HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BANYU BIRU KABUPATEN SEMARANG Oom Komariyah Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT Maternal motivation in the implementation of antenatal care will be more orderly if they received great support from the family. The family being the nearest person who can gives motivation to the process of antenatal care. This study aims to determine the relationship between family support to pregnant women in the examination of compliance antenatal care. The design of this study used descriptive population with 628 pregnant women, study with cross sectional correlation. The samples were 68 pregnant women . The sampling technique used simple random sampling data. analysis used bivariate analysis by using Fisher exact formula. The results obtained lack of family support in as 14 people (100%) non the respondents who were-obedient in doing antenatal care examination and had good family support were as 54 respondents (79.4%) in the examination antenatal care compliant. It showed that the pregnant women who have a obedient status were more common in pregnant women with good family support. Chi-Square test got a relationship between family support and the obedience the pregnant women doing antenatal care examination (p-value = 0.0001). From these studies are expected to remain the compliance pregnant women are expected to do antenatal care obediently there tore the development of mother and baby can be monitored well. Keywords: Family Support, Obedience PENDAHULUAN Kehamilan adalah sebuah impian dan cara untuk mencapai kepuasan tertinggi untuk prestasi seorang ibu dan suami serta keluarga. Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (Prawihardjo, 2007). Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus. Selain itu, aspek yang lain yaitu penyuluhan, KIE (komunikasi, informasi dan edukasi), motivasi ibu hamil dan rujukan (Depkes RI, 2010). Tujuan asuhan antenatal adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002). Tujuan antenatal care adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi serta meningkatkan atau mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi. Selain itu juga untuk mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, dan juga mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dan bayi nya dengan trauma Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang 1 seminimal mungkin, serta mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan normal. Dijelaskan kepada ibu tersebut perlunya diadakan pemeriksaan teratur, makin tua kehamilannya makin cepat pemeriksaan harus diulang atau frekuensinya harus lebih sering (Prawirohardjo, 2007). Frekuensi antenatal care adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu hamil ke Bidan atau Dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal (Prawirohardjo, 2008). Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal. Ibu hamil tersebut harus sering di kunjungi jika terdapat masalah, dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir(Saifuddin dkk, 2006). Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, kematian seorang ibu dalam persalinan atau oleh akibat lain yang berhubungan dengan kehamilan merupakan suatu pengalaman yang menyedihkan bagi keluarga dan anak yang ditinggalkannya (Saifuddin dkk, 2006). Kurangnya kesadaran dan pemahaman ibu hamil tentang pentingnya antenatal care menjadi salah satu penyebab terjadinya kematian ibu hamil, bayi ataupun ibu pada masa nifas, tujuan utama dari antenatal care adalah mendeteksi sedini mungkin kemungkinan buruk yang menjadi penyebab kematian ibu atau bayi maupun kecacatan atau kelainan pada janin. Kunjungan antenatal care pada ibu hamil yang tidak patuh dapat mengakibatkan terlambatnya deteksi dini tanda kehamilan seperti; anemia, preeklamsi/eklamsi, gameli, kelainan letak, penyakit menular (HIV/AIDS) yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian bayi maupun ibu (Saifudin, dkk, 2002). Menurut WHO pada tahun 2011, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu dan bayi akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Resiko kematian ibu dan bayi di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450/ 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan 2 dengan rasio kematian ibu dan bayi di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran. Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat mengecewakan pemerintahan yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI dan AKB hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Angka Kematian Ibu (AKI ) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di kabupaten Semarang tahun 2012 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu AKI dari 146,2 per 100.000 kh menjadi 78,01 per 100.000 kh dengan target SPM sebesar 118 per 100.000 kh, AKB 13,20 per 1000 kh bila dibandingkan tahun 2011 mengalami penurunan dari 13,37 per 1000 kh di tahun 2011 menjadi 13,20 per 1000 kh dengan target sasaran sebesar 8,11 per 1000 kh, Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di tahun 2011, 81% diakibatkan karena komplikasi kehamilan, komplikasi kehamilan diakibatkan rendahnya kunjungan ibu hamil (Antenatal Care) sehingga komplikasi tersebut tidak terdeteksi secara dini. Dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, mencakup pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya dengan tujuan memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi sejak awal kehamilan hingga persalinan. Pelayanan antenatal maka dapat diketahui resiko dan komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit (Depkes RI, 2001). Suatu upaya untuk mencegah dan menurunkan AKI dan AKB di Indonesia yaitu pemberian pelayanan antenatal pada ibu selama masa kehamilan. Ibu hamil dapat terhindar dari resiko-resiko buruk akibat kehamilan dengan cara melakukan pengawasan dengan baik terhadap kehamilan yaitu ibu melakukan kunjungan antenatal secara teratur dan rutin. Meskipun pengaruh kondisi ibu memiliki peranan yang penting bagi pemilihan pelayanan kesehatan, dalam hal ini cakupan pelayanan antenatal, pengaruh dari kondisi keluarga juga memiliki peranan yang tidak Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang kalah penting. Budaya masyarakat Bali menganut sistem patrilineal, dimana garis keturunan mengikuti garis laki-laki. Budaya tersebut juga menuntut seorang istri untuk berada di dalam keluarga pihak laki-laki. Budaya tersebut mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat Bali, tidak terkecuali dalam aspek pelayanan kesehatan. Dalam mencari pelayanan kesehatan seorang ibu hamil dalam sebuah keluarga, peranan keluarga dalam hal ini keluarga pihak laki-laki memiliki pengaruh yang besar. Sosial budaya itu merupakan keadaan lingkungan keluarga yang sangat mempengaruhi karena perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya (Depkes RI, 2001, p.57). Menurut penelitian Unzila (2007), menyebutkan bahwa ibu hamil yang mendapatkan dukungan dari keluarga mempunyai motivasi yang tinggi terhadap pemeriksaan antenatal care, sehingga terdapat hubungan antara dukungan keluarga dan kualitas pelayanan kebidanan terhadap kepatuhan antenatal care pada ibu hamil. Dalam penelitian Kusmiyati (2008), menunjukkan bahwa dukungan emosi dari keluarga merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan perkembangan kehamilan istrinya, informasi ini dapat diperoleh melalui konseling antara suami atau keluarga dengan tenaga kesehatan. Cakupan sasaran pemeriksaan ibu hamil pada tahun 2013 di jawa tengah sebesar 84.0%, sedangkan untuk cakupan pemeriksaan ibu hamil di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang, untuk cakupan kunjungan pertama (K1) sejumlah 92%, dan untuk kunjungan keempat atau (K4) sejumlah 78.0%, berdasarkan data cakupan yang ada untuk kunjungan K4 di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang masih belum memenuhi target, pencapaian tersebut menunjukkan bahwa kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya belum cukup baik. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2013 di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang, diperoleh data untuk cakupan sasaran pemeriksaan ibu hamil pada tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Banyu Biru sampai bulan Desember 682 ibu hamil, untuk cakupan kunjungan pertama (K1) sejumlah 629 ibu hamil, kunjungan kedua (K2) sejumlah 430 ibu hamil, kunjungan ketiga (K3) sejumlah 342 ibu hamil, dan kunjungan keempat (K4) sejumlah 532 ibu hamil. berdasarkan data cakupan yang ada, Puskesmas Banyu biru untuk kunjungan antenatal care masih belum memenuhi target. Pencapaian tersebut menunjukkan bahwa kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya belum cukup baik. Hasil wawancara dengan 10 ibu hamil trimester tiga diperoleh data 6 ibu hamil melakukan antenatal care kurang dari 4 kali di mana 4 orang ibu mengatakan keluarga mau menenangkan ketika mengalami ketidaknyamanan, sudah menyiapkan perlengkapan bayi dan menemani ibu ketika memeriksakan kehamilan, serta 2 orang mengatakan bahwa keluarga hanya mau mendengarkan kekhawatiran dan keluhan ibu selama kehamilan. Diperoleh pula data 4 ibu hamil melakukan antenatal care lebih dari 4 kali di mana 1 orang ibu mengatakan bahwa keluarga sudah menyiapkan perlengkapan bayi, mendengarkan kekhawatiran dan keluhan ibu selama kehamilan dan menemani ibu ketika memeriksakan kehamilan, serta 3 orang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga seperti memberikan motivasi kepada ibu hamil, mengantarkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya, dan hanya menenangkan ketika mengalami ketidaknyamanan. Dukungan