BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare

advertisement
BAB I
PENDAHU LUA N
A. Latar Belakang
Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun
1990, terdapat 12 juta kematian anak yang diakibatkan oleh diare.
Kejadian diare tersebut mengalami banyak penurunan pada tahun 2011,
menjadi 6,9 juta kematian anak yang diakibatkan oleh diare. M eskipun
sudah terjadi penurunan, namun diare masih menjadi penyebab kematian
utama pada anak, yang ditunjukan dengan kejadian sebanyak 2 juta
kematian pada anak pertahunnya yang disebabkan diare (WHO, 2013).
Kecenderungan yang harus diperhatikan adalah pencapaian target
Millennium Development Goals atau M DGs. Salah satu target M D Gs
adalah menurunkan angka kematian pada anak, termasuk menurunkan
angka kematian yang diakibatkan diare. Jika upaya dalam menangani
masalah diare tidak dilakukan dengan
cepat dan berkelanjutan,
maka
dimungkinkan sebanyak 760.000 anak akan meninggal oleh karena diare
setiap tahunnya. Tetapi jika penanganan diare dilakukan dengan cepat dan
tepat, maka jumlah kematian anak karena diare akan menurun setiap
tahunnya (WHO, UNICEF, 2013).
Upaya untuk menurunkan angka kematian anak karena diare dengan
melakukan tatalaksana secara tepat dan akurat. WHO mengembangkan
kerangka kerja pelayanan kesehatan yang salah satunya dalam buku
pelayanan kesehatan anak d i rumah sakit, di dalamnya berisi panduan
1
2
tatalaksana anak sakit di rumah sakit oleh tenaga kesehatan termasuk
perawat. M enurut WHO (2009), tatalaksana diare dapat dilakukan dengan
lima langkah tuntaskan diare (lintas diare). Perawat sebagai tenaga
kesehatan dapat memberikan kontribusi dalam penanganan diare sesuai
dengan perannya. Peran perawat tersebut adalah sebagai pemberi
pelayanan yang mencakup pemberi rasa nyaman, pelindung, komunikator,
mediator dan rehabilitator. Selain itu perawat berperan sebagai pendidik
yang memberikan pemahaman
kepada
individu,
keluarga
ataupun
masyarakat di semua lingkup pelayanan kesehatan. Peran perawat
selanjutnya sebagai manajer, yaitu perawat mengelola kegiatan pelayanan
kesehatan sesuai dengan tanggung jawabnya dan dapat mengambil
keputusan dalam memecahkan masalah. Perawat juga dituntut untuk dapat
berpikir kritis dalam pengambilan keputusan, sehingga permasalahan yang
dihadapi dapat terpecahkan dengan baik. Perawat juga mempunyai peran
sebagai pelindung, yaitu melindung i klien baik perlindungan terhadap
terapi atau pelayanan kesehatan yang didapatkan atau membantu klien
dalam pengambilan keputusan (Delaune, Ladner, 2011).
Dalam tatalaksana diare, perawat dapat melaksanakan perannya dalam
beberapa hal, salah satunya adalah memberikan pendidikan kepada orang
tua mengenai rehidrasi oral untuk mengatasi diare. Seperti penelitian di
India yang dilakukan oleh M azumder et al. (2010), dikemukakan bahwa
pendidikan yang diberikan kepada orang tua atau pengasuh mengenai
3
pemberian zink dan oralit untuk anak diare, efektif dapat mengurangi diare
pada anak.
Selain perawat dapat melaksanakan perannya dalam tatalaksana diare
di rumah sakit, perawat juga dapat memberikan kontribusi di masyarakat
untuk menangani diare pada anak. Di Etiopia dan Haiti, perawat
mempunyai peran yang komprehensif dalam menurunkan angka diare. Di
negara tersebut perawat melakukan strategi menurunkan kejadian diare
dengan melaksanakan peran kepemimpinannya dalam perbaikan sanitasi.
Hal tersebut sangat efektif dilakukan, karena sudah terbukti menurunkan
angka kejadian diare (Wake dan Tolessa, 2011). Pengalaman negara lain
yang telah berhasil menurunkan angka kejadian diare adalah Bangladesh,
yaitu dengan intervensi yang dilakukan terhadap keluarga dengan
pelatihan m encuci tangan, secara signifikan dapat mengurangi kejadian
diare pada anak (Luby et al, 2011).
