Bab I Pendahuluan

advertisement
Bab I Pendahuluan
I.1
Latar Belakang Penelitian
Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM)
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena
terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditandai
dengan hiperglikemia kronis akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.(1,2) Berdasarkan jenis penyebabnya, World Health Organization
(WHO) mengakui tiga bentuk DM, yaitu DM tipe 1 yang disebabkan kurangnya
produksi hormon insulin yang sangat diperlukan oleh tubuh dalam proses
pengubahan gula menjadi tenaga, DM tipe 2 yang disebabkan kurangnya reseptor
insulin, serta DM gestasional yang terjadi pada wanita hamil dan disebabkan oleh
kombinasi antara produksi hormon insulin yang tidak cukup dengan kurangnya
reseptor dari hormon insulin itu sendiri.(3) Berbagai kondisi yang demikian itu
mengakibatkan terjadinya hiperglikemia, yaitu meningkatnya kadar gula dalam
darah atau terdapatnya kandungan gula dalam air kencing.(4)
Penderita penyakit DM tidak jarang harus meninggal pada usia muda. Pada tahun
1921, dua orang ahli bedah asal Inggris yaitu Frederick Grant Banting dan Charles
Herbert Best berhasil menemukan insulin. Dengan bantuan penambahan insulin
buatan, para penderita penyakit DM tipe 1 dapat hidup dengan lebih baik dan
dapat mencapai usia yang relatif normal.(4)
Menurut data WHO pada tahun 1990, kurang lebih 2% dari total penduduk dunia
merupakan penderita penyakit DM.(4) Sementara menurut penelitian epidemologi
yang telah dilaksanakan di Indonesia, kekerapan penyakit DM berkisar antara
1,5% sampai dengan 2,3%.(5) Dicantumkan dalam Diabetes Atlas (International
Diabetes Foundation) bahwa perkiraan penduduk Indonesia yang berusia di atas
20 tahun adalah sebanyak 125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar
4,6%, maka diperkirakan pada tahun 2000 pasien DM akan berjumlah 5,6 juta.
Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun
2020 nanti akan ada sebanyak 178 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas
1
20 tahun dan dengan prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan suatu jumlah
yang sangat besar yaitu 8,2 juta pasien DM.(6)
Kasus diabetes yang paling banyak dijumpai adalah DM tipe 2 atau diabetes
melitus yang tidak bergantung pada insulin (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus, NIDDM), yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan berupa
resistensi insulin.(6,7) DM tipe 2 ini meliputi lebih dari 90% populasi diabetes.
Penyebab utama DM tipe 2 adalah perubahan gaya hidup dan pola makan.(5)
Sementara kasus DM tipe 1 atau diabetes melitus yang bergantung pada insulin
(Insulin Dependent Diabetes Mellitus, IDDM), yang mempunyai latar belakang
berupa kurangnya insulin secara absolut akibat proses otoimun, tidak begitu
banyak ditemukan di Indonesia.(7)
Sampai saat ini, pemerintah Indonesia belum menempatkan masalah DM dalam
skala prioritas utama pelayanan kesehatan.(8) Padahal dampak negatifnya sudah
sangat jelas, yaitu penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama
akibat penyakit menahun yang ditimbulkannya.(7,9) Penurunan kualitas SDM akan
berdampak buruk pada produktivitas SDM, suatu hal yang sangat merugikan bagi
pembangunan Indonesia. Dengan demikian, semua pihak, baik masyarakat
maupun pemerintah, harus ikut serta dalam usaha penanggulangan masalah DM
ini.(6)
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam mengelola DM adalah dengan
pengelolaan non farmakologis, berupa edukasi, pengaturan pola makan dan
kegiatan jasmani. Jika dengan langkah-langkah tersebut pengendalian DM belum
mencapai
sasaran,
maka
dapat
dilanjutkan
dengan
pengelolaan
secara
farmakologis.(6,7)
Salah satu cara pengelolaan DM, dalam hal ini DM tipe 1, adalah dengan
pemberian insulin buatan, sehingga komplikasi akut pada penderita DM tipe 1
menjadi jarang timbul. Namun, komplikasi jangka panjang akibat pemberian
insulin buatan ini masih belum diketahui.(10) Selain kendala di atas, penggunaan
2
insulin buatan juga kurang menguntungkan karena harganya yang relatif mahal
sehingga diperlukan alternatif lain yang lebih praktis dan ekonomis. Hal ini
semakin diperparah dengan belum meratanya distribusi obat-obatan, khususnya ke
daerah-daerah pedesaan.(6) Dengan meningkatnya harga obat dan terbatasnya daya
beli masyarakat, maka menjadikan obat tradisional berkembang menjadi suatu
pilihan alternatif, misalnya dalam pengobatan DM ataupun sebagai tindakan
preventif terhadap suatu penyakit tertentu.(11)
Tanaman obat terbukti merupakan salah satu sumber bahan baku obat antidiabetes
karena mengandung senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas hipoglikemik
yang cukup memadai. Pengobatan tradisional, misalnya dengan terapi herbal,
tengah populer di kalangan masyarakat karena dinilai sebagai pengobatan yang
murah, praktis dan sedikit efek samping.(11) Oleh sebab itu, pengobatan tradisional
yang sudah dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya perlu terus
ditingkatkan dan dikembangkan untuk digunakan dalam mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat.(12)
Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dari berbagai literatur, salah satu
tanaman yang mempunyai khasiat sebagai antidiabetes yang saat ini tengah
dikembangkan budidayanya adalah tanaman Ficus carica L., yang disebut juga
sebagai tanaman tin atau ara. Shukla, et. al. (1994) melaporkan aktivitas
hipoglikemik dari ekstrak kulit batang tanaman Ficus bengalensis, suatu tanaman
yang masih satu marga dengan Ficus carica L., dengan hewan uji berupa kelinci
albino.(13) Sementara Perez, et. al. (1995) melaporkan aktivitas hipoglikemik dari
ekstrak daun tanaman Ficus carica L. dengan hewan uji berupa tikus.(14) Kedua
penelitian tersebut menyebutkan bahwa ekstrak dari masing-masing tanaman
dapat menurunkan kadar gula darah pada hewan uji yang sebelumnya sudah
diinduksi terlebih dahulu sehingga menderita penyakit DM.
