BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan 2.1.1 Pengertian Kehamilan Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim seorang wanita terhitung sejak hari pertama haid terakhir sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi atau masa subur (keadaan ketika rahim melepaskan sel telur matang), dan sperma (air mani) pria pasangannya akan membuahi sel telur matang wanita tersebut. Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding rahim , lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim dalam kehamilan normal (Sari, 2013). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Dibagi menjadi 3 bagian ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan triwulan pertama (sebelum 14 minggu), kehamilan triwulan kedua (antara 14-28 minggu), kehamilan triwulan ketiga (antara 28-36 minggu atau sesudah 36 minggu) (Mangkuji, 2012). 1. Fisiologi kehamilan a. Tanda-tanda kehamilan 1. Gerakan janin dalam rahim 2. a. Terlihat atau teraba gerakan janin b. Teraba bagian-bagian janin Denyut jantung janin a. Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi, alat dopler b. Dilihat dengan ultrasonografi c. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi. 5 b. Perubahan fisiologis pada ibu hamil 1. Rahim atau uterus Rahim yang besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan menjadi 1000 gram saat akhir pengertian kehamilan (Rustam Mochtar, 1998) 2. Vagina (liang senggama) Vagina dan vulva akan mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan. 3. Ovarium Dengan terjadinya pengertian kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur pengertian kehamilan 16 minggu. 4. Payudara Payudara menjadi lebih besar, glandula Montgomery makin tampak, areola payudara makin hiperpigmentasi (menghitam), puting susu makin menonjol. 5. Sirkulasi darah Sel darah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim. Serum darah (volume darah) meningkat sebesar 2530% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% (Manuaba, 1998). 6. Berat badan ibu hamil bertambah Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu (Rustam Mochtar, 1998). c. Perubahan psikologis 1. Perubahan psikologis trimester I Segera setelah konsepsi kadar hormon estrogen dan progesterone pengertian kehamilan akan meningkat dan ini akan menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan menyebabkan membesarnya payudara. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang 6 hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama, karena perutnya masih kecil, pengertian kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya pada orang lain atau dirahasiakannya (PusDikNaKes, 2003). 2. Perubahan psikologis trimester II Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Ibu sudah menerima pengertian kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya bagi seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido. 3. Perubahan psikologis trimester III Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasakan takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. d. Kebutuhan ibu hamil 1. Kebutuhan ibu hamil trimester I a. Diet dalam pengertian kehamilan Ibu dianjurkan untuk makan makanan yang mudah dicerna dan makan makanan yang bergizi untuk menghindari adanya rasa mual dan muntah begitu pula nafsu makan yang menurun. Ibu hamil juga harus cukup minum 6-8 gelas sehari. 7 b. Pergerakan dan gerakan badan Ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan tetapi jangan terlalu lelah sehingga harus di selingi dengan istirahat. Istirahat yang dibutuhkan ibu 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. c. Personal Hygiene Ibu dianjurkan untuk untuk menjaga kebersihan badan untuk mengurangi kemungkinan infeksi, kebersihan gigi dan ganti pakaian minimal 2 x sehari. d. Seksual Pada umumnya diperbolehkan pada masa pengertian kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir pengertian kehamilan, sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan. Pada ibu yang mempunyai riwayat abortus, ibu dianjurkan untuk menunda sampai dengan 16 minggu karena pada waktu itu plasenta telah terbentuk. e. Ibu diberi imunisasi TT1 dan TT2 2. Kebutuhan ibu hamil trimester II a. Pakaian Menganjurkan ibu untuk mengenakan pakaian yang nyaman digunakan dan yang berbahan katun untuk mempermudah penyerapan keringat. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan sandal atau sepatu yang berhak tinggi karena dapat menyebabkan nyeri pada pinggang. b. Nutrisi Kebutuhan energi pada pengertian kehamilan trimester I memerlukan 100 kkal/hari (menjadi 1900-2000) kkal/hari). Selanjutnya pada trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat menjadi 300 kkal/hari, atau sama dengan mengkonsumsi tambahan 100gr daging ayam atau minum 2 gelas susu sapi cair. Idealnya kenaikan berat badan sekitar 500gr/minggu. Kebutuhan makan ibu hamil dengan berat badan normal per hari. 3. Kebutuhan ibu hamil trimester III a. Mempersilahkan kelahiran dan kemungkinan darurat 8 1. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk mempersiapkan rencana kelahiran termasuk mengidentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan. 2. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk: 3. Mengidentifikasi kemana harus pergi dan dan transportasi untuk mencapai tempat tersebut. 4. Mempersiapkan donor darah. 5. Mengadakan persiapan financial. 6. Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan pertama tidak ada ditempat. b. Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan 1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur 2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada servik. 3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya 4. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar dan pembukaan telah ada (Rustam Mochtar, 1998). 2.1.2 Asuhan Kehamilan Tujuan dari pemeriksaan pengertian kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC) tersebut adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu dan bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Standar pelayanan antenatal ada 14 T yaitu : 1. Timbang berat badan (T1) a. Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari trimester I sampai trimester II yang berkisar antara 9-13,5 kg. penimbangan berat badan mulai terimester III bertujusn untuk mengetahui 9 kenaikan berat badan setiap minggu, yaitu tergolong normal adalah 0,4-0,5 kg tiap minggu. b. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan. 2. Ukur Tekanan darah (T2) Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat . 30 mmHg atau tekanan distolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan pada diastolic pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat pre-eklamsi (Hanifah, 2005:92). 3. Nilai status gizi (T3) Nilai status gizi ibu dilihat dari peningkatan barat badan ibu dan kecukupan istirahat ibu, serta dilihat dari LILA ibu (Mandriwati, 2008:47). 4. Ukur (Tinggi) fundus uteri (T4) Tujuan pemerikasaan TFU mengunakan tehnik Mc.Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan umur kehamilan brdasarkan minggu, dan hasilnya bias dibandingkan dengan hasil anamnesis dari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan TFU dalam cm yang normal harus sama dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan berdasarkan HPHT (Mandriwati, 2008:83). 5. Presentasi kepala dan DJJ (T5) Dilakukanya pemeriksaan presentasi janin yaitu untuk mengetahui bagian terendah janin. Macamnya adalah presentasi puncak kepala, presentasi muka dan presentasi dahi. Dilakukanya pemeriksaan DJJ yaitu untuk mengetahui apakah bayi dalm keadaan sehat, bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya berkisar antara 120-160 kali / menit. Kalau bunyi jantung kurang dari 120 kali/menit. Atau lebih dari 160 kali/menit atau tidak teratur, janin dalam keadaan asfiksi (kekurangan oksigen) yang disebut gawat janin. 6. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap (T6) 10 Tabel 2.1 Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid Interval Imunisasi (selang waktu minim) % Lama perlindungan Perlindungan - - TT1 Pada antenatal kunjungan TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80 TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95 TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99 7. Pemberian Tablet zat besi (T7) Pemberian Tablet zat besiminimum 90 tablet selama kehamilan. 8. Tes terhadap penyakit menular seksual (T8) Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual sangat penting karena dapat membahayakan perkembangan janin bahkan kematian janin. Test laboratorium rutin (HB dan Protein), dilakukan pemeriksaan darah ibu hamil, yaitu untuk mengetahui Hb ibu hamil apakah ibu anemis atau tidak, sedangkan dilakukanya pemeriksaan urine pada ibu hamil yaitu untuk mengetahui apakah urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala pre-eklamsi (Mandriwati, 2008:54). 9. Tata laksana kasus (T9) Untuk mendeteksi apakah terdapat kegawat daruratan pada ibu hamil serta merencanakan penetalaksanaan kegawat daruratan tersebut (Saifudin, 2006:76). 10. Temu wicara koseling (T10) Temu wicara atau konseling sangat diperlukan karena dapat menjalin tertatalaksana asuhan yang bai selama kehamilan bahkan berlanjut pada asuhan intranatal, postnatal dan asuhan pada bayi baru lahir. Konseling yang perlu diberikan selama hamil meliputi : konseling mengenai kebutuhan nutrisi ibu hamil, senam ibu hamil, persiapan persalinan, tanda bahaya hamil. 11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11) 12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12) 13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13) 11 14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14) Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7T (Prawiroharjo,2002:88). Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama pengertian kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III (Saifuddin, 2002). Dengan antenatal care harus diusahakan agar : a. Wanita hamil sejak awal sampai akhir pengertian kehamilan kesehatan fisik maupun mental. b. Mengurangi penyulit-penyulit atau kelainan fisik dan psikologis serta menemukan dan mengobati secara dini. c. Persalinan berlangsung tanpa kesulitan dan anak yang dilahirkan sehat serta ibu dalam kondisi sehat pasca persalinan (Armi, 2006). 2.2 Persalinan 2.2.1 Pengertian Persalinan Persalinan merupakan proses pergerakan janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu. Persalinan adalah saat yang menegangkan, menggugah emosi, menyakitkan, dan meakutkan bagi ibu maupun keluarga (Rohani, 2014). Pada kehamilan akhir, perubahan produksi hormon menyebabkan relaksasi ligamen dan tulang rawan pada sendi panggul, memungkinkan mobilitas yang lebih tinggi pada sendi sakro ilika dan simfisis pubis. Mobilitas panggul memungkinkan perubahan bentuk dan ukuran panggul yang tidak kentara, sehingga dapat memfasilitasi posisi optimal kepala janin pada kala I, yaitu gerakan-gerakan utama fleksi, rotasi interna dan penurunan janin pada kala II (Simkin, 2005). 12 1. Fisiologis Persalinan Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan : a. Teori Penurunan Progesteron Penuaan plasenta telah dimulai sejak usia pengertian kehamilan 30-60 minggu sehingga terjadi penurunan konsentrasi progesteron dan estrogen pada saat hamil, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron yang menimbulkan kontraksi Braxton Hicks, yang selanjutnya akan bertindak sebagai kontraksi persalinan. Kenyataan menunjukkan bahwa saat menjelang persalinan, tidak terjadi penurunan konsentrasi progesteron. b. Teori Oksitosin Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim sehingga mudah terstimulasi saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus atau minimal melakukan kerjasama. c. Teori Keregangan Otot Rahim Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban sehingga keregangan otot rahim makin pendek dan kekuatan untuk berkontraksi makin meningkat. d. Teori Janin Sinyal yang diarahkan pada maternal sebagai tanda bahwa janin telah siap lahir, belum diketahui dengan pasti. Kenyataan menunjukkan, bila terdapat anomaly hubungan hipofisis dan kelenjar supraneal, persalinan akan menjadi lebih lambat. Diduga bahwa keutuhan hipofisis dan glandula suprarenal sangat penting walaupun bentuk diketahui bentuk sinyalnya. e. Teori Prostaglandin Menjelang persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua. Diperkirakan bahwa terjadinya penurunan progesterone dapat memicu interleukin -1 untuk melakukan “hidrolisis gliserofosfolid” sehingga terjadi pelepasan, PGE2, dan PGF2 alfa. Terbukti 13 pula bahwa saat mulainya persalinan terdapat penimbunan dalam jumlah besar asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan amnion. Selain itu, terjadi pembentukan prostasiklin dalam miometrium desidua dan korion leave. Prostaglandin dapat melunakkan serviks dan merangsang kontraksi bila diberikan dalam bentuk infuse, per os, atau secara intra vaginal. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa proses mulainya persalinan merupakan proses yang kompleks dan paling dominan, tetapi merupakan inisiasi pertama yang masih belum diketahui dengan pasti. 2. Tahapan persalinan a. Kala I Dapat dinyatakan partus lama dimana bila timbulnya his wanita tersebut mengeluarkan lendir darah (blood show). Lendir ini berasal dari lendir kanalis serviks karena servik mulai membuka tau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berad pada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika servik membuka. Proses pembukaanya servik sebagai akibat his dibagi 2 fase, yaitu 1. Fase laten Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. 2. Fase Aktif Dibagi dalam 3 fase yaitu : a. Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm. b. Fase dilatasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. c. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi pembukaan lengkap (Sarwono, 2007). 14 b. Kala II Kala II persalinan adalah di mulai dengan dilatasi lengkap servik di akhiri dengan kelahiran bayi. (Varney, 2008). Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan (Wiknjosastro, 2007). c. Kala III Kala III adalah setelah plasenta lahir, uterus teraba keras dengan fundus diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 jam sampai 15 menit setela bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (Wiknjosastro, 2007). Tujuan manajemen adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah pada kala III persalinan jika dibandingakan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan Kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensi plasenta, yang yang sebenarnya dapat di cegah dengan melakukan manajemen aktif kala III (APN, 2008:123). Fisiologi persalinan kala III yaitu otot uterus ( miometrium ) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurnagnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat peerlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina (APN, 2007:123). 