BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pelayanan Antenatal Care (ANC) 2.1.1.1 Definisi Pelayanan Antenatal Care (ANC) Pelayanan antenatal pelayanan yang dapat merupakan bentuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi kehamilan dapat dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2000). Dalam hal ini pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi Petugas Puskesmas (Depkes R.I., 1997). 2.1.1.2 Tujuan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Pelayanan antenatal care bertujuan untuk pengawasan terhadap wanita hamil, menyiapkan ibu hamil sebaik baiknya secara fisik maupun 17 mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan ibu dan bayi postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Salah satu Penyebab langsung yang ditetapkan dalam seminar Loka Karya Aliansi Pita Putih 2008 sebagai faktor utama yang menyebabkan kematian ibu (maternal) adalah Pelayanan Antenatal care yang tidak memadai. Lingkup pelayanan antenatal merupakan sarana yang dapat membantu ibu selama proses kehamilannya berlangsung. Dalam hal ini pada pelayanan antenatal tidak hanya sekedar pemeriksaan kehamilan biasa, tetapi ibu dibantu untuk mempersiapkan proses persalinan yang sehat, diberikan informasi seputar kehamilan yang sehat dan tidak sehat serta kelangsungan perawatan bayi pascah persalinan. Wiknjosastro (1994 :154) menegaskan lagi bahwa antenatal care harus diusahakan agar: 18 1. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat. 2. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan sejak dini dan diobati. 3. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat fisik dan metal. Saifuddin, dkk (2000 : 90) juga merumuskan beberapa tujuan antenatal yaitu: 1. Memantau kemajuan kehamilan kesehatan Ibu memastikan dan untuk tumbuh kembang bayi. 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial Ibu dan bayi 3. Mengenali secara ketidaknormalan atau dini adanya komplikasi mungkin terjadi selama hamil, yang termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 19 4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal . Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan antenatal penting untuk menjamin proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan tetap demikian seterusnya. Kehamilan dapat berkembang komplikasi setiap menjadi saat masalah atau (Pengembangan Perawatan Ibu di Pusat Kesehatan Masyarakat, Depkes RI : 81). Pada umumnya tujuan Antenatal di berbagai sumber sama yaitu memiliki tujuan untuk mensejahtrahkan ibu selama kehamilannya berlangsung serta memantau tanda tanda 20 komplikasi kehamilan yang mungkin muncul selama proses kehamilan tersebut berlangsung dan membuat kehamilan yang dijalani ibu kurang sehat serta membahayakan ibu dan calon bayi. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil (K1) atau disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua dan dua kali pada triwulan ketiga (K4) untuk melihat kualitas. Pelayanan K1 adalah pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga kesehatan terampil (Dokter, Bidan, dan Perawat). Ibu hamil (K4) adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan (Profil Kesehatan Propinsi NTT 2007 : 48) 21 Cakupan Kunjungan ibu hamil K4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali sesuai dengan stándar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Contohnya, Cakupan Kunjungan ibu hamil K4 = Jumlah Kunjungan Ibu Hamil K4 dibagi jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun x 100 % (dalam www.dinkesjambi.com/profilkesehatan5d. phd. diakses pada tanggal 3 maret 2011). 2.1.1.3 Kebijaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care (ANC) Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan: satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga. Pelayanan/asuhan standar minimal “7T”: (Timbang) berat badan, Ukur (Tekanan) darah, Ukur (Tinggi) fundus uteri, Pemberian Immunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap, pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan, Tes terhadap Penyakit Menular Seksual, dan Temu wicara dalam 22 rangka persiapan rujukan (Saifuddin, dkk., 2000 : 90). Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan Ibu hamil telah dikembangkan Strategi Menyelamatkan Pregnancy Persalinan Safe) yakni Sehat sebuah (Making inisiatif yang dicanangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2000. Ini merupakan komitmen untuk mengurangi beban global akibat kematian, kesakitan, dan kecacatan yang tidak perlu terjadi, yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, dan selama nifas. Making Pregnancy Safer (MPS) mengharapkan agar ibu hamil, melahirkan dan dalam masa setelah persalinan (post natal) mempunyai akses terhadap tenaga kesehatan yang terlatih, yaitu profesi kesehatan yang terakreditasi (seperti bidan, dokter, atau perawat) yang telah menempuh pendidikan dan dilatih untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan dalam mengelola kehamilan normal (tanpa komplikasi), persalinan dan periode segera setelah melahirkan dan dalam 23 pengidentifikasian, pengelolaan dan rujukan atas komplikasi yang diderita oleh ibu dan anak. Strategi MPS meliputi tiga pesan kunci, yakni setiap persalinan harus ditolong tenaga medis, setiap komplikasi persalinan harus ditangani tenaga adekuat (dokter ahli) dan setiap wanita usia subur harus mempunyai akses pencegahan kehamilan dan penanganan komplikasi keguguran. Pada pelaksanaannya, strategi ini terbentur pada keterbatasan jumlah tenaga yang berkualitas dan berbagai kendala lainnya (Pedoman Kontribusi Penting Menyelamatkan Persalinan Sehat dan Buku KIA, Afiliasi Departement of Maternity, 2006). 2.1.1.4 Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Ilmu kebidanan atau obstetric merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian yang menjadi obyek ilmu ini ialah kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi yang baru dilahirkan. Pelayanan kebidanan menurut 24 Wiknjosastro, dkk, (1994:3-4) sangat terbatas. Diantaranya : 1. Pengawasan serta penanganan wanita dalam masa hamil dan pada waktu persalinan. 2. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan. 3. Perawatan bayi yang baru lahir. 4. Pemeliharaan laktasi Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes) dalam (Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan FIsiologis Bagi Dosen Diploma III, Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2001) menetapkan bahwa untuk bisa membantu seorang ibu melalui kehamilan dan persalinan yang sehat bidan harus : a. Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan mengatasi keadaan darurat b. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya serta masyarakat untuk mempersiapkan suatu rencana kelahiran, termasuk mengidentifikasi seorang penolong dan tempat bersalin, serta perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan 25 c. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya dan masyarakat dalam mempersiapkan suatu rencana bila terjadi komplikasi, meliputi: 1. Identifikasi kemana harus pergi dan bentuk transportasi untuk mencapai tempat tersebut 2. Membuat rencana penyediaan donor darah 3. Mengadakan rencana persiapan finansial 4. Mengidentifikasi seorang pembuat keputusan kedua bila pembuat keputusan pertama tidak ada di tempat. d. Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang timbul selama kehamilan, apakah itu bersifat medis, bedah atau obstetrik. e. Meningkatkan dan memantapkan kesehatan fisik, mental dan menyediakan sosial ibu pendidikan, serta bayi dengan suplementasi serta immunisasi. f. Membantu mempersiapkan ibu untuk pemberian Air Susu Ibu yang lancar, menjalani masa nifas yang normal, serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis dan sosial. 26 Informasi Pusdiknakes penting yang (WHO,JHPIEGO,2001) ditetapkan dalam kunjungan ibu hamil pada trimester pertama, atau sebelum minggu ke 14, yaitu : a. Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamatan jiwa bisa dibina bilamana perlu. b. Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi bersifat mengancam jiwa. c. Mencegah masalah seperti neonatal tetanus, anaemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi, dan e. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) Informasi penting yang diberikan dalam kunjungan ibu hamil pada trimester kedua, atau sebelum minggu ke 28, yakni sama seperti dalam kunjungan pada trimester pertama, ditambah kewaspadaan khusus mengenai PIH (Pregnancy Induced Hypertension) (ibu diberikan pertanyaan 27 mengenai gejala PIH, pantau tekanan darahnya, evaluasi edemanya, periksa untuk mengetahui protein/urine). Informasi penting yang diberikan dalam kunjungan ibu hamil pada trimester ketiga, atau antara minggu ke 28 dengan 36, yakni sama seperti dalam kunjungan ditambah palpasi pada trimester abdomen apakah ada kehamilan ganda. untuk sebelumnya, mengetahui Informasi penting yang diberikan dalam kunjungan ibu hamil pada trimester keempat, atau setelah 36 minggu, yakni sama seperti dalam kunjungan pada trimester sebelumnya, ditambah pendeteksian letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit (Pusdiknakes-WHO- JHPIEGO, 2001). 