SKRIPSI REAKSI-REAKSI 3-BROMOANILINA SURYANI CAHAYA PUTRI NRP. 1413 100 036 HALAMAN JUDUL Dosen Pembimbing Prof. Mardi Santoso, Ph.D. JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017 i THESIS REACTIONS OF 3-BROMOANILINE SURYANI CAHAYA PUTRI NRP. 1413 100 036 HALAMAN JUDUL Advisor Lecturer Prof. Mardi Santoso, Ph.D. CHEMISTRY DEPARTMENT FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017 ii REAKSI-REAKSI 3-BROMOANILINA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh: SURYANI CAHAYA PUTRI 1413 100 036 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017 iii LEMBAR PENGESAHAN REAKSI-REAKSI 3-BROMOANILINA SKRIPSI Oleh : SURYANI CAHAYA PUTRI 1413 100 036 Surabaya, 26 Januari 2017 Menyetujui, Pembimbing Tugas Akhir, Prof. Mardi Santoso, Ph.D NIP. 19650131 198910 1 001 Mengetahui, Ketua Jurusan Kimia, Prof. Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. NIP. 19710616 199703 1 002 iv REAKSI-REAKSI 3-BROMOANILINA Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing : Suryani Cahaya Putri : 1413100036 : Kimia ITS : Prof. Mardi Santoso, Ph.D Abstrak Senyawa-senyawa antikanker telah dikembangkan dari reaksi senyawa-senyawa aldehida dengan oksindola. Reaksi isatin dengan 2,5-dimetoksianilina (perbandingan mol 1:1) telah dikaji untuk mendapatkan 3-(2,5-dimetoksifenilimino)-1,3-dihidroindol2-on, tetapi diperoleh 3,3-bis(4-amino-2,5-dimetoksifenil)-1,3dihidroindol-2-on. Sebagai kesinambungan dari hasil penelitian tersebut, pada penelitian ini dikaji reaksi 5-nitroisatin dengan 3bromoanilina (perbandingan mol 1:1) dalam etanol dengan katalis asam asetat glasial. Hasil reaksi diperoleh 5-nitro-3-(3bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on dengan rendemen 14%, dan reaksi serupa dengan perbandingan mol 1:2,5 diperoleh hasil sintesis yang sama dengan rendemen 77%. Reaksi 5,7dibromoisatin dengan 3-bromoanilina dalam perbandingan mol 1:2,5 diperoleh 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3dihidroindol-2-on dengan rendemen 93%. Reaksi yang berlangsung dipantau dengan kromatografi lapis tipis, dan identifikasi struktur hasil reaksi dilakukan menggunakan spektrometer massa (ESI-MS), NMR (1H, 13C, DEPT-135), dan IR. Kata kunci : reaksi, 5-nitroisatin, 5,7-dibromoisatin, 3bromoanilina v REACTIONS OF 3-BROMOANILINA Student Name SIDN Department Advisor Lecturer : Suryani Cahaya Putri : 1413100036 : Chemistry ITS : Prof. Mardi Santoso, Ph.D Abstract In recent years, anticancer compounds have been developed via reaction of aldehydes with oxindoles. Reaction of isatin with 2,5-dimethoxyaniline with mole ratio 1:1 has been investigated to achieve 3-(2,5-dimethoxyphenylimino)-1,3dihydroindol-2-one, but the result showed that from this reaction was obtained 3,3-bis(4-amino-2,5-dimethoxyphenyl)-1,3dihydroindol-2-one. According to the studies, in this research carried out reaction of 5-nitroisatin with 3-bromoanilina over ethanol and acetic acid glacial catalyst was obtained 5-nitro-3-(3bromophenylimino)1,3-dihydroindol-2-one. The Result showed that at mole ratio 1:2,5 exhibited higher yield (77%) than at mole ratio 1:1 (14%).. Reaction of 5,7-dibromoisatin with 3bromoanilina at mole ratio 1:2,5 was obtained 5,7-dibromo-3-(3bromophenylimino)-1,3-dihydroindol-2-one with an 93% yield. The reactions were controlled by Thin Layer Chromatograph (TLC) and the structure of the compound were identified by mass apectrometer (ESI-MS), NMR (1H,13C,DEPT-135), and IR Keywords : reaction, 5-nitroisatin, 5,7-dibromoisatin, 3bromoaniline vi Karya ini ku persembahkan untuk Ayah, ibu, dan kakak-kakak tercinta Teman- teman A N O R T H I T E Anggota Lab NPCS Teman-teman HIMKA Sahabat 5cm tersayang vii KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan naskah tugas akhir yang berjudul “Reaksireaksi 3-bromoanilina”. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pengerjaan tugas akhir ini, yaitu: 1. Prof. Mardi Santoso, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah sabar memberikan arahan dan bimbingan selama proses pengerjaan tugas akhir ini. Terima kasih atas ilmu dan waktunya yang telah dibagikan selama ini. 2. Prof. Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Kimia atas fasilitas yang telah diberikan hingga naskah tugas akhir ini dapat terselesaikan. 3. Ir. Endang Purwanti Setyaningsih, M.T., selaku dosen wali atas saran, arahan dan motivasi yang telah diberikan. 4. Prof. Dr. Taslim Ersam, M.S., selaku Kepala Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Sintesis yang telah memberikan fasilitasnya sehingga pengerjaan tugas akhir ini berjalan dengan lancar. 5. Lidya Tumewu dari Lembaga Penyakit tropis Universitas Airlangga kampus C yang telah membantu dalam melakukan analisis menggunakan spektrometer NMR. 6. Kaliawan dari Laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang yang telah membantu dalam melakukan analisis menggunakan spektrometer massa (ESI). 7. Erfan Rofianto dari Laboratorium Instrumen Jurusan Kimia ITS yang telah membantu dalam melakukan anaisis menggunakan spetrometer IR. 8. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan menginspirasi penulis selama menempuh studi di kampus perjuangan ini. viii 9. Ayah, Ibu, dan Kakak-kakak yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi yang selalu dialirkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 10. Edwin Risky Sukandar, M.Sc., Healthy, M.Si., serta temanteman Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Sintesis yang telah membantu dan menemani penulis dalam pengerjaan tugas akhir selama satu semester ini. Terima kasih atas canda, tawa, semangat, saran, nasihat, dan pembelajaran yang telah dibagikan. 11. Teman-teman ANORTHITE, keluarga seperjuangan penulis selama menempuh studi di Jurusan Kimia. Semoga cerita indah kita tidak akan berakhir sampai disini. 12. Teman-teman HIMKA, yang memberikan semangat dan doa kepada penulis. Terima kasih atas pengalaman berharganya dalam berorganisasi. Penulis menyadari bahwa naskah tugas akhir ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Surabaya, 26 Januari 2017 Penulis ix DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... iv ABSTRAK .................................................................................... v ABSTRACT ................................................................................. vi KATA PENGANTAR................................................................ viii DAFTAR ISI ................................................................................. x DAFTAR GAMBAR .................................................................. xii DAFTAR TABEL ...................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................. 9 2.1 Isatin (7) dan Turunannya ......................................... 9 2.2 Anilina ..................................................................... 10 2.3 Reaksi Adisi Nukleofilik Keton .............................. 11 2.4 Pemurnian Hasil Sintesis ......................................... 12 2.5 Identifikasi Struktur Hasil Sintesis .......................... 13 2.5.1 Identifikasi Struktur dengan Spektroskopi NMR ... 13 2.5.2 Identifikasi Struktur dengan Spektroskopi Massa (ESI) ........................................................................ 15 2.5.3 Identifikasi Struktur dengan Spektroskopi Inframerah (IR) .......................................................................... 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................... 