15 Tanda dan Gejala Kala II persalinan : 1. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi. 2. Ibu merasakan adanya peningkatan pada rektum dan vaginanya. 3. Perineum menonjol. 4. Vulva-vagina dan spingter ani membuka. 5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang hasilnya adalah : 1. Pembukaan serviks telah lengkap, atau 2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (APN, 2007:75-76). d. Kala IV Kala IV yaitu disebut kala pemantuan atau untuk mengamati apakah ada perdarahan postpartum (Wiknjosastro, 2007). Dalam kala IV yang harus dipantau kontraksi uterus, tinggi fundus, perdarahan, dan mengevaluasi kondisi ibu secara umum (APN, 2007:137). 2.2.2 Asuhan Persalinan Asuhan persalinan dibagi di dalam 4 kala, sebagai berikut (Rohani, 2014) : 1. Kala I Asuhan yang diberikan adalah memonitor kemajuan persalinan dengan partograf, memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan posisi dan tindakan yang menyenangkan ibu, menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu, membuat rujukan jika terjadi keadaan yang abnormal. 2. Kala II Asuhan yang diberikan antara lain evaluasi kontinu kesejahteraan terhadap ibu, terhadap janin, dan kemajuan persalinan, perawatan tubuh wanita, pendamping persalinan, persiapan kelahiran, penatalaksanaan kelahiran. 3. Kala III Asuhan pada kala ini adalah melakukan pengeluaran plasenta dengan 3 langkah, yaitu pemberian suntikan oksitosin, penegangan tali pusat terkendali 16 (PTT), dan masase fundus uteri, memeriksa plasenta, pemantauan kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, hygiene, dan vital sign, memperhatikan nutrisi dan istirahat ibu. 4. Kala IV Asuhan yang diberikan adalah evaluasi uterus, konsistensi, dan atonia; pemerisaan serviks, vagina, dan perineum; pemantauan dan evaluasi lanjut. Pemantauan kala IV dilakukan 6 kali dalam 2 jam, 4 kali dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama, dan 2 kali dilakukan setiap 30 menit pada jam kedua. 1. Kebutuhan Ibu Masa Persalinan Asuhan sayang ibu adalah pendamping persalinan, KIE, membantu ibu memilih posisi, mengajari cara meneran, dukungan psikologi dan pemberian nutrisi. Kebutuhan fisiologis adalah makan dan minum, oksigen, istirahat selama tidak ada his, BAB dan BAK, pertolongan persalinan yang berstandar. Kebutuhan rasa aman adalah memilih tempat dan penolong persalinan, informasi tentang proses persalinan, posisi yang dikehendaki ibu, pemantauan selama persalinan, intervensi yang diperlukan. Kebutuhan harga diri adalah merawat bayi sendiri dan menetekkan, asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu, pelayanan yang bersifat simpati dan empati, informasi bila akan melakukan tindakan, memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan. Kebutuhan aktualisasi diri adalah memilih tempat dan penolong persalinan yang diinginkan, memilih pendamping selama persalinan, bounding attachment, ucapan selamat atas kelahiran bayinya (Sumarah, dkk, 2009). 17 2.3 Masa Nifas 2.3.1 Pengertian Nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kadungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Masa nifas adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2012: 11). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada pengertian kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2006: 207). Nifas dibagi dalam 3 periode : a. Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. b. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lama 6-8 minggu. c. Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulan atau tahunan. 1. Perubahan fisiologis pada masa nifas a. Uterus 1. Pengerutan Rahim Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisisebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidus yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic ( layu/mati ). Perubahan ini diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi dimana TFU nya (tinggi fundus uteri 18 Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Uri lahir 2 jari bawah pusat 700 gram 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 300 gram 6 minggu Bertambah kecil 40-60 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram 2. Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya : a. Lokhea rubra/merah Lokhea ini keluar dari hari pertama sampai hari ke masa post partum. b. Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsungdari hari ke-4 sampai hari ke-7 post pastum. c. Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14. d. Lochea alba/putih Lochea ini mengandug leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum (Sulistyawati, 2009 : 76). 