BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim
seorang wanita terhitung sejak hari pertama haid terakhir sampai bayinya
dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual
pada masa ovulasi atau masa subur (keadaan ketika rahim melepaskan sel telur
matang), dan sperma (air mani) pria pasangannya akan membuahi sel telur matang
wanita tersebut. Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan menempel pada
dinding rahim , lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280
hari) dalam rahim dalam kehamilan normal (Sari, 2013).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Dibagi menjadi 3 bagian ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan
triwulan pertama (sebelum 14 minggu), kehamilan triwulan kedua (antara 14-28
minggu), kehamilan triwulan ketiga (antara 28-36 minggu atau sesudah 36
minggu) (Mangkuji, 2012).
1. Fisiologi kehamilan
a.
Tanda-tanda kehamilan
1.
Gerakan janin dalam rahim
2.
a.
Terlihat atau teraba gerakan janin
b.
Teraba bagian-bagian janin
Denyut jantung janin
a.
Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi, alat dopler
b.
Dilihat dengan ultrasonografi
c.
Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi.
5
b. Perubahan fisiologis pada ibu hamil
1. Rahim atau uterus
Rahim yang besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan menjadi 1000
gram saat akhir pengertian kehamilan (Rustam Mochtar, 1998)
2. Vagina (liang senggama)
Vagina dan vulva akan mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.
3. Ovarium
Dengan terjadinya pengertian kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus
luteum
gravidarum
akan
meneruskan
fungsinya
sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur pengertian kehamilan 16
minggu.
4. Payudara
Payudara menjadi lebih besar, glandula Montgomery makin tampak, areola
payudara makin hiperpigmentasi (menghitam), puting susu makin
menonjol.
5. Sirkulasi darah
Sel darah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi pertumbuhan
janin dalam rahim. Serum darah (volume darah) meningkat sebesar 2530% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% (Manuaba, 1998).
6. Berat badan ibu hamil bertambah
Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama
hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu (Rustam
Mochtar, 1998).
c. Perubahan psikologis
1. Perubahan psikologis trimester I
Segera setelah konsepsi kadar hormon estrogen dan progesterone
pengertian kehamilan akan meningkat dan ini akan menyebabkan
timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan menyebabkan
membesarnya payudara. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu
mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang
6
hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu
diperhatikan dengan seksama, karena perutnya masih kecil, pengertian
kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya
pada orang lain atau dirahasiakannya (PusDikNaKes, 2003).
2. Perubahan psikologis trimester II
Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang lebih tinggi dan rasa
tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Ibu sudah menerima
pengertian kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan
pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat
merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya
bagi seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas
dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada
trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
3. Perubahan psikologis trimester III
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab
pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Seorang
ibu mungkin mulai merasakan takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
akan timbul pada waktu melahirkan. Disamping itu ibu mulai merasa sedih
karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan perhatian khusus
yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan
dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
d. Kebutuhan ibu hamil
1. Kebutuhan ibu hamil trimester I
a. Diet dalam pengertian kehamilan
Ibu dianjurkan untuk makan makanan yang mudah dicerna dan makan
makanan yang bergizi untuk menghindari adanya rasa mual dan muntah
begitu pula nafsu makan yang menurun. Ibu hamil juga harus cukup
minum 6-8 gelas sehari.
7
b. Pergerakan dan gerakan badan
Ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan tetapi jangan
terlalu lelah sehingga harus di selingi dengan istirahat. Istirahat yang
dibutuhkan ibu 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
c. Personal Hygiene
Ibu dianjurkan untuk untuk menjaga kebersihan badan untuk mengurangi
kemungkinan infeksi, kebersihan gigi dan ganti pakaian minimal 2 x
sehari.
d. Seksual
Pada umumnya diperbolehkan pada masa pengertian kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir pengertian kehamilan, sebaiknya
dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan. Pada
ibu yang mempunyai riwayat abortus, ibu dianjurkan untuk menunda
sampai dengan 16 minggu karena pada waktu itu plasenta telah terbentuk.
e. Ibu diberi imunisasi TT1 dan TT2
2. Kebutuhan ibu hamil trimester II
a. Pakaian
Menganjurkan ibu untuk mengenakan pakaian yang nyaman digunakan
dan yang berbahan katun untuk mempermudah penyerapan keringat.
Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan sandal atau sepatu yang
berhak tinggi karena dapat menyebabkan nyeri pada pinggang.
b. Nutrisi
Kebutuhan energi pada pengertian kehamilan trimester I memerlukan 100
kkal/hari (menjadi 1900-2000) kkal/hari). Selanjutnya pada trimester II
dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat menjadi 300
kkal/hari, atau sama dengan mengkonsumsi tambahan 100gr daging ayam
atau minum 2 gelas susu sapi cair. Idealnya kenaikan berat badan sekitar
500gr/minggu. Kebutuhan makan ibu hamil dengan berat badan normal
per hari.
3. Kebutuhan ibu hamil trimester III
a. Mempersilahkan kelahiran dan kemungkinan darurat
8
1. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk
mempersiapkan rencana kelahiran termasuk mengidentifikasi penolong
dan tempat persalinan, serta perencanaan tabungan untuk mempersiapkan
biaya persalinan.
2. Bekerja
sama
dengan
ibu,
keluarganya
dan
masyarakat
untuk
mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk:
3. Mengidentifikasi kemana harus pergi dan dan transportasi untuk mencapai
tempat tersebut.
4. Mempersiapkan donor darah.
5. Mengadakan persiapan financial.
6. Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan
pertama tidak ada ditempat.
b. Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar dan pembukaan telah ada
(Rustam Mochtar, 1998).
2.1.2 Asuhan Kehamilan
Tujuan dari pemeriksaan pengertian kehamilan yang disebut dengan Ante
Natal Care (ANC) tersebut adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu dan bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya
dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam
jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan.
Standar pelayanan antenatal ada 14 T yaitu :
1. Timbang berat badan (T1)
a. Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil
dihitung dari trimester I sampai trimester II yang berkisar antara 9-13,5 kg.
penimbangan berat badan mulai terimester III bertujusn untuk mengetahui
9
kenaikan berat badan setiap minggu, yaitu tergolong normal adalah 0,4-0,5
kg tiap minggu.
b. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor
resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan.
2.
Ukur Tekanan darah (T2)
Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat . 30 mmHg
atau tekanan distolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat
selama 30 menit. Tekanan pada diastolic pada trimester kedua yang lebih dari
85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat pre-eklamsi (Hanifah, 2005:92).
3. Nilai status gizi (T3)
Nilai status gizi ibu dilihat dari peningkatan barat badan ibu dan kecukupan
istirahat ibu, serta dilihat dari LILA ibu (Mandriwati, 2008:47).
4. Ukur (Tinggi) fundus uteri (T4)
Tujuan
pemerikasaan
TFU
mengunakan
tehnik
Mc.Donald
adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan umur kehamilan brdasarkan
minggu, dan hasilnya bias dibandingkan dengan hasil anamnesis dari pertama
haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan TFU dalam cm
yang normal harus sama dengan umur kehamilan dalam minggu yang
ditentukan berdasarkan HPHT (Mandriwati, 2008:83).
5. Presentasi kepala dan DJJ (T5)
Dilakukanya pemeriksaan presentasi janin yaitu untuk mengetahui bagian
terendah janin. Macamnya adalah presentasi puncak kepala, presentasi muka
dan presentasi dahi. Dilakukanya pemeriksaan DJJ yaitu untuk mengetahui
apakah bayi dalm keadaan sehat, bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya
berkisar antara 120-160 kali / menit. Kalau bunyi jantung kurang dari 120
kali/menit. Atau lebih dari 160 kali/menit atau tidak teratur, janin dalam
keadaan asfiksi (kekurangan oksigen) yang disebut gawat janin.
6. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap (T6)
10
Tabel 2.1 Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid
Interval
Imunisasi
(selang waktu minim)
%
Lama
perlindungan
Perlindungan
-
-
TT1
Pada
antenatal
kunjungan
TT2
4 minggu setelah TT1
3 tahun
80
TT3
6 bulan setelah TT2
5 tahun
95
TT4
1 tahun setelah TT3
10 tahun
99
7. Pemberian Tablet zat besi (T7)
Pemberian Tablet zat besiminimum 90 tablet selama kehamilan.
8. Tes terhadap penyakit menular seksual (T8)
Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual sangat penting karena dapat
membahayakan
perkembangan
janin
bahkan
kematian
janin.
Test
laboratorium rutin (HB dan Protein), dilakukan pemeriksaan darah ibu hamil,
yaitu untuk mengetahui Hb ibu hamil apakah ibu anemis atau tidak, sedangkan
dilakukanya pemeriksaan urine pada ibu hamil yaitu untuk mengetahui apakah
urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala pre-eklamsi
(Mandriwati, 2008:54).
9. Tata laksana kasus (T9)
Untuk mendeteksi apakah terdapat kegawat daruratan pada ibu hamil serta
merencanakan
penetalaksanaan kegawat
daruratan tersebut
(Saifudin,
2006:76).
10. Temu wicara koseling (T10)
Temu wicara atau konseling sangat diperlukan karena dapat menjalin
tertatalaksana asuhan yang bai selama kehamilan bahkan berlanjut pada
asuhan intranatal, postnatal dan asuhan pada bayi baru lahir. Konseling yang
perlu diberikan selama hamil meliputi : konseling mengenai kebutuhan nutrisi
ibu hamil, senam ibu hamil, persiapan persalinan, tanda bahaya hamil.
11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)
12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)
13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)
11
14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis
malaria (T14)
Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat
dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7T (Prawiroharjo,2002:88).
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama pengertian
kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada
trimester III (Saifuddin, 2002).
Dengan antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sejak awal sampai akhir pengertian kehamilan kesehatan fisik
maupun mental.
b. Mengurangi penyulit-penyulit atau kelainan fisik dan psikologis serta
menemukan dan mengobati secara dini.
c. Persalinan berlangsung tanpa kesulitan dan anak yang dilahirkan sehat serta
ibu dalam kondisi sehat pasca persalinan (Armi, 2006).
2.2
Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses pergerakan janin, plasenta, dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi
serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan
yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat
sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk
pengeluaran janin dari rahim ibu. Persalinan adalah saat yang menegangkan,
menggugah emosi, menyakitkan, dan meakutkan bagi ibu maupun keluarga
(Rohani, 2014).
Pada kehamilan akhir, perubahan produksi hormon menyebabkan relaksasi
ligamen dan tulang rawan pada sendi panggul, memungkinkan mobilitas yang
lebih tinggi pada sendi sakro ilika dan simfisis pubis. Mobilitas panggul
memungkinkan perubahan bentuk dan ukuran panggul yang tidak kentara,
sehingga dapat memfasilitasi posisi optimal kepala janin pada kala I, yaitu
gerakan-gerakan utama fleksi, rotasi interna dan penurunan janin pada kala II
(Simkin, 2005).
12
1. Fisiologis Persalinan
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan :
a. Teori Penurunan Progesteron
Penuaan plasenta telah dimulai sejak usia pengertian kehamilan 30-60 minggu
sehingga terjadi penurunan konsentrasi progesteron dan estrogen pada saat
hamil, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron yang
menimbulkan kontraksi Braxton Hicks, yang selanjutnya akan bertindak
sebagai kontraksi persalinan. Kenyataan menunjukkan bahwa saat menjelang
persalinan, tidak terjadi penurunan konsentrasi progesteron.
b. Teori Oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim
sehingga mudah terstimulasi saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan
kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan pembentukan
prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus atau minimal melakukan
kerjasama.
c. Teori Keregangan Otot Rahim
Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban sehingga
keregangan otot rahim makin pendek dan kekuatan untuk berkontraksi makin
meningkat.
