik yang berputar pada sumbu rotor. Bagian ini terdiri dari : inti rotor, kumparan rotor dan alur rotor. Perputaran rotor di sebabkan karena adanya medan magnet dan lilitan kawat email pada rotor. (Zuhal, 1988) Motor Induksi memiliki dua jenis rotor yaitu : Rotor Belitan Rotor memiliki tiga belitan, Ketiga belitan tersebut biasanya terhubung bintang. Ujung – ujung belitan tersebut dihubungkan dengan slipring yang terdapat pada poros rotor. Belitan – belitan tersebut dihubung singkat melalui sikat (brush) yang menempel pada slipring. Pada rotor belit, pengaturan kecepatan dapat dilakukan dengan mengatur besarnya tahanan pada belitan rotor tersebut. penambahan tahanan luar ke rotor akan menghasilkan torsi awal yang tinggi dan arus pengasutan yang lebih rendah disbanding dengan motor rotor sangkar tupai. - Rotor Sangkar Tupai Rotor dengan kumparan yang terdiri atas beberapa batang konduktor yang disusun sedemikian rupa hingga menyerupai sangkar tupai. Belitan rotor terdiri atas batang-batang penghantar yang ditempatkan di dalam alur rotor. Ujung – ujung batang penghantar dihubung singkat dengan menggunakan cincin hubung singkat. Karena batang penghantar rotor yang telah dihubung singkat, maka tidak dibutuhkan tahanan luar yang dihubungkan seri dengan rangkaian rotor pada saat awal berputar. Rotor jenis ini paling banyak digunakan dibandingkan dengan rotor belit karena rotor ini memiliki bentuk yang lebih sederhana. 5 Gambar 2. 1 Komponen Motor Induksi Sumber : http://marineinsight.com/ 2.1.2. Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa Pada umumnya, motor induksi akan bekerja pada kecepatan konstan (Zuhal, 1988). Namun pada kondisi sesungguhnya, pengaruh pembebanan akan mempengaruhi kecepatan putaran dari motor induksi. Sehingga diperlukan tindakan untuk mempertahankan kecepatan akibat pembebanan. Besarnya putaran di stator bergantung pada besaran frekuensi dan jumlah kutubnya. Dimana dinyatakan dalam persamaan berikut ini. π΅π = ππππ ................................................................................................ (2. π· 1) Dimana : Ns = Kecepatan Putar Stator (rpm) f = Frekuensi (Hz) P = Jumlah Kutub Motor induksi bekerja apabila terjadi perbedaan antara kecepatan stator dan rotor. Kecepatan yang “asinkron” tersebut direpresentasikan ke dalam slip. Semakin besar beban yang diterima oleh motor maka nilai slip juga akan mengalami kenaikan. S= ππ−ππ ππ π πππ% ................................................................. (2. 2) Dimana : Ns = Kecepatan Stator (rpm) Nr = Kecepatan Rotor (rpm) 6 2.1.3. Hubungan antara Kecepatan, Beban dan Torsi Terdapat beberapa kondisi motor induksi 3 fasa, berkaitan dengan torsi dan kecepatan yaitu sebagai berikut (Husnawan, 2008) : o Ketika mulai menyala ternyata pada kondisi ini arus nyala awal tinggi dengan torsi yang rendah ( Pull-Up Torque) o Ketika mencapai 80% kecepatan penuh, torsi mencapai tingkat tertinggi (Pull-Out Torque ) dan arus mulai menurun o Ketika mencapai kecepatan penuh, atau kecepatan sinkron, arus mengalami penurunan hingga ke nol. Gambar 2. 2 Grafik Torsi vs Kecepatan (Husnawan. 2008) 2.1.4. Rangkaian Pengganti Motor Induksi Pada dasarnya motor induksi merupakan suatu transformator yang memiliki kumparan sekunder (rotor) yang berputar. Oleh karena itu rangkaian pengganti dari motor induksi tiga fasa ini serupa dengan rangkaian transformator. Model dinamik dari motor ini digunakan untuk memudahkan analisa dan lebih fleksibel. Model d-q motor induksi merupakan dasar pengaturan kecepatan motor induksi dengan metode kontrol vektor. 7 Gambar 2. 3 rangkaian pengganti motor tiga fasa sumbu d (Ali Anang dkk, 2016) Gambar 2. 4 Rangkaian pengganti motor tiga fasa sumbu q (Ali Anang.dkk, 2016) Persamaan tegangan stator ialah : Μ π = Μ Μ Μ π π π ππ + π πΜ ππ‘ π + π½Ι·π πΜ π ..................................................... (2. 3) πΌΜ π = πππ + π½πππ ......................................................................... (2. 4) πΜ π = πππ + π½πππ ...................................................................... (2. 5) Persamaan tegangan rotor ialah : πΜ π = Μ Μ Μ π π ππ + π Μ Μ Μ π ππ‘ π + π½(Ι·π − Ι·π )πΜ π ...................................... (2. 6) πΌΜ π = πππ + π½πππ ......................................................................... (2. 7) Μ Μ Μ ππ = πππ + π½πππ ...................................................................... (2. 8) Flux Linkage merupakan besarnya medan putar (flux) yang terjadi pada kumparan stator dan kumparan rotor. πΜ π = πΏπ . πΌΜ π + π. πΌΜ π .................................................................... (2. 9) Μ Μ Μ ππ = πΏπ . πΌΜ π + π. πΌΜ π ................................................................ (2. 10) 8 Persamaan tegangan pada motor induksi Μ π = π π . πΌΜ π + πΏπ π πΌΜ π + π π Μ Μ Μ π πΌ + jΙ·π πΏπ πΌΜ π + jΙ·π ππΌΜ π ........................... (2. 11) ππ‘ ππ‘ π πΜ π = π π . πΌΜ π + πΏπ π πΌΜ ππ‘ π +π π Μ Μ Μ πΌ + ππ‘ π j(Ι·π −Ι·π )πΏπ Μ Μ Μ πΌπ + j(Ι·π −Ι·π )ππΌΜ π .. (2. 12) Pada motor induksi dengan rotor sangkar tupai, tegangan pada kumparan rotor bernilai nol (Vr = 0). Apabila kedua persamaan tersebut diatas dinyatakan ke dalam komponen sumbu d-q, maka akan didapatkan suatu persamaan tegangan stator dan tegangan rotor sebagai fungsi dari arus stator dan arus rotor dalam bentuk matriks sebagai berikut ini : π π + ππΏπ −Ι·π πΏπ πππ Ι· π πΏπ π π + ππΏπ πππ ( )=( ππ −(Ι·π − Ι·π )π 0 −Ι·π π ππ 0 ππ Ι·π π π π + ππΏπ (Ι·π − Ι·π )πΏπ πππ −Ι·π π πππ ππ )( ) −(Ι·π − Ι·π )πΏπ πππ πππ π π + ππΏπ ............................................................................................................. (2. 13) Dimana p = d/dt Apabila persamaan tersebut diatas ditinjau dari koordinat stationer Ι·π = 0 maka persamaan tersebut akan berubah menjadi sebagai berikut π π + ππΏπ 0 πππ 0 π π + ππΏπ πππ ( )=( ππ Ι·π π 0 −Ι·π π ππ 0 ππ 0 π π + ππΏπ −Ι·π πΏπ πππ 0 πππ ππ )( ) πππ Ι· π πΏπ πππ π π + ππΏπ ..................................................................................................................................(2. 14) 2.1.5 Metode vector control Vektor kontrol merupakan suatu metode dalam pengaturan putaran medan pada motor ac, dimana dari sistem coupled diubah menjadi sistem decoupled . motor induksi merupakan suatu sistem coupled dimana terdapat saling ketegantungan antara torsi dan fluks. Dengan menggunakan sistem vektor kontrol ini pengaturan arus penguatan dan arus beban motor dapat dikontrol secara terpisah sehingga torsi dan fluks motor juga dapat diatur secara terpisah. Prinsip ini serupa dengan motor dc. Proses decoupled secara matematis dilakukan melalui 2 tahap yaitu dengan menggunakan transformasi Clarke dan transformasi Park. Pemodelan d-q motor induksi merupkan model dasar dalam sistem pengaturan berbasis vektor kontrol. Sistem koordinat tiga fasa statis ditransformasikan ke koordinat dinamis d-q, koordinat ini berputar mengikuti kecepatan sinkron motor atau medan putar stator. Untuk mendapatkan tegangan dan arus dengan referensi koordinat d-q maka 9 dilakukan transformasi koordinat tiga fasa ke koordinat d-q menggunakan Transfromasi Park sebagai berikut 2π πππ 2 cos(−π) πππ (−π + 3 ) [ π ]= 3 [ 2π ππ sin(−π) π ππ (−π + 3 ) πππ (−π + π ππ (−π + 4π ) ππ 3 ] [ππ ] 4π ) ππ 3 .......................................................................................................... (2. 15) Sedangkan persamaan Torsi elektromagnetik untuk motor induksi adalah sebagai berikut : 3 ππ = 2 ππ(πππ . πππ − πππ . πππ ) ............................................................ (2. 16) Kecepatan motor induksi merupakan fungsi dari torsi elektromagnetik dengan torsi beban yang didefinisikan sebagai berikut ini : π½ π Ι· π ππ‘ π π π ππ‘ + πΎπ Ι·π = ππ − ππΏ .................................................................. (2. 17) = Ι·π ........................................................................................... (2. 18) Μ Μ Μ Μ Berdasarkan gambar dibawah ini, fluks π π berhimpit dengan sumbu d sehingga fluks dan arus stator dapat dinyatakan sebagai berikut Μ Μ Μ Μ π π = ππ ............................................................................................ (2. 19) πΜ π = πππ + π½πππ ................................................................................... (2. 20) Gambar 2. 5 Vektor fluks dan arus stator (Purwanto, Prabowo dkk, 2011) Persamaan torsi elektromagnetik dapat disederhanakan menjadi 3 ππ = 2 πππ πππ ........................................................................ (2. 21) 10 Apabila dilihat dari persamaan diatas, torsi motor hanya bergantung Μ Μ Μ Μ pada nilai arus stator πππ serta fluks motor π π . Sedangkan untuk arus stator Μ Μ Μ Μ πππ mempengaruhi besar dari fluks ππ . Sehingga untuk mengatur torsi motor dapat dilakukan dengan cara mengatur fluks dan arus stator πππ . Pada penelitian tugas akhir ini, sinyal kontrol dari model blok rangkaian kontroler berupa Torsi Referensi (Te*) yang digunakan untuk mengatur arus torsi (πππ ). Arus Torsi ini (πππ ) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini : ππ = 2 2 πΏπ ππ ∗ . . . ..................................................................... 