3. Perubahan pada servik Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak menganga seperti corong, segera setelah bayi baru lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapt mengadakan kontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara 19 korpus dan servik berbentuk semacam cincin. Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi baru lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, servik sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009 : 77). 4. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, sera peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam bebrapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol (Sulistyawati, 2009 : 77). 5. Sistem pencernaan Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyatap makananya dua jam setelah persalinan. Kalsium mat sangat penting untuk gigi pada kehamilan, masa nifas, dimana pada massa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, teruutama pada bayi yang dikandunganya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu pada massaa laktasi (Saleha, 2009 : 5). 6. Sistem perkemihan Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Pemeriksaan sistokopik segera setelah melahirkan menunjukan tidak saja edema dan hyperemia dinding kendung kemih, tetapi sering kali terdapat ekstavasai darah pada submukosa. Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang non patologis sejak pasca melahirkan sampai dua hari post partum agar dapat dikendalikan. Diuretis yang normal dimulia segera setelah bersalin sampai hari kelima setelah persalinan. Jumlah urine yang keluar dapat melebihi 3.000 ml perharinya. Hal ini diperkirakan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan peningkatan cairan ekstraseluler yang merupakan bagian 20 normal dari kehamilan. Selain itu juga di dapati adanya keringat yang banyak pada beberapa hari pertama setelah persalinan (Saleha, 2009 : 59). 7. Sistem muskuloskeletal Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament rotundum mengendur,sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat di atasi dengan latihan-latihan tartentu (Saleha, 2009:59). 8. Sistem endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada system endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut. 9. Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ke 3 persalinan,hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi asi dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. 10. Prolaktin Menurunya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormone ini beraperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin cepat tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang di tekan (Saleha, 2009 : 59). 11. Kadar estrogen Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI (Sulistyawati, 2009:80). 12. Tanda-tanda vital a. Suhu badan, 24 jam postpartum suhu badan akan naik sekitar (37,5-38oc) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, dan kelelahan. 21 b. Nadi, denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. c. Tekanan darah, biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum. d. Pernapasan, keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas. 2.3.2 Asuhan Masa Nifas Menurut Saifuddin, A.2009 kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir untuk mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi: 1. 6-8 jam setelah persalinan a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut. c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d. Pemberian ASI awal. e. Melakukan hubungan kasih saying antara ibu dan bayi baru lahir. f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir 2 jam setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 2. 6 hari setelah persalinan a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/perdarahan abnormal. c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat. 22 d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tandatanda penyakit. e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 3. 2 minggu setelah persalinan a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/perdarahan abnormal. c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tandatanda penyakit. e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 4. 6 minggu setelah persalinan a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayinya alami. b. Memberikan konseling untuk berKB secara dini. 1. Kebutuhan Dasar Masa Nifas a. Kebersihan diri 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. 2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai BAK/BAB. 3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalutnya setidaknya 2 kali sehari. 4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan seudah membersihkan daerah kelaminnya. 5. Jika ibu mempunyai luka episiotomy/laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. 23 b. Istirahat 1. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. 2. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahanlahan, serta untuk tidur siang/beristirahat selagi bayi tidur. 