19 x 3.1 Alat dan Bahan ........................................................ 19 3.1.1 Alat ......................................................................... 19 3.1.2 Bahan ...................................................................... 19 3.2 Prosedur Penelitian .................................................. 19 3.2.1 Reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina .. 19 3.2.2 Reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina ..................................................................... 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................... 23 4.1 Reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina .... 23 4.2 Reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina ..................................................................... 32 BAB V KESIMPULAN ....................................................... 41 5.1 Kesimpulan.............................................................. 41 5.2 Saran ........................................................................ 41 DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 43 LAMPIRAN ................................................................................ 47 RIWAYAT PENULIS ................................................................. 53 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.2 Reaksi adisi nukleofilik oleh H2O ........................... 11 Gambar 2.3 Reaksi adisi nukleofilik oleh alkohol ...................... 11 Gambar 2.4 Reaksi adisi nukleofilik amina ................................ 12 Gambar 2.5 Data serapan pada spektrometer 1H-NMR .............. 14 Gambar 2.6 Data serapan pada spektrometer 13C-NMR ............. 14 Gambar 2.7 Mekanisme penyemprotan ESI MS ......................... 16 Gambar 2.8 Spektrum massa (ESI) senyawa tetrapeptida ........... 16 Gambar 4.1 Hasil pemantauan dengan KLT reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda A) ................ 23 Gambar 4.2 Hasil KLT terhadap endapan dan filtrat hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda A) ............................................................................ 24 Gambar 4.3 Hasil uji kemurnian dengan KLT terhadap hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda A) ............................................................................ 24 Gambar 4.4 Hasil pemantauan dengan KLT reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda B)................. 25 Gambar 4.5 Hasil KLT terhadap endapan dan filtrat hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda B) ............................................................................ 26 Gambar 4.6 Hasil uji kemurnian dengan KLT terhadap hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda B) ............................................................................ 26 Gambar 4.7 Hasil uji kemurnian dengan terhadap hasil reaksi 5nitroisatin (13) dan 3-bromoanilina (metoda A dan B)...................................................................... 27 Gambar 4.8 Spektrum massa hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina ........................................................ 29 xii Gambar 4.9 Spektrum 1H-NMR 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)1,3-dihidroindol-2-on (13) ...................................... 29 Gambar 4.10 Spektrum 13C-NMR 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)1,3-dihidroindol-2-on (13) ...................................... 30 Gambar 4.11 Spektrum DEPT-135 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)1,3-dihidroindol-2-on (13) ...................................... 30 Gambar 4.12 Spektrum inframerah 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)1,3-dihidroindol-2-on (13) ...................................... 31 Gambar 4.13 Usulan mekanisme reaksi pembentukan imina (13, 15) ........................................................................... 32 Gambar 4.14 Hasil pemantauan dengan KLT reaksi 5,7dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilin .............. 33 Gambar 4.15 Hasil uji KLT terhadap hasil reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina.................................... 34 Gambar 4.16 Hasil uji KLT terhadap hasil reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina setelah dicuci dengan etanol dingin ........................................................... 34 Gambar 4. 17 Hasil uji kemurnian dengan KLT terhadap hasil reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina ..................................................................... 35 Gambar 4.18 Spektrum massa hasil reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina ........................................... 37 Gambar 4.19 Spektrum 1H-NMR 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (15) hasil sintesis ..... 37 Gambar 4.20 Spektrum 13C-NMR 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (15) .......................... 38 Gambar 4.21 Spektrum DEPT-135 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (15) .......................... 38 Gambar 4.22 Spektrum IR 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3 -dihidroindol-2-on (15) ........................................... 39 xiii DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 4.1 Sitotoksitas isatin (7), 5-nitroisatin (13), 5,7dibromoisatin (14) terhadap sel kanker leukimia U937................................................................... Data sifat fisik isatin (7) dan turunannya (10,11)................................................................ Bioaktivitas isatin (7) dan turunannya (10,11) terhadap sel kanker leukimia U937..................... Data sifat fisik anilina dan turunannya................ Ion-ion molekul yang sering terbentuk pada spektrometer massa (ESI)................................... Puncak serapan gugus fungsi pada spektroskopi IR....................................................................... Data perbandingan m/z hasil pengukuran dan perhitungan........................................................ 6 8 9 10 14 16 34 xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, yang kemudian menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Kanker hingga saat ini menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Data WHO tahun 2013 mencatat insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta pada tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes RI, 2015). Pengobatan kanker dilakukan melalui pembedahan atau operasi, radioterapi dengan cara menyinari sel kanker dengan sinar radioaktif, dan kemoterapi dengan obat-obatan. Pengobatan secara kemoterapi dapat dikombinasikan dengan operasi atau radioterapi, tetapi toksisitas dan efek sampingnya memungkinkan dapat meracuni dan menghambat pertumbuhan sel-sel normal pada daerah organ yang terkena sel kanker. Penemuan obat yang lebih baik sangat diperlukan untuk menyembuhkan kanker yang lebih spesifik dan mengurangi adanya efek samping yang timbul (Harneti, 2009). Penemuan obat baru dengan cara pengembangan struktur induk yang telah diketahui aktivitasnya diyakini lebih efisien dan sederhana, sehingga pengembangan sintesis senyawa baru tersebut dapat memiliki aktivitas antikanker mendekati aktivitas senyawa aslinya atau lebih aktif (Husniati et al., 2008). Andreani et al. (2007) dalam mengembangkan senyawasenyawa anti kanker (leukimia, NSCLC, kolon, CNS, melanoma, ovarium, ginjal, prostat, dan