3 π πΏ π ππ (2. 22) arus torsi referensi ini akan dibandingkan dengan arus πππ hasil dari vektor transformasi ABC-DQ. Phi merupakan fluks dari rotor, hasil dari perubahan arus stator πππ (keluaran dari vektor transformasi ABC-DQ) yang dapat dihitung mengunakan persamaan berikut ini ππ = πΏπ .πππ 1+ ππ π ............................................................................ (2. 23) Dimana : ππ = πΏπ /π π merupakan konstanta waktu . Selanjutnya fluks rotor dan arus stator πππ digunakan untuk menentukan besarnya nilai dari perubahan posisi atau sudut fluks rotor (π ‘teta’). Nilai teta sendiri merupakan integral dari penjumlahan antara kecepatan sudut rotor dengan kecepatan frekuensi slip rotor ππ = ∫ ππ + ππ π ππ‘ .............................................................. (2. 24) Kecepatan slip rotor dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini : ππ π = πΏπ π π . . π ..................................................................... ππ πΏπ ππ (2. 25) Dimana ππ π = kecepatan frekuensi slip rotor (rad/dt) ππ = kecepatan angular mekanis rotor (rad/dt) Nilai dari Teta ‘ππ ′ tersebut diatas diperlukan dalam proses transformasi arus stator dari koordinat tiga fasa ABC (ππ , ππ , ππ ) ke dalam arus stator koordinat d-q (πππ , πππ ) dan juga berlaku sebaliknya dari koordinat d-q ke dalam koordinat ABC menggunakan persamaan berikut ini 11 πππ [π ] = ππ cos ππ − sin ππ [ 1 1 √3 √3 (− cos ππ + sin ππ ) (− cos ππ − sin ππ ) ππ 2 2 2 2 [π π ] 1 1 √3 √3 ( sin ππ + cos ππ ) ( sin ππ − cos ππ ) ππ 2 2 2 2 ] ............................................................................................................. (2. 26) cos ππ − sin ππ 1 1 √3 √3 ππ (− cos ππ + sin ππ ) ( sin ππ + cos ππ ) πππ 2 2 2 2 [π π ] = [π ] ππ ππ 1 1 √3 √3 (− cos ππ − sin ππ ) ( sin ππ − cos ππ ) 2 2 2 [ 2 ] ............................................................................................................. (2. 27) 2.2 Kontroler Logika Fuzzy Teori himpunan fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Beberapa alasan dipergunakannya himpunan fuzzy ialah sebagai berikut : ο· Sistem yang ada di dunia nyata terkadang sulit untuk dideskripsikan dengan persis dan lengkap. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan untuk mengatasi ketidak-jelasan (fuzziness) yang ada. ο· Pengetahuan dan pengalaman manusia merupakan dua aspek yang memiliki peran pentingdalam mengenali perilaku sistem di dunia nyata. Oleh karena itu diperlukan suatu teori yang sistematis untuk memformulasikan pengetahuan manusia bersama dengan informasi lain berupa model matematis dan hasil pengukuran. Kontrol Logika Fuzzy (Fuzzy Logic Controller) merupakan salah satu bentuk Kontrol cerdas (intelligent control). kontrol logika fuzzy dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada sistem yang memiliki perilaku komplek. Sistem Fuzzy berperan sebagai jembatan antara bahasa presisi dengan bahasa kata-kata sehingga lebih efektif dan efisien (Naba, 2009). Struktur dasar dari Kontrol Logika Fuzzy dapat digambarkan sebagai berikut Gambar 2. 6 Diagram Blok FLC 12 - Fuzzifikasi Proses Fuzzifikasi merupakan proses dimana variable crisp dikonversi kedalam variabel fuzzy melalui teknik fungsi keanggotaan. Melalui persamaan berikut, eror dan delta eror akan dipetakan kedalam rentang kerja semesta pembicaraan : Proses transformasi terjadi pada tahap fuzzifikasi dimana terjadi pemetaan ruang masukan dengan bantuan faktor penskala. Gain G1 digunakan sebagai faktor penskala perbedaan kecepatan (error), sedangkan gain G2 digunakan sebagai faktor penskala perbedaan perubahan kecepatan (Delta error). (Hasibuan, dkk, 2007) Ada dua macam metode fuzzifikasi yaitu fuzzifikasi singleton dan fuzzifikasi nonsingleton. Pada fuzzifikasi singleton, titik crisp dipetakan menjadi himpunan fuzzy yang supportnya hanya pada satu titik x. sedangakan pada fuzzifikasi nonsingleton , titik crisp dipetakan menjadi himpunan fuzzy yang supportnya lebih dari dari satu titik. Jenis fuzzifikasi yang paling umum digunakan ialah fuzzifikasi singleton. Dengan menerapkan fuzzifikasi singleton himpunan fuzzy A hanya memiliki support pada satu titik. - Kumpulan Aturan Fuzzy Kumpulan atutran fuzzy merupakan beberapa aturan fuzzy yang dikelompokkan ke dalam basis aturan yang merupakan dasar dari pengambilan keputusan (inference process) untuk mendapatkan aksi keluaran sinyal kontrol dari suatu kondisi masukan. Sinyal keluaran yang dihasilkan dari proses pengambilan keputusan masih dalam bentuk bilangan fuzzy yaitu derajat keanggotaan dari sinyal kontrol. - Fungsi Keanggotaan (Membership Function) Fungsi ini merupakan fungsi yang menyatakan tingkat keanggotaan fuzzy yang nilainya antara nol dan satu. Ada beberapa bentuk fungsi keanggotaan fuzzy, diantaranya adalah: segitiga (Triangular Function), trapezium (Trapezoid Function), sigmoid, gauss, lonceng dan lain-lain. (Jang, Sun, dan Mizutani, 2004). Berikut adalah salah satu bentuk fungsi keanggotaan (memberhip function) yaitu Fungsi keanggotaan Segitiga dan trapezium. 13 Gambar 2. 7 Triangular Function (Jang, Sun dan Mizutani, 2004) 0, π’−π , π π(π’; π, π, π) = ππ − −π’ , π−π { 0, π’<π π≤π’≤π π≤π’≤π π’>π Gambar 2. 8 Trapezoidal Function (Jang, Sun, Mizutani , 2004) 0 π₯≤π π₯−π π≤π₯≤π π−π π≤π₯≤π π(π₯; π, π, π) = 1 π−π₯ π≤π₯≤π π−π { 0 π≤π₯ 14 - Fungsi Implikasi Fuzzy Logika IF-THEN merupakan dasar relasi fuzzy yang pada umumnya menyatakan aturan-aturan fuzzy. Fungsi implikasi fuzzy mendefinisikan suatu relasi fuzzy didalam basis pengetahuan fuzzy. Berikut ini adalah beberapa fungsi implikasi fuzzy : Tabel 2. 1 Fungsi Implikasi Fuzzy - Defuzzifikasi Defuzzifikasi dapat didefinisikan sebagai proses pengubahan besaran fuzzy yang disajikan dalam bentuk himpunan-himpunan fuzzy keluaran dengan fungsi keanggotaanya untuk mendapatkan kembali bentuk tegasnya (crisp). Center of gravity (COG) merupakan metode deffuzifikasi yang paling umum digunakan dengan persamaan sebagai berikut ini : π ∑ π¦= π=π π ∑ π π ∫ ππ’π (π’)ππ’ π=π ...................................... (2. 28) ∫ ππ’π (π’)ππ’ dengan y = nilai keluaran (output) cj = nilai tengah dari keluaran fungsi keanggotaan ke-j ππ’π (π’) = keluaran fungsi keanggotaan Uj = Fuzzy set R = jumlah aturan (rule) 15 Sistem Fuzzy Mamdani Sistem fuzzy yang paling umum dikenal adalah sistem fuzzy Mamdani. Sistem ini terdiri dari : ο· ο· ο· ο· Basis aturan yang terdiri dari sekumpulan aturan if-then Basis data yang mendefinisikan fungsi keanggotan himpunan fuzzy Mesin inferensi yang melakukan operasi inferensi Fuzzifikasi dan defuzzifikasi. Sistem fuzzy mamdani memiliki bnyak kebebasan dalam memilih jenis fuzzifikasi, defuzzifikasi, mesin inferensi beserta operator yang sesuai dengan permasalahan plant. Selama proses pengambilan keputusan, setiap aturan fuzzy melakukan operasi dibawah ini : 1. Menentukan seberapa besar tingkat keanggotaan himpunan fuzzy pada sistem variable masukan 2. Melakukan perhitungan pada tiap basis aturan 3. Penggunaan hubungan yang dipakai variabel masukan pada bagian sebab (antecendent) seperti AND, OR 4. Aplikasi dari operator implikasi fuzzy 5. Mengagregasikan keluaran untuk keseluruhan masing-masing basis aturan 6. Melakukan defuzzifikasi hasil dari agregasi. 2.3 Konverter Konverter adalah suatu alat untuk mengkonversikan daya listrik dari satu bentuk ke bentuk daya listrik lainnya (Syahrul, 2015). Konversi daya listrik umumnya terbagi menjadi 4 jenis: ο· Konversi AC – DC (Rectifier) Rectifier adalah alat listrik yang digunakan untuk mengubah sumber arus bolak-balik (AC) menjadi sinyal sumber arus searah (DC). Komponen penyearah berupa Dioda. Konverter ini dapat mengendalikan nilai tegangan keluaran dengan mengatur sudut penyalaan dari Thyristor. ο· Konversi AC – AC (Cycloconverter) Konversi ini dapat mengendalikan nilai tegangan keluaran dengan mengubah conduction time dari TRIAC ο· Konversi DC – DC (DC Chopper) Konversi ini dapat mengendalikan nilai tegangan keluaran dengan mengubah conduction time dari Transistor ο· Konversi DC – AC (Inverter) Konversi ini mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik. Penggunaan konversi ini dapat mengatur besarnya tegangan dan frekuensi keluaran. 