3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dan beberapa hal: a. Mengurangi jumlah ASI yang keluar b. Memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak perdarahan c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. c. Latihan 1. Diskusikan pentingnya pengembalian otot-otot perut dan dasar panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini akan menyebabkan otot perutnya menjadi kuat. 2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu. d. Gizi 1. Tambahkan 500 kalori setiap hari. 2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan dan vitamin yang cukup. 3. Minum secukupnya 3 liter setiap harinya. 4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari pasca salin. 5. Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) untuk bisa memberikan zat besi setidaknya selama 40 hari pasca salin. e. Perawatan payudara 1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering. 2. Menggunakan bra yang menyokong payudara. 3. Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum. Menyusui tetap dilakukan pada putting yang tidak lecet. 24 4. Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok. 5. Untuk menghilangkan nyeri dapat diminum paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam. f. Mobilsasi Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat. Tidur telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kanan dank e kiri. Untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli pada hari kedua diperbolehkan duduk dan jalan-jalan. g. Miksi Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing karena otot spingter ani ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi spingter ani selama persalinan juga karena adanya kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing dilakukan kateterisasi. h. Defekasi BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi, apabila keras dapat diberikan obat peroral atau perektal. Jika masih belum bisa dilakukan huknah. i. Seksualitas Secara fisik aman untuk memulai suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu/dua jari tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. 25 2.4 Bayi Baru Lahir 2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan lahir normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia 1 bulan. Bayi baru lahir fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Depkes RI, 2007). Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hamper pada semua sistem. 1. Fisiologi Bayi Baru Lahir a. Pernafasan Selama in utero fetus mendapatkan O2 dari pertukaran gas melalui plasenta, setelah bayi baru lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru. Sebelum terjadi pernafasan, bayi dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia (tidak bernafas) lebih lama karena ada kelanjutan “metabolism anaerobic” (metabolism tanpa O2). Rangsangan-rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama; 1. Tekanan mekanik dari torax sewaktu melewati jalan lahir 2. Rangsangan dingin di daerah muka yang dapat merangsang permulaan dari gerakan pernafasan 3. Penurunan tekanan O2 dan peningkatan tekanan O2 merangsang kemoreseptor pada sinus karotis (rangsangan kimia 4. Reflek defleksi kering brever Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk pengeluaran cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali. 26 b. Sistem peredaran darah Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk mengambil O2 dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan O2 ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim. Harus terjadi 2 peubahan besar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antata arteri paru-paru dan aorta. Dua peristawa yang mengubah tekanan dalam sisitem pembuluh darah: Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan rileksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru-paru. Meningkatkan sirkulasi ke paruparu mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan atrium kanan. Dengan peningkatan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup. c. Gangguan metabolisme karbohidrat Kadar gula darah tali psat yang 65mg/100ml akan menurun menjadi 50mg/100ml dalam waktu 2 jam setelah lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolism asam lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 150mg/100ml. Bila oleh karena sesuatu hal perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia. d. Suhu Bayi dijaga jangan sampai kedinginan atau kepanasan dan memandikan bayi ditunda paling sedikit 6 jam setelah lahir, lalu bayi diselimuti. f. Kulit 1. Mungkin tertutup dengan vernik kaseosa (lapisan lemak) 2. Mungkin mengelupas 3. Dahi dan punggung mungkin tertiutup dengan rambut halus (lanugo) 4. Pigmentasi kulit (merupakan kelainan yang mungkin ditemukan) 27 g. Feces Umur/hari ke 1 Uraian Gumpalan seperti lendir kental, panjang 2-5 cm Kental hitam dan melekat seperti air. Frekuensi/hari 1-2 kali 1-3 Macam Tinja Gumpalan Mekonium Mekonium 3-5 Peralihan Agak ingus. 