Tanaman asal Timur Tengah ini sekarang telah menyebar sampai ke daratan
Eropa dan Amerika, dengan sebutan fig. Meski masih terhitung langka, tanaman
ini sudah masuk ke Indonesia. Tanaman tin yang berada di Indonesia berasal dari
3
Yordania. Di Indonesia, para kolektor yang mengoleksi dan membudidayakan
tanaman langka ini banyak yang tidak mengetahui sejarah dan asal usul tanaman
tin. Hal ini dapat dimaklumi karena tanaman tin bukan berasal dari Indonesia.(15)
Meskipun di Indonesia buah tin belum begitu dikenal sebagai buah konsumsi,
akan tetapi di luar negeri buah tin telah diproduksi dengan skala komersial. Buah
tin bisa diolah dengan cara diawetkan atau dikeringkan. Selain diawetkan, buah
tin dapat diolah menjadi sirup, selai, permen atau sebagai pelengkap hidangan
dalam berbagai resep masakan internasional. Pengolahan buah tin yang paling
populer adalah diawetkan. Jika diproduksi dan digarap secara serius, buah tin
Indonesia akan mampu bersaing dengan buah tin yang diproduksi oleh negara
asalnya. Hal ini disebabkan karena tanah Indonesia yang lebih subur, terlebih
mengingat tanaman tin masih satu famili dengan pohon beringin.(15)
Berbagai jenis vitamin, mineral dan serat yang sangat bermanfaat terkandung di
dalam buah tin. Minyak buah ini biasa dimanfaatkan sebagai pelindung kulit
dari sengatan hawa dingin dan panas. Selain itu, mengkonsumsi buah yang mirip
jambu batu ini secara teratur, menurut para pakar kesehatan, dapat membantu
membersihkan racun di dalam tubuh. Buah tin juga mengandung antioksidan yang
dapat mengikat senyawa karsinogen penyebab kanker, serta bebas kolesterol
sehingga sangat cocok dikonsumsi para penderita DM.(15) Karena khasiatnya yang
begitu banyak, maka dapat dipastikan bahwa tanaman tin akan menjadi tanaman
yang sangat prospektif pada masa yang akan datang.
Berpijak dari berbagai pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini akan
dilakukan penentuan aktivitas hipoglikemik ekstrak air buah tin (Ficus carica L.)
terhadap hewan uji tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.) yang
telah diinduksi dengan larutan aloksan monohidrat sehingga menderita penyakit
DM tingkat menengah (mildly diabetic rats), serta menguji efektivitasnya jika
dibandingkan dengan pemberian obat antidiabetes yang sudah beredar di pasaran,
melalui pengukuran kadar glukosa darah puasa (GDP), baik sebelum maupun
sesudah perlakuan.
4
I.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang harus dipecahkan dalam penelitian ini yaitu efek pemberian ekstrak
air buah tin (Ficus carica L.) dengan dosis yang bervariasi terhadap kadar glukosa
darah puasa hewan uji tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.) yang
diinduksi aloksan monohidrat, serta efektivitasnya jika dibandingkan dengan
pemberian metformin terhadap hewan uji yang sama.
I.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a.
Menilai efek ekstrak air buah tin (Ficus carica L.) terhadap kadar glukosa
darah puasa (GDP) hewan uji tikus putih jantan galur wistar (Rattus
norvegicus L.) yang telah diinduksi aloksan monohidrat.
b.
Membandingkan efek hipoglikemik ekstrak air buah tin (Ficus carica L.)
dengan efek metformin pada hewan uji tikus putih jantan galur wistar
(Rattus norvegicus L.) yang telah diinduksi aloksan monohidrat.
I.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis
maupun manfaat praktis.
Adapun manfaat teoretis yang dimaksud adalah:
a.
Memberikan informasi ilmiah tentang aktivitas hipoglikemik yang dimiliki
ekstrak air buah tin (Ficus carica L.) sehingga berguna bagi dunia
pengetahuan dan kesehatan.
b.
Mendorong pemanfaatan dan pengembangan obat-obat dari bahan alami
yang selanjutnya digunakan dalam terapi herbal sehingga dijadikan sebagai
obat alternatif bagi masyarakat dengan tingkat efek samping yang rendah.
c.
Menambah referensi dan bahan literatur dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya demi perkembangan ilmu pengetahuan.
5
Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan bahan
pertimbangan kepada masyarakat mengenai pemanfaatan tanaman tin (Ficus
carica L.) dan pengembangannya sebagai obat hipoglikemik oral alternatif dalam
pengelolaan diabetes melitus di Indonesia.
I.5
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam rangka mencapai tujuan yang telah disebutkan di atas, beberapa tahapan
yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu penelusuran pustaka yang melandasi
keseluruhan penelitian melalui berbagai sumber, persiapan alat dan bahan,
pembuatan ekstrak air buah tin (Ficus carica L.), perlakuan terhadap hewan uji,
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (GDP) sebelum dan sesudah perlakuan,
serta pengolahan dan evaluasi data sehingga diperoleh data aktivitas hipoglikemik
ekstrak buah tin (Ficus carica L.).
6
Download