16 Pada pengaturan kecepatan motor induksi, biasanya digunakan Sistem VSD PWM Inverter (Pulse Width Modulation) dimana rangkaian terdiri dari konverter (ac-dc), penghalus tegangan (dc link) serta inverter jenis IGBT. 2.3.1 Penyearah tiga fasa Penyearah (Rektifiikasi) merupakan peralatan listrik yang digunakan untuk mengubah listrik AC menjadi listrik DC. Listrik DC dipakai untuk berbagai keperluan misalnya pengisi akumulator, power supply, baterai dan lain sebagainya. Secara umum penyearah ini menggunakan komponen elektronika yaitu diode atau thyristor. Penyearah dengan diode sering disebut sebagai penyearah tanpa kendali, yang artinya tegangan keluaran yang dihasilkan nilainya tetap dan tidak bisa dikendalikan. Sedangkan penyearah dengan thyristor termasuk penyearah terkendali yang artinya tegangan keluaran yang dihasilkan bisa diatur nilainya dengan cara pengaturan penyalaan sudut α sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya sampai saat ini, Penyearah tiga fasa tidak terkontrol menggunakan diode menghasilkan harmonisa dalam jumlah yang relative cukup besar. Penyearah tak terkendali tiga fasa pada umumnya banyak dijumpai dalam sector industri. Diode merupakan peralatan utama yang dipakai untuk mengkonversi sinyal AC menjadi sinyal DC dimana prinsip kerja diode menyerupai saklar. Selain memiliki fungsi sebagai saklar, diode juga memilki fungsi sebagai freewhelling dalam regulator saklar, pengisian balik kapasitor dan pengiriman daya antar komponen, dan juga sebagai isolasi tegangan dan energi menuju sumber daya. Diode mempunyai dua buah kaki yaitu anoda dan katoda. Diode hanya dapat melewatkan arus listrik dari satu arah saja, yaitu dari anode ke katoda yang disebut posisi bias maju (forward). Sebaliknya diode akan menahan aliran arus atau memblok arus yang berasal dari katode ke anoda, yang disebut bias mundur (reverse). Namun diode memiliki keterbatasan menahan tegangan panjar mundur yang disebut tegangan break down. Jika tegangan ini dilewati maka diode dikatakan rusak dan harus diganti yang baru. Pada kondisi bias maju (forward) Diode mengalirkan arus DC dapat diamati dari penunjukan ampermeter dengan arus If, untuk tegangan disebut tegangan maju Uf (forward). Diode silikon akan mulai forward ketika telah dicapai tegangan cut-in sebesar 0,7 Volt, untuk Diode germanium tegangan cut-in 0,3 Volt. Pada kondisi bias mundur (reverse) Diode dalam posisi memblok arus, kondisi ini disebut 17 posisi mundur (reverse). Karakteristik Diode menggambarkan arus fungsi dari tegangan. Gambar 2. 9 penyearah terkendali tiga fasa (Abdillah dkk, 2005) 1. Penyearah tiga fasa setengah gelombang Penyearah tiga fasa setengah gelombang yang menggunakan diode disebut juga sebagai penyearah tiga fasa, tiga detak tidak terkendali. Rangkaian penyearah diode tiga fasa setengah gelombang menggunakan tiga buah diode penyearah D1, D2 dan D3 ketiga katodenya disatukan menjadi terminal positif. Ketiga diode diberi bias maju ketika tegangan Lin menjadi positif dan diberi bias mundur ketika tegangan negative. Masing-masing diode akan konduksi apabila ada tegangan positif , sedangkan tegangan yang negative akan diblok. Diode D1, D2, D3 akan konduksi secara bergantian sesuai dengan siklus gelombang saat nilainya lebih positif. Pada sumber tegangan tiga fasa yang menggunakan trafo CT, arus searah negative akan kembali ke kumparan sekunder trafo melalui kawat N. tegangan DC yang dihasilkan tidak benar-benar rata, namun masih mengandung riak (ripple). Rangkaian penyearah setengah gelombang mendapat masukan dari sekunder trafo yang berupa sinyal AC berbentuk sinus, V = V m Sin Ι·t. dari persamaan tersebut Vm merupakan tegangan puncak atau tegangan maksimum. Nilai Vm hanya bisa diukur dengan CRO yaitu dengan melihat langsung pada gelombangnya. Sedangkan pada umumnya nilai yang tercantum pada sekunder trafo adalah tegangan efektif. Maka hubungan antara tegangan puncak Vm dengan tegangan efektif (Veff) atau tegangan rms (Vrms) adalah : ππππ = ππππ = ππ √2 = 0.707 ππ ................... (2. 29) 18 Tegangan (arus) efektif atau rms (root mean square) merupakan tegangan (arus) yang terukur oleh Voltmeter (amper-meter) Gambar 2. 10 Rangkaian penyearah setengah gelombang (Petruzella, 1996) Gambar 2. 11 gelombang keluaran penyearah half wave (Petruzella, 1996) urutan konduksi masing-masing diode D1, D2, dan D3 ialah sebagai berikut D1 mulai konduksi setelah melewati sudut 300 – 1500, D2 akan mulai konduksi pada sudut 1500 – 2700 sedangkan D3 akan mulai konduksi pada sudut 2700 – 3900. Masing-masing diode mengalami konduksi sepanjang 1200. rangkaian penyearah jenis ini mempunyai tegangan keluaran rata-rata lebih tinggi dan riaknya lebih kecil dibandingkan dengan penyearah satu fasa. 2. Penyearah tiga fasa gelombang penuh Penyearah tiga fasa gelombang penuh tidak terkendali menggunakan enam buah diode sebagai sistem saklarnya. Penyearah diode 19 gelombang penuh tiga fasa menggunakan sistem jembatan dengan enam buah diode D1, D3, dan D5 katodanya disatukan sebagai terminal positif. Diode D2, D4, D6, anodanya yang disatukan sebagai terminal negative. Tegangan DC yang dihasilkan memiliki enam pulsa yang dihasilkan oleh masing-masing diode tersebut. penyearah gelombang penuh tiga fasa tidak memerlukan trafo CT hubungan bintang. Penyearah jenis ini hanya perlu dihubungkan pada daya tiga fasa untuk mengoperasikannya. Oleh karena itu, daya dapat disuplai baik oleh hubungan bintang atau segitiga. Pada penyearah diode gelombang penuh, tegangan DC yang dihasilkan lebih halus karena tegangan riak (ripple) kecil dan lebih rata. Urutan konduksi dari ke enam diode sesuai dengan siklus gelombang sinusoida yang mengalami konduksi secara bergantian. Konduksi dimulai dari diode D1 + D6 sepanjang sudut komutasi 60°. Berturut-turut disusul diode D1 + D2, lanjutnya diode D3 + D2, urutan keempat D3 + D4, kelima D5 + D4 dan terakhir D5 + D6. Jelas dalam satu siklus gelombang tiga phasa terjadi enam kali komutasi dari keenam diode secara bergantian dan bersama-sama. Gambar 2. 12 Rangkaian penyearah full wave (Petruzella, 1996) 20 Gambar 2. 13 gelombang keluaran penyearah full wave (Petruzella, 1996) 2.3.2 Inverter Tiga Fasa Inverter ialah rangkaian konverter dari DC ke AC, yang berfungsi untuk mengubah tegangan masukan DC menjadi tegangan keluaran AC dengan besar dan frekuensi yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Tegangan keluaran bisa tertentu atau berubah-ubah, dengan frekuensi tertentu atau dengan frekuensi berubah-ubah. Apabila tegangan masukan DC adalah tertentu dan tidak bisa berubah-ubah, tegangan keluaran yang variabel bisa diperoleh dengan mengubah-ubah gain dari inverter. Biasa dilakukan dengan pengaturan vektor atau modulasi lebar pulsa. Gain didalam inverter didefinisikan sebagai rasio antara tegangan keluaran AC terhadap tegangan DC. Dalam keadaan ideal bentuk gelombang tegangan keluaran inverter ialah sinus. Namun dalam kenyataannya bentuk gelombang tegangan keluaran tidaklah sinus dan mengandung harmonisa tertentu. Pada aplikasi dengan daya rendah dan menengah, biasa digunakan gelombang kotak simetri maupun tidak simetri. Sedangkan untuk penerapan dengan tegangan tinggi dibutuhkan gelombang sinus dengan sedikit distorsi. Kandungan harmonisa pada gelombang keluaran bisa dikurangi dengan teknik penyaklaran menggunakan piranti semikonduktor daya kecepatan tinggi. Secara umum, inverter terdiri atas beberapa tipe yaitu Inverter sumber tegangan (Voltage Source Inverter) dan Inverter sumber arus (Current Source Inverter). Dua jenis inverter yang paling banyak digunakan pada sistem tenaga listrik ialah inverter dengan tegangan dan 21 frekuensi konstan (Constant Voltage Constant Frequency CVCF )serta inverter dengan tegangan dan frekuensi berubah-ubah (Variable Voltage Variable Frequency VVVF). Gambar 2. 14 Rangkaian inverter 3 fasa 3 lengan (Emmanuel, 2009) Rangkaian daya Inverter Tiga fasa tiga lengan (Three-leg Inverter) memiliki enam buah saklar dengan sumber tegangan searah. Pada suatu inverter jenis Voltage source harus memiliki dua syarat yaitu saklar yang terletak pada satu lengan tidak boleh konduksi secara bersamaan hingga menimbulkan arus hubung singkat, serta arus pada sisi AC harus selalu dijaga kontinuitasnya. (Emmanuel, 2009). Berdasarkan pada kedua syarat tersebut maka terdapat 23 kondisi (8 kondisi saklra) seperti gambar berikut ini. Gambar 2. 15 Konfigurasi saklar inverter 3 fasa 3 lengan (Emmanuel, 2009) 2.3.3 Filter Harmonisa Tegangan keluaran DC hasil dari penyearahan diode tidak sepenuhnya murni berupa tegangan DC. Baik penyearah diode setengah 22 glombang maupun gelombang penuh, keduanya sama-sama menghasilkan harmonisa. Dimana harmonisa yang terbentuk akan mengganggu proses kerja dari peralatan elektronik. Oleh karena itu diperlukan suatu komponen atau rangkaian yang mampu mengurangi atau mengkompensasi adanya harmonisa tersebut. Filter adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk membuang tegangan output pada frekuensi tertentu. Filter bekerja dengan cara memilih sinyal listrik berdasarkan pada frekuensi dari sinyal tersebut. Filter akan melewatkan gelombang/sinyal listrik pada batasan frekuensi tertentu sehingga apabila terdapat sinyal/gelombang listrik dengan frekuensi yang lain (tidak sesuai dengan spesifikasi filter) tidak akan dilewatkan. Filter harmonisa terbagi menjadi dua jenis yaitu filter aktif dan filter pasif. Filter aktif yaitu filter yang menggunakan komponen aktif, biasanya transistor atau penguat operasi (op-amp). Beberapa kelebihan dari filter aktif ialah tidak memerlukan penggunaan induktor (L) untuk aplikasi frekuensi kurang dari 100 kHz, harga relative lebih murah untuk kualitas yang cukup baik karena tidak memerlukan komponen pasif yang memiliki harga mahal, penguatan dan frekuensi mudah diatur serta tidak ada masalah beban karena tahanan masukan tinggi dan tahanan keluaran rendah. Filter pasif banyak digunakan untuk mengkompensasi kerugian daya reaktif akibat adanya harmonisa pada sistem instalasi. Rangkaian filter pasif terdiri dari komponen R, L, dan C. komponen kapasitor (C) pada suatu sistem konversi daya dapat berfungsi sebagai penghalus tegangan dc keluaran dari penyearah. Filter kapasitor bekerja dengan cara mengurangi nilai harmonisa pada tegangan keluaran DC. Gambar 2. 