payudara) baru hasil reaksi aldehida dengan oksindola. Reaksi-reaksi 2-kloroindolaldehida (1) dengan 1 oksindola (2), piperidina dalam metanol diperoleh senyawa (3a-p) dengan rendemen 35-85%. Pengujian bioaktivitas menunjukkan bahwa senyawa (3f) merupakan senyawa yang paling poten (Andreani et al., 2007). Kajian lebih lanjut pada reaksi-reaksi aldehida (4) dengan oksindola (5) pada kondisi yang serupa diperoleh senyawa (6a-z) dengan rendemen 45-55%. Bioaktivitas didapatkan bahwa senyawa (4v) merupakan senyawa yang paling poten (Andreani et al, 2008). R4 O R1 O R2 MeO O Cl + N R (1) Senyawa (3a) (3b) (3c) (3d) (3e) (3f) (3g) (3h) (3i) (3j) (3k) (3l) (3m) (3n) (3o) (3p) (1) 2 H N R3 N H R3 piperidina, MeOH R2 refluks 3-5 jam MeO R1 Cl R4 N (2) R H CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 Bn(1) 4Cl-Bn(2) 4Cl-Bn(2) 4Cl-Bn(2) 4Cl-Bn(2) H CH3 Bn(1) 4Cl-Bn(2) (3a-p) R1 H H Cl H H H H H Cl H H H H H H H R2 F H H Cl F OH OH F H Cl OH OH H H H H R3 H H H H H H CH3 H H H H CH3 CBR(3) CBR(3) CBR(3) CBR(3) R R4 H H H H H H H H H H H H CBR(3) CBR(3) CBR(3) CBR(3) Benzil, (2) 4-klorobenzil, (3) Cincin benzena terkondensasi R1 N O O y R2 N S piperidina, MeOH R + x O N N (4) Senyawa (6a) (6b) (6c) (6d) (6e) (6f) (6g) (6h) (6i) (6j) (6k) (6l) (6m) (6n) (6o) (6p) (6q) (6r) (6s) (6t) (6u) (6v) (6w) (6x) (6y) (6z) (1) R2 (5) x-y CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH3C=CH CH=CH CH=CH CH=CH CH=CH CH3C=N CH3C=N CH3C=N CH3C=N CH3C=N CH3C=N refluks 3-5 jam y N x R S R1 N (6a-z) R CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 2,5-DMPh(1) 2,5-DMPh(1) 2,5-DMPh(1) 2,5-DMPh(1) 4-Tol(2) 4-Tol(2) 4-Tol(2) 4-CPh(3) 4-CPh(3) 4-CPh(3) 4-CPh(3) 2,5-DMPh(1) 2,5-DMPh(1) 2,5-DMPh(1) 2,5-DMPh(1) CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 4-CPh(3) R1 H H CH3 CH3 CH3 H H H CH3 H H H H H H H H H CH3 CH3 H H H H CH3 H R2 F COOH H Cl OH OCH3 Cl OH OCH3 OCH3 Cl OH H OCH3 Cl OH Cl OH H OCH3 H OCH3 Cl OH OCH3 H 2,5-dimetoksifenil, (2) 4-metilfenil, (3) 4-klorofenil 3 Penelitian tersebut di atas dihasilkan senyawa dengan ikatan C=C pada unit C-3 oksindola dengan karbon pada unit yang lain. Sebagai kelanjutan penelitian tersebut, maka Andreani et al. (2010) mengkaji reaksi isatin (7) dengan 2,5-dimetoksianilina dengan perbandingan mol (1:1) yang bertujuan untuk mendapatkan 3-(2,5-dimetoksifenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (8), tetapi diperoleh 3,3-bis(4-amino-2,5-dimetoksifenil)-1,3-dihidroindol-2on (9) yang memiliki aktivitas antioksidan (Andreani et al, 2010). H N NH2 O O OMe OMe O + N H MeO NH2 MeO (7) H2N OMe (9) H N OMe O N MeO OMe (8) Gonzales et al. (2009) telah mengkaji hasil reaksi isatin (10) dengan anilina (11) menggunakan etanol dengan katalis asam asetat menghasilkan imina (12a-s) dengan dua isomer. Tetapi pengujian bioaktivitas hasil reaksi (12a-s) terhadap sel kanker belum dilaporkan (Gonzales et al., 2009). 4 NH2 O R2 N EtOH, O + O AcOH N N R1 (10) R3 R2 R1 (12a-s) R3 (11) Senyawa 12a 12b 12c 12d 12e 12f 12g 12h 12i 12j 12k 12l 12m 12n 12o 12p 12q 12r 12s R1 H CH3 H H CH3 H CH3 H H H H H CH3 H H H H H CH3 R2 H H I H H H H CH3 Br I NO2 H H CH3 Br I NO2 H H R3 H H H CH3 CH3 OCH3 OCH3 OCH3 OCH3 OCH3 OCH3 I I I I I I NO2 NO2 Vine et al. (2007) melaporkan bioaktivitas isatin (7), 5nitroisatin (13), dan 5,7-dibromoisatin (14) terhadap sel kanker leukimia U937. Data uji sitotoksitas sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa adanya gugus pensubtitusi nitro pada posisi C5 maupun bromo pada posisi C5 dan C7 pada cinicin isatin (7) dapat meningkatkan sitotoksitas (Vine et al., 2007). 5 O O Br O2N O O N H N H (13) Br (14) Tabel 1.1 Sitotoksitas isatin (7), 5-nitroisatin (13), 5,7dibromoisatin (14) terhadap sel kanker leukimia U937 Senyawa IC50 (mM) 565 (7) 132 (13) 10,5 (14) 1.2 Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina dapat diperoleh 3,3-bis(2-amino-4-bromofenil)-1,3-dihidroindol-2-on (15) atau 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (16) 2. Apakah reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina dapat diperoleh 3,3-bis(2-amino-4-bromofenil)-1,3-dihidroindol-2-on (17) atau 5,7-dibromo-3-(3-bromofenil-imino)-1,3dihidroindol-2-on (18) 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengungkap hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina dan 5,7dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina sebagai tahapan untuk mendapatkan senyawa-senyawa antikanker baru. 6 H N O NH2 O 2N N Br O2N H 2N O Br N H (15) Br (16) Br H N O NH2 Br N H 2N Br Br O Br N H Br (17) Br (18) 7 “Halaman ini sengaja dikosongkan” 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Isatin (7) dan Turunannya Isatin (1H-indol-2,3-dion) (7) adalah senyawa turunan indola (19) yang pertama kali ditemukan oleh Erdman dan Laurent pada tahun 1841 sebagai hasil oksidasi indigo (20) menggunakan asam nitrat dan asam kromat. Isatin (7) berwujud serbuk berwarna jingga dengan rumus molekul C8H5NO2 yang memiliki gugus karbonil pada C-2 dan C-3, data sifat fisik isatin (7) dan turunannya (13, 14) dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Sciencelab, 2013). Isatin (7) dapat ditemukan dalam tumbuhan genus Isatis, buah dari pohon cannon ball (Couroupita guianensis Aubl), hasil sekresi kelenjar parotid dari katak Bufo, serta pada kerang laut (Vine et al., 2013). O H N (19) N H N H O (20) Tabel 2.1 Data sifat fisik isatin (7) dan turunannya (13, 14) Rumus Titik leleh Senyawa Mr (g/mol) Wujud molekul (oC) Serbuk C8H5NO2 147,13 193-195 (7) jingga Serbuk C8H4N2O4 192,13 251 (13) kuning Serbuk C9H5NOBr2 302,94 200-210 (14) jingga 9 Isatin (7) dan turunannya menunjukkan bioaktivitas terhadap antikanker, antioksidan, dan antidepresan (Pakravanet al., 2013). Gugus pensubtitusi bromo dan nitro pada isatin (7) dapat meningkatkan bioaktivitas. Vine et al. (2007) telah mensintesis 5,7dibromoisatin (14) dari reaksi isatin (7) dengan bromina, dan 5nitroisatin (13) dari reaksi isatin (7) dengan kalium nitrat. Penelitian tersebut mendapatkan bahwa gugus bromo memberikan bioaktivitas yang lebih baik daripada gugus nitro terhadap sel kanker leukimia U937 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.2 (Vine et al., 2007). Tabel 2.2 Bioaktivitas isatin (7) dan turunannya (13, 14) terhadap sel kanker leukimia U937 Senyawa IC50 (µM) 56,5 (7) 132 (13) 10,5 (14) 2.2 Anilina Anilina (fenilamina atau aminobenzen) merupakan senyawa amina aromatis yang terdiri dari gugus fenil dengan satu atom hidrogen digantikan gugus amina primer. Anilina dan turunannya secara umum bereaksi mengikuti mekanisme substitusi elektrofilik, dimana sistem aromatisnya akan diserang dan digantikan oleh suatu elektrofil. Gugus NH2 pada anilina dan turunannya mengarahkan suatu elektrofil pada posisi orto atau para pada cincin aromatik. Anilina merupakan senyawa basa lemah dengan pKb = 9,37 (Hadiana, 2012). Data sifat fisik anilina dan turunannya dapat dilihat pada Tabel 2.3 (Sciencelab, 2013). 