d. Teori Janin
Sinyal yang diarahkan pada maternal sebagai tanda bahwa janin telah siap
lahir, belum diketahui dengan pasti. Kenyataan menunjukkan, bila terdapat
anomaly hubungan hipofisis dan kelenjar supraneal, persalinan akan menjadi
lebih lambat. Diduga bahwa keutuhan hipofisis dan glandula suprarenal sangat
penting walaupun bentuk diketahui bentuk sinyalnya.
e. Teori Prostaglandin
Menjelang persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat meningkat pada
cairan amnion dan desidua. Diperkirakan bahwa terjadinya penurunan
progesterone dapat memicu interleukin -1 untuk melakukan “hidrolisis
gliserofosfolid” sehingga terjadi pelepasan, PGE2, dan PGF2 alfa. Terbukti
13
pula bahwa saat mulainya persalinan terdapat penimbunan dalam jumlah besar
asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan amnion. Selain itu, terjadi
pembentukan prostasiklin dalam miometrium desidua dan korion leave.
Prostaglandin dapat melunakkan serviks dan merangsang kontraksi bila
diberikan dalam bentuk infuse, per os, atau secara intra vaginal. Oleh karena
itu, dapat dikemukakan bahwa proses mulainya persalinan merupakan proses
yang kompleks dan paling dominan, tetapi merupakan inisiasi pertama yang
masih belum diketahui dengan pasti.
2. Tahapan persalinan
a. Kala I
Dapat dinyatakan partus lama dimana bila timbulnya his wanita tersebut
mengeluarkan lendir darah (blood show). Lendir ini berasal dari lendir kanalis
serviks karena servik mulai membuka tau mendatar. Sedangkan darahnya berasal
dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berad pada di sekitar kanalis servikalis itu
pecah karena pergeseran-pergeseran ketika servik membuka.
Proses pembukaanya servik sebagai akibat his dibagi 2 fase, yaitu
1. Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
2. Fase Aktif
Dibagi dalam 3 fase yaitu :
a. Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 2 jam pembukaan 3 cm
tadi menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi pembukaan lengkap (Sarwono, 2007).
14
b. Kala II
Kala II persalinan adalah di mulai dengan dilatasi lengkap servik di akhiri
dengan kelahiran bayi. (Varney, 2008).
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul,
maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan (Wiknjosastro, 2007).
c. Kala III
Kala III adalah setelah plasenta lahir, uterus teraba keras dengan fundus
diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 jam sampai 15 menit
setela bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri
(Wiknjosastro, 2007).
Tujuan manajemen adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah pada kala III persalinan jika dibandingakan dengan
penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan Kematian ibu di
Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar
disebabkan oleh atonia uteri dan retensi plasenta, yang yang sebenarnya dapat di
cegah dengan melakukan manajemen aktif kala III (APN, 2008:123).
Fisiologi persalinan kala III yaitu otot uterus ( miometrium ) berkontraksi
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurnagnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat peerlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding
uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam
vagina (APN, 2007:123).
15
Tanda dan Gejala Kala II persalinan :
1. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan pada rektum dan vaginanya.
3. Perineum menonjol.
4. Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif)
yang hasilnya adalah :
1. Pembukaan serviks telah lengkap, atau
2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (APN, 2007:75-76).
d. Kala IV
Kala IV yaitu disebut kala pemantuan atau untuk mengamati apakah ada
perdarahan postpartum (Wiknjosastro, 2007). Dalam kala IV yang harus dipantau
kontraksi uterus, tinggi fundus, perdarahan, dan mengevaluasi kondisi ibu secara
umum (APN, 2007:137).
2.2.2 Asuhan Persalinan
Asuhan persalinan dibagi di dalam 4 kala, sebagai berikut (Rohani, 2014) :
1. Kala I
Asuhan yang diberikan adalah memonitor kemajuan persalinan dengan
partograf, memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan posisi dan tindakan
yang menyenangkan ibu, menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu,
membuat rujukan jika terjadi keadaan yang abnormal.