16 filter pasif kapasitor (fendy, 2011) 2.4 Modulasi Lebar Pulsa Pengaturan frekuensi untuk mengendalikan kecepatan motor induksi tiga fasa dapat diterapkan untuk tegangan dan arus. Hal penting yang mesti diperhatikan dalam penerapan metode ini ialah harus menghasilkan distorsi sekecil mungkin. Sinyal PWM pada dasarnya memiliki amplitudo dan frekuensi yang tetap, namun memiliki lebar pulsa yang bervariasi. Gelombang PWM 23 mampu mengontrol frekuensi dan sudut penyulutan. Salah satu masalah yang muncul dalam pengontrolan motor induksi ialah tentang Harmonisa. Dalam sistem PWM, harmonic dapat dikurangi namun tidak mampu dihilangkan secara total. Frekuensi dan tegangan inverter dikontrol oleh gate dengan inverter switching. Tegangan keluaran penyearah yang tidak murni DC, maka diperlukan suatu filter untuk menyerap faktor Ripple. Pada inverter tipe VVI dan CSI, faktor daya mengalami penurunan mengikuti kecepatan, sedangkan pada inverter PWM mempunyai faktor daya mendekati satu pada seluruh tingkat kecepatan. Bentuk gelombang tegangan keluaran inverter tidak sinusoida murni karena mengandung banyak komponen frekuensi yang tidak diinginkan. Apabila keluaran inverter tersebut dicatu ke motor AC, maka komponen tersebut akan menambah kerugian, getaran dan riak pada motor (Grant dan Seidner, 1981). Harmonik yang muncul dapat dihindari apabila frekuensi pembawa mempunyai variasi berupa kelipatan dari frekuensi pemodulasi. PWM Sinkron merupakan teknik modulasi dengan perbandingan frekuensi pembawa dengan pemodulasi. (Emmanuel, 2009). Pembuatan PWM berdasarkan pada dua komponen utama yaitu carrier frequency dan running frequency. Suatu pulsa yang terbentuk dapat diatur dengan menaikkan dan menurunkan banyaknya carrier frequency yang diberikan ke sistem serta mengatur target dari running frequency. Perbandingan antara sinyal referensi dengan sinyal segitiga (carrier) dalam suatu amplitude tertentu disebut dengan Indeks modulasi. Indeks modulasi dirumuskan : π΄ π = π΄π ........................................................ (2. 30) π Dimana : M = Indeks Modulasi π΄π = amplitudo sinyal referensi π΄π = amplitudo sinyal pembawa Indeks modulasi yang bernilai antara 0 sampai 1 akan menentukan lebar pulsa tegangan rata-rata dalam satu periode. 24 Gambar 2. 17 Pembangkitan PWM Sinusoida Prinsip dasar dari pembangkitn sinyal PWM adalah mengtur lebar pulsa sesuai dengan pola gelombang sinusoida. Besarnya frekuensi sinyal referensi akan mempengaruhi frekuensi keluaran dari inverter. Sinyal PWM dapat dibangkitkan dengan menggunakan 2 buah sinyal sinus (sin(Ι·t) dan -sin(Ι·t)) serta satu sinyal segitiga. Peningkatan nilai sesaat gelombang referensi maka akan berpengaruh pada peningkatan tegangan keluaran dan sebaliknya. 2.5 Hasil Penelitian Sebelumnya dengan Jenis Kontroler Lainnya 2.5.1. Kontroler Jaring Saraf Tiruan (JST) Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang berjudul Strategi Kendali Kecepatan Motor Induksi menggunakan PWM Inverter Berbasis Jaring Saraf Tiruan (Kurniawan, 2015), menggunakan metode algoritma jaring saraf tiruan Backpropagation dari Levenberg-Marquardt yang pada percobaan diterapkan pada motor induksi dengan daya 4 kW, Frekuensi 50 Hz, kecepatan 1430 rpm, 2 kutub. Setelah dilakukan simulasi dan percobaan maka didapat kesimpulan bahwa pengendali jarang saraf tiruan dapat mengendalikan kecepatan motor dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Nilai kecepatan referensi hampir selalu sama dengan nilai kecepatan terukur. Kontroler jenis ini juga terbukti baik ketika diuji dalam kecepatan maupun torsi bervariasi. 2.5.2. Kontroler PID (Proportional, Integral, Derivatif) Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Perencanaan Kontrol PID pada Motor Induksi Berbasis Matlab Simulink (Hery, 2012), dapat ditarik kesimpulan bahwa pengubahan konstanta proporsional dimulai dari 0 hingga 5 dengan interval 0.5, 25 sedangkan konstanta integral 2.5 dan konstanta derivatif 0.1 diperoleh garfik yang tidak menunjukkan perubahan secara signifikan. Hal ini berarti kenaikan putaran yang baik tidak terjadi putaran konstan ketika putaran yang diinginkan telah tercapai. Begitu pula ketika simulasi dilakukan pada pengubahan baik konstanta integral maupun Derivatif , hasil yang ditunjukkan masih relatif sama yaitu kecepatan konstan sulit tercapai. Simulasi dirasa cukup menggunakan pengendali PI karena jika digunakan konstanta derivative menunjukkan respon yang tidak bagus. 2.5.3. Kontroler Logika Fuzzy Berdasarkan pada peenelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa menggunakan Logika Fuzzy (Husnawan, 2008) yang diterapkan pada motor induksi tiga fasa 460V, 60 Hz, 1760 rpm, 50 HP, 4 kutub pada beban bervariasi dengan kecepatan tetap 120 rad/sec menghasilkan settling time 1.5 detik dan steady state error 0,003%. Penulis juga menyimpulkan bahwa pengendali fuzzy memiliki respon waktu yang lebih baik dari kontroler PI serta pengendali fuzzy dapat menangani steady state error pada perubahan variable yang mendadak. Fungsi kanggotaan fuzzy mempengaruhi kestabilan dari pengendali. 26 “Halaman ini sengaja dikosongkan” BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu proses dalam penulisan ilmiah yang bertujuan untuk membuat suatu kerangka dasar penyelesaian terhadap permasalahan yang diteliti dimana berisi langkah-langkah yang akan dijalankan untuk menyelesaikan penelitian tersebut. di dalam penulisan tugas akhir ini metode yang digunakan ialah analisa. Dimana dilakukan analisa berdasarkan hasil simulasi model sistem motor induksi 3 fasa dengan logika fuzzy menggunakan software Matlab. metode penelitian dalam penulisan tugas akhir ini secara umum akan dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : 3.1 Perumusan Masalah Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian masalah dari suatu kasus yang akan menjadi objek penelitian. Penyusunan latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah dilakukan agar penulisan lebih terfokus dan mencapai hasil yang diinginkan. 3.2 Studi Literatur Setelah tahap perumusan masalah, tahap selanjutnya ialah studi literatur. Studi literatur adalah suatu cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan mencari/menelusuri referensi teori yang relevan serta sumbersumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan guna mencapai tujuan dari penelitian. Data-data tersebut berfungsi untuk membuktikan hipotesis secara empiris. Variable-variabel yang terdapat dalam suatu hipotesa akan berpengaruh pada proses pengumpulan data. 3.4 Pemodelan dan Simulasi Motor Induksi Pada tahap ini, dilakukan pemodelan matematik Motor induksi yang diperoleh melalui proses analisa dinamik motor induksi. Setelah itu, simulasi motor induksi dan konverternya dilakukan menggunakan program Simulink Matlab. 3.5 Pemodelan Kontrol Logika Fuzzy Pada tahap ini dilakukan pembuatan model sistem kontroler logika fuzzy. Dalam melakukan perancangan kontrol logika fuzzy, semua komponen dalam proses fuzzy harus telah dilakukan yang meliputi Fuzzifikasi, basis aturan fuzzy serta defuzzifikasi. Perancangan kontroler fuzzy dilakukan melalui program Matlab. Setelah pemodelan kontroler fuzzy telah selesai dilakukan untuk selanjutnya ialah menggabungkannya dengan pemodelan motor induksi 3 fasa yang telah dilakukan sebelumnya. Simulasi dilakukan sampai didapatkan nilai error terkecil dengan respon waktu terbaik 27 28 3.6 Analisa Data Setelah dilakukan simulasi yang meliputi kontroler logika fuzzy dan motor induksi, maka tahap selanjutnya ialah melakukan analisa data dari hasil simulasi. Analisa data merupakan suatu proses untuk memeriksa, mengolah dan mengkonversi data hasil percobaan menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Analisa data dilakukan berdasarkan pada hipotesa dan perumusan masalah. Dalam hal ini akan dianalisa pengaturan kecepatan motor induksi menggunakan kontroler fuzzy 3.7 Kesimpulan dan Saran Berdasarkan dari data hasil percobaan dan analisa data, maka dapat ditarik kesimpulan akhir dari penelitian ini. Kesimpulan yang baik minimal harus dapat menjawab permasalahan pokok seperti yang telah diidentifikasikan di awal. Beberapa kekurangan dan permasalahan yang muncul dari hasil percobaan akan menjadi dasar penyusunan saran. Saran bertujuan agar penelitian yang telah dilakukan bisa dikembangkan lebih baik lagi. 29 Mulai Perumusan masalah Studi Literatur Pengumpulan data Pemodelan Motor 3 Fasa Simulasi Motor 3 Fasa (Simulink ) Tidak Hasil mendekati sistem real ? Ya A 30 A Menyusun kontroler Tidak Respon hasil kontrol sesuai target ? Ya Analisa Data Kesimpulan Selesai Gambar 3. 