psikologis adalah suatu sikap yang memberikan dorongan dan penghargaan moril kepada ibu selama masa kehamilannya, misalnya keluarga sangat membantu ketenangan jiwa ibu, keluarga mendambakan bayi dalam kandungan ibu, keluarga menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan, keluarga menghibur atau menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi, keluarga berdoa untuk kesehatan atau keselamatan ibu dan anaknya (Retnowati, 2005). Wanita hamil yang tidak diperhatikan dan dikasihi oleh keluarganya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi, fisik, dan sedikit komplikasi persalinan serta lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas. Salah satu strategi Making Pregnancy Safer (MPS) adalah mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga. Output yang diharapkan dari strategi tersebut adalah Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang 3 menetapkan keterlibatan keluarga dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2007). Berdasarkan fenomena di atas, maka perlu untuk dilakukan penelitian tentang, "Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu hamil dalam pemeriksaan Antenatal Care di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang". METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang menggambarkan atau mencari tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang akan dilakukan diarahkan untuk mencari hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu hamil dalam pemeriksaan antenatal care. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara cross sectional yaitu tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subyek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan (Setiawan dan Saryono, 2010). Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subyek yang memenuhi criteria inklusi tidak dapat diikutkan dalam penelitian ini adalah: 1) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden; 2) Ibu hamil yang tidak ada ditempat penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang. Penelitian ini telah dilakukan pada Tanggal 4- 9 agustus 2014. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Rekam medik di Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang (Setiawan dan Saryono, 2010). Data sekunder dalam penelitian ini berupa data dukungan keluarga pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel menggunakan kuesioner, lalu diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (Setiadi, 2008). Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel dukungan keluarga, sedangkan untuk mengukur variabel kepatuhan ANC diperoleh dari buku KIA ibu hamil. Populasi dan Sampel Analisis Data Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas Banyu biru Kabupaten Semarang. Berdasarkan catatan medis dari Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang jumlah ibu hamil bulan Januari – April 2013 sebanyak 628 orang. Sampel Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi (Hidayah, 2011). Sampel yang diteliti berjumlah 68 responden. Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu. Kriteria inklusi penelitian ini adalah: 1) Ibu hamil yang masih mempunyai keluarga; 2) Ibu hamil yang sudah memasuki trimester tiga. 4 Analisis Univariat Analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yaitu dukungan suami (variabel independen) dan frekuensi Antenatal Care (ANC) (dependen). Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Untuk menguji hipotesis hubungan variabel independen (kategorik) dengan variabel dependen (kategorik) menggunakan uji Chi Square. Hasil uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada/tidaknya perbedaan proporsi antar Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang kelompok atau dengan kata lain hanya dapat menyimpulkan ada/tidaknya hubungan dua variabel kategorik. Dengan demikian uji Chi Square tidak dapat menjelaskan derajat hubungan, dalam hal ini uji Chi Square tidak mengetahui kelompok mana yang memiliki risiko lebih besar dibandingkan kelompok lain (Hastono, 2007). Berdasarkan uji Chi Square didapatkan distribusi data tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji menggunakan Fisher’s Exact Test. Hasil dari uji Fisher’s Exact Test P- value = 0,0001 < α (0,05), maka Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan). HASIL PENELITIAN Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dukungan keluarga pada ibu hamil diPuskesmas Banyubiru Kab. Semarang dalam kategori baik, yaitu sejumlah 54 orang (79,4%) lebih besar dari dukungan keluarga yang dalam kategori kurang yaitu sejumlah 14 orang (20,6%). Kepatuhan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Ibu Hamil di Puskesmas Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014 Kepatuhan Frekuensi Persentase (%) Tidak patuh 9 13,2 Patuh 59 86,8 Jumlah 68 100,0 Analisis Univariat Dukungan Keluarga Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga pada Ibu Hamil di Puskesmas Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014 Dukungan Frekuensi Persentase Keluarga (%) Kurang 14 20,6 Baik 54 79,4 Jumlah 68 100,0 Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa paling banyak ibu hamil di Puskesmas Banyubiru Kab. Semarang patuh dalam melakukan pemeriksaan antenatal care, yaitu sejumlah 59ibu hamil (86,8%) lebih besar dari ibu hamil yang tidak patuh dalam melakukan pemeriksaan antenatal care, yaitu sejumlah 9 ibu hamil (13,2%). Analisis Bivariat Tabel 3. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang Tahun 2014 Kepatuhan Total Tidak patuh Patuh Dukungan Keluarga P-value f % F % f % Kurang 8 88,9 6 10,2 14 100 .000 Baik 1 11,1 53 89,8 54 100 Jumlah 9 13,2 59 86,7 68 100 Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa ibu hamil dengan dukungan keluarga kurang sebanyak 9 orang (100%) sebanyak 8 orang (88,9%) tidak patuh dalam melakukan pemeriksaan antenatal care dan 6 orang (10,2%) patuh dalam melakukan pemeriksaan antenatal care. ibu hamil dengan dukungan keluarga baik sejumlah 54orang (100%) ada sejumlah 1 orang (11,1%) tidak patuh dalam melakukan pemeriksaan antenatal caredan 53 orang (89,9%) patuh dalam melakukan pemeriksaan antenatal care. Ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang patuh dalam melakukan pemeriksaan antenatal care lebih banyak terjadi pada ibu hamil dengan dukungan keluarga baik. Hasil dari uji Fisher’s Exact Test p-value = 0,0001< α (0,05), maka Ho ditolak, ada hubungan yang signifikan antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang 5 PEMBAHASAN Dukungan Keluarga Berdasarkan hasil penelitian 68 responden diketahui bahwa sebagian besar responden mendapat dukungan keluarga baik sebanyak 54 responden (79,4%) dan dukungan keluarga kurang sebanyak 14 responden (20,6%). Dukungan keluarga ini terdiri dari empat fungsi: Dukungan informasional Dari kuesioner hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian responden menjawab keluarga saya menganjurkan untuk memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan sesuai jadwal sebanyak 41 responden (60,2%). Hal ini disebabkan karena keluarga selalu mendengarkan anjuran dari tenaga kesehatan (bidan, dokter) untuk melakukan pemeriksaan ulang sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan/ di tulis dalam buku KIA. Partisipasi keluarga dalam mencari informasi mempermudah tenaga kesehatan (dokter, bidan) dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan ibu dan janin. Dari pertanyaan keluarga menyarankan saya untuk beristirahat yang cukup sebanyak 54 responden (79,4%), hal ini membuktikan bahwa keluarga pada saat ikut dalam kunjungan pemeriksaan kehamilan aktif untuk menanyakan cara dalam menjaga kehamilan yang benar. Serta pada pertanyaan keluarga menyarankan untuk minum susu ibu hamil sebanyak 58 responden (85,2%) menggambarkan bahwa keluarga mengikuti apa yang di anjurkan oleh tenaga kesehatan pada saat melakukan kunjungan ulang pemeriksaan kehamilannya. Dukungan informasional bisa ditunjukkan dengan nasehat, saran, pemberian informasi selama kehamilan pada ibu. Dukungan keluarga untuk memeriksakan kehamilannya sangat penting untuk mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil. Hal ini sesuai teori menurut Friedman (1998, p.198) dalam Setiadi (2008), menyatakan bahwa dukungan informasional, adalah keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi). Keluarga memberikan informasi mengenai kehamilan yang dibutuhkan ibu hamil tentang pemeliharaan kesehatan kehamilan 6 Dukungan penilaian Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa sebagian besar responden menjawab bahwa keluarga pernah membelai perut saya sebesar 32 responden (47,0%) dukungan yang ditunjukkan dengan memberikan support atau perhatian seperti membelai perut yang sedang hamil, mencoba untuk ingin tahu tentang kondisi kehamilannya dengan cara membaca buku KIA, serta melindungi dan menjaga kehamilannya dengan cara membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga tidak membuat ibu hamil merasa kelelahan. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga. Keluarga memberi pujian untuk menyemangati ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan, saling bertukar pendapat antara ibu dan keluarga tentang kehamilan, menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah antara ibu dan keluarga (setiadi, 2008). Dukungan instrumental Hasil penelitian pada dukungan instrumental sebanyak 43 responden (63,2%) menjawab keluarga pernah membicarakan tentang rencana tempat untuk persalinan, berarti dalam hal ini keluarga dapat membantu menyediakan apa yang nantinya dipersiapkan dalam proses persalinan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya persiapan alat transportasi untuk mengantar memeriksakan kehamilan serta keluarga mau mempersiapkan perlengkapan pada calon bayi yang akan lahir. Hal ini sesuai teori menurut Friedman (1998, p.198) dalam Setiadi (2008), dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan kongkrit. Keluarga menyediakan sarana prasarana yaitu misalnya menyediakan alat transportasi untuk ibu hamil memeriksakan kehamilan di tenaga kesehatan. Dukungan emosional Dukungan emosional pada hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebanyak 41 responden (60,2%) menjawab bahwa keluarga mau mendengar keluhan anda dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan seputar kehamilan yang sedang dihadapi dalam kehamilan ini, sehingga setiap ada masalah pada kehamilannya selalu diceritakan pada Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang keluarganya dan dari pihak keluarga pun mau mendengarkan apabila mempunyai masalah kehamilan yang sedang dialami. Hal ini sesuai teori menurut Setiabudi (2008), dukungan emosional adalah dimana keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Keluarga selalu mengingatkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan. Kepatuhan Pemeriksaan ANC Hasil penelitian 68 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden patuh dalam melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 54 responden (86,6%) dan sebanyak 14 responden (13,4%) tidak patuh dalam melakukan pemeriksaan ANC. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar patuh melakukan pemeriksaan ANC, hal ini berkaitan dengan pendidikan responden yang sebagian besar adalah SMA yaitu sebanyak 45 responden (66,1%). Dari faktor pendidikan sangat berpengaruh dalam kepatuhan pemeriksaan ANC. Tinggi rendahnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola pikir seseorang. Pola pikir yang baik akan mendorong seseorang untuk memperhatikan masalah kesehatan seperti melakukan pemeriksaan ANC secara teratur. Hal ini sesuai teori menurut Niven (2008), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif. Dalam hal ini pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang terutama dalam hal melaksanakan kebijakan program kunjungan ANC yang saat ini diberlakukan yaitu dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester tiga. Pengetahuan ini juga dapat diperoleh dari pengalaman sebelumnya pada ibu multigravida. Hal ini sesuai teori menurut Notoatmodjo (2007), mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula ibu melaksanakan antenatal care (Azwar, 2007). Pengalaman melahirkan atau paritas serta usia ibu hamil yang matang akan menjadikan pola pikir yang rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan. Hal ini sesuai teori menurut Notoatmodjo (2007), bahwa usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur melakukan antenatal care. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam Melakukan Pemeriksaan ANC Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan dukungan keluarga baik sebanyak 54 responden (86,6%) patuh melakukan pemeriksaan ANC. Dukungan keluarga yang baik dapat dilihat dari hasil penelitian menjawab keluarga saya menganjurkan untuk memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan sesuai jadwal sebanyak 41 responden (60,2%) dan sebagian besar responden sudah memperoleh dukungan keluarga yang maksimal sehingga ibu hamil lebih termotivasi untuk melakukan kunjungan ulang pemeriksaan kehamilannya demi meningkatkan kesehatan ibu dan janin. Hal ini sesuai teori menurut Friedman (2013), dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang 7 hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan dukungan keluarga kurang ada 9 responden (13,4%), tidak patuh dalam melakukan pemeriksaan ANC. Dukungan keluarga yang kurang dapat dilihat dari hasil kuesioner sebagian besar menjawab keluarga tidak pernah memberikan jalan keluar terhadap permasalahan seputar kehamilan yang anda hadapi dalam kehamilan ini padahal dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan dalam melakukan pemeriksaan ANC. Peran serta dan dukungan dari keluarga dalam bentuk perhatian khususnya dalam masalah kehamilannya yang menyangkut kesehatan ibu dan janin. Perhatian yang diberikan oleh keluarga dapat membangun kestabilan emosi ibu hamil dan sebagai motivasi untuk melakukan pemeriksaan ANC ulang sesuai dengan jadwal yang telah di tentukan oleh dokter/ bidan. Hal ini sesuai teori menurut House (Smet, 1994, p.136) dalam Setiadi (2008), bahwa setiap bentuk dukungan sosial keluarga meliputi perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Berdasarkan hasil uji hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu hamil dalam pemeriksaan antenatal care di Puskesmas Banyubiru dengan analisa yang diperoleh dengan menggunakan uji statistik Chi Square didapatkan distribusi data tidak normal karena tidak