2. Kala II
Asuhan yang diberikan antara lain evaluasi kontinu kesejahteraan terhadap
ibu, terhadap janin, dan kemajuan persalinan, perawatan tubuh wanita,
pendamping persalinan, persiapan kelahiran, penatalaksanaan kelahiran.
3. Kala III
Asuhan pada kala ini adalah melakukan pengeluaran plasenta dengan 3
langkah, yaitu pemberian suntikan oksitosin, penegangan tali pusat terkendali
16
(PTT), dan masase fundus uteri, memeriksa plasenta, pemantauan kontraksi,
robekan jalan lahir dan perineum, hygiene, dan vital sign, memperhatikan
nutrisi dan istirahat ibu.
4. Kala IV
Asuhan yang diberikan adalah evaluasi uterus, konsistensi, dan atonia;
pemerisaan serviks, vagina, dan perineum; pemantauan dan evaluasi lanjut.
Pemantauan kala IV dilakukan 6 kali dalam 2 jam, 4 kali dilakukan setiap 15
menit pada jam pertama, dan 2 kali dilakukan setiap 30 menit pada jam kedua.
1. Kebutuhan Ibu Masa Persalinan
Asuhan sayang ibu adalah pendamping persalinan, KIE, membantu ibu
memilih posisi, mengajari cara meneran, dukungan psikologi dan pemberian
nutrisi. Kebutuhan fisiologis adalah makan dan minum, oksigen, istirahat
selama tidak ada his, BAB dan BAK, pertolongan persalinan yang berstandar.
Kebutuhan rasa aman adalah memilih tempat dan penolong persalinan,
informasi tentang proses persalinan, posisi yang dikehendaki ibu, pemantauan
selama persalinan, intervensi yang diperlukan. Kebutuhan harga diri adalah
merawat
bayi
sendiri
dan
menetekkan,
asuhan
kebidanan
dengan
memperhatikan privasi ibu, pelayanan yang bersifat simpati dan empati,
informasi bila akan melakukan tindakan, memberikan pujian pada ibu terhadap
tindakan positif yang ibu lakukan. Kebutuhan aktualisasi diri adalah memilih
tempat dan penolong persalinan yang diinginkan, memilih pendamping selama
persalinan, bounding attachment, ucapan selamat atas kelahiran bayinya
(Sumarah, dkk, 2009).
17
2.3
Masa Nifas
2.3.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kadungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.
Masa nifas adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42
hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami
perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut
involusi (Maritalia, 2012: 11).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada pengertian kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2006:
207).
Nifas dibagi dalam 3 periode :
a. Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lama 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulan atau
tahunan.
1. Perubahan fisiologis pada masa nifas
a. Uterus
1. Pengerutan Rahim
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisisebelum
hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidus yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic ( layu/mati ). Perubahan
ini diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi dimana TFU nya
(tinggi fundus uteri
18
Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa
Involusi
Involusi
Tinggi Fundus Uterus
Berat Uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri lahir
2 jari bawah pusat
700 gram
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis
500 gram
2 minggu
Tidak teraba diatas simfisis
300 gram
6 minggu
Bertambah kecil
40-60 gram
8 minggu
Sebesar normal
30 gram
2. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea
dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
a. Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar dari hari pertama sampai hari ke masa post partum.
b. Lokhea sanguinolenta
Lokhea
ini
berwarna
merah
kecoklatan
dan
berlendir,
serta
berlangsungdari hari ke-4 sampai hari ke-7 post pastum.
c. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke-14.
d. Lochea alba/putih
Lochea ini mengandug leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
servik, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat berlangsung
selama 2-6 minggu post partum (Sulistyawati, 2009 : 76).
3. Perubahan pada servik
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak menganga seperti
corong, segera setelah bayi baru lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri
yang dapt mengadakan kontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara
19
korpus dan servik berbentuk semacam cincin. Muara servik yang berdilatasi
sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap.
Setelah bayi baru lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2
jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, servik
sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009 : 77).