1 Diagram Alir Metode Penelitian BAB IV ANALISA DATA 4.1 Perancangan Sistem Target yang diinginkan dalam perancangan sistem ini ialah : ο· ο· ο· Overshoot ≤ 0.5% Settling Time ≤ 5 detik Steady state error ≤ 2.7% Pada penulisan tugas akhir ini, pemodelan dan pengujian (Simulasi) dilakukan dengan menggunakan program Simulink MATLAB. MATLAB (Matrix Laboratory) mampu mensimulasikan perhitungan matematis termasuk didalamnya terdapat Fuzzy Logic Toolbox. 4.1.1 Parameter motor induksi Tabel 4. 1 Parameter Input Motor pada Simulink Spesification Power Motor Speed Voltage Pole Pair Frequency Stator Resitance (Rs) Parameter Stator Inductance (Lls) Rotor Resistance (Rr) Rotor Inductance (Llr) Mutual Inductance (M) Inersia moment Constant 160 1487 400 2 50 1.37e-2 0.152 7.72e-3 0.152 7.69e-3 2.9 kW Rpm V Hz β¦ mH β¦ mH H Kg.m2 Masukan (Input) dalam sistem ini adalah Kecepatan dan Torsi Referensi pada motor induksi tiga fasa. Adapun spesifikasi motor induksi yang dipakai ialah sebagai berikut : Daya 160 kW, tegangan 400 V, 4 buah kutub, 50 Hz, dengan putaran 1487 rpm. Motor yang digunakan adalah motor jenis motor rotor sangkar tupai (squirell cage) PWM Inverter menggunakan sebuah Universal Bridge Block yang berupa IGBT Inverter, untuk mengendalikan pasokan arus ke motor induksi tiga fasa. Kecepatan medan putar pada stator ππ = 120 π π = 120 π₯ 50 4 = 1500 rpm 31 32 Slip pada motor induksi π= ππ − ππ 1500 − 1487 = = 0.008 = 0.8% ππ 1500 Frekuensi rotor π ′ = π. π = 0.008 π₯ 50 = 0.4 π»π§. Beban motor dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini, dimana Ι· adalah kecepatan sudut dari motor. π = π. π2 Nominal Torsi dari motor ialah ππ = π 160000 = = 1026 ππ π 156 Maka nilai dari konstanta k adalah π= ππ 1026 = = 0.0421 2 π 1562 Tegangan searah (DC) hasil rektifikasi akan diubah kembali ke dalam bentuk tegangan dengan gelombang bolak-balik (AC) dengan frekuensi tertentu. Formula yang digunakan untuk membangkitkan pulsa PWM ialah sebagai berikut : ππΏπΏ−πππ = π √3 π₯ π₯ ππ·πΆ = π π₯ 0.612 π₯ ππ·πΆ 2 √2 Dimana : VLLrms = tegangan nominal motor induksi m = faktor modulasi yang dihasilkan tegangan keluaran lineline maka besarnya tegangan searah (DC) yang dibutuhkan ialah sebagai berikut : ππ·πΆ = ππΏπΏ−πππ π π₯ 0.612 = 400 0.9 π₯ 0.612 = 726 V Setelah dilakukan perhitungan mengenai torsi dan tegangan, maka selajutnya dilakukan pemodelan motor beserta rangkaian konverternya. Konverter terdiri dari Rectifier dan Inverter IGBT. Rectifier berfungsi untuk mengubah tegangan sumber bolak-balik (AC) menjadi tegangan searah (DC), sedangkan Inverter berperan dalam mengubah kembali tegangan dc menjadi tegangan bolak-balik (AC). Diantara Rectifier dan Inverter dipasang sebuah kapasitor (DC Link) 33 yang berperan dalam memperhalus/menstabilkan gelombang tegangan keluaran DC. Gambar 4. 1 Blok Motor Induksi 3 fasa Pada Simulink MATLAB terdapat dua macam motor induksi yaitu motor induksi dengan rotor sangkar tupai dan motor induksi dengan rotor belitan. Kedua macam jenis rotor tersebut memiliki teknik pengaturan putaran yang berbeda-beda. Nampak dari gambar 4.1 pada bagian rotornya tidak terdapat sambungan terminal apapun. Hal ini bersesuaian dengan prinsipnya bahwa pada rotor sangkar tupai tidak terdapat rangkaian/sambungan apapun yang terhubung ke luar. Berbeda dengan rotor belitan, pada bagian rotornya terdapat sambungan terminal yang bisa dihubungkan dengan rangkaian dari luar. Input referensi dari motor induksi berupa torsi mekanik ‘Tm’ dan tiga buah terminal fasa a,b,c. Torsi mekanik berkaitan dengan torsi beban yang harus dihadapi motor sedangkan terminal a,b,c berfungsi sebagai sambungan ke sumber daya listrik tiga fasa. 4.1.2 Penyusunan rangkaian konverter Pengaturan putaran motor induksi terbilang lebih sulit daripada pengaturan putaran pada motor arus searah. Pada motor induksi tiga fasa rotor sangkar tupai ini, pengaturan putaran dilakukan melalui pengaturan frekuensi yang masuk ke kumparan stator. Setidaknya terdapat tiga komponen utama dalam rangkaian konverter yang digunakan pada pengaturan motor induksi ini yaitu Dioda, Filter pasif dan inverter. Dalam pengaturan putaran motor induksi tiga fasa, pengaturan frekuensi yang masuk ke motor akan lebih mudah dilakukan pada sumber tegangan searah (DC). Pada beberapa kondisi tertentu, tidak memungkinkan suplai daya menggunakan tegangan searah, sehingga penggunaan sumber listrik tiga fasa tidak dapat dihindari. Apabila demikian, maka diperlukan suatu penyearah (Dioda) yang berfungsi untuk menyearahkan tegangan bolak-balik. Tegangan searah hasil rektifikasi oleh diode tidak sepenuhnya murni berupa tegangan dc namun masih terdapat komponen riak (ripple). Riak yang muncul dapat merusak sistem. Oleh karena itu, tegangan searah akan melewati rangkaian filter pasif yang berupa Kapasitor. Kapasitor disini berfungsi untuk 34 menghasilkan gelombang DC sehingga mengurangi riak. Besarnya kapasistansi kapasitor memiliki pengaruh dalam menghasilkan gelombang DC yang lebih smooth . Apabila tegangan searah memiliki riak yang kecil maka selanjutnya akan masuk ke komponen inverter. Inverter berperan dalam mengubah kembali tegangan searah menjadi tegangan bolak-balik dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Saklar pada lengan yang sama akan melakukan switching secara bergantian. Ada bebarapa macam inverter diantara IGBT, MOSFET dsb. Dalam penelitian ini digunakan inverter jenis IGBT.untuk memunculkan komponen konverter dalam Simulink, dapat menggunakan Universal Bridge Block. Gambar 4. 2 Rangkaian Konverter Setelah penentuan parameter motor induksi dan penyusunan rangkaian konverter, maka tahap selanjutnya ialah menyusun rangkaian total. kecepatan referensi yang digunakan pada model ini ialah konstan yang merupakan kecepatan masukan. Sedangkan torsi referensi memberikan referensi nilai beban torsi kepada pengendali fuzzy. Power converter yang digunakan dalam model ini ialah inverter IGBT dan Dioda. Tegangan searah DC yang diperlukan sebesar 726 V. Prinsip kerja dari sistem ini ialah ketika nilai kecepatan setpoint kita masukkan pada sistem, maka sensor kecepatan akan membaca setiap kecepatan aktual pada motor, kemudian mengirimkannya kepada pengendali sebagai data feedback. Dari data feedback tersebut akan menjadi pertimbangan kontroler dalam mengambil aksi kontrol. Proses ini berjalan terus sampai sistem mencapai stabil sesuai dengan target yang ditentukan. Blok “Scope” digunakan untuk memvisualisasikan sinyal keluaran dari arus, tegangan, torsi dan kecepatan motor. Sedangkan blok “display” digunakan untuk menampilkan nilai dari suatu proses yang berjalan. 4.2 Perancangan Pengendali Logika Fuzzy 4.2.1 Struktur penyusun pengendali logika fuzzy Pengendali Logika Fuzzy (Fuzzy Logic Controller) memiliki karakteristik menggabungkan aspek pendefinisian himpunan fuzzy dengan aspek logika fuzzy. 35 Sehingga didapat suatu sistem yang handal yang dapat merepresentasikan bagaimana cara kerja operator manusia dengan prosedur perancangan tertentu. Pengendali jenis ini memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi dalam menangani berbagai plant. Kaidah kontroler logika fuzzy merupakan sekumpulan aturan logika “IFTHEN” yang merupakan dasar terpenting dari relasi fuzzy. Aturan dasar disusun dari himpunan aturan linguistic yang diperoleh dengan berdasarkan pengalaman “Human Expert” dan menggunakan algoritma pelatihan. Dalam menyusun sistem fuzzy dengan fuzzy logic toolbox harus dilakukan proses editing yang terdiri dari : penentuan jumlah input/output, klasifikasi input/output, jenis membership function untuk masukan dan keluaran, menyusun aturan (rules), metode dalam defuzzifikasi dan lain sebagainya. Perancangan sistem pengendali fuzzy dilakukan dalam beberapa tahapan. Selanjutnya akan ditampilkan langkah pembuatan sistem logika fuzzy dengan metode Mamdani. Tahap Pertama a) Menentukan masukan dan keluaran dalam sistem logika fuzzy. Pada penelitian ini ditentukan bahwa input fuzzy adalah nilai eror (e) dan perubahan eror (de). Nilai kesalahan (error) diperoleh dari nilai kecepatan referensi (setpoint) dikurangi dengan nilai kecepatan aktual keluaran yang terukur pada motor induksi. Sedangkan nilai perubahan error diperoleh dengan cara eror saat ini dikurangi dengan eror sebelumnya. Keluaran sistem logika fuzzy berupa nilai torsi referensi (Te) Sedangkan untuk keluaran dari sistem kendali ialah berupa sinyal kontrol untuk mengatur switching IGBT inverter. b) Menentukan jenis fungsi keanggotaan fuzzy. Dalam penelitian ini ditentukan jenis segitiga dan trapezium. c) Menyusun konfigurasi himpunan fuzzy untuk nilai masukan dan keluaran berdasarkan data pelatihan yang telah dilakukan. Data masukan direncanakan dibagi kedalam tujuh kelompok keanggotaan fuzzy sedangkan data keluaran dibagi ke dalam sembilan kelompok. Batasan tiap keanggotaan ditentukan dengan cara coba-coba. Berikut adalah data fuzzy set fungsi keanggotaan : 36 Tabel 4. 