6 kali 4-6 Bila minum ASI Merah, kuning seperti emas, lemas seperti tepung. 6-8 kali Bila minum PASI Kuning muda seperti tapal. 1-3 kali encer seperti 4-6 kali h. Berat badan Pertumbuhan berat badan penting diketahui dengan penimbangan untuk mengetahui keadaan selanjutnya apakah normal atau tidak pertumbuhan anak tersebut. Pada minggu pertama terjadi penurunan BB fisiologis tidak lebih dari 10% dari BB baru lahir, umur 1 tahun BBnya 3 X BB lahir. i. Mulai menghisap Bayi baru lahir diberikan ASI sesegera mungkin, semakin cepat semakin baik. ASI yang pertama keluar disebut kolostrum. j. Tali pusat 1. Saat pemotongan tali pusat Jika bayi asfiksia, langsung dipotong secepatnya. Jika bayi normal, ditunggu sampai berhenti berdenyut ± 30 detik, karena bayi masih mendapatkan transfuse darah dari bayi ibunya. 2. Panjang tali pusat sisa Klemlah tali pusat dengan 2 buah klem, klem 1 dipasang 3 cm dari umbilicus dan klem 2 dipasang 2 cm dari klem 1 kemudian tali pusat dipotong diantara kedua klem sehingga tali pusat tersisa 3-4 cm. 3. Pengikatan tali pusat Memakai Rubberband (plastic clips) bisa juga dengan benang kasur (pengikatan 2x). 4. Pencegahan terhadap infeksi 28 a. Tindakan aseptic: dengan betadine, dioleskan pada luka bekas pemotongan. b. Menutup tali pusat dengan kasa steril yang kering. 5. Pengamatan Mengawasi perdarahan yang terjadi. k. Refleks 1. Tonik neck reflek Gerakan spontan dari otot kuduk bayi normal 2. Rooting reflek (reflek mencari) Gerakan spontan untuk mencari (insting) 3. Moro reflek Gerakan spontan dari tangan dan kaki bayi yang disebabkan oleh adanya rangsangan-rangsangan. 4. Swallowing reflek (reflek menelan) 5. Staping reflek Suatu gerakan spontan dari reflek kaki apabila bayi tersebut diangkat dalam posisi berdiri, maka bayi akan mengangkat kakinya. 6. Sucking reflek Gerakan spontan untuk menghisap 7. Refleks babinski Suatu gerakan spontan dari jari-jari bila telapak kaki bayi digores maka keempat jarinya akan menggenggam dan ibu jari mengembang. 8. Reflek menggenggam Gerakan spontan dari tangan bayi untuk menggenggam. 29 2.4.2 Asuhan Pada Bayi Baru lahir 1. Asuhan bayi baru lahir Dalam 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan berikut: a. Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna kulit dan aktifitasnya b. Pertahankan suhu tubuh bayi c. Hindari memandikan bayi sedikitnya 6 jam setelah lahir d. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup 1. Pemeriksaan fisik bayi Ketika memeriksa bayi baru lahir, ingat hal-hal penting berikut: a. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi c. Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah dari kepala dan berlanjut secara sistemik menuju kaki. d. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut. e. Rekam hasil pengamatan. 30 2.5 Keluarga Berencana 2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana Pengertian keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP) dengan kematangan reproduksi pada perempuana usia 20 tahun keatas dan laki – laki umr 25 tahun keatas, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi.Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi. Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan). 1. Fisiologi Keluarga Berencana Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan pengertian kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari mencegah terjadinya pengertian kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. 31 Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki pengertian kehamilan (Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya pengertian kehamilan, usaha itudapat bersifat sementara dapat bersifat permanen (Prawirohardjo, 2008; 534). 2. Akseptor KB menurut sasarannya a. Fase menunda kehamilan Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR. b. Fase mengatur / menjarangkan kehamilan Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 - 4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3 - 4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan. c. Fase mengakhiri kesuburan / tidak hamil lagi Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil.Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengertian kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB (Pinem, 2009.). 32 2.5.2 Syarat - Syarat Kontrasepsi Sebagai usaha untuk mencegah pengertian kehamilan hendaknya kontrasepsi memiliki syarat - syarat sebagai berikut : a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya. b. Efek samping yang merugikan tidak ada. c. Lima kerjanya dapat diatur menurut keinginan. d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan. e. Tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya. f. Cara penggunaannya sederhana. g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas. h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri. 33