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, sera peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam bebrapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih
menonjol (Sulistyawati, 2009 : 77).
5. Sistem pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyatap makananya dua jam
setelah persalinan. Kalsium mat sangat penting untuk gigi pada kehamilan,
masa nifas, dimana pada massa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium
karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, teruutama pada bayi yang
dikandunganya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu pada massaa
laktasi (Saleha, 2009 : 5).
6. Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan
kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Pemeriksaan
sistokopik segera setelah melahirkan menunjukan tidak saja edema dan
hyperemia dinding kendung kemih, tetapi sering kali terdapat ekstavasai darah
pada submukosa. Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang
non patologis sejak pasca melahirkan sampai dua hari post partum agar dapat
dikendalikan. Diuretis yang normal dimulia segera setelah bersalin sampai
hari kelima setelah persalinan. Jumlah urine yang keluar dapat melebihi 3.000
ml perharinya. Hal ini diperkirakan merupakan salah satu cara untuk
menghilangkan peningkatan cairan ekstraseluler yang merupakan bagian
20
normal dari kehamilan. Selain itu juga di dapati adanya keringat yang banyak
pada beberapa hari pertama setelah persalinan (Saleha, 2009 : 59).
7. Sistem muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu
kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligament rotundum mengendur,sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia
jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat di atasi dengan
latihan-latihan tartentu (Saleha, 2009:59).
8. Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada system
endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut.
9. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ke 3
persalinan,hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi,sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi asi dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
10. Prolaktin
Menurunya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitary
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormone ini beraperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin cepat tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang di tekan (Saleha, 2009 : 59).
11. Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga
aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar
mamae dalam menghasilkan ASI (Sulistyawati, 2009:80).
12. Tanda-tanda vital
a. Suhu badan, 24 jam postpartum suhu badan akan naik sekitar (37,5-38oc)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, dan kelelahan.
21
b. Nadi, denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-80 x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.
c. Tekanan darah, biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi
pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
d. Pernapasan, keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas.
2.3.2 Asuhan Masa Nifas
Menurut Saifuddin, A.2009 kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali untuk
menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir untuk mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi:
1. 6-8 jam setelah persalinan
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga,
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan kasih saying antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir 2 jam setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2. 6 hari setelah persalinan
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat.
22
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tandatanda penyakit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. 2 minggu setelah persalinan
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tandatanda penyakit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4. 6 minggu setelah persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayinya
alami.
b. Memberikan konseling untuk berKB secara dini.
1. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
a. Kebersihan diri
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan belakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihkan diri setiap kali
selesai BAK/BAB.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalutnya setidaknya 2 kali sehari.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
seudah membersihkan daerah kelaminnya.
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomy/laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
23
b. Istirahat
1. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahanlahan, serta untuk tidur siang/beristirahat selagi bayi tidur.
3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dan beberapa hal:
a. Mengurangi jumlah ASI yang keluar
b. Memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
c. Latihan
1. Diskusikan pentingnya pengembalian otot-otot perut dan dasar panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini akan menyebabkan
otot perutnya menjadi kuat.
2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu.
d. Gizi
1. Tambahkan 500 kalori setiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
dan vitamin yang cukup.
3. Minum secukupnya 3 liter setiap harinya.
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40
hari pasca salin.
5. Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) untuk bisa memberikan zat besi
setidaknya selama 40 hari pasca salin.
e. Perawatan payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2. Menggunakan bra yang menyokong payudara.
3. Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum. Menyusui tetap dilakukan
pada putting yang tidak lecet.
24
4.
Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
5.