2 Pembagian Keanggotaan Nilai Error Putaran Notasi NB NM NS ZE PS PM PB Definisi Negative big Negative medium Negative small Zero Positive small Positif medium Positif big Params [-200 -200 -180 -100] [-200 -100 -40] [-100 -40 0] [-40 0 40] [0 40 100 ] [40 100 200] [100 180 200 200 ] Tabel 4. 3 Pembagian Keanggotaan Nilai Perubahan Error Notasi NB NM NS ZE PS PM PB Definisi Negative big Negative medium Negative small Zero Positive small Positif medium Positif big Params [-20 -20 -18 -10] [-20 -10 -4] [-10 -4 0 ] [-4 0 4] [0 4 10] [4 10 20] [10 18 20 20 ] Tabel 4. 4 Pembagian Keanggotaan Nilai Keluaran Notasi NB NM NS NVS ZE PVS PS PM PB Definisi Negative big Negative medium Negative small Negative Very Small Zero Positive Very Small Positive small Positif medium Positif big Params [-2500 -2500 -2250 -1250] [-2500 – 1250 -500] [-1250 -500 0] [-750 -250 0 ] [-500 0 500 ] [0 250 750 ] [0 500 1250] [500 1250 2500] [1250 2250 2500 2500] Tahap Kedua Setelah data masukan dan keluaran dikelompokkan dalam bahasa linguistik fuzzy, maka tahap selanjutnya ialah menyusun sistem fuzzy pada Fuzzy Inference System Editor yang terdapat pada Matlab 2009. 37 Untuk memulai tahap ini bisa dilakukan dengan cara mengetik “Fuzzy” pada command line. Setelah itu akan muncul tampilan seperti gambar dibawah ini. Di dalam FIS Editor ini, kita bisa melakukan penyusunan sistem fuzzy yang akan digunakan. Gambar 4. 3 FIS Editor Dari gambar 4.3 tersebut diatas, dapat dilihat bahwa input sistem fuzzy berupa eror putaran (Qe) , perubahan eror (dQe) serta output berupa aksi kontrol (Te). Sistem fuzzy ini menggunakan metode Mamdani. Sedangkan pada tahap Defuzzifikasi menggunakan metode defuzzifikasi centroid. Gambar 4. 4 Grafik fungsi keanggotaan input (error) 38 Data nilai keanggotaan masukan dan keluaran yang telah disusun sebelumnya, kemudian dimasukkan ke dalam sistem fuzzy ini menggunakan menu “Membership Function Editor (MF Editor). Didalam menu ini, proses penginputan data seperti rentang nilai, parameter fungsi kenaggotaan, serta penentuan jenis membership function bisa dilakukan. Range menyatakan batasan nilai terbesar dan terkecil dari suatu variabel. Sedangkan params menyatakan batasan-batasan nilai pada masing-masing grafik membership function. Gambar 4. 5 Grafik Fungsi Keanggotaan Output Terdapat dua tipe grafik fungsi keanggotaan yang paling banyak digunakan yaitu tipe segitiga (Triangular) dan tipe trapezium (Trapezoidal). Pada grafik segitiga memiliki nilai params tiga buah sedangkan pada grafik trapezium memilki nilai params empat. Tahap Ketiga Setelah dilakukan penyusunan membership function maka tahap selanjutnya ialah menyusun dasar aturan (rule base). Rule base merupakan komponen terpenting dalam sistem fuzzy. Aturan-aturan tersebut menentukan keputusan yang akan diambil oleh sistem fuzzy. Semakin baik aturan yang disusun maka akan menghasilkan nilai keluaran yang baik pula. Fuzzy Rule Base pada intinya berisi kumpulan aturan-aturan “IF-THEN” yang merupakan dasar dari relasi fuzzy. Aturan tersebut dibangun berdasarkan pengalaman dan pengataman terhadap respon dinamik sistem. Aturan yang dibuat disusun berdasarkan tujuan dari pengendalian yaitu memutar motor untuk 39 mendapatkan torsi kecepatan tertentu. Karena fungsi keanggotaan masingmasing masukan terdapat tujuh maka aturan pengendalian dibuat 49 aturan (7 x 7). Berikut ialah contoh aturan (rule base) penyusun sistem fuzzy dalam penelitian ini : IF (Qe adalah NB dan Perubahan Qe adalah NB) THAN keluaran adalah NB IF (Qe adalah NB dan Perubahan Qe adalah NM) THAN keluaran adalah NB IF (Qe adalah NB dan Perubahan Qe adalah NS) THAN keluaran adalah NB IF (Qe adalah NB dan Perubahan Qe adalah ZE) THAN keluaran adalah NM IF (Qe adalah NB dan Perubahan Qe adalah PS) THAN keluaran adalah NS IF (Qe adalah NB dan Perubahan Qe adalah PM) THAN keluaran adalah PVS IF (Qe adalah NB dan Perubahan Qe adalah PB) THAN keluaran adalah ZE IF (Qe adalah NM dan Perubahan Qe adalah NB) THAN keluaran adalah NB IF (Qe adalah NM dan Perubahan Qe adalah NM) THAN keluaran adalah NB IF (Qe adalah NM dan Perubahan Qe adalah NS) THAN keluaran adalah NM IF (Qe adalah NM dan Perubahan Qe adalah ZE) THAN keluaran adalah NS IF (Qe adalah NM dan Perubahan Qe adalah PS) THAN keluaran adalah NVS ........ IF (Qe adalah PB dan Perubahan Qe adalah PB) THAN keluaran adalah PB Dari keseluruhan aturan tersebut jika dibuat sebuah tabel sederhana maka sebagai berikut pada tabel 4.5. aturan dasar disusun sebanyak 49 buah agar segala kejadian yang mungkin terjadi pada sistem dapat diatasi oleh pengendali logika fuzzy ini. 40 Tabel 4. 5 Relasi Aturan Fuzzy e/βe NB NM NS ZE PS PM PB NB NB NB NB NM NS NVS ZE NM NB NB NM NS NVS ZE PVS NS NB NM NS NVS ZE PVS PS ZE NM NS NVS ZE PVS PS PM PS NS NVS ZE PVS PS PM PB PM NVS ZE PVS PS PM PB PB PB ZE PVS PS PM PB PB PB Penyusunan aturan dasar fuzzy bisa dilakukan pada menu Rules Editor seperti berikut ini. Gambar 4. 6 Tampilan Rule Editor Dari penyuunan aturan dasar fuzzy tersebut diatas, maka akan didapat grafik Surface Viewer yang menunjukkan hubungan keterkaitan antara input dengan output. Dari grafik surface tersebut dibawah ini dapat dilihat apabila nilai error berada pada ZE (40 0 40) sedangkan nilai perubahan eror berada pada PS ( 0 4 10) maka nilai torsi referensi keluaran berada pada daerah PVS (0 250 750) 41 Gambar 4. 7 Surface Viewer 4.2.2 Struktur Penyusun Kendali Vektor a. Perhitungan Fluks Gambar 4. 8 Blok Diagram Fluks Pada tahap ini, akan dihitung nilai dari fluks. Pada blok diagram tersebut diatas, diperlukan nilai arus sumbu d dan nilai dari mutual inductance Lm. Nilai fluks dihitung berdasarkan diferensial dari perkalian antara arus sumbu d dengan Induktansi motor. b. Konversi Arus motor kedalam koordinat dq Gambar 4. 9 Blok Diagram Konversi Arus Arus keluaran motor yang memiliki koordinat abc dikonversi kedalam arus sumbu dq. Dalam proses konversi tersebut membutuhkan komponen teta atau sudut fasa. Konversi ini menggunakan persamaan matriks. Besarnya sudut fasa akan dipengaruhi oleh fluks rotor dan putaran aktual pada motor. 42 c. Perhitungan teta (Ζ) Gambar 4. 10 Blok Diagram Sudut Fasa Nilai dari sudut fasa diperlukan pada tahap konversi arus abc kedalam arus dq. Untuk menghitung besarnya nilai teta diperlukan tiga komponen yaitu arus q, fluks rotor, serta putaran motor. Teta merupakan integral dari penjumlahan putaran mekanik rotor dengan frekuensi rotor. d. Perhitungan arus d referensi Gambar 4. 11 Blok Diagram Arus d Referensi Besarnya nilai arus d referensi akan bergantung pada nilai fluks dan induktansi motor. Nilai induktansi motor diperoleh dari data parameter motor induksi. Sehingga Nilai dari KF ialah 1/7.69e-3 e. Perhitungan arus q referensi Gambar 4. 12 Blok Diagram Arus q Referensi Nilai dari arus q ini akan bergantung pada besarnya fluks rotor dan torsi referensi. Dalam sistem ini, torsi referensi merupakan keluaran dari pengendali fuzzy. Sehingga besarnya nilai torsi ini akan bergantung dari kinerja pengendali. Oleh karena itu, nilai dari arus q dapat diatur. Sedangkan besarnya niai fluks akan bergantung pada arus d. 43 f. Konversi arus abc kedalam arus sumbu dq Gambar 4. 13 Blok Diagram Konversi Arus Pada dasarnya sistem vektor kontrol dilakukan dengan menghitung arus dq untuk menentukan besarnya fluks dan sudut fasa pada motor. Ketika perhitungan tersebut telah selesai dilakukan maka nilai arus dq yang diperoleh harus dikonversi kembali kedalam koordinat tiga fasa abc, hal ini dikarenakan motor induksi tidak dapat dikendalikan melalui arus sumbu orthogonal dq. Proses konversi membutuhkan nilai sudut fasa dan dilakukan melalui persamaan matriks. g. Regulator Arus Gambar 4. 14 Blok Diagram Regulator Arus Pada proses ini akan dijumlahkan antara arus perhitungan dengan arus aktual pada motor. Besarnya nilai arus akan dibatasi oleh arus Hysteresis Band. hasil perpotongan antara kurva arus motor dengan kurva Hysteresis Band akan menentukan kinerja on/off dari relay. Keluaran dari regulator arus ini akan dihasilkan enam buah pulsa yang nantinya digunakan untuk mengatur gate pada inverter IGBT. 4.3 Hasil Simulasi dan Pengujian Respon pada pengujian dan simulasi ini dilakukan kedalam dua bagian yaitu yang pertama simulasi dan pengujian pada variasi putaran, sedangkan yang kedua simulasi dan pengujian pada variasi beban. Dari hasil pengujian akan diamati grafik respon waktu dan torsi elektromagnetik pada motor.. pengujian dan simulasi dilakukan selama 3 – 5 detik. 