10 Tabel 2.3 Data sifat fisik anilina dan turunannya Rumus Mr Senyawa Wujud molekul (g/mol) Anilina C6H7N 93,13 Cair Larutan 3-Bromoanilina C6H6NBr 172,02 kuning 4-Bromo-2Kristal C6H5NBrCl 206,46 kloroanilina abu-abu Titik leleh (oC) -6 15-18 71 2.3 Reaksi Adisi Nukleofilik Keton Reaksi yang umum terjadi pada keton adalah reaksi adisi nukleofilik. Keton merupakan senyawa dengan gugus karbonil, yaitu gugus yang terbentuk dari ikatan rangkap karbon dengan oksigen. Reaksi adisi nukleofilik terjadi karena adanya nukleofil yang memiliki pasangan elektron bebas yang menyerang atom karbon dari gugus karbonil yang lebih elektropositif (McMurry, 2008). Nukleofil dapat berupa bermuatan negatif seperti ion hidroksi dan ion sianida, serta molekul netral seperti molekul air dan amina. O + H2O H+ OH OH Gambar 2.1 Reaksi adisi nukleofilik oleh H2O OR O H+ + R-OH OR Gambar 2.2 Reaksi adisi nukleofilik oleh alkohol Keton bereaksi dengan air membentuk molekul hidrat. Reaksi adisi nukleofilik oleh air berlangsung lama, tetapi dapat berlangsung lebih cepat dengan adanya katalis asam. Amina primer bereaksi dengan keton membentuk imina dengan ikatan rangkap 11 karbon dan nitrogen. Imina terbentuk dengan reaksi yang berlangsung bolak-balik (reversible) menggunakan katalis asam untuk mempercepat reaksi. O + RNH2 H+ NR Imina Gambar 2.3 Reaksi adisi nukleofilik amina 2.4 Pemurnian Hasil Sintesis Senyawa organik hasil sintesis pada umumnya belum murni yang disebabkan oleh adanya campuran dengan pelarut atau zat pengotor lain, sehingga untuk mendapatkan kemurnian perlu dilakukan metode pemurnian. Pemurnian dapat dilakukan dengan kromatografi dan rekristalisasi. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam yang berfungsi sebagai absorben dan fase gerak berupa pelarut yang berfungsi membawa senyawa dengan kepolaran yang sama (Ibnu et al., 2008). Kromatografi kolom dilakukan dengan mengaliri silika gel sebagai fase diam di dalam kolom menggunakan pelarut secara kontinyu. Eluen polar lebih melarutkan sampel dengan kepolaran yang sama dan akan mengisi pori-pori permukaan silika gel, sehingga sampel non polar akan turun ke bagian bawah kolom, dan akan tertampung sebagai fraksi-fraksi (Ibnu et al., 2008). Kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan lapisan lempeng aluminium yang dilapisi adsorben seperti silika gel sebagai media pemisahan, dan eluen sebagai fase gerak. Identifikasi senyawasenyawa yang terpisah menggunakan KLT didasarkan nilai Rf (Reterdation factor). Eluen akan membawa senyawa ke bagian atas plat yang ditandai munculnya noda-noda. KLT juga dapat digunakan untuk mengetahui kemurnian senyawa, noda tunggal 12 pada KLT menunjukan bahwa senyawa tersebut sudah murni (Underwood, 2001). Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan zat pengotornya. Konsentrasi total dari pengotor biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang akan dimurnikan, pada kondisi dingin konsentrasi pengotor yang rendah tetap dalam larutan sedangkan zat dengan konsentrasi lebih tinggi akan mengendap (Pinalia, 2011). 2.5 2.5.1 Identifikasi Struktur Hasil Sintesis Identifikasi Struktur dengan Spektroskopi NMR Spektroskopi NMR (Nuclear Magnetic Resonance) merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk menentukan struktur molekul organik. Metode ini dapat diterapkan pada senyawa organik yang sederhana sampai biopolimer yang sangat kompleks seperti protein dan asam nukleat. Spektroskopi NMR didasarkan pada penerapan gelombang radio oleh inti tertentu dalam molekul organik (Supratman, 2010; Robert, 2004). Spektroskopi NMR memberikan gambaran perbedaan sifat magnet dari berbagai inti yang ada dalam molekul. Spektra proton NMR (1H NMR) memberi informasi tentang jenis, jumlah hidrogen, dan lingkungan hidrogen dalam suatu molekul. Spektra karbon NMR (13C NMR) memberi informasi tentang jumlah sinyal karbon yang tergantung pada jumlah atom hidrogen yang terikat, jenis karbon, serta lingkungan elektronik yang mempengaruhi pergeseran kimia dari masing-masing atom karbon pada molekul senyawa organik (Supratman, 2010). Pengukuran spektra 1H dan 13C NMR umumnya menggunakan tetrametilsilan (TMS) sebagai senyawa standar. Hal 13 ini disebabkan proton dan karbon TMS sangat terlindungi dibanding sebagian besar senyawa organik, sehingga sinyal yang diperoleh biasanya muncul pada medan yang lebih rendah dari pada TMS (Supratman, 2010). Proton-proton senyawa organik pada umumnya menunjukkan serapan pada medan lemah terhadap TMS pada 0-10 ppm, sedangkan karbon-karbon akan menunjukkan serapan pada 0-240 ppm sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan 2.6 (Solomons, 2004). Jenis Hidrogen Pergeseran kimia (δ) Jenis hidrogen TMS Alkil (primer) Alkil (sekunder) Alkohol Alkil (tersier) Alkohol, eter Pergeseran kimia (δ) Alil Vinil Aril Metil keton Aldehid Metil aromatik Alkinil Asam karboksilat Alkil halida Intensitas Gambar 2.4 Data serapan pada spektrometer 1H-NMR aromatik aromatik Pergeseran Kimia (δ) Gambar 2.5 Data serapan pada spektrometer 13C-NMR 14 2.5.2 Identifikasi Struktur dengan Spektroskopi Massa (ESI) Spektrometri massa merupakan metode identifikasi yang ditujukkan untuk mendapatkan massa relatif suatu molekul (Cappiello, 2007). Electrospray Ionization (ESI) adalah salah satu metode ionisasi dalam spektrometri massa untuk mendapatkan ion molekul. Prinsip ESI adalah penyemprotan suatu aerosol sampel sehingga diperoleh ion molekul (Cappiello, 2007). ESI digunakan pada tekanan atmosfer sehingga sering disebut API (Atmospheric Pressure Ionization). Sampel yang diidentifikasi harus dalam bentuk larutan (biasanya dalam pelarut yang volatil) yang dimasukkan ke sumber ion melalui kapiler stainless steel (Silverstein et al., 2005). Proses kerjanya adalah ESI menggunakan energi listrik untuk membantu transfer ion dari larutan sampel menjadi fase gas sebelum sampel tersebut dianalisis ke dalam spektrometri massa. Jenis ion pada larutan dapat di analisis dengan ESI-MS dengan menaikkan sensitivitasnya. Senyawa netral akan dirubah menjadi ion dari larutan tersebut atau menjadi fase gas dengan protonasi atau kationisasi. Ion-ion yang sering terbentuk pada spektrometer massa (ESI) seperti dapat dilihat pada Tabel 2.4 (Waters, 2015). Gambar 2.8 adalah spektrum massa (ESI). Senyawa tetrapeptida tersusun dari asam valin, glisin, serin, dan glutamin (VGSE) yang menunjukkan puncak ion [M+1]+ pada m/z 391 dan ion natrium adduct [M+23]+ sebagai base peak (Silverstein et al., 2005). Tabel 2.4 Ion-ion molekul yang sering terbentuk pada spektrometer massa (ESI) Ion molekul positif Massa (m/z) [M+H]+ M+1 [M+NH4]+ M+18 [M+Na]+ M+23 [M+K]+ M+39 [M-H]M-1 15 Gambar 2.6 Mekanisme penyemprotan ESI MS Gambar 2.7 Spektrum massa (ESI) senyawa tetrapeptida 2.5.3 Identifikasi Struktur dengan Spektroskopi Inframerah (IR) Spektroskopi Inframerah (IR) merupakan metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dan jenis ikatan suatu molekul. Prinsip kerja dari spektroskopi IR adalah interaksi antara sinar radiasi elektromagnetik dengan materi yang mengakibatkan molekul mengalami vibrasi dengan penyerapan sinar pada panjang gelombang inframerah untuk meningkatkan energi vibrasi molekul. Frekuensi inframerah dinyatakan dalam satuan bilangan gelombang pada kisaran 4000-650 cm-1 (Pavia et al., 1990). Puncak serapan khas untuk tiap ikatan dalam molekul sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.5 (McMurry, 2008). 