Pada penelitian sebelumnya tentang tatalaksana diare oleh Hoque et
al. (2012) di Bangladesh, didapatkan hasil bahwa kualitas perawatan pada
tatalaksana diare di rumah sakit pada 18 kabupaten adalah belum semua
rumah sakit melakukan penilain dehidrasi dengan benar. Kemudian belum
semua rumah sakit melakukan pemantauan rehidrasi berencana sesuai
dengan tingkat dehidrasi, belum menerapkan pemberian antibiotik secara
selektif dan belum
memberikan anjuran kepada orang tua untuk
melanjutkan makan selama diare. Dari hasil penelitian di Cina oleh Zhang
et al. (2011), didapatkan hasil bahwa dari semua anak diare yang dirawat
4
jalan, belum mendapatkan oralit dan juga zink, serta penggunaan
antibiotik masih cukup tinggi pada anak diare.
Penelitian di Indonesia tentang tatalaksana diare yang sudah dilakukan
di 18 rumah sakit, untuk mengetahui gambaran perawatan pada anak di
rumah sakit, diperoleh hasil bahwa kelemahan yang did apatkan dari skor
diare adalah adanya rencana rehidrasi yang tidak jelas, diberikannya cairan
intravena pada semua kasus diare sedangkan oralit tidak diberikan, dan
masih diberikannya antibiotik dan antidiare untuk diare cair (Sidik et al,
2013). Dari hasil penelitian Widayanti (2011) di Puskesmas Sleman, untuk
mengetahui rasionalitas tatalaksana diare didapatkan bahwa pelayanan
kesehatan yang diberikan belum
optimal, yaitu masih didapatkan
penggunaan antibiotik sebanyak 17,2%, pemberian oralit sebanyak 84, 5%
dan zink 84%.
Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah
Tangga
(SKRT),
studi
mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), diketahui bahwa
penyebab utama kematian pada balita di Indonesia adalah diare, yaitu
sebesar 16,7%. Penyebab utama kematian pada balita akibat diare tersebut
karena tatalaksana yang tidak tepat baik di rumah atau di pelayanan
kesehatan. Hal tersebut ditunjukan dengan masih rendahnya pemberian
oralit di masyarakat, yaitu sebesar 37% dan masih diberikannya obatobatan pada anak diare sebanyak 31,30%. Selain itu pengetahuan petugas
kesehatan tentang tatalaksana diare masih rendah, yang ditunjukan dari
laporan hasil pemantauan cakupan dan kualitas tata laksana diare dari
5
tahun ke tahun oleh subdit pengendalian diare dan infeksi saluran
pencernaan Kemenkes RI. Laporan tersebut menunjukan bahwa pada
tahun 2009 pengetahuan petugas tentang anamnesa penderita diare dengan
benar sebanyak 43,7%, mengetahui penentuan derajad dehidrasi sebesar
29,9%, mengetahui
tatalaksana diare tanpa dehidrasi seba nyak 33,3%,
mengetahui tatalaksana diare dehidrasi sedang atau ringan sebesar 12,6%
dan mengetahui tatalaksana diare dehidrasi berat sebanyak 14,9%
(Kemenkes RI, 2011).
M enurut Riskesdas (2013), terjadi penurunan angka kejadan diare di
Jawa Tengah, pada riskesdas 2007 sebanyak 9,2% dan pada riskesdas
2013 sebanyak 3,3%. Sedangkan kejadian diare pada balita pada riskesdas
2013 sebanyak 6,5%. Besarnya angka kejadian diare dan insiden diare
pada balita di Provinsi Jawa Tengah tersebut berada di bawah rata -rata
prevalensi diare nasional, angka rata -rata nasional kejadian diare adalah
3,5%, dan insiden diare pada balita sebesar 6,7%. Pada tahun 2012,
cakupan kejadian diare di Provinsi Jawa Tengah masih cukup tinggi, yaitu
sebesar 42,66%. (profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Selain hal
tersebut, pemberian tatalaksana diare di jawa tengah masih belum optimal.