2.1.2 Konsep Kehamilan 2.1.2.1 Defenisi Kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari 28 pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 (enam) bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, dkk., 2000 : 89). Kehamilan harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang dalam pemeriksaan kehamilan diragukan, atau sebagai diagnosis banding kehamilan menurut (Mochtar, dkk.,1998 : 45 – 46) seperti : 1. kehamilan palsu (pseudocyesis = kehamilan spuria): Gejala dapat sama dengan kehamilan, seperti amenorea : tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal (Kamus Kedokteran Dorland :38), perut membesar, mual, muntah, air susu keluar, dan wanita dapat merasakan gerakan janin. Namun pada pemeriksaan, uterus tidak membesar, tanda- tanda kehamilan lain dan reaksi kehamilan negatif. Penyebab yang paling sering dijadikan alasan utama yaitu karena gangguan psikologis, seorang wanita mempunyai keinginan yang kuat untuk hamil serta 29 menyimpulkan sendiri perubahan-perubahan kecil pada dirinya sebagai suatu kehamilan, serta didukung oleh hasil tes positif (tapi masih dinyatakan false positif = positif palsu) (dalam http://doktersehat.com/kehamilan-palsupseudocysis/ diakses 26 Oktober 2011) 2. Mioma Uteri : Perut dan rahim membesar, namun pada perabaan, rahim terasa padat, terasa seperti berbenjol–benjol. negatif dan tidak Tanda dijumpai kehamilan tanda–tanda kehamilan lainnya. 3. Kista Ovarii : Perut membesar dan dapat bertambah besar , namun pada pemeriksaan dalam rahim teraba sebesar biasa. Reaksi kehamilan negatif, tanda – tanda kehamilan lain negatif. 4. Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin : pada pemasangan kateter keluar banyak air kencing. 5. Hematometra: Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan himen inperforata, stenosis vagina atau serviks. 30 Pada dasarnya kehamilan merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam kehidupan wanita dan memiliki serangkaian gejala yang hampir sama atau bahkan sama dengan beberapa kemungkinan kejadian yang lainnya. Proses kehamilan merupakan sebuah proses yang pasti didukung dengan gejala dan tanda tanda yang dapat dibuktikan hasilnya. 2.1.2.2 Defenisi Maternal (Ibu Hamil) Gravida atau wanita hamil (Kamus Kedokteran Dorland :483) dapat dikatakan sedang memasuki periode kehamilan apabila ibu melakukan tes kehamilan : semua jenis tes yang dapat mendeteksi keberadaan human chorionic gonadotropin (HCG). Deteksi dini kehamilan oleh seorang wanita dapat memungkinkan perawatan dimulai sejak dini. Human chorionic gonadotropin dapat diukur dengan radioimunoesai dan dideteksi dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode menstruasi terakhir (LMP : last menstrual period). Keberadaan hormon ini dalam urine pada awal kehamilan merupakan dasar 31 berbagai tes kehamilan bagi seluruh gravida di laboratorium serta dapat dideteksi dalam urine 14 hari setelah konsepsi (Ganong, 1989 : 104). 2.1.2.3 Tanda Kehamilan Beberapa perubahan fisiologis tubuh selama masa kehamilan dikenal sebagai tanda kehamilan. (Cunningham,dkk., 1995) menetapkan dua kategori tanda kehamilan yakni tanda presumtif : perubahan yang dirasakan wanita, tanda kemungkinan: perubahan yang bisa di observasi oleh pemeriksa. Bobak, dkk, (2004) menetapkan 3 tanda kehamilan, dan tanda terakhir yang di tetapkan adalah tanda positif atau tanda pasti. a. Bukti presumtif kehamilan (Cunningham, dkk., 1995 : 16) didasarkan pada gejala dan tanda tanda subyektif, antara lain : 1. Mual dengan atau tanapa muntah. 2. Gangguan kencing. 3. Keletihan. 4. Merasakan gerakan janin. 32 Tanda tandanya meliputi berhentinya menstruasi, perubahan anatomik di payudara, perubahan warna mucosa vagina, pigmentasi kulit meningkat dan pembentukan stria abdominal , keyakinan seorang wanita terhadap kehamilannya. b. Bukti kemungkinan kehamilan (Cunningham, dkk., 1995 : 17) gejala-gejalanya antara lain 1. Pembesaran abdomen: setelah 12 minggu kehamilan, uterus dapat diraba melalui dinding abdomen tepat diatas tulang simfisis dan terasa sebagai tumor. Kemudian uterus secara bertahap bertambah besar sampai akhir kehamilan. Umumnya pembesaran abdomen selama usia subur pada wanita, secara kuat mengesankan kehamilan. 