16 Tabel 2.5 Puncak serapan gugus fungsi pada spektroskopi IR Serapan Serapan Gugus fungsi Gugus fungsi -1 (cm ) (cm-1) C–H 2850- 2960 C–H (aromatik) 3030 =C–H 3020-3100 C=C (aromatik) 1660-2000 C=C 1640-1680 N–H 3300-3500 ≡C–H 3300 C–N 1030-1230 C≡C 2100-2260 C=O 1670-1780 C–Cl 600-800 O–H (asam) 2500-3100 C–Br 500-600 C≡N 2210-2260 O–H (alkohol) 3400-3650 NO2 1540 C–O 1050-1150 17 “Halaman ini sengaja dikosongkan” 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 3.1.1 Alat dan Bahan Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah kaca arloji, gelas chamber, pipa kapiler, gelas beker, gelas ukur, pipet tetes, neraca analitik CP 224S Sartorius, hotplate stirrer Cimarec, pengaduk magnetik, seperangkat alat refluks, termometer, seperangkat alat kromatografi kolom, lampu ultraviolet dengan λ 254 nm, rotary evaporator Buchi R-11, desikator, alat uji titik leleh Melting Point Apparatus Fischer John, spektrometer NMR Delta2_Nmr Jeol Resonance 400MHz, spektrometer massa (ESI) Thermo Scientific TSQ Vantage Triple State Quadrupole, FT-IR Shimadzu 8400S. 3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah 5nitroisatin (13) (Aldrich N17807), 5,7-dibromoisatin (14) (Aldrich 750379), 3-bromoanilina (Aldrich 180025), etanol (Merck 1.00983), asam asetat glasial (Merck 1.00063), n-heksana (Fulltime 6711-04), etil asetat (Fulltime 6801), metanol (Merck 1.06009), kloroform (Merck 1.02445), dimetilsulfoksida (DMSO) (Merck 8.02912), diklorometana (Merck, 1.06050), aseton, silika gel 60 F254 (Merck 1.05554), silika gel G (Merck 1.07731), kertas saring whatman 42. 3.2 Prosedur Penelitian 3.2.1 Reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina Metoda A Reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina dilakukan dengan mengadaptasi prosedur reaksi isatin (7) dengan 2,519 dimetoksianilina (Andreani et al., 2010). Larutan 5-nitroisatin (13) (0,19 gram; 1,00 mmol) dan 3-bromoanilina (0,11 mL; 1,00 mmol) dalam etanol (30 mL) yang mengandung katalis asam asetat glasial direfluks selama 30 menit. Reaksi yang berjalan dipantau dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan eluen n-heksana:etil asetat (2:1). Hasil reaksi kemudian didinginkan sehingga mencapai suhu kamar, dan ditambahkan air dingin. Endapan hasil reaksi selanjutnya disaring, dikeringkan, dan ditimbang. Uji kemurnian hasil reaksi dilakukan dengan KLT dan uji titik leleh. Metoda B Reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina dilakukan dengan mengadaptasi prosedur reaksi isatin dengan 2,5dimetoksianilina (Andreani et al., 2010). Larutan 5-nitroisatin (13) (0,19 gram; 1,00 mmol) dan 3-bromoanilina (0,27 mL; 2,49 mmol) dalam etanol (30 mL) yang mengandung katalis asam asetat glasial direfluks selama 30 menit. Reaksi yang berjalan dipantau dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan eluen n-heksana:etil asetat (2:1). Hasil reaksi kemudian didinginkan sehingga mencapai suhu kamar, dan ditambahkan air dingin. Endapan hasil reaksi selanjutnya disaring, dikeringkan, dan dimurnikan dengan rekristalisasi. Uji kemurnian hasil reaksi dilakukan dengan KLT dan uji titik leleh. Hasil sintesis yang telah murni diidentifikasi dengan spektrometer MS (ESI), NMR, dan IR. 3.2.2 Reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina Reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina dilakukan dengan mengadaptasi prosedur reaksi isatin (7) dengan 2,5-dimetoksianilina (Andreani et al., 2010). Larutan 5,7dibromoisatin (14) (0,30 gram; 1 mmol) dan 3-bromoanilina (0,27 mL; 2,49 mmol) dalam etanol (30 mL) yang mengandung katalis asam asetat glasial direfluks selama 30 menit. Reaksi yang berjalan 20 dipantau dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan eluen n-heksana:etil asetat (3:1). Hasil reaksi kemudian didinginkan sehingga mencapai suhu kamar, disaring, dicuci dengan etanol dingin (3x5 mL), dikeringkan dalam desikator, dan ditimbang. Uji kemurnian hasil reaksi dilakukan dengan KLT dan uji titik leleh. Hasil sintesis yang telah murni diidentifikasi dengan spektrometer MS (ESI), NMR, dan IR. 21 “Halaman ini sengaja dikosongkan” 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina Metoda A Reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina dilakukan dengan mengadaptasi prosedur reaksi isatin (7) dengan 2,5dimetoksianilina (Andreani et al., 2010). Sintesis dilakukan dengan merefluks 5-nitroisatin (13) dan 3-bromoanilina dengan perbandingan mol 1:1 dalam etanol dengan katalis asam asetat glasial. Pemantauan reaksi dilakukan dengan KLT menggunakan eluen etil asetat:n-heksana (1:2), dan memberikan hasil sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hasil pemantauan pada menit ke-10 menunjukkan bahwa hasil reaksi telah terbentuk yang ditandai dengan adanya noda dengan Rf yang berbeda terhadap 5-nitroisatin (13) dan 3-bromoanilina. Noda hasil reaksi semakin tebal pada saat reaksi berlangsung 20 menit, dan pemantauan reaksi yang berlangsung selama 30 menit menunjukkan hasil KLT yang sama. Reaksi kemudian dihentikan, dan hasil reaksi didinginkan sehingga mencapai suhu kamar. Keterangan : 1. 5-nitroisatin (13) 2. hasil reaksi 3. 3-bromoanilina Eluen : etil asetat:n-heksana (1:2) 10 menit 20 menit 30 menit Gambar 4.1 Hasil pemantauan dengan KLT reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda A) 23 Hasil reaksi selanjutnya ditambahkan air dingin. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci dengan air dingin, dikeringkan dalam desikator, dan ditimbang sehingga didapatkan endapan berwarna merah sebanyak 0,050 gram. Hasil uji KLT terhadap endapan dan filtrat yang diperoleh sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.2, menunjukkan bahwa endapan yang diperoleh berupa noda tunggal, sedangkan filtrat menunjukkan noda kedua pereaksi yang belum tuntas bereaksi. Uji kemurnian endapan dengan KLT menggunakan tiga eluen memberikan hasil yang menunjukkan noda tunggal sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.3, yang mengindikasikan sebagai senyawa murni. Uji kemurnian diperkuat dengan adanya uji titik leleh yang memberikan kisaran 198-199oC, yang memiliki perbedaan titik leleh < 2 oC (Chasani, 2010). Keterangan : 1. 5-nitroisatin (13) 2. endapan hasil reaksi 3. filtrat hasil reaksi 4. 3-bromoanilina Eluen : etil asetat:n-heksana (1:2) Gambar 4.2 Hasil KLT terhadap endapan dan filtrat hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda A) Keterangan : 1. etil asetat : n-heksana (1:2) 2. etil asetat : kloroform (1:5) 3. etil asetat : n-heksana (1:1) Gambar 4.3 Hasil uji kemurnian dengan KLT terhadap hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda A) 24 Metoda B Sehubungan dengan rendemen hasil reaksi yang rendah, maka reaksi serupa dilakukan dengan perbandingan mol 1:2,5. Pemantauan reaksi dengan KLT memberikan hasil sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.4. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa hasil reaksi telah terbentuk setelah reaksi berlangsung 10 menit, yang ditandai dengan adanya noda dengan Rf yang berbeda terhadap Rf 5-nitroisatin (13) dan 3-bromoanilina. Noda hasil reaksi semakin tebal pada saat reaksi berjalan 20 menit, dan pemantauan reaksi yang berlangsung selama 30 menit menunjukkan hasil KLT yang sama. Reaksi kemudian dihentikan, dan hasil reaksi didinginkan sehingga mencapai suhu kamar. Keterangan : 1. 5-nitroisatin (13) 2. hasil reaksi 3. 