Dari rekapitulasi laporan Penanganan Penderita (P2) diare propinsi tahun
2009, menunjukan bahwa cakupan pemberian oralit di jawa tengah masih
rendah, yaitu sebanyak 65,2%. Kemudian pemberian antibiotik yang tidak
rasional masih sangat tinggi, yaitu sebesar 96,7% (Kemenkes RI, 2011).
6
M enurut Riskesdas (2013), cakupan pemberian oralit pada balita diare
sebanyak 23,1% dan cakupan pemberian zink sebanyak 14,6%.
Di M agelang, angka kejadian diare sebesar 5,1%, dan angka tersebut
berada di bawah rata-rata kejadian diare di jawa tengah, yaitu sebesar
9,2% (Riskesdas, 2007). Pada tahun 2011, angka kejadian diare di
M agelang masih cukup tinggi, yaitu sebanyak 66,1 %. Pada bulan April
2011 telah terjadi Kejadian Luar Biasa di lokasi pengungsian Ngemplak,
Ngrajek, Kabupaten M agelang. Korban diare yang tercatat adalah
sebanyak 64 orang. (Dinas Kesehatan Kota M agelang 2012).
Tingginya
angka
kejadian
kemungkinan penyebabnya
diare
di
M agela ng,
salah
satu
dipengaruhi oleh faktor sanitasi. Hasil
penelitian M ansyur (2013) menyampaikan bahwa faktor -faktor yang
mempengaruhi kejadian diare di M agelang adalah kurangnya kepemilikan
sarana air bersih, kepemilikan jamban dan kurangnya kebiasaan cuci
tangan. M enurut Riskesdas Provinsi Jawa Tengah (2007) tentang sanitasi
rumah tangga di M agelang, penggunaan fasilitas Buang Air Besar (BAB)
di M agelang yaitu sebanyak 54,2% menggunakan fasilitas sendiri,
penggunaan secara bersama sebanyak 8,6%, penggunaan sarana BAB
umum 12,3% dan rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas BAB
sebanyak 25%. Selain itu, akses rumah tangga terhadap sanitasi masih
kurang, yaitu sebanyak 50,8%. Kemudian persentase rumah tangga
menurut jenis pembuangan air limbah, sebanyak 26,1% tidak ada tempat
pembuangan air lim bah. Dari persentase rumah tangga terhadap jenis
7
penampungan sampah di dalam rumah, yaitu sebanyak 17,5% jenis
penampungan terbuka dan sebesar 77,2% tidak ada penampungan sampah
di dalam rumah. Kemudian untuk penampungan sampah di luar rumah,
terdapat 48% jenis penampungannya terbuka dan tidak ada penampungan
di luar rumah sebanyak 47,8%. Dari hal tersebut merupakan permasalahan
nyata yang terjadi di M agelang, kaitannya dengan masih tingginya an gka
kejadian diare pada anak. Untuk itu penelitian ini penting untuk dilakukan
di M agelang, untuk mengetahui peran perawat dalam tatalaksana diare
akut pada anak, sehingga diharapkan dari hasil penelitian dapat menunjang
upaya dalam menurunkan angka kejadian diare di M agelang.
Rumah Sakit dr. Soedjono M agelang merupakan salah satu rumah
sakit yang berada di K ota M agelang. M agelang merupakan wilayah yang
luasnya paling kecil diantara kota atau kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah, tetapi angka kejadian diare masih cukup tinggi. M enurut data dari
pelayanan medis Rumah Sakit dr. Soedjono M agelang, didapatkan bahwa
data kejadian diare pada anak masih cukup tinggi, yaitu sebanyak 549
pasien dari bulan Januari sampai November 2013. Rumah Sakit dr.
Soedjono M agelang adalah Rumah Sakit TNI A D yang merupakan pusat
pelayanan rujukan kesehatan A ngkatan Darat
di wilayah Kodam IV
Diponegoro. Selain melayani pasien dinas TNI AD, rumah sakit juga
melayani pasien umum, yang diantaranya adalah anak dengan diare akut.
Dari survei pendahuluan yang sudah dilakukan di bangsal anak RS dr.