Untuk menghilangkan nyeri dapat diminum paracetamol 1 tablet setiap 4-6
jam.
f. Mobilsasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat. Tidur telentang selama 8
jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kanan dank e kiri. Untuk
mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli pada hari kedua
diperbolehkan duduk dan jalan-jalan.
g. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing karena otot spingter ani ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi spingter ani selama persalinan juga karena adanya kandung
kemih penuh dan wanita sulit kencing dilakukan kateterisasi.
h. Defekasi
BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit BAB dan
terjadi obstipasi, apabila keras dapat diberikan obat peroral atau perektal. Jika
masih belum bisa dilakukan huknah.
i. Seksualitas
Secara fisik aman untuk memulai suami istri begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu/dua jari tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
25
2.4
Bayi Baru Lahir
2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang
ibu melalui jalan lahir normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia 1
bulan. Bayi baru lahir fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42
minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Depkes RI, 2007).
Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai
dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ
hamper pada semua sistem.
1. Fisiologi Bayi Baru Lahir
a. Pernafasan
Selama in utero fetus mendapatkan O2 dari pertukaran gas melalui plasenta,
setelah bayi baru lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru. Sebelum terjadi
pernafasan, bayi dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia (tidak
bernafas) lebih lama karena ada kelanjutan “metabolism anaerobic” (metabolism
tanpa O2).
Rangsangan-rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama;
1. Tekanan mekanik dari torax sewaktu melewati jalan lahir
2. Rangsangan dingin di daerah muka yang dapat merangsang permulaan dari
gerakan pernafasan
3. Penurunan tekanan O2 dan peningkatan tekanan O2 merangsang kemoreseptor
pada sinus karotis (rangsangan kimia
4. Reflek defleksi kering brever
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk pengeluaran cairan
dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama
kali.
26
b. Sistem peredaran darah
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk
mengambil O2 dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan O2
ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar
rahim. Harus terjadi 2 peubahan besar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium
jantung dan penutupan duktus arteriosus antata arteri paru-paru dan aorta. Dua
peristawa yang mengubah tekanan dalam sisitem pembuluh darah: Pada saat tali
pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan rileksasi dan
terbukanya system pembuluh darah paru-paru. Meningkatkan sirkulasi ke paruparu mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan atrium kanan.
Dengan peningkatan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup.
c. Gangguan metabolisme karbohidrat
Kadar gula darah tali psat yang 65mg/100ml akan menurun menjadi
50mg/100ml dalam waktu 2 jam setelah lahir, energi tambahan yang diperlukan
neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolism asam
lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 150mg/100ml. Bila oleh karena
sesuatu hal perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan
pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus,
maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia.
d. Suhu
Bayi dijaga jangan sampai kedinginan atau kepanasan dan memandikan bayi
ditunda paling sedikit 6 jam setelah lahir, lalu bayi diselimuti.
f. Kulit
1. Mungkin tertutup dengan vernik kaseosa (lapisan lemak)
2. Mungkin mengelupas
3. Dahi dan punggung mungkin tertiutup dengan rambut halus (lanugo)
4. Pigmentasi kulit (merupakan kelainan yang mungkin ditemukan)
27
g. Feces
Umur/hari ke
1
Uraian
Gumpalan seperti lendir
kental, panjang 2-5 cm
Kental
hitam
dan
melekat seperti air.
Frekuensi/hari
1-2 kali
1-3
Macam Tinja
Gumpalan
Mekonium
Mekonium
3-5
Peralihan
Agak
ingus.
6 kali
4-6
Bila minum ASI
Merah, kuning seperti
emas, lemas seperti
tepung.
6-8 kali
Bila minum PASI
Kuning muda seperti
tapal.
1-3 kali
encer
seperti
4-6 kali
h. Berat badan
Pertumbuhan berat badan penting diketahui dengan penimbangan untuk
mengetahui keadaan selanjutnya apakah normal atau tidak pertumbuhan anak
tersebut. Pada minggu pertama terjadi penurunan BB fisiologis tidak lebih dari
10% dari BB baru lahir, umur 1 tahun BBnya 3 X BB lahir.
i. Mulai menghisap
Bayi baru lahir diberikan ASI sesegera mungkin, semakin cepat semakin
baik. ASI yang pertama keluar disebut kolostrum.
j. Tali pusat
1. Saat pemotongan tali pusat
Jika bayi asfiksia, langsung dipotong secepatnya. Jika bayi normal,
ditunggu sampai berhenti berdenyut ± 30 detik, karena bayi masih
mendapatkan transfuse darah dari bayi ibunya.