3-bromoanilina Eluen : etil asetat:n-heksana (1:2) 10 menit 20 menit 30 menit Gambar 4.4 Hasil pemantauan dengan KLT reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda B) Hasil reaksi selanjutnya ditambahkan air dingin. Endapan hasil reaksi yang terbentuk disaring, dicuci dengan air dingin, dan dikeringkan dalam desikator. Hasil uji KLT terhadap filtrat dan endapan yang diperoleh sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.5, menunjukkan bahwa noda pada filtrat terdapat noda kedua pereaksi yang belum tuntas bereaksi, sedangkan pada endapan terdapat noda hasil reaksi dan 3-bromoanilina. Hasil reaksi kemudian dimurnikan dengan rekristalisasi menggunakan 25 aseton:n-heksana. Hasil rekristalisasi kemudian disaring, dicuci dengan n-heksana, dikeringkan dalam desikator, dan ditimbang sehingga didapatkan padatan berwarna merah sebanyak 0,27 gram. Uji kemurnian hasil rekristalisasi menggunakan KLT sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.6, menunjukkan bahwa padatan hasil rekristalisasi telah murni yang ditandai dengan adanya noda tunggal pada uji KLT. Uji kemurnian hasil reaksi kemudian diperkuat dengan adanya uji titik leleh yang memberikan kisaran 198-199 oC, yang memiliki perbedaan titik leleh sebesar < 2 oC (Chasani, 2010). Keterangan : 1. 5-nitroisatin (13) 2. endapan hasil reaksi 3. filtrat hasil reaksi 4. 3-bromoanilina Eluen : etil asetat:n-heksana (1:2) Gambar 4.5 Hasil KLT terhadap endapan dan filtrat hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda B) Keterangan : 1. Etil asetat : n-heksana (1:2) 2. Etil asetat : kloroform (1:5) 3. Etil asetat : n-heksana (1:1) Gambar 4.6 Hasil uji kemurnian dengan KLT terhadap hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina (metoda B) 26 Hasil kedua reaksi (metoda A dan metoda B) selanjutnya diuji dengan KLT menggunakan tiga eluen yang memberikan hasil sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.7. Hasil uji menunjukkan noda sejajar yang menunjukkan bahwa hasil reaksi dengan perbandingan mol 1:1 dan 1:2,5 adalah senyawa yang sama, dan diperkuat dengan uji titik leleh yang keduanya menunjukkan titik leleh 198-199oC. Keterangan : 1. endapan hasil reaksi metoda A 2. endapan hasil reaksi metoda B Eluen : a. etil asetat : n-heksana (1:2) b. etil asetat : kloroform (1:5) c. etil asetat : n-heksana (1:1) a b c Gambar 4.7 Hasil uji kemurnian dengan terhadap hasil reaksi 5nitroisatin (13) dan 3-bromoanilina (metoda A dan B) H N O NH2 O2N N Br O2N H2N O Br Br (15) N H (16) Identifikasi hasil reaksi dengan spetrometer massa (ESI) memberikan hasil sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.8. Sehubungan dengan hasil penelitian Andreani et al. (2010) maka hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina diperkirakan berupa 3,3-bis(2-amino-5-nitrofenil)-1,3-dihidro-indol-2-on (15) dengan massa relatif 518,2 g/mol atau 5-nitro-3-(327 bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (16) dengan massa relatif 346,1 g/mol. Spektrum massa hasil reaksi menunjukkan puncak ion [M-H]- pada m/z 344,4 untuk isotop 79Br dan pada m/z 346,8 untuk isotop 81Br, massa ion [M-H]- hasil perhitungan berturut-turut adalah 344,2 dan 346,2. Spektrum massa tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3bromoanilina merupakan 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)-1,3dihidroindol-2-on (16). Identifikasi struktur hasil sintesis diperkuat dengan identifikasi menggunakan spektrometer NMR (dalam pelarut DMSO-d6) yang memberikan spektrum 1H-NMR sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.9. Spektrum menunjukkan adanya sinyal proton N-H pada pergeseran kimia (δ) 11,61 ppm, dan sinyal proton-proton aromatik pada δ 7,04-8,38 ppm. Sinyal-sinyal proton aromatik yang lebih kompleks mengindikasikan bahwa produk hasil sintesis yang terbentuk merupakan 5-nitro-3-(3bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (16) dalam dua isomer. Data ini didukung dengan spektrum 13C-NMR dan DEPT-135 sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.10 dan 4.11. Spektra menunjukkan sinyal karbon-karbon tersier pada pergeseran kimia 111,76; 112,44; 113,03; 117,17; 118,47; 119,01; 120,11; 120,61; 121,04; 122,00; 128,03; 128,75; 130,77; 130,95; 131,00; 132,33; 133,60 ppm serta sinyal karbon-karbon kuartener pada pergeseran kimia 113,215; 116,085; 123,055; 142,11; 151,73; 153,00; 154,73; 159,21; 164,14 ppm. Spektrum inframerah (IR) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.12 dengan jelas memperkuat adanya gugus karbonil dengan munculnya serapan bilangan gelombang 1715 cm-1. 28 Gambar 4.8 Spektrum massa hasil reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina Gambar 4.9 Spektrum 1H-NMR 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)1,3-dihidroindol-2-on (16) 29 Gambar 4.10 Spektrum 13C-NMR 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)1,3-dihidroindol-2-on (16) Gambar 4.11 Spektrum DEPT-135 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)1,3-dihidroindol-2-on (16) 30 Gambar 4.12 Spektrum inframerah 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)1,3-dihidroindol-2-on (16) Mekanisme reaksi pembentukan 5-nitro-3-(3bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (16) dari hasil reaksi 5nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina dalam etanol dengan katalis asam asetat glasial pada kondisi refluks disarankan mengikuti mekanisme adisi nukleofilik keton dengan nukleofil berupa 3bromoanilina (McMurry, 2008) seperti dapat dilihat pada Gambar 4.13. Reaksi diawali dengan protonasi pasangan elektron bebas oksigen gugus karbonil dari 5-nitroisatin (13) dengan adanya katalis asam asetat glasial. Protonasi menyebabkan karbon gugus karbonil semakin kekurangan elektron sehingga memudahkan 3bromoanilina sebagai nukleofil bereaksi, yang disertai dengan protonasi gugus hidroksi dan dehidrasi sehingga terbentuk 5-nitro3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (16). 31 R1 OH OH O O+ O O N H R1 R1 O O + O H R2 R2 (13, 14) N H R2 N H O NH2 (13) R1 = NO2, R2 = H (14) R1 = Br, R2 = Br Br HN R1 R2 N H O Br OH O + O H O O + H NH R1 R2 H O O R1 + R2 N N H Br OH2 O Br OH O N H Br O N R1 O+ N H OH + H2O R2 (16) R1 = NO2, R2 = H (16, 18) (18) R1 = Br, R2 = Br Gambar 4.13 Usulan mekanisme reaksi pembentukan imina (16,18) 4.2 Reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina Reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina dilakukan dengan mengadaptasi prosedur reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina dengan perbandingan mol 1:2,5 (metoda B). Larutan 5,7-dibromoisatin (14) dan 3-bromoanilina dalam etanol yang mengandung katalis asam asetat glasial, direfluks selama 30 menit. Reaksi yang berjalan dipantau dengan KLT menggunakan eluen n-heksana:etil asetat (3:1). Pemantauan reaksi dengan KLT memberikan hasil sebagaimana dapat dilihat pada 32 Gambar 4.14. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa hasil reaksi telah terbentuk setelah reaksi berlangsung 10 menit, yang ditandai dengan adanya noda dengan Rf yang berbeda terhadap Rf 5,7dibromoisatin (14) dan 3-bromoanilina. Noda hasil reaksi semakin tebal pada saat reaksi berjalan 20 menit, dan pemantauan reaksi yang berlangsung selama 30 menit menunjukkan hasil KLT yang sama. Reaksi kemudian dihentikan, dan hasil reaksi didinginkan sehingga mencapai suhu kamar. Keterangan : 1. 5,7-dibromoisatin (14) 2. Hasil reaksi 3. 