Soedjono M agelang mengenai peran perawat dalam tatalaksana diare akut,
8
yang didapatkan dari wawancara dengan 2 orang perawat, bahwa sudah
ada Standar Pelayanan M edis (SPM ) untuk diare, tetapi perawa t belum
bisa menunjukan SPM tersebut. Disampaikan bahwa Standar Pelayanan
M edis yang diterapkan yaitu dengan pemberian rehidrasi oral dengan
oralit dan parenteral dengan cairan infus Kaen 3b, pemberian probiotik,
tablet zink dan antibiotik pada diare yang memanjang (lebih dari 5 hari)
dan panas, serta terapi medis lain sesuai dengan gejala penyerta,
contohnya pemberian anti muntah jika pasien terdapat gejala muntah. Dari
tatalaksana diare cair akut rumah sakit tersebut, perawat memberikan
penanganan diare sesuai dengan SPM yang ada.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat lain disampaikan
bahwa perawat sudah melakukan pengkajian tingkat dehidrasi anak
sebelum rehidrasi diberikan. Berhubungan dengan pemberian oralit dan
zink, perawat menyampaikan bahwa sudah memberikan penjelasan
mengenai dosis dan cara pemberiannya. Untuk pemberian oralit, diberikan
dengan dosis 10cc/kg/BB pada setiap kali anak mencret, dan tablet zink
diberikan dengan dosis 20 mg pada hampir semua umur. Untuk pemberian
nutrisi, perawa t sudah menganjurkan kepada orang tua untuk tetap
memberikan ASI kepada anak. Dan untuk anak yang diberi susu formula,
perawat menganjurkan untuk mengencerkan susu formula, atau mengganti
dengan susu rendah laktosa. Kemudian belum ada pemberian nasehat
kepada orang tua, mengenai kapan harus membawa anaknya kembali ke
rumah sakit.
9
Dari wawancara yang dilakukan dengan Ibu pada dua pasien,
disampaikan bahwa anak sudah mendapatkan oralit dan zink, tetapi Ibu
belum mengetahui mengenai dosis zink yang harus dibe rikan, dan
bagaimana pemberian zink jika anaknya muntah. Sekitar lima jam setelah
anak dirawat di ruang perawatan, anak belum mendapatkan oralit dan zink.
Selain itu, Ibu belum mengetahui kapan harus membawa anaknya untuk
kembali ke rumah sakit.
Dari hal tersebut di atas memperlihatkan adanya satu kasus yaitu
peran perawat dalam tatalaksana diare akut di Rumah Sakit dr. Soedjono
M agelang yang belum terlihat dengan jelas. Adanya ketidakjelasan peran
perawat tersebut, maka perlu dilakukan eksplorasi mengen ai peran perawat
dalam tatalaksana diare akut pada anak. Pentingnya dilakukan penelitian
mengenai peran perawat dalam tatalaksana diare akut karena perawat
memegang peranan penting dalam perawatan pasien. M enurut Delaune,
ladner (2011), sebagai pemberi pelayanan, perawat memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan pasien selama 24 jam dan melakukan pemantauan
terhadap kemajuan kondisi pasien setiap waktu. Oleh karena itu, untuk
mencapai kondisi yang baik pada pasien, maka perawat harus mampu
melaksanakan perannya secara maksimal dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
10
B. Perumusan M asalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya,
terdapat beberapa permasalahan terkait tatalaksana diare, diantaranya
adalah : 1) Belum ada bukti S tandar Pelaya nan M edis (SPM ) untuk diare,
2) Antibiotik masih diberikan pada anak diare akut dan perawat belum
menjalankan peran sebagai pelindung, untuk melindungi pasien dari
pemberian terapi, 3) Perawat belum menjalankan peran sebagai pelindung
terhadap terapi yang didapatkan pasien, ditunjukan dengan masih
diberikannya anti muntah pada diare akut, 4) Pemberian tablet zink belum
sesuai dengan dosis sesuai umur, 5) Perawat belum memberikan nasehat
untuk orang tua mengenai kapan harus membawa anak kembali ke
petugas, 6) Orang tua belum mengetahui dosis pemberian zink dan cara
pemberian jika anak muntah, hal itu menunjukan bahwa perawat belum
melaksanakan peran pendidik, 7) Selama kurang lebih lima jam anak
dirawat di rumah sait, belum mendapat oralit dan zink, 8) Orang tua belum
mengetahui kapan harus membawa anaknya kembali ke rumah sakit.