2. Perubahan bentuk ukuran uterus, dan konsistensi terus ( setelah beberapa minggu pertama kehamilan korpus uteri (badan rahim) hampir membulat dan diameter uterus rata-rata 8 cm dicapai pada kehamilan 12 minggu. Pada pemeriksaan bimanual, korpus 33 uteri selama kehamilan teraba liat atau elastis dan terkadang menjadi sangat lunak). 3. Perubahan antomis serviks : pada kehamilan 6-8 minggu serviks sering menjadi sangat lunak. Ketika kehamilan semakin tua, kanalis seriviks dapat menjadi cukup longgar sehingga memungkinkan ujung jari pemeriksa masuk. 4. Kontraksi Braxton Hicks: uterus mengalami kontraksi yang dapat diraba tanpa disertai nyeri dengan interval yang teratur mulai dari masa kehamilan dini. Kontraksi ini dapat bertambah jumlah serta amplitudonya jika uterusnya di massage : tindakan terarah dengan menggesek, mengusap,memijat bagian tubuh ( Kamus Kedokteran Edisi 2000 : 211). 5. Balotemen: Mendekati pertengahan kehamilan, ketukan yang ditimbulkan untuk mengecek janin dalam amnion dan dirasakan oleh jari jari pemeriksa, (6) gambaran fisik janin dan (7) Hasil uji Endokrin : tes adanya 34 HCG ( human chorionic gonadotropin) dalam plasma ibu dan ekskresinya dalam urine. c. Bukti positif kehamilan (Bobak, dkk., 2004 : 107) antara lain 1. Sonografi/ ultrasonography: Gambaran struktur dalam tubuh dengan mencatat gema pulsa gelombang ultrasonik yang diarahkan kedalam jaringan (Kamus kedokteran Dorland : 1133 ), 2. bunyi detak jantung janin (DJJ) 3. Pemeriksa melihat dan merasakan gerakan bayi. 2.1.2.4 Kematian Ibu Maternal Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya (Wiknjosastro, dkk.,1994: 22). Dalam bukunya Ilmu Kebidanan edisi ketiga cetakan kelima Wiknjosastro (1999 : 7) 35 mengatakan ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal mortality), kemudian berdasarkan defenisi kematian maternal diatas Wiknjosastro mengelompokan golongan kematian maternal. Diantaranya adalah : 1. kematian obstetrik langsung (direct obstetric death) 2. kematian obstetrik tidak langsung (indirect obstetric death) 3. kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, misalnya kecelakaan. Kematian obstetrik komplikasi selama langsung masa disebabkan kehamilan, oleh proses persalinan, masa nifas, atau penanganannya. Di negara-negara sedang berkembang sebagian besar penyebab ini adalah perdarahan, infeksi, gestosis, dan abortus. Kematian tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudak ada sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, 36 penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria dan lain-lain. Kematian maternal ini merupakan suatu kejadian yang harus di waspadai oleh setiap individu baik sebagai ibu hamil, sebagai petugas pada pelayanan kebidanan maupun sebagai keluarga atau masyarakat yang ikut menjaga kesejahtraan ibu hamil tersebut. Damayanti (2009) menambahkan salah satu faktor yang paling mempengaruhi tingginya angka kematian ibu adalah sikap dan perilaku ibu itu sendiri selama hamil dan didukung oleh pengetahuan ibu terhadap kehamilannya, serta kurangnya partisipasi masyarakat yang disebabkan tingkat pendidikan ibu yang rendah dan kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung. Jika ditarik lebih jauh beberapa perilaku tidak mendukung tersebut juga bisa membawa resikoresiko terhadap kejadian kematian maternal. Kematian Seorang ibu sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan perkembangan anaknya dan juga mempengaruhi keluarga yang mendidik serta membantu proses perkembangan anak yang dilahirkan tersebut, Kematian seorang ibu mempunyai dampak yang lebih luas sampai diluar lingkungan 37 keluarganya yang dimaksud disini adalah ibu adalah seorang pekerja produktif yang hilang, yang mampu memelihara dan membimbing generasi penerus, merawat lanjut usia dan mampu menyumbang stabilitas di masyarakat (Keselamatan Ibu, 1999 dalam http://www.path.org/files/Indonesian_16-special. diakses pada tanggal 26 oktober 2011). 2.1.3 Determinan Perilaku Green (1980), mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehavior causes) (Notoatmodjo, 1993: 102-103). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni : a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors) Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang 38 dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Di samping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi, sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil, misalnya orang hamil tidak boleh disuntik (periksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntik bisa menyebabkan anak cacat. Karena faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah. 2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factors) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan 39 sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan tersebut di atas, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil; misalnya Puskesmas, Polindes, Bidan Praktek, ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktorfaktor ini disebut faktor pendukung. 3. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors) Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini 40 Undang-Undang, peraturan-peraturan baik dari Pusat maupun Pemerintah Daerah yang terkait dengan kesehatan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, malainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu Undang-Undang, peraturan-peraturan, dan sebagainya diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti contoh perilaku periksa hamil tersebut di atas; di samping pengetahuan dan kesadaran pentingnya memperoleh periksa hamil, fasilitas serta periksa kemudahan hamil, juga diperlukan perilaku contoh dari tokoh masyarakat setempat. Demikian juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh 41 pengetahuan, sebagainya sikap, dari kepercayaan, orang atau tradisi, masyarakat dan yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, dan sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. 2.2 Perspektif Teoretis Bagan I Hubungan Pemanfaatan Antenatal care Proses kehamilan Lingkungan maternal/ibu hamil Kebutuhan selama periode kehamilan : rencana perawatan, konsultasi kehamilan Kurang pengetahuan tentang penanganan perawatan kehamilan , konsultasi kehamilan Kematian ibu,komplikasi kehamilan Pelayanan antenatal care Pemanfaatan pelayanan antenatal Kehamilan merupakan periode unik dalam setiap kehidupan. Kehamilan adalah sebuah proses fisiologis yang dapat dialami oleh semua wanita 42 subur dalam jangka periode tertentu. Lamanya kehamilan dari proses ovulasi sampai partus adalah kurang lebih 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Wiknjosastro, dkk.,1999 : 125). Proses atau gejala terjadinya kehamilan pada beberapa kejadian dalam fisiologis tubuh atau proses beberapa gejala penyakit pada umumnya ada yang sama gejalanya yang sering disebut dengan diagnosis banding kehamilan (Mochtar, 1998 :45) misalnya seperti kehamilan palsu, mioma uteri, Kista ovarii dan masih banyak lagi diagnosis banding kehamilan lainnya. Wanita hamil atau gravida dapat dilihat dari gejala fisiologis kehamilan atau tanda kehamilan yang muncul pada dirinya. Ada tiga kategori yaitu presumsi, perubahan yang dirasakan wanita (misalnya amenore, keletihan, perubahan pada payudara), tanda kemungkinan yaitu perubahan yang diobservasi oleh pemeriksa (misalnya tanda hegar, Ballotment, tes kehamilan dan tanda pasti (misalnya ultrasonografi, denyut jantung janin). 43 Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya (Wiknjosastro, dkk., 1994: 22). Dalam hal ini perhatian seorang wanita hamil dan lingkungan terhadap kehamilan juga perlu diperhatikan dengan baik. Seperti pengawasan terhadap wanita hamil secara teratur dan tertentu (Wiknjosastro, 1999 : 154). Kelalaian atau ketidak patuhan ibu dalam melakukan kunjungan antenatal care dapat menimbulkan resiko lain pada kehamilan tersebut seperti komplikasi kehamilan yang dapat berujung pada kematian maternal. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi Petugas 44 Puskesmas (Depkes R.I., 1997). Pelayanan antenatal care bertujuan untuk pengawasan wanita hamil. Ialah menyiapkan ibu hamil sebaik baiknya secara fisik maupun mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan ibu dan anak postpartum sehat dan normal (Wiknjosastro, 1994 : 154). Adalah sangat penting kesadaran seorang wanita hamil untuk memeriksakan kehamilan pada dokter ahli kebidanan, dokter ahli lain, dokter umum, bidan, perawat bidan, dan dukun terlatih pada suatu komunitas tertentu dalam Indonesia ada pusat pusat kesehatan Puskesmas dan KIAnya ( Mochtar, 1998 : 47). Pada dasarnya setiap manusia atau wanita lebih khususnya memiliki respon yang berbeda tentang kehamilannya, berangkat dari kesadaran untuk memeriksakan kehamilanya serta memenuhi kebutuhannya saat kehamilan berlangsung didukung dengan sikap serta poengetahuannya terhadap kehamilan tersebut dan respon lingkungan untuk ikut bersama sama mensejahterakan ibu hamil selama 45 prosesnya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik sampai pada proses persalinan. 46