3-bromoanilina Eluen = etil asetat:n-heksana (1:3) 10 menit 20 menit 30 menit Gambar 4.14 Hasil pemantauan dengan KLT reaksi 5,7dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilin Endapan hasil reaksi yang terbentuk kemudian disaring, dan hasil uji KLT terhadap endapan dan filtrat yang diperoleh sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.15, menunjukkan bahwa hasil reaksi terdapat hasil reaksi dan kedua pereaksi yang belum tuntas bereaksi. Endapan hasil reaksi selanjutnya dicuci dengan etanol dingin (3 x 5 mL), dan hasil uji KLT terhadap endapan dan filtrat sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.16, menunjukkan bahwa endapan telah murni yang ditandai dengan noda tunggal pada endapan hasil reaksi, sedangkan noda pereaksi terdapat pada filtrat. Hasil reaksi kemudian dikeringkan dalam desikator dan ditimbang, sehingga didapatkan padatan berwarna oranye sebanyak 33 0,43 gram. Uji kemurnian hasil cuci dengan etanol dingin menggunakan KLT sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.17, menunjukkan bahwa hasil pencucian telah murni yang ditandai dengan adanya noda tunggal pada uji KLT. Uji kemurnian hasil reaksi kemudian diperkuat dengan adanya uji titik leleh yang memberikan kisaran 251-252 oC, yang memiliki perbedaan titik leleh sebesar < 2 oC (Chasani, 2010). Keterangan : 1. 5,7-dibromoisatin (14) 2. Filtrat 3. Endapan 4. 3-bromoanilina Eluen = etil asetat:n-heksana (1:3) Gambar 4.15 Hasil uji KLT terhadap hasil reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina Keterangan : 1. 5,7-dibromoisatin (14) 2. Endapan sebelum dicuci 3. Endapan setelah dicuci 4. Filrat 5. 3-bromoanilina Eluen = etil asetat:n-heksana (1:3) Gambar 4.16 Hasil uji KLT terhadap hasil reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina setelah dicuci dengan etanol dingin 34 Keterangan : 1. Etil asetat : n-heksana (1:3) 2. Etil asetat : n-heksana (1:2) 3. Etil asetat : n-heksana (1:1) Gambar 4. 17 Hasil uji kemurnian dengan KLT terhadap hasil reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3bromoanilina Br H N O NH2 Br N H 2N Br Br O Br NH Br (17) Br (18) Identifikasi hasil reaksi dengan menggunakan spektrometer massa (ESI) memberikan hasil sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.18. Sehubungan dengan hasil penelitian Andreani et al. (2010) maka hasil reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina diperkirakan berupa 3,3-bis(2-amino-5,7dibromofenil)-1,3-dihidroindol-2-on (17) dengan massa relatif 632,0 g/mol atau 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3dihidroindol-2-on (18) dengan massa relatif 458,9 g/mol. Data spektrum massa hasil reaksi untuk ion [M-H]- sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.1, dengan jelas menunjukkan bahwa hasil reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina merupakan 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (18). 35 Tabel 4.1 Data perbandingan m/z hasil pengukuran dan perhitungan m/z m/z [M-H]pengukuran perhitungan Isotop 81Br 81Br 81Br 457,9 457,2 79 79 81 Isotop Br Br Br 461,5 461,2 Identifikasi struktur hasil sintesis diperkuat identifikasi dengan spektrometer NMR (dalam pelarut DMSO-d6) yang memberikan spektrum 1H-NMR sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.19. Spektrum menunjukkan adanya sinyal proton N-H pada pergeseran kimia (δ) 11,37 ppm, dan sinyal proton-proton aromatik pada δ 6,99-8,25 ppm. Sinyal-sinyal proton aromatik yang lebih kompleks mengindikasikan bahwa produk hasil sintesis yang terbentuk merupakan 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3dihidroindol-2-on (18) dalam dua isomer. Data ini didukung oleh spektrum 13C-NMR dan DEPT-135 sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.20 dan 4.21. Spektra menunjukkan sinyal karbon-karbon tersier pada pergeseran kimia 79,672; 117,07; 118,86; 120,45; 121,88; 124,96; 126,45; 127,13; 127,89; 128,58; 130,94; 132,28; 138,54; 138,82; dan 141,68 ppm serta sinyal karbon-karbon kuartener pada pergeseran kimia 104,77; 105,73; 113,77; 114,84; 119,10; 121,76; 122,92; 125,03; 144,99; 146,23; 150,58; 151,71; 153,31; 154,92; 158,70; dan 163,54 ppm. Spektrum inframerah (IR) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.22 dengan jelas memperkuat adanya gugus karbonil dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang 1721 cm-1. 36 Gambar 4.18 Spektrum massa hasil reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina Gambar 4.19 1 Spektrum H-NMR 5,7-dibromo-3-(3bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (18) hasil sintesis 37 Gambar 4.20 13 Spektrum C-NMR 5,7-dibromo-3-(3bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (18) Gambar 4.21 Spektrum DEPT-135 5,7-dibromo-3-(3bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (18) 38 Gambar 4.22 Spektrum IR 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)1,3-dihidroindol-2-on (18) Mekanisme reaksi pembentukan 5,7-dibromo-3-(3bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (18) dari hasil reaksi 5,7dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina dalam etanol dengan katalis asam asetat glasial pada kondisi refluks disarankan mengikuti mekanisme adisi nukleofilik keton dengan nukleofil berupa 3-bromoanilina (McMurry, 2008) seperti dapat dilihat pada Gambar 4.13. Reaksi diawali dengan protonasi pasangan elektron bebas oksigen gugus karbonil dari 5,7-dibromoisatin (14) dengan adanya katalis asam asetat glasial. Protonasi menyebabkan karbon gugus karbonil semakin kekurangan elektron sehingga memudahkan 3-bromoanilina sebagai nukleofil bereaksi, yang disertai dengan protonasi gugus hidroksi dan dehidrasi sehingga terbentuk 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2on (18) dengan struktur sebagai berikut : N Br Br O N H Br (18) 39 “Halaman ini sengaja dikosongkan” 40 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina diperoleh hasil reaksi berupa 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)-1,3dihidroindol-2-on (16) dengan rendemen 14% (perbandingan mol 1:1) dan 77% (perbandingan mol 1:2,5). Reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina diperoleh hasil reaksi berupa 5,7dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (18) dean rendemen 93% (perbandingan mol 1:2,5). 5.2 Saran Uji aktivitas anti kanker senyawa-senyawa hasil reaksi (16,18). 41 “Halaman ini sengaja dikosongkan” 42 DAFTAR PUSTAKA Andreani, A., Burnelli, S., Granaiola, M., Leoni, A., Locatelli, A., Morigi, R., Rambaldi, M., Varoli, L., Calonghi, N., Cappadone, C., Farruggia, G., Zini, M., Stefanelli, C., Masotti, L. 2007. “Substituted E-3-(2-Chloro-3indolylmethylene)1,3-dihydroindol-2-ones with Antitumor Activity. Effect on the Cell Cycle and Apoptosis”. European Journal of Chemistry, 50:3167-3172. Andreani, A., Burnelli, S., Granaiola, M., Leoni, A., Locatelli, A., Morigi, R., Rambaldi, M., Varoli, Cremonini, m. A., Placucci, G., Cervellati, R., Greco, E. 2010. “New isatin derivatives with antioxidant activity”. European Journal of Chemistry, 45:1374-1378. Andreani, A., Burnelli, S., Granaiola, M., Leoni, A., Locatelli, A., Morigi, R., Rambaldi, M., Varoli, M., Calonghi, N., Cappadone, C., Voltattorni, M., Zini, M., Stefanelli, M., Masotti, L., Shoemaker, R. H. 2008. “Antitumor Activity of New Substituted 3-(5-Imidazo[2,1b]thiazolylmethylene)-2-indolinones and 3-(5Imidazo[2,1-b]thiadiazolylmethylene)-2-indolinones: Selectivity against Colon Tumor Cells and Effect on Cell Cycle-Related Events”. European Journal of Chemistry, 51:7508-7513. Capiello, A. 2007. “Advance in LC-MS Instrumentation”. Journal of Chromatography Library, 72:1-5. Chasani, M., Vaulina, E., Iswanto, P., Rahayu, Y. 2010. “Hidrasi ikatan rangkap C7-8 senyawa kalanon dan uji sitotoksitasnya terhadap sel laukimia L1210”. Molekul, 5:41-49. 