44 4.3.1 Simulasi dan pengujian pada variasi putaran a. Simulasi dan pengujian pada putaran 30 rad/s Gambar 4. 15 Respon waktu pada putaran 30 rad/s Gambar 4. 16 Torsi motor pada putaran 30 rad/s 45 Pada simulasi kali ini, pengujian dilakukan dengan memberi beban konstan sebesar 300 N.m pada motor induksi. Sedangkan putaran diatur bervariasi mulai dari 30 rad/s sampai 150 rad/s. pengujian dilakukan selama 3 detik. Respon sistem yang akan diamati ialah kesalahan (error), waktu naik (rise time), waktu tetap (settling time) dan overshoot. Torsi dari motor juga akan menjadi bahan pengamatan. Dari hasil simulasi yang dilakukan selama 3 detik, dimana kecepatan referensi yang digunakan sebesar 30 rad/s dan dengan torsi beban sebesar 300 N.m maka didapat respon sistem bahwa tidak terjadi overshoot, waktu naik yang diperlukan sebesar Tr 0.22 detik, dengan waktu tetap sebesar Ts 0.3 detik serta steady-state error yang terjadi sebesar 1.6 % . Pada saat start torsi hampir mencapai maksimum, kemudian terjadi penurunan selama bertahap mulai pada 0.11 detik hingga nilai akhirnya mencapai stabil sekitar 300 N.m sesuai dengan beban yang diberikan. Penurunan torsi seiring dengan kecepatan aktual mendekati kestabilan. Tegangan mulai stabil setelah 0.2 detik dengan nilai sebesar 535 V. b. Simulasi dan Pengujian pada putaran 70 rad/s Gambar 4. 17 Respon waktu pada putaran 70 rad/s 46 Gambar 4. 18 Torsi motor pada putaran 70 rad/s Dari hasil simulasi yang dilakukan selama 3 detik, dimana kecepatan referensi yang digunakan sebesar 70 rad/s dan dengan torsi beban sebesar 300 N.m maka didapat respon sistem bahwa terjadi tanpa overshoot, waktu naik yang diperlukan sebesar Tr 0.35 detik, dengan waktu tetap sebesar Ts 0.435 detik serta memiliki nilai kesalahan sebesar 0,48. Apabila nilai kesalahan ini dinyatakan dalam prosentase steady-state error maka nilainya sebesar 0.68 % . Pada saat awal start, torsi hampir mencapai maksimum yaitu kurang lebih 1000 N.m, kemudian mulai terjadi penurunan pada waktu 0.11 detik hingga nilai akhirnya mencapai stabil yaitu sebesar 300 N.m sesuai dengan beban yang diberikan. Penurunan torsi seiring dengan kecepatan aktual bergerak mendekati kestabilan. 47 c. Simulasi dan Pengujian pada putaran 110 rad/s Gambar 4. 19 Respon waktu pada putaran 110 rad/s Gambar 4. 20 Torsi motor pada putaran 110 rad/s Dari hasil simulasi yang dilakukan selama 3 detik, dimana kecepatan referensi yang digunakan sebesar 110 rad/s dan dengan torsi beban sebesar 300 N.m maka didapat respon sistem bahwa terjadi tanpa overshoot, waktu naik yang diperlukan sebesar Tr 0.53 detik, dengan waktu tetap sebesar Ts 0.6 detik serta memiliki nilai kesalahan sebesar 0,5. Apabila nilai kesalahan 48 ini dinyatakan dalam prosentase steady-state error maka nilainya sebesar 0.45 % . Pada saat awal start, torsi hampir mencapai maksimum yaitu kurang lebih 1000 N.m, kemudian mulai terjadi penurunan pada waktu 0.44 detik hingga nilai akhirnya mencapai stabil yaitu sebesar 300 N.m sesuai dengan beban yang diberikan. Penurunan torsi seiring dengan kecepatan aktual bergerak mendekati kestabilan. d. Simulasi dan Pengujian pada Putaran 150 rad/s Gambar 4. 21 Respon waktu pada putaran 150 rad/s Gambar 4. 22 Torsi motor pada putaran 150 rad/s 49 ` Dari hasil simulasi yang dilakukan selama 3 detik, dimana kecepatan referensi yang digunakan sebesar 150 rad/s dan dengan torsi beban sebesar 300 N.m maka didapat respon sistem bahwa terjadi tanpa overshoot, waktu naik yang diperlukan sebesar Tr 0.65 detik, dengan waktu tetap sebesar Ts 0.72 detik serta memiliki nilai kesalahan sebesar 0,5. Apabila nilai kesalahan ini dinyatakan dalam prosentase steady-state error maka nilainya sebesar 0.45 % . Pada saat awal start, torsi hampir mencapai maksimum yaitu kurang lebih 1000 N.m, kemudian mulai terjadi penurunan pada waktu 0.44 detik hingga nilai akhirnya mencapai stabil yaitu sebesar 300 N.m sesuai dengan beban yang diberikan. Penurunan torsi seiring dengan kecepatan aktual bergerak mendekati kestabilan Gambar 4. 23 Grafik putaran terhadap respon waktu Dari hasil pengujian yang dilakukan pada putaran 30 hingga 150 rad/s dengan beban tetap 300 N.m maka didapat hasil respon waktu seperti grafik tersebut diatas. Grafik tersebut diatas menyatakan hubungan antara putaran dengan respon waktu hasil pengontrolan. Terdapat dua parameter dari respon waktu yang diamati yaitu waktu naik (Rise Time) dan waktu tetap (Settling Time). Kedua respon waktu tersebut baik waktu naik maupun waktu tetap mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan putaran pada motor. Artinya semakin besar putaran yang bekerja pada motor induksi tiga fasa, maka waktu naik dan waktu tetapnya juga akan semakin bertambah. Hal ini dapat terjadi dikarenakan semakin besar putaran yang bekerja pada motor, 50 maka pengendali vektor berbasis fuzzy juga memerlukan waktu yang lebih besar agar nilai keluaran yang dihasilkan mendekati dengan nilai setpoint. Jeda waktu antara waktu naik dengan waktu tetap yang relatif sama yaitu kurang lebih sebesar 0.1 detik. Gambar 4. 24 Grafik Putaran terhadap nilai error Dari grafik tersebut diatas dapat diamati mengenai hubungan antara putaran motor dengan nilai kesalahan (error). Pada pengujian dengan putaran sebesar 30 rad/s dan torsi 300 N.m dihasilkan error putaran sebesar 1.6%. nilai error ini merupakan nilai yang terbesar dari pengujian yang dilakukan. Pada putaran dibawah 30 rad/s memiliki eror yang lebih besar 1.6%. semakin besar putaran pada motor, maka prosentase steady state error akan semakin kecil. Pada pengujian dengan putaran tinggi sebesar 150 rad/s dihasilkan steady state error yang kecil yaitu 0.33%. walaupun prosentase steady state error semakin kecil seiring dengan kenaikan putaran, namun dari pengujian dihasilkan nilai kesalahan yang relatif sama pada masing-masing variasi putaran yaitu sebesar 0,48 – 0,5. Sehingga dari data pengujian menunjukkan bahwa putaran tidak terlalu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akurasi pengontrolan, selama beban torsi yang bekerja masih sama. 51 4.3.2 Simulasi dan Pengujian dengan variasi beban a. Simulasi dan Pengujian pada beban nol Gambar 4. 25 Respon Waktu pada beban nol Gambar 4. 26 Torsi motor pada beban nol Pada simulasi kali ini, pengujian dilakukan dengan memberi putaran konstan sebesar 120 rad/s pada motor induksi. Sedangkan beban torsi diatur bervariasi mulai dari nol hingga 900 N.m. pengujian dilakukan selama 3 52 detik. Respon sistem yang akan diamati ialah kesalahan (error), waktu naik (rise time), waktu tetap (settling time) dan overshoot. Torsi dari motor juga akan menjadi bahan pengamatan. Dari hasil simulasi yang dilakukan selama 3 detik, dimana kecepatan referensi yang digunakan sebesar 120 rad/s dan simulasi dilakukan dengan tanpa beban. maka didapat respon sistem bahwa terjadi tanpa overshoot, waktu naik yang diperlukan ialah sebesar Tr 0.37 detik, dengan waktu tetap sebesar Ts 0.45 detik serta tidak memiliki nilai kesalahan atau dapat dikatakan sesuai dengan kecepatan referensi. Pada saat awal start, torsi mencapai maksimum yaitu kurang lebih 1000 N.m, namun hanya berlangsung sekitar 0.335 detik setelah itu nilai perlahan mengalami penurunan secara bertahap hingga akhirnya mencapai stabil yaitu sebesar 20 N.m. Penurunan torsi seiring dengan kecepatan aktual bergerak mendekati kestabilan. b. Simulasi dan Pengujian pada beban 300 N.m Gambar 4. 27 Respon waktu pada beban 300 N.m Dari hasil simulasi yang dilakukan selama 3 detik, dimana kecepatan referensi yang digunakan sebesar 120 rad/s dan simulasi dilakukan dengan beban 300 N.m. maka didapat respon sistem bahwa terjadi tanpa overshoot, waktu naik yang diperlukan ialah sebesar Tr 0.59 detik, dengan waktu tetap sebesar Ts 0.66 detik serta memiliki nilai kesalahan sebesar 0.5 sehingga kecepatan aktualnya bernilai 119.5 rad/s. atau dapat dikatakan bahwa steady state error sebesar 0.417%. 53 Gambar 4. 28 Torsi motor pada beban 300 N.m Pada saat awal start, torsi mencapai maksimum yaitu kurang lebih 1000 N.m, namun hanya berlangsung sekitar 0.5 detik setelah itu nilai torsi perlahan mengalami penurunan secara bertahap hingga akhirnya mencapai torsi nominalnya yaitu sebesar 316 N.m. Penurunan torsi ini terjadi seiring dengan kecepatan aktual bergerak mendekati nilai kestabilan c. Simulasi dan Pengujian pada beban 600 N.m Gambar 4. 29 Respon waktu pada beban 600 N.m 54 Gambar 4. 