memenuhi syarat uji Chi Square maka dilakukan uji alternatif menggunakan uji Fisher’s Exact Test. Hasil dari uji Fisher's Exact Test p-value = 0,0001< α (0,05). Hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu hamil dalam pemeriksaan antenatal care di Puskesmas 8 Banyubiru, ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu hamil dalam pemeriksaan antenatal care ini dikarenakan bahwa dukungan keluarga pasien dapat menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi. Terdapat banyak faktor- faktor lain yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya: Pemahaman tentang instruksi, Seseorang mungkin tidak mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan professional yaitu kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat oleh penderita (Suparyanto, 2010). Keterbatasan Penelitian Peneliti hanya mengambil sampel ibu hamil tanpa memandang batasan usia. Selain itu Peneliti hanya menggunakan metode pengumpulan data menggunakan data sekunder dengan menyebar kuesioner pada responden tanpa memperhatikan respon dan keluhan responden. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode pengumpulan data dengan wawancara agar memperoleh hasil yang lebih baik. KESIMPULAN Dukungan keluarga di Puskesmas Banyubiru Kab. Semarang memiliki dukungan keluarga baik sebesar 54 responden (79,4%) . Ibu hamil di Puskesmas Banyubiru Kab. Semarang patuh dalam melakukan pemeriksaan antenatal care sebesar 59 responden (86,8%). Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu hamil dalam pemeriksaan antenatal care di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang. SARAN Diharapkan keluarga dan suami untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan motivasi serta dukungan kepada ibu hamil dalam rangka pemeriksaan antenatal care Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang sehingga dapat mendeteksi secara dini apabila terjadi komplikasi dalam kehamilan. Tenaga kesehatan perlu melibatkan peran keluarga dan suami dalam setiap asuhan kehamilan baik setiap pemeriksaan antenatal care maupun dalam kegiatan sehari-hari. Serta memberikan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) tentang asuhan kehamilan pada pihak keluarga atau suami secara berkesinambungan. Untuk peneliti lain diharapkan untuk melanjutkan penelitian ini, atau meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan antenatal care, misalnya faktor tingkat pengetahuan, lingkungan, pekerjaan, fasilitas kesehatan, sosial ekonomi, informasi dan sikap. Disamping itu penelitian dengan sampel yang lebih besar dan area yang lebih luas, serta metode penelitian yang lebih lengkap dan bervariasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA [1] Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Bandung : CV. Rineka Cipta. [2] Bobak, Lowdwrmilk, Jensen. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas/ Maternity Nursing. Edisi 4. Alih bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugrah. Jakarta : EGC. [3] Carpenito L.j. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan . edisi 8. Jakarta : EGC. [4] Dahlan. (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. [5] Depkes RI, (2001). Reproduksi, Jakarta. Kesehatan [6] Ghozali. (2007). Aplikasi analisis multivariat dengan progran SPSS. Semarang: Badan penerbit Unifersitas Diponegoro. [7] Green Lawrence dalam Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan dalam Perilaku. Jakarta : EGC. [8] Hastono, susanto. (2007). Analisa data kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia [9] Hidayat. (2011). Menyusun skripsi dan tesisedisi revisi. Bandung: Informatika [10] Istiarti. (2000). Menanti buah hati kaitan antara kemiskinan dan kesehatan . Yogyakarta : Pressindo. [11] Kusmiati. (2008). Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Yogyakarta : Fitramaya. [12] Nototmodjo. (2005). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta [13] Nursalam. (2011). Pendekatan praktis metodologi riset keperawatan. Jakarta: info Medika [14] Prawiharjo. (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. [15] Retnowati, I, (2005). Hubungan Faktor Ibu dengan Kejadian Komplikasi Persalinan di Wilayah KerjaPuskesmas Gesi Kabupaten Sragen bulan Oktober 2005. Eprints.undip.ac.id/4932/1/2723.pdf. Diakses tanggal 5 Januari 2010. [16] Saifuddin, dkk. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. [17] Saifuddin, dkk. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. [18] Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Yogyakarta :Graha Ilmu. [19] Sugiyono. (2009). Statistik Untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta. [20] Suparyanto. (2010). Konsep kepatuhan. Diakses dari http/www.dr.suparyanto.blogspot.com/ [21] Unzila. (2007). Buku Dukungan dan Motivasi. Jakarta : EGC. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang 9