Rumusan masalah yang didapatkan adalah: apa peran perawat dalam
tatalaksana diare akut pada anak dan bagaimana perawat melakukan
perannya dalam
tatalaksana diare akut pada anak di Ru mah Sakit dr.
Soedjono M agelang?
11
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi apa dan bagaimana
peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit dr.
Soedjono M agelang.
D. M anfaat Penelitian
1. M anfaat bagi pasien dan orang tua
Dengan dilakukannya penelitian mengenai peran perawat dalam
tatalaksana diare akut di rumah sakit, maka akan diketahui apakah
perawat sudah menjalankan perannya dengan benar. Dari hasil
penelitian tersebut diharapkan perawat dapat melaksan akan perannya
dengan optimal, sehingga
pasien dan orang tua
mendapatkan
tatalaksana diare akut secara tepat.
2. M anfaat bagi Rumah Sakit
Dengan diketahuinya peran perawat dalam tatalaksana diare akut
pada anak, dapat memberikan evaluasi bagi rumah sakit khusu snya
perawat tentang tatalaksana diare akut yang sudah dilakukan, sehingga
diharapkan perawat dapat melaksanakan perannya dengan tepat dan
optimal.
3. M anfaat bagi ilmu pengetahuan
M emberikan gambaran mengenai bagaimana peran perawat dalam
tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit. Kemudian dari hasil
12
penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pelasanaan peran
perawat dalam tatalaksnaa diare akut dan menjadi acuan melakukan
penelitian selanjutnya mengenai peran perawat dalam tatalaksana diare
akut pada anak.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa tentang evaluasi tatalaksana diare sudah pernah
dilakukan di Indonesia, yaitu oleh S idik et al. (2013), dengan judul
Assessment of the quality of hospital care for
children in Indonesia .
Desain penelitian yang digunakan adalah Stratified two-stage random
sampling di 6 provinsi pada 18 Rumah Sakit di Indonesia, untuk menilai
kualitas perawatan pada anak, termasuk penilaian tatalaksana diare. Hasil
yang didapatkan dari penilaian terhadap tatalaksana diare yaitu terdapat
kelemahan pada skor diare, berupa adanya rencana rehidrasi yang tidak
jelas, oralit tidak diberikan tetapi cairan intravena diberikan pada semua
kasus diare, dan masih diberikannya antibiotik dan antidiare untuk diare
cair.
Penelitian lainnya oleh Zhang et al. (2011) dalam publikasi jurnal
dengan judul Care-seeking and quality of care for outpatient sick children
in rural Hebei, China: a cross-sectional study. Penelitian dilakukan di
Cina dengan menggunakan metode cross sectional. Hasil penelitian yang
didapatkan berkaitan dengan tatalaksana diare adalah dari 114 anak yang
13
menderita diare, tidak ada satupun mendapatkan oralit dan zink serta
masih diberikan antibiotik.
Penilitian serupa lainnya yaitu di Bangladesh oleh H oque et al. (2012),
dengan judul An assessment of the quality of care for children in eighteen
randomly selected district and subdistrict hospitals in Bangladesh. M etode
menggunakan alat dan standar penilaian rumah sakit yang di adaptasi dari
WHO. Penilaian dilakukan pada 18 kabupaten di Bangladesh yang dipilih
secara acak. Hasil yang didapatkan dari kualitas perawatan pada
tatalaksana diare adalah belum semua rumah sakit melakukan penilain
dehidrasi dengan benar, belum semua rumah sakit melakukan pemantauan
rehidrasi berencana sesuai dengan tingkat dehidrasi, belum semua
menerapkan pemberian antibiotik secara selektif dan anjuran untuk
melanjutkan makan selama diare belum dilakukan oleh semua rumah sakit.
Penelitian yang akan dilakukan adalah tentang evaluasi peran perawat
dalam tatalaksana diare akut di Rumah Sakit. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di
rumah sakit. Desain penelitian yan g digunakan adalah studi kualitatif
dengan pendekatan studi kasus pada perawat yang bekerja di bangsal
perawatan anak. Kemudian tempat dilakukannya penelitian sekarang
adalah di Jawa Tengah, di RS dr. Soedjono M agelang, yang berbeda
dengan tempat penelitian sebelumnya.
Download