43 Eichhorn, P., Kneeper, P. T. 2001. “Electrospray Ionization Mass Spectrometric Studies on the Amphoteric Surfactant Cocamidopropylbetaine”. Journal of Mass Spectrometry, 38:677-684. Gonzales, A., Quirante, J., Neito, J., Almeida, M. R., Saraiva, M. J., Planas, A., Arsequell, G., Valencia, G. 2009. “Isatin derivatives, a novel class of transthyretin fibrillogenesis inhibitors”. Bioorganic and Medicinal Chemistry Letters, 19:5270-5273. Hadiana, D. 2012. Polimerisasi anilin oleh horseradish peroksise dan karakterisasinya. Tesis. Depok: FMIPA-UI. Harneti, D. 2009. Senyawa Antikanker dan Insektisida dari Genus Aglaila. Bandung: UNPAD Press. Husniati, M. H. 2008. Sintesis senyawa analog UK-3A dan uji bioaktivitas antikanker laukimia P388 secara in vitro. Depok: FMIPA-UI. Ibnu G. G., Abdul, R. 2008. Kimia farmasi analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. McMurry, J. 2008. Organic Chemistry 3rd edition. Thomson Learning Inc. Pakravan, P., Kashanian, S., Khodaei, M. M., Harding, F. J. 2013. “Biochemical and pharmacological characterization of isatin and its derivatives: from structure to activity”. Pharmacology Reports, 65:313-335. Pavia, D. L., Lampman, G. M., Knitz, G. S. 1990. Introduction to organic laboratory techniques a conteporery approach. second edition. Sainders Colleege Publishing. Pinalia, A. 2011. “Penentuan metode rekristalisasi yang tepat untuk meningkatkan kemurnian kristal amonium perklorat (AP)”. Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara, 6:64-70. 44 Pusat Data dan Informasi. 2015. Stop kanker. Jakarta: Data dan Informasi Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Robert, H. V. 2004. Organic Chemistry. USA: John Wiley & Sons, Inc. ScienceLab. 2013. Material Safety Data Shift. www.sciencelab.com. (diakses 5 November 2016) Silverstein, R. M., Webster, F. X., Kiemle, D. J. 2005. Spectrometric Identification of Organic Compounds 7th Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. Solomons, G. T. W. 2004. Organic Chemistry. USA: Wiley International Edition. Supratman, U. 2010. Elusidasi Struktur awa Organik. Widya Padjadjaran. Bandung: Widya Padjajaran. Underwood, A. L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Vine, K. L., Matesic, L., Locke, J. M., Skropeta, D. 2013. “Recent highlights in the development of isatin-based anticancer agents”. Advances in Anticancer Agents in Medicinal Chemistry, 254-312. Vine, K. L., Locke, J. M., Ranson, M., Pyne, S. P., Bremner, J. B. 2007. “In vitro cytotoxicity evaluation of some subtituted isatin derivatives”. Bioorganic and Medicinal Chemistry, 15:931-938. Waters. 2015. Mass Data Terminology, Considerations, and Interpretation. UK: Waters Corporation. 45 “Halaman ini sengaja dikosongkan” 46 LAMPIRAN A. A1. Prosedur penelitian Prosedur reaksi 5-nitroisatin bromoanilina Metoda A 5-nitroisatin (13) (0,19 g; 1,00 mmol) (13) dengan 3- 3-bromoanilina (0,11 mL; 1,00 mmol) - dilarutkan dalam etanol (30 mL) yang mengandung katalis asam asetat glasial - direfluks selama 30 menit (reaksi yang berjaan dipantau KLT) - didinginkan sehingga mencapai suhu kamar - ditambahkan air dingin - disaring Endapan - Filtrat dicuci dengan aquades dingin direkristalisasi dengan aseton:n-heksana dikeringkan dalam desikator diuji kemurnian dengan KLT dan uji titik leleh 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (16) * * Identifikasi dilakukan dengan KLT dan uji titik leleh dibandingkan hasil metoda B 47 Metoda B 5-nitroisatin (13) (0,19 g; 1,00 mmol) 3-bromoanilina (0,27 mL; 2,49 mmol) - dilarutkan dalam etanol (30 mL) yang mengandung katalis asam asetat glasial - direfluks selama 30 menit (reaksi yang berjaan dipantau KLT) - didinginkan sehingga mencapai suhu kamar - ditambahkan air dingin - disaring Endapan - Filtrat dicuci dengan aquades dingin direkristalisasi dengan aseton:n-heksana dikeringkan dalam desikator diuji kemurnian dengan KLT dan uji titik leleh 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (16) * * Identifikasi struktur dilakukukan dengan spektrometer MS (ESI), NMR, dan IR 48 A2. Prosedur reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3bromoanilina 5,7-dibromoisatin (14) (0,30 g; 1,00 mmol) 3-bromoanilina (0,27 mL; 2,49 mmol) Endapan - dilarutkan dalam etanol (30 mL) yang mengandung katalis asam asetat glasial - direfluks selama 30 menit (reaksi yang berjaan dipantau KLT) - didinginkan sehingga mencapai suhu kamar - ditambahkan air dingin - disaring Filtrat - dicuci dengan aquades dingin dicuci dengan etanol dingin (3x5 mL) dikeringkan dalam desikator diuji kemurnian dengan KLT dan uji titik leleh 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol-2-on (18) * * Identifikasi struktur dilakukukan dengan spektrometer MS (ESI), NMR, dan IR 49 B. Perhitungan rendemen hasil reaksi B1. Reaksi 5-nitroisatin (13) dengan 3-bromoanilina Metoda A NH2 O O + N H (13) 1,00 mmol Br N O2N Br HOAc , EtOH refluks 30 menit O2N O N H 1,00 mmol 1,00 mmol (16) Massa relatif 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol2-on (16) adalah 346,14 gram/mol. Massa imina (16) yang diperoleh secara teoritis = 1,00 x 10-3 mol x 346,14 gram/mol = 0,35 gram Massa hasil reaksi yang diperoleh = 0,05 gram Rendemen = = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 0,05 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% 0,35 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 14 % 50 𝑥 100% Metoda B NH2 O Br N O2N O2N O + N H 1,00 mmol Br HOAc , EtOH refluks 30 menit O N H 1,00 mmol (16) 2,49 mmol (13) Massa relatif 5-nitro-3-(3-bromofenilimino)-1,3-dihidroindol2-on (16) adalah 346,14 gram/mol. Massa imina (16) yang diperoleh secara teoritis = 1,00 x 10-3 mol x 346,14 gram/mol = 0,35 gram Massa hasil reaksi yang diperoleh = 0,27 gram Rendemen = = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 0,27 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% 0,35 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 77 % 51 B2. Reaksi 5,7-dibromoisatin (14) dengan 3-bromoanilina NH2 O O + N H Br 1,00 mmol Br N Br Br HOAc , EtOH refluks 30 menit Br O N H Br 1,00 mmol (18) 2,49 mmol (14) Massa relatif 5,7-dibromo-3-(3-bromofenilimino)-1,3dihidroindol-2-on (18) adalah 458,93 gram/mol. Massa imina (18) yang diperoleh secara teoritis = 1,00 x 10-3 mol x 458,93 gram/mol = 0,46 gram Massa hasil reaksi yang diperoleh = 0,43 gram Rendemen = = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 0,43 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% 0,46 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 93 % 52 𝑥 100% RIWAYAT PENULIS Penulis bernama Suryani Cahaya Putri, lahir di Pasuruan pada tanggal 05 Agustus 1995. Penulis akrab dipanggil Putri. Saat ini, penulis bertempat tinggal di Dusun Talangan RT 14/RW 06 Desa Gajahbendo, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan. Penulis telah menempuh pendidikan di SDN Gajahbendo, SMPN 1 Bangil, dan SMAN 1 Bangil. Penulis mengikuti seleksi SNMPTN dan diterima di Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP 1413100036 pada tahun 2013. Selama menjadi mahasiswa, penulis cukup aktif dalam organisasi dan banyak mengikuti pelatihan. Penulis pernah menjabat sebagai staf bidang Upgrading Student Resource Development HIMKA 2014/2015 dan dilanjutkan menjabat sebagai Kepala Bidang Pelatihan Departemen Sumber Daya Mahasiswa HIMKA 2015/2016. Penulis juga sempat menjalani kerja praktik di Laboratorium Uji Kimia PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur selama satu bulan. Ketertarikan penulis dalam bidang kimia organik mengantarkan penulis untuk memilih Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Sintesis sebagai tempat untuk menyelesaikan tugas akhir dengan topik sintesis senyawa anti kanker. Penulis dapat dihubungi di 081334303441 atau [email protected]. 53