30 Torsi motor pada beban 600 N.m Dari hasil simulasi yang dilakukan selama 3 detik, dimana kecepatan referensi yang digunakan sebesar 120 rad/s dan simulasi dilakukan dengan beban 600 N.m. maka didapat respon sistem bahwa terjadi tanpa overshoot, waktu naik yang diperlukan ialah sebesar Tr 0.9 detik, dengan waktu tetap sebesar Ts 1 detik serta memiliki nilai kesalahan sebesar 1.1 sehingga kecepatan aktualnya bernilai 118.9 rad/s. atau dapat dikatakan bahwa steady state error sebesar 0.91%. Pada saat awal start, torsi mencapai maksimum yaitu 1000 N.m, namun hanya berlangsung sekitar 0.875 detik setelah itu nilai torsi perlahan mengalami penurunan secara bertahap hingga akhirnya mencapai torsi nominalnya yaitu sebesar 623 N.m. besarnya torsi akhir akan menyesuaikan dengan beban yang diterima oleh motor induksi. Penurunan torsi ini terjadi seiring dengan kecepatan aktual bergerak mendekati nilai kestabilan. d. Simulasi dan Pengujian pada beban 900 N.m Dari hasil simulasi yang dilakukan selama 3 detik, dimana kecepatan referensi yang digunakan sebesar 120 rad/s dan simulasi dilakukan dengan beban 900 N.m. maka didapat respon sistem bahwa terjadi tanpa overshoot, waktu naik yang diperlukan pada pengujian kali ini lebih lama dari yang sebelumnya yaitu sebesar Tr 3.6 detik, dengan waktu tetap sebesar Ts 3.8 detik serta memiliki nilai kesalahan sebesar 1.4 sehingga kecepatan 55 aktualnya bernilai 118.6 rad/s. atau dapat dikatakan bahwa steady state error sebesar 1.16%. Gambar 4. 31 Respon waktu pada beban 900 N.m Gambar 4. 32 Torsi Motor pada beban 900 N.m Pada saat awal start, torsi mencapai maksimum yaitu 1000 N.m, namun hanya berlangsung sekitar 3.8 detik setelah itu nilai torsi perlahan mengalami penurunan secara bertahap hingga akhirnya mencapai torsi nominalnya yaitu sebesar 921 N.m. besarnya torsi akhir akan menyesuaikan dengan beban yang diterima oleh motor induksi. Penurunan torsi ini terjadi seiring dengan kecepatan aktual bergerak mendekati nilai kestabilan 56 . Gambar 4. 33 Grafik beban motor terhadap repon waktu Dari hasil pengujian yang dilakukan pada beban nol hingga 900 N.m dengan putaran tetap 120 rad/s maka didapat hasil respon waktu seperti grafik tersebut diatas. Grafik tersebut diatas menyatakan hubungan antara beban dengan respon waktu hasil pengontrolan. Terdapat dua parameter dari respon waktu yang diamati yaitu waktu naik (Rise Time) dan waktu tetap (Settling Time). Kedua respon waktu tersebut baik waktu naik maupun waktu tetap mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan beban pada motor. Artinya semakin besar beban yang bekerja pada motor induksi tiga fasa, maka waktu naik dan waktu tetapnya juga akan semakin bertambah. Pada percobaan dengan beban 900 N.m terjadi kenaikan yang signifikan pada waktu naik dan waktu tetapnya. Nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan percobaan dengan beban dibawah 900 N.m. Respon waktu kontrol akan sebanding dengan beban yang diberikan. Ketika motor diberi beban, maka pengendali logika fuzzy akan bekerja mempertahankan kestabilan putaran pada beban yang diberikan. Waktu yang diperlukan untuk mencapai putaran stabil dengan error sekecil mungkin akan tergantung dengan beban yang bekerja pada motor. selisih waktu antara waktu naik dengan waktu tetap relatif sama yaitu kurang lebih sebesar 0.1 – 0.2 detik. 57 Gambar 4. 34 Grafik Beban motor terhadap nilai error Dari grafik tersebut diatas dapat diamati mengenai hubungan antara beban dengan nilai kesalahan (error). Pada pengujian dengan beban torsi sebesar 900 N.m dihasilkan error putaran sebesar 1.17%. nilai error ini merupakan nilai yang terbesar dari pengujian yang dilakukan. Pada pengujian tanpa beban, menunjukkan akurasi yang sangat baik yaitu tidak terjadi error sama sekali. semakin besar beban yang bekerja pada motor, maka prosentase steady state error juga semakin besar. Hal ini dapat terjadi karena ketika motor mendapat beban tertentu, maka pengendali fuzzy berbasis vektor kendali akan meresponnya dengan memberikan nilai torsi referensi yang nilainya berubah secara bertahap. Pada suatu titik tertentu, pengendali akan lebih mempertahankan nilai torsi untuk mengimbangi beban motor dan putaran dengan steady state error sekecil mungkin 58 “Halaman ini sengaja dikosongkan” BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan menggunakan Matlab serta analisa dari data yang didapat, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut ini : a) Pengendali logika fuzzy yang digunakan memiliki masukan berupa nilai error dan perubahan error, serta keluaran berupa torsi referensi. Masingmasing input tersusun atas 7 membership function, sedangkan output memiliki 9 membership function serta memiliki aturan dasar sebanyak 49 rule base. b) Pada pengujian dengan variasi beban, mulai dari beban nol hingga 900 N.m dengan putaran konstan 120 rad/s, diperoleh nilai steady-state error 0 – 1.16% dengan rata-rata rise time 1.09 detik dan settling time 1.22 detik. c) Pada pengujian dengan variasi putaran, mulai dari putaran 30 – 150 rad/s dengan beban konstan 300 N.m maka diperoleh nilai error yang relatif sama yaitu sebesar 0.5 dengan rata-rata rise time 0.43 detik dan settling time 0.52 detik. d) Putaran motor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akurasi pengontrolan, namun akurasi pengontrolan lebih dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada motor. e) Akurasi kontrol dan respon waktu lebih dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada motor. 5.2 Saran Beberapa saran yang dapat dirumuskan untuk penelitian selanjutnya ialah sebagai berikut ini : a) Pada penelitian ini menggunakan teknik simulasi, maka pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan perhitungan matematis untuk menentukan persamaan rangkaian pengganti dari sistem sebagai validasi dari simulasi yang telah dilakukan. . b) Dapat dilakukan perbandingan menggunakan jenis kontrol lainnya sebagai acuan untuk menilai bagaimana unjuk kerja dari pengendali fuzzy ini. 59 60 “Halaman ini sengaja dikosongkan” 61 DAFTAR PUSTAKA Hall, Denis T. Pengetahuan Praktis Kelistrikan Kapal. Diterjemahkan oleh Sarwito S. Jakarta:IMarE/IMarEST. Hasibuan, Fahrudin 2007. Kendali kecepatan motor DC Shunt dengan Fuzzy Logic Controller. Program Strata I Teknik Elektro ITS, Surabaya Heriyanto, Hery 2008. Perencanaan Kontrol PID pada Motor Induksi Berbasis Matlab Simulink. Teknik Elektro, Universitas Semarang, Semarang. Husnawan, Anwar 2008. Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa, Jurnal Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok Kuriawan, Adi 2015. Strategi Kendali Kecepatan Motor Induksi menggunakan PWM Inverter Berbasis Jaring Saraf Tiruan. Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya Naba, Agus 2009. Belajar Cepat Fuzzy Logic menggunakan MATLAB. Malang:Andi Offset Ogata, Katsuhito 2010. Modern Control Engineering. Petruzella, Frank 1996. Elektronik Industri. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta Purwanto, Era 2011. Pengembangan Model Motor Induksi sebagai Penggerak Mobil Listrik dengan Menggunakan Metode Vektor Kontrol, Jurnal Ilmiah Elite Elektro Vol. II no. 02, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Surabaya Said, Muhammad Iqbal,2013. System Diesel Electric Propulsion Sebagai Alternative Penggerak Pada Kapal Ikan 10 GT. Program Strata I Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar. V. Chitra 2008. Induction Motor Speed Controll Using Fuzzy Logic Controller. International Journal of Electric, Computer, Energetic, Electronic and Communication Engineering Vol. II no. 11 Zuhal, 1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta:Gramedia Utama Pustaka 62 “Halaman ini sengaja dikosongkan” Gambar Rangkaian sistem pengaturan putaran motor induksi 63 LAMPIRAN 1 64 LAMPIRAN 2 Gambar Rangkaian Sistem kendali logika fuzzy berbasis vektor kontrol BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Tulungagung, 15 April 1995, yaitu anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Sudarmadji dan Suprihatin. Penulis telah menempuh pendidikan formal mulai dari SDN 01 Kedungwaru, SMPN 02 Tulungagung dan SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung. Penulis diterima melalui jalur SNMPTN 2013 melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi pada jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Kota Surabaya dan terdaftar sebagai mahasiswa dengan nomor registrasi pokok (NRP) 4213100009 dan terdaftar sebagai keluarga angkatan 2013 di jurusan atau yang bernama BARAKUDA’13. Di Departemen Teknik Sistem Perkapalan ini, penulis mengambil bidang studi Marine Electrical and Automation System (MEAS). Selama menempuh kuliah, penulis aktif dalam kegiatan akademik maupun non-akademik. Kegiatan akademik meliputi kegiatan perkuliahan dari semester pertama hingga semester akhir. Sedangkan kegiatan non akademik, penulis juga aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan (HIMASISKAL) serta Badan Eksekutif Mahaiswa Fakultas Teknologi Kelautan (BEM FTK) periode 2014-2015. Selain itu penulis juga aktif menjadi anggota Grader di Laboratorium Kelistrikan Kapal selama dua periode berturut-turut.