2. Panjang tali pusat sisa
Klemlah tali pusat dengan 2 buah klem, klem 1 dipasang 3 cm dari
umbilicus dan klem 2 dipasang 2 cm dari klem 1 kemudian tali pusat
dipotong diantara kedua klem sehingga tali pusat tersisa 3-4 cm.
3. Pengikatan tali pusat
Memakai Rubberband (plastic clips) bisa juga dengan benang kasur
(pengikatan 2x).
4. Pencegahan terhadap infeksi
28
a. Tindakan aseptic: dengan betadine, dioleskan pada luka bekas
pemotongan.
b. Menutup tali pusat dengan kasa steril yang kering.
5. Pengamatan
Mengawasi perdarahan yang terjadi.
k. Refleks
1. Tonik neck reflek
Gerakan spontan dari otot kuduk bayi normal
2. Rooting reflek (reflek mencari)
Gerakan spontan untuk mencari (insting)
3. Moro reflek
Gerakan spontan dari tangan dan kaki bayi yang disebabkan oleh adanya
rangsangan-rangsangan.
4. Swallowing reflek (reflek menelan)
5. Staping reflek
Suatu gerakan spontan dari reflek kaki apabila bayi tersebut diangkat
dalam posisi berdiri, maka bayi akan mengangkat kakinya.
6. Sucking reflek
Gerakan spontan untuk menghisap
7. Refleks babinski
Suatu gerakan spontan dari jari-jari bila telapak kaki bayi digores maka
keempat jarinya akan menggenggam dan ibu jari mengembang.
8. Reflek menggenggam
Gerakan spontan dari tangan bayi untuk menggenggam.
29
2.4.2 Asuhan Pada Bayi Baru lahir
1. Asuhan bayi baru lahir
Dalam 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah
asuhan berikut:
a. Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna kulit dan aktifitasnya
b. Pertahankan suhu tubuh bayi
c. Hindari memandikan bayi sedikitnya 6 jam setelah lahir
d. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus
tertutup
1. Pemeriksaan fisik bayi
Ketika memeriksa bayi baru lahir, ingat hal-hal penting berikut:
a. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan
dan bertindak lembut pada saat menangani bayi
c. Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah dari kepala dan berlanjut
secara sistemik menuju kaki.
d. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut.
e. Rekam hasil pengamatan.
30
2.5
Keluarga Berencana
2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana
Pengertian keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP) dengan kematangan reproduksi pada perempuana usia 20 tahun
keatas dan laki – laki umr 25 tahun keatas, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki
mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.
Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang
reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek
lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak
lagi.Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode
kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan
tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu
metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma;
metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode
kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun
berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi
(pembuahan).
1. Fisiologi Keluarga Berencana
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan pengertian kehamilan.
Maksud dari konsepsi adalah menghindari
mencegah terjadinya pengertian
kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
31
Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang
membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks
dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki
pengertian kehamilan (Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk
mencegah terjadinya pengertian kehamilan, usaha itudapat bersifat sementara
dapat bersifat permanen (Prawirohardjo, 2008; 534).
2. Akseptor KB menurut sasarannya
a. Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang
istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia
yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria
kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang
tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%.
Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak,
serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah
pil KB, AKDR.
b. Fase mengatur / menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2
- 4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas
tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat
dipakai 3 - 4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
c. Fase mengakhiri kesuburan / tidak hamil lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil.Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi
yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pengertian kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan
anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB (Pinem, 2009.).
32
2.5.2 Syarat - Syarat Kontrasepsi
Sebagai usaha untuk mencegah pengertian kehamilan hendaknya kontrasepsi
memiliki syarat - syarat sebagai berikut :
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. Efek samping yang merugikan tidak ada.
c. Lima kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e. Tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama
pemakaiannya.
f. Cara penggunaannya sederhana.
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri.
33
Download